Anda di halaman 1dari 8

Bul.

Agrohorti 7(3): 247- 254 (2019)

Panen dan Pascapanen Kelor (Moringa oleifera Lam.) Organik di Kebun Organik Kelorina, Blora,
Jawa Tengah

Harvest and Post-harvest Moringa (Moringa oleifera Lam.) Organic in Kunduran Plantation, Blora,
Central Java

Chandi Tri Akbar, Ketty Suketi*, dan Juang Gema Kartika

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp. & Faks. 62-251-8629353 e-mail agrohort@apps.ipb.ac.id
*Penulis Korespondensi : kettysuketi@yahoo.com

Disetujui : 21 Mei 2018 / Published Online September 2019

ABSTRACT

Moringa research in Blora aims to study the effect of different leaf harvesting techniques and to study
the best technique in postharvest and processing to good quality of moringa. Sustain supervision and
sosialization about standard operational should be given to the farmer for guaranteed quality of main
ingredient. The criteria of moringa leaves that can be harvested are: has petiole which is 45-90o angle, the
bud has appeared at it armpit and the leaf has a darker green colour. The harvest of moringa with branch
pruning more suitable to produce feeds. The harvest of moringa by leaf picking technique is more suitable
for food production. Drying is the most important key in moringa leaf production. The drying room
temperature is maintained at 30-35 °C and moisture is made up to 46% RH for two days. Pre drying
treatment or without drying doesn’t effect percentage of moringa leaf rendement.

Keywords: branch pruning, drying, leaf picking, quality of production

ABSTRAK

Penelitian kelor di Blora ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan teknik panen terhadap
produksi daun dan mempelajari metode pascapanen dan pengolahan kelor yang tepat untuk menghasilkan
kelor berkualitas. Pengawasan dan sosialisasi yang berkelanjutan terkait standar operasional prosedur
penting dilakukan kepada petani mitra untuk menjamin kualitas bahan baku yang tetap. Kriteria daun kelor
yang dapat dipanen yaitu tangkai daun sudah memiliki sudut tangkai daun antara 45 o-90o, sudah muncul
sedikit bakal daun di ketiak daunnya dan daun berwarna hijau tua. Panen kelor dengan teknik pangkas
cabang lebih cocok digunakan untuk produksi pakan ternak. Kelor yang dipanen dengan teknik petik daun
lebih cocok digunakan untuk tujuan produksi pangan. Pengeringan merupakan kunci terpenting dalam
produksi kelor. Suhu ruang pengering dipertahankan 30-35 oC dengan kelembapan dibuat hingga 46% RH
selama dua hari. Perlakuan pra pengeringan dan tanpa pra pengeringan tidak mempengaruhi persentase
rendemen daun kelor.

Kata kunci: kualitas produksi, pangkas cabang, pengeringan, petik daun

247
Bul. Agrohorti 7(3): 247- 254 (2019)

PENDAHULUAN Pengetahuan terkait teknik budidaya kelor yang


tepat dibutuhkan, sehingga kelor berproduksi
Indonesia pada tahun 2016 memiliki jumlah optimal. Metode pascapanen dan pengolahan
penduduk sebesar 258.704.986 jiwa. Menurut data kelor juga penting dipelajari untuk menghasilkan
penimbangan dan status gizi (PSG) balita tahun produk yang berkualitas.
2016 dengan indeks berat badan per umur (BB/U) Potensi kelor yang tinggi dan belum banyak
pada balita 0-59 bulan, terdapat persentase gizi dibudidayakan di Indonesia, maka penulis tertarik
buruk sebesar 3.4%, gizi kurang sebesar 14.4% untuk melakukan penelitian di Kebun Organik
dan gizi lebih sebesar 1.5%. Angka tersebut tidak Kelorina yang terdapat di Kabupaten Blora.
jauh berbeda dengan hasil PSG 2015, yaitu gizi Kebun Organik Kelorina merupakan satu-satunya
buruk sebesar 3.9%, gizi kurang sebesar 14.9% pusat pelatihan kelor yang ada di Indonesia dan
dan gizi lebih sebesar 1.6%. Provinsi dengan gizi pelopor revolusi nutrisi dengan gerakan kelor.
buruk dan kurang tertinggi tahun 2016 adalah Kelor dikembangkan untuk meningkatkan
Nusa Tenggara Timur (28.2%) dan terendah popularitas serta pemenuhan kebutuhan pasar di
Sulawesi Utara (7.2%) (Sutarjo dan Budijanto, masa yang akan datang. Kegiatan penelitian
2017). Kelor merupakan salah satu solusi untuk bertujuan mempelajari pengaruh perbedaan teknik
mengatasi permasalahan gizi buruk yang ada di panen terhadap produksi daun dan mempelajari
Indonesia. metode pascapanen dan pengolahan kelor yang
Kelor merupakan tanaman yang sering tepat untuk menghasilkan kelor yang berkualitas.
disebut “The Miracle Tree” karena memiliki
potensi untuk menyelesaikan permasalahan BAHAN DAN METODE
kekurangan gizi, serta mencegah dan mengobati
berbagai penyakit. Kelor mengandung 539 Pengamatan penelitian dilakukan di dua
senyawa yang dikenal dalam pengobatan tempat, yaitu pengamatan budidaya di kebun kelor
tradisional Afrika (Krisnadi, 2015). Pohon kelor Blora milik petani mitra dan pengamatan
telah digunakan untuk memerangi malnutrisi, pengolahan di unit pengolahan kelorina, Kebun
terutama di kalangan bayi dan ibu-ibu menyusui. Organik Kelorina, Blora, Jawa Tengah. Kegiatan
Satu sendok makan (8 g) bubuk daun kelor akan ini berlangsung selama empat bulan dimulai pada
memenuhi sekitar 14% protein, 40% kalsium, tanggal 8 Februari hingga 5 Juni 2018. Data yang
23% zat besi dan hampir semua kebutuhan dikumpulkan berupa data primer dan data
vitamin A untuk anak usia 1-3 tahun (Mishra et sekunder. Data primer diperoleh dari hasil
al., 2012). Daun kelor merupakan sumber nutrisi kegiatan wawancara dan diskusi dengan direktur,
dan energi alami yang baik. Berdasarkan hasil kepala produksi, kepala pengolahan dan
analisis proksimat mengungkapkan, bahwa daun pemasaran, karyawan, serta hasil pengamatan
kelor memiliki nilai gizi yang tinggi seperti langsung di lapang. Pengamatan dilakukan pada
phytochemical, vitamin, mineral, protein dan asam sepuluh tanaman contoh di empat blok lahan
amino. Daun kelor dapat digunakan sebagai agen produksi. Aspek yang diamati adalah sebagai
antioksidan dan antimikroba alami yang dapat berikut.
diaplikasikan dalam farmasi dan makanan Pengaruh Perbedaan Teknik Panen Terhadap
(Sohaimy et al., 2015). Teknik dehidrasi Produksi Daun Kelor
merupakan cara untuk mengkonsentrasikan nutrisi
dan mengawetkan pada sayuran daun. Daun kelor Percobaan dilakukan dengan satu faktor,
juga tersedia banyak dan murah, serta dapat yaitu teknik panen. Terdapat dua taraf terdiri dari
berfungsi sebagai sumber nutrisi dan dapat teknik panen petik daun dan panen pangkas
dikembangkan di negara-negara yang memerangi cabang. Perlakuan dilakukan pada sepuluh
defisiensi mikro nutrisi (Joshi dan Mehta, 2010). tanaman yang dipanen dengan teknik petik daun
Masyarakat Indonesia masih banyak yang dan sepuluh tanaman yang dipanen dengan teknik
belum mengetahui bagaimana pemanfaatan kelor, pangkas cabang yang berada di blok yang sama.
umumnya hanya dikenal sebagai salah satu menu Panen dilakukan selama tiga periode, satu periode
sayuran (Aminah et al., 2015). Keterbatasan panen adalah 35 hari. Pengamatan dilakukan
pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan setiap minggu untuk teknik panen petik daun dan
cara budidaya kelor, menyebabkan aksi 35 hari sekali untuk teknik panen pangkas cabang.
konservasi yang dilakukan masyarakat terhadap Hasil pengamatan dengan teknik panen petik daun
kelor masih rendah (Desiawati, 2013). Produksi dijumlahkan dari minggu pertama hingga minggu
tanaman kelor dipengaruhi oleh pemangkasan, ke lima pada setiap periode panen, kemudian
karena dengan pemangkasan akan mendorong dibandingkan dengan hasil pengamatan dengan
pertumbuhan cabang kelor (Holst, 2000). teknik panen pangkas cabang. Pemanenan

248 Chandi Tri Akbar, Ketty Suketi, Juang Gema Kartika


Bul. Agrohorti 7(3): 247- 254 (2019)

dilakukan pada interval lima minggu dengan cara rata-rata dan standar deviasi, sedangkan data yang
memotong cabang yang terbentuk sepanjang 5 cm bersifat kualitatif dianalisis dengan menggunakan
dari pangkal cabang menggunakan gunting stek analisis deskriptif. Data hasil pengamatan
yang mengacu pada Mitariastini (2016) dan pengaruh tinggi pangkasan terhadap produksi
pemanenan dengan interval satu minggu dengan kelor diuji menggunakan uji Independent T-test.
cara petik daun mengacu pada standar operasional Kebun kelor Blora terletak di Desa
perusahaan. Pengamatan meliputi, jumlah daun Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten
panenan, jumlah daun tripinnate saat panen. Blora, Jawa tengah. Secara geografis terletak
Jumlah cabang panenan, cabang yang dipanen antara 06o58’48.15”–07o09’2.76” LS dan
dihitung jumlahnya per tanaman. Bobot basah 111o11’42.47”–111o18’59.25” BT. Kebun kelor
brangkasan (g), bobot semua bagian tanaman Blora mulai dibudidayakan tanggal 15 Agustus
yang dipangkas saat panen. Bobot basah anak 2015. Luas areal kebun petani mitra yang ada di
daun (g), anak daun yang ditimbang merupakan Blora adalah 3 ha. Pabrik atau unit pengolahan
helaian anak daun tanpa tangkai daun maupun kelorina Kebun Organik Kelorina berada di jalan
tangkai anak daun dan masih berwarna hijau raya kunduran yang berfungsi sebagai tempat
(daun yang berwarna kuning tidak dihitung). pengolahan produk olahan kelor. Puri Kelorina
berjarak 500 m dari kebun yang berfungsi sebagai
Pengaruh Perbedaan Perlakuan Pra
tempat pelatihan kelor. Berdasarkan penelitian
Pengeringan Terhadap Rendemen Daun Kelor
Martha et al. (2016), Kabupaten Blora memiliki
Kering
curah hujan rata-rata 1.496 mm tahun-1,
Percobaan dilakukan dengan satu faktor, kelembaban udara rata-rata 34-44%, suhu rata-rata
yaitu pra pengeringan. Taraf percobaan ada dua, 36-41 OC dan memiliki intensitas cahaya 7,633
yaitu daun yang masuk pengering dengan lux. Jenis tanah di Blora merupakan tanah entisol
perlakuan pra pengeringan dan tanpa pra (silt). Jenis tanah entisol tergolong tanah yang
pengeringan. Pra pengeringan adalah daun biasanya kurang subur.
dimasukan ruang pengering dua jam lebih awal Kelor ditanam secara organik di lahan yang
serta ruangan diberi perlakuan dengan sebelumnya tidak pernah digunakan untuk
menyalakan kipas angin dan exhaust fan. Proses budidaya anorganik. Bibit untuk pertanaman
pengeringan dimulai bersamaan dengan periode menggunakan aksesi yang berasal dari NTT.
44 jam. Percobaan diulang tiga kali mengikuti Pengelolaan kebun kelor Blora milik petani mitra
jadwal pengeringan yang ada di perusahaan. mengikuti standar operasional prosedur, dimulai
Percobaan dilakukan pada satu rak yang dari pemilihan lokasi, pengolahan tanah minimal,
berkapasitas 2 kg untuk masing-masing perlakuan. pemupukan dengan pupuk organik yang dibuat
Rak pengering yang dipilih adalah rak yang sendiri, pemilihan benih, pola tanam dan
berada di bagian tengah ruangan untuk pemeliharaan yang bebas dari residu kimia.
meminimalkan pengaruh posisi lampu sorot. Daun Kebutuhan daun untuk pemenuhan produksi
dapat kering setelah dua hari di dalam ruang dipenuhi dari kebun kelor organik yang ada di
pengering dan dapat dikemas setelah kadar air Blora dan Madura. Sedangkan biji di produksi di
daun di bawah 5% atau hancur ketika diremas. kebun organik kelor yang ada di NTT dan Madura
Pengamatan meliputi bobot akhir daun yang sudah Kebun organik kelor yang berada di Madura dan
dikeringkan (g), rendemen daun, yaitu membagi NTT merupakan petani mitra dengan standar
bobot kering daun (g) dengan bobot basah daun operasional produksi yang sama. Kebun Organik
(g) dan kehilangan hasil, yaitu bobot daun yang Kelorina menerima bahan baku berupa daun
terjatuh di ruang pengering atau daun yang tidak kering, serbuk kasar atau biji dari petani mitra,
ikut dikemas (g) sedangkan Kebun Organik Kelorina fokus dalam
Data sekunder didapat dari arsip dan studi pengolahannya. Produksi kebun kelor Blora
literatur perusahaan berupa peta lokasi wilayah, dibagi menjadi empat tujuan, yaitu blok 1-4
luas areal, kondisi tanah dan iklim, topografi dengan luas 2.4 ha untuk produksi daun kering
lahan, kondisi populasi dan produksi tanaman, dan serbuk halus sedangkan blok 5 dengan luas
data curah hujan 5-10 tahun terakhir, struktur lahan 0.6 ha untuk bahan pakan ternak dan
organisasi dan ketenagakerjaan, serta sarana dan pembuatan pupuk. Produksi kebun kelor Blora
prasarana kebun. Data yang telah dikumpulkan dapat di lihat pada Tabel 1. Produksi basah,
dianalisis secara deskriptif maupun kuantitatif. serbuk kasar dan daun kering memiliki rata-rata
Data primer dan sekunder yang bersifat kuantitatif 1,962.8 kg, 395.6 kg dan 49.28 kg per bulannya.
(numeric) seperti bobot anak daun tanaman kelor Produksi mengalami penurunan pada bulan
dan hasil produksi dianalisis dengan Januari hingga 186 kg karena serangan hama ulat.
menggunakan analisis kuantitatif menggunakan Serangan hama ulat yang hebat diatasi dengan

Panen dan Pascapanen Kelor … 249


Bul. Agrohorti 7(3): 247- 254 (2019)

Tabel 1. Produksi pertanaman kelor di kebun kelor Blora dengan luas 2.4 ha
Rendemen Bobot Serbuk Kasar Bobot Daun Kering
Bulan Bobot Basah (kg) Bobot Kering (kg) (%) (kg) (kg)
November 2017 2 835.00 607.80 21.00 577.80 30.00
Desember 2017 2 276.00 582.10 24.00 475.40 106.70
Januari 2018 186.00 17.70 23.00 15.30 2.40
Februari 2018 2 064.00 464.50 23.00 378.40 86.10
Maret 2018 2 453.00 552.10 23.00 530.90 21.20
Rata-rata 1 962.80 444.80 22.80 395.60 49.28
Sumber: Data Kebun Organik Kelorina (2018).
memangkas seluruh pertanaman kelor. Tingginya Pemupukan pertama dilakukan selama
serangan ulat diduga akibat kondisi kekeringan persiapan lahan dengan pupuk kandang 10-15 ton
yang cukup panjang. ha-1. Pemupukan rutin dilakukan minimal tiga
Kapasitas mesin pengering hanya dapat bulan sekali dengan bokashi dengan jumlah 500
menampung 200 kg daun yang sudah dilorot per kg/ha. Sebelum diberikan bokashi, tanah dibuat
dua hari pengeringan, menyebabkan masih alur pupuk dan disiram dengan asam humat
banyak daun yang telat dipanen. Berdasarkan dengan dosis 200 ml ha-1. Bokashi terbuat dari
hasil pengamatan, kelor menghasilkan rata-rata campuran kotoran sapi, kotoran walet, daun
61.4 g daun yang sudah dilorot per tanamannya, trembesi, air kelapa, bonggol pisang dan urine
sehingga dibutuhkan 3,258 tanaman untuk sapi. Pemupukan juga dilakukan setelah panen
memenuhi kapasitas ruang pengering. Jarak dilakukan atau satu minggu sekali dengan
tanam yang digunakan adalah 1 m x 1 m, menggunakan pupuk asam amino dan pupuk
sehingga terdapat 10 000 tanaman kelor per daun. Aplikasi asam amino dan pupuk daun
hektarnya. Kelor dapat memproduksi 614 kg daun dengan dosis masing-masing 200 ml ha-1. Asam
yang sudah dilorot dalam satu kali panen per amino terbuat dari daun kelor, glisina dan
hektarnya. Kapasitas ruang pengering 200 kg dan metionina dari kedelai. Asam amino berfungsi
dengan asumsi pengeringan dilakukan satu untuk mempercepat waktu panen sehingga dapat
minggu tiga kali, maka perbandingan jumlah dipanen satu minggu sekali. Pupuk daun terbuat
luasan kebun yang dimiliki dengan kapasitas dari campuran pupuk organik cair, bio urine dan
ruang pengering kurang efisien. Produksi rata-rata unsur N, P dan K organik. Irigasi diberikan secara
daun yang sudah dilorot perbulannya adalah 1 teratur selama tiga bulan pertama setelah tanam.
962 kg (Tabel 1). Diperlukan tambahan kapasitas Irigasi juga diperlukan untuk menghasilkan daun
ruang pengering sehingga pemanfaatan hasil sepanjang tahun, termasuk pada musim kemarau.
panen dapat berjalan dengan baik. Sistem irigasi yang digunakan adalah selang air
dan sprinkler. Irigasi hanya mengandalkan air
HASIL DAN PEMBAHASAN hujan pada saat musim hujan. Penyiangan untuk
pertanaman kelor yang intensif dilakukan empat
Observasi penelitian dilakukan bersama kali dalam setahun dengan frekuensi yang lebih
petani mitra, yaitu kegiatan budidaya, meliputi: tinggi saat musim hujan. Hama yang umum
persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen terdapat di lapangan adalah ulat. Larva dari
dan pascapanen. Sedangkan kegiatan yang ngengat juga banyak menyerang pertanaman pada
dilakukan bersama Kebun Organik Kelorina, malam hari. Solusi terbaik dalam mengatasi
yaitu kegiatan pengolahan. serangan hama yang hebat adalah memotong
Aspek Teknis kembali batang pohon. Penyakit yang paling
banyak menyerang tanaman kelor di lapangan
Lahan dipersiapkan dengan cara dibuat
adalah ganoderma juga banyak menyerang
guludan dengan lubang tanam yang dibuat dengan
pertanaman kelor, gejala awalnya adalah daun
ukuran lebar 30 cm dengan kedalaman 20 cm.
akan menguning, batang membusuk dan akhirnya
Jarak tanam yang digunakan 1 m x 1 m. Jarak
tanaman mati. Ganoderma dapat menyebar ke
tanam yang renggang digunakan untuk
pertanaman lain. Pengendalian dilakukan dengan
memudahkan dalam perawatan dan pemanenan.
mencabut tanaman kelor dan mencangkul bekas
Lubang-lubang tersebut kemudian diisi pupuk
pertanaman yang terserang ganoderma, tanah
bokashi sebanyak 1.5 kg per lubang. Kelor dapat
disemprot dengan tricoderma dengan dosis 200
ditanam dengan menggunakan biji dan stek
ml/ha dan lubang dibiarkan 2-3 hari terpapar sinar
batang.
matahari. Pengendalian hama dan penyakit

250 Chandi Tri Akbar, Ketty Suketi, Juang Gema Kartika


Bul. Agrohorti 7(3): 247- 254 (2019)

biasanya dilakukan dengan penyemprotan dikirim ke PT. Agaricus Sido Makmur Sentosa
pestisida nabati yang terbuat dari daun mimba, (ASIMAS) untuk menghasilkan serbuk daun kelor
sereh, daun sirsak dan empon-empon. Pestisida dengan tingkat kehalusan 200 mesh dan 500 mesh.
nabati diaplikasikan setelah panen berlangsung Kelor dalam bentuk serbuk dapat meningkatkan
atau satu minggu sekali pada daun dengan dosis daya simpan hingga satu tahun. Kelor dalam
200 ml ha-1. bentuk daun kering hanya memiliki daya simpan
Kelor cenderung tumbuh secara vertikal enam bulan.
hingga ketinggian 3-4 m. Pemangkasan awal Bahan baku berupa daun kering dan serbuk
dilakukan ketika tanaman kelor berumur tiga kasar dari petani mitra dijual ke Kebun Organik
bulan setelah tanam dengan tinggi pangkasaan 75 Kelorina. Daun kering diberi harga
cm dari permukaan tanah. Pemangkasan batang Rp65.000.00/kg sedangkan serbuk kasar diberi
utama dilakukan saat tanaman sudah berumur dua harga Rp75,000.00/kg. Sistem penjualan yang
tahun dengan menebang batangnya hingga diterapkan Kebun Organik Kelorina yaitu sistem
memiliki ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. terputus. Terdapat tiga jenis harga yang ditetapkan
Setelah pemangkasan batang utama, secara rutin yaitu harga gerai, reseller dan eceran. Harga gerai
akan dilakukan pemangkasan pemeliharaan. diberikan ketika pembelian barang minimal
Pemangkasan pemeliharaan dilakukan ketika Rp5,000,000.00 dan berkomitmen membuka gerai
tanaman sudah memiliki tinggi lebih dari 150 cm di daerah tertentu. Harga reseller diberikan
atau saat tanaman sudah sulit untuk dipanen dan setelah pembelian produk minimal
memiliki produktivitas yang rendah. Rp2.000,000.00 atau telah mengikuti pelatihan
Kelor dipanen dengan cara memetik daun kelor. Harga eceran merupakan harga standar
yang sudah berwarna hijau tua dan tanpa cacat penjualan.
pada daunnya. Daun dikumpulkan pada bak
Aspek Manajerial
penampung hingga penuh dan dibawa untuk
dilorot atau dipisahkan antara anak daun dari Karyawan harian pada Kebun Organik
tangkainya. Proses pemanenan yang baik Kelorina terbagi menjadi beberapa divisi.
dilakukan pagi dan sore hari. Bobot daun yang Karyawan harian pada petani mitra secara umum
sudah dilorot atau daun yang sudah dipisahkan terbagi menjadi pekerja kebun, pekerja lorot daun,
dengan tangkainya yaitu 200 kg setiap kali panen. pekerja pengeringan, pekerja pembuat serbuk
Daun yang telat dipanen ditandai dengan warna daun kasar. Sedangkan karyawan harian pada
daun yang mulai menguning dan sudah tumbuh Kebun Organik Kelorina terbagi menjadi,
bakal daun pada ketiak daun dengan ukuran cukup pekerja pembuat minyak, pekerja pembuat serbuk
besar. Kriteria daun yang dapat dipanen yaitu biji, pekerja laboratorium, pekerja pengemasan
tangkai daun yang sudah memiliki sudut tangkai dan pekerja pengepakan. Karyawan harian mulai
daun antara 45o-90o, sudah muncul sedikit bakal bekerja dari pukul 08.00-16.00 WIB dengan
daun di ketiak daunnya, daun berwarna hijau tua. interval waktu istirahat selama satu jam yaitu
Panen kelor yang baik dilakukan pagi atau sore pukul 12.00-13.00 WIB. Berdasarkan hasil
hari. evaluasi kegiatan unit kebun, manajemen
Daun kelor masuk ke dalam ruang sumberdaya masih kurang optimal dan masih
pengering maksimal empat jam dari waktu awal kurangnya jumlah tenaga kerja sehingga jadwal
daun dipetik. Pengeringan dilakukan di dalam kegiatan belum berjalan dengan baik. Hanya
ruang pengeringan tertutup dengan suhu terdapat enam orang karyawan untuk mengerjakan
dipertahankan stabil antara 30–35 oC dan seluruh tahapan budidaya tanaman. Standar
kelembaban 46% RH selama dua hari sampai jumlah tenaga kerja diperlukan untuk setiap unit
benar-benar kering atau kadar air daun dibawah produksi dan pengolahan, serta spesifikasi kerja
5%. Daun kelor kering yang baik berwarna hijau, sehingga kegiatan dapat berjalan dengan efisien
benar-benar kering (bila diremas akan hancur atau dan efektif.
kadar air dibawah 5%) dan tanpa tangkai daun. Kepala produksi mengemban tugas
Pengaturan suhu dan kelembaban merupakan mengelola kebun untuk mencapai target produksi
kunci terpenting dalam pengeringan daun kelor. perusahaan, mengawasi kinerja karyawan,
Daun kelor kering dihaluskan dengan mengawasi kinerja unit pengering, dan
menggunakan mesin pembuat serbuk stainless bertanggung jawab langsung terhadap direktur.
steel. Serbuk daun kelor disaring dengan ayakan Perencanaan produksi yang dibuat oleh kepala
stainless steel untuk menghasilkan serbuk daun produksi meliputi semua aspek terutama budidaya
dengan tingkat kehalusan 80 mesh dan tanaman. Perencanaan produksi dimulai dari
memisahkan butiran yang masih kasar. Serbuk penanaman, pemeliharaan, hingga panen dan
kasar yang dihasilkan petani mitra kemudian pascapanen. Kepala kebun menentukan bahan

