Anda di halaman 1dari 66

MODUL

PENGENDALIAN HAMA

Disusun Oleh:
Mela Nurfitria, S.P

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan
karunia sehingga diberikan kemampuan untuk menyusun modul ini. Hama merupakan salah
satu Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang memerlukan perhatian khusus dalam
budidaya tanaman mengingat banyak jenisnya dan berbagai karakteristiknya. Modul ini
memaparkan mengenai hama, inang dan ambang ekonomi; penggolongan hama, dan
pengendalian hama. Tujuan disusunnya modul ini adalah untuk menunjang kegiatan
pembelajaran di Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH)
pada materi pengendalian hama tanaman.
Semoga modul ini dapat bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran, saran dan kritik akan
sangat bermanfaat demi perbaikan modul ini. Terimakasih.

Subang, Januari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
PETUNJUK SISWA iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Prasyarat 2
KEGIATAN BELAJAR 1 3
Hama, Inang, Dan Ambang Ekonomi 3
Tujuan Kegiatan Belajar 1 3
Uraian Materi 1 3
Rangkuman 1 5
Tugas 1 5
Tes Formatif 1 6
KEGIATAN BELAJAR 2 6
Penggolongan Hama 7
Tujuan Kegiatan Belajar 2 7
Uraian Materi 2 7
Tugas 2 32
Tes Formatif 2 32

ii
KEGIATAN BELAJAR 3 33
Pengendalian Hama 33
Tujuan Kegiatan Belajar 3 33
Uraian Materi 3 33
Rangkuman 3 46
Tugas 3 47
Tes Formatif 3 48
EVALUASI 49
Tes Formatif 2 50
Tes Formatif 3 51
EVALUASI 53
DAFTAR PUSTAKA 57

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Agrotis ipsilon 16


Gambar 2. Holotrichia sp. 16
Gambar 3. Gryllotalpa sp. 17
Gambar 4. Liriomyza sp. 18
Gambar 5. Epilachna sparsa 18
Gambar 6. Spodoptera litura 19
Gambar 7. Helicoverpa armigera 20
Gambar 8. Empoasca sp. 20
Gambar 9. Myzus persicae dan Aphis gossypii 21
Gambar 10. Bemisia tabaci 22
Gambar 11. Thrips sp 22
Gambar 12. Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus sp. 23
Gambar 13. Bactrocera sp. 24
Gambar 14. Ostrinia furnacalis 24
Gambar 15. Valanga nigricornis 25

iii
PETUNJUK SISWA

Agar para siswa dapat berhasil dengan baik dalam menguasai modul ini, maka para siswa
diharapkan mengikuti petunjuk sebagai berikut :
1. Bacalah lembar informasi dengan cermat dari setiap kegiatan belajar.
2. Perhatikan dengan baik setiap hal yang dijelaskan atau diperagakan oleh
instruktur/guru.
3. Bacalah isi penjelasan lembar kerja dengan teliti
4. Tanyakan kepada instruktur/guru, bila ada hal-hal yang tidak dipahami dalam modul
ini.
5. Gunakan buku-buku pendukung (bila diperlukan) agar lebih memahami konsep setiap
kegiatan belajar yang ada dalam modul ini.
6. Periksa kondisi alat dan bahan yang akan dipakai dalam kegiatan praktek.
7. Kerjakan kegiatan yang ada dalam lembar kerja dengan teliti (sesuai langkah kerja), dan
setiap langkah kerja perlu dimengerti dengan baik.
8. Usahakan untuk mengikuti kegiatan belajar sesuai dengan urutannya, tidak mencoba
melangkah ke kegiatan belajar yang lain sebelum selesai yang pertama.
9. Kerjakan lembar latihan, setelah melaksanakan kegiatan Praktek, dan kumpulkan.
10. Catat hal-hal yang masih perlu didiskusikan.

iv
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman budidaya memerlukan pemeliharaan yang optimal agar diperoleh hasil yang
optimal pula. Salah satu pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman budi daya adalah
pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yaitu: a) Hama; b) Penyakit; dan c)
Tumbuhan pengganggu atau gulma.
Hama adalah binatang atau hewan yang secara kasat mata tampak jelas di lapangan atau
suatu tempat tertentu dengan menimbulkan gejala serangan pada tanaman atau hasil tanaman
pada tingkat yang melebihi batas ambang ekonomi. Hewan atau binatang yang dapat
dikelompokkan sebagai hama terdiri dari 3 phylum, yaitu:
1) Phylum Arthropoda (binatang beruas/bersegmen) misalnya Serangga dan tungau; 2) Phylum
Chordata (binatang bertulang belakang) misalnya kera, babi hutan, tikus, burung dan kelelawar;
3) Phylum Mollusca (Binatang lunak) misalnya siput atau bekicot.
Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan dan pemahaman terhadap jenis hama
(nama umum, siklus hidup dan karakteristik) dan gejala kerusakan tanaman menjadi sangat
penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian.
Kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian hama dapat membuang banyak
biaya, waktu juga tenaga. Pada prinsipnya, mengendalikan hama adalah mengelola populasi
hama sedemikian rupa sehingga populasinya berada di bawah Ambang Ekonomi. Jika populasi
hama terkendali, usaha budidaya tanaman dapat terus berjalan dan keseimbangan ekosistem
dapat terus terjaga. Dalam usaha meningkatkan produksi pangan, perlindungan tanaman
mempunyai peranan penting dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha
tersebut. Perlindungan tanaman dapat membatasi kehilangan hasil oleh organisme pengganggu
dan menjamin kepastian serta memperkecil resiko berproduksi. Dalam melaksanakan

1
pengendalian organisme pengganggu, pemerintah telah mengaturnya dalam UU No. 12 tahun
1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Dalam UU No. 12 tahun 1992 pada Pasal 20
ditetapkan bahwa perlindungan tanaman ditetapkan dengan sistem Pengendalian Hama
Terpadu (PHT). Undang-undang tersebut memberikan landasan dan dukungan hukum yang
kuat bagi pelaksanaan dan penerapan konsep PHT pada umumnya dan pengurangan
penggunaan pestisida pada khususnya. Suatu program pengelolaan hama terpadu dapat saja
menggunakan musuh alami, varietas tanaman tahan hama, pergiliran tanaman, sanitasi, dan
lain-lain untuk menekan populasi hama di bawah tingkat kerusakan ekonomi.

Tujuan
Dengan mempelajari modul ini diharapkan peserta didik mampu menjelaskan hama, inang dan
ambang ekonomi; merinci penggolongan hama; dan mengendalikan hama dengan pengendalian
hama terpadu.

Prasyarat
Untuk mempelajari modul ini, peserta didik harus sudah menguasai mata pelajaran
Dasar-dasar Budidaya Tanaman, Biologi, Kimia.

2
KEGIATAN BELAJAR 1
Hama, Inang, Dan Ambang Ekonomi

Tujuan Kegiatan Belajar 1


Menjelaskan pengertian hama, inang, dan ambang ekonomi

Uraian Materi 1
Salah satu kendala yang harus dihadapi dalam proses budidaya tanaman adalah masalah
gangguan hama. Hama adalah makhluk hidup yang aktif menyerang dan merusak dan
merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia yang keberadaannya di lapangan
(pertanaman) tidak diharapkan karena dapat menimbulkan kerusakan pada bagian tanaman
tertentu maupun tanaman secara utuh sehingga menurunkan kualitas maupun kuantitasnya,
meningkatkan risiko serangan penyakit tanaman, menurunkan produksi/hasil panen
(produktivitas) dan menyebabkan kegagalan panen. sehingga mengakibatkan kerusakan secara
ekonomis.
Secara spesifik inang dapat diartikan sebagai tumbuhan yang diserang hama dan
dimanfaatkan sebagai tempat hidup dan makan untuk sementara, sambil menunggu kesempatan
untuk menyerang tanaman budidaya. Pada umumnya tumbuhan inang adalah gulma atau pohon
pelindung.
Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis hama yang umum
dijumpai di lingkungan pertanian (nama umum, siklus hidup dan karakteristik) sangat
diperlukan bagi petugas lapangan. Dengan pengenalan hama tersebut maka fungsi dan berbagai
hal yang menyangkut masing-masing hama dapat diketahui. Pengenalan terhadap gejala
kerusakan tanaman juga menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam
mengambil langkah/tindakan pengendalian. Kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan
pengendalian hama dapat membuang banyak biaya, waktu juga tenaga.

3
Batasan kerusakan ekonomis adalah tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh organisme
pengganggu tanaman melampaui batas toleransi pertumbuhan dan hasil tanaman, sehingga
sangat merugikan atau menurunkan tingkat keuntungan dan pendapatan petani. Oleh karena itu,
kehadiran hama perlu dikendalikan jika populasinya telah melebihi Ambang Ekonomi (AE).
Jenis tanaman yang dibudidayakan oleh petani dapat mempengaruhi nilai AE dari OPT, artinya
tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi akan memiliki nilai ambang ekonomi yang tinggi
pula. Konsep AE lebih menekankan aspek pengambilan keputusan kapan dan di mana petani
harus menggunakan pestisida agar tindakan tersebut efektif menurunkan populasi hama dan
mencegah kerugian lebih lanjut serta meningkatkan keuntungan usaha tani.
Penentuan Ambang Ekonomi suatu OPT didasarkan pada: jenis OPT, jenis tanaman.
Ambang Ekonomi untuk setiap OPT berbeda karena setiap OPT secara biologi dan ekologi
tidak sama. Ada OPT yang menyerang tanaman pada fase pembibitan, fase pertumbuhan
vegetatif dan fase generatif pada saat pengisian bulir dan polong. Ada pula OPT yang
menyerang sepanjang umur hidup tanaman. apabila OPT tersebut merupakan OPT utama maka
nilai AE cukup tinggi, misalnya hama Wereng (Nephotettix virescens) nilai Ambang
Ekonominya adalah 5 nimfa per tunas pada saat tidak ada serangan penyakit Tungro, jika ada
serangan Tungro maka 1 nimfa per tunas. Jenis tanaman menyangkut Nilai ekonomi tanaman,
yaitu nilai uang tanaman jika tanaman tersebut dipanen daunnya, bunganya, buahnya, akarnya
atau keseluruhan tanaman per satuan bobotnya. Dengan demikian ambang ekonomi
sebagaimana didefinisikan di atas tergantung pada tiga parameter, yaitu:
1. Biaya penyemprotan/biaya pengendalian (Rp/ha)
2. Harga komoditi (Rp/kg)
3. Kehilangan hasil per unit kepadatan serangga (kg/ha per serangga/m2 atau pohon atau
tanaman)
Secara sistematis ambang ekonomi dihitung sebagai berikut:

4
Dimana,
AE : Ambang Ekonomi (serangga/m2)
BP : Biaya Pengendalian/aplikasi Pestisida (Rp/ha)
HK : Harga Komoditi (Rp/kg)
KH : Kehilangan Hasil (kg/ha/serangga/m2 atau pohon atau
tanaman)

Rangkuman 1

● Hama adalah makhluk hidup yang aktif menyerang dan merusak dan merugikan

tanaman yang dibudidayakan manusia yang keberadaannya di lahan tidak diharapkan


karena dapat menimbulkan kerusakan pada bagian tanaman sehingga menurunkan
kualitas maupun kuantitasnya, meningkatkan risiko serangan penyakit tanaman,

● menurunkan produksi/hasil panen (produktivitas) dan menyebabkan kegagalan panen.

sehingga mengakibatkan kerusakan secara ekonomis.

● Secara spesifik inang dapat diartikan sebagai tumbuhan yang diserang hama dan

dimanfaatkan sebagai tempat hidup dan makan untuk sementara, sambil menunggu
kesempatan untuk menyerang tanaman budidaya. Pada umumnya tumbuhan inang
adalah gulma atau pohon pelindung.

● Ambang ekonomi adalah tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh organisme

pengganggu tanaman melampaui batas toleransi pertumbuhan dan hasil tanaman,


sehingga sangat merugikan atau menurunkan tingkat keuntungan dan pendapatan petani

Tugas 1
1). Lakukan pengamatan mengenai hama tanaman budidaya dengan cara:
a. Tentukan lahan yang akan diamati
b. Identifikasi hama yang menyerang tanaman, identifikasi ambang ekonominya

5
3). Catat hasil observasi tersebut, buat kesimpulan dan diskusikan dengan teman dan
lakukan studi literatur pada modul maupun sumber lain yang relevan
4). Presentasikan hasil pengamatan.

Tes Formatif 1
1. Apa yang dimaksud dengan hama?
2. Apa yang harus dilakukan terhadap tanaman inang?
3. Berapa ambang ekonomi untuk tanaman melon yang ditanam pada lahan 1 ha, jika
terjadi serangan hama yang menyebabkan kehilangan hasil 200 kg/ha buah melon
dengan biaya pengendalian hama Rp. 3.000.000 per hektar (harga jual melon Rp.
15.000 per kg)

Tuliskan Jawaban Anda Disini.

KEGIATAN BELAJAR 2
Penggolongan Hama

Tujuan Kegiatan Belajar 2


Merinci penggolongan hama berdasarkan berbagai aspek dan klasifikasi ilmiah

Uraian Materi 2
A. Penggolongan Hama Berdasarkan Berbagai Aspek

1. Aspek Arti Ekonomi


1). Hama utama/hama kunci

6
Hama utama atau hama kunci merupakan hama yang selalu menyerang tanaman
dengan intensitas berat, dalam kurun waktu yang lama pada daerah yang luas dan
dapat menyebabkan kerugian ekonomi sehingga memerlukan usaha pengendalian.
2) Hama kadangkala/hama minor
Hama minor merupakan spesies hama kurang penting karena kerusakan yang
ditimbulkan masih dapat ditoleransi oleh tanaman. Kelompok hama ini responsive
terhadap perlakuan yang diberikan pada hama utama, sehingga perlu diperhatikan
agar statusnya tidak berubah menjadi hama utama
3) Hama Potensial
Hama potensial merupakan spesies hama yang dalam kondisi normal dari
ekosistem pertanian tidak menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi. Golongan
hama ini sebagian besar adalah herbivore yang saling berebut inang dan dapat
berpotensi menjadi hama berbahaya apabila salah dalam perlakuan dan pengelolaan
ekosistem
4) Hama Migrant
Hama migrant adalah spesies hama yang mempunyai sifat suka berpindah. Hama ini
bukan berasal dari ekosistem pertanian setempat namun dapat menimbulkan
kerugian berarti dengan jangka waktu yang pendek karena mereka akan segera
berpindah kembali.
2. Aspek proses produksi
a. Hama pra panen
Hama pra panen adalah hama yang menyerang tanaman mulai dari periode bibit
sampai panen di lahan pertanian
b. Hama pasca panen
Hama pasca panen adalah hama yang menyerang produk pertanian sejak panen,
pengolahan, sampai penyimpanan di gudang.
3. Aspek cara menyerang
a. Hama penggerek

7
Hama penggerek merupakan spesies hama yang menyerang tanaman dengan
cara mengebor atau melubangi tanaman kemudian hama tersebut masuk ke
dalamnya
b. Hama pengorok daun
Hama pengorok merupakan spesies hama yang menyerang dengan
melubangi/mengorok bagian tanaman yaitu daun dan kemudian masuk ke
dalamnya
c. Hama pencucuk-penghisap
Hama pencucuk penghisap merupakan spesies hama yang menyerang tanaman
dengan cara menusukkan alat mulutnya berupa stilet dan menghisap cairan
tanaman
d. Hama penghisap
Hama penghisap merupakan spesies hama yang menyerang tanaman dengan
cara menusukkan alat mulutnya berupa belalai dan menghisap cairan tanaman
e. Hama pemakan
Hama pemakan merupakan hama yang menyerang tanaman dengan cara
memakan/menggigit bagian tanaman inang.
4. Aspek bagian tanaman yang diserang
a. Hama Primer
Hama primer biasa disebut hama langsung, yaitu hama yang menyerang bagian
tanaman yang langsung dipanen atau menyerang bagian vital tanaman. Pada
hama pasca panen, hama primer menjadi julukan untuk hama yang dapat hidup,
menyerang, dan berkembang biak pada bebijian.
b. Hama sekunder
Hama sekunder adalah hama yang tidak menyerang bagian tanaman vital. Pada
hama pasca panen, hama sekunder menjadi julukan untuk hama yang tidak dapat
hidup, menyerang, dan berkembang pada bebijian dan hidup pada sisa sisa
pakan dari hama primer.

8
5 Aspek kisaran inang
a. Hama polifag
Hama polifag merupakan hama yang mempunyai banyak jenis tanaman inang
b. Hama oligofag
Hama oligofag merupakan spesies hama yang memiliki beberapa jenis tanaman
inang
c. Hama monofag
Hama monofag merupakan hama yang hanya mempunyai satu jenis tanaman
inang
6. Aspek prioritas
a. Hama pertama
Hama pertama merupakan spesies hama sasaran dari suatu program
pengendalian dan merupakan hama utama/hama kunci
b. Hama kedua
Hama kedua merupakan hama yang semula adalah hama minor atau hama
potensial yang kemudian berubah menjadi hama berbahaya dan hama utama
7. Aspek tata nama
a. Nama umum Nama umum hama bersifat lokal, nasional, atau regional.
Pemberian nama umum didasarkan pada beberapa hal yaitu :
1) Berdasarkan ciri-ciri hama bersangkutan
2) Berdasarkan bagian tanaman yang diserang
3) Berdasarkan habitat dan binatang perusak
4) Berdasarkan gejala serangan
b. Nama sistematika
Nama sistematika bersifat internasional dan dikelompokkan mulai dari golongan
filum, kelas, ordo, family, genus, sampai spesies.

B. Penggolongan Berdasarkan Klasifikasi Ilmiah

9
Binatang yang dikelompokkan sebagai hama, berada dalam 3 phylum, yaitu: 1) Phylum
Arthropoda (binatang beruas/bersegmen), terdiri atas Kelas Insekta (serangga) dan Kelas
Arachnida (tungau); 2) Phylum Chordata (binatang bertulang belakang), terdiri atas Kelas
mamalia (binatang menyusui) dan Kelas aves (burung); dan 3) Phylum Mollusca (binatang
lunak), terdiri atas Kelas Gastropoda (siput).

1. Phylum Arthropoda
Jenis dan jumlah serangga sangat banyak dan mempunyai berbagai peran yang
mendukung keberlangsungan makhluk hidup. Dari seluruh jumlah spesies serangga yang
diketahui (1 juta jenis serangga), serangga yang menjadi hama hanya berjumlah 1% saja,
selebihnya merupakan serangga berguna antara lain serangga-serangga yang berperan sebagai
dekomposer, penyerbuk, penghasil makanan dan bahan-bahan yang berguna bagi manusia.
Serangga yang berperan sebagai hama adalah dari golongan Lepidoptera, Coleoptera,
Orthoptera, Hemiptera, Diptera, dan Thysanoptera. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
serangga sering menjadi hama yaitu: a) Serangga merupakan kelompok terbesar di dalam dunia
hewan yaitu kurang lebih 2/3 dari spesies hewan yang diketahui adalah serangga. b) Serangga
memiliki kemampuan daya adaptasi yang tinggi, misalnya serangga mampu hidup di daerah
lembah hingga puncak gunung, serangga mampu hidup di daerah gurun pasir, daerah tropis,
daerah tundra, bahkan daerah kutub bumi. c) Serangga mempunyai jenis makanan yang
beragam. Dengan adanya keragaman jenis makanan maka kompetisi antar serangga untuk
memperebutkan makanan menjadi kecil. Dengan tidak adanya perebutan makanan tersebut
maka serangga-serangga dari berbagai jenis yang berbeda dapat saling hidup berdampingan. d)
Serangga mampu berkembang biak dengan cepat. Kemampuan serangga berkembang biak
dengan cepat menyebabkan serangga cepat pula menyesuaikan perubahan yang terjadi di
lingkungan. e) Serangga termasuk hewan poikilotermik yaitu suhu tubuh serangga berubah
mengikuti perubahan suhu lingkungan sehingga lebih efisien dalam penggunaan energi. f)
Serangga memiliki kerangka luar atau integumen untuk menjaga evaporasi. Kemampuan

10
menjaga evaporasi ini menyebabkan serangga hanya membutuhkan sedikit air untuk menjaga
keberlangsungan hidupnya.

Serangga mempunyai peran negatif sebagai hama karena serangga merugikan manusia
dalam hal memakan tanaman pertanian, pemakan bahan makanan persediaan (hama gudang),
penular penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Ada tiga faktor utama yang mendorong
berkembangnya serangga menjadi hama yang merugikan manusia, yaitu: a) Manusia mengubah
lingkungan asli serangga untuk dijadikan usaha pertanian dengan memasukkan spesies tanaman
baru yang sebelumnya tidak ada; b) Hewan atau serangga terbawa ke tempat baru melintasi
rintangan geografis tertentu tetapi musuh alami (predator dan parasitoid) tertinggal di tempat
asal; c) Penetapan ambang ekonomi suatu populasi hewan atau serangga perusak tanaman yang
lebih rendah atau menurunnya toleransi manusia terhadap kerusakan tanaman
Tanda-tanda atau gejala serangan hama yang biasa muncul di lapangan berkaitan
dengan tipe alat mulut hama. Tipe-tipe alat mulut hama serta gejala kerusakan yang
ditimbulkannya, antara lain:
1). menggigit-mengunyah: pada kumbang, belalang, ulat, dan lain lain
a. tanda serangan pada daun tampak sobekan, gerakan, berlubang-lubang, daun hanya
tinggal tulang daunnya saja, daun merekat/menggulung menjadi satu, atau daun habis
dimakan sama sekali
b. tanda serangan pada akar menyebabkan tanaman layu, akhirnya mati
c. pada polong atau buah tampak berlubang, atau ada bekas gerekan
2). menusuk-menghisap: pada berbagai macam kepuk
a. tanda serangan pada polong atau biji tampak noda hitam bekas tusukan
b. daun yang terserang menjadi layu dan kering
c. buah padi matang susu yang diserang menjadi hampa dan perkembangannya kurang
baik
3). mengisap: biasanya pada kutu-kutu tanaman
a. tanda serangan pada daun munculnya cendawan jelaga

11
b. daun yang terserang berbentuk tidak normal, kerdil, menggulung/keriting
c. terdapat bercak-bercak klorosis (kuning) pada daun
4). meraut-menghisap: pada thrips
a. tanda serangan pada daun terdapat bercak warna putih keperakan
b. pertumbuhan tanaman menjadi kerdil
c. jika menyerang bunga, mahkota bunga akan gugur

Siklus hidup hama sesuai dengan tipe alat mulutnya:


1). Spodoptera litura
Nama umum : ulat grayak atau ulat tentara
Tanaman inang : tembakau, kedelai, kacang tanah, kentang, cabai, bawang merah, kubis,
dan lain-lain
Fase merusak : larva Instar I-IV dengan cara menggigit dan mengunyah
Tipe alat mulut : menggigit-mengunyah

12
2). Nezara viridula

13
Nama umum : kepik hijau atau lembing hijau, pengisap polong
Tanaman inang : kedelai, buncis, kacang hijau,kacang panjang, jagung, padi, kedelai,
kapas, dan lain-lain
Fase merusak : nimfa – Imago
Tipe alat mulut : menusuk-menghisap

3). Thrips
Tanaman inang : kentang, cabai, kacang kacangan,tembakau, bawang, labu, dan lain-lain
Fase merusak : nimfa – Imago dengan cara menghisap cairan tanaman

14
Tipe alat mulut : meraut-menghisap

4) Tungau / Tetranychus cinnabarinus


Nama lain : tungau merah
Tanaman inang : jeruk, apel, kapas, terong, kacang tanah, buncis,
ketimun, tanaman hias, singkong, pepaya, tomat, dan lain-lain

15
Fase merusak : nimfa – Imago dengan cara mengisap cairan sel
tanaman

5). Bemisia tabaci


Nama umum : kutu kebul
Tanaman inang : kapas, kacang tanah, buncis, kapri, cabai, tembakau, tomat, ubi jalar,
ketimun, singkong, kubis, jambu biji, dan lain lain

16
Fase menyerang : nimfa dan Imago dengan cara mengisap cairan sel tanaman

Jenis-jenis hama yang sering menyerang tanaman, yaitu:


1. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Serangga dewasa berupa ngengat yang aktif terbang pada malam hari. Tubuh serangga
dewasa keabu-abuan dengan sayap berwarna kelabu dengan tanda hitam coklat. Ulat berwarna
hitam keabu-abuan, aktif merusak tanaman pada malam hari dan kadang-kadang

17
bersifat kanibal. Gejala serangannya ditandai dengan adanya tanaman muda yang patah
atau tangkai daunnya terpotong. Tanaman inangnya antara lain adalah tanaman muda yang baru
ditanam seperti cabai, kubis bunga,
jagung, kacang panjang, dan lain lain.

1. Uret (Holotrichia sp.)


Serangga dewasa berupa kumbang berwarna coklat dengan panjang tubuh ± 2,5 cm.
Kepala larva berwarna putih kemerahan dan ciri khas larva uret perutnya dalam posisi
membengkok. Gejala serangan ditandai dengan adanya tanaman muda yang roboh karena
dipotong pangkal batangnya. Pada umbi kentang terdapat lubang-lubang yang tidak beraturan.
Tanaman inangnya antara lain adalah padi, jagung, kentang, dan lain lain.

Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida,
Phyllophaga helleri. Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur – larva
(uret) – pupa – imago (kumbang). Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu
merusak dibanding uratnya. Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik
agar vigor tanaman baik.

18
1. Orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa African)
Serangga berwarna coklat kehitaman dengan
sepasang kaki depan yang kuat. Hidup dibawah
tanah yang lembab dengan membuat terowongan.
Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi
tingkat kerusakan tanaman lebih besar dari pada
manfaatnya sebagai predator. Nimfa muda memakan
humus dan akar tanaman, imago
Gambar 3. Gryllotalpa sp.

betina sayapnya berkembang setengah, yang jantan dapat mengetik di senja hari. Sifatnya
sangat polifag, memakan akar, umbi, ubi dan tanaman muda. Gejala serangan ditandai dengan
tanaman atau tangkai daun rebah, karena pangkalnya dipotong, pada umbi kentang terdapat
lubang-lubang. Tanaman inangnya antara lain adalah tanaman muda yang baru ditanam seperti
cabai, tomat, terong, bayam, kangkung, pare, kacang panjang, dan kentang. Pengendaliannya
diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.

1. Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.)


Serangga dewasa lalat pengorok daun berupa lalat kecil yang berukuran ±2 mm. Larva aktif
mengorok dan membuat lubang pada jaringan daun. Gejala serangan ditandai adanya bintik-
bintik putih dan alur kerokan yang berwarna putih pada permukaan daun. Tanaman inang
antara lain ialah bawang merah, buncis, cabai, kacang panjang, kentang, labu, mentimun
oyong, seledri, semangka, tomat, dan terung. Pengorok daun atau hama putih (Nymphula
depunctalis) menyerang daun padi sejak di persemaian hingga di lapangan.
Gejalanya daun padi yang telah dikerok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja. Larva
bersifat semi akuatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen. Larva membuat
gulungan/kantong dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air. Larva berwarna hijau,
perkembangan sampai menjadi pupa 14 – 20 hari. Stadia pupa 4 – 7 hari. Pengendaliannya
dengan meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan air

19
sebagai sumber oksigen, serta menggunakan lalat
Tabanidae dan semut Solenopsis geminata sebagai
musuh alami.
Gambar 4. Liriomyza sp.

1. Oteng-oteng (Epilachna sparsa)


Serangga dewasa oteng-oteng berupa kumbang kecil
yang panjangnya ± 1 cm, berwarna merah dengan
bintik-bintik hitam. Stadia larva pada punggungnya
terdapat duri-duri seperti landak. Pada stadia larva ini
yang paling merusak. Larva dan imago memakan
permukaan daun bagian atas dan bawah sedangkan
lapisan epidermis dan tulang daun ditinggalkan. Tanaman inangnya antara lain adalah bayam,
kacang panjang, kangkung, kentang, terong, mentimun, tomat, semangka, paria, oyong, dan
lain lain.

6. Ulat grayak (Spodoptera litura)


Serangga dewasa berupa ngengat berwarna
coklat. Larva/ ulat mempunyai warna yang
bervariasi, tetapi mempunyai ciri khas yaitu
noktah hitam pada segmen abdomen keempat
dan kesepuluh yang menyerupai kalung. Hama
ini bersifat polifag.

20
Gambar 6. Spodoptera litura

ditandai daun-daun berlubang dan epidermis bagian atas ditinggalkan, sedangkan ulat
yang sudah dewasa memakan seluruh bagian daun termasuk tulang daun dan buah dimakan.
Hampir semua tanaman diserang oleh hama ini. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara
mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung membunuhnya, menjaga kebersihan kebun dari
gulma dan sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama dan pergiliran tanaman,
pasang perangkap ngengat Ugratas, dengan cara dimasukkan ke dalam botol bekas
air mineral ½ liter yang diberi lubang kecil sebagai sarana masuknya kupu jantan
(Ugratas adalah zat perangsang sexual pada serangga jantan dewasa dan sangat efektif untuk
dijadikan perangkap). Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC, Curacron
500 EC, Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC, Penyemprotan kimia dengan cara
bergantian agar tidak terjadi kekebalan pada hama.

1. Ulat buah (Helicoverpa armigera)


Serangga dewasa berupa ngengat berwarna coklat kekuning-kuningan dengan bintik-
bintik dan garis yang berwarna hitam. Ada dua spesies ulat buah yang menyerang tanaman
sayuran dan palawija, yaitu ulat buah tomat (Helicoverpa armigera) dan ulat buah jagung
(Helicoverpa zea). Stadia yang paling merugikan ialah stadia ulat/ larva. Tubuh ulat berbentuk
silindris dan terdapat variasi warna dan corak, tergantung pada sumber makanannya. Gejala
serangan ditandai adanya lubang pada buah. Larva/ ulat akan ditemukan di dalam buah.
Tanaman inangnya antara lain ialah tomat, cabai, jagung, tembakau, kapas, dan lain lain.

21
Gambar 7. Helicoverpa armigera

8. Wereng kapas (Empoasca sp.)


Wereng kapas berukuran sangat kecil, gerakannya
sangat gesit terutama jika terganggu. Hama ini
menghisap cairan tanaman yang menyebabkan tanaman
menjadi lemah. Gejala serangannya berupa bintik-bintik
pada daun terutama pada permukaan daun bagian atas.
Gambar 8. Empoasca sp.

Kisaran inangnya sangat luas, terutama mentimun, terong, tomat, dan lain lain. Dapat
menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang – lubang, jika dibiarkan daun dan batang
kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Pengendalian yang dapat dilakukan pengaturan pola
tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran
tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara
menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan. Pengendalian hayati, yaitu
dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba – laba predator Lycosa
Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederus
fuscipes, Ophionea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata. Pengendalian kimia, yaitu
dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan.

22
Penggunaan insektisida diusahakan sedemikian rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi
lingkungan.
1. Kutu daun persik (Myzus persicae) dan kutu daun kapas (Aphis gossypii)
Ada dua spesies kutu daun yang umum menyerang tanaman cabai, tomat dan mentimun, yaitu:
a) kutu daun persik (Myzus persicae) dan b) kutu daun kapas (Aphis gossypii). Secara langsung
gejala serangan kutu daun menyebabkan daun yang terserang berkerut, kekuningan, terpuntir,
pertumbuhan tanaman terhambat, layu lalu mati. Secara tidak langsung kutu daun adalah
sebagai vektor beberapa jenis penyakit virus.

Gambar 9. Myzus persicae dan Aphis gossypii


Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan di pucuk dan
daun muda tanaman cabai. Menghisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian tanaman
yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya belang kekuningan, layu dan akhirnya
mati. Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun. Efek dari kutu ini menyebabkan
tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil. Kutu ini
mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi
cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil
dalam penyebaran virus. Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap crop) di
sekeliling kebun cabai seperti jagung, pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC,
Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.

1. Kutu kebul (Bemisia tabaci)

23
Serangga dewasa kutu kebul berwarna putih dengan sayap jernih, dengan ukuran tubuh
berkisar antara 1- 1,5 mm. Serangga dewasa biasanya berkelompok dalam jumlah banyak di
bawah permukaan daun. Bila tanaman tersentuh serangga akan berterbangan seperti kabut atau
kebul putih. Ada dua spesies kutu kebul yang umum menyerang tanaman sayuran, yaitu
Bemisia tabaci yang berukuran tubuh lebih kecil dan Trialeurodes vaporariorum yang ukuran
tubuhnya lebih besar. Kutu kebul menghisap cairan daun dan ekskresinya menghasilkan embun
madu menjadi media tumbuhnya penyakit embun jelaga. Kutu kebul merupakan vektor
penyakit virus kuning (virus gemini) yang menyerang tanaman cabai dan kacang-kacangan.
Tanaman inangnya antara lain adalah cabai, kacang panjang, kentang, labu, mentimun,
semangka, paria, dan tomat.

Gambar 10. Bemisia tabaci

spesies trips yang umum menyerang tanaman cabai dan mentimun ialah Thrips parvispinus.
Panjang tubuh serangga dewasa ± 8-9 mm. Nimfa trips tidak bersayap, sedangkan serangga
dewasanya bersayap seperti jumbai (sisir bersisi dua). Gejala serangan ditandai dengan adanya
warna keperak-perakan pada bagian bawah daun, daun mengeriting atau keriput. Tanaman
inangnya antara lain ialah bawang merah, buncis, cabai, kacang panjang, kentang, labu,
mentimun, oyong, pare, semangka, tomat, terung, dan lain lain. Gejala serangan: 1) daun yang

24
cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas, 2)
Thrips sering bersarang di bunga, dan menjadi perantara
penyebaran virus.
Gambar 11. Thrips sp

Pengendaliannya: 1) dengan pergiliran tanaman adalah langkah


awal memutus perkembangan Thrips, 2) Memasang perangkap
kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara
digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman.
Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat
dilihat antara lain Agrimec 18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50
WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC,
Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50
WP. Dosis penyemprotan disesuaikan dengan label kemasan.
1. Tungau (Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus sp.

Gambar 12. Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus sp.

Ada dua jenis tungau yang umum menyerang tanaman sayuran dan palawija, yaitu
tungau the kuning (Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranychus sp). Tungau
merah berwarna kemerah-merahan), sedangkan tungau teh kuning berwarna kuning transparan,
dengan ukuran tubuh ± 0,25 mm. Gejala serangan ditandai dengan adanya warna tembaga di
bawah permukaan bawah daun, tepi daun menguning, daun melengkung kebawah seperti
sendok terbalik, tunas daun dan bunga gugur. Tungau biasanya terdapat di bawah daun untuk

25
mengisap daun tersebut. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil
kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara
mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar. Tanaman
inang dari hama tungau lebih dari 57 jenis tanaman dan beberapa diantaranya ialah
buncis, cabai, kacang panjang, kentang, labu, mentimun, oyong, paria, semangka, dan
lain-lain.

1. Lalat buah (Bactrocera sp.)


Serangga dewasa lalat buah mirip lalat rumah dengan panjang tubuh ± 6-8 mm. Belatung
berwarna putih susu berada di dalam buah. Gejala serangan ditandai dengan
adanya titik hitam pada pangkal buah tempat
serangga dewasa meletakkan telurnya.
Belatung memakan daging buah dan
menyebabkan terjadinya infeksi oleh jasad
renik sekunder misalnya bakteri Erwinia
carotovora sehingga buah membusuk.
Tanaman inangnya antara lain adalah cabai,
labu mentimun, oyong, paria, dan lainnya.
Gambar 13. Bactrocera sp.

2. Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)

26
Gambar 14. Ostrinia furnacalis

Ostrinia furnacalis adalah salah satu hama utama pertanaman jagung yang menyerang
bagian batang maupun pangkal tongkolnya. Larvanya membuat saluran-saluran di dalam
batang selagi menggerogoti jaringan untuk makanannya, sehingga ia disebut juga penggerek
batang jagung atau Asian corn borer. Penyebutan "asian" digunakan untuk membedakannya
dari penggerek batang jagung di kawasan beriklim sedang, European corn borer (O. nubilalis).
Gejala serangan menyebabkan batang jagung retak dan patah, ngengat sebagai muncul di
pertanaman pada malam hari, antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada
jam-jam tersebut sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telur berwarna putih kekuningan
diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok. Setelah 4-5 hari
telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10 hari melalui
pucuknya dan sering merusak malai yang belum keluar. Selanjutnya ulat menggerek ke dalam
batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah habis digerebeknya pula ruas yang di
sebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari. Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun
kelihatan garis-garis putih bekas gigitan. Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan
pada batang yang disertai adanya tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah,
tanaman akan mati. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara pergiliran tanaman dengan
tanaman yang bukan merupakan inangnya, tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun
dalam tanah atau diberikan pada hewan ternak, menghilangkan tanaman inang yang lain yang
tumbuh diantara dua waktu tanam, membersihkan rumput-rumputan. Cara kimiawi,

27
pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa jenis insektisida yang
dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostathion 40 EC, Karpov 20 EC

15. Belalang (Valanga nigricornis)


Belalang adalah serangga herbivora, memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek
dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan
beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan
menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan
atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya
sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat
yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap,
walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk
terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari
belalang jantan. Belalang lebih menyukai kawasan alam terbuka
yang lembab dengan banyak rumput serta tanaman rendah lainnya,
meskipun beberapa spesies lainnya hidup di hutan ataupun hutan
belantara. Beberapa lainnya berada di tebing,
tanah, dan bebatuan lembab berlumut dan
mengkonsumsi lumut.
Gambar 15. Valanga nigricornis

Banyak spesies belalang yang hidup


di padang rumput sering menyerang ladang
petani sekitar. Populasi belalang yang berlebih akan sangat merugikan petani jika menyerang
tanaman di perkebunan. Gejala penyerangan hama

28
belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng, dan cenderung berlubang
di bagian tengah daun. Pengendaliannya: 1) Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan
secara manual, 2) Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun
biasanya belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah.
Pada phylum ini, hama yang sering menyerang tanaman adalah tikus. Gejala serangan: tikus
menyerang berbagai tumbuhan, menyerang di persemaian, masa vegetatif, masa generatif,
masa panen, tempat penyimpanan. Bagian tumbuhan yang diserang tidak hanya biji – bijian
tetapi juga batang tumbuhan muda. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan
sering berlindung di semak – semak. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara
membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat
menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bagi tikus untuk
mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus)
atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah
direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukan sebelum tanaman
padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya
bagi hewan ternak dan manusia.

2. Phylum Chordata
Pada phylum ini, hama yang sering menyerang tanaman adalah tikus. Gejala serangan: tikus
menyerang berbagai tumbuhan, menyerang di persemaian, masa vegetatif, masa generatif,
masa panen, tempat penyimpanan. Bagian tumbuhan yang diserang tidak hanya biji – bijian
tetapi juga batang tumbuhan muda. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan
sering berlindung di semak – semak. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara
membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat
menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bagi tikus untuk

29
mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus)
atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah
direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukan sebelum tanaman
padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya
bagi hewan ternak dan manusia.

3. Phylum Mollusca
Salah satu hama yang banyak menyerang tanaman yang tergolong Phylum Mollusca adalah
Siput (Achatina sp.). Siput aktif sepanjang hari. Umumnya hama ini menyerang tanaman muda
di persemaian. Gejala serangan ditandai adanya daun berlubang-lubang kecil. Tanaman
inangnya antara lain kubis, kailan, kubis, bunga, caisim, selada, dan lain lain.

Rangkuman 2
● Penggolongan Hama Berdasarkan Berbagai Aspek, yaitu:
1. Aspek Arti Ekonomi: Hama utama/hama kunci, Hama kadangkala/hama minor, Hama
Potensial, Hama Migrant
2. Aspek proses produksi: Hama pra panen, Hama pasca panen
3. Aspek cara menyerang: Hama penggerek, Hama pengorok daun, Hama pencucuk-
penghisap, Hama penghisap, Hama pemakan
4. Aspek bagian tanaman yang diserang: Hama Primer, Hama sekunder
5. Aspek kisaran inang: Hama polifag, Hama oligofag, Hama monofag
6. Aspek prioritas: Hama pertama, Hama kedua
7. Aspek tata nama: Nama umum, Nama sistematika
● Binatang yang dikelompokkan sebagai hama, berada dalam 3 phylum, yaitu:
1. Phylum Arthropoda (binatang beruas/bersegmen), terdiri atas Kelas Insecta (serangga)
dan Kelas Arachnida (tungau);
2. Phylum Chordata (binatang bertulang belakang), terdiri atas Kelas mammalia (binatang
menyusui) dan Kelas aves (burung); dan

30
3. Phylum Mollusca (binatang lunak), terdiri atas Kelas Gastropoda (siput).
● Beberapa faktor yang menyebabkan serangga sering menjadi hama yaitu:
1) Serangga merupakan kelompok terbesar di dalam dunia hewan
2) Serangga memiliki kemampuan daya adaptasi yang tinggi
3) Serangga mempunyai jenis makanan yang beragam
4) Serangga mampu berkembang biak dengan cepat
5) Serangga termasuk hewan poikilotermik
6) Serangga memiliki kerangka luar / integumen yang menjaga evaporasi.
● Tipe-tipe alat mulut hama beserta gejala kerusakan yang ditimbulkannya, antara lain:
1) menggigit-mengunyah: pada kumbang, belalang, ulat, dan lain lain
a. tanda serangan pada daun tampak sobekan, gerekan, berlubang-lubang, daun hanya
tinggal tulang daunnya saja, daun merekat/menggulung menjadi satu, atau daun habis
dimakan
b. tanda serangan pada akar menyebabkan tanaman layu, dan mati
c. pada polong atau buah tampak berlubang, atau ada bekas gerekan
2) menusuk-menghisap: pada berbagai macam kepik
a. tanda serangan pada polong atau biji tampak noda hitam bekas tusukan
b. daun yang terserang menjadi layu dan kering
c. buah padi matang susu yang diserang menjadi hampa dan perkembangannya kurang
baik
3). mengisap: biasanya pada kutu-kutu tanaman
a. tanda serangan pada daun munculnya cendawan jelaga
b. daun yang terserang berbentuk tidak normal, kerdil, menggulung/keriting
c. terdapat bercak-bercak klorosis (kuning) pada daun
4). meraut-mengisap: pada thrips
a. tanda serangan pada daun terdapat bercak warna putih keperakan
b. pertumbuhan tanaman menjadi kerdil
c. jika menyerang bunga, mahkota bunga akan gugur

31
Tugas 2
1). Lakukan pengamatan mengenai hama tanaman budi daya dengan cara:
a. Tentukan lahan yang akan diamati
b. Identifikasi jenis hama yang menyerang tanaman
c. Lakukan penggolongan terhadap jenis hama tersebut
3). Catat hasil observasi tersebut, buat kesimpulan dan diskusikan dengan teman dan
lakukan studi literature pada modul maupun sumber lain yang relevan
4). Presentasikan hasil pengamatan.

Tes Formatif 2
1. Jelaskan penggolongan hama berdasarkan aspek kisaran inang
2. Mengapa banyak serangga yang digolongkan sebagai hama?
3. Jelaskan gejala kerusakan yang diakibatkan oleh serangga tipe alat mulut menggigit dan
mengunyah! Tuliskan 3 contohnya!
4. Jelaskan ciri-ciri hama Oteng-oteng (Epilachna sparsa)
5. Tuliskan 5 nama umum dan nama latin serangga yang sering ditemui sebagai hama

Tuliskan Jawaban Anda Disini.

KEGIATAN BELAJAR 3
Pengendalian Hama

32
Tujuan Kegiatan Belajar 3
Mengidentifikasi teknik pengendalian hama yang tepat

Uraian Materi 3
Tanpa campur tangan manusia, sebenarnya semua jenis makhluk hidup di alam selalu
mengalami tekanan oleh makhluk hidup lain dan faktor-faktor lingkungan. Hal itu disebut
pengendalian alami (natural control), faktor-faktor yang berperan di dalam pengendalian alami akan
mencegah sebagian besar makhluk hidup menjadi hama. Pengendalian alami didukung oleh dua
komponen utama, yaitu faktor lingkungan abiotik dan biotik. Jika faktor biotik, misalnya musuh alami,
mati karena perlakuan manusia maka pengendalian alami akan gagal dalam mengendalikan populasi
makhluk hidup dan akan terjadi ledakan hama.
A. Memilih dan Menentukan Metode Pengendalian Hama
Ada berbagai faktor yang harus dipertimbangkan dulu sebelum memilih dan
menentukan metode pengendalian hama yang tepat. Adapun proses pemilihan dan penentuan
metode pengendalian hama, yaitu:
1) Identifikasi hama, yaitu meneliti dengan seksama spesies hama dan gejala kerusakannya
yang terlihat di lapangan.
2) Gunakan teknik pengambilan sampel untuk menghitung populasi hama dan tingkat
kerusakannya, apakah masih di bawah Ambang Ekonomi atau sudah melebihi batas
Ambang Ekonomi.
3) Sebelum menggunakan pestisida, pertimbangkan cara pengendalian non kimia terlebih
dulu, misalnya dengan cara fisik atau mekanik, bercocok tanam, menggunakan musuh
alami. Pestisida digunakan sebagai alternatif terakhir, yaitu hanya bila cara
pengendalian lainnya tidak dapat menurunkan atau mempertahankan populasi hama di
bawah batas Ambang Ekonomi.
4) Jika harus menggunakan pestisida, pilihlah pestisida yang efektif terhadap sasaran
hama, tidak mengakibatkan kerusakan pada tanaman, tidak mengakibatkan kematian

33
terhadap musuh alami, tidak membahayakan manusia, ternak dan ikan, selain itu
formulasinya harus tepat untuk peralatan yang akan digunakan.
Dalam usaha meningkatkan produksi pangan, perlindungan tanaman mempunyai
peranan penting dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha tersebut.
Perlindungan tanaman dapat membatasi kehilangan hasil oleh organisme pengganggu dan
menjamin kepastian serta memperkecil resiko berproduksi.
B. Pengendalian Hama Terpadu
Pada pelaksanakan pengendalian organisme pengganggu, pemerintah telah
mengaturnya dalam UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Dalam UU No.
12 tahun 1992 pada Pasal 20 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman ditetapkan dengan sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Undang-undang tersebut memberikan landasan dan
dukungan hukum yang kuat bagi pelaksanaan dan penerapan konsep PHT pada umumnya dan
pengurangan penggunaan pestisida pada khususnya.
Pengendalian Hama Terpadu adalah suatu konsepsi atau cara berfikir mengenai
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang
bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan
beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan.
Filosofi dasar PHT adalah tidak semua serangga pada tanaman pertanian itu hama yang harus
dibunuh dengan insektisida, dan bahkan jika benar bahwa serangga tersebut adalah hama maka
tidak perlu dihilangkan seluruhnya. Hal yang perlu dilakukan adalah mengelola jumlah hama
hingga di bawah tingkat yang akan merugikan secara ekonomi. Pengguna PHT mungkin akan
memproduksi lebih sedikit daripada mereka yang memakai pestisida, tetapi balasan yang akan
diterima jauh lebih besar. Penerapan dan pengembangan PHT dilandasi oleh prinsip-prinsip
dasar sebagai berikut :
1) Budidaya tanaman sehat. Tanaman yang sehat akan mampu bertahan terhadap serangan
hama dan penyakit dan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat serangan hama dan
penyakit tersebut. Oleh karena itu, setiap usaha dalam budidaya tanaman paprika seperti
pemilihan varietas, penyemaian, pemeliharaan tanaman sampai penanganan hasil panen

34
perlu diperhatikan agar diperoleh pertanaman yang sehat, kuat dan produktif, serta hasil
panen yang tinggi.
2) Pemanfaatan musuh alami. Pengendalian OPT dengan memanfaatkan musuh alami
yang mampu menekan populasi hama, diharapkan di dalam agroekosistem terjadi
keseimbangan populasi antara hama dengan musuh alaminya, sehingga populasi hama
tidak melampaui ambang ekonomi.
3) Pengamatan rutin atau pemantauan. Agroekosistem bersifat dinamis sehingga harus
dilakukan pengamatan secara rutin. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai dasar
tindakan yang akan dilakukan.
4) Petani sebagai ahli PHT. Penerapan PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem
setempat, hendaknya dikembangkan oleh petani sendiri maka diperlukan usaha
pemasyarakatan PHT melalui pelatihan baik secara formal maupun informal.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dikemukakan, maka untuk penerapan PHT
diperlukan komponen teknologi, sistem pemantauan yang tepat, dan petugas atau petani yang
terampil dalam penerapan komponen teknologi PHT. Pengendalian OPT atau hama dan
penyakit berdasarkan konsepsi PHT dapat dilakukan secara preventif atau kuratif. Pengendalian
secara preventif terdiri atas:
1. Modifikasi lingkungan
a. Pengaturan pola tanam, bertujuan untuk memutus siklus hidup hama dan
penyakit di suatu wilayah atau area lahan tertentu. Pergiliran tanaman dilakukan
dengan tanaman yang tidak berasal dari satu keluarga/famili. Teknik yang
digunakan sistem tumpang sari, tumpang gilir, menanam tanaman perangkap,
menanam tanaman penghadang, atau menanam di dalam rumah kasa. Misalnya:
1) tumpang gilir tanaman cabai merah dengan tanaman bawang merah di dataran
rendah bertujuan untuk menekan serangan trips pada tanaman muda dan
menekan kematian tanaman cabai akibat suhu udara yang panas. Tanaman
bawang merah ditanam 1 bulan sebelum tanaman cabai, sebagai pelindung
tanaman cabai; 2) menanam tanaman penghadang 4 baris jagung di sekeliling

35
tanaman cabai merah 1,5 bulan sebelum tanam cabai merah bertujuan untuk
menekan serangan hama kutu kebul; 3) menanam tanaman cabai di rumah kasa
bertujuan untuk menekan serangan hama ulat buah dan hama ulat grayak.
b. Pemilihan varietas, secara alami berbagai jenis tanaman memiliki kemampuan
untuk mengusir, mentoleransi, atau bahkan membunuh hama. Pengembangan
varietas-varietas tanaman yang tahan terhadap serangan jenis-jenis hama
tertentu dilakukan selain melalui teknik tradisional dengan melakukan
persilangan, juga sudah dapat dihasilkan dengan metode bioteknologi modern.
Faktor penting dalam memilih varietas ialah sesuai selera pasar, produktivitas
tinggi dan kesesuaian dengan kondisi lahan, tahan terhadap serangan OPT.
Berikut ini adalah beberapa varietas yang tahan terhadap OPT: 1) Cabai merah
varietas Tanjung 1 agak toleran terhadap hama pengisap seperti trips dan kutu
daun; 2) Mentimun varietas Saturnus, Mars, dan Pluto agak tahan terhadap
penyakit virus ZYMV
c. Pengolahan tanah, bertujuan untuk menekan populasi OPT tanah. Oleh karena
itu jeda waktu yang diperlukan dari saat pengolahan tanah awal sampai dengan
siap tanam minimal 1 bulan. Dengan jeda waktu yang panjang, patogen dan
sisa-sisa pupa dari hama di dalam tanah akan terjemur oleh sinar matahari
sehingga akan mati.
d. Pengapuran, tanaman dapat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai kisaran
pH tertentu, karena pH tanah berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara oleh
tanaman. Jika pH tanah tidak sesuai, maka pertumbuhan tanaman menjadi
kurang optimum, sehingga rentan terhadap serangan OPT. Pada umumnya
kemasaman tanah untuk tanaman sayuran dan palawija berkisar pada pH 5,6 -
6,8. Jika pH tanah kurang dari kisaran angka tersebut dapat dilakukan
pengapuran menggunakan dolomit atau kaptan yang dilakukan minimal 1 bulan
sebelum tanam.

36
e. Solarisasi, yaitu penutupan permukaan tanah menggunakan plastik polietilin
selama 1,5 bulan. Solarisasi dilakukan setelah pencangkulan pertama.
Tujuannya ialah menaikkan suhu tanah hingga ± 50oC agar OPT dalam tanah
seperti nematoda, orong-orong, uret, patogen penyakit, dan ulat tanah mati.
f. Penggunaan mulsa plastik hitam perak, salah satu tujuan penggunaan mulsa
plastik hitam perak ialah untuk memutus siklus hidup hama serangga yang
berkepompong di dalam tanah.
g. Modifikasi iklim mikro, dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanam. Pada
musim hujan diupayakan jarak tanam lebih lebar dibandingkan dengan jarak
tanam pada musim kemarau.
h. Pemupukan, tanaman memerlukan unsur makro dan mikro yang sesuai dengan
kebutuhannya agar dapat tumbuh optimal. Tanaman yang kelebihan atau
kekurangan unsur hara akan rentan terhadap serangan OPT. Pemupukan
Nitrogen yang berlebihan akan mengakibatkan ukuran sel tanaman membesar
dengan dinsing sel yang lebih tipis. Akibatnya patogen dan hama lebih mudah
menembus. Kekurangan unsur Fosfat dan Kalium akan mengakibatkan tanaman
mudah terserang oleh penyakit. Dengan demikian pemupukan harus berimbang.
Oleh karena itu sebelum tanam perlu dilakukan analisis tanah terlebih dahulu
agar pemberian pupuk tepat.
2. Perlakuan benih/ bibit
Perlakuan benih menggunakan pestisida dilakukan untuk:
a. menekan serangan penyakit tular tanah; sebelum ditanam/disemai benih
direndam dalam larutan fungisida Propamokarb hidroklorida (1 ml/l) selama 0,5
jam atau dalam air hangat suam-suam kuku selama 0,5 jam.
b. menekan serangan kutu kebul terhadap bibit cabai, mentimun, dan tomat,
dilakukan penyiraman larutan insektisida Tiametoksam (0,5 ml/l) dengan dosis
50 ml/ tanaman pada umur 2 dan 4 minggu setelah semai.
2. Perlakuan tanah

37
Perlakuan tanah dilakukan untuk menekan serangan OPT dalam tanah. Macam
perlakuan tanah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Jika ditemukan nematoda sebanyak 300 ekor/ 1 kg contoh tanah atau 300 sista
hidup NSK/ 1 kg contoh tanah, maka lahan diberi perlakuan dengan nematisida
Karbofuran sebanyak 60 kg/ha
b. Jika ditemukan uret atau orong-orong, maka lahan diberi perlakuan dengan
insektisida Fipronil 0,3 G sebanyak 15 kg/ha
c. Untuk daerah endemik serangan penyakit layu bakteri dan layu fusarium, lahan
diberi perlakuan dengan bakterisida Oksitetrasiklin (konsentrasi formulasi 1
ml/liter) dengan dosis 200 ml/ lubang tanam yang diaplikasikan satu hari
sebelum tanam
3. Pemasangan perangkap OPT
Pemasangan perangkap OPT bertujuan untuk menekan populasi awal OPT agar
perkembangannya tidak menimbulkan kerugian. Beberapa macam perangkap OPT
adalah sebagai berikut :
a. Untuk menekan populasi trips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau dipasang
perangkap lekat warna kuning sebanyak 40-50 buah/ha. Perangkap tersebut
dipasang pada saat tanam;
b. Untuk mengendalikan hama lalat buah dipasang perangkap Metil Eugenol
sebanyak 40-50 buah/ha. Pada tanaman cabai pemasangan perangkap Metil
Eugenol dilakukan ketika tanaman mulai berbunga
4. Penyemprotan fungisida secara preventif
Pada pengendalian penyakit tanaman, strategi penggunaan pestisida yang disusun
berdasarkan prinsip pencegahan atau preventif, bukan menunggu sampai timbulnya
gejala serangan atau kuratif. Hal ini berbeda dengan prinsip pengendalian hama yang
menganjurkan agar dilakukan pengamatan terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakan
pengendalian menggunakan pestisida. Berdasarkan hasil beberapa penelitian dan
pengalaman menunjukkan bahwa dengan strategi pengendalian penyakit secara

