Anda di halaman 1dari 28

PRAKTIKUM 1

UJI KUALIFIKASI KARBOHIDRAT


1. Kegiatan 1
A. Judul : Tes Molish
B. Tujuan : Mengetes adanya karbohirat secara kualitatif
C. Dasar Teori :
Karbohidrat adalah polihidriksi aldehit atau keton yang sangat bervariasi dalam
hal berat molekul. senyawa tersebut terdiri atas senyawa penyusun yaitu monosakarida. Dari
jumlah satuan penyusunnya, karbohidarat dapat di bedakan menjadi
monosakarida,disakarida,trisakarida,olisakarida, dan polisakarida.jumlah satuan penyusun
satuannya adalah 2,3 sampai 10 dan lebih dari 10. monosakarida mempunyai jumlah atom C
3 sampai 6,misalnya: glukosa,fruktosa,pentosa,galaktosa,dan arabinosa.pengujian adanya
karbohidrat (kualitatif) dapat di lakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan uji
molisch.
Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Uji ini efektif untuk senyawa –
senyawa yang dapat didehidrasi oleh asam pekat menjadi senyawa furfural atau senyawa
furfural yang tersubstitusi, seperti Hidroksimetil furfural. Warna yang terjadi disebabkan oleh
kondensasi fulfural atau derivatnya dengan alfanaftol. Uji molisch menggunakan pereaksi
molisch untuk mengetahui terjadinya reaksi dehidrasi yang merupakan sifat karbohidrat jika
direaksikan dengan asam mineral kuat. Monosakarida dengan asam sulfat pekat terdehidrasi
menjadi furfural atau turunannya. Furfural atau turunannya ini membentuk warna
persenyawaan berwarna dengan α-naphthol atau persenyawaan aromatic lain. Uji molisch
berdasarkan sifat ini yaitu pembentukan kompleks violet atau ungu dengan α-naphthol
(Darjanto et all,1988).
Prinsip dari uji Molish ini adalah reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat
dan alfa naftol yang akan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Dimana asam
sulfat berfungsi sebagai pembentukan senyawa furfural dan sebagai agen kondensasi. Uji
positif dari uji ini adalah terbentuknya cincin berwarna ungu. Uji Molish ini sendiri adalah
untuk menguji kandungan karbohidrat pada suatu sampel, jadi semua sampel yang
mengandung karbohidrat hasil ujinya positif (Soendoro, 2005).
Uji Molisch ini adalah tes kimia sensitif untuk kehadiran karbohidrat, berdasarkan
dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat atau asam klorida untuk menghasilkan aldehida, yang
mengembun dengan dua molekul fenol (biasanya α- naftol, meskipun fenol lainnya (misalnya
resorsinol, timol) juga memberikan produk berwarna), menghasilkan senyawa merah- atau
ungu berwarna. Gula reduksi dioksidasi oleh ion tembaga dalam larutan untuk membentuk
asam karboksilat dan endapan kemerahan tembaga (I) oksida dalam waktu tiga menit.
Mengurangi disakarida menjalani reaksi yang sama, tetapi melakukannya pada tingkat lebih
lambat. (Anonymmous, 2014).

D. Alat Dan Bahan :


Alat:
1. Pipet tetes
2. Gelas ukur
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Gelas kimia
Bahan:
1. Galaktosa
2. Laktosa
3. Glukosa
4. Maltosa
5. Kanji
6. Amilum
7. Natrium Karbonat
8. Reagen Molish dan H2SO4
E. Prosedur Kerja :

Larutan Sampel

Menambahkan 2-5 tetes pereaksi Molish pada


masing-masing 2 ml larutan karbohidrat yang
akan diuji dalam tabung reaksi dan
mencampurkannya dengan baik.

Memiringkan tabung reaksi dan menuangkan


perlahan-lahan dengan hati-hati 1-2 ml H2SO4
pekat melalui dinding tabung reaksi, sehingga
membentuk 2 lapisan.

Mengamati warna yang terjadi pada batas


kedua lapisan.
F. Hasil Pengamatan :

N NAMA BAHAN YANG DI HASIL KETERANGAN


O UJI

2 Laktosa Ungu +++++++

3 Amilum Ungu ++++++

4 Maltosa Ungu +++++

5 Galaktosa Ungu ++++

6 Glukosa Ungu +++

7 Kanji Ungu ++

8 Natrium Karbonat Ungu +

G. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan tes Molish dengan menggunakan beberapa larutan uji
seperti glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, kanji, dan amilum.
Berdasarkan percobaan ini kemudian didapat data pengamatan dengan hasil seluruh larutan
uji ketika direaksikan dengan pereaksi Molisch, dapat membentuk cincin berwarna ungu.
Pada sampel Sukrosa hasil uji yang didapat ungu positif (+ + + + + + + +), hal ini
menandakan bahwa Natrium Karbonat termasuk jenis karbohidrat. Pada sampel Laktosa hasil
uji yang di dapat ungu (+ + + + + + +), pada sampel laktosa hasil uji yang di dapat ungu (+ +
+ + + +), pada sampel Amilum hasil uji yang didapat ungu ( + + + + +), pada sampel maltosa
hasil uji ungu (+ + + +), pada sampel galaktosa hasil uji yang didapat ungu (+ + +), pada
sampel galaktosa hasil uji yang didapat ungu (+ + +), pada sampel glukosa hasil uji didapat
ungu (+ +), dan pada sampel kanji hasil uji yang di dapat ungu (+). Pada sampel walaupun
dengan warna ungu yang diiberi tanda positif berbeda-beda maka seluruh larutan
menunjukan hasil yang positif untuk uji karbohidrat (uji Molish). Terbentuknya kompleks
berwarna ungu ini karena  pengaruh hasil dehidrasi monosakarida (furfural) dengan α-naftol
dari pereaksi Molisch. Dari uji semua ini jenis karbohidrat yang diuji mengasilkan cincin
ungu walaupun dengan tanda positif yang bervariasi. Tanda positif diurutkan dari yang
banyak yaitu sukrosa, fruktosa, laktosa, amilum, maltosa, galaktosa, glukosa, dan kanji. Hal
ini sesuai literatur Menurut Pranata (2004) Dalam tes Molish, larutan yang bereaksi positif
akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika direaksi dengan alphanaftol dan asam
sulfut pekat. Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi
yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian
dikombinasi dengan alphanaftol untuk membentuk produk berwarna.

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dalam praktikum untuk menguji atau mengidentifikasi
adanya karbohidrat disuatu bahan dengan menggunakan teknik uji Molisch, dapat
disimpulkan bahwa semua karbohidrat baik itu Monosakarida, dasakarida, maupun
polisakarida akan memberikan reaksi positif, karena semua senyawa ini dihidrolisis menjadi
monosakarida akhirnya dengan asam mineral yang kuat. Karbohidrat yang kemudian
mengalami dehidrasi furfural dan akan mengembun dengan molekul naftol untuk membentuk
produk seperti cincin berwarna ungu. Bahan uji yang menghasilkan warna ungu pekat
terdapat pada Laktosa.

2. Kegiatan 2
A. Judul : Tes Benedict
B. Tujuan : Untuk mengidentifikasi gula pereduksi
C. Dasar Teori :
Karbohidrat adalah polimer aldehid  atau polihidroksi keton dan meliputi kondensat
polimer-polimernya yang terbentuk.  Nama karbohidrat digunakan pada senyawa-senyawa
tersebut mengingat rumus empirisnya yang berupa CnH2nOn yaitu mendekati Cn(H2O)n
yaitu karbon yang mengalami hidroksi. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi
tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram.  Karbohidrat
juga mempunyai peranan penting dalam menentukan  karakteristik bahan makanan, misalnya,
rasa, warna, tekstur, dan lain-lain.  Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk
mencegah timbulnya ketois, pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral,
dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat adalah sumber
kalori terbesar dalam makanan sehari-hari dan biasanya merupakan 40-45% dari asupan kalori
kita. (Dawn B, 2000).

Selain menjadi sumber energi utama makhluk hidup, karbohidrat juga menjadi
komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam serat (fiber), seperti selulosa, pektin
serta lignin (William, 1994). Ada dua macam karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan
karbohidrat simpleks. Karbohidrat kompleks misalnya nasi, biji-bijian, kentang, dan jagung,
sedangkan contoh Karbohidrat simpleks adalah gula dan pemanis lainnya. Nama lain dari
karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" yang artinya gula. Melihat
struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefenisikan sebagai polihidroksialdehid atau
polihidroksiketon (Ramsden, 1994).

Uji Benedict adalah untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi
adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah
monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict,
contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya
berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam
kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu 2+
menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari
pengendapan cuco3 pada larutan natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan
asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus
aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton
bebas tidak dapat mereduksi larutan Benedict (sumardjo. 2006).
Uji Benedict adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi
adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah
monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan Benedict,
contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya
berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam
kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu 2+
menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari
pengendapan cuco3 pada larutan natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan
asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus
aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton
bebas tidak dapat mereduksi larutan Benedict. Prinsip dari uji benedict adalah larutan CuSO4
dalam suasana alkali akan direaksikan dengan gula pereduksi sehingga CuO tereduksi
menjadi Cu2O berwarna merah bata. Tujuan dari uji benedict untuk mengidentifikasi gula
pereduksi. Gugus pereduksi ini berupa aldehid dan keton (Sumardjo, 2006)

Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan sampel.
Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang terkandung
dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+
yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang
terdapat pada reagen Benedict. Pada uji ini menghasilkan endapan merah bata yang
menandakan adanya gula pereduksi pada sampel. Endapan yang terbentuk dapat berwarna
hijau, kuning atau merah bata tergantung pada konsentrasi gula reduksinya. semakin berwarna
merah bata maka gula reduksinya semakin banyak (wahyudi.2005).

D. Alat Dan Bahan :


Alat
1. Pipet tetes
2. Rak tabung reaksi
3. Tabung reaksi
4. Gelas ukur
5. Gelas kimia
6. Penangas air
Bahan
1. Galaktosa
2. Laktosa
3. Glukosa
4. Maltosa
5. Kanji
6. Amilum
7. Reagen Benedict

E. Prosedur Kerja :

Percobaan 2 (Tes Benedict)


Larutan Sampel

Menambahkan 2 ml larutan Benedict pada


tabung reaksi.

Menambahkan 5-10 tetes dari setiap larutan


F. Hasil Pengamatan
Percobaan 2 (Tes Benedict)
No Nama bahan Hasil Endapan Keterangan
1 Glukosa Bening Ada Tidak berubah warna

2 Galaktosa Bening Ada Tidak berubah warna

3 Maltosa Bening Ada Tidak berubah warna

4 Laktosa Bening Ada Tidak berubah warna

5 Kanji Bening Tidak ada endapan Tidak berubah warna

6 Amilum Bening Ada Tidak berubah warna

G. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan tes Benedict dengan menggunakan beberapa larutan uji
seperti glukosa, galaktosa, maltosa, laktosa, kanji, dan amilum. Uji Benedict ini ditujukan
untuk mengetahui adanya gula pereduksi pada suatu larutan. Dari larutan-larutan yang telah
diujikan didapat data pengamatan tidak semua larutan yang diujikan positif ada endapannya.
Pada sampel glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa dan amilum di dapat hasil uji
adanya endapan yang berwarna biru.. Sampelkanji tidak terdapat endapan dan berwarna
bening, Semua monosakarida dan disakarida kecuali kanji akan bereaksi positif bila
dilakukan uji Benedict. Hal ini sesuai dengan literatur menurut Wahyudi (2005) Uji benedict
bertujuan mengetahui adanya gula pereduksi dalam suatu larutan dengan indikator yaitu
adanya perubahan warna khusunya menjadi merah bata. Reagennya digunakan untuk
menguji atau memeriksa kehadiran gula pereduksi selain menguji adanya gula pereduksi juga
berlaku secara kuantitatif dimana semakin banyak gula yang dalam larutan maka warnanya
akan semakin gelap. Sesuai hasil pengamatn yang kami lakukan tes Benedict pada
karbohidrat tidak berubah warna.

H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Tes Benedict adalah tes untuk mengetes
adanya disakarida.monosakarida dan gula pereduksi dapat bereaksi dengan reagen beneditc
karena keduanya mengandung aldehida ataupun keton bebas.hasil positif ditunjukan dengan
perubahan warna.

