Anda di halaman 1dari 108

MODUL

GURU PEMBELAJAR

PEMBIAKAN TANAMAN PANGAN DAN


HORTIKULTURA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

KELOMPOK KOMPETENSI 2

PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN


HORTIKULTURA

Penulis: Ir. Susilowati EW, MP

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA


KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2016

1|A l i h F u n g s i - P e m b i a k a n T a n a m a n P a n g a n d a n H o r t i k u l t u r a
Penulis:
Ir. Susilowati EW, MP

Penelaah:
Ir. Endah Lisarini, SE, MM

Ilustration
-----------------

Copyright @2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bidang Pertanian, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku untuk kepentingan
komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan
KATA SAMBUTAN

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru professional adalah guru yang kompeten
membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan
pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen
yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.

Pengembangan profesionalitas guru melalui program Guru Pembelajar (GP)


merupakan upaya peningkatan kompetensi untuk semua guru. Sejalan dengan
hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui Uji Kompetensi
Guru (UKG) untuk kompetensi pedagogic dan professional pada akhir tahun
2015. Hasil UKG menunjukkan peta kekuatan dan kelemahan kompetensi guru
dalam penguasaan pengetahuan. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan
menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG
diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru pasca UKG melalui program Guru
Pembelajar. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen
perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Guru
Pembelajar dilaksanakan melalui pola tatap muka, online, dan campuran
(blended) tatap muka dan online.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


(PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK
KPTK), dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah
(LP2KS) merupakan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jendral
Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam
mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru
sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut
adalah modul untuk Program Guru Pembelajar (GP) tatap muka dan GP online
untuk semua mata pelajaran dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini
diharapkan program GP memberikan sumbangan yang sangat besar dalam
peningkatan kualitas kompetensi guru.

Mari kita sukseskan program GP ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya

Jakarta, Pebruari 2016


Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan

Sumarna Surapranata, Ph.D


Nip. 195908111985032001
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang diamanahkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Pendidikan sebagai sebuah sistem merupakan keseluruhan komponen


pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Komponen-komponen dalam sistem pendidikan antara
lain adalah tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, sarana prasarana
pendidikan, dan metode pendidikan.

Berbicara tentang pendidikan tentunya tidak akan terlepas dari pendidik


yang salah satu unsurnya adalah guru. Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Dalam menjalankan tugasnya guru wajib memiliki kualifikasi akademik,


kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun
kompetensi guru berdasarkan Permendiknas no 16 tahun 2007 tentang
standar kompetensi dan kualifikasi guru, meliputi dimensi kompetensi
pedagogi, kepribadian, sosial, dan profesional.

1|A l i h F u n g s i - P e m b i a k a n T a n a m a n P a n g a n d a n H o r t i k u l t u r a
Di sisi lain masih terdapat berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi
guru yaitu antara lain adalah : 1. Adanya keberagaman kondisi kemampuan
guru dalam proses pembelajaran, 2. Belum sempurnanya alat ukur untuk
mengetahui kemampuan guru, 3. Pelatihan dan pembinaan yang diberikan
kepada guru belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan guru.

Berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru pada tahun 2015 ini


pemerintah akan melakukan pemetaan kompetensi guru melalui uji
kompetensi guru. Berdasarkan hasil uji kompetensi guru tersebut diharapkan
dapat menunjukkan data peta kompetensi guru terletak pada grade yang
mana sehingga dari data tersebut akan ditindaklanjuti peningkatan
kompetensinya melalui modul-modul dan pelatihan-pelatihan yang sesuai.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga


Kependidikan (PPPPTK) adalah unit pelaksana teknis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan di bidang pengembangan dan pemberdayaan
pendidik dan tenaga kependidikan yang mempunyai tugas melaksanakan
pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan
sesuai dengan bidangnya. Atas dasar kebutuhan peningkatan kompetensi
guru tersebut maka pada tahun anggaran 2015 ini PPPPTK Pertanian
melaksanakan penyusunan 10 grade Modul Diklat PKB bagi Guru Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dalam modul ini difokuskan pada Modul
Diklat PKB Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Grade 2 yang
difokuskan pada Pembibitan Tanaman.

Adapun lingkup materi yang dibahas dalam Modul Diklat PKB Agribisnis
Tanaman Pangan dan Hortikultura Grade 2 yang difokuskan pada
Pembibitan Tanaman ini meliputi pembibitan tanaman secara vegetatif
(menyambung); pembibitan tanaman secara generatif; pengkondisian
kebutuhan cahaya, suhu, dan kelembaban, pengkondisian sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah; perawatan alat dan mesin pengolahan lahan,
pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen, serta penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja dalam agribisnis tanaman pangan dan
hortikultura.
Modul ini diharapkan dapat mengobati kompetensi guru yang masih lemah
dalam bidang pembibitan tanaman secara kultur jaringan sehingga jika pada
kesempatan yang akan datang dilakukan uji kompetensi lagi diharapkan
hasil nilai uji kompetensi guru dalam bidang pembibitan tanaman dapat
meningkat sesuai dengan yang ditargetkan oleh pemerintah.

B. Tujuan
Melalui kegiatan pengamatan, diskusi, dan pengumpulan informasi,
pengguna modul ini akan mampu:
1. Menerapkan pembibitan tanaman secara vegetatif melalui teknik
penyambungan sesuai prosedur.
2. Melakukan pembibitan tanaman secara generatif sesuai karaketeristik
benih tanaman.
3. Mengkondisikan suhu, cahaya, dan kelembaban lingkungan
pertumbuhan sesuai kebutuhan tanaman pangan dan hortikultura.
4. Mengkondisikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sesuai kebutuhan
tanaman pangan dan hortikultura.
5. Merawat alat mesin pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman, panen
dan pasca panen.
6. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di lahan tanaman
pangan dan hortikultura sesuai dengan prosedur.

C. Peta Kompetensi
KELOMPOK JUDUL
KOMPETENSI
1 Dasar-dasar Pembiakan Tanaman Pangan dan
Hortikultura
2 Pembiakan Tanaman Pangan dan Hortikultura
3 Agribisnis Tanaman Pangan dan Palawija
4 Agribisnis Tanaman Sayuran dan Buah Semusim
5 Agribisnis Tanaman Hias
6 Agribisnis Tanaman Buah Tahunan
7 Pembiakan Tanaman Hortikultura Secara Kultur
Jaringan
8 Pengelolaan lahan tanaman pangan dan
hortikultura
9 Pengelolaan Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura
10 Pengembangan Agroteknologi Tanaman Pangan
dan Hortikultura

D. Ruang Lingkup
Sesuai dengan tujuan yang diharapkan dapat dicapai maka ruang lingkup
modul ini meliputi:
1. Pembibitan tanaman secara vegetatif melalui teknik penyambungan.
2. Pembibitan tanaman secara generatif.
3. Pengkondisian suhu, cahaya, dan kelembaban lingkungan
pertumbuhan.
4. Pengkondisian sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
5. Perawatan alat mesin pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman, panen
dan pasca panen.
6. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja.

E. Saran Cara Penggunaan Modul


Modul ini berisi materi-materi yang mendukung tentang pembibitan tanaman
secara kultur jaringan yang terkait dengan mata pelajaran pembibitan
tanaman pada kelompok dasar program keahlian agribisnis tanaman. Agar
bapak/ibu dapat menguasai isi modul dengan baik maka berikut adalah
langkah-langkah penggunaan modul yang harus diterapkan:
1. Bacalah isi modul ini dengan seksama secara berurutan dari halaman
ke halaman.
2. Kerjakan dengan teliti dan lengkap secara berurutan semua latihan/
tugas/ kasus yang disajikan pada setiap kegiatan pembelajaran dalam
modul ini.
3. Bapak/ ibu tidak diperbolehkan mempelajari kegiatan pembelajaran
berikutnya jika bapak/ ibu belum menguasai bab sebelumnya
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

A. Tujuan
Dengan diberi informasi dan kesempatan berdiskusi peserta pelatihan dapat
melakukan pembibitan tanaman secara vegetatif melalui teknik
penyambungan dan okulasi sesuai prosedur dan karakteristik tanaman.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Melalui kegiatan pengamatan, pengumpulan informasi, dan diskusi
bapak/ibu dapat:
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan penyambungan dengan benar
2. Mengidentifikasi bahan pembibitan (pohon induk, batang bawah, dan
batang atas) sesuai kriteria
3. Menerapkan pembibitan tanaman melalui penyambungan sesuai
prosedur
4. Menerapkan pembibitan tanaman melalui okulasi sesuai prosedur
5. Menerapkan pemeliharaan bibit sesuai kebutuhan tanaman

C. Uraian Materi
1. Pengertian dan tujuan penyambungan.
Salah satu cara perbanyakan secara vegetatif adalah melalui teknik
penyambungan. Prinsip dasar dalam penyambungan adalah
menyambung batang bawah dengan batang atas dari tanaman lain yang
sejenis, sehingga akan diperoleh tanaman baru yang sifatnya lebih
unggul.

Dalam proses penyambungan harus diperhatikan tanaman yang akan


disambungkan, harus diketahui batang yang baik untuk batang bawah
dan batang atas. Batang bawah berasal dari tanaman yang mempunyai
sifat-sifat perakaran yang baik, antara lain: tahan terhadap serangan
hama dan penyakit, tahan terhadap sifat-sifat tanah serta keadaan air
tanah tertentu yang buruk, dan sebagainya. Sedangkan batang atas
diambil dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat hasil yang diinginkan.

Teknik penyambungan dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu


grafting dan budding.
a. Grafting (sambung batang) adalah penyatuan antara batang
(sepotong cabang dengan dua atau tiga mata tunas vegetatif)
dengan batang yang terpisah atau dengan bagian pangkal akar
yang terpisah untuk tumbuh bersama-sama membentuk satu
individu baru.
b. Budding (okulasi) adalah bentuk grafting yang khas karena hanya
satu tunas (budding) digunakan sebagai batang atas dan disisipkan
di bawah kulit dari batang bawah. Budding lebih dikenal dengan
okulasi atau penempelan.

Adapun tujuan dari penyambungan adalah untuk memperoleh tanaman


yang dapat mewarisi sifat-sifat baik dari kedua induknya. Misalnya ada
tanaman mangga yang memiliki rasa buah yang manis tetapi tanaman
tersebut tidak memiliki perakaran yang kuat maka tanaman tersebut
dapat disambungkan dengan tanaman lain yang memiliki perakaran
yang kuat. Tentunya tanaman dengan perakaran yang kuat dijadikan
sebagai batang bawahnya.

2. Bahan pembibitan (pohon induk, batang bawah, dan batang atas)


Bahan pokok yang digunakan untuk melakukan penyambungan baik
grafting maupun budding adalah pohon induk, batang bawah, dan
batang atas.

a. Pohon Induk
Pohon induk adalah tanaman pilihan yang dipergunakan sebagai
sumber untuk perbanyakan tanaman, baik yang berasal dari biji
atau hasil perbanyakan vegetatif.
Dalam perbanyakan vegetatif tanaman buah, pohon induk
digunakan sebagi sumber batang atas (entres). Batang atas ini
dapat berupa mata tunas tunggal yang digunakan dalam tehnik
okulasi ataupun berupa ranting dengan lebih dari satu mata tunas
atau ranting dengan tunas pucuk yang digunakan dalam
sambungan (grafting).

Salah satu kelebihan perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah


bibit yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan pohon
induknya. Sehingga pohon induk yang akan dipergunakan sebagai
sumber perbanyakan harus memiliki kriteria tertentu agar
menghasilkan bibit yang unggul. Induk yang baik merupakan faktor
pertama yang harus diperhatikan dalam memperbanyak tanaman.
Faktor inilah yang dapat dijadikan acuan tentang kemungkinan sifat-
sifat yang akan diwariskan. Dengan menggunakan cara
perbanyakan vegetatif maka secara genetis bibit yang dihasilkan
dapat dipastikan memiliki sifat yang sama dengan induknya.

Pohon induk yang akan dipergunakan harus memenuhi persyaratan


sebagai berikut :
1) Memiliki nama dan asal usul yang jelas
2) Memiliki sifat unggul dalam produktifitas maupun kualitas
3) Sehat , tidak terserang organisme pengganggu tanaman (OPT)
4) Memiliki fenotip yang baik
5) Tanaman telah cukup umur, tidak terlalu muda atau terlalu tua
6) Tanaman yang berasal dari biji harus sudah berproduksi
minimal lima musim, untuk mengetahui kemantapan sifat yang
dibawanya
7) Ditanam dalam kebun yang terpisah dari tanaman lain yang
dapat menjadi sumber penularan penyakit atau penyerbukan
silang, terutama untuk pohon induk yang akan diperbanyak
secara generatif yaitu diambil bijinya
Pohon induk dapat berupa tanaman lokal atau tanaman yang
diintroduksi yaitu tanaman unggulan dari dalam negeri (lokal) atau
didatangkan dari luar negeri. Cara ini biasanya dilakukan oleh para
hobiis yang ingin cepat mendapatkan pohon induk. Sebagai contoh
adalah introduksi varietas unggul durian dari Thailand, misalnya
montong dan kani, dua jenis durian unggul dari Thailand, yang
sekarang telah menjadi durian unggul nasional. Contoh lain adalah
Aglaonema dan Adenium hibrida yang berasal dari Thailand.

Selain dengan cara di atas dapat juga dilakukan dengan melakukan


eksplorasi atau melacak ke berbagai tempat yang diduga
merupakan sentra atau banyak terdapat tanaman unggul atau
tanaman unik. Cara lain untuk mendapatkan tanaman induk adalah
dengan mencari di arena kontes atau lomba. Biasanya tanaman
yang menjadi pemenang kontes atau lomba pada ajang-ajang
bergengsi akan disahkan dan dilepas pemerintah sebagai varietas
unggul nasional. Contohnya adalah durian Petruk yang
memenangkan lomba durian yang diadakan Dinas Pertanian
Kabupaten Jepara dan belimbing Dewi yang memenangkan lomba
buah unggul yang diadakan oleh Dinas Pertanian DKI.

Kebun pohon induk adalah kebun yang ditanami dengan beberapa


varietas tanaman unggul untuk sumber penghasil batang atas (mata
tempel atau cabang entres) untuk perbanyakan dalam jumlah besar.
Umumnya yang ditanam adalah tanaman hasil perbanyakan
vegetatif (okulasi, sambung, susuan, cangkok, setek) dan
memenuhi persyaratan sebagai pohon induk. Lokasi pohon induk
sebaiknya tidak jauh dengan lokasi perbanyakan tanaman, untuk
memudahkan pelaksanaan perbanyakan bibit.

Ada dua sistem penanaman kebun pohon induk yaitu: (1). Kebun
pohon induk sekaligus sebagai kebun produksi. (2). Kebun pohon
induk dengan jarak tanam lebih rapat, misalnya untuk tanaman
durian, untuk kebun produksi biasanya berjarak tanam 10x10 m2,
sedangkan pada kebun pohon induk dapat berjarak tanam 3x3 m2.

b. Batang Bawah
Batang bawah atau rootstock/understem adalah tanaman yang
berfungsi sebagai batang bagian bawah yang masih dilengkapi
dengan sistem perakaran yang berfungsi mengambil makanan dari
dalam tanah untuk batang atas atau tajuknya. Batang bawah ini
sebaiknya berasal dari tanaman yang diperbanyak dengan biji,
karena memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut (1).
Perkembangan sistem perakarannya lebih kuat dan dalam, karena
memiliki akar tunggang, sehingga relatif lebih tahan terhadap
kekeringan. (2). Penyediaan batang bawah jenis ini bisa dilakukan
dalam jumlah banyak.

Bibit tanaman yang akan digunakan sebagai batang bawah


sebaiknya memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Mampu beradaptasi atau tumbuh kompak dengan batang
atasnya, sehingga batang bawah ini mampu menyatu dan
menopang pertumbuhan batang atasnya.
2) Tanaman dalam kondisi sehat.
3) Sistem perakarannya baik dan dalam serta tahan terhadap
keadaan tanah yang kurang menguntungkan, termasuk hama
dan penyakit yang ada dalam tanah.
4) Tidak mengurangi kualitas dan kuantitas buah pada tanaman
yang disambungkan/diokulasi.

Perawatan batang bawah seperti penyiraman, pemupukan,


pengendalian hama dan penyakit, perlu diperhatikan agar batang
bawah tumbuh subur dan sehat. Pertumbuhan yang subur dan
sehat memudahkan pengelupasan kulit dan kayunya, karena sel-sel
kambium berada dalam keadaan aktif membelah diri. Proses
pembentukan kalus atau penyembuhan luka berlangsung dengan
baik, sehingga pada akhirnya keberhasilan sambungan atau
okulasinya juga tinggi.

c. Batang Atas
Batang atas yang biasanya disebut entres (scion) adalah calon
bagian atas atau tajuk tanaman yang di kemudian hari akan
menghasilkan dan berkualitas unggul. Batang atas ini dapat berupa
mata tunas tunggal yang digunakan dalam tehnik okulasi (budding)
maupun berupa ranting dengan lebih dari satu mata tunas, atau
ranting dengan tunas pucuk yang digunakan dalam sambungan
(grafting).

Entres inilah yang disambungkan pada batang bawah, untuk


menggabungkan sifat-sifat yang unggul dalam satu bibit tanaman.
Karena itu entres sebagai batang atas harus diambil dari pohon
induk yang sudah diketahui betul sifat unggulnya.

Pohon induk mempunyai bagian yang berbeda-beda fase


perkembangannya. Bagian pangkal pohon merupakan bagian yang
tertua menurut umurnya, tetapi karena terbentuk pada masa awal
pertumbuhan pohon tersebut maka sel-selnya bersifat sederhana,
muda (juvenile) dan sangat vegetatif. Semakin ke arah ujung
ranting, semakin muda menurut umurnya, tetapi sel-sel yang
terbentuk paling akhir ini justru bersifat lebih kompleks, dewasa
(mature) dan siap untuk memasuki masa berbunga dan berbuah
(generatif). Pengambilan entres dari pucuk tajuk pohon akan tetap
membawa sifat dewasa atau generatif.

Cabang yang akan dijadikan batang atas sebaiknya memiliki kriteria


sebagai berikut:
1) Mampu beradaptasi atau tumbuh kompak dengan batang
bawahnya, sehingga batang atas ini mampu menyatu dan
dapat berproduksi dengan optimal.
2) Cabang dari pohon yang sehat, pertumbuhannya normal dan
bebas dari serangan hama dan penyakit
3) Cabang berasal dari pohon induk yang sifatnya benar-benar
yang seperti kita kehendaki, misalnya berbuah lebat dan
berkualitas tinggi.
4) Diusahakan agar entres ini tidak bercabang-cabang, tetapi
berupa cabang tunggal sepanjang kurang lebih 20-30 cm.

Pengepakan Batang Atas (Entres).


Tujuan pengepakan adalah menjaga kesegaran bahan batang atas
selama mungkin, hingga dapat segera disambungkan di kebun
pembibitan. Caranya adalah cabang atau ranting pohon induk
dipilih sesuai dengan kriteria dan idealnya berdiameter 2-4 mm
untuk durian (diameter tergantung jenis dan kualitas pohon
induknya), kemudian segera dirontokkan seluruh daunnya.