38
prefentif, jumlah penggunaan pestisida lebih rendah dibanding dengan jumlah
penggunaan pestisida pada pengendalian secara kuratif. Strategi ini juga terbukti
memperkecil risiko kegagalan panen. Sebagai contoh untuk mencegah serangan
penyakit busuk buah antraknos pada tanaman cabai dilakukan penyemprotan fungisida
Asibenzolar e-metil + Mankozeb sejak tanaman cabai berbunga dengan interval 1
minggu. Jangan menggunakan fungisida tersebut jika pertanaman cabai sudah terserang
oleh penyakit busuk buah, karena akan memperparah serangannya.
Metode pengendalian hama menurut konsep PHT adalah memadukan semua metode
pengendalian hama sedemikian rupa, termasuk didalamnya pengendalian secara fisik,
pengendalian mekanik, pengendalian secara bercocok tanam (kultur teknis), pengendalian
secara biologi atau hayati dan pengendalian kimiawi sebagai alternatif terakhir, untuk
menurunkan dan mempertahankan populasi organisme pengganggu di bawah batas Ambang
Ekonomi, menstabilkan produksi dan menjaga keseimbangan ekosistem. Secara umum,
berbagai metode pengendalian hama dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengendalian melalui Teknik Budidaya Tanaman
a. Di dalam pengendalian melalui teknik budidaya dilakukan modifikasi dari
praktik pertanian baku untuk mencegah serangan hama atau membuat
lingkungan menjadi kurang sesuai untuknya. Kegiatan yang dilakukan yaitu: a.
pergiliran tanaman untuk memutus daur hidup hama.
b. Sanitasi dilakukan dengan cara membersihkan semua tanaman pengganggu
(gulma) atau materi lain (sisa-sisa tanaman, buah busuk) yang dapat menjadi
tempat berkembangbiaknya hama.
c. Praktik penanaman berbagai jenis tanaman yang berbeda atau polikultur
membuat hama mengalami kesulitan untuk menemukan tanaman inangnya dan
sekaligus menciptakan habitat yang nyaman bagi berbagai jenis musuh alami.
d. menggunakan tanaman perangkap yang disukai oleh hama di dekat tanaman
yang dilindungi (trap cropping).
2. Pengendalian secara bercocok tanam (kultur teknis)

39
Pengendalian hama secara bercocok tanam yaitu pengendalian hama dengan cara
mengelola lingkungan atau ekossistem sedemikian rupa sehingga ekosistem tersebut
menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangbiakan hama, hal ini dapat
mengurangi laju peningkatan populasi dan kerusakan tanaman. Teknik pengendalian
secara bercocok tanam dapat dilakukan dengan cara, antara lain:
a. Melakukan sanitasi (pembersihan) dengan cara pembenaman atau pembakaran.
Sanitasi dilakukan untuk merubah lingkungan/ekosistem sedemikian rupa
menjadi tidak sesuai bagi perkembangan hidup hama sehingga dapat
mengurangi laju peningkatan populasi dan ketahanan hidup hama. Sanitasi
dilakukan terhadap: 1) Sisa-sisa tanaman yang masih hidup seperti tunggul-
tunggul padi, 2) Tanaman atau bagian tanaman yang terserang hama, 3) Sisa-
sisa tanaman yang sudah mati, 4) Jenis tanaman lain yang dapat menjadi inang
pengganti, 5) Sisa-sisa bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal di permukaan
tanah, seperti buah dan daun Informasi tentang sanitasi secara fisik/mekanik
secara mendetail terdapat pada modul Sanitasi Secara Fisik/Mekanik.
b. Pengerjaan tanah atau pengolahan lahan sehingga: 1) dapat menghambat
pertumbuhan populasi hama atau membunuh langsung hama yang hidup dalam
tanah, 2) dapat mematikan gulma dan sisa-sisa tanaman yang mungkin menjadi
tempat berteduh atau tempat hidup hama sementara, 3) dapat membunuh telur,
larva, pupa hama yang diletakkan dalam tanah.
c. Pengelolaan air melalui sistem irigasi dan drainase dapat digunakan untuk
mengendalikan hama yang ada dalam tanah atau di permukaan tanah.
Contohnya penggenangan sawah dalam beberapa hari setelah panen dapat
dilakukan untuk mematikan larva hama penggerek batang padi (Scirpophaga
innotata) yang sedang berdiapause atau istirahat di dalam batang sisa-sisa
tanaman padi, juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama uret atau lundi
(Phyllophaga helleri).

40
d. Pergiliran tanaman (rotasi tanaman) adalah menanami suatu lahan pada musim
yang berbeda dengan jenis tanaman yang bukan inang hama yang menyerang
tanaman yang ditanam pada musim sebelumnya. Contoh, jika pada musim
sebelumnya ditanam padi, pada lahan yang sama dianjurkan musim berikutnya
ditanami palawija, musim berikutnya lagi ditanami padi. Tujuan rotasi tanaman
adalah untuk memutuskan kesinambungan tersedianya makanan bagi hama pada
suatu tempat.
e. Pemberaan lahan, tujuannya untuk mengosongkan lahan sehingga hama tidak
menjumpai makanan yang sesuai, sehingga populasi hama menurun dan kurang
membahayakan bagi pertanaman yang akan ditanam berikutnya.
f. Penanaman serentak, dilakukan pada suatu hamparan yang sama, dimaksudkan
agar tersedianya makanan yang sesuai bagi hama menjadi lebih pendek dan
suatu saat saat akan terjadi periode tidak ada pertanaman sehingga
perkembangan populasi hama dapat dihambat.
g. Pengaturan jarak tanam, dapat menguntungkan perkembangbiakan hama-hama
tertentu, tetapi juga dapat merugikan bagi perkembangbiakan jenis hama yang
lain. Tumpang tindih antara dedaunan satu tanaman dengan tanaman yang
berdekatan dapat menguntungkan gerakan dan kolonisasi serangga tertentu pada
habitat tertentu. Oleh karena itu, secara tidak langsung jarak tanam dapat
mempengaruhi besarnya intensitas hama. Pengaturan jarak tanam dapat
dilakukan sedemikian rupa untuk mengganggu atau mengurangi ketersediaan
makanan bagi hama antar ruang untuk waktu yang sama.
h. Menghalangi peletakan telur, seringkali diletakkan pada bagian tanaman tertentu
yang nantinya menjadi makanan bagi instar nimfa atau larva. Peletakkan telur
dapat kita halangi sedemikian rupa agar tidak memungkinkan bagi serangga
meletakkan telurnya dengan baik dan hal ini dapat mengurangi laju peningkatan
populasi hama berikutnya. Contoh, dengan pemberian serasah, jerami atau
mulsa plastik pada kedelai yang baru ditanami dapat menghalangi hama lalat

41
kacang (Ophiomya phaseoli) dalam peletakkan telur. Contoh lain,
pemblongsongan buah seperti mangga, belimbing, dan lain-lain dapat digunakan
untuk menghalangi hama lalat buah dalam peletakkan telur.
2. Pengendalian secara Fisik dan Mekanik
Pengendalian secara fisik dan mekanik merupakan tindakan yang kita lakukan dengan
tujuan secara langsung dan tidak langsung untuk: (1) mematikan hama; (2) mengganggu
aktivitas fisiologi hama; (3) mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga
lingkungan menjadi kurang sesuai bagi kehidupan hama.
a. Pengendalian fisik adalah pengendalian hama dengan cara mengubah faktor
lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan kematian pada
hama dan mengurangi populasinya. Beberapa perlakuan yang termasuk dalam
pengendalian fisik, antara lain: 1) Pemanasan dengan suhu tinggi > 45 oC, 2)
Pembakaran, 3) Pendinginan dengan suhu rendah < 5 oC, 4) Pengeringan, 5)
Lampu perangkap, misal menggunakan lampu petromaks untuk mengumpulkan
ngengat penggerek, 6) Penggunaan gelombang suara untuk menarik
pasangannya, mengumpulkannya dan kemudian mengendalikannya. Contoh,
rekaman dari suara tonggeret atau jangkrik digunakan untuk menarik
pasangannya, setelah serangga mengumpul kita kendalikan, 7) Penghalang
untuk menghalangi atau membatasi pergerakan serangga hama atau mencegah
serangga hama mendekati tanaman
b. Pengendalian mekanik adalah tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk
mematikan atau memindahkan hama secara langsung, baik dengan tangan atau
dengan bantuan alat dan bahan lain. Beberapa tindakan yang termasuk dalam
pengendalian mekanik, antara lain: 1) Pengambilan dengan tangan contoh dalam
pengumpulan fase hidup hama yang mudah ditemukan, seperti telur, larva, atau
pupa, juga terhadap bagian-bagian tanaman yang terserang. 2) Gropyokan
Gropyokan biasanya dilakukan untuk mengendalikan hama tikus, yaitu dengan
membunuh tikus, baik yang berada di liang maupun yang sedang berada di luar

42
sarang. Tikus dibunuh secara langsung dengan menggunakan alat bantu seperti
cangkul atau alat pemukul. 3) Memasang perangkap serangga. Hama dapat
diperangkap dengan berbagai jenis alat perangkap yang dibuat sesuai dengan
jenis hama dan fase hama yang akan ditangkap. Alat perangkap dibuat
sedemikian rupa untuk menarik, meletakkan atau membunuh hama. 4)
Pengusiran Teknik pengusiran adalah mengusir hama yang sedang berada di
pertanaman atau yang sedang menuju ke pertanaman. Contoh, pemasangan
bebegig di tengah sawah di pasang untuk mengusir hama burung dari
pertanaman padi, persiapan lahan pertanian yang dapat mengakibatkan hama
yang hidup di tanah kekeringan atau rentan terhadap pemangsa.
3. Pengendalian Hayati atau Biologi
Hama dalam kehidupannya sebagai serangga juga mempunyai musuh alami,
pengendalian hayati atau biologi adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami
untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan. Musuh alami adalah organisme
yang dapat menyerang serangga hama. Dilihat dari fungsinya, musuh alami
dikelompokkan menjadi parasitoid, predator dan patogen.
a. Parasitoid atau Parasit
Parasit adalah binatang yang hidup di atas atau di dalam binatang lain yang lebih
besar yang merupakan inangnya. Parasit memakan atau mengisap cairan tubuh
inangnya sehingga dapat melemahkan dan akhirnya dapat membunuh inangnya.
Fase hidup parasit biasanya sama dengan fase hidup inangnya. Contoh,
parasitoid hama ganjur (Platygaster oryzae) meletakkan telurnya di dalam telur
hama ganjur, pada saat telur hama menetas, telur parasitoid itu terbawa dalam
larva hama. Telur parasit menetas menjadi larva, kemudian larva hidup dan
berkembang dengan mengisap cairan inangnya sehingga inang menjadi lemah
dan jika larva instar terakhir parasit keluar dari inang untuk membentuk kokon,
akhirnya inang mati, kemudian imago parasit akan muncul dari kokon.
b. Predator

43
Predator adalah organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa
binatang lainnya. Mangsanya adalah hama pengganggu tanaman budidaya.
Beberapa jenis predator yang dapat digunakan adalah: 1) Predator hama tikus,
antara lain ular sawah, burung hantu, kucing, elang, dan anjing. 2) Predator
hama ulat, antara lain burung pemakan ulat (burung poksya, burung murai, dan
lain-lain). 3) Predator hama serangga antara lain: dari jenis reptile (katak sawah,
katak pohon, cecak dan kadal), dari jenis serangga (laba-laba, belalang sembah,
capung, beberapa jenis kumbang dan kepik).
c. Patogen
Patogen adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada hama.
Patogen yang dapat menyerang serangga hama adalah bakteri, virus dan
cendawan. Beberapa contoh patogen yang sudah diteliti dan terbukti dapat
dimanfaatkan dalam pengendalian hama adalah sebagai berikut:
1) Bakteri
Bakteri Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit pada serangga secara umum, termasuk serangga
dari Ordo Lepidoptera, Hymenoptera, Diptera dan Coleoptera. Bakteri ini
telah terbukti efektif untuk pengendalian ulat kubis (Plutella xylostella),
ulat tanaman kedelai (Heliothis sp.), ulat tanaman jagung (Spodoptera
litura).
2) Virus
Virus yang telah diteliti dan dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama
adalah virus Baculovirus oryctes yang dapat menyerang kumbang kelapa
Oryctes rhinoceros.
3) Cendawan
Cendawan yang telah teruji dapat menyebabkan penyakit pada hama
adalah cendawan Metarrhizium anosipliae yang merupakan patogen bagi
larva kumbang kelapa Oryctes rhinoceros.

44
1. Pengendalian Kimiawi
Pengendalian kimiawi adalah penggunaan senyawa kimia untuk membunuh, mengusir,
menghambat makan, perkawinan, atau perilaku-perilaku lain yang penting saat
pengendalian OPT, yaitu dengan menggunakan pestisida. Pestisida biasanya tidak
digunakan dalam bentuk murni, tetapi dibuat formulasi dengan maksud untuk
memperbaiki keamanan, penyimpanan penanganan, aplikasi dan efektivitasnya.
Senyawa-senyawa kimia yang digunakan dapat berupa produk alami atau materi
sintesis. Senyawa kimia pengusir (repellant), pembingung (confusant), pengiritasi
(irritant) biasanya tidak beracun tetapi mengganggu perilaku normal hama. Penggunaan
feromon seks dapat membingungkan hama sehingga tidak dapat kawin dan
menghasilkan keturunan. Beberapa alasan mengapa pestisida organik sintetik
sedemikian populer dan luas penggunaannya adalah karena: 1) sangat efektif, yaitu satu
produk dapat mengendalikan beberapa jenis hama sekaligus berbeda; 2). harganya
relatif murah; 3). hasilnya dapat diperkirakan; 4). hanya butuh sedikit orang untuk
menerapkannya. Kelemahan dari pengendalian kimia adalah pengaruh buruknya terhadap
organisme bukan target. serangga mengembangkan ketahanan terhadap insektisida,
mengganggu kesehatan manusia, ketergantungan yang berlebihan pada pestisida dapat
mendorong pertanian menuju ke arah yang jauh dari keadaan yang lebih alami dan seimbang.
Pengendalian hama terpadu merupakan metode pengendalian populasi hama yang
secara sosial dapat diterima, secara lingkungan bertanggung jawab, dan secara ekonomi murah.
Dengan pendekatan berbagai taktik pengendalian, PHT diharapkan akan memperkecil: 1)
potensi munculnya resistensi hama terhadap pestisida, 2) biaya untuk pestisida, 3) pemaparan
pestisida terhadap manusia, dan 4). dampak lingkungan akibat dari kegiatan pengelolaan hama.
Program PHT tergantung pada identifikasi dan pemahaman mengenai biologi hama yang menjadi
penyebab masalah, serta hubungannya dengan inang dan lingkungannya. Status hama biasanya
ditentukan melalui pengambilan sampel hama dan pengukuran tingkat kerusakan yang ditimbulkannya.

45
Rangkuman 3

● Proses pemilihan dan penentuan metode pengendalian hama, yaitu: 1) Identifikasi

hama; 2) Gunakan teknik pengambilan sampel; 3) Sebelum menggunakan pestisida,


mempertimbangkan cara pengendalian non kimia terlebih dulu, misalnya dengan cara
fisik atau mekanik, bercocok tanam, menggunakan musuh alami. 4) Pilihlah pestisida
yang efektif terhadap sasaran hama dan formulasinya harus tepat untuk peralatan yang
akan digunakan.

● Pelaksanakan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), telah diatur dalam

UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Pada Pasal 20 ditetapkan
bahwa perlindungan tanaman ditetapkan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu
(PHT).

● Pengendalian Hama Terpadu adalah suatu konsepsi atau cara berfikir mengenai

pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi


yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan
memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan
koordinasi pengelolaan.

● Prinsip-prinsip Penerapan dan pengembangan PHT dilandasi oleh dasar sebagai berikut:

1) Budidaya tanaman sehat, 2) Pemanfaatan musuh alami, 3) Pengamatan rutin atau


pemantauan, 4) Petani sebagai ahli PHT.

● Pengendalian secara preventif terdiri atas: 1) Modifikasi lingkungan, dapat dilakukan

secara kultur teknis seperti pe-ngaturan pola tanam, pengaturan sistem tanam, pemilihan
varietas, pengolahan tanah, pengapuran, solarisasi, memodifikasi iklim mikro, dan
pemupukan; 2) Perlakuan benih/bibit; 3) Perlakuan tanah; 4) Pemasangan perangkap
OPT; 5) Penyemprotan fungisida secara preventif.

46
● Berbagai metode pengendalian hama dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Pengendalian

melalui Teknik Budi daya Tanaman, 2) Pengendalian secara bercocok tanam (kultur
teknis); 3) Pengendalian secara Fisik dan Mekanik; 4) Pengendalian Hayati atau
Biologi; 5) Pengendalian KimiawiPengendalian hama terpadu merupakan metode
pengendalian populasi hama yang secara sosial dapat diterima, secara lingkungan
bertanggung jawab, dan secara ekonomi murah. Dengan pendekatan berbagai taktik
pengendalian, PHT diharapkan akan memperkecil: 1) potensi munculnya resistensi
hama terhadap pestisida, 2) biaya untuk pestisida, 3) pemaparan pestisida terhadap
manusia, dan 4). dampak lingkungan akibat dari kegiatan pengelolaan hama.

Tugas 3
1). Lakukan pengamatan mengenai pengendalianhama tanaman budi daya dengan cara:
a. Tentukan lahan yang akan diamati
b. Identifikasi jenis hama yang menyerang tanaman
c. Tentukan teknik pengendalian hama terpadu apa saja yang akan dilakukan!
2). Catat hasil observasi tersebut, buat kesimpulan dan diskusikan dengan teman dan
lakukan studi literature pada modul maupun sumber lain yang relevan
3). Presentasikan hasil pengamatan.

Tes Formatif 3
1. Jelaskan langkah dalam pemilihan dan penentuan metode pengendalian hama!
2. Jelaskan pengendalian OPT secara preventif!
3. Apa yang dimaksud dengan penyemprotan pestisida secara preventif?
4. Bagaimana rotasi tanaman dapat menjadi salah satu cara pengendalian OPT?

47
5. Jelaskan pengelompokan musuh alami pada pengendalian hayati hama!

Tuliskan Jawaban Anda Disini.

Kembali ke daftar isi

EVALUASI

1. Bagaimana ambang ekonomi dapat dijadikan salah satu faktor penentu dalam kegiatan
produksi tanaman?

48
2. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar termasuk kedalam kelompok tiga
phylum apakah?
3. Jelaskan 4 tipe alat mulut serangga beserta gejala kerusakan yang ditimbulkannya!
4. Gambarkan dan jelaskan siklus hidup Spodoptera litura!
5. Jelaskan perbedaan gejala serangan pada daun akibat serangan thrips dan tungau merah!
6. Jelaskan landasan dan dukungan hukum yang kuat bagi pelaksanaan dan penerapan
konsep PHT dan pengurangan penggunaan pestisida!
7. Jelaskan metode pengendalian OPT menurut konsep PHT!
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengendalian OPT secara kultur teknis!
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengendalian hayati atau biologi!
10. Jelaskan keuntungan konsep PHT!

Tuliskan jawaban anda di sini.

Tes Formatif 2
1. Penggolongan hama berdasarkan aspek kisaran inang yaitu
a. Hama polifag, merupakan hama yang mempunnyai banyak jenis tanaman inang
b. Hama oligofag, merupakan spesies hama yang memliki beberapa jenis tanaman inang
c. Hama monofag, merupakan hama yang hanya mempunyai satu jenis tanaman inang

49
2. Beberapa faktor yang menyebabkan serangga sering menjadi hama yaitu:
1) Serangga merupakan kelompok terbesar di dalam dunia hewan
2) Serangga memiliki kemampuan daya adaptasi yang tinggi
3) Serangga mempunyai jenis makanan yang beragam
4) Serangga mampu berkembang biak dengan cepat
5) Serangga termasuk hewan poikilotermik
6) Serangga memiliki kerangka luar / integumen yang menjaga evaporasi.
3. Tanda-tanda atau gejala serangan hama dengan tipe alat mulut hama menggigit-mengunyah
yaitu:
a. tanda serangan pada daun tampak sobekan, gerekan, berlubang-lubang, daun hanya
tinggal tulang daunnya saja, daun merekat/menggulung menjadi satu, atau daun habis
dimakan sama sekali
b. tanda serangan pada akar menyebabkan tanaman layu, akhirnya mati
c. pada polong atau buah tampak berlubang, atau ada bekas gerekan

Contohnya pada kumbang, belalang, dan ulat


1. Ciri-ciri oteng-oteng (Epilachna sparsa)

● Serangga dewasa oteng-oteng berupa kumbang kecil yang panjangnya ± 1 cm,

berwarna merah dengan bintik-bintik hitam.

● Stadia larva pada punggungnya terdapat duri-duri seperti landak. Pada stadia

larva ini yang paling merusak.

● Larva dan imago memakan permukaan daun bagian atas dan bawah sedangkan

lapisan epidermis dan tulang daun ditinggalkan.

● Tanaman inangnya antara lain ialah bayam, kacang panjang, kangkung, kentang,

terung, mentimun, tomat, semangka, paria, oyong, dan lain lain.

50
5. Lima jenis hama dari golongan serangga:
a. Oteng-oteng (Epilachna sparsa)
b. Lalat buah (Bactrocera sp.)
c. Thrips (Thrips parvispinus)
d. Kutu kebul (Bemisia tabaci)
e. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Tes Formatif 3
1. Langkah yang dilakukan dalam pemilihan dan penentuan metode pengendalian hama
yaitu:
a. Identifikasi hama, yaitu meneliti dengan seksama spesies hama dan gejala
kerusakannya yang terlihat di lapangan.
b. Gunakan teknik pengambilan sampel untuk menghitung populasi hama dan
tingkat kerusakannya, apakah masih di bawah Ambang Ekonomi atau sudah
melebihi batas Ambang Ekonomi.
c. Sebelum menggunakan pestisida, pertimbangkan cara pengendalian non kimia
terlebih dulu, misalnya dengan cara fisik atau mekanik, bercocok tanam,
menggunakan musuh alami. Pestisida digunakan sebagai alternatif terakhir,
yaitu hanya bila cara pengendalian lainnya tidak dapat menurunkan atau
mempertahankan populasi hama di bawah batas Ambang Ekonomi.
d. Jika harus menggunakan pestisida, pilihlah pestisida yang efektif terhadap sasaran
hama, tidak mengakibatkan kerusakan pada tanaman, tidak mengakibatkan kematian
terhadap musuh alami, tidak membahayakan manusia, ternak dan ikan, selain itu
formulasinya harus tepat untuk peralatan yang akan
2. Pengendalian OPT secara preventif terdiri atas: 1) Modifikasi lingkungan, dapat
dilakukan secara kultur teknis seperti pe-ngaturan pola tanam, pengaturan sistem tanam,

51
pemilihan varietas, pengolahan tanah, pengapuran, solarisasi, memodifikasi iklim
mikro, dan pemupukan; 2) Perlakuan benih/bibit; 3) Perlakuan tanah; 4) Pemasangan
perangkap OPT; 5) Penyemprotan fungisida secara preventif.
3. Penyemprotan pestisida secara preventif merupakan strategi penggunaan pestisida yang
disusun berdasarkan prinsip pencegahan atau preventif, bukan menunggu sampai
timbulnya gejala serangan atau kuratif. Hal ini berbeda dengan prinsip pengendalian
hama yang menganjurkan agar dilakukan pengamatan terlebih dahulu sebelum
dilakukan tindakan pengendalian menggunakan pestisida. Berdasarkan hasil beberapa
penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa dengan strategi pengendalian penyakit
secara prefentif, jumlah penggunaan pestisida lebih rendah dibanding dengan
digunakan.jumlah penggunaan pestisida pada pengendalian secara kuratif. Strategi ini
juga terbukti memperkecil risiko kegagalan panen. Sebagai contoh untuk mencegah
serangan penyakit busuk buah antraknos pada tanaman cabai dilakukan penyemprotan
fungisida Asibenzolar e-metil + Mankozeb sejak tanaman cabai berbunga dengan
interval 1 minggu. Jangan menggunakan fungisida tersebut jika pertanaman cabai sudah
terserang oleh penyakit busuk buah, karena akan memperparah serangannya.

