Anda di halaman 1dari 12

TUGAS BAHASA INDONESIA

MENGANALISIS TEKS CERITA SEJARAH

“KI HAJAR DEWANTARA”

Disusun Oleh :

OKTAVIA NINGSIH

XII.IPA 3

SMA NEGERI 3 METRO

TAHUN PELAJARAN 2017/2018


A. Identitas Teks Sejarah
1. Judul Teks
“ Ki Hajar Dewantara ”
2. Tokoh Utama
Ki Hajar Dewantara
3. Latar :
3.1 Waktu :
 2 Mei 1889
 Tahun 1908
 13 Juli 1913
 Tahun 1913
 Tahun 1919
 3 Juli 1922
 1 Oktober 1932
 Tahun 1957
 28 April 1959

3.2 Tempat :
 Yogyakarta
 Europeesche Lagere School (ELS) 
 STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) Batavia
 Belanda
 Taman Wijaya Brata
 Museum Dewantara Kirti Griya

3.3 Suasana :
 Tegang
 Bergelora
B. Struktur Teks Sejarah
1. Pengenalan
 Alinea 1
“Ki Hajar Dewantara adalah seorang tokoh pelopor pendidikan
bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.”
2. Rekaman Peristiwa
 Alinea 2
“Ki Hajar Dewantara bersekolah di Europeesche Lagere School
(ELS), setelah lulus dari ELS kemudian beliau bersekolah di
STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) namun tidak sampai tamat
sekolah karena sakit.”
 Alinea 3
“Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi sosial dan politik sejak
berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908.”
 Alinea 4
“Pada tahun 1913 Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker dan Tjipto
Mangoenkoesoemo diasingkan ke Belanda karena tulisan beliau
yang berjudul “Seandainya Aku Seorang Belanda (Als ik een
Nederlander was)”, dimuat dalam surat kabar De Expres.”
 Alinea 5
“Dalam pengasingan di Belanda, Ki Hajar Dewantara aktif dalam
organisasi para pelajar asal Indonesia, Perhimpunan
Hindia (Indische Vereeniging).”
 Alinea 6
“Pada tahun 1919, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia dan
menjadi guru di sekolah binaan saudaranya untuk mengembangkan
konsep mengajar bagi sekolah yang akan beliau dirikan.”
 Alinea 7
“Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah
sekolah Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs
Institut Taman Siswa).”
 Alinea 8
“Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantara
diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia disebut sebagai
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.”
 Alinea 9
“Ajarannya yakni tut wurihandayani, ing madya mangunkarsa, ing
ngarsa sungtulada.”
 Alinea 10
“Pada tanggal 28 April 1959 Ki Hajar Dewantara meninggal dunia
di Yogyakarta. Dimakamkan di Taman Wijaya Brata.”

3. Penutup
Penutup yang disampaikan dalam teks sejarah tersebut berupa
kesimpulan peristiwa tersebut.
 Alinea 11
“Untuk mengenang jasa-jasa Ki Hajar Dewantara pihak penerus
perguruan Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti
Griya,Yogyakarta, beliau juga dinyatakan sebagai Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya 2 Mei
dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional”
C. Kaidah Teks Sejarah

1. Kata Bermakna Lampau


 Alinea 1
o “...pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.”
o “...para pribumi yang pada saat itu tidak memperoleh hak....”
o “Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei
1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.”
 Alinea 2
o “...di Europeesche Lagere School (ELS) yang pada saat itu
merupakan sekolah dasar pada zaman penjajahan Belanda.”
o “...di Batavia pada zaman kolonial Hindia Belanda...”
 Alinea 3
o “Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) pada tahun 1908...”
 Alinea 4
o “...surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker, 13 Juli
1913.”
o “...mereka bertiga diasingkan ke Belanda pada tahun 1913”
 Alinea 6
o “Pada tahun 1919, Ki Hajar Dewantara kembali ke
Indonesia...”
 Alinea 7
o “Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan...”
o “...Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932.”
 Alinea 8
o “Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan ...”
 Alinea 10
o “...pada tanggal 28 April 1959 Ki Hajar Dewantara...”
2. Konjungsi Kausalitas
 Alinea 1
o “...tidak memperoleh hak pendidikan agar bisa memperoleh...”
 Alinea 2
o “...tidak dapat tamat di sekolah tersebut karena sakit.”
 Alinea 4
o “Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur
Jenderal Idenburg...”
 Alinea 7
o “... pribumi agar mereka mencintai bangsa dan tanah air...”