Tujuannya adalah untuk mengurangi terjadinya kehilangan air dari


permukaan daun yang dapat mengakibatkan entres menjadi keriput.
Entres ini lalu disortir atau dipisahkan berdasarkan baik tidaknya
mata tunas. Diusahakan agar entres ini tidak bercabang-cabang,
tetapi berupa cabang tunggal sepanjang kurang lebih 20-30 cm.
Cabang tunggal ini kemudian diikat dengan karet gelang sebanyak
10-30 entres setiap ikatnya, tergantung dari besar-kecilnya diameter
entres.

Bahan pembungkus yang digunakan untuk membungkus entres


harus bisa meredam panas dan sekaligus menjaga kelembaban
entres. Bahan yang biasa dipakai dan mudah didapat adalah kertas
koran, kertas tisu, kantong plastik, daun dan pelepah pisang.
Setiap ikat entres yang telah disortasi kemudian dibungkus dengan
beberapa lapis kertas tisu atau kertas koran. Bungkus pertama ini
perlu diperciki dengan air agar agak lembab, tetapi jangan terlalu
basah. Setelah itu dibungkus lagi dengan kantong plastik. Dengan
cara ini, kesegaran entres dapat bertahan 2 hari. Lebih baik lagi
kalau bungkus paling luar adalah pelepah pisang. Bahan ini
merupakan peredam panas yang ideal, karena jaringan batang
pisang segar banyak mengandung air dan sekaligus rongga-rongga
udara. Kotak kardus atau karton dapat juga dipakai sebagai
alternatif.

Pada waktu diangkut kendaraan, entres yang sudah dibungkus


tidak boleh terkena sinar matahari langsung dan ditaruh di dekat
mesin, karena entres bisa kering. Posisi menaruh entres harus
datar agar cairan dalam entres tidak bergerak turun akibat gaya
gravitasi, sehingga kulit batang entres tidak akan mengerut dan sulit
untuk dikelupaskan dari kayunya. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah entres jangan dicuci dengan air, karena akan mengundang
bakteri patogen dan cendawan masuk jaringan entres dan
kambiumnya cepat tertarik keluar sehingga sering keluar cairan
kental dari luka, sehingga pada saat akan diokulasikan atau
disambungkan pada batang bawah, entres sudah membusuk. Juga
setelah turun hujan jangan melakukan pengambilan cabang entres.
Bila ini terpaksa dilakukan, maka setelah cabang entres dipotong
dari pohon induknya, segera dikering-anginkan, baru kemudian
dibungkus.

Penggunaan es kering (dry ice) yang dimasukkan bersama-sama


entres ke dalam cool box (termos) ternyata membawa pengaruh
buruk terhadap kondisi entres, sehingga saat akan diokulasikan
mata tunasnya banyak yang sudah kering. Begitu juga halnya
dengan menyimpan entres di dalam refrigerator (kulkas), perlu
berhati-hati terhadap suhu dan kelembaban yang rendah. Kondisi
demikian dapat menarik air keluar dari entres sehingga entres
menjadi keriput dan kehilangan kesegarannya.

3. Prosedur melakukan grafting.


Grafting atau disebut juga dengan enten adalah penggabungan dua
atau lebih bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman
setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau
tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima
sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau
sering disebut stock. Bagian tanaman yang disambungkan atau disebut
batang atas (scion) dan merupakan sepotong batang yang mempunyai
lebih dari satu mata tunas (entres), baik itu berupa tunas pucuk atau
tunas samping.

Penyambungan batang bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan


antara dua varietas tanaman yang masih dalam spesies yang sama.
Misalnya penyambungan antar varietas pada tanaman durian. Kadang-
kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara dua tanaman yang
berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili. Tanaman mangga
(Mangifera indica) disambung dengan tanaman kweni (Mangifera
odorata).

Manfaat sambungan pada tanaman adalah:


a. Dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan
gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari segi
perakaran dan produksinya, juga dapat mempercepat waktu
berbunga dan berbuah (tanaman berumur genjah) serta
menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya.
b. Dapat mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang
lebih baik, tindakan ini dilakukan khususnya pada tanaman yang
berumah dua, misalnya tanaman melinjo.
c. Peremajaan tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak
memerlukan bibit baru dan menghemat biaya eksploitasi.
Peremajaan total berlaku sebaliknya.

Bentuk sambungan grafting yang sering digunakan adalah:


a. Sambung pucuk (top grafting).
Sambung pucuk merupakan cara penyambungan yang dilakukan
pada bagian pucuk dari batang bawah. Caranya yaitu memilih
batang bawah yang diameternya disesuaikan dengan besarnya
batang atas. Tanaman durian, belimbing dan sirsak sudah bisa
disambung bila besarnya batang bawah sudah sebesar ujung
pangkal lidi. Alpukat, manggis dan mangga disambung bila
batangnya sudah sebesar pensil. Umur batang bawah pada
keadaan siap sambung ini bervariasi antara 1-24 bulan, tergantung
dari jenis tanamannya. Untuk durian umur 3-4 bulan, mangga dan
alpukat umur 3-6 bulan. Manggis pada umur 24 bulan baru bisa
disambung karena sifat pertumbuhannya lambat.

b. Sambung samping (side grafting).


Pada dasarnya, pelaksanaan sambung samping sama seperti
pelaksanaan model sambung pucuk. Sambung samping
merupakan cara penyambungan batang atas pada bagian samping
batang bawah.

1. Pemotongan batang bawah 2. Pembelahan batang bawah

8. Sambungan diselubungi dengan kantong 9. Sambungan telah jadi dan bertaut


3. Melancipkan 2 sisi pangkal batang atas 4.Batang atas siap disambungkan 5. Penyambungan 6. Pengikatan 7. Sambungan telah diikat plastik ditandai keluarnya kuncup daun

Gambar 1. Proses grafting

4. Prosedur melakukan budding


Budding atau disebut juga penempelan atau okulasi adalah
penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa
sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu
tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka
sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai
perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah
(rootstock atau understock) atau sering disebut stock.· Bagian tanaman
yang ditempelkan atau disebut batang atas, entres (scion) dan
merupakan potongan satu mata tunas (entres).

5. Mata entres 6. Mata entres terlepas


terlepas dengan tanpa kayunya dan
kayunya siap ditempel

3. Pengambilan mata entres 4. Mata entres terpisah dengan


dari batang atas batang atas 7. Menempelkan mata entres 8. Pengikatan dengan tali plastik 9. Arah ikatan dari bawah ke atas

10. Setelah 2-3 minggu okulasi


8. Pengikatan dengan tali plastik 9. Arah ikatan dari bawah ke atas sudah dapat dibuka 11. Mata tunas tumbuh hasil okulasi

Gambar 2. Proses grafting

5. Pemilihan teknik pembibitan


Beberapa jenis tanaman (buah-buahan) tertentu sampai saat ini hanya
berhasil diperbanyak dengan cara tertentu pula. Ada jenis tanaman
tertentu yang tidak bisa diokulasi karena banyak mengandung getah.
Rambutan dan kapulasan selalu gagal kalau disambung (enten) karena
pengaruh asam fenolat yang teroksidasi dapat menimbulkan
pencokelatan (browning). Resin dan asam fenolat ini bersifat racun
terhadap pembentukan kalus. Sedangkan contoh lainnya adalah
belimbing dan manggis yang sulit sekali berakar bila dicangkok karena
kalusnya hanya menggumpal dan tidak mampu membentuk inisiasi
(bakal) akar.

Dalam perbanyakan vegetatif tanaman buah-buahan, ada cara


perbanyakan tertentu yang lebih menguntungkan bila dilakukan pada
jenis tanaman tertentu pula, sehingga cara perbanyakannya menjadi
cepat dan efisien. Tanaman manggis dan belimbing akan lebih
menguntungkan bila diperbanyak dengan cara enten, sedangkan durian
menguntungkan bila diperbanyak dengan cara okulasi.

Tabel 1. Perbanyakan beberapa tanaman buah-buahan

Jenis tanaman Okulasi Sambung Susuan Setek Cangkokan

Alpukat + + + o +
Belimbing + + + - o
Cempedak + + + - o
Duku + + + - o
Durian + + + - o
Jambu air + - + + +
Jambu biji + + + + +
Jambu bol - + + + +
Jeruk + + + o +
Kapulasan + - + - +
Mangga + + + o +
Manggis - + + - -
Melinjo + + + + +
Nangka + + + - o
Rambutan + + + - +
Sirsak + + + - +
Sukun + + + + +
Sumber : Mitra dan Citra Cipaku (1993)
Keterangan : (+) baik (o) kurang baik (-) gagal
Tabel 2. Persentase keberhasilan cara perbanyakan okulasi, enten dan
penyusuan

Jenis tanaman Okulasi Enten Penyusuan

Alpukat 40 - 70 50 - 80 70 - 100
Belimbing 40 - 60 60 - 90 60 - 100
Duku 0 - 10 40 - 60 40 - 80
Durian 60 - 80 20 - 60 60 - 100
Jeruk 60 - 70 7085 60 - 90
Kapulasan 10 - 40 0 40 - 80
Mangga 40 - 70 60 - 90 60 - 100
Manggis 0 50 - 80 50 - 80
Melinjo 70 - 80 80 - 90 70 - 100
Rambutan 30 - 70 0 60 - 100
Sawo 0 70 - 80 60 - 90
Sirsak 50 - 70 60 - 80 60 - 90
Sumber : Sunaryono (1987) dan Wijaya (1990)
Keterangan : nilai dalam persen (%)

6. Pemeliharaan bibit
Pemeliharaan bibit hasil pembiakan meliputi pengaturan naungan,
penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit tanaman,
penyiangan, dan penggantian polibag.

a. Penyiraman
Penyiraman bibit pada musim kemarau biasanya dilakukan setiap
dua hari sekali, sedangkan pada musim hujan disesuaikan. Salah
satu cara penyiraman yang praktis dan tidak menuntut peralatan
moderen, adalah penyiraman menggunakan gembor air. Pengairan
sistem genangan atau dilep dalam bahasa Jawanya, dapat
dilakukan apabila pembibitannya dilakukan di sawah.

Cara penyiramannya dengan menutup saluran pembuangan air,


kemudian air dimasukkan ke areal tanaman sampai media di
polybag menjadi basah. Pemasukan air ini sebaiknya dilakukan
pada waktu sore/malam hari ketika suhu tanah tidak tinggi. Lama
perendaman 1-2 jam dengan tinggi air cukup ¾ tinggi polybagnya

b. Pengendalian hama dan penyakit


Penyemprotan dengan insektisida apabila terdapat serangan hama.
Biasanya hama yang menyerang tanaman di pembibitan adalah
kutu perisai, kutu putih dan ulat daun. Insektisida yang digunakan,
misalnya dari bahan aktif metidation atau deltrametin dengan
konsentrasi 2 cc/ liter air.

Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan


penyakit. Biasanya penyakit yang menyerang tanaman di
pembibitan terutama yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp,
Phytophthora sp, Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit yang terserang
supaya tidak menular segera dipisahkan dari kelompok yang masih
sehat, kemudian seluruh bibit disemprot dengan fungisida misalnya
propinep atau mankozeb dengan konsentrasi atau 2 gram/liter air
atau 2 cc/liter air. Penyemprotan diulang seminggu sekali.

c. Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun
dengan konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK
(15:15:15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini
dilakukan seminggu sekali. Selain itu pemupukan dapat juga
diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per tanaman yang
dilakukan sebulan sekali.

d. Penyiangan
Penyiangan rumput pengganggu (gulma), karena rumput selalu
bersaing dengan bibit dalam pengambilan hara, ruang tempat
tumbuh, air dan sinar matahari. Penyiangan sebaiknya dilakukan
secara manual hindari penyiangan dengan menggunakan herbisida.
e. Penggantian polybag
Apabila polybag yang digunakan sudah terlalu sempit sehingga
sudah tidak mampu lagi menampung perakaran bibit dalam polybag
maka perlu dilakukan penggantian polybag yang lebih besar.
Sedangkan cara penggantiannya adalah:
Polybag lama disobek dengan silet atau pisau secara hati-hati agar
media di dalamnya tidak pecah atau berhamburan. Sebaiknya
polybag disiram dengan air sebelum dilaksanakan pindah tanam,
agar media lebih kompak/padat.

Polybag pengganti diisi media tumbuh yang baru, sampai


seperempat bagian dari volume polybag. Setelah itu, media lama
yang menyelubungi perakaran bibit dikurangi sedikit dan perakaran
yang sudah mati atau mengering dipotong dengan gunting setek,
kemudian bibit dimasukkan ke dalam polybag pengganti.

Bibit diatur agar letaknya tepat di tengah polybag, kemudian media


tumbuh yang baru dimasukkan ke dalam polybag sampai hampir
menyentuh bibir polybag pengganti. Bibit dalam polybag baru
disiram sampai cukup basah agar media tumbuh yang baru
dimasukkan memadat, sehingga kedudukan bibit menjadi kuat.

D. Aktivitas Pembelajaran
Fasilitator mengarahkan aktifitas kegiatan pembelajaran pada peserta
pelatihan melalui beberapa kegiatan berikut ini:
1. Mengamati materi pembelajaran sesuai dengan yang disediakan oleh
fasilitator. Pengamatan materi pembelajaran dapat berupa membaca
modul, melihat dan atau mendengarkan tayangan, melihat kasus,
melihat alat peraga atau benda sesungguhnya.
2. Menanyakan hal-hal yang menarik dan atau yang ingin diketahui lebih
lanjut tentang hasil pengamatan yang telah dilakukan.
3. Mengumpulkan informasi melalui diskusi kelompok, mengerjakan
latihan/ tugas
4. Membuat kesimpulan melalui penalaran terhadap berbagai informasi
yang telah diperoleh.
5. Mengkomunikasikan kembali kesimpulan dari hasil pembelajaran yang
telah diperoleh.

E. Latihan/Kasus/Tugas
Kegiatan latihan/kasus/tugas ini dilakukan secara berkelompok. Bapak dan
ibu dipersialakan membuat kelompok sekitar 3-4 orang dan untuk
memudahkan pekerjaan, tentukanlah siapa yang disepakati menjadi ketua
kelompok dan sekretaris.

1. Melakukan pengamatan
a. Bacalah informasi tentang pembibitan tanaman secara vegetatif
melalui penyambungan dan okulasi.
b. Setelah bapak ibu selesai membaca, lanjutkan kegiatan berikutnya
yaitu mengamati petani atau teknisi yang melakukan demonstrasi
menyambung dan mengokulasi. Lakukan pengamatan dengan teliti
dan catatlah hal-hal penting yang sempat bapak ibu cermati.
c. Tanyakan kepada petani/ teknisi/ fasilitator jika berdasarkan
pengamatan tersebut ada hal-hal yang bapak ibu merasa belum
jelas atau ingin diketahui lebih dalam lagi.

2. Mengumpulkan informasi
a. Carilah informasi tambahan tentang menyambung dari buku-buku di
perpustakaan dan atau dari internet.
b. Berdasarkan hasil pengamatan dan pencarian informasi tambahan,
buatlah prosedur kerja menyambung dan mengokulasi.
c. Presentasikan prosedur kerja tersebut untuk memperoleh masukan
dari peserta pelatihan yang lain.
d. Lakukan praktik menyambung dan mengokulasi tanaman
hortikultura (tanaman buah-buahan dan atau tanaman hias)
menggunakan bahan-bahan yang telah disediakan.
e. Amatilah hasil praktik bapak ibu dan catatlah jika ada hal-hal yang
positif maupun negatif.

3. Menalar hasil pengumpulan informasi


a. Lakukan telaah kembali terhadap informasi-informasi yang telah
bapak ibu peroleh baik hasil pengamatan maupun hasil praktik yang
telah bapak ibu lakukan.
b. Buatlah ringkasan dan kesimpulan tentang pembibitan tanaman
secara vegetatif melalui penyambungan dan okulasi.

4. Menyajikan hasil
a. Tuliskan secara skematis ringkasan dan hasil kesimpulan bapak ibu
tentang pembibitan tanaman secara vegetatif melalui
penyambungan dan okulasi di kertas plano atau di laptop.
b. Presentasikan hasil ringkasan dan kesimpulan untuk memperoleh
masukan dari peserta pelatihan yang lain dan dan dari fasilitator.

5. Lakukan penyambungan dan okulasi terhadap tanaman yang ada di


lingkungan sekolah bapak dan ibu. Rawatlah dan amati hasil
penyambungan dan okulasi bapak dan ibu.

F. Rangkuman
Teknik penyambungan dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu
grafting dan budding. Grafting adalah penyatuan antara batang (sepotong
cabang dengan dua atau tiga mata tunas vegetatif) dengan batang yang
terpisah atau dengan bagian pangkal akar yang terpisah untuk tumbuh
bersama-sama membentuk satu individu baru. Budding adalah
bentuk grafting yang khas karena hanya satu tunas (budding) digunakan
sebagai batang atas dan disisipkan di bawah kulit dari batang bawah.
Budding lebih dikenal dengan okulasi atau penempelan.

Tujuan dari penyambungan adalah untuk memperoleh tanaman yang dapat


mewarisi sifat-sifat baik dari kedua induknya. Misalnya ada tanaman mangga
yang memiliki rasa buah yang manis tetapi tanaman tersebut tidak memiliki
perakaran yang kuat maka tanaman tersebut dapat disambungkan dengan
tanaman lain yang memiliki perakaran yang kuat. Tentunya tanaman dengan
perakaran yang kuat dijadikan sebagai batang bawahnya.
Bahan pokok pembibitan tanaman melalui penyambungan (grafting dan
budding) meliputi pohon induk, batang bawah, dan batang atas. Pohon induk
adalah tanaman pilihan yang dipergunakan sebagai sumber untuk
perbanyakan tanaman, baik yang berasal dari biji atau hasil perbanyakan
vegetatif. Dalam perbanyakan vegetatif tanaman buah, pohon induk
digunakan sebagi sumber batang atas (entres). Batang atas ini dapat berupa
mata tunas tunggal yang digunakan dalam tehnik okulasi ataupun berupa
ranting dengan lebih dari satu mata tunas atau ranting dengan tunas pucuk
yang digunakan dalam sambungan (grafting).

Batang bawah atau rootstock/understem adalah tanaman yang berfungsi


sebagai batang bagian bawah yang masih dilengkapi dengan sistem
perakaran yang berfungsi mengambil makanan dari dalam tanah untuk
batang atas atau tajuknya. Batang bawah ini sebaiknya berasal dari
tanaman yang diperbanyak dengan biji, karena memiliki keuntungan-
keuntungan:
(1). Perkembangan sistem perakarannya lebih kuat dan dalam, karena
memiliki akar tunggang, sehingga relatif lebih tahan terhadap kekeringan.
(2). Penyediaan batang bawah jenis ini bisa dilakukan dalam jumlah banyak.

Batang atas yang biasanya disebut entres (scion) adalah calon bagian atas
atau tajuk tanaman yang di kemudian hari akan menghasilkan dan
berkualitas unggul. Batang atas ini dapat berupa mata tunas tunggal yang
digunakan dalam tehnik okulasi (budding) maupun berupa ranting dengan
lebih dari satu mata tunas, atau ranting dengan tunas pucuk yang digunakan
dalam sambungan (grafting).

