GURU PEMBELAJAR
KELOMPOK KOMPETENSI 2
1|A l i h F u n g s i - P e m b i a k a n T a n a m a n P a n g a n d a n H o r t i k u l t u r a
Penulis:
Ir. Susilowati EW, MP
Penelaah:
Ir. Endah Lisarini, SE, MM
Ilustration
-----------------
Copyright @2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bidang Pertanian, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku untuk kepentingan
komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan
KATA SAMBUTAN
Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru professional adalah guru yang kompeten
membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan
pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen
yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.
Mari kita sukseskan program GP ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya
A. Latar Belakang
Seperti yang diamanahkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
1|A l i h F u n g s i - P e m b i a k a n T a n a m a n P a n g a n d a n H o r t i k u l t u r a
Di sisi lain masih terdapat berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi
guru yaitu antara lain adalah : 1. Adanya keberagaman kondisi kemampuan
guru dalam proses pembelajaran, 2. Belum sempurnanya alat ukur untuk
mengetahui kemampuan guru, 3. Pelatihan dan pembinaan yang diberikan
kepada guru belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan guru.
Adapun lingkup materi yang dibahas dalam Modul Diklat PKB Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura Grade 2 yang difokuskan pada
Pembibitan Tanaman ini meliputi pembibitan tanaman secara vegetatif
(menyambung); pembibitan tanaman secara generatif; pengkondisian
kebutuhan cahaya, suhu, dan kelembaban, pengkondisian sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah; perawatan alat dan mesin pengolahan lahan,
pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen, serta penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja dalam agribisnis tanaman pangan dan
hortikultura.
Modul ini diharapkan dapat mengobati kompetensi guru yang masih lemah
dalam bidang pembibitan tanaman secara kultur jaringan sehingga jika pada
kesempatan yang akan datang dilakukan uji kompetensi lagi diharapkan
hasil nilai uji kompetensi guru dalam bidang pembibitan tanaman dapat
meningkat sesuai dengan yang ditargetkan oleh pemerintah.
B. Tujuan
Melalui kegiatan pengamatan, diskusi, dan pengumpulan informasi,
pengguna modul ini akan mampu:
1. Menerapkan pembibitan tanaman secara vegetatif melalui teknik
penyambungan sesuai prosedur.
2. Melakukan pembibitan tanaman secara generatif sesuai karaketeristik
benih tanaman.
3. Mengkondisikan suhu, cahaya, dan kelembaban lingkungan
pertumbuhan sesuai kebutuhan tanaman pangan dan hortikultura.
4. Mengkondisikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sesuai kebutuhan
tanaman pangan dan hortikultura.
5. Merawat alat mesin pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman, panen
dan pasca panen.
6. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di lahan tanaman
pangan dan hortikultura sesuai dengan prosedur.
C. Peta Kompetensi
KELOMPOK JUDUL
KOMPETENSI
1 Dasar-dasar Pembiakan Tanaman Pangan dan
Hortikultura
2 Pembiakan Tanaman Pangan dan Hortikultura
3 Agribisnis Tanaman Pangan dan Palawija
4 Agribisnis Tanaman Sayuran dan Buah Semusim
5 Agribisnis Tanaman Hias
6 Agribisnis Tanaman Buah Tahunan
7 Pembiakan Tanaman Hortikultura Secara Kultur
Jaringan
8 Pengelolaan lahan tanaman pangan dan
hortikultura
9 Pengelolaan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura
10 Pengembangan Agroteknologi Tanaman Pangan
dan Hortikultura
D. Ruang Lingkup
Sesuai dengan tujuan yang diharapkan dapat dicapai maka ruang lingkup
modul ini meliputi:
1. Pembibitan tanaman secara vegetatif melalui teknik penyambungan.
2. Pembibitan tanaman secara generatif.
3. Pengkondisian suhu, cahaya, dan kelembaban lingkungan
pertumbuhan.
4. Pengkondisian sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
5. Perawatan alat mesin pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman, panen
dan pasca panen.
6. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja.
A. Tujuan
Dengan diberi informasi dan kesempatan berdiskusi peserta pelatihan dapat
melakukan pembibitan tanaman secara vegetatif melalui teknik
penyambungan dan okulasi sesuai prosedur dan karakteristik tanaman.
C. Uraian Materi
1. Pengertian dan tujuan penyambungan.
Salah satu cara perbanyakan secara vegetatif adalah melalui teknik
penyambungan. Prinsip dasar dalam penyambungan adalah
menyambung batang bawah dengan batang atas dari tanaman lain yang
sejenis, sehingga akan diperoleh tanaman baru yang sifatnya lebih
unggul.
a. Pohon Induk
Pohon induk adalah tanaman pilihan yang dipergunakan sebagai
sumber untuk perbanyakan tanaman, baik yang berasal dari biji
atau hasil perbanyakan vegetatif.
