Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan Kehilangan hasil timbul sebagai salah satu akibat sakitnya
tumbuhan. Biasanya perkiraan kehilanagan hasil dihubungkan dengan keparahan
penyakit. Bagian tumbuhan yang tepat memperkirakan kehilanagn hasil ini adalah
bagian yang mendatangkan hasil, misalnya daun pada sayuran dan batang pada karet.
Yang agak meragukan adalah apabila lebih dari satu bagian tanaman yang dapat
membentuk hasil(Stetina et al 2006).
Pengendalian Organisme Pengganggu tanaman dilakukan setelah mengetahui
penyabab penyakit, dinataranya disebabkan oleh jamur, hama, gulma, bakteri,
nematoda dan virus. Untuk mengetahui tersebut haruslah mengetahui gejala dan tanda
dari penyakit tersbut.
Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala (symptom)
penyakit pada tumbuhan. Pada umumnya tumbuhan yang sakit akan menunjukkan
gejala yang khas dan dengan mudah gejala tersebut dapat dilihat dengan mata tanpa
alat bantu. Yang dimaksud gejala penyakit yaitu kelainan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai akibat dari adanya gangguan
penyebab penyakitnya, apakah disebabkan oleh mikoorganisme patogenik, virus
ataukah oleh penyebab penyakit abiotik segingga akan lebih memudahkan dalam
langkah – langkah yang tepat untuk melakukan usaha – usaha pengendalian penyakit
(Sukamto, 1998).Untuk pengendalian OPT tersebut salah satunya adalah dengan
menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida. Namun
penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik bagi kesehatan
manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak negatif ini akan terus terjadi
seandainya dalam aplikasinya tidak bijaksana yaitu harus tepat dosis, jenis, cara,
aplikasi, waktu dan tepat sasaran.
Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida
diantaranya : Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian
terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan
berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Sehingga

1
penggunaan pestisida kimia sangatlah tidak baik bagi lingkungan dan kesehtan
manusia.Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat
dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari
tumbuhan (pestisida nabati).
Berdasarkan uraian sebelumnya maka perlu dilakukan percobaan tentang
penggunaan pestisida nabati sebagai upaya untuk mengurangi dampak yang dapat
ditimbulkan oleh pestisida buatan atau kimia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Sebagai studi banding antara ilmu yang didapat di bangku perkuliahan dengan
pelaksanaan teknis di lapangan.
b. Agar Mahasiswa lebih tanggap terhadap permasalahan di lapangan dan dapat
memberikan alternatif pemecahan.
c. Untuk mempererat kerja sama antara Universitas Tanjungpura Pontianak pada
umumnya dan Fakultas Pertanian pada khususnya dengan pihak instansi
tempat praktek magang.
d. Sebagai salah satu upaya pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sekaligus
sebagai upaya peningkatan dalam bidang perkebunan terhadap instansi
pemerintah dan masyarakat

2. Tujuan Khusus
a. Memplajari secara langsung tahapan-tahapan dalam bekerja di laboratorium.
b. Mengetahui, mempelajari dan mempraktekkan cara identifikasi yang
dilakukan di Balai Proteksi Tanaman perkebunan terhadap jenis-jenis
organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman perkebunan serta teknik
pengendalian yang dilakukan
C. Metode Pendekatan
Selama melaksnakan praktek kerja lapangan atau magang. Serta dalam
pengumpulan data menggunakan beberapa pendekatan anatara lain:

1. Metode Wawancara ( Interview)

2
Wawancara dilakukan dengan kepala balai, Penyelia, Analis, Petani dan Karyawan
yang bersangkutan secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dilaboratorium dan lapangan.

2. Metode Observasi

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat sendiri dan mempelajari secara
langsung kegiatan-kegiatan yang ada di laboratorium dan di lapangan.

3. Metode Pustaka

Menggunakan literatur atau pustaka yang sesuai dengan masalah yang diamati di
laboratorium dan lapangan selama kegiatan magang serta memanfaatkan
perpustakaan yang ada di Balai Proteksi Tanaman Perkebunan.

4. Metode Dokumentasi

Pengambilan gambar kegiatan eksplorasi dilapangan, inokulasi, isolasi, jenis Agen


Pengendali hayati, patogen bahan dan alat yang digunakan sebagai lampiran untuk
memperjalas kegiatan yang dilakukan selama kegiatan yanga da di Balai Proteksi
Tanaman Perkebunan.

D. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat diangkat dari urutan latar belakang kegitana magang
ialah sebagai berikut:

1. Apakah dengan pemberian pestisida nabati dapat menekan pertumbuhan


cendawan patogen Colletotricum sp pada media agar?
2. Berapakah konsentrasi pestisida nabati Mitol ( Bahan Aktif Eugenol) yang sesuai
dalam menekan pertumbuhan koloni cendawan Colletotricum sp sehingga dapat
diaplikasikan dalam pengendalian penyakit yang disebabkan oleh cendawan
Colletotricum sp ?

3
BAB II
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

A. Keadaan Lokasi Magang

Kegiatan praktek lapangan (magang) beralamat di Balai Proteksi Tanaman


Perkebunan yang terletak di jalan Budi Utomo Siantan Hulu. Jumlah pegawai atau SDM
di BPTP ada 112 orang yang terdiri dari 17% sarjana pertanian, 42 % D1 perlindungan ,
dan 41 % SMA

Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak adalah salah satu unit
pelayanan teknis yang berada dibawah Direktorat Perlindungan Perkebunan , Direktorat
Jendral Perkebunan yang dibentuk dalam rangka mendukung berbagai kebijakan dibidang
perlindungan tanaman perkebunan.

Pembentukan BPTP Pontianak berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian


Nomor 749/Kpts/OT.210/1994 tanggal 13 Desember 1994, dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pelaksanaan krgiatan proteksi tanaman perkebunan, dilakukan
penyempurnaan organisasi dan tata kerja balai dengan Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 115/Kpts/OT.210/2003 tanggal 14 Februari 2003. Selanjutnya untuk meningkatkan
peran Balai Proteksi Tanaman Perkebunan dilakukan penataan organisasi dan tata kerja
Balai Proteksi Tanaman Perkebunan pontianak dengan peraturan Menteri Pertanian
Nomor: 11/Permentan/OT.210/02/2008 tanggal 6 Februari 2008 terdiri atasempat buah
seksi yaitu Seksi data dan informaasi, Seksi Pelayanan Teknis, Seksi Jarigan Laboratorium
dan Sub Tata Usaha dan kelompok jabatan fungsional.Kelompok jabatan fungsional
adalah petugas teknis BPTP yang bertugas di unit-unit Laboratorium, Brigade Proteksi
Tanaman (BPT) dan Unit pembinaan Perlindungan Tanaman (UPPT) yang tersebar di
seluruh kabupaten di Kalimantan Barat.
B. Tugas dan Fungsi Balai Proteksi Tanaman Perkebunan

Tugas dan fungsi Balai Proteksi tanamn Perkebunan berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia No. 11/Permentan/OT.210/02/2008 tanggal 6 Februari 2008
tentang Organisasi dan tata kerja Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak, adapun
tugas pokok dan fungsi BPTP Pontianak adalah:

4
1. Tugas

“Melaksanakan Analisis dan Pengembangan Proteksi Tanaman Perkebunan”

2. Fungsi

a. Pelaksanaan identifikasi Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan.


b. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta factor
yang mempengaruhinya.
c. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim
serta faktor yang mempengaruhinya.
d. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan dan perlepasan agens hayati
OPT Perkebunan.
e. Pelaksnaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan, taksasi
kehilangan hasil dan teknis pengendalaian OPT perkebunan.
f. Pelaksnaan eksplorasi dan inventarisasi musuh alami OPT perkebunan.
g. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kuantitas pelepasan
dan evaluasi agens hayati perkebunan.
h. Pelaksanaan pengembanagan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasipada
implementasi pengendalaian hama terpadu.
i. Pelaksnaan pengujian dan pemanfaatn pestisida nabati.
j. Pengelolaan data dan informasi kegiatan analisis teknis dan pengembanagan
proteksi perkebunan.
k. Pelaksnaan pengembangaan jarngan data kerjasama laboratium.
l. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga balai.

C. Motto, Visi dan Misi

1. Motto
Motto Balai Proteksi Tanaman Perkebunan adalah “Kebun Terlindungi, Produksi
Lestari”

2. Visi

Visi Balai Proteksi Tanaman Perkebunan adalah”Menjadi Instansi yang


Profesional dan Memberikan Pelayanan Teknis Perlindungan Perkebunan bagi
Pelaku Usaha Perkebunan”

3. Misi

5
Misi BPTP Pontianak adalah:

 Meningkatkan pengenbangan teknologi perlindungan perkebunan yang


berwawasan lingkungan.
 Meningkatkan pelayanan analisis perlindungan perkebunan kepada pelaku
usha perkebunan
 Memperkuat sistem informasi manajemen perlindungan perkebunan
(SIMP)
 Menegakkan hukum terkait bidang perlindungan pertanian

4. Sumberdaya dan Pemanfaatnya

Berbagai Sumberdaya yang tersedia di BPTP Pontianak terdiri dari:

1. Ketenagaan

Jumlah tenaga pelaksana atau SDM di Balai Proteksi Tanaman Perkebunan


(BPTP) pontianak sebanyak 112 orang yang terdiri dari:

a. Sarjana Pertanian 17%

b. D1 Perlindunagn 42%

c. SLTA 41%

2. Instalasi BPTP Pontianak terdiri dari:

a. Satu unit Laboratorium Lapangan ( LL)


b. Satu unit laboratorium Uatama Pengendalian Hayati ( LUPH)
c. Satu unit Brigade Proteksi Tanaman ( BPT)
d. Satu unit Sub Laboratorium Hayati (Perubahan dari unit BPTP)
e. 33 unit Pembinaan Perlindungan Tanaman (UPPT) yang tersebar di
seluruh Kalimantan Barat

3. Keadaan Operasional

Kendaraan operasional di BPTP Pontianak sampai dengan akhir tahun 2012


terdiri dari:

a. Kendaraan roda 4

b. Kendaraan roda 2

4. Peralatan Kerja

6
Perlatan kerja yang tersdia untuk mendukung kelancaran berbagai kegiatan di
BPTP PontianakPontianak terdiri dari :

a. Perlataan kantor

b. Perlatan laboratorium

c. Peralatan operasional

d. Peralatan Pertanian

e. Peralatan meteorologi ( rusak berat dan tidak dapat dioperasikan)

7
BAB III
KEGIATAN MAGANG

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan magang diikuti dan dilaksanakan di BPTP Pontianak dimulai tanggal 16


Agustus 2017 sampai dengan 16 September 2017. Kegiatan magang dilakukan
berdasarkan jam kerja di Balai Proteksi Tanaman perkebunan dari hari senin sampai hari
jumat. Pada hari senin sampai denhgan Kamis Jam kerja dimuali pukul 07:30, istrirahat
11:30 s.d. 13:00, dan pulang pukul 16:00, sedangkan hari jumat pulang pukul 16:30.

B. Metode Pelaksanaan Magang

Metode magang yang dilaksnakaan ialah mengikuti kegiatan yang ada di BPTP
Pontianak baik di lapangan dan dilaboratorium. Metode pendukung ialah dengan
pendekatan metode wawancara, obsevasi, pustaka dan dokumenatsi. Berdasarkan berbagai
kegiatan magang salah satu kegiatan di fokuskan untuk sebagai pembahasan dalam
kegiatan magang.

C. Kegiatan Lapangan

1. Penyiapan alat dan bahan untuk kegiatan lapang

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan eksplorasi gejala penyakit tanaman pada
kebun lada ialah:

 Gunting Tanaman
 Cutter atau pisau
 Steples
 Skop tanah
 Cold box
 Kantong plastik
 Alat tulis dan label

2. Identifikasi gejala OPT pada tanaman lada

Gejala adalah perubahan penampilan tanaman atau bagian-bagiannya yang terlihat, yang
muncul karena penyakit(tabel ). Gejala dapat merupakan akibat dari gangguan terhadap

8
kemampuan tanman untuk mealkukan fotosintesis secara efisien, berkembangbiak, menyerap
air, atau mengangkut zat hara.

Tabel 1
Gejala Uraian
Antraknos (antraknose) Jejas hitam, nekrosis, disebabkan oleh Coletotrichum
Embun hitam (black koloni jamur parasit (Meliolales) yang hitam dan rapat, biasanya
mildew) di permukaan daun tanaman tropik
Hawar (blight) Kematian jaringan tanaman yang terjadi secara cepat dan
menyebar luas
Kanker(canker) Jejas nekrosis cekung yang sering terdapat pada batang berkayu,
cabang atau akar
Rebah semai (damping-off) Kerebahan dan pembususkan semai dekat permukaan tanah
sebelum muncul atau segera steleah muncul di atas tanah,
disebabkan oleh jamur seperti Phytium dan Rhizoctonia
Mati pucuk(dieback) Kerontokan daun sebagian, kematian ranting dan cabang, bahkan
kematian seluruh bagian tanaman
Bulai, embun berbulu ‘bloom’ keputihan-putihan pada daun dan batang yang
(downy mildew) disebabakan oleh koloni sporangiofor dan sporangia anggota
Peronosporales
Enasi(enation) Pertumbuhan abnormal dan kecildari jaringan inang, sering
berupa perluasan mendatar dari pembuluh-pembuluh,
terutamanpada daun dan bunga
Fasiasi(fasciation) Pertumbuhan berlebihan (proliferasi) pada tunas yang tanpak
sebagai berkas-berkas tipis dan mendatar dari tunas yang
melengkung atau keriting
Puru, nyali(gall) Pembekakan yang abnormal atau tumor
Gumosis(gummosis) Keluarnya getah dari jaringan inang
lesio, belur(lesion) Areal tertentu dan terbatas dari jaringan yang sakit
mosaik(mosaik) Variasi tak sempurna dari warna hijau muda dan hijau tua pada
daun, yang merupakan gejala dari banyak penyakit virus
Filodium(phyllody) Bunga yang berubah bentuk menjadi struktur daun
Embun tepung(powdery ‘bloom; seperti tepung berwarna putih dan permukaan tanaman,
mildew) terdiri atas miselium jamur, konidiofor dan konidia jamur embun

9
tepung (Erysipjales)
Bisul,putsul(pustule) Lepuh di tempat di tempat munculnya jamur
Buncak akar(root knot) Pembengkakan atau puru (nyali) pada akar yang disebabkan oleh
nematoda tertentu
Busuk(rot) Pelunakan dan disintegrasi jaringan tanaman oleh enzim yang
dihasilkan patogen (dapat keras, lunak, kering, basah, hitam,
putih dsb.)
Karat (rust) Bisul yang dibentuk oleh jamur karat ( Uredinales)
Kudis (scab) Areal sakit yang kasar, dengakal, menyerupai kerak
Lepuh (scald) Jaringan yang tampak seakan-akan terbakar oleh air panas
Lubang gotri (shot hole) Penyakit daun dengan jaringan mati yang luruh dan
meninggalkan lubang bundar
Jamur api (smut) Massa spora hitam pada daun, batang dan bunga, dosebabkan
oleh jamur api ( Ustilaginomycetes)
Jamur jelaga (scooty mold) Lapisan koloni saprobik yang rapat dari jamur yang berwarna
gelap dan dangkal (seringkali Capnodiales) yang hidup pada
kotoran serangga (seringkali afid atau kutu) pada permukaan
ddaun dan cabang
Menghijau (virescence) Munculnya warna hijau dibagian-bagian tanaman yang biasanya
tidak berwarna hijau terutama pada bunga
Layu (wilt) Hilangnya pembekakan dan terkulainay bagian-bagian tanaman
Sapu setan (wutcjes’ Proliferasi (pertumbuhan yang tidak teratur dan berlebihan) pada
brfoom) kuncup dan tunas yang muncul pada atau dekat tempat yang
sama

Gejala penyakit tanaman lada yang terdapat di kebun Koleksi BPTP ialah:

a. Busuk Pangkal Batang


Gejala yang paling mencolok adalah layunya tanaman, daun menjadi kuning dan
lemas. Sering daun menjadi hitam dari cabang-cabang yang paling bawah dan
menjalar ke atas.
Setelah tampaknya gejala layu yang pertama kali, biasanya penyakit berkembang
dengan cepat, sehingga tanaman mati dalam waktu 10 hari. Bahkan dalam cuaca
kering tanaman telah mati dalam waktu 3-4 hari. Dalam hal yang terakhir ini daun-

10
daun kering itu melekat pada pohon, berwarna hitam, sehingga tanaman yang mati
tanpak seperti habis terbakar. Penyakit busuk pangkal batang di sebabkan oleh
Phytoptora capsici.
b. Penyakit Kuning
Gejala pertama tampak dengan terhambatnya pertumbuhan tanaman, tetapi gejala
menguning yang khas dan gugurnya daun-daun pada umumnya terjadi setelah tanman
berbuah yang pertama kali. Bulir-bulir lada tidak cepat gugur seperti daun-daun.
Tanaman yang tua pun dapat menderita serangan nematoda dan dapat mati dalam
jangka waktu pendek, karena lignifikasi akar-akar pokok berlangsung lambat.
Kerusakan terjadi pada jari-jari empulur yang lebar karena dimasuki oleh nematoda
dan menyebabakan kematian akar.
Oleh karena nematoda, penyebab utama penaykit ini, memancar secara aktif di dalam
tanah, kelompok tanaman sakit meluas secara teratur dan areal yang diserang
dikelinglingi oleh tanamn lada dengan berbagai tingkat perubahan warna dan
kematian, didekatnya terdapat tanaman-tanaman yang tampak sehat, tetapi akarnya
sudah terinfeksi.di samping kelompok tanaman tersebut terdapat infestasi-infestasi
yang terpisah, yang disebabkan karen atanah bernematodayang terangkut secara tidak
sengaja. Dapat juga tanaman sakit yang terdapat disaerah drainasi yang disebabkan
nematoda terbawa oleh air yang mengalir. Penyebab utama penyakit kuning ialah
nematoda Radopholus similis dan sering dibantu oelh nematoda Meloidogyne
incognuta, Fusarium solani, F. Oxysporum dan keadan sekitar yang tidak baik.

c. Jamur Rumah Laba-laba


Pada lada sering terdapat jamur rumah laba-laba yang membentuk benang-benang
putih bercabang-cabang pada batang dan cabang. Pada batang dan cabang ini jamur
hidup sebagai epifit, tetapi setelah mencapai daun, jamur berubah menjadi parasit
yang dapat mematikan daun. Daun yang kering masih tergantung pada cabang karena
terikat oleh benang-benang jamur ( Steinnmann. 1928). Penyakit ini tidak merugikan
sehingga tidak perlu dilakukan usaha khusus untyuk mengelolanya. Jamur hanya
terdapat pada lada dan tidak pada jeenis-jenis piper lainnya.

d. Mati pucuk

11
Gejalanya diantaranya mati nya pucuk cabang tanaman lada pada cabang-cabang
karena kondisi tanaman yang lemah. Apabila ranting-ranting yang mati diisolasi akan
ditemukan tanda Gloesporium dan Fusarium.

e. Antraknos
Pada umumnya Colletotricum gloesporioides menyebabkan antraknos pda tanaman
lada, meskipun kerugian yang terjadi kurang berarti. Mula-mula berbentuk bercak-
bercak kecil cokelat muda dikelilingi oleh tepi kebasah-basahan. Bercak membesar
sampai 30-5 mm dikelilingi oleh warna cokelat tua. Sering bercak mempunyai zone-
zone kosentrik.
f. Bercak-Bercak Daun
Pada daun dewasa sering terdapat bercak-bercak daun yang tidak menimbulkan
kerugian berarti. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada tanaman-tanaman yang
lemah. Warna bercak bervariasi dari kelabu, cokelat, dan hitam.ada yang mempunyai
lingkaran-lingkaran yang sepusat. Umumnya bercak daun disebabkan jamur-jamur
Pestalotiopsis(Pestalotia), Phyllosticta, Colletotrichun, Culvularia dan Fusarium.
g. Penyakit Buah Hitam
Penyakit ini tidak memyebabkan matinya tanaman , akan tetapi menyebabkan
gugurnya unga sebelum pembentukan buah dan menghambat pertumbuhan buah.
Buah yang berkembang terus menghasilkan ukuran yang lebih kecil dari pada biasa,
terdapat bintik-bintik hitam kecil karena Colletotrichum sppdan bulu-bulu keemasan
yang terdiri atas sporangiofor dan sporangium Cephaleuros virescen. Colletotricum
tersebut dikeathui terdiri tiga jenis yaitu C. Capsici, C. Piperis, dan C.
Gloeosporioides. Jamur juga menyerang daun-daun baik yang muda dan tua
membentuk bercak dengan titik-titik hitam.

3. Pengumpulan dan penanganan sampel dari lapangan

Kegiatan pemilihan spesimen atau sempel untuk mendiagnosis penyakit tanaman


memerlukan kehati-hatian. Contoh-contoh tanaman terbaik untuk dikumpulkan adalh yang
berada pada tingakat awal hingga pertengahan perkembangan penyakit, ketika patogen
masih aktif. Sampel tanaman berpenyakit parah seringkali tidak dapat digunakan, karena
patogennya muniin sudah tidak dapat hidup dan organisme saprob munkin sudah
mengkoloni jarigan-jaringan nekrotik, sehingga isolasi patogen sulit dilakukan. Pemilihan
material juga penting. Perlunya menggunakan literatur sebagai pengetahuan dasar tentang

12
gejala dan cara terbentuknya diperlukan untuk menjamin bahwa bagian tanaman yang
dikumpulkan terinfeksi patogen.

Pengambilan sampel daun, batang , buah dan tanah

a) Daun dikumpulkan ketika permukaannya kering, yang mana cara mengeringkannya


dengan menggunakan kertas koran atau kertas penghisap lain selain tisu. Kegiatan ini
dilkaukan khusus daun yang yang dirasa masih basah atau dalam keadaan basah.
Dilakukan penggantian koran selama dlam penyimpanan minimal sehari sekali.
b) Sampel batang bergejala memiliki areal jaringan yang sehat dan yang sakit.
Selanjutnya secara hati-hati dibungkus satu persatu dengan koran karean untuk
menghindari keruskan sampel.
c) Sewaktu mengumpulkan spesimen berdaging seperti buah, contih yang dipilih ialah
yang memiliki tingkat perkembanagan gejala penyakitnya masih dini hingga tingkat
pertengahan. Hal ini dilakukan untuk menghindari tingkat perkembanagan gejala yang
lanjut , dimana akan memepersulit diagnosa patogennya. Spesiman dibungkus dengan
menggunakan koran tanpa menggunakan plastik.
d) Tanah yang disampling ialah tanah yang tidak sangat basah dan sangat kering.
Kedalaman tanah yang diambil ialah kisaran 5-10 cm di bawah permukaan tanah,
karena di kedalaman ini zona akar, patogen-patogen tanaman cenderung paling
banyak dijumpai. Banykanya tanah yang diambil ialah sekitar 250-300 g.

Pelebelan spesimen sampel secara sederhana dilakukan saat pembilan sampel,sedangkan


pelebelan secara lengakap dlakukan ketika akan dibawa ke laboratorium atau untuk
disempan sementara. Rincian informasi pada label ialah nama tanaman dan bgaian
tanaman yang menunjukkan gejala, letak tempat asal tanaman sampel (asal), tanggal
pembambilan(koleksi), nama kolektor dan infomarsi gejala penyakit yang ditimbulkan.

4. Pengenalan tanaman pestisida nabati di BPTP Pontianak

Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam,
misalnya tumbuhan. Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga
tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena
residunya akan terurai dan mudah hilang. Pestisida nabati dapat membunuh atau
mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat
melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat
spesifik, yaitu :

13
a. merusak perkembangan telur, larva dan pupa.
b. menghambat pergantian kulit.
c. mengganggu komunikasi serangga.
.
g. memblokir kemampuan d. menyebabkan serangga menolak makan.
e. menghambat reproduksi serangga betina.
f. mengurangi nafsu makan makan serangga.
h.mengusir serangga.
i. menghambat perkembangan patogen penyakit.
Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan
pestisida nabati adalah :
a. murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani.
b. relatif aman terhadap lingkungan.
c. tidak menyebabkan keracunan pada tanaman.
d. sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama.
e. kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.
f. menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
Sementara, kelemahannya adalah : daya kerjanya relatif lambat. tidak membunuh
jasad sasaran secara langsung. tidak tahan terhadap sinar matahari. kurang praktis. tidak
tahan disimpan. kadang-kadang harus diaplikasikan / disemprotkan berulang-ulang.

Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer)


gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Namun, apabila tidak dijumpai alat
semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan kuas penyapu
(pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya, alat tersebut dicelupkan kedalam
ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman.
Supaya penyemprotan pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus
diarahkan ke bagian tanaman dimana jasad sasaran berada. Apabila sudah tersedia
ambang kendali hama, penyemprotan pestisida nabati sebaiknya berdasarkan ambang
kendali. Untuk menentukan ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan hama seteliti
mungkin. Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama sudah terlanjur besar
pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan pengendalian. Contoh tanaman
yang dapat digunakan sebagai pestisida:

Tabel. 2. Tanaman pestisida nabati

14
Bagian Kandungan Bahan
No. Nama Tumbuhan Jenis Pestisida
tumbuhan Aktif
1 Patah tulang daun Moluskisida
Duan, bunga, Saponin, fivanoid,
2 Babadotan Insektisida
batang, akar pilifenol
3 Lempuyang gajah rimpang Insektisida
Lempuyang
4 rimpang Insektisida
emprit
5 Salam daun Perangsang tumbuh
Meulaluka (daun
6 daun metyleugenol Pemikat
wangi)
7 Kecubung biji scopolamin Insektisida
8 Mimba biji azadirachtin Insektisida
9 Mindi Biji, daun azadirachtin Insektisida
10 Bengkoang biji pachirrizid Insektisida
11 Serai dapur daun Insektisida
12 Nilam daun Insektisida
13 Saga biji Tanin, toksalbumin Insektisida
Daun, bunga,
14 Secang brazilin Insektisida; bakterisida
biji
15 Brotowali batang berberin Insektisida
16 Sirsak Daun, biji annonain Insektisida, larvasida
17 Srikaya biji Annonain, resin Insektisida
Insektisida, fungisida,
18 Jambu mete Kulit biji Anarkadat, kardol
bakterisida
19 Gadung racun Umbi Dioskorin Rodentisida
20 Gadung KB Umbi Diosgenin, saponin Rodentisida
Surenon, surenin,
21 Suren Daun Insektisida
surenolakton
22 Kenikir Daun, bunga Pepeirton, terhtienil Nematisida
Evodiamin,
23 Zodia Daun, bunga Insektisida
rutaecarpin
24 Gadung racun Umbi Dioskorin Rodentisida
25 Selasih Daun, bunga Metyleugenol Pemikat
Bunga, tangkai
26 Cengkeh Minyak atsiri Fungisida
bunga, daun
Penolak, Insektisida,
27 Tembakau Daun, batang Nikotin
akarisida
Asang jengkolat,
28 Jengkol biji Pengusir tikus
ureum, belerang
Semua bagian Insektisida,
29 Jarak Ricin
tanaman nematisida, fungisida
30 Klerak/lerak buah Saponin Insektisida
31 Blimbing wuluh buah Bakterisida
32 Sirih daun Feno,kavokol Insektisida, fungisida,

15
bakterisida
33 Jambu biji daun Bakterisida
34 Gamal daun tanin Insektisida
35 Pinang biji Arekolin Moluskisida

Berdasarkan contoh tanamn pestisida nabati tersebut, ada salah satu bahan aktif Eugenol yang
berasal dari tanamn cengkeh. Pestisida nabati ini dapat digunakan dalam pengendalaian
beberaapa OPT yaitu:

1) Jamur patogen tanaman anatar lain: Fusarium, Rizoctonia, Xhantomonas,


Pseudoomonas solanacearum, Sclerotium, Phytoptora, Gadoderma,JAP, karat daun.
2) Jamur kontaminan dalam gudang anatar lain: Aspergilus, Penicellium
3) Beberapa hama penting yaitu keong mas dan Helopeltis

D. Kegiatan Laboratorium

1. Pembuatan Media Potato Dextrise Agar ( PDA) dan Water Agar (WA)
Media PDA (Potatoes Dextrose Agar) merupakan media tumbuha yang paling
umum digunakan untuk menghasilkan kultur murni jamur, sesuai namanya, media ini
terdiri dari kentang (sari kentang), gula, dan agar-agar. Water Agar ( WA) merupakan
media tumbuh yang minim akan nutrisi yang digunakan untuk mengisolasi bagian
tanaman sakit. Media WA digunakan pertama kali isolasi bagian tanamn tanaman
bergejala penyakit khususnya jamur patogen. WA digunakan agar yang diharapkan
tumbuh pada media hanyalah cendawan patogen tidak mikroorganisme lain seperti
saprofit dan bakteri. PDA dan WA bisa diperoleh dalam bentuk instan yang dapat
dibeli di toko-toko kimia tertentu atau bisa juga diracik sendiri Pembuatan PDA dan
WA menjadi salah satu kegiatan magang ialah sebagai berikut.
a) Alat dan bahan
Alat yang digunakan ialah: tabung reaksi/cawan petri/gelas ukur ukuran
1000ml dan 500 ml, Elenmeyer ukuran 100ml,500mldan 1000ml, batang
pengaduk,timbangan digital,Autoclave, kompor,hot plate, pisau, cutter,
saringan, panci, telenan,magnetic stirrer.
Bahan-bahann pembuaatn PDA ialah: 200 gram kentang, 20 gram dextrose,
20 gram agar powder, 1liter aquades, kapas, alumuniumfoil.

16
b) Tahapan membuat PDA
1) Kentang dicuci bersih dari tanah dan kemudia dikupas
2) Timbang kentang dan dipotong-potong setebal 1cm x 1 cm, kemudian
dicuci kembali.
3) Potongan kentang dididihkan dalam 1 liter air destilasi hingga tekstur
lunas ( sekitar 15 menit), menggunakan panci dianatas kompor.
4) Rebusan potongan kentang disaring menggunakan saringan tahan
panas.
5) Hasil saringan ( sari kentang) dipindahkan ke elenmeyer ukuran
1000ml, tambahkan 20 gram dextrosa dan 20 gram agar secara
berlahan ke dalamnya. hotplate dalam kondisi tidak terlalau panas
serta dilakukan pengadukan agar melarut sempurna.
6) Didihkan dan diaduk kontinue sehingga homogen
7) Saring kembali dengan kain kasa dan tuang kedalam gelas beker
ukuran 500 ml.
8) Tuang PDA ke dalam Elenmeyer ukuran 100ml, sehingga
mendapatkan 10 elenmeyer.
9) Tutup tabung reaksi(elenmeyer) dengan kapas yang telah dipadatkan
dan dilapisi dengan alumuniumfoil.
10) Sterilisasi PDA dalam autoklaf selamat 15 menit pada tekanan 15Psi
(pound per square inchi)
11) Setelah selesai autoklaf biarkan media PDA di dalam hingga keadaan
dingin, dan kemudian bisa dipindahkan(dikeluarkan)
12) Media PDA siap dipakai untuk kegiatan isolasi patogen , dan juga di
simpan dalam refrigerator.
13) Media PDA yang terkontaminasi sebelum diguanakan akan dibuang
dan tidak dipakai.
14) Secara aseptik penyiapanya ialah dituang pada cawan-cawan petri dan
di simpan dalam keadaan tersegel(seal)
c) Tahapan membuat WA
1) Siapkan aquades sebanyak 1000ml pada elenmeyer, tambahkan 20
gram agar secara berlahan ke dalamnya. hotplate dalam kondisi tidak
terlalau panas serta dilakukan pengadukan agar melarut sempurna.
2) Didihkan dan diaduk kontinue sehingga homogen

17
3) Tuang WA ke dalam Elenmeyer ukuran 100ml, sehingga mendapatkan
10 elenmeyer.
4) Tutup tabung reaksi(elenmeyer) dengan kapas yang telah dipadatkan
dan dilapisi dengan alumuniumfoil
5) Sterilisasi WA dalam autoklaf selamat 15 menit pada tekanan 15 Psi
(pound per square inchi)
6) Setelah selesai autoklaf biarkan media WA di dalam hingga keadaan
dingin, dan kemudian bisa dipindahkan(dikeluarkan)
7) Media WA siap dipakai untuk kegiatan isolasi patogen , dan juga di
simpan dalam refrigerator.
8) Media W A yang terkontaminasi sebelum diguanakan akan dibuang
dan tidak dipakai.
9) Secara aseptik penyiapanya ialah dituang pada cawan-cawan petri dan
di simpan dalam keadaan tersegel(seal)

2. Teknik Mengisolasi Jamur Patogen


Kegiatan isolasi dari bagian daun dan batang tanaman ialah
a) Mensterilkan area kerja dengan alkohol 70%
b) Celupkan alat-alat isolasi (foesep dan pisau atau kalpel) dalam alkohol 70%
dan panaskan dengan api bunsen.
c) Daun atau batang/ranting dicuci dalam air steril untuk memisahkan dari tanah
dan benda lain
d) Sterilisasi permukaan daun atau batang dengan mengusap permukaan
daunatau batang dengan kertas lunas atau tisu yang telah dicelupkan kedalam
alkohol 70% sebelumnya. Ada sebagian batang di sterilkan dnegan
mencelupkan bagian tanaman ke dalam alkohol 70% beberapa detik dan
dibilas dengan aquades sterildan keringkan diatas tisu steril.
e) Secaara aseptik memotong bagian tanaman (2x2mm) dari batas jaringan sakit
dan sehat,dan pindahkan kedalam media WA yang sudah disiapakn
sebelumnya di cawan petri. Peletakan potongan tadi dibagian tepi media WA
pada cawan petri.
f) Inkubasi pada pencahayaan yang cukup sekitar 25° C atau suhu ruang.

18
g) Dilakukan pengamatan dari hari ke hari terhadap isolasi sampel tersebut, dan
ketika tumbuh koloni jamur dari potongan sampel maka kemudian
dipindahkan ke media PDA secara aseptik.
h) Dalam tahapan ini mendapatkan beberapa koloni jamur yang berbeda-beda
dan di isolasikan lagi masing-masing ke media PDA, agar mendapatkan
koloni yang seragam baik warna atau jenis hifa.
i) Tahapan ini juga dilakukan identifikasi langsung dengan meliat sporulasinya
atau hifa dengan mikeroskop.
j) Identifikasi lebih lanjut ialah melakukan kultur murni yang ditumbuhkan dari
spora tunggal atau ujung hifa (teknik spora tunggal atau hyphal tip)
3. Pemurnian Kultur Jamur dengan metode Hyhal Tipping
Metode ujing hifa (Hyphal tipping) adalah memindahkan 1 ujung hifa untuk
mendapatkan satu kultur yang murni. Metode ini cocok untuk jenis-jenis jamur dari
genus Phytopthora, Prthium, Rhizoctonia, Sclerotium dan sclerotinia. Tahapan
metoade pemindahan ujung hifa ialah:
a) Tuangkan water agar dalam petridish
b) Inokulasikan denganjamur yang telah ditumbuhkan pada media buatan
lainnya
c) Inkubasikan jamur dalam media WA tersebut hingga tumbuh miselia
d) Tempatkan petridish di bawah mikroskop dan fokuskan pada hifa yang
terdapat di tepi koloni (hifa akan tumbuh terpisah melintasi daerah agar)
e) Mengatur penc ahayaan sehingga dapat dibedakan antara media agar dan hifa
f) Secara aseptik, pindahkan blok kecil agar yang mengandung ujung hifa
tunggal ke petridish yang terdapat media menggunakan ose runcing.

4. Pengujian dengan peracunan media terhadap koloni cendawan Colletotricum sp


patogen dengan menggunakan pestisida nabati( bahan aktif eugenol)
a. Bahan dan alat
Bahan kegiatan yang digunakan meliputi biakan murni Colletotricum sp, larutan
bahan aktif eugenol (Mitol 20 Ec), aquades steril, PDA, Sedangkan alat yang
digunakan terdiri dari Laminar Air Flow (LAF), tabung reaksi, cutter, mikroskop,
disetting set, kertas label, petridish, labu erlenmeyer 100ml, gelas ukur 1 liter,
pipet ukur, penggaris, spidol dan alat tulis.

19
b. Metode pengujian
Percobaan dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen yang meliputi
penghambatan pertumbuhan koloni Colletotricum sp. Pengujian ini dilaksnakan
dengan metode peracunan media (Food Poisoning) dimana teknik ini meliputi
penanaman organisme uji diatasmedia tumbuh yang sudah dicampur dengan
larutan bahan uji ( eugenol) dan mengukur pertumbuhan organisme uji.
Konsentrasi yang digunakan dalam perlakuan peracunan media dengan eugenol
terhadap penghambatan pertumbuhan Colletotricum sp adalah sebagai berikut:
1. A =Mitol dosis 3 ml/ liter

2. B = Mitol dosis 6 ml/liter

3. C =Mitol dosis 9 ml/liter

4. D = Kontrol (tanpa perlakuan)

c. Parameter pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap diameter pertumbuahan kolonisehingga diketahui
penghambatan pertumbuhan jamur sejak hari pertama setalah inokulasi sampai
pertumbuhan jamur pada kontrolmemenuhi cawan petri atau salah satu
perlakuannya. Cara menghitung penghambatan terhadap pertumbuhan jamur
Colletotricum sp menggunakan rumus Pandey dkk., dalam Noveriza dan Tome
(2003).
(a-b)
=---------- X 100%
P
a

Keterangan:
P = Penghambatan
a = Diamater miselia jamur pada kontrol
b = Diameter miselia jamur pada perlakuan
d. Tahapan pelaksanaan
Pelaksanaan pengujian dilaksnaakan dengan berbagai tahapan yaitu :
a. Lakukan pengenceran atau pencampuran larutan Pestisida nabati dengan
media agar. Pada metode ini pengenceran menggunakan media PDA sebagai
pengencer. Pengenceran dilakukan dengan menetapkan volume yang di

20
butuhkan dan persentase perlakuan yang d lakukan. Konsentrasi nya ialah A:
0,3%, B: 0,6%, C: 0,9%, D: tanpa perlakuan( media PDA ). Perhitungan
kebutuhan larutan pestisida nabati dan media agar sebgai berikut:

A (0,3%) : 0,03 x 50ml = 0,15 ml


Kebutuhan PDA = 49,85ml
B (0,6%) : 0,06 x 50ml=0,3 ml
Kebutuhan PDA=49,7ml
C (0,9%) : 0,09 x 50ml=0,45 ml
Kebutuhan PDA=49,55 ml
D: Kebutuhan PDA=50 ml

b. Menungkan media yang telahtersedia kedalam cawan petri masing-masing 3


ulangan.
c. Inokulasikan cenawan Colectotricum sp pada tepat di tengah cawan petri.
d. Inkubasikan pada sushu ruang ( 25 -27 C), dan dilakukan pengamatan mulai
hari pertama sampai hari ke-enam. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui
pertumbuhan diameter dan warna koloni cendawan.
e. Perhitungan persentase perhambatan peracunan media terhadap pertumbuhan
cendawan atau disebut Minimum Inhibitory Concentratuon(MIC).
f. Dokumentase hasil pengamatan.

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan uraian kegiatan pelaksanaan magang salah satu yang menjawab
akan permasalahan yang diangkat ialah kegiatan pengujian peracunan media agar
terhadap pertumbuhan Colletotricum sp dengan menggunakan pestisida nabati (
Bahan aktif Eugenol). Mitol 20 EC ialah produk pestisida nabati yang berbahan aktif
eugenol dan eugenol asetat sehingga digunakan dalam pengujian tersebut. Hasil
pengamatan inkubasi ialah sebagai berikut:

Tabel 3 : Hasil Pengamatan ( diameter koloni /cm)


Waktu Pengamatan
Perlakuan
I II III IV V VI
A - - 1,3 1,07 1,7 2,57
B - - - - - -
C - - - - - -
D 1,78 3,45 5,1 6,68 8,37 9,15
Ket. : A (Mitol 0,3%);

B(Mitol 0,6%);

C(Mitol 0,9%);

D ( Kontrol/ Tanpa perlakuan)

Tabel 4 : Hasil perhitungan penghambatan Eugenol terhadap koloni cendawan

Penghambatan Waktu pengamatan


perlakuan A I II III IV V VI
P (%) 100 100 74,5 83,98 79,69 71,91
Rumus Perhitungan :

(a-b)
P= X 100%
a

P= Penghambatan ( %)

a = diameter control

b = diameter perlakuan

Berdasarkan data hasil pengamatan dapat di lihat bahwa Pestisida nabati (


Eugenol) mempengaruhi pertumbuhan koloni cendawan sampai hari ke-dua setelah

22
inokulasi ( HSI) pada perlakuan A ( Mitol 0,3%). Sedangkan pada perlakuan B dan C
tidak mengalami pertumbuhan. Pada 3 sampai 6 HSI ( Hari setelah Inokulasi)
cendawan mengalami pertambahan pertumbuhan. Perbedaan pertumbuhan anatar
kontrol dengan perlakuan ialah diameter dan ketebalan koloni, dimana pada kontrol
diamater lebih dari pada perlakuan akan tetapi pada perlakuan koloni lebih tebal dari
pada kontrol.
Penghambatan Pestisida nabati pada perlakuan A ( Mitol 0,3%) terjadi
penurunan penghambatanya berawal dapat menghambat 100% dan berakhir di hari
ke-enam 71,91%. Berdasarkan data tersebut penurunanya belum dikeathui
penyebabnya anatar cendawan yang makin toleran atau pestisida nabati yang semakin
melemah bahan aktifnya. Sedangkan pada perlakuan B (mitol 0,6%) dan C (Mitol
0,9%) terjadi penghambatan 100% dari hari 1HSI sampai dengan 6 HSI. Perlakuan B
dan C dapat menekan pertumbuhan Colletotricum sp pada Peracunan media tumbuh (
PDA).

B. Pembahasan
Konsep pertanian ramah lingkungan adalah konsep pertanian yang
mengedepankan keamanan seluruh komponen yang ada pada lingkungan ekosistem
dimana pertanian ramah lingkungan mengutamakan tanaman maupun lingkungan
serta dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahan yang relatif murah dan
peralatan yang relatif sederhana tanpa meninggalkan dampak yang negatif bagi
lingkungan. Pestisida Nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari
tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat mengendalikan
serangan penyakit karena cendawan patogen pada tanaman. Pestisida ini tidak
meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta dapat di
buat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang sederhana.
Sehingga Pemanfaatan pestisida nabati berbahan aktif Eugenol merupakan salah satu
perlakuan pengendalian yang ramah lingkungan karena asal bahan aktif yang dari
bahan tanaman.
Ekstrak kasar daun cengkeh mampu menghambatpertumbuhan cendawan
patogen tanaman seperti Rhizoctonia solani, Sclerotium oryzae, Sclerotium roflsii dan
Pyricularia oryzae (Sutadi, 1991; Suhandi, 1992). Konsentrasi yang biasa dikenakan
adalah 0,25%, 0,50% dan 1,00% (v/v), dimana semakin tinggi konsentrasinya

23
semakin besar kemampuan penghambatannya. Ekstrak cengkeh atau biasa disebut
minyak cengkeh mengandung bahan aktif terutama eugenol, eugenol asetat dan β-
karyofilen. Eugenol adalah senyawa yang menyebabkan aroma khas, sedang β-
karyofilen adalah sesquiterpen yang memberi rasa pahit dan merupakan bahan baku
sintesis senyawa-senyawa lain. Besarnya kadar bahan-bahan aktif tersebut bervariasi
tergantung sumber ekstrak (bunga atau daun) dan umur tanaman (Furia dan Bellanca,
1975; Suherdi dan Risfaheri, 1992).
Beberapa penilitian menyimpulkan bahwa Ekstrak kasar daun dan bunga
cengkeh (Syzigium aromaticum L.) pada konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% (v/v)
mampu menghambat pertumbuhan miselium cendawan perusak kayu, yaitu Coriolus
versicolor dan Schizophyllum commune, dengan persentase penghambatan berbeda-
beda. Persentase penghambatan terbesar dihasilkan ekstrak daun cengkeh terhadap
pertumbuhan miselium Schizophyllum commune, yaitu 76,75%.
Penurunan penghambatan Pestusuda nabati terhadap cendawan Patogen terjadi
karena bersifat mudah terurai di alam (Bio degradable), sehingga wajar apabila terjadi
penurunan penghambatannya. Pengenadalian patogen dengan pestisida nabati perlulah
sesering mungkin atau kontinue karean sifatnay tersebut yang mudah terurai.
Frekuansi pengendalian dipengaruhi juga konsentrasi pestisida nabati semakin tinggi
konsentrasi semakin seamkain besar pengambatannaya.
Mitol 20 EC yang digunakan dalam pengujian, merupakan Pestisida nabati
ramah lingkungan berbahan akttif eugenol dan eugenol asetat yang diisolasi dan
diformulasi dari extrak dan dari tanaman sangat cocok digunakan dalam pertanian
organik dan ramah lingkungan dan dapat mensubtitusi penggunaan fungisida sintettik
sperti mankozeb,benomil,dan tiram( brosur). Berdasrkan info tersebut dapat diketahui
bahwa peranan eugenol dapat di kategorikan mampu menghambat mitosis dan
pembelahan sel cendawan, karena salah satu contoh fungisisda yang mampu
menghambat mitosis dan pembelahan sel ialah benzimidasol ( benomil,karbendazim,
fuberidazol,tiabendazol) (Panuit Djojosumarto, 2008). Rekomendasi lapanagn
peggunaan mitol ialah 10ml/liter akan tetapi dalam pengujian ini menggunakan
3ml/liter, 6ml/liter dan 9 ml/liter dan yang paling menghambat ialah konsemtrasi
3ml/liter dan 9 ml/liter. Hal ini efektif kemungkiinan karena dalam skala laboratorium
apabila skala lapangaan segarusnya ada uji lebih lanjut.

24
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pestisida Nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman
atau tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat mengendalikan serangan
penyakit karena cendawan patogen pada tanaman Ekstrak cengkeh yang
menghasilkan pestisida nabati ber bahan aktif eugenol dan digunakan dalam
pengendalaian beberapa cendawan patogen anatar lain Fusarium, Rizoctonia,
Xhantomonas, Pseudomonas, splanacearum, Sclerotium Phytoptora,Gadoderma,JAP,
Karat daun. Coriolus versicolor dan Schizophyllum commune, Schizophyllum
commune. Berdasarkan pengujian sederhana pestisida nabati ( b.a eugenol) dapat
menekan pertumbuhan koloni Colletotricum sp pada konsentrasi 0,6 dan 0.9 % dalam
media agar. Sifat pestisida nabati yang mudah terurai terbukti pada pengujian ini
dimana terjadi penurunan persentase penghambatan pada perlakuan dengan
konsentrase 0,3% yang berawal dapat menghambat 100% hingga menurun sampai
71,91%, diperkirakan bertambahnya hari semakin berkurang kemampuan
penghambatannya.

B. Saran
Pengujian ini merupakan langkah awal dalam pengujian sesungguhnya dimana
hasilnya belum dapat diaplikasikan di lapangan. Pengujian ini dapat dilanjutkan
dengan variabel pengamatan dan jumlah ulangan yang memenuhi syarat penilitian.

25
DAFTAR PUSTAKA

Budi Prasetia dan Hasnelly. 2015. Pemanfaatan tiga Jenis Pestisida Nabati Untuk
Mengendalikan Hama Kutu Daun Penyebab Penyakit Kriting Daun pada Tanamn Cabe
Merah. Jambi. Jurnal Sains Agro,e-issn 2580-0744.Http:/ojs,umb-
bungo.ac.id/indeh.php/saingro/Index.

Burges L.W., Knight T.E, Tesoriero L. Dan Phan H.T. 2008. Diagnotic Manual for Plant
Diseases in Vietnam. Aciar Monograph No.129.210 pp. ACIAR: Canberra.

Irfan, Mokhamad. 2016. Uji Pestisida Nabati Terhadap Hama dan Penyakit Tanaman.
Pekanbaru.Jurnal Agroteknologi, Vo. 6 No. 2.

Pradita, Alfa alifia. 2017. Mengenal Pestisida Nabati. BPP Ketindan.


https://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id ( Januari 2018).

Rifai, Firdau. 2014. Epidemiologi Penyakit Tumbuhan Edisi 2. Yogyakarta.Garaha Ilmu.

Semangun, Haryono. 2008. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.


Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Suhandi. 1992. Pengujian Tiga Ekstrak Tanaman Obat Tropis Terhadap Pertumbuhan Enam
Kapang Patogen Tanaman.Laporan Masalah Khusus. Bogor: Jurusan Biologi FMIPA
IPB.

Suherdi dan Risfaheri. 1992. “Karakteristik Bunga dan Minyak Cengkeh pada Tiga Tingkat
Kematangan”. Buletin Penelitian Tanaman Industri, No. 4. Bogor: Balitbang,
Puslitbang Tanaman Industri.

26

Anda mungkin juga menyukai