Teknik sambungan grafting yang sering digunakan adalah sambung pucuk


dan sambung samping. Sambung pucuk merupakan cara penyambungan
yang dilakukan pada bagian pucuk dari batang bawah. Caranya yaitu
memilih batang bawah yang diameternya disesuaikan dengan besarnya
batang atas. Sedangkan sambung samping sama seperti pelaksanaan
model sambung pucuk yaitu merupakan cara penyambungan batang atas
pada bagian samping batang bawah.

Budding atau disebut juga penempelan atau okulasi adalah penggabungan


dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan
satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi
regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya.

Beberapa jenis tanaman (buah-buahan) tertentu sampai saat ini hanya


berhasil diperbanyak dengan cara tertentu pula. Ada jenis tanaman tertentu
yang tidak bisa diokulasi karena banyak mengandung getah. Rambutan dan
kapulasan selalu gagal kalau disambung (enten) karena pengaruh asam
fenolat yang teroksidasi dapat menimbulkan pencoklatan (browning). Resin
dan asam fenolat ini bersifat racun terhadap pembentukan kalus. Sedangkan
contoh lainnya adalah belimbing dan manggis yang sulit sekali berakar bila
dicangkok karena kalusnya hanya menggumpal dan tidak mampu
membentuk inisiasi (bakal) akar.

Dalam perbanyakan vegetatif tanaman buah-buahan, ada cara perbanyakan


tertentu yang lebih menguntungkan bila dilakukan pada jenis tanaman
tertentu pula, sehingga cara perbanyakannya menjadi cepat dan efisien.
Tanaman manggis dan belimbing akan lebih menguntungkan bila
diperbanyak dengan cara enten, sedangkan durian menguntungkan bila
diperbanyak dengan cara okulasi.

Pemeliharaan bibit hasil pembiakan meliputi pengaturan naungan,


penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit tanaman,
penyiangan, dan penggantian polibag.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Dalam rangka memastikan bahwa bapak dan ibu sudah betul-betul
menguasai materi pada kegiatan pembelajaran ke-1 maka jawablah
pertanyaan berikut ini
1. Apa yang dimaksud dengan teknik pembiakan metoda grafting?
2. Apa yang dimaksud dengan teknik pembiakan metode budding?
3. Jelaskan prosedur melakukan grafting!
4. Jelaskan prosedur melakukan budding!
5. Jelaskan kriteria pohon induk yang digunakan sebagai bahan
pembiakan tanaman!
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

A. Tujuan
Dengan diberi informasi dan kesempatan berdiskusi peserta pelatihan dapat
melakukan pembibitan tanaman pangan dan hortikultura secara generatif
sesuai prosedur dan karakteristik benihnya.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Melalui kegiatan pengamatan, pengumpulan informasi, dan diskusi
bapak/ibu dapat:
1. Menjelaskan tentang pengertian dan tujuan pembibitan tanaman secara
generatif
2. Menerapkan cara memperoleh bahan pembibitan generatif
3. Menerapkan teknik perkecambahan dan penyemaian benih
4. Memelihara bibit hasil perkecambahan

C. Uraian Materi
1. Pengertian, tujuan, dan prinsip pembibitan secara generatif.
Pembiakan generatif adalah pembiakan tanaman dengan menggunakan
organ tanaman hasil dari perkawinan (sexual). Hasil pembiakan
tanaman secara generatif lebih dikenal dengan bibit yang berasal dari
biji, sebab bibit ini dikembangkan dari biji. Pembiakan tanaman secara
generatif ini merupakan cara pembiakan yang mudah dilakukan, karena
biji tanaman yang jatuh di tanah baik secara alami maupun melalui
tangan manusia akan tumbuh bila mendapat lingkungan yang cocok.

Tanaman hasil pembiakan generatif biasanya memiliki beberapa


kelemahan di antaranya: tanaman memiliki tajuk yang meninggi dan
memiliki perakaran yang dalam, pertumbuhan vegetatif hasil pembiakan
generatif memerlukan waktu yang lebih lama dibanding dengan
pertumbuhan dari hasil pembiakan yang lainnya dan memiliki sifat
genetik yang tidak sama dengan tanaman induknya. Pada umumnya
pembiakan tanaman secara generatif ini dilakukan pada tanaman-
tanaman yang tidak bisa atau tidak efisien bila dilakukan dengan cara
lain.

Pada prinsipnya pembiakan tanaman secara generatif merupakan hasil


dari penyerbukan (sexual). Hasil pembiakan generatif lebih dikenal
dengan bibit dari biji, sebab bibit ini dikembangkan dari biji. Anggapan
semacam ini tidak selalu benar sebab ada biji yang bukan dari hasil
penyerbukan yaitu biji apomiktik. Namun pada kebanyakan buah atau
biji ini telah dibuahi atau sebagai hasil perkawinan antara bunga jantan
dan bunga betina. Mekanisme perkawinan terjadi pada saat
penyerbukan yaitu pada saat kepala putik diserbuki dengan serbuk sari
yang berlanjut sampai pembentukan biji.

Cara pembiakan tanaman dengan biji ini dapat terjadi secara alami dan
dengan campur tangan manusia. Pembiakan secara alami yaitu biji
tanaman yang jatuh di tanah, akan tumbuh menjadi tanaman jika
mendapat kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya.
Pembiakan dengan campur tangan manusia yaitu melalui manusia, biji
akan tumbuh menjadi tanaman jika ditempatkan pada kondisi
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Belajar dari kondisi
alam ini manusia telah mengenal cara pembiakan tanaman dengan biji
jauh sebelum cara pembiakan vegetatif.

Pertumbuhan tanaman yang diperbanyak dengan biji, mempunyai


keseimbangan perbandingan antara pertumbuhan tanaman di bagian
bawah tanah (akar) dengan pertumbuhan bagian tanaman di atas
permukaan tanah (batang beserta tajuknya). Pertumbuhan tajuk yang
meninggi akan sebanding dengan pertumbuhan memanjang akar
tanaman. dengan demikian, selain pohonnya lebih tinggi, tanaman dari
biji pun memiliki perakaran yang dalam.
Pertumbuhan vegetatif tanaman dari biji memerlukan waktu yang lebih
lama dari pada pertumbuhan tanaman dari hasil pembiakan yang
lainnya, karena pertumbuhan tersebut dimulai dari awal (dari biji).
Energi awalnya lebih banyak digunakan untuk pembentukan batang dan
tajuk tanaman sehingga pertumbuhan generatifnya lebih lambat.
Dengan demikian diperlukan waktu yang lebih lama untuk menunggu
tanaman berbuah (menghasilkan).

Kelebihan tanaman ini adalah perakarannya kuat, tetapi kelemahannya


adalah pertumbuhan generatifnya lambat dan sifat genetiknya belum
tentu sama dengan sifat induknya. Dengan demikian tidak
mengherankan kalau umur berbuahnya pun tidak secepat tanaman yang
berasal dari pembiakan vegetatif.

Adanya kekurangan seperti di atas bukan berarti tanaman yang berasal


dari biji ini tak berguna sama sekali. Tanaman ini masih banyak
diperlukan sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambung atau
sebagai tanaman penghijauan di lahan-lahan kritis yang lebih
mementingkan konservasi lahannya dibanding produksinya. Selain itu
beberapa jenis tanaman tertentu belum dapat atau tidak efisien jika
diperbanyak secara vegetatif misalnya tanaman pangan dan sayuran.
Khususnya tanaman buah dan perkebunan, tanaman hasil pembiakan
dari biji dapat dikenali dari sosoknya yang lebih tinggi dan
percabangannya lebih sedikit dibanding dengan tanaman hasil
pembiakan vegetatif.

Sifat genetik suatu tanaman dapat ditingkatkan melalui pemuliaan


tanaman dengan cara merakit sifat-sifat unggul yang dimiliki oleh
tanaman. Salah satu metode pemuliaan tanaman yang dapat dilakukan
secara sederhana adalah melalui persilangan (penyerbukan silang) yaitu
menggabungkan dua atau lebih sifat unggul yang dimiliki tetuanya
dengan tujuan untuk memperoleh benih hibrida yang unggul.
Agar dapat melakukan persilangan yang menghasilkan benih hibrida
sesuai dengan target yang diinginkan, diperlukan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan penyerbukan atau persarian.

2. Cara memperoleh bahan pembiakan generatif


Biji merupakan hasil reproduksi sexual tanaman. Reproduksi seksual
membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin
yang berbeda (tepungsari /polen dan putik) yang terdapat pada bunga .
Bunga adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan yang
berbuah. Bunga berfungsi untuk menghasilkan biji, maka fungsi dari
bunga sebagai penghasil biji merupakan dasar utama yang penting
untuk dipelajari. Dimana penyerbukan dan pembuahan berlangsung
pada bunga.

Dipandang dari segi biologi, bunga merupakan alat perkembangbiakan


tanaman karena bunga dapat tumbuh menjadi buah yang berisi biji, dan
biji dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Pada unumnya tanaman
dapat menghasilkan bunga setelah dewasa dan cukup mengandung
cadangan makanan. Apabila tanaman telah mencapai tingkat dewasa
dan telah mempunyai cadangan makanan yang cukup banyak terutama
karbohidrat maka dia akan mengalami perubahan kualitatif menuju
kearah pembungaan. Pada fase awal tanaman akan membentuk
premordia (bakal bunga) yang akan tumbuh menjadi kuncup bunga dan
kemudian membentuk buah dan biji.

Bunga merupakan organ generatif dari tanaman berbiji yang manfaatnya


sangat penting baik bagi manusia maupun bagi tanaman itu sendiri.
Secara biologi bunga adalah suatu batang atau cabang pendek yang
berdaun dan telah mengalami perubahan bentuk. Bagi manusia, bunga
dapat berguna sebagai bahan pangan (sayuran), sebagai bahan baku
obat-obatan, bahan baku kosmetika, penghias dan penyegar kota, dan
sebagai bahan upacara adat. Sedangkan bagi tanaman itu sendiri,
bunga sangat bermanfaat untuk meneruskan keturunan, karena bunga
merupakan alat pembiakan generatif dimana dari bunga tumbuh menjadi
buah yang berbiji, dan biji tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman baru.
Setiap jenis tanaman menghasilkan bunga yang beraneka ragam baik
warna, bentuk, maupun strukturnya. Sebuah bunga dikatakan sebagai
bunga lengkap bila mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
a. Kelopak (calyx)
Kelopak adalah rangkaian daun-daun bunga pertama yang pada
kuncup terletak di bagian paling luar. Kelopak berfungsi untuk
melindungi bagian-bagian bunga yang lain dari gangguan luar
sebelum bunga tersebut mekar.

b. Tajuk atau mahkota bunga (corolla)


Tajuk atau mahkota adalah rangkaian daun bunga kedua setelah
kelopak. Mahkota ini berfungsi untuk melindungi benang sari dan
putik dari gangguan luar selama bunga tersebut belum mekar.
Mahkota biasanya berwarna indah, cerah, dan menarik sehingaa
dapat menarik perhatian berbagai serangga penyerbuk.

c. Benang sari (stamen)


Benang sari (stamen) berfungsi sebagai organ kelamin jantan yang
terdiri dari dua bagian yaitu tangkai sari (filamen) dan kepala sari
(anther). Tangkai sari adalah bagian dari benang sari yang pada
umumnya berbentuk silinder dan cukup panjang. Kepala sari adalah
bagian dari benang sari yang terletak pada ujung tangkai sari.
Didalam kepala sari terdapat ruang sari yang didalamnya akan
terbentuk serbuk sari (pollen)

d. Putik (pistillum)
Putik (pistilum) berfungsi sebagai alat kelamin betina yang terdiri
dari 3 bagian penting yaitu kepala putik (stigma), tangkai putik
(stylus), dan bakal buah (ovarium). Kepala putik terletak di ujung
tangkai putik. Kepala putik yang telah masak akan mengeluarkan
lendir yang mengandung gula, protein, dan zat organik. Tangkai
putik adalah bagian dari putik berbentuk tabung panjang yang
merupakan tiang penghubung antara kepala putik dan bakal buah.
Sedangkan bakal buah adalah bagian terpenting dari putik yang
terletak di bagian paling bawah persis di atas dasar bunga. Di
dalam bakal buah terdapat bakal biji, bila bunga telah mengalami
persarian dan pembuahan maka bakal buah akan tumbuh menjadi
buah dan bakal biji akan tumbuh menjadi biji.

Gambar 3. Struktur Bunga


Sumber: http://www.google.com

Pada umumnya tanaman yang tumbuh pada habitat aslinya sehingga


mendapat lingkungan yang cocok dengan kebutuhannya, maka
tanaman tersebut akan berbunga setiap tahun pada bulan-bulan yang
sama. Namun apabila tanaman dipindahkan ke tempat lain yang kondisi
lingkungannya berbeda maka tanaman tersebut akan mengalami
perubahan masa pembungaannya. Hal ini menunjukkan bahwa
lingkungan ternyata sangat mempengaruhi pembungaan.

Penyerbukan atau polinasi adalah transfer serbuk sari/polen ke kepala


putik (stigma). Kejadian ini merupakan tahap awal dari proses
reproduksi. Penyerbukan merupakan bagian penting dari proses
reproduksi tumbuhan berbiji.

Gambar 4. Bagian-bagian bunga markisah

Macam penyerbukan di alam dapat dibedakan menjadi:


1) Penyerbukan tertutup (kleistogami) terjadi jika putik diserbuki oleh
serbuk sari dari bunga yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh:
a) Putik dan serbuk sari masak sebelum terjadinya bunga mekar
(anthesis)
b) Konstruksi bunga menghalangi terjadinya penyerbukan silang
(dari luar), misalnya pada bunga dengan kelopak besar dan
menutup. Contoh: familia Papilionaceae

2) Penyerbukan terbuka (kasmogami) terjadi jika putik diserbuki oleh


serbuk sari dari bunga yang berbeda. Hal ini dapat terjadi jika putik
dan serbuk sari masak setelah terjadinya anthesis (bunga mekar).
Beberapa tipe penyerbukan terbuka yang mungkin terjadi:
a) Autogamie yaitu: putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga
yang sama
b) Geitonogamie yaitu: putik diserbuki oleh serbuk sari dari bunga
yang berbeda, dalam pohon yg sama.
c) Allogamie (Silang) yaitu: putik diserbuki oleh serbuk sari dari
tanaman lain yg sejenis
d) Xenogamie (asing) yaitu: putik diserbuki oleh serbuk sari dari
tanaman lain yg tidak sejenis.

Beberapa tipe bunga yang memungkinkan terjadinya penyerbukan


terbuka yaitu:
a) Dikogami bila putik dan benang sari masak dalam waktu yang
tidak bersamaan.ada dua tipe dikogami yaitu Protandri: benang
sari lebih dahulu masak daripada putik dan Protogini bila putik
lebih dahulu masak daripada benang sari
b) Herkogami adalah bunga yang berbentuk sedemikian rupa
hingga penyerbukan sendiri tidak dapat terjadi. Misal Panili
yang memiliki kepala putik yang tertutup selaput (rostellum).
c) Heterostili adalah bunga memiliki tangkai putik (stylus) dan
tangkai sari (filamentum) yg tidak sama panjangnya yaitu
tangkai putik pendek (microstylus), tangkai sari panjang dan
tangkai putik panjang (macrostylus), tangkai sari pendek.

Tanaman yang mempunyai nilai strategis yang sangat penting, pada


umumnya, tidak mempunyai masalah dalam penyerbukan, misalnya
tanaman pangan (padi, jagung, palawija dan kedelai). Pada umumnya
tanaman tersebut bersifat self fertile, artinya menghasilkan tepung sari
yang subur demikian juga putiknya. Jenis bunga tanaman pangan
seperti padi, kedelai dan kacang hijau adalah sempurna, yaitu dalam
sekuntum bunga terdapat bunga jantan (stamen) dan bunga betina
(pistil). Hal tersebut memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri (self
pollination).
Di sisi lain, sekelompok tanaman yang pada umumnya tanaman buah-
buahan tahunan bersifat self infertile. Ketidaksuburan tepung sari
maupun ketidaknormalan putik menyebabkan permasalahan dalam
proses penyerbukan maupun pembuahannya. Pada proses
penyerbukan, apabila bunga dalam suatu tanaman memiliki tepung sari
yang tidak subur maka bunga tersebut memerlukan tepung sari lain
yang subur.

Ada juga tanaman yang mempunyai bunga sempurna, namun susunan


morfologi bunga tidak memungkinkan terjadinya self pollination,
misalnya terpisahnya bunga jantan dan bunga betina (salak dan kurma)
atau halangan fisik lainnya. Dengan demikian, jenis tanaman tersebut
memerlukan polinator baik yang alami seperti angin, serangga, atau
hewan mamalia maupun manusia untuk memindahkan tepung sari dari
kepala sari ke kepala putiknya.

Di alam bebas dapat terjadi penyerbukan silang beberapa jenis tumbuh-


tumbuhan yang dilakukan oleh serangga atau angin. Terjadinya
penyerbukan bebas secara alami tersebut tidak dapat diketahui pasti
apakah yang menjadi induk jantan maupun betina mempunyai sifat baik
atau tidak. Sehubungan dengan kondisi tersebut maka kemudian
manusia melakukan penyerbukan silang dengan sengaja antara dua
jenis tanaman tertentu yang sifat-sifatnya telah diketahui dengan pasti
dan tergolong jenis yang unggul.

Dalam perkawinan silang antara dua jenis tanaman unggul yang


berbeda sifat maka faktor-faktor dari pohon induk jantan sehingga
diharapkan diperoleh keturunan yang mengandung kombinasi sifat-sifat
yang lebih baik dan menguntungkan dibanding dengan induknya.

Pada umumnya maksud dari penyerbukan silang adalah untuk


memperoleh jenis tanaman baru yang memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
1) Tanaman tumbuh lebih cepat dan kuat
2) Hasil tanaman dapat dipungut dalam waktu yang lebih cepat
3) Produksi lebih tinggi
4) Tanaman dapat lebih tahan terhadap hama dan penyakit
5) Tanaman lebih tahan terhadap cekaman iklim

Di samping itu ada beberapa alasan lain sehingga mengharuskan kita


untuk menyelenggarakan penyerbukan silang buatan, misalnya karena:
1) Tanaman hanya membentuk bunga betina saja sehingga agar
terjadi penyerbukan bunga harus diserbuki oleh serbuk sari dari
tanaman yang lain.
2) Bunga dari tanaman yang mempunyai putik dan benangsari yang
waktu kematangannya tidak bareng, misalnya benangsari matang
lebih dahulu atau putik matang lebih dahulu.
3) Bunga menghasilkan serbuk sari yang tidak normal, tidak subur
atau hampa sehingga harus diserbuki dari serbuk sari tanaman lain
yang sehat.
4) Letak kepala putik dan benangsari dalam bunga tidak
memungkinkan terjadinya proses persarian sehingga harus dibantu
oleh manusia.
5) Tanaman bersifat inkompatibel sendiri (self incompatible), artinya
serbuk sari tidak cocok untuk membuahi putik sehingga
penyerbukan sendiri akan selalu gagal.

Agar dapat melakukan penyerbukan pada waktu yang tepat maka harus
tahu karakter bunga setiap tanaman secara utuh. Untuk dapat
mengetahui karakter bunga secara utuh maka harus dilakukan
pengamatan terhadap tanaman khususnya terhadap bunga. Pada
umumnya bunga-bunga yang terbentuk pada satu pohon tidak dapat
mekar dalam waktu yang bersamaan.

Karena penyerbukan harus dilakukan tepat pada waktunya maka perlu


dilakukan pengamatan pertumbuhan bunga tersebut yang meliputi.
1) Pengamatan benangsari dari pohon induk jantan
a) Beri keterangan tentang benangsari dari bunga induk jantan,
berapa jumlahnya, letaknya, panjangnya dan sebagainya
b) Bagaimana keadaan kepala sari pada saat bunga mulai mekar?
c) Apakah benangsari lebih dulu matang daripada putik?
d) Pada pukul berapa ruang sari mulai pecah dan serbuk sari
mulai meninggalkan ruang sari?
e) Berapa jumlah bunga perpohon yang setiap hari dapat
digunakan untuk keperluan penyerbukan?
f) Pada pukul berapa serbuk sari terkumpul paling banyak?

2) Pengamatan putik dari pohon induk betina


a) Bagaimana letak kepala putik dalam kuncup bunga?
b) Kapan putik mulai matang?
c) Pada saat bunga mulai mekar, apakah putik telah kejatuhan
serbuk sari atau masih tampak bersih dan segar?
d) Berapa hari lamanya kepala putik yang telah matang dalam
keadaan segar?

Penyerbukan sering mengalami kegagalan bila dilakukan pada saat


kondisi lingkungan yang tidak mendukung atau dilakukan pada saat
serbuk sari atau kepala putik belum matang atau telah lewat matang.
Oleh karena itu saat penyerbukan yang tepat merupakan faktor penting
yang harus diperhatikan agar penyerbukan berhasil dengan baik. Untuk
melakukan penyerbukan harus dipilih waktu yang tepat dan tidak boleh
terlambat dimana pada waktu itu putik ataupun serbuk sari segar, sehat,
telah matang dan cuaca mendukung proses persarian dengan baik.
Gambar 6. Fase pertumbuhan bunga cabai

Gambar 7. Fase pertumbuhan bunga markisah

Untuk mengetahui proses persarian yang terbaik maka dapat dilakukan


penyerbukan orientasi. Pada waktu-waktu tertentu misalnya satu jam
sekali dilakukan percobaan penyerbukan setiap hari pada kira-kira 20 –
50 bunga. Bila mana penyerbukan berjalan baik maka serbuk sari yang
jatuh di atas kepala putik akan berkecambah. Penyerbukan orientasi
yang berhasil dengan baik merupakan dasar yang kuat bagi
penyelenggaraan penyrbukan silang buatan secara besar-besaran.
Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari pada kepala putik. Setelah
terjadi proses penyerbukan kemudian diikuti dengan peristiwa
pembuahan yaitu perkawinan antara gamet jantan dan gamet betina.

Hal yang penting dalam teknik penyerbukan silang buatan adalah cara
meletakkan serbuk sari dari induk jantan di atas kepela putik induk
betina, dan menjaganya jangan sampai kepala putik tersebut kejatuhan
serbuk sari dari tanaman lain yang tidak dikehendaki maupun dari
tanaman yang sama.

Adapun Kegiatan-kegiatan dalam penyerbukan silang buatan meliputi


persiapan, kastrasi, pengumpulan serbuk sari, dan
penyerbukan/persilangan.

a. Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan penyerbukan
silang adalah:
1) Penyediaan induk
Sejumlah tanaman yang akan digunakan sebagai induk jantan
dan induk betina yang telah diketahui sifat dan keunggulannya
harus dijaga agar tetap sehat dan dapat menghasilkan bunga
pada saat yang tepat secara optimal.
Makin banyak jumlah jenis yang dapat disediakan, maka besar
kemungkinannya akan terdapat tanaman-tanaman yang
berbunga pada waktu yang sama sehingga penyerbukan silang
dapat dilakukan tepat pada waktunya.

2) Pengamanan induk
Untuk meningkatkan keamanan tanaman terhadap gangguan
dari luar serta untuk memudahkan pemeliharaannya, maka
tanaman –tanaman dari golongan berumur pendek (semusim)
dapat ditanam dalam pot dan diletakkan dalam rumah kaca
atau screen house.
Namun bila jenis-jenis yang akan disilangkan termasuk
golongan tanaman keras berumur panjang dan membentuk
bunga yang letaknya sangat tinggi, maka perlu dibuatkan
tangga agar dapat dilakukan penyerbukan.

3) Pemeriksaan dan pemilihan bunga


Beberapa hari sebelum bunga mekar sebaiknya dilakukan
pemeriksaan pada kuncup-kuncup bunga. Semua kuncup
bunga dari induk betina yang sudah dewasa, segar, tidak rusak,
dan belum mengalami persarian dapat dipilih untuk
penyerbukan silang. Kuncup bunga hendaknya dipilih dari
kuncup bunya yang terletak diujung cabang/ranting yang
banyak memperoleh sinar matahari.
Kuncup bunga yang telah terpilih segera dibungkus dengan
kantong agar tidak memperoleh gangguan dari luar, sedangkan
kuncup-kuncup bunga yang tidak terpilih harus segera dibuang.

Kriteria kantong yang digunakan untuk membungkus bunga adalah:


1) kuat dan tahan air hujan
2) tidak mengganggu pernafasan bunga
3) bila kena air cepat kering
4) ukuran kantong sesuai dengan besar bunga
b. Kastrasi
Kastrasi atau emakulasi adalah membuang semua benangsari yang
masih muda (belum matang) dari kuncup bunga induk betina
dengan tujuan agar bunga tersebut tidak melakukan penyerbukan
sendiri.
Kastrasi dilakukan pada kuncup bunga yang telah dewasa, tetapi
benangsarinya masih muda yaitu belum dapat mengeluarkan
serbuk sari dan ruang sarinya masih menutup rapat. Cara
melakukan kastrasi adalah sebagai berikut:
1) Kantong pembungkus bunga dibuka secara hati-hati
2) Bagian ujung kuncup bunga dipotong dengan gunting hingga
kepala putik jelas kelihatan dari atas. Hati-hati jangan sampai
kepala putik ikut terpotong.
3) Mahkota bunga dibuka satu persatu, menggunakan pinset
hingga benagsari kelihatan.
4) Benangsari dicabut satu persatu menggunakan pinset sampai
habis, bila perlu mahkota bisa dibuang
5) Kepala putik diperiksa menggunakan loupe, apakah masih
segar dan belum terkontaminasi.
6) Bunga yang telah dikastrasi dibungkus kembali.
7) Tangkai bunga diberi label yang ditulisi nomor dan tanggal.

c. Pengumpulan serbuk sari


Pengumpulan benangsari dari pohon induk jantan dapat dimulai
beberapa jam sebelum bunga mekar. Bila letak induk betina jauh
dari pohon induk jantan maka pengangkutan bunga dari induk
jantan ke induk betina akan memakan waktu yang cukup lama.
Agar bunga tidak cepat layu maka pengambilan bunga dilakukan
pada pagi hari sebelum matahari terbit atau sore hari setelah
matahari terbenam. Untuk memperpanjang daya simpan bunga
dapat juga cabang dan ranting dimana bunga tersebut berada ikut
dipotong dan ujung potongan dimasukkan dalam botol berisi air.

d. Penyerbukan
Berikut ini adalah beberapa petunjuk cara melakukan penyerbukan.
1) Pada bunga yang berkelamin dua penyerbukan silang hanya
dilakukan pada bunga yang sudah dikastrasi.
2) Pada tanaman yang hanya menghasilkan bunga-bunga betina,
maka putik dapat langsung diserbuki pada saat bunga mulai
mekar.
3) Saat yang baik untuk melakukan penyerbukan silang adalah
apabila tanaman sedang berbunga lebat.
4) Suhu udara terbaik untuk melakukan penyerbukan pada
umumnya antara 20 – 25 0C.
5) Beberapa jam sebelum dilakukan penyerbukan dilakukan,
serbuk sari dari induk jantan harus tersedia dalam jumlah yang
cukup.
6) Penyerbukan dapat dilakukan dengan baik pada saat kepala
putik mulai mengeluarkan lendir, warnanya tampak putih bersih,
mengkilap dan segar.
7) Pada setiap tangkai bunga yang telah diserbuki, segera diberi
label yang diberi nomor kode persilangan

Gambar 8. Penyerbukan pada bunga anggrek


Sumber: http://www.google.com
Gambar 9. Penyerbukan pada bunga cabai
3. Teknik perkecambahan dan penyemaian benih
Perkecambahan benih merupakan proses pertumbuhan dan
perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya
tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses pertumbuhan embrio saat
perkecambahan benih adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi
pucuk dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar. Berdasarkan
letak kotiledon pada saat perkecambahan dikenal dua tipe
perkecambahan yaitu hipogeal dan epigeal.

1) Hipogeal
Pada perkecambahan ini terjadi pertumbuhan memanjang dari
epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan
muncul di atas tanah, kotiledon tetap berada di dalam tanah,
contohnya kecambah jagung.

2) Epigeal
Pada perkecambahan ini hipokotil tumbuh memanjang akibatnya
kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah, sehingga
kotiledon berada di atas tanah, contoh pada kacang hijau.
Perbanyakan generatif melalui biji memiliki kelebihan yaitu bibit
yang diperoleh dalam jumlah banyak dengan pertumbuhan yang
seragam. Namun kelemahan perbanyakan dengan cara ini ialah
dibutuhkan waktu relatif lebih lama hingga diperoleh bibit yang siap
tanam. Karena itulah cara ini jarang digunakan.

Benih sebagai bahan prmbiakan sebaiknya menggunakan benih yang


bermutu. Keuntungan penggunaan benih bermutu adalah dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan benih, karena
populasi tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan sebelumnya,
yaitu dari data (label) daya kecambah dan kemurniannya. Benih dapat
dikatakan baik atau bermutu kalau sudah memenuhi komponen mutu
benih, yaitu kriteria mutu fisik, mutu fisiologis, mutu genetik dan mutu
pathologis.
Kriteria benih yang baik secara fisik adalah:
a. Tingkat kebersihan benih
Salah satu ketentuan benih sesuai dengan standar yang telah
ditentukan adalah tingkat kebersihannya dari segala kotoran baik
kotoran yang berasal dari sisa-sisa bagian tanaman maupun
kotoran lain (biji-biji herba gulma, potongan tangkai, butiran-butiran
tanah/pasir dll).
b. Ukuran dan keseragaman
Ukuran benih yang dimaksud adalah besar kecilnya volume setiap
butir benih. Benih yang berukuran normal dan seragam akan
memiliki struktur embrio yang baik dan cangan makanan yang
cukup.
c. Berat benih
Berat benih yang dimaksud adalah berat setiap butir yang biasanya
ditimbang. Untuk benih berukuran besar, pengukuran dengan cara
menimbang 100 butir sedangkan untuk benih berukuran kecil 1000
butir.
d. Warna benih
Warna benih dapat mengidentifikasi suatu benih terutama untuk
mengetahui lamanya benih tersimpan dan tingkat kesehatan benih
dari penyakit benih. Benih yang baik adalah benih yang memenuhi
warna cerah, tidak kusam, mulus, tidak bercak atau terang sesuai
dengan warna dasarnya.

Benih dinyatakan memenuhi kriteria fisiologis benih apabila benih


tersebut memiliki viabilitas dan daya kecambah yang tinggi sesuai
dengan persyaratan mutu benih yang telah ditetapkan. Begitu juga
kriteria pathologis bila benih tersebut tidak terinfeksi penyakit sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Sedangkan benih
dinyatakan memiliki mutu genetis yang baik bilabenih tersebut memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan.
Sebelum menyemai, satu hal yang perlu dilakukan adalah menghitung
kebutuhan benih dengan cermat. Hal ini terutama diperlukan untuk
keperluan benih dalam jumlah yang besar, perhitungan kebutuhan benih
ini akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain adalah untuk
efisiensi biaya.

Dengan perhitungan kebutuhan benih yang cermat, akan dapat


menghemat biaya dan dapat menghindari pembengkakan biaya yang
diakibatkan oleh kelebihan benih yang disemai. Proses budidaya
selanjutnya akan berjalan lebih baik dengan adanya perhitungan
kebutuhan benih yang cermat, hal ini dimungkinkan dengan
diperolehnya benih yang seragam sehingga memudahkan tehnis
budidaya selanjutnya. Dalam perhitungan kebutuhan benih ini,
diperhitungkan juga kebutuhan benih untuk penyulaman sehingga bila
ada tanaman yang mati, dapat diganti dengan benih yang seragam yang
telah diperhitungkan sebelumnya.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menghitung kebutuhan


benih antara lain luas lahan, jarak tanam, prosentase daya kecambah
benih dan cadangan untuk penyulaman. Luas lahan jelas akan
mempengaruhi jumlah benih yang diperlukan. Semakin luas lahan
penanaman maka semakin banyak benih yang diperlukan. Dengan
demikian, semakin banyak pula biaya yang diperlukan untuk pesemaian.
Demikian pula dengan jarak tanam, semakin lebar jarak tanam yang
digunakan maka semakin sedikit jumlah benih yang diperlukan dan
sebaliknya. Luas lahan ternyata merupakan faktor tetap yang masih
bisa dirubah adalah jarak tanamnya.

Setelah luas lahan dan jarak tanam yang digunakan diketahui maka
perhitungan kebutuhan benih sudah dapat dilakukan. Secara umum
perhitungan kebutuhan benih menggunakan cara sederhana sebagai
berikut: untuk kebutuhan benih yang menggunakan pola jarak tanam
𝐴
segi empat dapat dihitung dengan cara B = +𝑐
𝑃𝑥𝐿
Keterangan:
P=5m

A = luas lahan
L=3m

P = panjang jarak tanam


A
L = lebar jarak tanam
c = cadangan untuk penyulaman
Pola jarak tanam segi empat

Sebagai contoh, untuk menghitung jumlah kebutuhan benih tanaman


seluas 1 ha dengan jarak tanam 3 m x 3 m, untuk cadangan 10%, maka
10.000 𝑚2 10 10.000 𝑚2
jumlah benih yang perlu disemai adalah: + (100 𝑥 )=
9 𝑚2 9 𝑚2

1.222 𝑏𝑖𝑗𝑖

Untuk menghitung kebutuhan benih dengan pola jarak tanam segitiga


sedikit berbeda. Namun untuk memudahkan perhitungan, dikembalikan
seperti menghitung kebutuhan benih pada pola jarak tanam segi empat
dengan sedikit modifikasi. Perbedaannya pada pola jarak tanam
segitiga, panjang (P) merupakan proyeksi dari garis miring (r). Dengan
demikian, sebelum menghitung kebutuhan benih harus dihitung dulu
nilai panjang (P).
Keterangan:

* * * * A = luas lahan
P = panjang proyeksi garis miring (r)
* * *
r pada pola jarak tanam segitiga
P
* * L * *
yang dengan dalil pitagoras
A
dapat dihitung dengan rumus
2
Pola jarak tanam segitiga √𝑟 2 − (1 𝑙)
2

L = lebar jarak mendatar


r= panjang garis miring

Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda


perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan
memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat
terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan
siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat
tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai
proses perkecambahannya.

Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit


biji, sedangkan skarifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo.
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan
awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta
mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini
dapat berupa pemberian perlakuan secara mekanis, chemis, maupun
fisis.

a. Perlakuan mekanis
Perlakuan mekanis umumnya dipergunakan untuk memecahkan
dormansi benih yang bersifat impermeabel terhadap air dan O 2
serta kulit benih yang terlalu keras. Perlakuan mekanis ini dapat
dilakukan dengan cara mengikir atau menggosok kulit benih dengan
ampelas atau melubangi kulit benih, sehingga benih dengan mudah
dapat dilalui air dan udara.

b. Perlakuan Chemis
Perlakuan kimia adalah perlakuan dengan menggunakan bahan-
bahan kimia untuk memecahkan dormansi pada benih agar kulit
benih menjadi lunak sehingga lebih mudah dilalui air pada waktu
proses imbibisi. Perlakuan kimia juga dapat mencegah dan
membasmi hama dan penyakit yang menempel pada permukaan
kulit benih.

Bahan-bahan kimia yang sering digunakan antara lain pestisida,


larutan asam kuat seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan
konsentrasi tertentu. Di samping itu dapat pula digunakan hormon
tumbuh untuk memecahkan dormansi pada benih antar lain
cytokinin, gibberellin dan auxin. .Contoh perlakuan benih tanaman
cabe dengan perendaman larutan fungisida. Perlakuan ini selain
untuk mempercepat perkecambahan juga untuk melindungi benih
dari penyakit rebah semai yang disebabkan oleh jamur Phytium Sp.
pada masa pembibitan dan pindah tanam.

c. Perlakuan Fisis
Perlakuan fisis adalah perlakuan dengan pengaruh suhu untuk
memecahkan dormansi pada benih agar kulit benih menjadi lunak
sehingga lebih mudah dilalui air pada waktu proses imbibisi.
Perlakuan benih untuk mematahkan dormansi bisa dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 3. Klasifikasi dormansi atas dasar penyebabnya dan metode yang


dibutuhkan untuk mematahkannya.
Tipe Karakteristik Contoh Metode Pematahan
Dormansi Spesies Dormansi
Alami Buatan
Immature Benih secara Fraxinus Pematangan Melanjutkan
Embryo fisiologis belum excelcior, secara alami proses
mampu Ginkgo setelah biji fisiologis
berkecambah, biloba, disebarkan pemasakan
karena embryo Gnetum embryo
belum masak gnemon setelah biji
walaupun biji mencapai
sudah masak masa lewat-
masak (after-
ripening)
Dormansi Perkembangan Pterocarpu Dekomposisi Peretakan
Mekanis embryo secara s, bertahap pada mekanis
fisis terhambat Terminalia struktur yang
karena adanya spp, Melia keras
kulit biji/buah volkensii
yang keras
Dormansi Imbibisi/penyerap Beberapa Fluktuasi suhu Skarifikasi
Fisis an air terhalang Legum & mekanis,
oleh lapisan kulit Myrtaceae pemberian air
biji/buah yang panas atau
impermeabel bahan kimia

Dormansi Buah atau biji Buah fleshy Pencucian Menghilangk


Chemis mengandung zat (berdaging) (leaching) oleh an jaringan
penghambat air, buah dan
(chemical dekomposisi mencuci
inhibitory bertahap pada bijinya
compound) yang jaringan buah dengan air
menghambat
perkecambahan
Foto Biji gagal Sebagian Pencahayaan Pencahayaan
Dormansi berkecambah besar
tanpa adanya spesies
pencahayaan temperate,
yang cukup. tumbuhan
Dipengaruhi oleh pioneer
mekanisme tropika
biokimia fitokrom humida
seperti
eucalyptus
dan
Spathodea
Thermo Perkecambahan Sebagian Penempatan Stratifikasi
Dormansi rendah tanpa besar pada suhu atau
adanya perlakuan spesies rendah di pemberian
dengan suhu temperate, musim dingin perlakuan
tertentu tumbuhan Pembakaran suhu rendah
pioneer Pemberian Pemberian
daerah suhu yang suhu tinggi
tropis- berfluktuasi Pemberian
subtropis suhu
kering, berfluktuasi
tumbuhan
pioneer
tropika
humida

Pembiakan tanaman dengan biji biasanya dilakukan dua tahap yaitu


pesemaian pertama dan persemaian kedua.

a. Persemaian pertama
Persemaian pertama digunakan untuk menumbuhkan biji sampai
benih siap dipindah ke persemaian kedua. Penyemaian ini bisa
dilakukan pada bedengan-bedengan persemaian atau bak-bak
pesemaian.
Cara pembuatan bedengan persemaian adalah sebagai berikut:
Tanah dibajak dua kali dan digaru satu kali. Pembajakan kedua
dilakukan 7-10 hari setelah pembajakan pertama supaya rumput
mati. Bedengan dibuat dengan lebar 80-100 cm dan panjang
sesuai keadaan tempat. Tinggi bedengan 20 cm, jarak antar
bedengan 30 cm (selebar cangkul). Pembuatan bedengan dapat
dilihat pada Gambar

Gambar 10. Pembuatan bedengan


Sumber: http://www.google.com

b. Menyemai Biji
Menyemai biji merupakan kegiatan untuk menumbuhkan biji agar
tumbuh menjadi kecambah. Biji dikatakan berkecambah jika sudah
terdapat plumula dan radikelnya tumbuh normal dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan ketentuan masing-masing benih.

c. Pemilihan Media Semai


Struktur atau kondisi fisik media semai sangat berperan penting
dalam menentukan terjadinya proses perkecambahan dan
perkembangan semai. Media yang baik harus memiliki
keseimbangan antara kadar air dan aerasi (porousitas). Struktur
yang kompak menjamin terjadinya kontak antara biji dengan media
semai. Porousitas menjamin kontinuitas suplai air dan aerasi untuk
respirasi akar, serta mempermudah penetrasi akar. Namun, media
yang terlalu kompak dapat menghambat perkecambahan,
sedangkan media yang terlalu porous akan menyulitkan semai
untuk dapat berkembang dengan baik. Biasanya, biji berukuran
kecil membutuhkan media yang lebih kompak dan liat dibanding biji-
biji berukuran besar.

Untuk sebagian besar spesies tanaman, lempung yang tidak terlalu


liat dan tidak terlalu berpasir memberikan hasil perkecambahan
yang terbaik. Kombinasi dari pasir, pupuk kandang, lempung
maupun material lain dengan komposisi tertentu dapat
meningkatkan kualitas perkecambahan dan perkembangan semai;
tiap-tiap spesies membutuhkan komposisi yang berbeda. Pasir
biasanya digunakan untuk meningkatkan drainase dan aerasi.
Pupuk kandang atau bahan organik lain meningkatkan kemampuan
penyerapan air.

d. Penentuan Kedalaman Penanaman Biji


Kedalaman penanaman biji yang optimal bervariasi berdasarkan
kondisi lingkungan dan spesiesnya. Dalam kondisi lembab, biji
cepat berkecambah jika diletakkan di permukaan media. Dalam
kondisi di persemaian, akan lebih baik jika biji ditutup tipis dengan
media untuk menghindari kerusakan biji karena panas atau
kekeringan. Biji-biji yang berukuran kecil juga lebih baik diselimuti
lapisan media tipis untuk menghindari terlemparnya biji karena
air/penyiraman

Ketika tunas daun telah terbentuk dan semai mulai melangsungkan


asimilasi sendiri, maka kelangsungan hidup semai itu tergantung
sepenuhnya pada cadangan yang dimiliki oleh biji. Karena itulah biji
berukuran kecil (memiliki cadanagan makanan sedikit) harus
ditanam pada tempat yang lebih dangkal dibanding biji dari jenis
yang sama yang ukurannya lebih besar (cadangan makanannya
lebih banyak). Sehubungan dengan itu, biji harus ditanam pada
kedalaman 2 atau 3 kali diameternya. Untuk biji yang besar
(diameter>1,5 cm), kedalaman yang dibutuhkan adalah 2 kali
diameternya. Biji yang butuh cahaya untuk perkecambahannya
harus ditanam pada kondisi yang tidak terlalu dalam.
Gambar 11. Cara penebaran benih

Gambar 12. Bedengan diberi naungan


Sumber: http://www.google.com

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan Biji.


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji dapat
dibedakan menjadi:

1) Faktor dari dalam biji.


a) Kematangan biji
Biji yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya
tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi.
b) Ukuran biji
Berat biji menentukan besarnya kecambah pada saat
permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen, karena
biji yang berukuran besar dan berat mengandung
cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan biji
yang kecil.
c) Dormansi biji
Suatu biji dikatakan dorman apabila biji itu sebenarnya
viable (hidup) tetapi tidak mau berkecambah walaupun
pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi
perkecambahannya. Periode dormansi ini dapat
berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa
tahun, tergantung pada jenis biji dan tipe dormansinya.

2) Faktor Luar (Lingkungan).


a) Air
Salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses
perkecambahan biji. Dua faktor penting yang
mempengaruhi penyerapan air oleh biji adalah (a) sifat dari
biji itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan (b) jumlah air
yang tersedia pada media di sekitarnya.

b) Temperatur
Merupakan syarat penting yang kedua bagi
perkecambahan biji. Tanaman pada umumnya dapat
diklasifikasikan berdasarkan kebutuhannya akan
temperatur. Temperatur optimum adalah temperatur yang
paling menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan biji. Pada kisaran temperatur ini terdapat
persentase perkecambahan biji yang tertinggi. Temperatur
optimum bagi kebanyakan biji tanaman adalah antara
26,5O – 35O C (80O – 95O F).

c) Oksigen
Proses respirasi akan berlangsung selama biji masih hidup.
Pada saat perkecambahan berlangsung proses respirasi
akan meningkat disertai pula dengan meningkatnya
pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air
dan energi. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan
mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan biji.
Walupun demikian ada beberapa jenis tanaman yang
mempunyai kemampuan untuk berkecambah pada
keadaan yang kurang oksigen, misalnya padi (Oryza sativa
L).

d) Cahaya
Kebutuhan biji terhadap cahaya untuk perkecambahannya
berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Terdapat
empat kelompok tanaman yang dibedakan berdasarkan
pengaruh cahaya terhadap perkecambahan biji yaitu (a)
kelompok yang memerlukan cahaya secara mutlak untuk
perkecambahannya (b) kelompok yang memerlukan
cahaya untuk mempercepat perkecambahannya, misalnya
selada dan tembakau (c) kelompok di mana cahaya dapat
menghambat perkecambahannya dan (4) kelompok di
mana benih dapat berkecambah sama baik di tempat gelap
atau ada cahaya.

f. Persemaian kedua
Pesemaian kedua digunakan untuk memindahkan benih dari
pesemaian pertama. Persemaian kedua dilakukan pada polibag
yang diisi media campuran pupuk kandang, sekam padi dan tanah.
Ketiga media tersebut diaduk dengan perbandingan 1:1:1 dan
dimasukkan ke dalam polibag. Polibag berisi media disusun
berbentuk barisan memanjang dan diatasnya dibuat naungan.
Gambar 13. Pesemaian

g. Memindahkan kecambah (pesemaian ke dua)


Biji yang sudah dikecambahkan kemudian disemaikan dalam
polibag-polibag yang telah diisi media semai (dibumbun bahasa
Sunda), biasanya satu polibag satu tanaman. Pada perlakuan ini
biasanya pertumbuhan semai bisa seragam dan tingkat kematian
dalam pesemaian lebih sedikit karena biji yang disemaikan dalam
polibag hanyalah biji-biji yang perkecambahannya normal, dan pada
saat pemindahan semai kedalam polibag secara tidak langsung
sambil dilakukan seleksi.

Gambar 14. Persiapan


polibag

Gambar 15 Benih siap


dipindah

Gambar 16. Benih siap tanam

4. Pemeliharaan bibit hasil perkecambahan


Untuk mencegah penularan bibit penyakit dari tanah yang sering
terlontar ke daun bila terkena cipratan air hujan, maka tempat
pembibitan bisa.menggunakan rak yang terbuat dari bilah bambu atau
besi. Ventilasi atau jalan angin di bawah rak bibit berfungsi untuk
memudahkan kelebihan air siraman atau hujan menetes ke bawah,
sehingga media tidak menjadi becek dan kelembaban udara di sekitar
bibit tidak terlalu tinggi, ini penting untuk menghindari pertumbuhan
cendawan.

Dengan penempatan bibit pada rak-rak ini maka pertumbuhan akar


tunggang akan terhambat atau berhenti apabila terkena udara di lubang
dasar polybag dan sebaliknya pertumbuhan akar lateralnya bertambah,
sehingga semakin menguatkan kedudukan bibit.

Dapat juga menggunakan alas dari mulsa plastik hitam perak.


Pemakaian alas berupa mulsa plastik berfungsi untuk mengurangi dan
mencegah pertumbuhan gulma disekitar bibit tanaman dan untuk
mencegah siraman air ke media polybag terus lari ke bawah atau
lapisan tanah di bawah polybag, karena tertahan oleh lapisan mulsa
plastik.

Pertumbuhan akar tunggang akan terhambat atau berhenti karena tidak


mampu menempus lapisan mulsa plastik dan sebaliknya pertumbuhan
akar lateralnya bertambah, sehingga semakin menguatkan kedudukan
bibit. Untuk biji yang disemaikan langsung di bedengan pesemaian
perlu dibuatkan naungan untuk menghindari percikan tanah yang dapat
menempel pada bibit tanaman karena pengaruh hujan.

a. Penyiraman
Penyiraman bibit pada musim kemarau biasanya dilakukan setiap
dua hari sekali, sedangkan pada musim hujan disesuaikan. Salah
satu cara penyiraman yang praktis dan tidak menuntut peralatan
moderen, adalah penyiraman menggunakan gembor air. Pengairan
sistem genangan atau dilep dalam bahasa Jawanya, dapat
dilakukan apabila pembibitannya dilakukan di sawah. Cara
penyiramannya dengan menutup saluran pembuangan air,
kemudian air dimasukkan ke areal tanaman sampai media di
polybag menjadi basah. Pemasukan air ini sebaiknya dilakukan
pada waktu sore/malam hari ketika suhu tanah tidak tinggi. Lama
perendaman 1-2 jam dengan tinggi air cukup ¾ tinggi polybagnya

b. Pengendalian hama dan penyakit


Penyemprotan dengan insektisida apabila terdapat serangan hama.
Biasanya hama yang menyerang tanaman di pembibitan adalah
kutu perisai, kutu putih dan ulat daun.

Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan


penyakit. Biasanya penyakit yang menyerang tanaman di
pembibitan terutama yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp,
Phytophthora sp, Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit yang terserang
supaya tidak menular segera dipisahkan dari kelompok yang masih
sehat, kemudian seluruh bibit disemprot dengan fungisida dengan
konsentrasi 2 cc/l atau 2 g/l air. Penyemprotan diulang seminggu
sekali.

c. Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun
dengan konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK
(15:15:15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini
dilakukan seminggu sekali. Selain itu pemupukan dapat juga
diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per tanaman yang
dilakukan sebulan sekali.

d. Penyiangan
Penyiangan rumput pengganggu (gulma), karena rumput selalu
bersaing dengan bibit dalam pengambilan hara, ruang tempat
tumbuh, air dan sinar matahari. Penyiangan sebaiknya dilakukan
secara manual hindari penyiangan dengan menggunakan herbisida.

e. Penggantian polybag
Apabila polybag yang digunakan sudah terlalu sempit sehingga
sudah tidak mampu lagi menampung perakaran bibit dalam polybag
maka perlu dilakukan penggantian polybag yang lebih besar.

Sedangkan cara penggantiannya adalah:


Polybag lama disobek dengan silet atau pisau secara hati-hati agar
media di dalamnya tidak pecah atau berhamburan. Sebaiknya
polybag disiram dengan air sebelum dilaksanakan pindah tanam,
agar media lebih kompak/padat.

Polybag pengganti diisi media tumbuh yang baru, sampai


seperempat bagian dari volume polybag.
Setelah itu, media lama yang menyelubungi perakaran bibit
dikurangi sedikit dan perakaran yang sudah mati atau mengering
dipotong dengan gunting setek, kemudian bibit dimasukkan ke
dalam polybag pengganti.

Bibit diatur agar letaknya tepat di tengah polybag, kemudian media


tumbuh yang baru dimasukkan ke dalam polybag sampai hampir
menyentuh bibir polybag pengganti.
Bibit dalam polybag baru disiram sampai cukup basah agar media
tumbuh yang baru dimasukkan memadat, sehingga kedudukan bibit
menjadi kuat.

Untuk mencegah penularan bibit penyakit dari tanah yang sering


terlontar ke daun bila terkena cipratan air hujan, maka tempat
pembibitan bisa.menggunakan rak yang terbuat dari bilah bambu
atau besi. Ventilasi atau jalan angin di bawah rak bibit berfungsi
untuk memudahkan kelebihan air siraman atau hujan menetes ke
bawah, sehingga media tidak menjadi becek dan kelembaban udara
di sekitar bibit tidak terlalu tinggi, ini penting untuk menghindari
pertumbuhan cendawan.

Dengan penempatan bibit pada rak-rak ini maka pertumbuhan akar


tunggang akan terhambat atau berhenti apabila terkena udara di
lubang dasar polybag dan sebaliknya pertumbuhan akar lateralnya
bertambah, sehingga semakin menguatkan kedudukan bibit.
Bisa juga menggunakan alas dari mulsa plastik hitam perak.
Pemakaian alas berupa mulsa plastik berfungsi untuk mengurangi
dan mencegah pertumbuhan gulma disekitar bibit tanaman dan
untuk mencegah siraman air ke media polybag terus lari ke bawah
atau lapisan tanah dibawah polybag, karena tertahan oleh lapisan
mulsa plastik.

Pertumbuhan akar tunggang akan terhambat atau berhenti karena


tidak mampu menembus lapisan mulsa plastik dan sebaliknya
pertumbuhan akar lateralnya bertambah, sehingga semakin
menguatkan kedudukan bibit. Untuk biji yang disemaikan langsung
di bedengan pesemaian perlu dibuatkan naungan untuk
menghindari percikan tanah yang dapat menempel pada bibit
tanaman karena pengaruh hujan.

D. Aktivitas Pembelajaran
Fasilitator mengarahkan aktifitas kegiatan pembelajaran pada peserta
pelatihan melalui beberapa kegiatan berikut ini:
1. Mengamati materi pembelajaran sesuai dengan yang disediakan oleh
fasilitator. Pengamatan materi pembelajaran dapat berupa membaca
modul, melihat dan atau mendengarkan tayangan, melihat kasus, melihat
alat peraga atau benda sesungguhnya.
2. Menanyakan hal-hal yang menarik dan atau yang ingin diketahui lebih
lanjut tentang hasil pengamatan yang telah dilakukan.
3. Mengumpulkan informasi melalui diskusi kelompok, mengerjakan latihan/
tugas
4. Membuat kesimpulan melalui penalaran terhadap berbagai informasi
yang telah diperoleh.
5. Mengkomunikasikan kembali kesimpulan dari hasil pembelajaran yang
telah diperoleh

E. Latihan/Kasus/Tugas
Kegiatan latihan/kasus/tugas ini dilakukan secara berkelompok. Bapak dan
ibu dipersilakan membuat kelompok sekitar 3-4 orang dan untuk
memudahkan pekerjaan, tentukanlah siapa yang disepakati menjadi ketua
kelompok dan sekretaris.

1. Melakukan pengamatan
a. Bacalah informasi tentang pembibitan tanaman secara generatif.
b. Setelah bapak ibu selesai membaca, lanjutkan kegiatan berikutnya
yaitu mengamati petani atau teknisi yang melakukan demonstrasi
menyerbukkan bunga (kastrasi, emaskulasi, dan hibridisasi)
mengecambahkan dan menyemai benih. Lakukan pengamatan
dengan teliti dan catatlah hal-hal penting yang sempat bapak ibu
cermati.
c. Tanyakan kepada petani/ teknisi/ fasilitator jika berdasarkan
pengamatan tersebut ada hal-hal yang bapak ibu merasa belum
jelas atau ingin diketahui lebih dalam lagi.

2. Mengumpulkan informasi
a. Carilah informasi tambahan tentang cara melakukan penyerbukan
buatan (kastrasi, emaskulasi, dan hibridisasi), mengecambahkan
dan menyemai benih dari buku-buku di perpustakaan dan atau dari
internet.
b. Berdasarkan hasil pengamatan dan pencarian informasi tambahan,
buatlah prosedur kerja melakukan penyerbukan (kastrasi,
emaskulasi, dan hibridisasi), mengecambahkan, dan menyemai
benih.
c. Presentasikan prosedur kerja tersebut untuk memperoleh masukan
dari peserta pelatihan yang lain.
d. Lakukan praktik menyerbukkan (kastrasi, emaskulasi, dan
hibridisasi), mengecambahkan, dan menyemai benih tanaman
pangan dan hortikultura menggunakan bahan-bahan yang telah
disediakan.
e. Amatilah hasil praktik bapak ibu dan catatlah jika ada hal-hal yang
positif maupun negatif.

3. Menalar hasil pengumpulan informasi


a. Lakukan telaah kembali terhadap informasi-informasi yang telah
bapak ibu peroleh baik hasil pengamatan maupun hasil praktik yang
telah bapak ibu lakukan.
b. Buatlah ringkasan dan kesimpulan tentang pembibitan tanaman
secara generatif.
4. Menyajikan hasil
a. Tuliskan secara skematis ringkasan dan hasil kesimpulan bapak ibu
tentang pembibitan tanaman secara generatif di kertas plano atau di
laptop.
b. Presentasikan hasil ringkasan dan kesimpulan untuk memperoleh
masukan dari peserta pelatihan yang lain dan dan dari fasilitator.

5. Lakukan kegiatan berikut ini beradarkan prosedur kerja yang telah


dipresentasikan:
a. Menyerbukkan bunga tanaman pangan dan hortikultura (kastrasi,
emaskulasi, dan hibridisasi)
b. Mengecambahkan benih tanaman pangan dan hortikultura
c. Menyemai benih tanaman pangan dan hortikultura

F. Rangkuman
Pembiakan generatif adalah pembiakan tanaman dengan menggunakan
organ tanaman hasil dari perkawinan (sexual). Hasil pembiakan tanaman
secara generatif lebih dikenal dengan bibit yang berasal dari biji, sebab bibit
ini dikembangkan dari biji. Pembiakan tanaman secara generatif ini
merupakan cara pembiakan yang mudah dilakukan, karena biji tanaman
yang jatuh di tanah baik secara alami maupun melalui tangan manusia akan
tumbuh bila mendapat lingkungan yang cocok.

Cara pembiakan tanaman dengan biji ini dapat terjadi secara alami dan
dengan campur tangan manusia. Pembiakan secara alami yaitu biji
tanaman yang jatuh di tanah, akan tumbuh menjadi tanaman jika mendapat
kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Pembiakan dengan
campur tangan manusia yaitu melalui manusia, biji akan tumbuh menjadi
tanaman jika ditempatkan pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhannya.

Biji merupakan hasil reproduksi sexual tanaman. Reproduksi seksual


membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang
berbeda (tepungsari /polen dan putik) yang terdapat pada bunga . Bunga
adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan yang berbuah. Bunga
berfungsi untuk menghasilkan biji, maka fungsi dari bunga sebagai penghasil
biji merupakan dasar utama yang penting untuk dipelajari. Dimana
penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga.