Panen dan Pascapanen Kelor … 251


Bul. Agrohorti 7(3): 247- 254 (2019)

tanam yang digunakan dan waktu penanaman setelah pangkas (HSP). Teknik panen petik daun
pada bagian penanaman. Perencanaan bagian periode pertama hanya memiliki satu data, yaitu
pemeliharaan termasuk penentuan jenis, dosis, data pengamatan satu kali panen. Panen petik
waktu pemupukan, serta jenis dan dosis daun diamati sebanyak lima kali panen untuk
pemakaian pestisida. Waktu dan jumlah yang setiap periode. Panen pertama dilakukan
akan dipanen ditentukan saat perencanaan panen bersamaan pada 35 HSP untuk teknik pangkas
serta perlakuan pascapanennya hingga barang cabang dan petik daun.
dikirim ke unit pengolahan. Organisasi produksi Tabel 2. Data perbedaan teknik panen terhadap
dilakukan dengan membagi pekerja menjadi tiga produksi periode 1 (35 HSP)
unit produksi, yaitu unit kebun, unit pengeringan Parameter
dan unit pembuatan serbuk kasar. Penggerakan Bobot
(actuating) produksi dilakukan dengan Perlakuan Jumlah Jumlah Bobot anak
memberikan tugas kepada setiap unit produksi brangkasan
sesuai perencanaan sehingga target produksi cabang daun (g) daun (g)
tercapai. Pengawasan (controlling) produksi juga Teknik panen
perlu dilakukan dengan memberikan pengawasan petik daun 6.10 29.60 150.60 96.40
yang intensif kepada kinerja karyawan pada setiap Teknik panen
unit produksi sesuai standar operasional yang pangkas
ditetapkan sehingga kualitas produk tetap terjaga. cabang 5.00 19.60 211.00 61.70
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan sebagai
asisten kepala produksi, belum adanya Perlakuan dibandingkan dengan melihat
perencanaan dan jadwal kegiatan produksi nilai P-value untuk mengetahui pengaruh
menyebabkan banyak keterlambatan kegiatan perlakuan terhadap parameter yang diuji.
produksi sehingga tidak berjalan optimal. Besarnya pengaruh perlakuan terhadap parameter
Perencanaan awal dan pembuatan jadwal kegiatan dilihat dari hasil persentase perbandingan kedua
produksi diperlukan agar kegiatan dapat berjalan teknik panen untuk setiap parameter yang diuji.
dengan teratur dan dapat dilakukan evaluasi setiap Berdasarkan hasil uji perbedaan teknik panen
tahunnya. terhadap produksi (Tabel 3), diperoleh perlakuan
Kepala pengolahan dan pemasaran teknik panen tidak mempengaruhi jumlah cabang.
mengemban tugas mengelola unit pengolahan, Jumlah daun pada perlakuan teknik panen petik
mengawasi kinerja karyawan, menerima pesanan daun memiliki rata-rata lebih tinggi sebesar 149%
dari konsumen dan menentukan jumlah produk pada periode dua dan 105% pada periode tiga dari
yang diproduksi, memeriksa laporan penjualan pada tanaman yang dipanen dengan teknik
serta bertanggung jawab langsung terhadap pangkas cabang. Tanaman yang dipanen dengan
direktur. Perencanaan pengolahan yang dibuat teknik pangkas cabang menggunakan banyak
oleh kepala pengolahan dan pemasaran dengan energinya untuk pembentukan cabang baru
menentukan jumlah bahan baku dan produk yang selama proses perkembangannya hingga tanaman
dihasilkan sesuai permintaan konsumen. tersebut dapat dipanen kembali. Sesuai dengan
Organisasi pengolahan dilakukan dengan pernyataan Holst (2000), tanaman kelor yang
membagi pekerja menjadi pekerja pembuat dipanen dengan cara dipangkas maka semakin
minyak, pekerja pembuat serbuk, pekerja banyak cabang yang terbentuk sehingga semakin
pembuat kosmetik, pekerja pengemasan dan banyak daun yang tumbuh.
pengepakan. Penggerakan (actuating) pengolahan Daun kelor yang dipanen dengan teknik
dilakukan melalui koordinasi dengan karyawan pangkas cabang dapat dikelompokan berdasarkan
terkait jumlah produksi dilakukan via telepon lapisannya. Lapisan atas atau pucuk merupakan
setiap harinya. Pengawasan (controlling) kinerja daun muda dengan warna hijau muda, pada
karyawan dilihat dari laporan kegiatan pekerja. lapisan tengah merupakan daun dengan usia
sedang atau medium yang memiliki warna hijau
Aspek Khusus dan lapisan terbawah merupakan daun dengan
Pengaruh Perbedaan Teknik Panen terhadap usia tertua dengan warna hijau gelap.
Produksi Pemanfaatan daun muda atau pucuk dari tanaman
Pengamatan teknik panen dilakukan selama kelor digunakan untuk konsumsi sehari-hari
tiga periode panen. Data yang didapat pada dalam skala rumah tangga, sedangkan untuk skala
pengamatan periode panen pertama (Tabel 2) industri akan sulit untuk diimplementasikan
tidak dapat dianalisis karena pada periode karena jumlah pucuk setiap pohon terbatas
pertama kondisi tanaman masih baru dipangkas (Sugianto, 2016). Tanaman yang dipanen dengan
dan daun belum siap dipanen hingga 35 hari teknik panen petik daun memiliki rata-rata bobot