Dalam perbanyakan vegetatif tanaman buah, pohon induk
digunakan sebagi sumber batang atas (entres). Batang atas ini
dapat berupa mata tunas tunggal yang digunakan dalam tehnik
okulasi ataupun berupa ranting dengan lebih dari satu mata tunas
atau ranting dengan tunas pucuk yang digunakan dalam
sambungan (grafting).
Ada dua sistem penanaman kebun pohon induk yaitu: (1). Kebun
pohon induk sekaligus sebagai kebun produksi. (2). Kebun pohon
induk dengan jarak tanam lebih rapat, misalnya untuk tanaman
durian, untuk kebun produksi biasanya berjarak tanam 10x10 m2,
sedangkan pada kebun pohon induk dapat berjarak tanam 3x3 m2.
b. Batang Bawah
Batang bawah atau rootstock/understem adalah tanaman yang
berfungsi sebagai batang bagian bawah yang masih dilengkapi
dengan sistem perakaran yang berfungsi mengambil makanan dari
dalam tanah untuk batang atas atau tajuknya. Batang bawah ini
sebaiknya berasal dari tanaman yang diperbanyak dengan biji,
karena memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut (1).
Perkembangan sistem perakarannya lebih kuat dan dalam, karena
memiliki akar tunggang, sehingga relatif lebih tahan terhadap
kekeringan. (2). Penyediaan batang bawah jenis ini bisa dilakukan
dalam jumlah banyak.
c. Batang Atas
Batang atas yang biasanya disebut entres (scion) adalah calon
bagian atas atau tajuk tanaman yang di kemudian hari akan
menghasilkan dan berkualitas unggul. Batang atas ini dapat berupa
mata tunas tunggal yang digunakan dalam tehnik okulasi (budding)
maupun berupa ranting dengan lebih dari satu mata tunas, atau
ranting dengan tunas pucuk yang digunakan dalam sambungan
(grafting).
Alpukat + + + o +
Belimbing + + + - o
Cempedak + + + - o
Duku + + + - o
Durian + + + - o
Jambu air + - + + +
Jambu biji + + + + +
Jambu bol - + + + +
Jeruk + + + o +
Kapulasan + - + - +
Mangga + + + o +
Manggis - + + - -
Melinjo + + + + +
Nangka + + + - o
Rambutan + + + - +
Sirsak + + + - +
Sukun + + + + +
Sumber : Mitra dan Citra Cipaku (1993)
Keterangan : (+) baik (o) kurang baik (-) gagal
Tabel 2. Persentase keberhasilan cara perbanyakan okulasi, enten dan
penyusuan
Alpukat 40 - 70 50 - 80 70 - 100
Belimbing 40 - 60 60 - 90 60 - 100
Duku 0 - 10 40 - 60 40 - 80
Durian 60 - 80 20 - 60 60 - 100
Jeruk 60 - 70 7085 60 - 90
Kapulasan 10 - 40 0 40 - 80
Mangga 40 - 70 60 - 90 60 - 100
Manggis 0 50 - 80 50 - 80
Melinjo 70 - 80 80 - 90 70 - 100
Rambutan 30 - 70 0 60 - 100
Sawo 0 70 - 80 60 - 90
Sirsak 50 - 70 60 - 80 60 - 90
Sumber : Sunaryono (1987) dan Wijaya (1990)
Keterangan : nilai dalam persen (%)
6. Pemeliharaan bibit
Pemeliharaan bibit hasil pembiakan meliputi pengaturan naungan,
penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit tanaman,
penyiangan, dan penggantian polibag.
a. Penyiraman
Penyiraman bibit pada musim kemarau biasanya dilakukan setiap
dua hari sekali, sedangkan pada musim hujan disesuaikan. Salah
satu cara penyiraman yang praktis dan tidak menuntut peralatan
moderen, adalah penyiraman menggunakan gembor air. Pengairan
sistem genangan atau dilep dalam bahasa Jawanya, dapat
dilakukan apabila pembibitannya dilakukan di sawah.
c. Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun
dengan konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK
(15:15:15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini
dilakukan seminggu sekali. Selain itu pemupukan dapat juga
diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per tanaman yang
dilakukan sebulan sekali.
d. Penyiangan
Penyiangan rumput pengganggu (gulma), karena rumput selalu
bersaing dengan bibit dalam pengambilan hara, ruang tempat
tumbuh, air dan sinar matahari. Penyiangan sebaiknya dilakukan
secara manual hindari penyiangan dengan menggunakan herbisida.
e. Penggantian polybag
Apabila polybag yang digunakan sudah terlalu sempit sehingga
sudah tidak mampu lagi menampung perakaran bibit dalam polybag
maka perlu dilakukan penggantian polybag yang lebih besar.
Sedangkan cara penggantiannya adalah:
Polybag lama disobek dengan silet atau pisau secara hati-hati agar
media di dalamnya tidak pecah atau berhamburan. Sebaiknya
polybag disiram dengan air sebelum dilaksanakan pindah tanam,
agar media lebih kompak/padat.