Bagian-bagian bunga terdiri dari kelopak (kaliks), tajuk atau mahkota,


benang sari, dan putik. Benang sari terdiri dari tangkai sari dan kepala sari.
Putik terdiri dari bakal buah, tangkai putik, dan kepala putik. Penyerbukan
atau polinasi adalah transfer serbuk sari/polen ke kepala putik (stigma).
Kejadian ini merupakan tahap awal dari proses reproduksi. Penyerbukan
merupakan bagian penting dari proses reproduksi tumbuhan berbiji. Oleh
karena itu jika akan mempelajari bagaimana melakukan penyerbukan maka
bagian-bagian bunga dan sifatnya harus dipelajari.

Maksud dari penyerbukan silang adalah untuk memperoleh jenis tanaman


baru yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Tanaman tumbuh lebih cepat dan kuat
2. Hasil tanaman dapat dipungut dalam waktu yang lebih cepat
3. Produksi lebih tinggi
4. Tanaman dapat lebih tahan terhadap hama dan penyakit
5. Tanaman lebih tahan terhadap cekaman iklim

Alasan lain sehingga mengharuskan kita untuk menyelenggarakan


penyerbukan silang buatan, misalnya karena:
1. Tanaman hanya membentuk bunga betina saja sehingga agar terjadi
penyerbukan bunga harus diserbuki oleh serbuk sari dari tanaman yang
lain.
2. Bunga dari tanaman yang mempunyai putik dan benangsari yang waktu
kematangannya tidak bareng, misalnya benagsari matang lebih dahulu
atau putik matang lebih dahulu.
3. Bunga menghasilkan serbuk sari yang tidak normal, tidak subur atau
hampa sehingga harus diserbuki dari serbuk sari tanaman lain yang
sehat.
4. Letak kepala putik dan benangsari dalam bunga tidak memungkinkan
terjadinya proses persarian sehingga harus dibantu oleh manusia.
5. Tanaman bersifat inkompatibel sendiri (self incompatible), artinya serbuk
sari tidak cocok untuk membuahi putik sehingga penyerbukan sendiri
akan selalu gagal.

Benih sebagai bahan prmbiakan sebaiknya menggunakan benih yang


bermutu. Keuntungan penggunaan benih bermutu adalah dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan benih, karena populasi
tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan sebelumnya, yaitu dari data
(label) daya kecambah dan kemurniannya. Benih dapat dikatakan baik atau
bermutu kalau sudah memenuhi komponen mutu benih, yaitu kriteria mutu
fisik, mutu fisiologis, mutu genetik dan mutu pathologis.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menghitung kebutuhan benih


antara lain luas lahan, jarak tanam, prosentase daya kecambah benih dan
cadangan untuk penyulaman. Luas lahan jelas akan mempengaruhi jumlah
benih yang diperlukan. Semakin luas lahan penanaman maka semakin
banyak benih yang diperlukan. Dengan demikian, semakin banyak pula
biaya yang diperlukan untuk pesemaian. Demikian pula dengan jarak
tanam, semakin lebar jarak tanam yang digunakan maka semakin sedikit
jumlah benih yang diperlukan dan sebaliknya. Luas lahan ternyata
merupakan faktor tetap yang masih bisa dirubah adalah jarak tanamnya.

Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda


perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan
untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji
maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah
membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat
mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya.
Pematahan dormansi benih dapat dilakukan dengan cara perlakuan kimia
dan perlakuan fisik.
Pemeliharaan bibit hasil pembiakan generative yang dilakukan adalah
penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit tanaman,
pengendalian gulma, Penempatan bibit pada rak-rak ini maka pertumbuhan
akar tunggang akan terhambat atau berhenti apabila terkena udara di lubang
dasar polybag dan sebaliknya pertumbuhan akar lateralnya bertambah,
sehingga semakin menguatkan kedudukan bibit. Bisa juga menggunakan
alas dari mulsa plastik hitam perak. Pemakaian alas berupa mulsa plastik
berfungsi untuk mengurangi dan mencegah pertumbuhan gulma disekitar
bibit tanaman dan untuk mencegah siraman air ke media polybag terus lari
ke bawah atau lapisan tanah dibawah polybag, karena tertahan oleh lapisan
mulsa plastik.

Pertumbuhan akar tunggang akan terhambat atau berhenti karena tidak


mampu menempus lapisan mulsa plastik dan sebaliknya pertumbuhan akar
lateralnya bertambah, sehingga semakin menguatkan kedudukan bibit.
Untuk biji yang disemaikan langsung di bedengan pesemaian perlu
dibuatkan naungan untuk menghindari percikan tanah yang dapat menempel
pada bibit tanaman karena pengaruh hujan.

Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan penyakit.


Biasanya penyakit yang menyerang tanaman di pembibitan terutama yang
disebabkan oleh Rhizoctonia sp, Phytophthora sp, Fusarium sp dan Phytium
sp. Bibit yang terserang supaya tidak menular segera dipisahkan dari
kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit disemprot dengan
fungisida dengan konsentrasi 2 cc/l atau 2 g/l air

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Dalam rangka memastikan bahwa bapak dan ibu sudah betul-betul
menguasai materi pada kegiatan pembelajaran ke-1 maka jawablah
pertanyaan berikut ini
1. Jelaskan pengertian pembiakan tanaman secara generatif!
2. Jelaskan pertumbuhan tanaman yang dibiakkan melalui biji (bagian
generatif tanaman)!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penyerbukan terbuka!
4. Jelaskan cara melakukan penyerbukan secara general!
5. Jelaskan kriteria benih yang baik!
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3

A. Tujuan
Dengan diberi informasi dan kesempatan berdiskusi peserta pelatihan dapat
mengkondisikan suhu, cahaya, dan kelembaban media tumbuh sesuai
kebutuhan tanamannya.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Melalui kegiatan pengamatan, pengumpulan informasi, dan diskusi
bapak/ibu dapat:
1. Mengidentifikasi kebutuhan suhu, cahaya, dan kelembaban media
tumbuh yang dipersyaratkan tanaman.
2. Mengkondisikan suhu, cahaya, dan kelembaban yang diperlukan oleh
tanaman.

C. Uraian Materi
1. Persyaratan tumbuh tanaman
Semua organisme tanaman dan binatang baik berukuran besar maupun
jasad mikro serta manusia, sangat tergantung pada lingkungan
habitatnya. Mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di
dalam lingkungan yang cocok. Di dalamnya terjadi interaksi baik di
antara sesama maupun dengan kelompok lainnya serta interaksi
dengan lingkungannya sebagai satu kesatuan ekosistem yang besar.
Secara umum faktor-faktor yang saling berinteraksi tersebut dapat
digolongkan menjadi faktor alam (abiotik) dan biologi (biotik). Faktor
abiotik meliputi faktor iklim (cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban
udara, angin) dan fator edafis dan fisiografi (tanah, geologi, topografi),
sedangkan faktor biotik meliputi tumbuhan, hewan dan manusia.
Meskipun lingkungan merupakan sistem yang komplek dan sangat
besar peranannya dalam kehidupan semua makhluk di permukaan
bumi. Faktor iklim sudah terbukti memegang peranan yang sangat
penting dalam penentuan jenis dan kultivar tanaman yang dapat
dibudidayakan dan dalam penentuan hasil akhir. Keberhasilan produksi
tanaman mensyaratkan penggunaan sumber daya iklim, seperti
penyinaran matahari, karbon dioksida dan air secara efisien. Akan tetapi
kehidupan itu tidak sepenuhnya menggantungkan pada lingkungan
hidupnya, antara lain karena banyak kehidupan yang mampu
memodifikasi lingkungan sehingga cocok untuk hidupnya atau
organisme itu berusaha sedemikian rupa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.

Untuk mengatasi lingkungan yang tidak menguntungkan pada tumbuhan


antara lain ada beberapa cara : adaptasi, modifikasi, mutasi dan evolusi.
Yang akhirnya semua proses tersebut menyebabkan adanya hubungan
yang spesifik sehingga sering ditemukan organisme yang khas di
lingkungan tertentu, yang kemudian disebut ekotipe.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara


faktor genetika, faktor internal yang mengitegrasikan berbagai sel,
jeringan dan organ menjadi satu kesatuan struktural dan fungsional
serta faktor lingkungan.

Selain itu sistem budidaya suatu tanaman yang tepat melalui pemilihan
varietas dan pengolahan lingkungan melalui perbaikan cara bercocok
tanam seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan
sebagainya merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk
mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal.

Pengaturan jarak tanam, populasi dan pengolahan tanah berpengaruh


terhadap parameter pertumbuhan dan produksi tanaman. Dengan
pengaturan yang tepat maka persaingan atau kompetisi antar individu
maupun populasi dapat diatur sehingga tidak menghambat pertumbuhan
tanaman.

Cahaya adalah faktor lingkungan yang diperlukan untuk mengendalikan


pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Alasan utamanya karena
cahaya menyebabkan fotosíntesis. Intensitas cahaya yang optimal
selama periode tumbuh penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pada tanaman tertentu jika menerima cahaya yang berlebihan
maka akan berpengaruh terhadap pembentukan buah atau umbi.

Cahaya sebagai sumber energi dan terutama untuk vegetasi


mempunyai tiga faktor penting, yaitu intensitasnya, kualitasnya dan
fotoperiodesitasnya. Kualitas cahaya berpengaruh berbeda terhadap
proses-proses fisiologi tanaman. Tiap proses fisiologi di dalam respon
terhadap kualitas cahaya juga berbeda-beda sehingga di dalam
menganalisis komposisi cahaya untuk tiap-tiap proses fisiologi tersebut
sangat sukar.

Tiap-tiap spesies tanaman juga mempunyai tanggapan yang berbeda-


beda terhadap tiap kualitas cahaya. Fotoperiodisitas yaitu panjangnya
penyinaran matahari pada siang hari. Biasanya dari daerah tropik
semakin ke kutub panjang penyinaran matahari semakin panjang.
Dalam hal ini dikenal adanya tanaman hari panjang, dan tanaman hari
pendek. Beberapa kemungkinan beberapa spesies tanaman dapat
tumbuh baik di dalam situasi cahaya yang penuh jika spesies tanaman
tersebut memang membutuhkan cahaya yang tinggi dalam proses
pertumbuhannya.

Selain cahaya matahari (intensitas dan panjang penyinaran) maka suhu


dan kelembaban juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman. Namun demikian ketiga faktor iklim tersebut dapat
saling mempengaruhi. Pada intensitas cahaya yang tinggi maka suhu
udarapun juga akan tinggi. Pada suhu udara yang tinggi maka
penguapan juga akan tinggi sehingga pada akhirnya kelembaban
udarapun juga akan terpengaruh. Walaupun ketiga faktor iklim tersebut
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
tetapi setiap jenis tanaman memiliki respon yang berbeda beda
sehingga perbedaan respon tersebut berakibat pada persyaratan
tumbuh tanaman yang berbeda pula. Berikut ini adalah persyaratan
tumbuh beberapa komoditas dari tanaman yang termasuk pada
kelompok pangan dan hortikultura.

a. Persyaratan tumbuh tanaman cabai


Faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai merah
adalah angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban.
Angin sepoi-sepoi akan membawa uap air dan melindungi tanaman
dari terik matahari sehingga penguapan yang berlebihan akan
berkurang. Selain lebah, angin juga berperan penting sebagai
perantara penyerbukan, namun angin yang kencang justru akan
merusak tanaman. Curah hujan yang diperlukan adalah 1500-2500
mm/tahun. Tanaman dapat tumbuh dan berproduksi baik pada iklim
A, B, C, dan D (tipe iklim menurut Schmid dan Ferguson).

Kelembaban relatif yang diperlukan 80% dan sirkulasi udara yang


lancar. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga tidak
terserbuki dan banyak rontok. Lamanya penyinaran (foto
periodisitas) yang dibutuhkan tanaman cabai antara 10-12 jam/hari,
intensitas cahaya ini dibutuhkan untuk fotosintesis, pembentukan
bunga, pembentukan buah dan pemasakan buah. Suhu untuk
perkecambahan benih paling baik antara 25-30 0C. Suhu optimal
untuk pertumbuhan adalah 24-28 0C. Pada suhu <150C>32 0C
buah yang dihasilkan kurang baik, suhu yang terlalu dingin
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan
bunga kurang sempurna, dan pemasakan buah lebih lama.
Gambar 17. Tanaman cabai

b. Persyaratan tumbuh tanaman jagung


Suhu yang sesuai untuk tanaman jagung antara 21°C – 30°C
dengan suhu optimum antara 23°C – 27°C, Untuk daerah-daerah di
Indonesia, persyaratan suhu tidak menjadi persoalan. Di Jawa
Timur yang banyak membudidayakan tanaman jagung, mempunyai
suhu antara 25°C – 27°C. Daerah ini sangat cocok untuk
pertanaman jagung sehingga menjadi daerah jagung penting di
Indonesia. Pada waktu perkecambahan biji, suhu optimal berkisar
30°C – 32°C; suhu di bawah 12,8°C akan mengganggu
perkecambahan sehingga dapat menurunkan hasil. Pada suhu
40°C – 44°C lembaga (embrio) jagung dapat rusak.

Pertanaman jagung menghendaki sinar matahari langsung, oleh


karena itu jika ternaungi maka akan memberikan hasil yang kurang
baik : batangnya kurus dan lemah, tongkolnya ringan, dan hasilnya
rendah. Sinar matahari diperlukan sebagai sumber energi yang
membantu dalam proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis,
sinar matahari berperan langsung pada pemasakan makanan yang
kemudian ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Hasil
fotosintesis yang disalurkan ke calon buah menyebabkan calon
buah makin cepat berkembang dan pengisian buahpun makin
bertambah baik, tongkol semakin berisi sehingga hasil yang
diharapkan dapat terwujud.

Tanaman jagung membutuhkan curah hujan relatif sedikit. Tanaman


jagung akan tumbuh normal pada curah hujan sekitar 250 – 5000
mm ; kurang atau lebih dari angka ini akan menurunkan hasil
jagung. Kandungan air optimal untuk perkecambahan biji sekitar
25% – 60% dari kapasitas lapangan; jika melebihi 60% maka akan
mengganggu perkecambahan. Setelah perkecambahan, kebutuhan
airnya relatif sedikit, sedangkan kebutuhan air terbanyak terjadi
setelah tanaman jagung berbunga. Hujan lebat dalam waktu
sebentar pada stadia berbunga disusul penyinaran matahari
merupakan pengaruh baik untuk produksi jagung dibanding hujan
terus-menerus atau tidak ada hujan sama sekali.

Gambar 18. Tanaman jagung

c. Persyaratan tumbuh tanaman wortel


Suhu sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme tanaman
baik respirasi, fotosintesis, transpirasi, aktifitas enzim, absorpsi
(penyerapan air), hara, pembelahan sel, dll. Suhu optimal yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan umbi yang normal
adalah 15.6 – 21.1 °C, namun demikian pada suhu 26 °C dengan
ketinggian 500 m dpl, namun produksi umbi kurang memuaskan.
Pada suhu yang terlalu tinggi, tanaman wortel akan menghasilkan
umbi yang pendek dan kecil-kecil.

Keadaan curah hujan memegang peran penting dalam produktifitas


tanaman. Curah hujan berkaitan dengan ketersediaan air tanah.
Kekurangan air akan menghambat pertumbuhan tanaman
sedangkan jika kelebihan air juga tidak baik karena tanaman mudah
terserang penyakit. Daerah yang sesuai untuk budidaya wortel
adalah daerah yang memiliki iklim basah (1.5 – 3 bulan kering
dalam satu tahun) dan iklim agak basah ( 3 - 4.5 bulan kering dalam
1 tahun). Meskipun demikian tanaman wortel masih toleran
terhadap iklim sangat basah ( 0 – 1.5 bulan kering dalam satu
tahun).

Kelembaban udara yang sesuai bagi pertumbuhan wortel adalah 80


– 90%. Kelembaban yang terlalu tingigi akan merangsang
pertumbuhan cendawan penyebab penyakit. Kelembanan yang
terlau tinggi juga stomata tertutup sehingga penyerapan CO2
terhambat. Terbatasnya penyerapan CO2 akan membatasi proses
fotosintesis tanaman yang pada gilirannya akan menghambat
pertumbuhan tanaman.

Cahaya matahari merupakan sumber energy dalam proses


fotosintesis. Kekurangan sinar matahari menyebabkan proses
fotosintesis terganggu sehingga proses pembelahan organ
vegetative dan generative terganggu. Gejala tanaman yang kurang
sinar matahari akan menunjukkan gejala etiolasi sehingga tanaman
akan tumbuh memanjang, kurus, lemah dan pucat. Kondisi seperti
ini menyebabkan tanaman tidak akan membentuk umbi. Semakin
besar energy cahaya matahari yang dapat diterima tanaman,
semakin besar pula pengaruhnya terhadap kenaikan hasil. Semakin
besar intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman, semakin
besar pula pengaruhnya dalam mempercepat proses pembentukan
umbi dan waktu pembungaan. Untuk kegiatan fotosintesis, tanaman
wortel memerlukan penyinaran cahaya matahari penuh selama 9 –
10 jam per hari.

Gambar 19. Tanaman wortel


Sumber: http://www.google.com

d. Persyaratan tumbuh tanaman kacang panjang


Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol / lempung berpasir,
subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan
drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 20-30 derajat
Celcius, iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun
dan ketinggian optimum kurang dari 800 m dpl.

e. Persyaratan tumbuh tanaman padi


Tanaman padi secara umum membutuhkan suhu minimum 11°-
25°C untuk perkecambahan, 22°-23 C untuk pembungaan, 20°-
25°C untuk pembentukan biji, dan suhu yang lebih panas
dibutuhkan untuk semua pertumbuhan karena merupakan suhu
yang sesuai bagi tanaman padi khususnya di daerah tropika. Suhu
udara dan intensitas cahaya di lingkungan sekitar tanaman
berkorelasi positif dalam proses fotosintesis. Tanaman padi dapat
tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air dengan curah hujan rata-rata 200 mm bulan-1
atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang
dikehendaki sekitar 1500-2000 mm tahun.

2. Pengkondisian suhu, cahaya, kelembaban.


Apabila kita cermati ternyata kebutuhan suhu, cahaya, dan kelembaban
setiap jenis tanaman sangat bervariasi. Pertumbuhan dan produksi
tanaman dapat terjadi secara optimal apabila kebutuhan lingkungannya
terpenuhi. Pertumbuhan tanaman secara keseluruhan merupakan hasil
interaksi antara faktor internal tumbuhan itu sendiri dengan faktor
lingkungannya. Oleh karena itu untuk mendapatkan tingkat
pertumbuhan tanaman secara optimal, maka upaya yang dilakukan
adalah pengendalian kedua faktor tersebut.

Fotosintesis merupakan proses pemanfaatan energi matahari oleh


tumbuhan hijau yang terjadi pada kloroplast. Dalam fotosintesis tiga
macam reaksi yaitu reaksi fisik, reaksi fotokimia dan reaksi kimia dan
enzim. Pada reaksi fisik, karbón dioksida ditransfer dari atmosfir ke
dalam daun untuk dilarutkan dalam air.

Cahaya memiliki peranan yang sangat penting dalam perkecambahan


biji pada beberapa jenis tanaman, baik dalam merangsang atau
menghambat perkecambahan biji tersebut. Biji-biji yang untuk
perkecambahannya sangat dipengaruhi cahaya dengan biji-biji
yang light sensitif. Berdasarkan pengaruh cahaya terhadap
perkecambahan biji, tanaman dapat dibedakan menjadi
a. tanaman yang perkecambahannya membutuhkan cahaya.
b. tanaman yang berkecambah dengan baik pada keadaan intensitas
tinggi.
c. tanaman yang perkecambahannya terhambat dengan adanya
cahaya.
d. tanaman yang perkecambahannya sangat berkurang bila kena
cahaya.

Biji sebagian besar jenis yang memberikan respon terhadap cahaya


adalah spesies liar an kaya akan lemak, sedangkan sebagian besar biji
tanaman terbudidaya tidak memerlukan cahaya.

Pembungaan pada tanaman berkayu adalah proses sangat kompleks


yang meliputi banyak tahapan perkembangan. Karena sifatnya yang
perenial (berumur panjang/menahun), pohon harus berinteraksi dengan
kondisi lingkungan setiap waktu sepanjang tahun, dan pembungaan
biasanya dihubungkan dengan perubahan iklim. Proses pembungaan
pada dasarnya merupakan interaksi dari pengaruh dua faktor besar,
yaitu faktor eksternal (lingkungan) dan internal. Faktor eksternal
(lingkungan) yang berpengaruh antara lain suhu, cahaya, kelembaban
dan status unsur hara, sedangkan faktor internal yaitu fitohormon dan
genetik

Peran cahaya demikian besarnya terhadap semua fase pertumbuhan


tanaman, oleh karena itu pengendalian cahaya merupakan hal yang
sangat penting untuk kita usahakan agar pertumbuhan dan produktivitas
tanaman budidaya dapat berjalan secara optimal. Berikut ini adalah
alternatif-alternatif yang dapat dilakukan dalam pengendalian cahaya
matahari.

a. Pengaturan naungan di pesemaian.

Berdasarkan tingkat kebutuhan cahaya di dalam proses hidupnya,


tanaman dapat dibagi menjadi 4 kelompok.
1) Pertama adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada
keadaan yang penuh dengan sinar matahari.
2) Kedua adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada
intensitas cahaya yang lebih rendah.
3) Ketiga adalah tanaman yang dapat hidup baik, baik pada
keadaan penuh sinar matahari maupun pada keadaan teduh.
4) Keempat adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik
tanpa sinar matahari yang intensif.

Gambar 20. Naungan dari paranet

Gambar 21. Naungan dari dedaunan

Oleh karena itu untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan bibit yang


optimal terlebih dahulu harus diketahui karakter jenis tanaman yang
dikembangkan, sehingga perlakuan naungan dapat diberikan
dengan tepat. Banyak hasil penelitian menunjukkan pentingnya
pengaturan naungan di persemaian karena sangat menentukan
tingkat pertumbuhan bibit yang dikembangkan. Pengaturan
naungan yang tepat memberikan intensitas cahaya sesuai dengan
tingkat kebutuhan tanaman.

Gambar 22. Naungan dari plastik tembus pandang

Intensitas cahaya yang tinggi akan meningkatkan suhu tanaman


yang dapat menyebabkan respirasi meningkat. Hasil penelitian
Widiastuti dkk, 2004) menyebutkan dengan peningkatan intensitas
cahaya dari 75% menjadi 100% menyebabkan berat kering tajuk
menurun karena dengan tingginya respirasi maka hasil fotosintesis
bersih yang tersimpan dalam jaringan berkurang. Sebaliknya
semakin besar intensitas naungan maka semakin kecil intensitas
cahaya yang diterima tanaman. Hal itu menyebabkan penurunan
suhu tanaman sedangkan kelembabannya meningkat yang
berakibat terganggunya fotosintesis tanaman (Kramer dan
Kozlowski, 1960 dalam Widiastuti dkk, 2004).

b. Pengaturan tajuk tanaman.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi


antara faktor genetika dan lingkungan. Pengelolaan system
budidaya suatau tanaman merupakan suatu sistem manipulasi yang
dilakukan agar faktor genetika melalui pemilihan varietas dan
pengolahan lingkungan melalui perbaikan cara bercocok tanam
seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan sebagainya
merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal.

Di hutan yang merupakan sebuah ekosistem selalu terjadi interaksi


antara satu populasi dengan populasi lain atau antara satu individu
dengan individu lain adalah bersifat persaingan (kompetisi).
Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan
sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak
menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup
termasuk persaingan untuk mendapatkan cahya. Persaingan ini
akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-
individu yang terlibat. Persaingan dapat terjadi diantara sesama
jenis atau antar spesies yang sama, dan dapat pula terjadi diantara
jenis-jenis yang berbeda. Persaingan sesama jenis pada umumnya
terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk
dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang.

Cahaya merupakan faktor penting yang menentukan proses


regenerasi pada suatu hutan. Pohon-pohon yang mampu bersaing
mendapakan cahaya penuh akan memiliki kepasitas pertumbuhan
tinggi yang lebih baik sehingga sering mendominasi pada lapisan
tajuk paling atas. Jenis-jenis lainnya yang lebih toleran berada pada
lapisan di bawahnya.

Ada lima kelas pohon di hutan berdasarkan kemampuan persaingan


dalam memperoleh cahaya.
1) Pertama adalah pohon dominan yang berada pada lapisan
tajuk paling atas sehingga mendapatkan cahaya penuh dari
atas dan samping.
2) Kedua adalah pohon kodominan yang tingginya lebih rendah
dari pohon dominan, namun masih merupakan penyusun
utama lapisan tajuk atas. Pohon ini menerima cahaya penuh
dari atas, namun dari samping terhalangi pohon dominan.
3) Ketiga adalah pohon intermediate yaitu tingginya lebih rendah
lagi sehingga hanya memperoleh cahaya melalui lubang-lubang
kanopi.
4) Keempat adalah pohon tertekan yang hanya memperoleh
cahaya dari lubang kanopi yang kebetulan terbuka. Biasanya
pohon ini tumbuh lambat dan lemah.
5) Kelima adalah pohon mati yaitu pohon yang tidak memperoleh
cahaya sehingga tertekan dan mati.

Oleh karena itu pengaturan cahaya sangat diperlukan untuk


merangsang pertumbuhan anakan dan tanaman muda yang ada
dibawah kanopi. Adanya pembukaan tajuk memberi peluang
anakan dan tanaman muda dapat tumbuh lebih baik.

D. Aktivitas Pembelajaran
Fasilitator mengarahkan aktifitas kegiatan pembelajaran pada peserta
pelatihan melalui beberapa kegiatan berikut ini:
1. Mengamati materi pembelajaran sesuai dengan yang disediakan oleh
fasilitator. Pengamatan materi pembelajaran dapat berupa membaca
modul, melihat dan atau mendengarkan tayangan, melihat kasus, melihat
alat peraga atau benda sesungguhnya.
2. Menanyakan hal-hal yang menarik dan atau yang ingin diketahui lebih
lanjut tentang hasil pengamatan yang telah dilakukan.
3. Mengumpulkan informasi melalui diskusi kelompok, mengerjakan latihan/
tugas
4. Membuat kesimpulan melalui penalaran terhadap berbagai informasi
yang telah diperoleh.
5. Mengkomunikasikan kembali kesimpulan dari hasil pembelajaran yang
telah diperoleh
E. Latihan/Kasus/Tugas
Kegiatan latihan/kasus/tugas ini dilakukan secara berkelompok. Bapak dan
ibu dipersilakan membuat kelompok sekitar 3-4 orang dan untuk
memudahkan pekerjaan, tentukanlah siapa yang disepakati menjadi ketua
kelompok dan sekretaris.

1. Melakukan pengamatan
a. Bacalah informasi tentang pengkondisian suhu, cahaya, dan
kelembaban.
b. Setelah bapak ibu selesai membaca, lanjutkan kegiatan berikutnya
yaitu mengamati suhu, cahaya, dan kelembaban di lingkungan
setempat. Lakukan pengamatan dengan teliti dan catatlah hal-hal
penting yang sempat bapak ibu cermati.
c. Tanyakan kepada fasilitator atau petugas yang berwenang jika
berdasarkan pengamatan tersebut ada hal-hal yang bapak ibu
merasa belum jelas atau ingin diketahui lebih dalam lagi.

2. Mengumpulkan informasi
a. Carilah informasi tentang kebutuhan suhu, cahaya, dan kelembaban
tanaman pangan dan hortikultura dari buku-buku di perpustakaan
dan atau dari internet.
b. Carilah informasi tentang suhu, cahaya, dan kelembaban di sekitar
tanaman pangan dan hortikultura.
c. Carilah informasi tentang alternatif-alternatif cara mengkondisikan
suhu, cahaya, dan kelembaban.
d. Diskusikan apakah kondisi suhu, cahaya, dan kelembaban di sekitar
tanaman panang dan hortikultura sudah sesuai dengan persyaratan
yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut atau belum.

3. Menalar hasil pengumpulan informasi


a. Lakukan telaah kembali terhadap informasi-informasi yang telah
bapak ibu peroleh baik hasil pengamatan maupun hasil praktik yang
telah bapak ibu lakukan.
b. Diskusikan bagaimana cara mengkondisikan suhu, cahaya, dan
kelembaban di sekitar tanaman pangan dan hortikultura agar sesuai
dengan persyaratan yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut.
c. Buatlah ringkasan dan kesimpulan tentang pengkondisian suhu,
cahaya, dan kelembaban.

4. Menyajikan hasil
a. Tuliskan secara skematis ringkasan dan hasil kesimpulan bapak ibu
tentang mengkondisikan suhu, cahaya, dan kelembaban.
b. Presentasikan hasil ringkasan dan kesimpulan untuk memperoleh
masukan dari peserta pelatihan yang lain dan dan dari fasilitator.

F. Rangkuman
Keberhasilan produksi tanaman mensyaratkan penggunaan sumber daya
iklim, seperti penyinaran matahari, karbon dioksida dan air secara efisien.
Akan tetapi kehidupan itu tidak sepenuhnya menggantungkan pada
lingkungan hidupnya, antara lain karena banyak kehidupan yang mampu
memodifikasi lingkungan sehingga cocok untuk hidupnya atau organisme itu
berusaha sedemikian rupa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara


faktor genetika, faktor internal yang mengitegrasikan berbagai sel, jeringan
dan organ menjadi satu kesatuan struktural dan fungsional serta faktor
lingkungan. Selain itu sistem budidaya suatu tanaman yang tepat melalui
pemilihan varietas dan pengolahan lingkungan melalui perbaikan cara
bercocok tanam seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan
sebagainya merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal.

Cahaya adalah faktor lingkungan yang diperlukan untuk mengendalikan


pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Alasan utamanya karena
cahaya menyebabkan fotosíntesis. Intensitas cahaya yang optimal selama
periode tumbuh penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pada tanaman tertentu jika menerima cahaya yang berlebihan maka akan
berpengaruh terhadap pembentukan buah atau umbi.

Tiap-tiap spesies tanaman juga mempunyai tanggapan yang berbeda-beda


terhadap tiap kualitas cahaya. Fotoperiodisitas yaitu panjangnya penyinaran
matahari pada siang hari. Biasanya dari daerah tropik semakin ke kutub
panjang penyinaran matahari semakin panjang. Dalam hal ini dikenal adanya
tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.

Selain cahaya matahari (intensitas dan panjang penyinaran) maka suhu dan
kelembaban juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman. Namun demikian ketiga faktor iklim tersebut dapat saling
mempengaruhi. Pada intensitas cahaya yang tinggi maka suhu udarapun
juga akan tinggi. Pada suhu udara yang tinggi maka penguapan juga akan
tinggi sehingga pada akhirnya kelembaban udarapun juga akan terpengaruh.

Pengendalian cahaya dapat dilakukan melalui pengaturan naungan dan


pengaturan tajuk tanaman. Berdasarkan tingkat kebutuhan cahaya di dalam
proses hidupnya, tanaman dapat dibagi menjadi 4 kelompok.
1. Pertama adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada keadaan
yang penuh dengan sinar matahari (heliophytes).
2. Kedua adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada intensitas
cahaya yang lebih rendah (sciophytes).
3. Ketiga adalah tanaman yang dapat hidup baik, baik pada keadaan
penuh sinar matahari maupun pada keadaan teduh (fakultatif
sciophytes).
4. Keempat adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik tanpa sinar
matahari yang intensif (obligativ sciophytes).

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Dalam rangka memastikan bahwa bapak dan ibu sudah betul-betul
menguasai materi pada kegiatan pembelajaran ke-1 maka jawablah
pertanyaan berikut ini
1. Bagaimana cara mengendalikan cahaya matahari yang menyinari
tanaman agar sesuai dengan kebutuhan tanamannya?
2. Jelaskan peran cahaya terhadap fotosintesa!
3. Jelaskan peran cahaya terhadap perkecambahan benih!
4. Jelaskan proses pembungaan pada tanaman!
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4

A. Tujuan
Dengan diberi informasi dan kesempatan berdiskusi peserta pelatihan dapat
menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja di lahan tanaman pangan
dan hortikultura dengan benar.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Melalui kegiatan pengamatan, pengumpulan informasi, dan diskusi
bapak/ibu dapat:
1. Menjelaskan pengertian kesehatan dan keselamatan kerja dengan
benar.
2. Menjelaskan tujuan kesehatan dan keselamatan kerja
3. Menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja di lahan tanaman
pangan dan hortikultura.

C. Uraian Materi
1. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja.
Terdapat beberapa pengertian kesehatan dan keselam atan
kerja menurut para ahli yang ditulis dalam web
http://learnmine.blogspot.co.id/2015/04/keselamatan -dan-
kesehatan-kerja.html, di antaranya adalah:
a. Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya
dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur
(Mangkunegara, 2002).
b. Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan y ang bebas
dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja
yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja (Simanjuntak,
1994).
c. keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi
para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan (Suma’mur, 2001).
d. Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap
kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi
umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum
(Mathis dan Jackson, 2002).
e. Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada
kondisi-kondisi fisiologis -fisikal dan psikologis tenaga kerja
yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan
oleh perusahaan (Jackson, 1999).

2. Tujuan kesehatan dan keselamatan kerja


Tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja adalah:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan
sebaik-baiknya.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan
partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam
bekerja
Adapun indikator-indikator penyebab keselamatan kerja
adalah:
a. Keadaan tempat lingku ngan kerja, yang meliputi:
1) Penyusunan dan penyimpanan barang -barang yang
berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya.
2) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
3) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada
tempatnya.

b. Pemakaian peralatan kerja, yan g meliputi:


1) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau
rusak.
2) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman
yang baik
3) Pengaturan penerangan

3. Kesehatan dan keselamatan kerja di lahan tanaman pangan dan


hortikultura.
Lahan pertanian adalah lahan yang ditujukan atau cocok untuk dijadikan
lahan usaha tani untuk memproduksi tanaman pertanian maupun hewan
ternak. Lahan pertanian merupakan salah satu sumber daya utama
pada usaha pertanian (https://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_pertanian).
Berdasarkan pengertian lahan pertanian tersebut maka yang dimaksud
sebagai lahan tanaman pangan dan hortikultura adalah lahan yang
ditujukan atau cocok untuk dijadikan lahan usaha tani untuk
memproduksi tanaman pangan dan hortikultura.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di laboratorium merupakan


perlindungan tenaga kerja dari segala aspek yang berpotensi
membahayakan dan sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit
akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan
penserasian peralatan kerja, dan karakteristik pekerja serta orang yang
berada di sekelilingnya. Tujuannya agar tenaga kerja mencapai
ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi sehingga
menciptakan kesenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.
Tidak ada sesuatu di tempat kerja yang terjadi secara kebetulan tetapi
karena ada alasan-alasan yang jelas dan dapat diperkirakan
sebelumnya.

Peluang-peluang yang memungkinkan terjadinya hal-hal yang tidak


diinginkan pada saat mengaplikasikan pestisida di lapangan adalah

a. Bagi pekerja/petugas lapangan


1) Bahaya keracunan pestisida
Bahaya keracunan pestisida sangat mungkin terjadi jika pada
saat mengendalikan hama penyakit tanaman menggunakan
pestisida tidak menerapkan prosedur kesehatan dan
keselamatan kerja yang benar.

Oleh karena itu dalam menggunakan pestisida ada beberapa


hal yang harus diterapkan antara lain:
a) Pakailah alat pelindung pernapasan (masker) dan pakailah
pelindung bila menurut label hal ini diperlukan.
b) Jangan menggunakan pestisida dengan dosis yang lebih
daripada yang dianjurkan.
c) Ikutilah petunjuk tentang waktu penggunaannya.
d) Jagalah jangan sampai pestisida yang digunakan
mengenai pula tanaman lain disekitarnya, tempat untuk
menggembalakan ternak, sungai atau aliran air, kolam,
danau, atau tempat lain membahayakan manusia dan
hewan.
e) Jangan menyemprot atau menggunakan pestisida yang
berbentuk debu pada waktu banyak angin, jagalah jangan
sampai pestisida yang digunakan akan terbawa air hujan
ke tempat pengumpulan air.
f) Jangan menyemprot atau menggunakan pestisida yang
berbentuk debu berlawanan dengan arah angin.
g) Pada waktu bekerja dengan pestisida yangan merokok,
makan atau minum mengusap mata atau mulut dengan
tangan.
h) Bila selama bekerja dengan pestisida badan terasa sakit,
sekalipun ringan segera hentikan pekerjaan atau pergilah
ke dokter / klinik.
i) Selesai bekerja dengan pestisida, mandilah dengan sabun
dan gantilah pakaian. Cucilah pakaian itu pula hendak
dipakai lagi.
j) Bila akan memakai sepatu, pakailah sepatu karet sebab
mudah dicuci dengan air.
k) Jangan membersihkan alat penyemprot atau alat lainnya
dan membawa sisa pestisida di sungai, kolam, danau atau
dekat dengan tempat-tempat tersebut. Buanglah air bekas
cucian atau

Gambar 23. Keselamatan kerja menggunakan pestisida


Sumber: http://www.google.com
2) Bahaya tangan atau anggota badan lainnya terkena benda
tajam.
Penggunaan benda tajam misalnya pada saat melakukan
pemangkasan atau pengendalian gulma harus dilakukan
dengan hati-hati agar tidak melukai badan. Ketika alat-alat
tajam sedang tidak digunakan sebaiknya diletakkan di tempat
yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak. Gunakan
sarung tangan sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja
di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera
tangan.

Gambar 24. Sarung tangan

3) Bahaya kaki terkena benda tajam atau binatang berbisa


Jika bapak ibu turun ke lahan maka jika tidak menggunakan
alas kaki banyak kemungkinan kaki bisa terkena benda tajam
(ranting, batu batuan, kaleng, pecahan kaca, dll) atau digigit
binatang berbisa. Gunakan sepatu boot selama di lahan untuk
keselamatan kaki Anda.

Sepatu boot berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di


tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan dilapisi
dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
Gambar 25. Sepatu boot

b. Bagi lingkungan
Bahaya pencemaran lingkungan dapat terjadi jika kita membuang
sisa pestisida atau bekas botol/ bungkus pestisida sembarangan.

Gambar 26. Bahaya pestisida


(sumber: www.google.co.id)
D. Aktivitas Pembelajaran
Fasilitator mengarahkan aktifitas kegiatan pembelajaran pada peserta
pelatihan melalui beberapa kegiatan berikut ini:
1. Mengamati materi pembelajaran sesuai dengan yang disediakan oleh
fasilitator. Pengamatan materi pembelajaran dapat berupa membaca
modul, melihat dan atau mendengarkan tayangan, melihat kasus, melihat
alat peraga atau benda sesungguhnya.
2. Menanyakan hal-hal yang menarik dan atau yang ingin diketahui lebih
lanjut tentang hasil pengamatan yang telah dilakukan.
3. Mengumpulkan informasi melalui diskusi kelompok, mengerjakan latihan/
tugas
4. Membuat kesimpulan melalui penalaran terhadap berbagai informasi
yang telah diperoleh.
5. Mengkomunikasikan kembali kesimpulan dari hasil pembelajaran yang
telah diperoleh

E. Latihan/Kasus/Tugas
1. Melakukan pengamatan
Amatilah bagaimana fasilitator/ teknisi/ petugas lainnya dalam:
a. menggunakan pakaian kerja di lahan tanaman pangan dan
hortikultura
b. menggunakan bahan kimia untuk pengendalian hama penyakit
tanaman

2. Diskusi dan presentasi


Identifikasilah kemungkinan-kemungkinan yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja di lahan tanaman pangan dan hortikultura berdasarkan
hasil pengamatan bapak ibu. Buatlah tata tertib bekerja di lahan
tanaman pangan dan hortikultura berdasarkan hasil pengamatan dan
hasil identifikasi bapak ibu. Presentasikan dan perbaiki sesuai hasil
presentasi.
F. Rangkuman
Terdapat beberapa pengertian tentang kesehatan dan keselamatan kerja
namun pada dasarnya adalah sama yaitu kegiatan yang bertujuan menjamin
kesehatan dan keselamatan kerja petugas dan lingkungannya, keselamatan
peralatan, dan keselamatan bahan. Laboratorium kultur jaringan tanaman
adalah laboratorium yang digunakan untuk kegiatan pembiakan tanaman
dimana kegiatan-kegiatannya meliputi pembuatan media kultur jaringan,
penyiapan eksplan, penanaman (inisiasi dan subkultur), pengelolaan ruang
pertumbuhan, dan aklimatisasi planlet. Dalam laboratorium terdapat
beraneka ragam peralatan dan bahan-bahan yang harus dirawat dan
diperlakukan sesuai dengan karakteristiknya masing-masing agar peralatan
dan bahan-bahan tersebut tidak rusak dan tidak membahayakan orang,
tanaman, dan lingkungan di sekitarnya.

Bahaya-bahaya yang mungkin dapat timbul di lahan tanaman pangan dan


hortikultura antara lain adalah bahaya keracunan pestisida, bahaya terkena
benda tajam, bahaya kaki menginjak benda tajam, bahaya pencemaran
lingkungan.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Dalam rangka memastikan bahwa bapak dan ibu sudah betul-betul
menguasai materi pada kegiatan pembelajaran ke-1 maka jawablah
pertanyaan berikut ini
1. Mengapa kesehatan dan keselamatan kerja penting untuk diterapkan?
2. Kemungkinan-kemungkinan kecelakaan apa yang dapat terjadi di lahan
tanaman pangan dan hortikultura?
3. Jelaskan kelengkapan pakaian yang harus digunakan pada saat
menggunakan pestisida!
KUNCI JAWABAN

A. KUNCI JAWABAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 1


Cocokkan jawaban umpan balik kegiatan pembelajaran 1 bapak dan ibu
dengan kunci jawaban berikut ini:
1. Metode pembiakan secara grafting adalah penyatuan antara batang
(sepotong cabang dengan dua atau tiga mata tunas vegetatif) dengan
batang yang terpisah atau dengan bagian pangkal akar yang terpisah
untuk tumbuh bersama-sama membentuk satu individu baru.

2. Metode pembiakan secara budding adalah bentuk grafting yang khas


karena hanya satu tunas (budding) digunakan sebagai batang atas dan
disisipkan di bawah kulit dari batang bawah. Budding lebih dikenal
dengan okulasi atau penempelan.

3. Teknik sambungan grafting yang sering digunakan adalah sambung


pucuk dan sambung samping. Sambung pucuk merupakan cara
penyambungan yang dilakukan pada bagian pucuk dari batang bawah.
Caranya yaitu memilih batang bawah yang diameternya disesuaikan
dengan besarnya batang atas. Sedangkan sambung samping sama
seperti pelaksanaan model sambung pucuk yaitu merupakan cara
penyambungan batang atas pada bagian samping batang bawah.

4. Budding atau disebut juga penempelan atau okulasi adalah


penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan permukaan yang
ditautkan tersebut jaringan bekas luka sambungan akan beregerasi dan
tumbuh sebagai satu tanaman.

5. Pohon induk yang akan dipergunakan harus memenuhi persyaratan


sebagai berikut :
a. Memiliki nama dan asal usul yang jelas
b. Memiliki sifat unggul dalam produktifitas maupun kualitas
c. Sehat , tidak terserang organisme pengganggu tanaman (OPT)
d. Memiliki fenotip yang baik
e. Tanaman telah cukup umur, tidak terlalu muda atau terlalu tua
f. Tanaman yang berasal dari biji harus sudah berproduksi minimal
lima musim, untuk mengetahui kemantapan sifat yang dibawanya
g. Ditanam dalam kebun yang terpisah dari tanaman lain yang dapat
menjadi sumber penularan penyakit atau penyerbukan silang,
terutama untuk pohon induk yang akan diperbanyak secara
generatif yaitu diambil bijinya.

B. KUNCI JAWABAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 2


Cocokkan jawaban umpan balik kegiatan pembelajaran 2 bapak ibu dengan
kunci jawaban berikut ini.
1. Pembiakan generatif adalah pembiakan tanaman dengan menggunakan
organ tanaman hasil dari perkawinan (sexual). Cara pembiakan
tanaman dengan biji ini dapat terjadi secara alami dan dengan campur
tangan manusia. Pembiakan secara alami yaitu biji tanaman yang jatuh
di tanah, akan tumbuh menjadi tanaman jika mendapat kondisi
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Pembiakan dengan
campur tangan manusia yaitu melalui manusia, biji akan tumbuh
menjadi tanaman jika ditempatkan pada kondisi lingkungan yang sesuai
untuk pertumbuhannya.

2. Pertumbuhan tanaman yang diperbanyak dengan biji, mempunyai


keseimbangan perbandingan antara pertumbuhan tanaman di bagian
bawah tanah (akar) dengan pertumbuhan bagian tanaman di atas
permukaan tanah (batang beserta tajuknya). Pertumbuhan tajuk yang
meninggi akan sebanding dengan pertumbuhan memanjang akar
tanaman. dengan demikian, selain pohonnya lebih tinggi, tanaman dari
biji pun memiliki perakaran yang dalam. Kelebihan tanaman ini adalah
perakarannya kuat, tetapi kelemahannya adalah pertumbuhan
generatifnya lambat dan sifat genetiknya belum tentu sama dengan sifat
induknya. Dengan demikian tidak mengherankan kalau umur
berbuahnya pun tidak secepat tanaman yang berasal dari pembiakan
vegetatif.

3. Penyerbukan terbuka (kasmogami) terjadi jika putik diserbuki oleh


serbuk sari dari bunga yang berbeda. Hal ini dapat terjadi jika putik dan
serbuk sari masak setelah terjadinya anthesis (bunga mekar).
Beberapa tipe bunga yang memungkinkan terjadinya penyerbukan
terbuka yaitu:

a. Dikogami bila putik dan benang sari masak dalam waktu yang tidak
bersamaan.ada dua tipe dikogami yaitu Protandri: benang sari lebih
dahulu masak daripada putik dan Protogini bila putik lebih dahulu
masak daripada benang sari

b. Herkogami adalah bunga yang berbentuk sedemikian rupa hingga


penyerbukan sendiri tidak dapat terjadi. Misal Panili yang memiliki
kepala putik yang tertutup selaput (rostellum).

c. Heterostili adalah bunga memiliki tangkai putik (stylus) dan tangkai


sari (filamentum) yg tidak sama panjangnya yaitu tangkai putik
pendek (microstylus), tangkai sari panjang dan tangkai putik
panjang (macrostylus), tangkai sari pendek

4. Cara melakukan penyerbukan secara general adalah:


a. Pada bunga yang berkelamin dua penyerbukan silang hanya
dilakukan pada bunga yang sudah dikastrasi.
b. Pada tanaman yang hanya menghasilkan bunga-bunga betina,
maka putik dapat langsung diserbuki pada saat bunga mulai mekar.
c. Saat yang baik untuk melakukan penyerbukan silang adalah apabila
tanaman sedang berbunga lebat.
d. Suhu udara terbaik untuk melakukan penyerbukan pada umumnya
antara 20 – 25 0C.
e. Beberapa jam sebelum dilakukan penyerbukan dilakukan, serbuk
sari dari induk jantan harus tersedia dalam jumlah yang cukup.
f. Penyerbukan dapat dilakukan dengan baik pada saat kepala putik
mulai mengeluarkan lendir, warnanya tampak putih bersih,
mengkilap dan segar.
g. Pada setiap tangkai bunga yang telah diserbuki, segera diberi label
yang diberi nomor kode persilangan.

5. Kriteria benih yang baik adalah:


a. Tingkat kebersihan benih
Salah satu ketentuan benih sesuai dengan standar yang telah
ditentukan adalah tingkat kebersihannya dari segala kotoran baik
kotoran yang berasal dari sisa-sisa bagian tanaman maupun
kotoran lain (biji-biji herba gulma, potongan tangkai, butiran-butiran
tanah/pasir dll).

b. Ukuran dan keseragaman


Ukuran benih yang dimaksud adalah besar kecilnya volume setiap
butir benih. Benih yang berukuran normal dan seragam akan
memiliki struktur embrio yang baik dan cangan makanan yang
cukup.

c. Berat benih
Berat benih yang dimaksud adalah berat setiap butir yang biasanya
ditimbang. Untuk benih berukuran besar, pengukuran dengan cara
menimbang 100 butir sedangkan untuk benih berukuran kecil 1000
butir.

d. Warna benih
Warna benih dapat mengidentifikasi suatu benih terutama untuk
mengetahui lamanya benih tersimpan dan tingkat kesehatan benih
dari penyakit benih. Benih yang baik adalah benih yang memenuhi
warna cerah, tidak kusam, mulus, tidak bercak atau terang sesuai
dengan warna dasarnya.

e. Benih dinyatakan memenuhi kriteria fisiologis benih apabila benih


tersebut memiliki viabilitas dan daya kecambah yang tinggi sesuai
dengan persyaratan mutu benih yang telah ditetapkan. Begitu juga
kriteria pathologis bila benih tersebut tidak terinfeksi penyakit sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

f. Sedangkan benih dinyatakan memiliki mutu genetis yang baik bila


benih tersebut memiliki tingkat kemurnian yang tinggi sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

C. KUNCI JAWABAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 3


Cocokkan jawaban umpan balik kegiatan pembelajaran 3 dengan kunci
jawaban berikut ini:
1. Pengaturan cahaya dapat dilakukan dengan cara pengaturan naungan
dan pengaturan tajuk tanaman. Naungan dapat digunakan antara lain
dari dedaunan, dari plastik, dan dari paranet. Sedangkan pengaturan
tajuk berkaitan dengan jarak tanam, jarak tanam harus diatur
sedemikian rupa agar tanaman tidak saling menaungi atau bahkan
untuk tanaman yang tidak suka cahaya jarak tanamnya dapat
dirapatkan. Selain jarak tanam maka pemangkasan juga dapat
dilakukan dalam rangka mengatur tajuk tanaman.

2. Fotosintesis merupakan proses pemanfaatan energi matahari oleh


tumbuhan hijau yang terjadi pada kloroplast. Dalam fotosintesis tiga
macam reaksi yaitu reaksi fisik, reaksi fotokimia dan reaksi kimia dan
enzim. Pada reaksi fisik, karbón dioksida ditransfer dari atmosfir ke
dalam daun untuk dilarutkan dalam air.

3. Cahaya memiliki peranan yang sangat penting dalam perkecambahan


biji pada beberapa jenis tanaman, baik dalam merangsang atau
menghambat perkecambahan biji tersebut. Biji-biji yang untuk
perkecambahannya sangat dipengaruhi cahaya dengan biji-biji
yang light sensitif. Berdasarkan pengaruh cahaya terhadap
perkecambahan biji, tanaman dapat dibedakan menjadi
a. tanaman yang perkecambahannya membutuhkan cahaya.
b. tanaman yang berkecambah dengan baik pada keadaan intensitas
tinggi.
c. tanaman yang perkecambahannya terhambat dengan adanya
cahaya.
d. tanaman yang perkecambahannya sangat berkurang bila kena
cahaya.

4. Pembungaan pada tanaman berkayu adalah proses sangat kompleks


yang meliputi banyak tahapan perkembangan. Karena sifatnya yang
perenial (berumur panjang/menahun), pohon harus berinteraksi dengan
kondisi lingkungan setiap waktu sepanjang tahun, dan pembungaan
biasanya dihubungkan dengan perubahan iklim. Proses pembungaan
pada dasarnya merupakan interaksi dari pengaruh dua faktor besar,
yaitu faktor eksternal (lingkungan) dan internal. Faktor eksternal
(lingkungan) yang berpengaruh antara lain suhu, cahaya, kelembaban
dan status unsur hara, sedangkan faktor internal yaitu fitohormon dan
genetik.

D. KUNCI JAWABAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 4


Cocokkan jawaban umpan balik kegiatan pembelajaran 4 bapak ibu dengan
kunci jawaban berikut ini.
1. Kesehatan dan keselamatan kerja penting untuk diterapkan dalam
rangka memastikan bahwa ada jaminan keselamatan dan kesehatan
bagi sumber daya manusia yang bertugas beserta lingkungannya,
peralatan, bahan, dan produk yang dihasilkan.

2. Kemungkinan kecelakaan yang dapat terjadi di lahan tanaman pangan


dan hortikultura antara lain adalah bahaya keracunan pestisida, bahaya
terkena benda tajam, bahaya kaki menginjak benda tajam, bahaya
pencemaran lingkungan.
3. Kelengkapan pakaian yang harus digunakan pada saat menggunakan
pestisida adalah pakaian lapangan (werkpak, topi, masker, sarung
tangan, sepatu boot). Jika tidak ada werkpak dapat digunakan pakaian
biasa tetapi celana panjang dan kaos bertangan panjang.
PENUTUP

Modul Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Grade-2 ini disusun dalam
rangka menyediakan kebutuhan bahan ajar pelatihan pengembangan
keprofesionalan berkelanjutan bagi guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan
Pertanian Paket Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Modul ini
diperuntukkan bagi guru-guru yang hasil uji kompetensinya masih kurang
khususnya pada grade atau kelompok kompetensi yang ke-2. Keberadaan
dokumen ini akan selalu berkembang sesuai dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan
lain yang terkait dengan pelatihan guru kejuruan. Semoga keberadaan modul ini
dapat membantu pihak-pihak yang memerlukannya.
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1991. Budidaya Tanaman Mangga. Kanisisus Yogyakarta

Aak. 2010. Jagung. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Anomin, 1990. Petunjuk Penggunaan Pestisida, PT. Petro Kimia Kayaku,


Dersik.

Anonim, 1986. Beberapa Gulma Penting pada Tanaman Pangan dan Cara

Antastico. 1989. Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-


buahan dan sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Terjemahan)
Gadjah Mada University

Djafaruddin, 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: Bumi


Aksara.

Ekha, I., 1993. Dilema Pestisida. Jogjakarta: Kanisius.

Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma dalam Sistem Petanian. Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Pracaya, 1993. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Prajnanta. 1997. Agribisnis Cabai Hibrida. PT Penebar Swadaya. Jakarta

Subiyakto Sudarmo, 1992. Pestisida untuk Tanaman Khusus, Jogjakarta.

Zulkarnain. 2010. Dasar-dasar Hortikultura. PT Bumi Aksara. Jakarta.

https://forestryinformation.wordpress.com/2013/01/18/optimalisasi-pertumbuhan-
tanaman-melalui-pengaturan-cahaya/
GLOSARIUM

abiotik benda mati

angiospermae tumbuhan yang bijinya dilindungi oleh daun buah

dikotil berkeping biji dua

embrio hasil pembuahan pada tahap permulaan

endosperma putih lembaga pada keeping biji sebagai cadangan


makanan

epifit tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain, tetapi


tidak menyerap makanan dari tumbuhan yang ditumpangi

evaporasi penguapan

fotosintesis reaksi antara air (h2o) dengan gas karbon dioksida ( co2)
dalam daun tumbuhan

generatif terjadinya individu baru yang didahului dengan peleburan


dua sel gamet yaitu sel telur dan sel sperma

gymnospermae tumbuhan yang bijinya dilindungi oleh daun buah

jaringan sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang


sama

klorofil pigmen pada tumbuhan yang berwarna hijau

kompos hasil dekomposisi/penguraian bahan organik

metabolisme seluruh proses biokimia yang terjadi di dalam sel makhluk


hidup

monokotil berkeping biji satu

morfologi sifat yang nampak dari luar tubuh makhluk hidup.


organ beberapa jaringan yang seling bekerja sama mendukung
fungsi tertentu

ovum bakal biji, terletak di bawah kepala putik

putik sel kelamin betina pada tumbuhan.

respirasi pernapasan; proses pembakaran zat organic untuk


mendapatkan energy

serbuksari serbuk yang dihasilkan oleh kepala sari, berisi sel-sel


kelamin jantan

vegetatif cara reproduksi makhluk hidup secara aseksual yaitu


tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina

zigot sepasang, hasil peleburan sperma dan ovum. Hasil


peleburan gamet jantan dan gamet betina
CV PENULIS

Nama lengkap : Susilowati EW


Telpon : 081320321111
Email : susicantik2011@gmail.com
Alamat kantor : PPPPTK Pertanian, Jl Jangari km 14 Cianjur
Paket Keahlian : Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
Pekerjaan : Widyaiswara Madya di PPPPTK Pertanian

Riwayat pendidikan :
1. S2 Ilmu Tanaman Universitas Brawijaya Tahun 1995
2. S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada TAhun 1985

Judul buku yang pernah ditulis:


1. Membuat Slide Presentasi 3 Dimensi (Diterbitkan oleh Gramata, Tahun 2014).
2. Buku Siswa SMK Agribisnis Perbenihan Tanaman
3. Membuat Taman Sayuran di Pekarangan (Diterbitkan oleh Sinergi Pustaka
Indonesia, Bandung, Tahun 2006).
4. SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) Bidang Pembenihan
Tanaman.
5. SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) Bidang Kultur
Jaringan Tanaman.

Judul penelitian:
1. Penggunaan colchicine untuk menghasilkan mutan pada tanaman
hortikultura
2. Pengaruh colchicine terhadap phenotipa tanaman semangka

Anda mungkin juga menyukai