252 Chandi Tri Akbar, Ketty Suketi, Juang Gema Kartika


Bul. Agrohorti 7(3): 247- 254 (2019)

brangkasan lebih tinggi sebesar 146% pada petik daun yang hanya menyisakan tangkai daun.
periode kedua dan 52% pada periode ketiga Panen kelor dengan teknik pangkas cabang lebih
dibandingkan yang dipanen dengan menggunakan cocok digunakan untuk tujuan produksi pakan
teknik pangkas cabang. Bobot brangkasan pada ternak sehingga tidak ada bagian tanaman yang
teknik panen petik daun mengalami penurunan terbuang dengan menggunakan jarak tanam yang
pada periode ketiga, sejalan dengan penurunan lebih rapat untuk meningkatkan produksi. Kelor
jumlah daun (Tabel 3). Bobot brangkasan pada yang dipanen dengan teknik petik daun lebih
perlakuan teknik pangkas cabang mengalami cocok digunakan untuk tujuan produksi pangan.
peningkatan walaupun sama-sama terjadi Sesuai dengan pernyataan Amaglo et al. (2006),
penurunan terhadap jumlah daun pada periode jarak tanam berpengaruh signifikan terhadap
ketiga. pertumbuhan dan produksi kelor dengan
Tabel 3. Hasil uji-t perbedaan teknik panen terhadap
memperhatikan pemupukan untuk produksi yang
produksi berkelanjutan. Berdasarkan penelitian Gross
(2012), kepadatan tanaman yang tinggi
Perlakuan Periode 2 Periode 3
menghasilkan biomassa tanaman yang lebih
Jumlah cabang tinggi dan batang yang lebih panjang, tetapi
Teknik panen petik daun 5.10 4.50 diameter batangnya lebih kecil. Kepadatan
Teknik panen pangkas tanaman yang lebih rendah menghasilkan
cabang 5.30 3.50 biomassa tanaman yang lebih rendah, tetapi
P-value 0.87 tn
0.18tn menghasilkan pertumbuhan tanaman individu
yang lebih tinggi yang ditunjukkan dari hasil
Jumlah daun diameter batang yang lebih tebal.
Teknik panen petik daun 52.70 38.10 nyata.
Teknik panen pangkas
cabang 21.10 18.50 Pengaruh Pra Pengeringan terhadap
Rendemen Daun Kelor Kering
P-value 0.00** 0.00**
Daun basah masuk ke dalam ruang
Bobot brangkasan (g) pengering secara bertahap. Rata-rata terdapat dua
Teknik panen petik daun 549.00 399.00 sesi masuknya daun ke ruang pengering yaitu
Teknik panen pangkas pukul 11.00 dan 13.00 WIB. Daun yang lebih
cabang 223.00 261.00 dahulu masuk ruang pengering mendapatkan
P-value 0.00** 0.02* perlakuan pra pengeringan, yaitu dengan
menyalakan kipas angin dan exhaust fan pada
Bobot anak daun (g)
ruang pengering. Pra pengeringan dimaksudkan
Teknik panen petik daun 335.40 238.60 untuk menjaga kelembapan ruangan dan
Teknik panen pangkas mencegah daun terfermentasi. Pengeringan
cabang 66.70 72.50
dimulai bersamaan dan periode pengeringan
**
P-value 0.00 0.00** berlangsung 44 jam atau kurang lebih dua hari.
Keterangan: : berpengaruh sangat nyata pada α = 1%,
**
Dua sesi masuknya daun ke pengering terjadi
*
: berpengaruh nyata pada α = 5%, tn: tidak karena empat faktor, yaitu: adanya target daun
Produksi kelor dapat dilihat dari bobot anak basah yang dikeringkan yaitu 200 kg, proses
daunnya. Tanaman yang dipanen dengan teknik perontokkan daun dilakukan secara manual,
panen petik daun memiliki rata-rata bobot anak tenaga kerja perontok daun merupakan pekerja
daun lebih tinggi sebesar 402% pada periode borongan sehingga jumlah daun yang dirontokkan
kedua dan 229% pada periode ketiga dari pada tidak tetap dan daun kelor masuk ruang pengering
teknik panen pangkas cabang. Teknik panen petik maksimal empat jam sejak daun dipanen.
daun pada periode ketiga mengalami penurunan Perbedaan waktu masuknya daun ke ruang
29%, sedangkan dengan teknik panen pangkas pengering juga menyebabkan waktu keringnya
cabang mengalami peningkatan sebesar 8% pada daun pada setiap rak tidak sama. Pengemasan
periode ketiga. Panen kelor dengan teknik panen daun kering dilakukan saat semua daun kering
petik daun terus mengalami penurunan produksi sempurna.
setelah periode panen kedua. Pemangkasan perlu Perlakuan dibandingkan dengan melihat
dilakukan karena produktivitas tanaman rendah nilai P-value untuk melihat pengaruh perlakuan
dan tanaman terlalu tinggi untuk dipanen. Kelor terhadap parameter yang diuji. Besarnya pengaruh
yang dipanen dengan teknik pangkas cabang perlakuan terhadap parameter dilihat dari hasil
menyisakan cabang, tangkai daun dan daun muda persentase perbandingan perlakuan pra
yang terbuang. Kelor yang dipanen dengan teknik pengeringan dan tanpa pra pengeringan untuk

Panen dan Pascapanen Kelor … 253


Bul. Agrohorti 7(3): 247- 254 (2019)

setiap parameter yang diuji. Perlakuan pra Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Institut
pengeringan tidak mempengaruhi kualitas daun Pertanian Bogor, Bogor.
kering dari segi jumlah air pada daun. Bobot
Gross, M. 2012. A study of the initial
kering dan rendemen daun tanpa pra pengeringan
establishment of multi-purpose moringa
lebih tinggi sebesar 10% dan 13% dari daun yang
(Moringa oleifera Lam) at various plant
dikeringkan dengan pra pengeringan (Tabel 4).
densities, their effect on biomass
Perlakuan pra pengeringan tidak harus dilakukan
accumulation and leaf yield when grown
sehingga waktu pengeringan menjadi dua jam
as vegetable. Afr. J. Plant Sci. 6(3):125-
lebih cepat, dengan melakukan penambahan
129.
pekerja panen, pekerja perontok daun dan pekerja
pengering. Perlakuan pra pengeringan dan tanpa Holst, S. 2000. Moringa: Nature’s Medicine
pra pengeringan tidak mempengaruhi persentase Cabinet. Sierra Sunrise Publishing,
rendemen daun kelor. California.
Tabel 4. Hasil uji-t perlakuan pra pengeringan terhadap Joshi, P., D. Mehta. 2010. Effect of dehydration
rendemen daun on the nutritive value of moringa leaves. J.
Parameter Metabolomics Syst. Biol. 1(1):5-9.
Perlakuan Bobot kering (g) Rendemen (%)
Krisnadi, A.D. 2015. Kelor Super Nutrisi.
Pra pengeringan 457.70 0.22 Morindo Moringa Indonesia, Blora.
Tanpa pra
pengeringan 504.30 0.25 Martha, D.A.B., E. Prihastanti, S. Haryanti. 2016.
Perbedaan kadar glukosa, karotenoid dan
P-value 0.21tn 0.21tn biomassa alang-alang (Imperata
**
Keterangan: : berpengaruh sangat nyata pada α = cylindrica L. Beauv) yang tumbuh di
1%, *: berpengaruh nyata pada α = 5%, daerah ternaungi di Kecamatan Kunduran
tn: tidak nyata.
Blora dan Ungaran Timur, Semarang.
KESIMPULAN Buletin Anatomi dan Fisiologi 1(1):59-67.
Mishra, S.P., P. Singh, S. Singh. 2012. Processing
Panen kelor dengan teknik pangkas cabang of Moringa oleifera leaves for human
lebih cocok digunakan untuk tujuan produksi consumption. Bull. Env. Pharmacol. Life
pakan. Adapun kelor yang dipanen dengan teknik Sci. 2(1):28-31.
petik daun lebih cocok digunakan untuk tujuan
produksi pangan. Baik perlakuan pra pengeringan Mitariastini, N.L.G. 2016. Pertumbuhan dan
dan tanpa pra pengeringan tidak mempengaruhi produksi beberapa aksesi kelor (Moringa
rendemen daun kelor kering. oleifera Lam.) pada interval pemanenan
berbeda. [Skripsi]. Institut Pertanian
DAFTAR PUSTAKA Bogor, Bogor.
Amaglo, N.K., G.M. Timpo, W.O. Ellis, R.N. [Moringa Indonesia]. 2014. Kebun Kelor Organik.
Bennett. 2006. Effect of spacing and http://moringa.co.id/kebunkelor-organik/
harvest frequency on the growth and leaf [11 Maret 2017].
yield of moringa (Moringa oleifera Sugianto, A.K. 2016. Kandungan gizi daun kelor
Lam.), a leafy vegetable crop. Moringa (Moringa oleifera) berdasarkan posisi
and other highly nutritious plant daun dan suhu penyeduhan. [Skripsi].
resources: Strategies, standards and Institut Pertanian Bogor, Bogor.
markets for a better impact on nutrition in
Africa. International workshop on Sohaimy, S.A.E., G.M. Hamad, S.E. Mohamed,
Moringa. Accra, 16-18 November 2006. M.H. Amar, R.R.A. Hindi. 2015.
Biochemical and functional properties of
Aminah, S., T. Ramdhan, M. Yanis. 2015. Moringa oleifera leaves and their
Kandungan nutrisi dan sifat fungsional potential as a functional food. Glo. Adv.
tanaman kelor (Moringa oleifera). Buletin Res. J. Agric. Sci. 4(4):188-199.
Pertanian Perkotaan 5(2):35-44.
Sutarjo, U.S., D. Budijanto. 2017. Profil
Desiawati, D. 2013. Tinjauan konservasi kelor Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
(Moringa oleifera Lam.): studi kasus di Kementerian Kesehatan Republik
Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Indonesia, Jakarta.

254 Chandi Tri Akbar, Ketty Suketi, Juang Gema Kartika

Anda mungkin juga menyukai