4. Pergiliran tanaman (rotasi tanaman) adalah menanami suatu lahan pada musim yang
berbeda dengan jenis tanaman yang bukan inang hama yang menyerang tanaman yang
ditanam pada musim sebelumnya. Contoh, jika pada musim sebelumnya ditanam padi,
pada lahan yang sama dianjurkan musim berikutnya ditanami palawija, musim
berikutnya lagi ditanami padi. Tujuan rotasi tanaman adalah untuk memutuskan
kesinambungan tersedianya makanan bagi hama pada suatu tempat.
5. Pada pengendalian Hayati dilakukan pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk
mengendalikan populasi hama yang merugikan. Dilihat dari fungsinya, musuh alami
dikelompokkan menjadi parasit, predator dan patogen.

52
EVALUASI
1. Batasan kerusakan ekonomis adalah tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh organisme
pengganggu tanaman melampaui batas toleransi pertumbuhan dan hasil tanaman,
sehingga sangat merugikan atau menurunkan tingkat keuntungan dan pendapatan
petani. Oleh karena itu, kehadiran hama perlu dikendalikan jika populasinya telah
melebihi Ambang Ekonomik. Penentuan Ambang Ekonomi suatu OPT didasarkan
pada: jenis OPT, jenis tanaman. Ambang Ekonomi untuk setiap OPT berbeda karena
setiap OPT secara biologi dan ekologi tidak sama. Ada OPT yang menyerang tanaman
pada fase pembibitan, fase pertumbuhan vegetatif dan fase generatif pada saat pengisian
bulir dan polong. Ada pula OPT yang menyerang sepanjang umur hidup tanaman.
Konsep AE lebih menekankan aspek pengambilan keputusan kapan dan di mana petani
harus menggunakan pestisida agar tindakan tersebut efektif menurunkan populasi hama
dan mencegah kerugian lebih lanjut serta meningkatkan keuntungan usaha tani.
2. Pengelompokkan hama berada dalam 3 phylum, yaitu: 1) Phylum Arthropoda (binatang
beruas/bersegmen), terdiri atas Kelas Insekta (serangga) dan Kelas Arachnida (tungau);
2) Phylum Chordata (binatang bertulang belakang), terdiri atas Kelas mammalia
(binatang menyusui) dan Kelas aves (burung); dan 3) Phylum Mollusca (binatang
lunak), terdiri atas Kelas Gastropoda (siput).
3. Tipe-tipe alat mulut hama beserta gejala kerusakan yang ditimbulkannya, antara lain:
a. menggigit-mengunyah: pada kumbang, belalang, ulat, dan lain lain tanda
serangan pada daun tampak sobekan, gerekan, berlubang-lubang, daun hanya
tinggal tulang daunnya saja, daun merekat/menggulung menjadi satu, atau daun
habis dimakan sama sekali. Tanda serangan pada akar menyebabkan tanaman
layu, akhirnya mati. Pada polong atau buah tampak berlubang, atau ada bekas
gerekan
b. menusuk-menghisap: pada berbagai macam kepik. Tanda serangan pada polong
atau biji tampak noda hitam bekas tusukan. Daun yang terserang menjadi layu

53
dan kering. Buah padi matang susu yang diserang menjadi hampa dan
perkembangannya kurang baik
c. mengisap: biasanya pada kutu-kutu tanaman. Tanda serangan pada daun
munculnya cendawan jelaga. Daun yang terserang berbentuk tidak normal,
kerdil, menggulung/keriting ke dalam. Terdapat bercak-bercak klorosis (kuning)
pada daun.
d. meraut-mengisap: pada thrips. Tanda serangan pada daun terdapat bercak warna
putih keperakan. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. Jika menyerang bunga,
mahkota bunga akan gugur
4. Siklus Hidup Spodoptera litura

5. Gejala serangan Thrips: Permukaan daun yang diisap cairannya menimbulkan bercak
berwarna putih keperakan, bercak tersebut perlahan-lahan berubah menjadi coklat,
mengerut dan mengeriting, selanjutnya daun menjadi layu dan mati. Sedangkan gejala
serangan tungau merah: Permukaan daun tampak bercak-bercak warna coklat,
kemudian daun berubah menjadi berwarna keabu-abuan atau kotor kehitam-hitaman,
daun menjadi keriting, tanaman kerdil dan tidak berbuah.

54
6. Landasan dan dukungan hukum yang kuat bagi pelaksanaan dan penerapan konsep PHT
dan pengurangan penggunaan pestisida yaitu UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman. Dalam Pasal 20 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman
ditetapkan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Undang-undang tersebut
memberikan landasan dan dukungan hukum yang kuat bagi pelaksanaan dan penerapan
konsep PHT pada umumnya dan pengurangan penggunaan pestisida pada khususnya.
7. Metode pengendalian hama menurut konsep PHT adalah memadukan semua metode
pengendalian hama sedemikian rupa, yaitu:
a. Pengendalian melalui Teknik Budidaya Tanaman
b. Pengendalian secara bercocok tanam (kultur teknis)
c. Pengendalian secara Fisik dan Mekanik
d. Pengendalian Hayati atau Biologi
e. Pengendalian Kimiawi sebagai alternatif terakhir, untuk menurunkan dan
mempertahankan populasi organisme pengganggu di bawah batas Ambang
Ekonomi, menstabilkan produksi dan menjaga keseimbangan ekosistem.
8. Pengendalian hama secara bercocok tanam yaitu pengendalian hama dengan cara
mengelola lingkungan atau ekosistem sedemikian rupa sehingga ekosistem tersebut
menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan perkembangbiakan hama, hal ini dapat
mengurangi laju peningkatan populasi dan kerusakan tanaman. Teknik pengendalian
secara bercocok tanam dapat dilakukan dengan cara, antara lain:
a. Melakukan sanitasi (pembersihan)
b. Pengerjaan tanah atau pengolahan lahan
c. Pengelolaan air
d. Pergiliran tanaman (rotasi tanaman)
e. Pembukaan lahan
f. Penanaman serentak
g. Pengaturan jarak tanam
h. Menghalangi peletakan telur

55
9. Pengendalian Hayati atau Biologi
Hama dalam kehidupannya sebagai serangga juga mempunyai musuh alami,
pengendalian hayati atau biologi adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami
untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan. Musuh alami adalah organisme
yang dapat menyerang serangga hama. Dilihat dari fungsinya, musuh alami
dikelompokkan menjadi parasitoid, predator dan patogen.
a. Parasitoid atau Parasit
Parasit adalah binatang yang hidup di atas atau di dalam binatang lain yang lebih
besar yang merupakan inangnya. Parasit memakan atau mengisap cairan tubuh
inangnya sehingga dapat melemahkan dan akhirnya dapat membunuh inangnya.
b. Predator
Predator adalah organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa
binatang lainnya. Mangsanya adalah hama pengganggu tanaman budidaya.
c. Patogen
Patogen adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada hama.
Patogen yang dapat menyerang serangga hama adalah bakteri, virus dan
cendawan.
10. Pengendalian hama terpadu merupakan metode pengendalian populasi hama yang
secara sosial dapat diterima, secara lingkungan bertanggung jawab, dan secara ekonomi
murah. Keuntungannya adalah: 1) memperkecil potensi munculnya resistensi hama
terhadap pestisida, 2) mengurangi biaya untuk pestisida, 3) mengurangi pemaparan
pestisida terhadap manusia, dan 4). memperkecil dampak lingkungan akibat dari
kegiatan pengelolaan hama.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003. Mengendalikan Hama


https://docs.google.com/file/d/0B8FkdiO6aMdabEd1TEVzNmE0dm8/edit
Tanggal 10 Januari 2019. Jam 14.20 WIB

56
Hidayat, S.H., Purnama H. Modul 1 Dasar-dasar Perlindungan Tanaman.
http://repository.ut.ac.id/4437/1/LUHT4310-M1.pdf. Tanggal 16 Januari 2020
Basukriadi, A. Modul 1 Pengendalian Hayati untuk Pengelolaan Hama.
http://repository.ut.ac.id/4456/1/BIOL4421-M1.pdf. Tanggal 16 Januari 2020
Lopes, Y.F., Abdul K.D. Modul 3 Ambang Ekonomi. Department of Dryland
Agriculture Management Kupang State Agriculture Polytechnic. Nusa Tenggara Timur.
http://mplk.politanikoe.ac.id/images/pdf/Panduan_Prak._Perlintan/003_AMBANG_EK
ONOMI.pdf. Tanggal 16 Januari 2020
Moekasan, T.K., dkk. 2015. Modul Pelatihan Budidaya Cabai Merah, Tomat, dan
Mentimun Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu. vegIMPACT.
https://vegimpact.com/wp-content/uploads/2018/07/vegIMPACT-Report-6-Modul-
Pelatihan-1-Budidaya-Cabai-Merah-Tomat-dan-Mentimun_BAH.pdf. Tanggal 16
Januari 2020
Hidayat, A. 2001. Mengidentifikasi Jenis Dan Sifat Hama. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan. Jakarta
Sugiarto. 2011. Macam-Macam Hama dan Penyakit Pada Tanaman Serta
Cara Pengendaliannya. https://sugiartoagribisnis.wordpress.com/2011/01/20/macam-
macam-hama-dan-penyakit-pada-tanaman-serta-cara-pengendaliannya/. Tanggal 11
januari 2018 jam 11.38 WIB
Anonim. 2014. Penggolongan Hama dari Berbagai Macam Aspek.
http://planthospital.blogspot.com/2014/02/penggolongan-hama-dari-berbagai-
macam.html. Tanggal 17 Januari 2020
Andriansyah. 2015. Pengertian dan Penggolongan Hama Tanaman.
http://detiktani.blogspot.com/2015/01/pengertian-dan-penggolongan-hama-
tanaman.html. Tanggal 17 Januari 2020
https://id.wikipedia.org/wiki/Belalang. Tanggal 17 Januari 2020

57
Kembali ke daftar isi

58

Anda mungkin juga menyukai