Prosedur
Sifat dan susunan air liur. Rongga mulut dibersihkan dengan cara berkumur
berkali-kali. Kertas saring yang dibasahi dengan asam asetat encer diletakkan di
bawah lidah untuk merangsang keluarnya air liur. Kumpulkan air liur sampai volume
50 mL lalu saring dengan glass wool. Air liur di uji bobot jenis dengan urinometer,
direaksikan dengan lakmus FF dan MO, pereaksi Benedict, Biuret, Millon, Molisch,
asam khlorida, asam asetat, asam sulfat, asam fosfat, lalu diamati perubahannya.
Pengaruh suhu pada aktivitas amilase air liur. Empat tabung reaksi diisi 2
mL air liur dan 2 mL akuades, lalu dikocok dan diletakkan masing-masing pada
penangas es pada suhu 10 C, suhu kamar, penangas air 37 C dan penangas air 80 C
selama 15 menit. Kemudian ditambahkan 2 mL larutan kanji 1%, dikocok lalu
diletakkan kembali pada suhu masing-masing selama 10 menit. Isi tabung dibagi
menjadi dua bagian, satu bagian uji dengan yodium dan yang lainnya dengan
Benedict.
Pengaruh pH pada aktivitas amilase air liur. Empat tabung reaksi masingmasing diisi dengan 2 mL HCL, 2 mL asam asetat, 2 mL akuades, dan 2 mL Nakarbonat 0.1%. Nilai pH masing-masing tabung adalah 1, 5, 7, dan 9. Ditambahkan 2
mL larutan kanji 1% dan 2 mL air liur, lalu dikocok dan diletakkan pada penangas air
37 C selama 15 menit. Isi tabung dibagi menjadi dua bagian, satu bagian uji dengan
yodium dan yang lainnya dengan Benedict.
Hidrolisis pati oleh amilase air liur. Ke dalam 5 mL larutan kanji 1%
dibubuhkan 0.2 mL air liur, lalu disimpan pada suhu 37 C. Dicatat waktu
terbentuknya opalesan dan perubahan kekentalan. Setiap selang waktu 0.5 menit
dipindahkan satu tetes ke papan porselen dan ditetesi yodium. Dicatat waktu
timbulnya warna biru, warna kecoklatan, dan waktu tidak memperlihatkan perubahan
warna (titik akhromatik).
Hidrolisis pati mentah oleh amilase air liur. Dimasukkan sedikit tepung pati
ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 5 mL akuades kemudian dikocok.
Dibubuhkan 10 tetes air liur dan disimpan pada temperatur 37 C selama 20 menit.
Filtratnya disaring lalu dibagi menjadi dua bagian, satu bagian uji dengan yodium dan
yang lainnya dengan Benedict.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan kali ini menggunakan banyak reaksi uji untuk menguji keberadaan
enzim dan menguji apakah enzim amilase terkandung dalam air liur dengan menguji
produk reaksi yang dikatalisis oleh enzim amilase. Uji pertama adalah dengan
pereaksi biuret, yaitu untuk menguji apakah air liur mengandung protein dalam
bentuk enzim. Pereaksi Biuret mengandung ion tembaga (II) dalam suasana basa
yang akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun
protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif
terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas
atau dipeptida (Harr 2002).
Uji selanjutnya adalah uji dengan pereaksi Benedict. Pada uji Benedict larutan
tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton
bebas dengan membentuk Cu2O yang membentuk endapan merah bata. Selanjutnya
adalah uji Molisch, prinsip uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam
sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Uji dengan pereaksi yodium
akan membentuk kompleks biru saat direaksikan dengan polisakarida. Prinsip dari uji
millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi, hasil reaksi
positifnya adalah terbentuk endapan putih.
Pengujian selanjutnya dengan sulfat, uji ini menggunakan BaCl 2 yang akan
membentuk BaSO4 ,dengan ion sulfat yang terkandung dalam saliva, yang
membentuk endapan putih keruh. Sama seperti uji sulfat, uji klorida menunjukkan
hasil positif jika membentuk endapan putih artinya terdapat ion klorida dalam saliva
(Maryati 2000). Menurut Erdem et al. (2013), pH saliva kontrol sekitar 6.940.43.
Artinya pH saliva manusia bersifat cenderung asam, sehingga lakmus PP akan tetap
tidak berwarna saat pH dibawah 8.3 dan lakmus MO berwarna kuning pada pH asam
di atas 4.5. Pada reaksi antara saliva dan pereaksi musin akan terbentuk endapan putih
jika air liur mengandung musin.
Gambar
Lakmus fenolftalein
Lakmus methyl
orange
Biuret
Millon
Molisch
Klorida
Musin
Sulfat
Fosfat
Gambar
Iodin
Benedict
10
Endapan
coklat
Biru
Kamar
++
+++
Endapan
coklat
Biru
37
++
Tidak
ada
endapan
Biru
80
++++
++++
Endapan
biru
Biru
Intensitas
Iodin
benedict
Perubahan warna
Iodin
Benedict
Gambar
Iodin
Benedict
++++
Tidak
berwarna
ke biru
pekat
Biru ke
biru
+++
++
Tidak
berwarna
ke
kekuning
an
Biru ke
oranye
dan
lapisan
bata
merah
++
++
Tidak
berwarna
ke
kekuning
an
Biru ke
oranye
dan
lapisan
bata
merah
++
Tidak
berwarna
ke tidak
berwarna
Biru ke
oranye
dan
lapisan
bata
merah
Titik akrhomatik
5.5 menit
Hidrolisis pati matang dan pati mentah oleh amilase air liur untuk menentukan
kemampuan hidrolisis enzim amilase. Pada percobaan pati matang dari 0.5 menit
pertama sampai 0.5 menit ke-8 (4 menit) menunjukkan reaksi yang positif yaitu
berwarna kebiruan (lihat gambar 1). Setengah menit selanjutnya yodium mulai
berwarna kecoklatan, hingga setengah menit ke-11 (5.5 menit) tidak terjadi perubahan
intensitas. Titik akromatik adalah suatu keadaan peraksi iod tidak memperlihatkan
perubahan warna, karena enzim amilase telah menghidrolisis pati menjadi maltosa
maupun glukosa. Titik akromatik hidrolisis pati matang yaitu pada 5.5 menit.
Uji yodium pada pati mentah tidak menunjukkan hasil yang positif, warna
yodium tetap kecoklatan (gambar 2). Sedangkan pada uji Benedict juga tidak
menunjukkan reaksi positif artinya tidak membentuk warna merah bata (gambar 3).
Kedua reaksi tidak menunjukkan hasil positif karena tepung pati tidak larut
sepenuhnya. Pada saat pengambilan filtrat, residu (padatan) pati jumlahnya cukup
banyak. Sehingga yang tersaring hanya air liur dan akuades.
Saat mendeteksi adanya makanan saliva akan disekresikan oleh kelenjar saliva
ke dalam mulut. Makanan dalam mulut bercampur dengan air liur (saliva) pada saat
proses mengunyah. Makanan tersebut dilumasi oleh saliva agar mudah dikunyah dan
ditelan. Keberadaan otot - otot mulut juga penting mencegah sekresi air liur saat
mulut tertutup.
SIMPULAN
Bobot jenis air liur sekitar 1.010 g/mL, hasil uji lakmus MO dan PP
menunjukkan saliva memiliki pH lebih kecil dari 4.5 dan lebih besar dari 8.5. Saliva
mengandung protein dalam bentuk enzim amilase yang memiliki lebih dari dua ikatan
peptida, mengandung tirosin yang ternitrasi, mengandung karbohidrat kompleks dan
terdapat gula pereduksi, dan dalam saliva terdapat ion klorida, asetat, dan fosfat. Suhu
air liur yang terukur sebesar 31 C. Titik akhromatik hidrolisis pati matang oleh
amilase pada 5.5 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Amutha K and Priya KJ. 2007. Effect of pH, temperature, and metal ions on amylase
activity from Bacillus Subtilis KCK 006. International Journal of Pharma and
Bio Sciences. 407-413.
Harr RR. 2002. Resensi Ilmu Laboratorium Klinis. Hartanto H, penerjemah; Erlan,
Lydia I, Mandera, editor. Jakarta (ID): EGC . Terjemahan dari: Clinical
Laboratory Science Review.
Maryati S. 2000. Sistem Pencernaan Makanan. Jakarta: Erlangga.
Soesilo D, Santoso RE, dan Diyatri I. 2005. Peranan sorbitol dalam mempertahankan
kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.).
38(1): 25-28.
Suarni dan Patong R. 2007. Potensi kecambah kacang hijau sebagai sumber enzim amilase. Indo. J. Chem. 7 (3): 332-336.