PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem dan usaha agribisnis, perlindungan tanaman merupakan
bagian penting, baik di on farm maupun off farm. Perlindungan tanaman berperan
dalam menjaga kuantitas, kualitas dan kontiunitas hasil atau produksi. Kegiatan
perlindungan tanaman erat kaitannya tidak hanya dengan gangguan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT), tetapi juga dengan gangguan non-OPT seperti
anomali iklim (kebanjiran, kekeringan, kebakaran) dan gangguan usaha berupa
penjarahan produksi dan lahan, yang kesemuanya mempengaruhi penurunan
produksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
perlindungan tanaman menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan
dalam setiap usaha budidaya tanaman.
1
konsumsi makanan, telah meningkatkan tuntutan konsumen akan kandungan
nutrisi dari produk-produk yang sehat, aman, dan menunjang kebugaran.
Disamping itu meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup, telah mendorong
masuknya aspek kelestarian lingkungan dan pentingnya faktor Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dalam pengambilan keputusan ekonomi. Penilaian terhadap
aspek keselamatan, ksehatan, dan lingkungan dinilai pada keseluruhan proses
produksi sampai pemasaran yang dikenal dengan pendekatan Sistem Mutu dan
Keamanan Pangan termasuk di dalamnya Sistem Manajemen ISO 9000 tentang
Manajemen Mutu, ISO 14000 tentang Manajemen Lingkungan dan Sistem
Manajemen Keamanan Pangan yang dikenal dengan Sistem HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point). Produk pertanian yang dalam proses
produksinya tidak ramah lingkungan, tidak mengindahkan keselamatan dan
kesehatan kerja serta hak-hak azasi manusia akan ditolak atau tidak diterima oleh
pasar/konsumen.
2
penting untuk dapat terlaksananya pembangunan perlindungan hortikultura yang
sinergi dan optimal.
3
terintegrasi bersama stakeholder terkait lainnya, sehingga dapat memberi nilai
tambah bagi petani hortikultura di Indonesia.
4
II. KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN TANTANGAN
A. Kekuatan
Potensi berasal dari kekuatan yang dapat mendukung pengembangan
hortikultura yaitu :
1. Landasan Hukum
Landasan hukum berupa peraturan perundangan yang mengatur
perlindungan tanaman terkait sudah cukup lengkap, yaitu :
5
o. Kep. Dirjen Bun No. 38 Tahun 1995, tentang Petunjuk Teknis
Pembukaan Lahan Tanpa Bakar
a. Pusat
b. Daerah Provinsi
Dinas Pertanian
UPTD Balai Proteksi Tanaman (Pangan, Hortikultura, Perkebunan)
Laboratorium Lapang
Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit.
Brigade Proteksi Tanaman
Laboratorium Pestisida
6
Kewenangan provinsi di bidang perlindungan tanaman secara garis
besar sebagai berikut :
c. Daerah Kabupaten/Kota
Dinas Pertanian (Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan,
Peternakan)
Pengamat Hama dan Penyakit (PHP)/Pengendali OPT (POPT).
Unit Pelaksana Perlindungan Tanaman
7
Penetapan areal puso dan atau eksplosi OPT dan dampak anomali iklim,
seperti bencana banjir serta kekeringan
Penyediaan dukungan pengendalian dan eradikasi tanaman atau bagian
tanaman
Pengendalian eksplosi hama dan penyakit
Pelaksanaan penyidikan hama dan penyakit di bidang pertanian
Pengaturan dan pelaksanaan penanggulangan hama dan penyakit
menular di bidang pertanian
Bimbingan dan pemantauan pelaksanaan pengendalian hama dan
penyakit tanaman
Pengelolaan laboratorium hama dan penyakit
d. Petani
8
Gambar 1. Hubungan Kelembagaan Perlindungan Hortikultura
a. Keadaan Biasa
9
Pengendali Hama (RPH), Ikatan Petani Pemandu PHT, Ikatan Petani
Alumni PHT, Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH) dan sebagainya.
10
Gerakan pengendalian dilakukan bersama-sama antara petani
(beserta kelembagaan kelompoknya) dan pemerintah (dalam hal ini
dilakukan Brigade Proteksi Tanaman, didukung oleh Balai Proteksi
Tanaman dan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit serta aparat
terkait lainnya).
B. Kelemahan
11
estándar mutu akan mempunyai daya saing yang lebih baik, dan selanjutnya
lebih mendorong pemasyarakatan penerapan PHT. Stándar mutu yang
diterapkan sesuai Sistem Sertifikasi Pertanian Indonesia (SI Sakti)
berdasarkan kategori prima 1,2,3. Dalam proses budidaya tanaman
dilaksanakan sesuai praktek GAP (Good Agricultura Practices).
12
4. Teknologi Spesifik Lokasi Untuk Komoditas dan Wilayah Masih Terbatas
C. Peluang
13
membayar lebih mahal dari pada produk biasa, memberikan peluang yang
sangat baik. Teknik budidaya yang benar melalui proses produksi yang ramah
lingkungan (menerapkan GAP) akan menghasilkan produk yang aman
konsumsi yang seminimal mungkin adanya cemaran (residu pestisida, toksin
dan cemaran lain), pertanian organik dan sejenisnya, menjadi usaha agribisnis
yang berpeluang baik untuk mengisi pasar lokal, regional dan internasional.
14
petani dan petugas dalam kaitannya dengan peningkatan daya saing untuk
memperoleh produk yang bermutu dan aman dikonsumsi.
D. Tantangan
15
petugas tersebut masih kurang jumlahnya, karena banyak yang memasuki
masa pensiun, alih tugas, dan sebagainya.
Dengan melihat pasar dunia sebagai titik masuk analisis, maka yang
menjadi persoalan adalah bagaimana meningkatkan daya saing produk
16
pertanian di pasar global. Tanpa daya saing yang tinggi, maka produk
Indonesia akan kalah bersaing di pasar internasional dan ini akan
menimbulkan dampak yang berat bagi perekonomian Indonesia, khususnya
apabila dilihat dari sudut pandang penyerapan tenaga kerja dan penerimaan
devisa negara. Oleh karena itu menjadi hal yang sangat penting untuk melihat
secara mendalam kaitan antara seluruh kebijaksanaan nasional dengan proses
pembentukan daya saing produk pertanian di pasar dunia, termasuk di
dalamnya adalah otonomi daerah, khususnya dikaitkan dengan pelaksanaan
perlindungan tanaman dan kesehatan hewan (termasuk karantina pertanian).
17
III. CAPAIAN KINERJA TAHUN 2005 – 2009
Selama kurun waktu tahun 2005 – 2009 kumulatif luas serangan OPT
utama pada tanaman buah cenderung mengalami penurunan dan serangan OPT
pada tanaman sayuran cenderung fluktuatif. Berbagai upaya pengendalian OPT
pada tanaman buah dilakukan termasuk upaya-upaya eradikasi tanaman
terserang (HLB/CVPD pada jeruk, layu pada pisang), perangkap (lalat buah),
pengolesan bubur bordo (jeruk, mangga), pengaturan irigasi (getah kuning
manggis). Kecenderungan fluktuasi serangan OPT sayuran disebabkan oleh
fluktuasinya luas dan lokasi penanaman komoditas sayuran, yang agak
menyulitkan pembinaan dan penerapan teknologi pengendaliannya.
18
manggis, dan mangga merupakan komoditas unggulan ekspor. Salak telah
berhasil diekspor ke China.
Pada tahun 2008 telah dilaksanakan 300 unit penerapan PHT terdiri dari
193 unit di berbagai sentra produksi hortikultura melalui pemasyarakatan PHT
(dengan pola SLPHT); yaitu dengan dana dekonsentrasi kepada UPTD BPTPH,
dan 173 unit kelompok SLPHT dalam rangka pengendalian OPT hortikultura di
11 provinsi yang mencakup 42 kabupaten/kota. Di samping itu, pada tahun
2008 juga telah berkembang penerapan PHT dengan pola SLPHT dalam rangka
penerapan GAP/SOP pada berbagai komoditas hortikultura. Jajaran
perlindungan tanaman di daerah (UPTD BPTPH) saat ini berperan aktif
mensosialisasikan dan memasyarakatkan PHT dengan penerapan GAP/SOP
budidaya hortikultura.
Pada tahun 2009, dengan dana APBN Pusat melalui dana Tugas
Pembantuan, pemasyarakatan PHT dengan pola SLPHT telah dilaksanakan
sebanyak 415 unit, terdiri dari 254 unit SLPHT di 29 Provinsi pada 32
komoditas dan 161 unit SLPHT di kabupaten/kota pada 21 komoditas
hortikultura.
19
D. Kelompok Pengguna Agens Hayati
20
Measures (ISPM) yaitu tentang surveillance, identifikasi, pembuatan koleksi
referensi yang merupakan bahan untuk pembuatan pest list. Selain pelatihan
teknis juga diberikan bantuan kelengkapan peralatan laboratorium antara lain
mikroskop untuk identifikasi.
21
Hasil pemantauan residu pestisida pada produk buah dan sayur pada
tahun 2009 menunjukkan hasil yang relatif sama, ialah sebagian besar produk
yang diuji menunjukkan residu yang aman dikonsumsi. Pada produk buah-
buahan telah dianalisis 4 komoditas (apel, mangga, anggur, markisa) dan
sayuran 7 komoditas (cabe merah, sawi hijau, bawang merah, tomat, kentang,
paprika, caisim).
22
IV. VISI, MISI, DAN TUJUAN
A. Visi
Visi perlindungan hortikultura adalah ”Terwujudnya Kemandirian
Petani dan Masyarakat Pertanian Lain dalam Penerapan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) pada komoditas hortikultura dalam Sistem Pertanian
Berkelanjutan dan Berwawasan Agribisnis”.
B. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, perlindungan hortikultura mempunyai misi :
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan petani dan
masyarakat pertanian lainnya tentang PHT
2. Memfasilitasi, motivasi, dan regulasi untuk terbinanya kemandirian petani
dan masyarakat pertanian lainnya dalam pengelolaan OPT hortikultura.
3. Melindungi petani dan konsumen dari akibat samping penggunaan bahan
kimia yang digunakan dalam pengendalian OPT.
4. Meminimalkan pencemaran lingkungan dan mempertahankan
keanekaragaman hayati di ekosistem pertanian.
5. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dari usaha taninya.
C. Tujuan
1. Menurunkan kerugian hasil karena gangguan OPT, anomali iklim
(kebanjiran, kekeringan); meningkatkan ekspor produksi hortikultura,
produksi hortikultura untuk konsumsi dalam negeri, baik jumlah maupun
mutu; serta meningkatkan pendapatan/kesejahteraan petani dan pelaku
agribisnis lainnya; mengurangi residu pestisida dalam proses produksi;
mengendalikan impor hortikultura.
2. Menyelamatkan kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alam
akibat serangan OPT dan anomali iklim.
3. Meningkatkan koordinasi instansi pemerintah, swasta dan masyarakat
terkait dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian perlindungan
hortikultura.
23
4. Mensinkronkan program dan kegiatan perlindungan hortikultura antar
berbagai instansi atau organisasi di tingkat pusat, antar instansi tingkat
pusat dengan perwakilan di luar negeri, antar Pusat dan Daerah (Provinsi
dan Kabupaten/Kota), dan antar daerah/wilayah.
5. Mensinergikan kegiatan perlindungan hortikultura yang merupakan bagian
dari sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan,
berkelanjutan, dan terdesentralisasi.
24
V. TARGET UTAMA DAN SASARAN STRATEGIS
A. Target Utama
Selama lima tahun ke depan (2010 – 2014) Kementerian Pertanian
mencanangkan 4 (empat) target utama, yaitu :
1. Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
2. Peningkatan diversifikasi pangan
3. Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor
4. Peningkatan kesejahteraan petani
Mengacu pada target utama tersebut, maka target utama yang akan
dicapai Direktorat Jenderal Hortikultura adalah peningkatan produksi dan mutu
hortikultura dalam rangka mendukung peningkatan diversifikasi pangan,
peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor serta peningkatan
kesejahteraan petani.
25
B. Sasaran Strategis
Sasaran strategis perlindungan hortikultura Tahun 2010 – 2014 adalah
proporsi luas serangan OPT utama hortikultura terhadap total luas panen. Luas
serangan OPT utama hortikultura selama Tahun 2010 -2014 maksimal 5 %
terhadap luas panen dengan rincian seperti grafik berikut :
26
VI. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Arah Kebijakan
Secara garis besar kebijakan perlindungan hortikultura adalah sebagai
berikut :
Paling tidak terdapat 6 (enam) kata kunci dalam penerapan PHT yaitu :
Keanekaragaman ekologi, sosial, dan budaya
Keuntungan ekonomi
Keberlanjutan produksi
Kuantitas dan kualitas produksi
Ketahanan terhadap pengaruh faktor luar
Kemandirian masyarakat petani.
27
manusia, makhluk hidup lainnya, serta lingkungan. Oleh karena itu
penggunaan pestisida dalam sistem PHT merupakan alternatif terakhir,
apabila cara pengendalian yang lain dinilai tidak memadai.
28
kemiringan lereng lebih dari 300 untuk tanaman hortikultura musiman dan
kemiringan lereng lebih dari 450 untuk lahan hortikultura tahunan
(pepohonan).
B. Strategi
29
VII. PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Program
B. Kegiatan
1. Administrasi Kegiatan
30
5. Monitoring dan Pengawasan Pelaksanaan Program dan Kegiatan
a. Koordinasi, Pemantauan dan Pengawasan Internal Lingkup Direktorat
Perlindungan Hortikultura
31
c. Pembinaan Penerapan Penggunaan Pestisida Secara Baik dan Benar
dengan Residu Minimum dalam Usahatani Hortikultura
d. Pembinaan Penerapan Penggunaan Agens Hayati dan Biopestisida
pada Tanaman Hortikultura
e. Pembinaan Teknis Operasional Laboratorium PHP Hortikultura
f. Pembinaan Penanggulangan OPT Utama Hortikultura
g. Pengelolaan Hama Lalat Buah (ACIAR)
h. Dukungan Kerjasama ACIAR dalam Pengelolaan OPT Mangga,
Manggis, Pisang
i. Penanganan OPT Pasca Panen
j. Tinjauan Pemanfaatan Pestisida pada Tanaman Hortikultura
32
VIII. PENUTUP
33
LAMPIRAN
34