3. Kegiatan 3
A. Judul : Tes Barfoed
B. Tujuan : Untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida
C. Dasar Teori :
Uji Barfoed adalah uji untuk mengetahui memisahkan antara monosakarida dan
disakarida pereduksi dalam suasana asam. Prinsip dari uji Barfoed ini adalah sampel
dicampurkan dengan cupri asetat dan asam asetat pada larutan Barfoed yang memberikan
keadaan asam. Kemudian dihasilkan endapan cupro oksida berwarna merah bata yang menjadi
indikasi hasil uji positifnya (Soendoro, 2005).
Uji Barfoed Adalah uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan
mengontrol kondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu 2+ menjadi
Cu+. Reagen Barfoed mengandung senyawa tembaga asetat. Pada uji Barfoed untuk
mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida. Endapan berwarna merah orange
menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel. Ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam
suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida
dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Hal inilah yang mendasari uji
Barfoed. Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida membentuk endapan merah bata
karena terbentuk hasil Cu2O (Kusbandari, 2015).

D. Alat Dan Bahan :


Alat
1. Pipet tetes
2. Rak tabung reaksi
3. Tabung reaksi
4. Gelas ukur
5. Gelas kimia
6. Penangas air
Bahan
1. Galaktosa
2. Laktosa
3. Glukosa
4. Maltosa
5. Kanji
6. Amilum
7. Natrium karbonat

E. Prosedur Kerja :
Larutan sampel
Menambahkan 2 ml reagen barfoed dalam
masing-masing tabung reaksi.

Menambahkan 1 ml larutan karbohidrat yang


aka diuji dalam tabung reaksi yang telah
F. Hasil Pengamatan

N NAMA HASIL HASIL KETERANGAN


O BAHAN
1 2

1 Natrium Biru Biru Berubah warna


karbonat kebening- dan adanya
beningan endapan
berwarna biru
muda

2 Glukosa Biru Biru Tidak berubah


warna, tetapi
volumenya naik

3 Galaktosa Biru Biru Muda Berubah warna


dan volume naik

4 Maltosa Biru Biru Tua Berubah warna

5 Kanji Biru Biru Muda Berubah warna


dan volume naik

6 Laktosa Biru Biru Muda Berubah warna

7 Amilum Biru Biru Tua Berubah warna

G. Pembahasan
Percobaan tes Barfoed larutan uji yang digunakan yaitu glukosa, galaktosa, maltosa,
laktosa, kanji, natrium karbonat, dan amilum. Dari hasil percobaan didapat data pengamatan
bahwa semua larutan terdapat brubah warna dan positif terhadap karbohidrat golongan
monosakarida. Pereaksi barfoed ini juga mereduksi Cu2⁺ menjadi Cu⁺, pada dasarnya
monosakarida mereduksi lebih cepat daripada disakarida. Pada hasil uji semuanya positif ada
endapan walaupun endapan itu berbeda jumlah dan warnanya. Pada sampel Glukosa tidak
berubah warna tetapi terjadi kenaikan volume dan natrium karbonat ada endapan dengan
warna biru muda. Pada sampel galaktosa berubah warna dan mengalami kenaikan volume.
laktosa dan maltosa terjadi perubahan warna. Pada sampel kanji, dan amilum ada perubahan
warna dan pada kanji terjadi kenaikan volume. Dilihat dari uji Barfoed, bila adanya
perubahan warna dan terdapat endapan pada sampel yang artinya sampel tersebut
mengandung monosakarida pereduksi. Pada sampel hanya natrium karbonat yang sesuai
dengan tes Barfoed dimana ada endapan warna biru muda. Apabila dilakukan pemanasan
yang lebih lama maka akan menghidrolisis disakarida menjadi pereaksi positif. Tapi pada
percobaan yang dilakukan tidak terlalu lama hanya sekitar 5 menit, sehingga yang bereaksi
hanya monosakarida yaitu menghasilkan endapan yang berwarna merah bata. Sedangkan
pada polisakari dan disakarida tidak terjadi pengendapan. Hal ini karena pereaksi barfoed
bersifat asam lemah dan hanya direduksi oleh monosakarida. Hal ini sesuai dengan literatur
menurut Krause (2006) Uji Barfoed memiliki prinsip berupa mekanisme Cu2+ dari pereaksi
Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida dari
pada disakarida (biru) dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata.
H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tes Barfoed merupakan tes yang
dilakukan untuk menguji monosakarida yang ditandai dengan warna merah bata dan terdapat
endapan pada bahan uji.

4. Kegiatan 4
A. Judul : Tes Iodium
B. Tujuan : Menentukan Polisakarida dengan memberikan warna
C. Dasar Teori :
Pada uji Iodium, uji karbohidrat yang bereaksi dengan iodine dilakukan untukmendeteksi ada
tidaknya karbohidrat, uji tersebut juga dilakukan untuk
mendeteksi polisakarida. Warna yang spesifik akan muncul saat iodine diteteskan pada polisakarida yang 
akan diuji. Amilum yang bereaksi dengan iodine akan berbentukwarna biru, sedangkan dexstrin akan
membentuk warna merah coklat dan reaksiglikogen dengan iodine akan membentuk warna coklat. Uji
iodine ini dilakukan untukmembedakan amilum dan glikogen
(Rismaka, 2009).
  Polisakarida juga dikenal sebagai poliosa merupakan karbohidrat majemuk yang
mempunyai susunan kompleks dengan berat molekul. Makromolekul ini merupakan polimer
monosakarida atau polimer turunan-turunan monosakarida. Apabila monomer polisakarida hanya terdiri
atas satu jenis monosakarida, polisakarida ini disebut homopolisakarida; apabila monomer terdiri atas
lebih dari satu jenis monosakarida atau turunan monosakarida, polisakarida ini disebut heteropolisakarida.

Diantara banyak polisakarida yang terdapat dialam, ada yang struktur kimianya mengandung
nitrogen, tetapi ada juga yang struktur kimianya tidak mengandung nitrogen. Berdasarkan monosakarida
penyusunya, polisakarida yang tidak mengandung nitrogen dapat dibedakan atas pentosan dan heksosan.
Polisakarida yang mengandung nitrogen sering disebut polisakarida campuran sebab umumnya termasuk
heteropolisakarida.Pada umumnya, polisakarida ini mempunyai monomer amino heksosa atau turunan
dari amino heksosa.
Pada organisme hidup, polisakarida berperan sebagai bahan makanan, terutama sebagai bahan
makanan pembentuk energi.Polisakarida yang berfungsi sebagai bahan makanan disebut polisakarida
nutrisi.Misalnya amilum dan glikogen.Polisakarida ada yang berperan sebagai pelindung sel-sel
organisme atau sebagai bahan kerangka penunjang jaringan tubuh.Polisakarida ini disebut polisakarida
arsitektural. Misalnya selulosa, pektin dan kitin. Selain itu, ada pula polisakarida yang mempunyai fungsi
khusus, misalnya asam kondroitin sulfat, heparin dan asam hialuruat.Amilum dan selulosa juga
mempunyai pemakaian yang luas dalam industri. Terutama sebagai bahan baku pembuatan senyawa la in.

D. Alat Dan Bahan :


Alat
1. Pipet tetes
2. Rak tabung reaksi
3. Tabung reaksi
4. Gelas ukur
5. Gelas kimia
6. Penangas air
Bahan
1. Galaktosa
2. Laktosa
3. Glukosa
4. Maltosa
5. Kanji
6. Amilum
7. Reagen Seliwanoff

E. Prosedur Kerja :
Larutan Sampel

Menambahkan 3 ml pereaksi Saliwanoff


dalam beberapa tabung reaksi yang telah
diberi tanda.

Meambahkan 3 tetes dari masing-masing


F. Hasil Pengamatan

No. Nama Bahan Hasil Keterangan


1 Glukosa Bening menjdi kuning cerah Berubah warna
2 galaktosa Bening menjadi kuning pucat Berubah warna
3 maltosa Bening tetap menjadi bening Tidak berubah
warna
4 laktosa Bening menjadi kuning pekat Berubah warna

5 kanji Putih oekat menjadi biru Berubah warna

6 amilum Bening menjadi keruh Berubah warna

7 Natrium karbonat Bening menjadi hijau pucat Berubah warna

G. Pembahasan
Percobaan tes Salinoff larutan uji yang digunakan yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa,
maltosa, laktosa, sukrosa, kanji, dan amilum. Pada percobaan uji Saliwanoff yang bertujuan
untuk uji spesifik karbohidrat golongan ketosa (karbohidrat yang mengandung gugus keton).
Dari hasil pengamatan setelah dilakukan pencampuran dari larutan uji Saliwanoff dengan
larutan uji, didapat hasil yang diurutkan dari warna merah sampai yang tidak merah
urutannya yaitu Fruktosa, sukrosa, galaktosa, amilum, maltosa, kanji, glukosa, dan laktosa,
yang menghasilkan reaksi positif pada uji tersebut yaitu galaktosa dan fruktosa, karena
terdapat warna merah, sedangkan aldosa yaitu glukosa dan laktosa memberikan hasil negatif
(tidak muncul warna merah). Hal ini sesuai dengan literatur menurut Sumardjo (2006) Uji
Saliwanoff adalah uji yang spesifik terhadap gula ketoheksosa seperti fruktosa. Ketosa
mengalami proses dehidrasi untuk memberikan derivat furfuralnya yang akan mengalami
kondensasi dengan dan membentuk senyawa kompleks berwarna merah.
H. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa uji tes iodium digunakan untuk
membedakan gula (karbohidrat) yang diuji masuk dalam kategori ketosa atau aldosa.
Dengan uji ini, gula fruktosa menghasilkan warna merah, sedangkan aldosa seperti glukosa
dan laktosa memberikan hasil negatif dengan tidak muncul warna merah pada larutan.
Polisakarida adalah polimer yang tersusun dari ratusan hingga ribuan satuan monosakarida yang
dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Polisakarida adalah karbohidrat, sehingga tersusun hanya dari
atom karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).

Polisakarida memiliki ukuran molekul yang besar sehingga mudah sekali ditemukan variasi-variasi di
dalamnya. Variasi ini sering dapat dilihat perbedaannya melalui sifat-sifat fisiknya.
5. Kegiatan 5
A. Judul
Tes asam mukat untuk galaktosa
B. Tujuan
Membedakan Kristal Glukosa dan Galaktosa
C. Dasar teori
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia yang berfungsi
untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat secara garis besar
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks.
(Sireger,2014).

Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi
utama bagi umat manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Karbohidrat yang
dihasilkan adalah karbohidrat sederhana glukosa. Di samping itu dihasilkan oksigen (O2) yang
lepas di udara (Almatsier, 2010).

Karbohidrat telah selalu digunakan secara luas di aquafeed karena potensial dalam
menghasilkan formulasi biaya paling sedikit dan mengurang katabolisme protein dan lipid
untuk energi (Songlin,2019).

Karbohidrat sederhana mempunyai sebuah rantai linear dari 3 atau lebih atom karbon,
salah satunya membentuk suatu gugus karbonil melalui sebuah rantai ganda dengan oksigen.
Karbohidrat sederhana disebut monosakarida yang mempunyai formula (CH2O)n (n ≥ 3).
Suatu monosakarida atau gula sederhana mengandung rantai karbon dengan sejumlah gugus
hidroksil (OH) dan salah satu gugus lain dapat berupa gugus aldehid (─CHO) atau satu gugus
keton (Wahyuni,2017).

Terdapat tiga golongan karbohidrat yang utama yaitu : monosakarida, oligosakarida


dan polisakharida. Kata sakarida diturunkan dari bahasa Yunani yang berarti gula.
Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu unit polisakharida aldehida atau
keton. D-glukosa adalah monosakarida yang paling banyak dijumpai di alam. Oligosakarida
(bahasa Yunani oligos yang artinya sedikit ) terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang
digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen. Diantaranya yang paling dikenal adalah
disakarida yang mempunyai dua unit monosakarida. Teristimewa adalah sukrosa (gula tebu)
yang terdiri gula D-glukosa dan D-fruktosa yang digabungkan oleh ikatan kovalen.
Kebanyakan oligo sakarida yang mempunyai tiga atau lebih unit monosakarida tidak terdapat
secara bebas, tetapi digabungkan sebagai rantai samping polipeptida pada proteoglikan .
Polisakharida terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit
monosakarida. Beberapa polisakharida seperti selulosa, mempunyai rantai lenier, sedangkan
yang lain seperti amilum (pati) dan glikogen mempunyai rantai yang bercabang.Polisakharida
yang paling banyak dijumpai pada dunia tanaman yaitu pati dan selulosa . Nama semua
monosakarida dan disakarida berakhiran –Osa( Qalsum,2015)
Monosakarida.
Monosa = gula sederhana, ialah karbohidrat dimana molekulnya tidak
dapat dihidrolisa lagi penjadi molekul yang lebih kecil.
Sifat dari monosakarida = mudah larut dalam air, larutannya berasa
manis.
Oligosakarida ialah gula yang bila terhidrolisa menghasilkan bebera
pa molekul monosakarida. Termasuk senyawa ini ialah :
a) disakarida, tersusun dari 2 molekul monosakarida .
b).trisakarida, tersusun dari 3 molekul monosakarida.,
c) tetrasakarida, tersusun dari 4 molekul monosakarida.
Sifat dari oligosakarida : mudah larut daiam air dan larutannya berasa manis.
Monosakarida dan oligosakarida karena berasa manis kedua golongan ini disebut gula.
Polisakarida, ialah karbohidrat dimana molekulnya apabila dihidroli
sa menghasilkan banyak sekali monosakarida (300).
Sifat polisakarida : sukar larut dalam air, larutannya dalam air be rupa kolloid dan
rasanya tidak manis, sering disebut bukan gula( Almatsier,2010).
Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya
stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan
fultural atau derivatya. Reaksi embentukan fultural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan
molekul air dari suatu senyawa. Pentosa-pentosa hamper secara kuantitatif semua
terdehidrasi menjadi fultural. Dengan dehidrasi heksosa-heksosa menghasilkan
hidroksimetilfurtural. Oleh karena furtural atau derivatnya dapat membentuk senyawa yang
berwarna apabila direaksikan dengan α naftol atau timol, reaksi ini dapat dijadikan reaksi
pengenal untuk karbohidrat( Almatsier,2010).
Sebagian besar karbohidrat, terutama golongan monosakarida dan disakarida seperti
glukosa, fruktosa, galaktosa, dan laktosa mempunyai sifat mereduksi. Sifat mereduksi dari
karbohidrat disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau gugus keton bebas dan gugus – OH
bebas (Daud, 2012). Glukosa adalah monosakarida yang paling penting, dimana sel hidup
menggunakan komponen ini sebagai sumber energi.3 Glukosa menjadi komponen utama
yang membentuk pati, yakni suatu unit polisakarida dalam gandum, beras, kentang, dan
sagu, yang pada umumnya menjadi bahan makanan pokok di berbagai belahan dunia
(Sandra,2014)
Glukosa adalah salah satu saccharides yang paling penting karena terlibat dalam
penyimpanan energi dan digunakan dalam banyak organisme hidup selain itu, glukosa
berfungsi sebagai blok bangunan di pembentukan selulosa dan hemiselulosa pada tanaman.
Namun, beberapa kompleks logam-glukosa tersedia [12, 16 -21]. Sampai sekarang, tidak ada
satu struktur kristal kalium-glukosa kompleks telah diselidiki (Sandra,2014)
Glukosa merupakan komponen karbohidrat dari kelompok monosakarida yang dapat
larut dalam air, tidak berwarna,berbentuk kristal padat dan paling banyak terdapat di
alam.Di dalam tubuh sendiri glukosa digunakan sebagai sumber energi. Di alam glukosa
dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan
klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk digunakan
untuk pembentukan amilum atau selulosa. Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi
terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air,
menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP (Firani,2017).
Glukosa dan galaktosa merupakan jenis karbohidrat yang mempunyai 6 atom
C(Heksosa) yang termasuk golongan aldosa.Sedangkan fruktosa merupakan kelompok
heksosa yang termasuk golongan ketosa.Struktur kimia glukosa,galaktosa serta fuksosa
digambarkan dibawah ini.
Gambar 1.Struktur kimia aldosa Gambar 2.Struktur kimia ketosa
Ket: Tanda panah merupakan gugus karbonil Ket;Tanda panah merupakan gugus
terminal O=CH karbonil C=O
Disakarida merupakan gabungan dari dua unit monosakarida.yang dihubungkan dengan
ikatan glikosidik.Contoh karbohidrat yang merupakan golongan disakarida yaitu laktosa
(Gabungan glukosa dan galaktosa),Maltosa (gabungan dari 2 unit glukosa).Dan sukrosa
(Gabungan glukosa dan fruktosa)(Xiao,2019)

D.Alat dan Bahan


Alat
1. pipet tetes
2. rak tabung reaksi
3. tabung reaksi
4. gelas ukur
5. gelas kimia
6. mikroskop
Bahan

1. galak tosa
2. glukosa
3. air
4. asam nitrat
E.Prosedur kerja
percobaan 5 (Tes asam muktat untuk glukosa )

Larutan sampel

Menempatkan 20 gr Galaktosa dalam tabung reaksi


dan 20 gr Glukosa dalam tabung lain

Menambahkan masing-masing 2 ml air dan 2 ml


asam nitrat pekat. memanaskan air mendidih selama
1-1,5 jam

Menambahkan 5 ml air, membiarksn selama 1


malam.peembentukan endapan Kristal asam nukleat
menunjukan adanya galaktosa

Mengamati adanya Kristal tersebut di bawah


mikroskop.
F.Hasil pengamatan

Gambar Keterangan
1.Kristal asam mukat

G.Pembahasan
Uji asam mukat bertujuan untuk menguji adanya galaktosa. Hal ini dikatakan karena pada
uji asam mukat terjadi proses oksidasi asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas galaktosa
menghasilkan asam mukat yang kurang larut dalam air berupa kristal asam mukat yang
mudah dimurnikan dan diketahui bentuk kristal maupun titik leburnya, sehingga jika dilihat
dibawah mikroskop terlihat endapan Kristal yang dihasilkan asam mukat. Berbeda halnya bila
dibandingkan dengan asam sakarat yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa tidak membentuk
Kristal sehingga terlihat warna lebih bening.
Pada percobaan tes asam mukat untuk galaktosa uji yang digunakan yaitu galaktosa dan
glukosa. Glukosa dan galaktosa dapat dibedakan berdasarkan kristalnya. Ketika di amati
pada mikroskop kristal terlihat bentuk kristal dari galaktosa, sedangkan bentuk kristal
glukosa tidak terlihat. Kristal yang terbentuk pada galaktosa ini disebabkan oleh adanya asam
nitrat pekat dalam keadaan panas. Kemudian didiamkan dalam 1 malam, sehingga galaktosa
kurang larut dalam air, dan juga kristal yang terdapat pada asam musat mudah dimurnikan
yang menandakan bahwa kristal yang terbentuk dapat menunjukkan adanya galaktosa.
Kristal tersebut bila di lihat kasat mata tidak terlihat, tetapi terlihat bila menggunakan
mikroskop. Akibat dari kristal inilah sehingga asam mukat glukosa lebih larut dalam air
dibanding larutan lainnya. Pembentukan endapan kristal asam mukat berarti menunjukkan
adanya galaktosa tetapi kristal yang dihasilkan pada percobaan ini hanya sedikit.

H. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa tes asam mukat dapat digunakan untuk
menguji adanya galaktosa yang ditandai dengan adanya kristal galaktosa.Ini terjadi karena proses
oksidasi oleh asam nitrat pekat dan keadaan panas dalam air mendidih galaktosa menghasilkan
asam mukat yang tidak larut dalam air dan berbentuk Kristal asam mukat.

DAFTAR PUSTAKA
Monruw. 2010. Pengantar Biokimia II. Jakarta : UI Press.
Poedjiadi, Anna dkk. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press.
Prananta, C.F,. 2004. Kimia Dasar 2 : commoa Textbook. Malang : UM Press.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedoktera.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wahyudi. 2005. Kimia Organik II. Malang : UM Press.

Anda mungkin juga menyukai