3. Konjungsi Temporal
 Alinea 2
“Setelah lulus dari ELS, kemudian beliau bersekolah di...”
 Alinea 3
o “Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) pada tahun 1908...”
o “Kemudian Douwes Dekker mendirikan Indische Partij...”
 Alinea 4
o “....memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan...”
 Alinea 5
o “Beliau kemudian merintis cita-citanya memajukan...”
 Alinea 6
o “...mengajar yang kemudian digunakannya untuk...”
 Alinea 7
o “...ordonansi itu kemudian dicabut.”
 Alinea 10
o “Dua tahun setelah mendapatkan gelar itu...”
4. Kata Bermakna Tindakan
 Alinea 1
o “...lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi...”
 Alinea 3
o “...propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah...”
o “...kaum Indonesia yang memperjuangkan pemerintahan...”
o “Kemudian Douwes Dekker mendirikan Indische Partij...”
 Alinea 4
o “Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai penulis dan wartawan...”
o “...ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg
dan akan diasingkan ke Pulau Bangka.”
o “...memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan...”
 Alinea 5
o “...merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi...”
o “...dengan belajar ilmu pendidikan hingga...”
o “...dalam mendirikan lembaga pendidikan yang...”
 Alinea 6
o “...pengalaman mengajar yang kemudian digunakannya untuk
mengembangkan konsep mengajar...”
 Alinea 7
o “...Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah sekolah...”
o “Perguruan ini sangat menekankan pendidikan...”
o “...mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang...”
o “...Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan
Ordonansi...”
o “...memperjuangkan haknya, ordonansi itu kemudian
dicabut.”
 Alinea 9
o “...tut wurihandayani (di belakang memberi dorongan)...”
o “...ing madya mangunkarsa (di tengah menciptakan peluang
untuk berprakarsa)...”
o “...ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan)...”
 Alinea 10
o “Dimakamkan di Taman Wijaya Brata...”
 Alinea 11
o “Untuk mengenang jasa-jasa Ki Hajar Dewantara...”
o “...Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara...”
o “...untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki
Hajar Dewantara...”
o “...telah direkam dalam mikro film dan dilaminasi atas
bantuan...”
o “Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan...”
o “...dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia...”
o “... 2 Mei dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional.”

5. Keterangan Tempat dan Waktu


 Alinea 1
o “Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2
Mei 1889...”
o “...dibesarkan di lingkungan keluarga kraton
Yogyakarta.”
 Alinea 2
o “Ki Hajar Dewantara bersekolah di Europeesche Lagere
School (ELS)...”
o “...zaman penjajahan Belanda di Indonesia.”
o “...kemudian beliau bersekolah di STOVIA (Sekolah
Dokter Bumiputera)...”
o “...sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia...”
 Alinea 3
o “Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) pada tahun 1908...”
o “...kesadaran masyarakat Indonesia (terutama di Jawa)...”
o “Kongres pertama Boedi Oetomo di Yogyakarta juga...”
o “...memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia
Belanda...”
 Alinea 4
o “...surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker, 13 Juli
1913.”
o “...mereka bertiga diasingkan ke Belanda pada tahun 1913”
 Alinea 5
o “Dalam pengasingan di Belanda, Ki Hajar Dewantara...”
 Alinea 6
o “Pada tahun 1919, Ki Hajar Dewantara kembali ke
Indonesia...”
o “Menjadi guru di sekolah tersebut membuatnya...”
 Alinea 7
o “Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan...”
o “...Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932.”
 Alinea 8
o “Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan ...”
o “...dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah
Mada.”
 Alinea 9
o “...menjadi dasar pendidikan di Indonesia...”
 Alinea 10
o “...pada tanggal 28 April 1959 Ki Hajar Dewantara meninggal
dunia di Yogyakarta”
o “Dimakamkan di Taman Wijaya Brata, makam untuk
keluarga Taman Siswa.”
 Alinea 11
o “...mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya di
Yogyakarta”
o “...dan hari kelahirannya 2 Mei dijadikan sebagai Hari
Pendidikan Nasional.”

“ Ki Hajar Dewantara ”

Ki Hajar Dewantara adalah seorang tokoh pelopor pendidikan bagi kaum


pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia merupakan pendiri
Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi yang pada saat itu tidak memperoleh hak
pendidikan agar bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi
maupun orang-orang Belanda. Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada
tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal
dari lingkungan keluarga Pakualaman, putra dari GPH Soerjaningrat, dan cucu
dari Pakualam III dan dibesarkan di lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. 

Ki Hajar Dewantara bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS)


yang pada saat itu merupakan sekolah dasar pada zaman penjajahan Belanda di
Indonesia. Setelah lulus dari ELS, kemudian beliau bersekolah di STOVIA
(Sekolah Dokter Bumiputera) sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia
pada zaman kolonial Hindia Belanda, saat ini menjadi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Namun ia tidak dapat tamat di sekolah tersebut karena
sakit.

Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak


berdirinya Boedi Oetomo (BO) pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda
untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia
(terutama di Jawa) mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa
dan bernegara. Kongres pertama Boedi Oetomo di Yogyakarta juga diorganisasi
olehnya. Ki Hajar Dewantara juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu
organisasi multietnik yang didominasi kaum Indonesia yang memperjuangkan
pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker.
Kemudian Douwes Dekker mendirikan Indische Partij, beliau diajak juga.

Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai penulis dan wartawan diberbagai


surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia,
Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisan-tulisannya komunikatif dan
tajam dengan semangat antikolonial. Tulisan Ki Hajar Dewantara yang paling
terkenal adalah “Seandainya Aku Seorang Belanda (Als ik een Nederlander was)”,
dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker, 13 Juli 1913.
Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan
akan diasingkan ke Pulau Bangka. Namun, Douwes Dekker dan Tjipto
Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke
Belanda pada tahun 1913. Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai".

Dalam pengasingan di Belanda, Ki Hajar Dewantara aktif dalam


organisasi para pelajar asal Indonesia, Perhimpunan Hindia (Indische
Vereeniging). Beliau kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi
dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu
ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan
lembaga pendidikan yang didirikannya.

Pada tahun 1919, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia dan


bergabung dalam sekolah binaan dari saudaranya. Menjadi guru di sekolah
tersebut membuatnya mempunyai pengalaman mengajar yang kemudian
digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang akan
dia dirikan.

Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah sekolah


Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Institut Taman Siswa).
Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada pribumi
agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh
kemerdekaan. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan
mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Namun berkat
kegigihan memperjuangkan haknya, ordonansi itu kemudian dicabut.
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantara diangkat
menjadi Menteri Pengajaran Indonesia disebut sebagai Menteri Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar
doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua
Indonesia, Universitas Gadjah Mada.

Ajarannya yakni tut wurihandayani (di belakang memberi dorongan),ing


madya mangunkarsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa),ing
ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan) akan selalu menjadi dasar
pendidikan di Indonesia dan menjadi slogan kementrian pendidikan nasional.

Dua tahun setelah mendapatkan gelar itu ,tepatnya pada tanggal 28 April
1959 Ki Hajar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta. Dimakamkan di
Taman Wijaya Brata, makam untuk keluarga Taman Siswa.

Untuk mengenang jasa-jasa Ki Hajar Dewantara pihak penerus perguruan


Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya di Yogyakarta untuk
melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hajar Dewantara. Dalam museum
ini terdapat benda-benda atau karya-karyanya sebagai pendiri Taman Siswa dan
kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis
atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat menyurat semasa hidup Ki
Hajar Dewantara sebagai jurnalis , pendidik,budayawan dan sebagai seorang
seniman telah direkam dalam mikro film dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip
Nasional. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan, beliau dinyatakan sebagai
Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya 2 Mei dijadikan
sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai