Oleh:
BBPOPT adalah unit pelaksana teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan, BBPOPT secara teknis dibina oleh
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dan
Direktur Perlindungan Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura.
TUGAS
FUNGSI
Gedung utama dua lantai seluas 2.364 m2, yang berfungsi sebagai ruang staf, ruang
kuliah, ruang rapat, perpustakaan, dan laboratorium;
Laboratorium lapangan 4 unit, rumah kaca 4 unit, rumah kasa 2 unit, lahan sawah
untuk percobaan > 12 Ha, dan kebun koleksi;
Laboratorium entomologi, laboratorium fitopatologi, laboratorium vertebrata,
laboratorium agens hayati, laboratorium VHT, Laboratorium PCR, Laboratorium
multimedia, Laboratorium GIS;
Asrama (Dormitori) dengan 3 lantai sebagai fasilitas penginapan bagi peserta
pelatihan teknis/magang, terdiri atas 18 kamar instruktur dan 18 kamar peserta,
dengan kapasitas hunian sebanyak 60 orang.
Dari hasil kunjungan yang telah kami lakukan pada Kamis, 28 April 2019
Peramalan OPT
Peramalan OPT adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk mendeteksi atau
memprediksi populasi/serangan OPT serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang
ditimbulkannya dalam ruang dan waktu tertentu. Peramalan OPT merupakan
komponem penting dalam strategi pengelolaan hama dan penyakit tanaman sebab
dengan adanya peramalan dapat memberikan peringatan dini mengenai tingkat dan
luasnya serangan. Tujuan peramalan OPT adalah menyusun saran tindak pengelolaan
atau penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip dan strategi PHT sehingga
populasi/serangan OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi,
secara ekonomis menguntungkan dan aman terhadap lingkungan.
Adapun sistem peramalan yang dilakukan oleh BBPOPT terdapat tiga sistem
peramalan yaitu :
Peramalan tingkat petak
Model peramalan yang dibangun dan diimplemantasikan di tingkat petani pada areal
yang sempit atau tingkat petak. Komponen ekosistem yang dipakai relatif homogen
(komoditi, varietas, stadia dan keadaan lingkungan fisik), kecuali populasi/serangan
OPT dan musuh alaminya mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pelaksana
peramalan dan pengambilan keputusan petani. Faktor kunci satu strata
variabel(pop./inten.ser.OPT dan musuh alami dalam musim, meramal populasi/
serangan saat fase kritis.
Peramalan tingkat hamparan
Model dibangun dan diimplemetasikan pada areal yang cukup luas (hamparan
pertanaman). Kondisi ekosistem relatife heterogen (komoditi, varietas, stadia,
budidaya dan keadaan lingkungan). Pelaksanaan peramalan dan pengambilan
keputusan dilakukan oleh kelompok tani. Faktor kunci dua strata variabel yaitu : (1)
pop./inten.ser.OPT dan musuh alami dan (2) komposisi komoditi, varietas, stadia dan
keadaan lingkungan, dalam musim yang sedang berlangsung, serta
mempertimbangkan keadaan variabel tersebut pada musim tanam sebelumnya.
Peramalan tingkat wilayah
Wilayah yang dimaksud meliputi batas administrasi tertentu (desa, kecamatan,
kabupaten, propinsi, nasional, regional ataupun internasional). Model dibangun dan
diimplementasikan pada tingkat wilayah dengan ekosistem yang sangat heterogen
(luasnya, keadaan lingkungan, budidaya juga perbedaan ekonomi, sosial dan budaya).
Pelaksana peramalan dan pengambilan keputusan oleh petugas/institusi(bekerjasama
dengan petugas/institusi yang terkait sampai petugas lapang dan kelompok tani).
Faktor kunci peramalan mempertimbangkan strata yang ketiga yaitu tingkat ekonomi,
sosial dan budaya masyarakat petani.
Selain itu kami mendapatkan materi dari BBPOPT yaitu organisme pengganggu pada
tanaman pangan khususnya padi diantaranya yaitu :
a. Wereng batang cokelat (WBC)
WBC berukuran kecil, nimfa yang baru menetas berukuran < 1 mm dan dewasa ± 3
mm. Hidup dan menghisap cairan tanaman di bagian pangkal batang/pelepah
tanaman. Apabila populasi tinggi WBC sampai di daun terutama dewasa bersayap
panjang. Nimfa kecil berwarna putih dan semakin tua beru-bah menjadi kekuning-
kuningan, coklat muda akhirnya menjadi coklat/coklat tua.
Penyebab terjadinya serangan wereng batang cokelat ini salahsatunya dikarenakan
adanya penanaman varietas rentan/peka dan pola tanam yang tidak teratur, sehingga
memicu perkembangan dan penyebaran wereng. Selain itu penggunaan insektisida
yang tidak bijaksana, tidak memenuhi kaidah 6 tepat (jenis, konsen-trasi/volume
semprot, dosis, sasaran, cara, dan waktu aplikasi), menyebabkan wereng dapat
menjadi kebal terhadap insektisida dan terbunuhnya musuh alami sehingga wereng
cepat berkembang. Apabila populasi tinggi, warna daun dan batang tanaman berubah
menjadi kuning, kemudian berwarna coklat jerami, dan akhirnya seluruh tanaman
bagaikan disiram air panas kuning-coklat dan mengering (“hopperburn”). WBC juga
dapat menularkan penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa.
Kerdil rumput: tanaman menjadi kerdil, beranak banyak, daun menjadi pendek, dan
tidak bermalai.
Kerdil hampa: tanaman menjadi kerdil, daunnya terpuntir dan pendek, kaku sobek-
sobek, terdapat puru, anakan bercabang dan malainya hampa (BBPOPT, 2013).
d. Penyakit blas
Penyakit blas yang sering juga disebut penyakit Pyricularia grisea, sudah lama
dikenal di Indonesia. Penyakit ini dijumpai hampir di semua lokasi persawahan di In-
donesia. Kerugian yang disebabkan oleh penyakit ini dapat mencapai 90% tergan-tung
pada bagian tanaman yang diserangnya. Gejala penyakit blas secara umum dapat
digolongkan menjadi blas daun (leaf blast) yang menyerang pada stadia vegetatif dan
busuk leher (neck rot) yang menyerang fase generatif. Gejala awal dimulai dari bercak
kecil berwarna coklat keputihan. Gejala akan berkembang dengan cepat pada kondisi
kelembaban tinggi dan varie-tas yang peka. Bercak dapat berkembang sampai ukuran
panjang 1 - 1,5 cm dan lebar 0,3 - 0,5 cm, biasanya tepi bercak berwarna coklat.
Bercak pada daun mempunyai ciri khas berbentuk kumparan atau elips ditengah dan
meruncing dikedua ujungnya atau berbentuk belah ketupat. Bagian tengah bercak
berwarna kelabu atau keputihan, dan bagian tepi biasanya cokelat atau merah
kecoklatan. Bentuk dan warna bercak tergantung pada kondisi lingkungan, umur
bercak, dan kepekaan tanaman padi (BBPOPT, 2013)
e. Penyakit tungro
Virus tungro merupakan salahsatu penyakit penting pada tanaman padi karena
memiliki potensi kerusakan tinggi. Penyakit ini disebabkan infeksi ganda dari rice
virus tungro bacilliform virus (RTBV) dan rice virus tungro spherical virus (RTSV),
dengan perantara wereng hijau (Nephtettix virescens Distant) semipersisten. Penyakit
ini disebabkan oleh wereng hijau sebagai vector utama yang paling efektif,
monophagus pada tanaman padi dan spesies dominan di dareh tropis (Siwi dan
Yuzuki, 1991). Tanaman padi yang terinfeksi virus tungro tumbuh agak kerdil, daun
muda warna kekuningan dari ujung daun, dan daun yang kuning tersebut Nampak
agak melintir, daun yang agak tua warna kuning hingga orange-kuning, anakannya
lebih sedikit, dan tinggi tanaman tidak merata. Pada persemaiaan, penularan virus
tungro terlihat daun ketiga yang berwarna kekuningan dan agak melintir.
III. Penutup
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pusat yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur
Jendera Tanaman Pangan dan secara teknis dibina oleh Direktur Perlindungan
Tanaman Pangan dan Direktur Perlindungan Hortikultura. Hal tersebut tercantum
dalam Permentan Nomor: 76/ Permentan/ OT.140/11/2011 tanggal 30 November
2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan. Dalam kedudukannya BBPOPT mengemban tugas
melaksanakan dan mengembangkan peramalan OPT serta rujukan proteksi tanaman
pangan dan hortikultura.
Di dalam BBPOPT ini terdapat banyak sekali fasilitas dan laboratorium yang
sangat berguna bagi peneliti ini yang dimana BBPOPT dilengkapi dengan sarana dan
prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya. Adapun lab yang saya
kunjungi Fitopatologi atau disebut juga ilmu penyakit tumbuhan adalah salah satu
cabang ilmu yang mempelajari interaksi antara tanaman, patogen (penyebab penyakit)
dan lingkungan