D. Aktivitas Pembelajaran
Fasilitator mengarahkan aktifitas kegiatan pembelajaran pada peserta
pelatihan melalui beberapa kegiatan berikut ini:
1. Mengamati materi pembelajaran sesuai dengan yang disediakan oleh
fasilitator. Pengamatan materi pembelajaran dapat berupa membaca
modul, melihat dan atau mendengarkan tayangan, melihat kasus,
melihat alat peraga atau benda sesungguhnya.
2. Menanyakan hal-hal yang menarik dan atau yang ingin diketahui lebih
lanjut tentang hasil pengamatan yang telah dilakukan.
3. Mengumpulkan informasi melalui diskusi kelompok, mengerjakan
latihan/ tugas
4. Membuat kesimpulan melalui penalaran terhadap berbagai informasi
yang telah diperoleh.
5. Mengkomunikasikan kembali kesimpulan dari hasil pembelajaran yang
telah diperoleh.
E. Latihan/Kasus/Tugas
Kegiatan latihan/kasus/tugas ini dilakukan secara berkelompok. Bapak dan
ibu dipersialakan membuat kelompok sekitar 3-4 orang dan untuk
memudahkan pekerjaan, tentukanlah siapa yang disepakati menjadi ketua
kelompok dan sekretaris.
1. Melakukan pengamatan
a. Bacalah informasi tentang pembibitan tanaman secara vegetatif
melalui penyambungan dan okulasi.
b. Setelah bapak ibu selesai membaca, lanjutkan kegiatan berikutnya
yaitu mengamati petani atau teknisi yang melakukan demonstrasi
menyambung dan mengokulasi. Lakukan pengamatan dengan teliti
dan catatlah hal-hal penting yang sempat bapak ibu cermati.
c. Tanyakan kepada petani/ teknisi/ fasilitator jika berdasarkan
pengamatan tersebut ada hal-hal yang bapak ibu merasa belum
jelas atau ingin diketahui lebih dalam lagi.
2. Mengumpulkan informasi
a. Carilah informasi tambahan tentang menyambung dari buku-buku di
perpustakaan dan atau dari internet.
b. Berdasarkan hasil pengamatan dan pencarian informasi tambahan,
buatlah prosedur kerja menyambung dan mengokulasi.
c. Presentasikan prosedur kerja tersebut untuk memperoleh masukan
dari peserta pelatihan yang lain.
d. Lakukan praktik menyambung dan mengokulasi tanaman
hortikultura (tanaman buah-buahan dan atau tanaman hias)
menggunakan bahan-bahan yang telah disediakan.
e. Amatilah hasil praktik bapak ibu dan catatlah jika ada hal-hal yang
positif maupun negatif.
4. Menyajikan hasil
a. Tuliskan secara skematis ringkasan dan hasil kesimpulan bapak ibu
tentang pembibitan tanaman secara vegetatif melalui
penyambungan dan okulasi di kertas plano atau di laptop.
b. Presentasikan hasil ringkasan dan kesimpulan untuk memperoleh
masukan dari peserta pelatihan yang lain dan dan dari fasilitator.
F. Rangkuman
Teknik penyambungan dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu
grafting dan budding. Grafting adalah penyatuan antara batang (sepotong
cabang dengan dua atau tiga mata tunas vegetatif) dengan batang yang
terpisah atau dengan bagian pangkal akar yang terpisah untuk tumbuh
bersama-sama membentuk satu individu baru. Budding adalah
bentuk grafting yang khas karena hanya satu tunas (budding) digunakan
sebagai batang atas dan disisipkan di bawah kulit dari batang bawah.
Budding lebih dikenal dengan okulasi atau penempelan.
Batang atas yang biasanya disebut entres (scion) adalah calon bagian atas
atau tajuk tanaman yang di kemudian hari akan menghasilkan dan
berkualitas unggul. Batang atas ini dapat berupa mata tunas tunggal yang
digunakan dalam tehnik okulasi (budding) maupun berupa ranting dengan
lebih dari satu mata tunas, atau ranting dengan tunas pucuk yang digunakan
dalam sambungan (grafting).
A. Tujuan
Dengan diberi informasi dan kesempatan berdiskusi peserta pelatihan dapat
melakukan pembibitan tanaman pangan dan hortikultura secara generatif
sesuai prosedur dan karakteristik benihnya.
C. Uraian Materi
1. Pengertian, tujuan, dan prinsip pembibitan secara generatif.
Pembiakan generatif adalah pembiakan tanaman dengan menggunakan
organ tanaman hasil dari perkawinan (sexual). Hasil pembiakan
tanaman secara generatif lebih dikenal dengan bibit yang berasal dari
biji, sebab bibit ini dikembangkan dari biji. Pembiakan tanaman secara
generatif ini merupakan cara pembiakan yang mudah dilakukan, karena
biji tanaman yang jatuh di tanah baik secara alami maupun melalui
tangan manusia akan tumbuh bila mendapat lingkungan yang cocok.
Cara pembiakan tanaman dengan biji ini dapat terjadi secara alami dan
dengan campur tangan manusia. Pembiakan secara alami yaitu biji
tanaman yang jatuh di tanah, akan tumbuh menjadi tanaman jika
mendapat kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Pembiakan dengan campur tangan manusia yaitu melalui manusia, biji
akan tumbuh menjadi tanaman jika ditempatkan pada kondisi
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Belajar dari kondisi
alam ini manusia telah mengenal cara pembiakan tanaman dengan biji
jauh sebelum cara pembiakan vegetatif.
d. Putik (pistillum)
Putik (pistilum) berfungsi sebagai alat kelamin betina yang terdiri
dari 3 bagian penting yaitu kepala putik (stigma), tangkai putik
(stylus), dan bakal buah (ovarium). Kepala putik terletak di ujung
tangkai putik. Kepala putik yang telah masak akan mengeluarkan
lendir yang mengandung gula, protein, dan zat organik. Tangkai
putik adalah bagian dari putik berbentuk tabung panjang yang
merupakan tiang penghubung antara kepala putik dan bakal buah.
Sedangkan bakal buah adalah bagian terpenting dari putik yang
terletak di bagian paling bawah persis di atas dasar bunga. Di
dalam bakal buah terdapat bakal biji, bila bunga telah mengalami
persarian dan pembuahan maka bakal buah akan tumbuh menjadi
buah dan bakal biji akan tumbuh menjadi biji.
Agar dapat melakukan penyerbukan pada waktu yang tepat maka harus
tahu karakter bunga setiap tanaman secara utuh. Untuk dapat
mengetahui karakter bunga secara utuh maka harus dilakukan
pengamatan terhadap tanaman khususnya terhadap bunga. Pada
umumnya bunga-bunga yang terbentuk pada satu pohon tidak dapat
mekar dalam waktu yang bersamaan.
Hal yang penting dalam teknik penyerbukan silang buatan adalah cara
meletakkan serbuk sari dari induk jantan di atas kepela putik induk
betina, dan menjaganya jangan sampai kepala putik tersebut kejatuhan
serbuk sari dari tanaman lain yang tidak dikehendaki maupun dari
tanaman yang sama.
a. Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan penyerbukan
silang adalah:
1) Penyediaan induk
Sejumlah tanaman yang akan digunakan sebagai induk jantan
dan induk betina yang telah diketahui sifat dan keunggulannya
harus dijaga agar tetap sehat dan dapat menghasilkan bunga
pada saat yang tepat secara optimal.
Makin banyak jumlah jenis yang dapat disediakan, maka besar
kemungkinannya akan terdapat tanaman-tanaman yang
berbunga pada waktu yang sama sehingga penyerbukan silang
dapat dilakukan tepat pada waktunya.
2) Pengamanan induk
Untuk meningkatkan keamanan tanaman terhadap gangguan
dari luar serta untuk memudahkan pemeliharaannya, maka
tanaman –tanaman dari golongan berumur pendek (semusim)
dapat ditanam dalam pot dan diletakkan dalam rumah kaca
atau screen house.
Namun bila jenis-jenis yang akan disilangkan termasuk
golongan tanaman keras berumur panjang dan membentuk
bunga yang letaknya sangat tinggi, maka perlu dibuatkan
tangga agar dapat dilakukan penyerbukan.
d. Penyerbukan
Berikut ini adalah beberapa petunjuk cara melakukan penyerbukan.
1) Pada bunga yang berkelamin dua penyerbukan silang hanya
dilakukan pada bunga yang sudah dikastrasi.
2) Pada tanaman yang hanya menghasilkan bunga-bunga betina,
maka putik dapat langsung diserbuki pada saat bunga mulai
mekar.
3) Saat yang baik untuk melakukan penyerbukan silang adalah
apabila tanaman sedang berbunga lebat.
4) Suhu udara terbaik untuk melakukan penyerbukan pada
umumnya antara 20 – 25 0C.
5) Beberapa jam sebelum dilakukan penyerbukan dilakukan,
serbuk sari dari induk jantan harus tersedia dalam jumlah yang
cukup.
6) Penyerbukan dapat dilakukan dengan baik pada saat kepala
putik mulai mengeluarkan lendir, warnanya tampak putih bersih,
mengkilap dan segar.
7) Pada setiap tangkai bunga yang telah diserbuki, segera diberi
label yang diberi nomor kode persilangan
1) Hipogeal
Pada perkecambahan ini terjadi pertumbuhan memanjang dari
epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan
muncul di atas tanah, kotiledon tetap berada di dalam tanah,
contohnya kecambah jagung.
2) Epigeal
Pada perkecambahan ini hipokotil tumbuh memanjang akibatnya
kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah, sehingga
kotiledon berada di atas tanah, contoh pada kacang hijau.
Perbanyakan generatif melalui biji memiliki kelebihan yaitu bibit
yang diperoleh dalam jumlah banyak dengan pertumbuhan yang
seragam. Namun kelemahan perbanyakan dengan cara ini ialah
dibutuhkan waktu relatif lebih lama hingga diperoleh bibit yang siap
tanam. Karena itulah cara ini jarang digunakan.
Setelah luas lahan dan jarak tanam yang digunakan diketahui maka
perhitungan kebutuhan benih sudah dapat dilakukan. Secara umum
perhitungan kebutuhan benih menggunakan cara sederhana sebagai
berikut: untuk kebutuhan benih yang menggunakan pola jarak tanam
𝐴
segi empat dapat dihitung dengan cara B = +𝑐
𝑃𝑥𝐿
Keterangan:
P=5m
A = luas lahan
L=3m
1.222 𝑏𝑖𝑗𝑖
* * * * A = luas lahan
P = panjang proyeksi garis miring (r)
* * *
r pada pola jarak tanam segitiga
P
* * L * *
yang dengan dalil pitagoras
A
dapat dihitung dengan rumus
2
Pola jarak tanam segitiga √𝑟 2 − (1 𝑙)
2
a. Perlakuan mekanis
Perlakuan mekanis umumnya dipergunakan untuk memecahkan
dormansi benih yang bersifat impermeabel terhadap air dan O 2
serta kulit benih yang terlalu keras. Perlakuan mekanis ini dapat
dilakukan dengan cara mengikir atau menggosok kulit benih dengan
ampelas atau melubangi kulit benih, sehingga benih dengan mudah
dapat dilalui air dan udara.
b. Perlakuan Chemis
Perlakuan kimia adalah perlakuan dengan menggunakan bahan-
bahan kimia untuk memecahkan dormansi pada benih agar kulit
benih menjadi lunak sehingga lebih mudah dilalui air pada waktu
proses imbibisi. Perlakuan kimia juga dapat mencegah dan
membasmi hama dan penyakit yang menempel pada permukaan
kulit benih.
c. Perlakuan Fisis
Perlakuan fisis adalah perlakuan dengan pengaruh suhu untuk
memecahkan dormansi pada benih agar kulit benih menjadi lunak
sehingga lebih mudah dilalui air pada waktu proses imbibisi.
Perlakuan benih untuk mematahkan dormansi bisa dilihat pada
tabel berikut.
a. Persemaian pertama
Persemaian pertama digunakan untuk menumbuhkan biji sampai
benih siap dipindah ke persemaian kedua. Penyemaian ini bisa
dilakukan pada bedengan-bedengan persemaian atau bak-bak
pesemaian.
Cara pembuatan bedengan persemaian adalah sebagai berikut:
Tanah dibajak dua kali dan digaru satu kali. Pembajakan kedua
dilakukan 7-10 hari setelah pembajakan pertama supaya rumput
mati. Bedengan dibuat dengan lebar 80-100 cm dan panjang
sesuai keadaan tempat. Tinggi bedengan 20 cm, jarak antar
bedengan 30 cm (selebar cangkul). Pembuatan bedengan dapat
dilihat pada Gambar
b. Menyemai Biji
Menyemai biji merupakan kegiatan untuk menumbuhkan biji agar
tumbuh menjadi kecambah. Biji dikatakan berkecambah jika sudah
terdapat plumula dan radikelnya tumbuh normal dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan ketentuan masing-masing benih.
b) Temperatur
Merupakan syarat penting yang kedua bagi
perkecambahan biji. Tanaman pada umumnya dapat
diklasifikasikan berdasarkan kebutuhannya akan
temperatur. Temperatur optimum adalah temperatur yang
paling menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan biji. Pada kisaran temperatur ini terdapat
persentase perkecambahan biji yang tertinggi. Temperatur
optimum bagi kebanyakan biji tanaman adalah antara
26,5O – 35O C (80O – 95O F).
c) Oksigen
Proses respirasi akan berlangsung selama biji masih hidup.
Pada saat perkecambahan berlangsung proses respirasi
akan meningkat disertai pula dengan meningkatnya
pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air
dan energi. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan
mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan biji.
Walupun demikian ada beberapa jenis tanaman yang
mempunyai kemampuan untuk berkecambah pada
keadaan yang kurang oksigen, misalnya padi (Oryza sativa
L).
d) Cahaya
Kebutuhan biji terhadap cahaya untuk perkecambahannya
berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Terdapat
empat kelompok tanaman yang dibedakan berdasarkan
pengaruh cahaya terhadap perkecambahan biji yaitu (a)
kelompok yang memerlukan cahaya secara mutlak untuk
perkecambahannya (b) kelompok yang memerlukan
cahaya untuk mempercepat perkecambahannya, misalnya
selada dan tembakau (c) kelompok di mana cahaya dapat
menghambat perkecambahannya dan (4) kelompok di
mana benih dapat berkecambah sama baik di tempat gelap
atau ada cahaya.
f. Persemaian kedua
Pesemaian kedua digunakan untuk memindahkan benih dari
pesemaian pertama. Persemaian kedua dilakukan pada polibag
yang diisi media campuran pupuk kandang, sekam padi dan tanah.
Ketiga media tersebut diaduk dengan perbandingan 1:1:1 dan
dimasukkan ke dalam polibag. Polibag berisi media disusun
berbentuk barisan memanjang dan diatasnya dibuat naungan.
Gambar 13. Pesemaian
a. Penyiraman
Penyiraman bibit pada musim kemarau biasanya dilakukan setiap
dua hari sekali, sedangkan pada musim hujan disesuaikan. Salah
satu cara penyiraman yang praktis dan tidak menuntut peralatan
moderen, adalah penyiraman menggunakan gembor air. Pengairan
sistem genangan atau dilep dalam bahasa Jawanya, dapat
dilakukan apabila pembibitannya dilakukan di sawah. Cara
penyiramannya dengan menutup saluran pembuangan air,
kemudian air dimasukkan ke areal tanaman sampai media di
polybag menjadi basah. Pemasukan air ini sebaiknya dilakukan
pada waktu sore/malam hari ketika suhu tanah tidak tinggi. Lama
perendaman 1-2 jam dengan tinggi air cukup ¾ tinggi polybagnya
c. Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun
dengan konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK
(15:15:15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini
dilakukan seminggu sekali. Selain itu pemupukan dapat juga
diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per tanaman yang
dilakukan sebulan sekali.
d. Penyiangan
Penyiangan rumput pengganggu (gulma), karena rumput selalu
bersaing dengan bibit dalam pengambilan hara, ruang tempat
tumbuh, air dan sinar matahari. Penyiangan sebaiknya dilakukan
secara manual hindari penyiangan dengan menggunakan herbisida.
e. Penggantian polybag
Apabila polybag yang digunakan sudah terlalu sempit sehingga
sudah tidak mampu lagi menampung perakaran bibit dalam polybag
maka perlu dilakukan penggantian polybag yang lebih besar.
D. Aktivitas Pembelajaran
Fasilitator mengarahkan aktifitas kegiatan pembelajaran pada peserta
pelatihan melalui beberapa kegiatan berikut ini:
1. Mengamati materi pembelajaran sesuai dengan yang disediakan oleh
fasilitator. Pengamatan materi pembelajaran dapat berupa membaca
modul, melihat dan atau mendengarkan tayangan, melihat kasus, melihat
alat peraga atau benda sesungguhnya.
2. Menanyakan hal-hal yang menarik dan atau yang ingin diketahui lebih
lanjut tentang hasil pengamatan yang telah dilakukan.
3. Mengumpulkan informasi melalui diskusi kelompok, mengerjakan latihan/
tugas
4. Membuat kesimpulan melalui penalaran terhadap berbagai informasi
yang telah diperoleh.
5. Mengkomunikasikan kembali kesimpulan dari hasil pembelajaran yang
telah diperoleh
E. Latihan/Kasus/Tugas
Kegiatan latihan/kasus/tugas ini dilakukan secara berkelompok. Bapak dan
ibu dipersilakan membuat kelompok sekitar 3-4 orang dan untuk
memudahkan pekerjaan, tentukanlah siapa yang disepakati menjadi ketua
kelompok dan sekretaris.
1. Melakukan pengamatan
a. Bacalah informasi tentang pembibitan tanaman secara generatif.
b. Setelah bapak ibu selesai membaca, lanjutkan kegiatan berikutnya
yaitu mengamati petani atau teknisi yang melakukan demonstrasi
menyerbukkan bunga (kastrasi, emaskulasi, dan hibridisasi)
mengecambahkan dan menyemai benih. Lakukan pengamatan
dengan teliti dan catatlah hal-hal penting yang sempat bapak ibu
cermati.
c. Tanyakan kepada petani/ teknisi/ fasilitator jika berdasarkan
pengamatan tersebut ada hal-hal yang bapak ibu merasa belum
jelas atau ingin diketahui lebih dalam lagi.
2. Mengumpulkan informasi
a. Carilah informasi tambahan tentang cara melakukan penyerbukan
buatan (kastrasi, emaskulasi, dan hibridisasi), mengecambahkan
dan menyemai benih dari buku-buku di perpustakaan dan atau dari
internet.
b. Berdasarkan hasil pengamatan dan pencarian informasi tambahan,
buatlah prosedur kerja melakukan penyerbukan (kastrasi,
emaskulasi, dan hibridisasi), mengecambahkan, dan menyemai
benih.
c. Presentasikan prosedur kerja tersebut untuk memperoleh masukan
dari peserta pelatihan yang lain.
d. Lakukan praktik menyerbukkan (kastrasi, emaskulasi, dan
hibridisasi), mengecambahkan, dan menyemai benih tanaman
pangan dan hortikultura menggunakan bahan-bahan yang telah
disediakan.
e. Amatilah hasil praktik bapak ibu dan catatlah jika ada hal-hal yang
positif maupun negatif.
F. Rangkuman
Pembiakan generatif adalah pembiakan tanaman dengan menggunakan
organ tanaman hasil dari perkawinan (sexual). Hasil pembiakan tanaman
secara generatif lebih dikenal dengan bibit yang berasal dari biji, sebab bibit
ini dikembangkan dari biji. Pembiakan tanaman secara generatif ini
merupakan cara pembiakan yang mudah dilakukan, karena biji tanaman
yang jatuh di tanah baik secara alami maupun melalui tangan manusia akan
tumbuh bila mendapat lingkungan yang cocok.
Cara pembiakan tanaman dengan biji ini dapat terjadi secara alami dan
dengan campur tangan manusia. Pembiakan secara alami yaitu biji
tanaman yang jatuh di tanah, akan tumbuh menjadi tanaman jika mendapat
kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Pembiakan dengan
campur tangan manusia yaitu melalui manusia, biji akan tumbuh menjadi
tanaman jika ditempatkan pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhannya.
A. Tujuan
Dengan diberi informasi dan kesempatan berdiskusi peserta pelatihan dapat
mengkondisikan suhu, cahaya, dan kelembaban media tumbuh sesuai
kebutuhan tanamannya.
C. Uraian Materi
1. Persyaratan tumbuh tanaman
Semua organisme tanaman dan binatang baik berukuran besar maupun
jasad mikro serta manusia, sangat tergantung pada lingkungan
habitatnya. Mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di
dalam lingkungan yang cocok. Di dalamnya terjadi interaksi baik di
antara sesama maupun dengan kelompok lainnya serta interaksi
dengan lingkungannya sebagai satu kesatuan ekosistem yang besar.
Secara umum faktor-faktor yang saling berinteraksi tersebut dapat
digolongkan menjadi faktor alam (abiotik) dan biologi (biotik). Faktor
abiotik meliputi faktor iklim (cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban
udara, angin) dan fator edafis dan fisiografi (tanah, geologi, topografi),
sedangkan faktor biotik meliputi tumbuhan, hewan dan manusia.
Meskipun lingkungan merupakan sistem yang komplek dan sangat
besar peranannya dalam kehidupan semua makhluk di permukaan
bumi. Faktor iklim sudah terbukti memegang peranan yang sangat
penting dalam penentuan jenis dan kultivar tanaman yang dapat
dibudidayakan dan dalam penentuan hasil akhir. Keberhasilan produksi
tanaman mensyaratkan penggunaan sumber daya iklim, seperti
penyinaran matahari, karbon dioksida dan air secara efisien. Akan tetapi
kehidupan itu tidak sepenuhnya menggantungkan pada lingkungan
hidupnya, antara lain karena banyak kehidupan yang mampu
memodifikasi lingkungan sehingga cocok untuk hidupnya atau
organisme itu berusaha sedemikian rupa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Selain itu sistem budidaya suatu tanaman yang tepat melalui pemilihan
varietas dan pengolahan lingkungan melalui perbaikan cara bercocok
tanam seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan
sebagainya merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk
mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal.
D. Aktivitas Pembelajaran
Fasilitator mengarahkan aktifitas kegiatan pembelajaran pada peserta
pelatihan melalui beberapa kegiatan berikut ini:
1. Mengamati materi pembelajaran sesuai dengan yang disediakan oleh
fasilitator. Pengamatan materi pembelajaran dapat berupa membaca
modul, melihat dan atau mendengarkan tayangan, melihat kasus, melihat
alat peraga atau benda sesungguhnya.
2. Menanyakan hal-hal yang menarik dan atau yang ingin diketahui lebih
lanjut tentang hasil pengamatan yang telah dilakukan.
3. Mengumpulkan informasi melalui diskusi kelompok, mengerjakan latihan/
tugas
4. Membuat kesimpulan melalui penalaran terhadap berbagai informasi
yang telah diperoleh.
5. Mengkomunikasikan kembali kesimpulan dari hasil pembelajaran yang
telah diperoleh
E. Latihan/Kasus/Tugas
Kegiatan latihan/kasus/tugas ini dilakukan secara berkelompok. Bapak dan
ibu dipersilakan membuat kelompok sekitar 3-4 orang dan untuk
memudahkan pekerjaan, tentukanlah siapa yang disepakati menjadi ketua
kelompok dan sekretaris.
1. Melakukan pengamatan
a. Bacalah informasi tentang pengkondisian suhu, cahaya, dan
kelembaban.
b. Setelah bapak ibu selesai membaca, lanjutkan kegiatan berikutnya
yaitu mengamati suhu, cahaya, dan kelembaban di lingkungan
setempat. Lakukan pengamatan dengan teliti dan catatlah hal-hal
penting yang sempat bapak ibu cermati.
c. Tanyakan kepada fasilitator atau petugas yang berwenang jika
berdasarkan pengamatan tersebut ada hal-hal yang bapak ibu
merasa belum jelas atau ingin diketahui lebih dalam lagi.
2. Mengumpulkan informasi
a. Carilah informasi tentang kebutuhan suhu, cahaya, dan kelembaban
tanaman pangan dan hortikultura dari buku-buku di perpustakaan
dan atau dari internet.
b. Carilah informasi tentang suhu, cahaya, dan kelembaban di sekitar
tanaman pangan dan hortikultura.
c. Carilah informasi tentang alternatif-alternatif cara mengkondisikan
suhu, cahaya, dan kelembaban.
d. Diskusikan apakah kondisi suhu, cahaya, dan kelembaban di sekitar
tanaman panang dan hortikultura sudah sesuai dengan persyaratan
yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut atau belum.
4. Menyajikan hasil
a. Tuliskan secara skematis ringkasan dan hasil kesimpulan bapak ibu
tentang mengkondisikan suhu, cahaya, dan kelembaban.
b. Presentasikan hasil ringkasan dan kesimpulan untuk memperoleh
masukan dari peserta pelatihan yang lain dan dan dari fasilitator.
F. Rangkuman
Keberhasilan produksi tanaman mensyaratkan penggunaan sumber daya
iklim, seperti penyinaran matahari, karbon dioksida dan air secara efisien.
Akan tetapi kehidupan itu tidak sepenuhnya menggantungkan pada
lingkungan hidupnya, antara lain karena banyak kehidupan yang mampu
memodifikasi lingkungan sehingga cocok untuk hidupnya atau organisme itu
berusaha sedemikian rupa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Selain cahaya matahari (intensitas dan panjang penyinaran) maka suhu dan
kelembaban juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman. Namun demikian ketiga faktor iklim tersebut dapat saling
mempengaruhi. Pada intensitas cahaya yang tinggi maka suhu udarapun
juga akan tinggi. Pada suhu udara yang tinggi maka penguapan juga akan
tinggi sehingga pada akhirnya kelembaban udarapun juga akan terpengaruh.
A. Tujuan
Dengan diberi informasi dan kesempatan berdiskusi peserta pelatihan dapat
menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja di lahan tanaman pangan
dan hortikultura dengan benar.
C. Uraian Materi
1. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja.
Terdapat beberapa pengertian kesehatan dan keselam atan
kerja menurut para ahli yang ditulis dalam web
http://learnmine.blogspot.co.id/2015/04/keselamatan -dan-
kesehatan-kerja.html, di antaranya adalah:
a. Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya
dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur
(Mangkunegara, 2002).
b. Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan y ang bebas
dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja
yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja (Simanjuntak,
1994).
c. keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi
para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan (Suma’mur, 2001).
d. Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap
kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi
umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum
(Mathis dan Jackson, 2002).
e. Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada
kondisi-kondisi fisiologis -fisikal dan psikologis tenaga kerja
yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan
oleh perusahaan (Jackson, 1999).
b. Bagi lingkungan
Bahaya pencemaran lingkungan dapat terjadi jika kita membuang
sisa pestisida atau bekas botol/ bungkus pestisida sembarangan.
E. Latihan/Kasus/Tugas
1. Melakukan pengamatan
Amatilah bagaimana fasilitator/ teknisi/ petugas lainnya dalam:
a. menggunakan pakaian kerja di lahan tanaman pangan dan
hortikultura
b. menggunakan bahan kimia untuk pengendalian hama penyakit
tanaman
a. Dikogami bila putik dan benang sari masak dalam waktu yang tidak
bersamaan.ada dua tipe dikogami yaitu Protandri: benang sari lebih
dahulu masak daripada putik dan Protogini bila putik lebih dahulu
masak daripada benang sari
c. Berat benih
Berat benih yang dimaksud adalah berat setiap butir yang biasanya
ditimbang. Untuk benih berukuran besar, pengukuran dengan cara
menimbang 100 butir sedangkan untuk benih berukuran kecil 1000
butir.
d. Warna benih
Warna benih dapat mengidentifikasi suatu benih terutama untuk
mengetahui lamanya benih tersimpan dan tingkat kesehatan benih
dari penyakit benih. Benih yang baik adalah benih yang memenuhi
warna cerah, tidak kusam, mulus, tidak bercak atau terang sesuai
dengan warna dasarnya.
Modul Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Grade-2 ini disusun dalam
rangka menyediakan kebutuhan bahan ajar pelatihan pengembangan
keprofesionalan berkelanjutan bagi guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan
Pertanian Paket Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Modul ini
diperuntukkan bagi guru-guru yang hasil uji kompetensinya masih kurang
khususnya pada grade atau kelompok kompetensi yang ke-2. Keberadaan
dokumen ini akan selalu berkembang sesuai dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan
lain yang terkait dengan pelatihan guru kejuruan. Semoga keberadaan modul ini
dapat membantu pihak-pihak yang memerlukannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986. Beberapa Gulma Penting pada Tanaman Pangan dan Cara
https://forestryinformation.wordpress.com/2013/01/18/optimalisasi-pertumbuhan-
tanaman-melalui-pengaturan-cahaya/
GLOSARIUM
evaporasi penguapan
fotosintesis reaksi antara air (h2o) dengan gas karbon dioksida ( co2)
dalam daun tumbuhan
Riwayat pendidikan :
1. S2 Ilmu Tanaman Universitas Brawijaya Tahun 1995
2. S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada TAhun 1985
Judul penelitian:
1. Penggunaan colchicine untuk menghasilkan mutan pada tanaman
hortikultura
2. Pengaruh colchicine terhadap phenotipa tanaman semangka