Anda di halaman 1dari 26

KONSEP PERLINDUNGAN HAMA TERPADU

MENURUT UNDANG-UNDANG ATAU


KARANTINA

KELOMPOK I

AJI PRASETIO
ARIF TRI KURNIAWAN
BOY CHANDRA SINURAYA
BUDIMAN GINTING
DENDI ALFREDO
HENDRO WS MANULLANG
JOSUA PURBA
Sejarah PHT menurut
UU/Karantina

 Terminologi “karantina” berasal dari bahasa Latin “QUARANTA”


yang berarti empat puluh, Istilah tersebut lahir sekitar abad XIV

 Sejarah Karantina Pertanian di Indonesia telah diawali sejak jaman


penjajahan Hindia Belanda, hal ini diawali dengan adanya
penyebaran penyakit karat daun kopi yang disebabkan oleh
Hemileila vastatrix di Srilangka.
Pengertian Karantina PHT

Karantina merupakan bagian integral program ketahanan pangan dan


aspek perlindungan keamanan pangan dari cemaran biologis berupa
organisme penggangu. Karantina mencegah0 pada lini pertama dari
ancaman masuknya OPT asing dapat terbawa pada komoditas
petanian, orang dan barang. Setiap tumbuhan dan bagian-bagiannya
yang dilalu-lintaskan antar Negara selalu mempunyai risiko sebagai
pembawa OPTK yang dapat mengancam produksi pertanian
Konsep PHT Dengan
Undang-undang (Karantina)
 Kebijakan dan Strategi Perlindungan Tanaman
 Pengertian Pengendalian Hayati
 Tujuan dan Implementasi Pengendalian Hayati
 Sasaran dan Strategi Penerapan PHT
 Sifat Dasar Pengendalian Hama Terpadu
 Taktik PHT
 Langkah-Langkah Pengembangan PHT
 Pengendalian Hayati Yang Ekologis Dan Berkelanjutan
 Prospek Pengendalian Hayati
 Kendala dan Kelemahan Pengendalian Hayati
1. Kebijakan Dan Strategi
Perlindungan Tanaman

Kebijakan PHT Itu Di Bagi Kedalam 3 Bagian

Kebijakan Kebijakan Kebijakan


Umum Operasional teknis
Kebijakkan Umum
Dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
berdasarkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) UU No. 12
Th. 1992. Konsep ini menganut 5 (lima) yaitu:

 Membudidayakan tanaman sehat

 Memanfaatkan sebesar-besarnya musuh alami

 Menggunakan varietas tahan

 Menggunakan pengendalian fisik

 Penggunaan pestisida
Kebijakan Operasional

Memantapkan mekanisme operasional pengendalian OPT


melalui peningkatan operasional institusi dan aparatnya,
petani dan masyarakat yang terkait
Kebijakan Teknis

Meningkatkan pembinaan standarisasi sistem (pengamatan,


peramalan, pelaporan) dan teknis pengenalan, identifikasi
OPT, pembinaan masyarakat, penerapan PHT, pemanfaatan
agensia hayati.
Strategi Dalam
PHT

Terdiri dari 4 yaitu:


 Kecepatan dan ketepatan informasi baik OPT maupun
bencana alam.
 Penerapan PHT melalui pendekatan partisipatif dan lokal
spesifik.
 Penguatan organisasi petani, pemerintah beserta SDM
dan sarana / prasarana.
 Prioritas penanganan OPT utama pada tanaman pangan
dan hortikultura, serta lokasi / wilayah endemis.
4. Sasaran dan Strategi Penerapan
PHT

Sasaran

Sasaran penerapan PHT


 Populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap berada pada arah
yang secara ekonomis tidak merugikan
 produktivitas pertanian mantap pada taraf tinggi
 penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat
 risiko kesehatan dan pencemaran lingkungan ditekan
4. Sasaran dan Strategi Penerapan
PHT

Strategi

Sedangkan strategi yang di terapkan dalam pelaksanaan


PHT adalah:
Memadukan semua teknik pengendalian OPT dan
melaksanakannya dengan taktik yang memenuhi azas
ekologi serta ekonomi.
5. Sifat Dasar Pengendalian Hama Terpadu

 Sifat dasar pengendalian hama terpadu berbeda dengan


pengendalian hama secara konvensional yang saat ini masih
banyak dipraktekkan.
 Dalam PHT, tujuan utama bukanlah pemusnahan, pembasmian
atau pemberantasan hama. Melainkan berupa pengendalian
populasi hama agar tetap berada di bawah aras yang tidak
mengakibatkan kerugian secara ekonomi.
 Strategi PHT bukanlah eradikasi, melainkan pembatasan
(containment). Program PHT mengakui bahwa ada suatu jenjang
toleransi manusia terhadap populasi hama, atau terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh hama.
 Pengendalian hama dengan PHT disebut pengendalian secara
multilateral, yaitu menggunakan semua metode atau teknik
pengendalian yang dikenal. PHT tidak bergantung pada satu cara
pengendalian tertentu, seperti memfokuskan penggunaan
pestisida saja, atau penanaman varietas tahan hama saja.

 Melainkan semua teknik pengendalian sedapat mungkin


dikombinasikan secara terpadu, dalam suatu sistem kesatuan
pengelolaan. Disamping sifat dasar yang telah dikemukakan,
PHT harus dapat dipertanggungjawabkan secara ekologi.
6. Taktik PHT

Taktik penerapan PHT suatu cara penerapan


pengendalian OPT agar memenuhi azas ekologi
yaitu tidak berdampak negatif pada agroekosistem
dan azas ekonomi yaitu menguntungkan dan
meningkatkan kesejahteraan petani.
Tindakan Karantina
1. Pemeriksaan
Tindakan pemeriksaan dimaksudkan untuk mengrtahui
kelengkapan dan kebenaran isi dokumen serta untuk
mendeteksi hama dan penyakit hewan karantina atau
organism pengganggu tumbuhan karantina. Pemeriksaan
terhadap hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal
hewan dapat dilakukan koordinasi dengan instansi lain
yang bertanggung jawab di bidang penyakit karantina yang
membahayakan kesehatan manusia.
2.Pengasingan dan pengamatan
Pengasingan dimaksudkan untuk mendeteksi kemungkinan adanya
Organisme Pengganggu Tumbuhan dan/atau Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina yang karena sifatnya memerlukan waktu lama,
sarana khusus dan kondisi khusus. Dilakukan di suatu tempat yang
terisolasi selama waktu tertentu sesuai dengan masain kubasi Organisme
Pengganggu Tumbuhan dan/atau Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina yang bersangkutan .
3. Perlakuan
Perlakuan dilakukan untuk membebaskan Media
Pembawa orang, alat angkut, peralatan, dan pembungkus
dari Organisme Pengganggu Tumbuhan dan/atau
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan II,
dapat dilakukan secara fisik maupun kimiawi.
4. Penahanan
Penahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dimaksudkan untuk
mengamankan Media Pembawa dengan cara menempatkannya di bawah
penguasaan dan pengawasan petugas Karantina Tumbuhan dalam waktu
tertentu karena persyaratan karantina belum sepenuhnya dipenuhi.
5. Penolakan
Penolakan dimaksudkan agar Media Pembawa yang
bersangkutan segera dibawa kenegara atau Area asal atau Area
lain untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyebaran
Organisme Pengganggu Tumbuhan dan/atau Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina dari Media Pembawa
tersebut kelingkungan sekitarnya. Pengiriman Media
Pembawa yang dikenai tindakan penolakan kenegara atau
Area asal atau Area lain dilakukan oleh Pemilik di bawah
pengawasan petugas Karantina Tumbuhan.
6. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan dengan cara membakar, menghancurkan,
mengubur, dan cara-cara pemusnahan lainnya yang sesuai sehingga
Media Pembawa tidak mungkin lagi menjadi sumber penyebaran
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Pelaksanaan pemusnahan
menjadi tanggung jawab Pemilik dan dilakukan di bawah pengawasan
petugas Karantina Tumbuhan. Dalam hal Media Pembawa yang
bersangkutan tertular Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina atau
tidak dikirim kembali ke Negara atau Area asal atau Area lain oleh
Pemiliknya setelah ditolak pemasukan atau pengeluarannya.
7 . Pembebasan
Pembebasan dilakukan apabila Media Pembawa yang bersangkutan :
Bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan dan/atau Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina; dan Semua persyaratan yang
ditetapkan bagi pemasukan atau pengeluaran Media Pembawa tersebut
telah dipenuhi.
Taktik-taktik

Pemanfatan Proses Pengendali Alami


Pengelolaan Ekosistem Melalui Usaha Bercocok Tanam
Pengendalian Fisik Dan Mekanis
Penggunaan Pestisida Secara Selektif
Prinsip Penerapan

Ada 4 Prinsip Penerapan PHT

 Budidaya Tanaman Sehat


 Pelestarian Dan Pendayagunaan Musuh Alami
 Pengamatan Mingguan Secara Teratur
 Petani Berkemampuan Melaksanakan Dan Ahli PHT
PHT Tidak Anti
Pestisida

Aplikasi pestisida boleh dilakukan bila cara-cara pengendalian


lainnya sudah tidak dapat mengatasi OPT padahal OPT tersebut
diputuskan harus dikendalikan karena telah sampai pada
ambang merugikan. Bila dalam PHT masih digunakan pestisida
sintetik, maka PHT tidak dapat dimasukkan sebagai bagian
dalam pertanian organik.
7. Langkah-Langkah Pengembangan
PHT

langkah langkah pokok yang perlu dikerjakan dalam


pengembangan PHT
1. Mengenal Status Hama Yang Dikelola
2. Mempelajari Komponen Saling Tindak Dalam Ekosistem
3. Penetapan dan Pengembangan Ambang Ekonomi
4. Pengembangan Sistem Pengamatan dan Monitoring Hama
5. Pengembangan Model Deskriptif dan Peramalan Hama
6. Pengembangan Srategi Pengelolaan Hama Strategi dasar PHT
7. Penyuluhan Kepada Petani Agar Menerima dan Menerapkan
PHT
8. Pengembangan Organisasi PHT Sistem PHT
KESIMPULAN

Pemerintah telah menetapkan PHT sebagai kebijakan dasar bagi setiap


program perlindungan tanaman. Dasar hukum penerapan dan
pengembangan PHT di Indonesia ialah intrusksi Presiden nomor 2
Tahun 1986 dan Undang-undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman. Dengan berdasarkan pada program pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, diharapkan program PHT
dapat dikembangkan dan diterapkan oleh petani. Hingga saat ini petani
diharapkan untuk tidak menggunakan pestisida atau bahan kimiawi baik
untuk memberantas hama, atau meningkatkan produktivitas tanaman.
Sebagai alternatif pemerintah telah mengeluarkan pestisida organik, dan
cara-cara pemberantasan dengan lebih memperhatikan ekosistem
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai