Anda di halaman 1dari 62

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan keterampilan keperawatan
berbasis IPTEK keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ANAK KKP


Dosen Pembimbing: Ratna Ningsih, S.Kp., M.Kep.

Disusun oleh: Kelompok 3 / 2B


1. Kamila Rizky Azizahtin (P3.73.20.1.21.063)
2. Melinda Suci Paramita (P3.73.20.1.21.068)
3. Rizka Putri Marwa (P3.73.20.1.21.081)
4. Wahda Prameswari (P3.73.20.1.21.088)
5. Widiya Yustirawati (P3.73.20.1.21.089)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
yang dikaji dalam pembahasan ini berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Anak KKP”. Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keeperawatan Maternitas di Poltekkes Kemenkes
Jakarta 3.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Ratna Ningsih, S.Kp., M.Kep. selaku
dosen pembimbing. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah.
Terima kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca makalah ini.

Bekasi, 27 Januari 2023

Kelompok 3/2B

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Pengertian..........................................................................................................................................6
2.2 Etiologi..............................................................................................................................................6
2.3 Patofisiologi.......................................................................................................................................8
2.5 Tanda dan Gejala...............................................................................................................................9
2.6 Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan Medis....................................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................13
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK KKP..........................................................................13
3.1 Pengkajian.......................................................................................................................................13
B. Diagnosis keperawatan.....................................................................................................................14
C. Intervensi keperawatan.....................................................................................................................14
BAB IV.....................................................................................................................................................18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KKP................................................................................18
4.1 Kasus...............................................................................................................................................18
BAB V.......................................................................................................................................................28
PENUTUP................................................................................................................................................28
5.1 Simpulan..........................................................................................................................................28
5.2 Saran................................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan
hidup, makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-
zat seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun,
di zaman yang sudah modern ini justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi
zat-zat tersebut.
Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori
protein. Protein yang berasal dari kata pritis atau prithis yang berarti pertama
atau utama. Protein berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan
pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari
hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak mendapat asupan protein yang cukup dari
makanan tersebut, maka kita akan mengalami kondisi malnutrisi energi protein.
Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara
umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yag
diakibatkan kekurangan energi dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai
keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi
(AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energy protein yang terjadi, maka
manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. Penyakit KKP ringan sering
diistilahkan dengan kurang gizi.
Di Indonesia masalah malnutrisi atau gizi buruk masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menurut Riskesdas tahun 2013
tercatat sekitar 4,6 juta diantara 23 juta anak di Indonesia mengalami gizi buruk
dan kurang. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat jumlah
balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2012 berjumlah 3.514, telah
menurun 0,18% dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 5.249.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kekurangan Kalori Protein (KKP) ?
2. Bagaimana Etiologi dari Kekurangan Kalori Protein (KKP) ?
3. Bagaimana Patofisiologi dari Kekurangan Kalori Protein (KKP) ?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala dari Kekurangan Kalori Protein (KKP) ?
5. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik dari Kekurangan Kalori Protein (KKP) ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari Kekurangan Kalori Protein (KKP) ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Anak dengan Kekurangan Kalori Protein (KKP) ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kekurangan Kalori Protein (KKP)
2. Untuk mengetahui Etiologi Kekurangan Kalori Protein (KKP)
3. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Kekurangan Kalori Protein (KKP)
4. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Kekurangan Kalori Protein (KKP)
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Kekurangan Kalori Protein (KKP)
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis Kekurangan Kalori Protein (KKP)
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan Kekurangan Kalori Protein
(KKP)

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Nama internasional KKP yaitu Calori Protien Malnutrition atau CPM adalah
suatu penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga
Protien Energi Malnutrisi ( PEM ). Kekurangan kalori protein adalah defisiensi
gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat masukan makanan yang cukup
bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama.
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi
pada defisiensi protein maupun energi.
Kekurangan kalori protein diklasifikasi menjadi dua berdasarkan berat
tidaknya yaitu KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang
(undernutrition) ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan dan KKP yang
meliputi kwasiorkor, marasmus dan kwashiorkor marasmus. Malnutrisi kalori
protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang dibutuhkan oleh
tubuh. Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). (Betz, L & Linda S, 2013).

2.2 Etiologi
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup serta
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital. Pada bayi
dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare. Secara umum, masalah KKP disebabkan
oleh beberapa faktor, berikut beberapa faktor penyebabnya :

a. Faktor Sosial

Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi


pertumbuhan anak, sehingga banyak balita tidak mendapatkan makanan yang

6
bergizi seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang.

b. Kemiskinan

Rendahnya pendapatan masyarakat menyababkan kebutuhan paling mendasar,


yaitu pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya.

c. Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya


ketersedian bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi
penyebab munculnya penyakit KKP.

d. Infeksi

Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi
akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada gilirannya akan
mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindakan pencegahan otomatis
sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya,
ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli
bahan pangan, dan pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita serta faktor
infeksi dan penyakit lain.

e. Pola Makan

Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari Air Susu Ibu
(ASI) yang diberikan ibunya. Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI protein
dari suber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadinya kwashiorkor terutama pada masa peralihan
ASI ke makanan pengganti ASI.

f. Tingkat pendidikan

Orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuh balita. Para ibu kurang
mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak
mereka.

g. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi.


7
Imunisasi yang merupakan bagian dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi
dan anak-anak.

2.3 Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam
amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak
dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam
lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan
menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah
kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Arisman, 2012).

2.4 Klasifikasi KKP


Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:
a. KKP ringan/sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh
adanya hambatan pertumbuhan.
b. KKP berat, meliputi: Kwashiorkor, marasmus, marasmik-kwashiorkor. 
Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensiprotein
yang berat bisa dengan konsumsi energy dan kalori tubuh yang tidakmencukupi
kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari
gangguan yang dikenali sebagai. Kekurangan EnergiProtein (KEP), dengan
beberapa karakteristik berupa edema dan kegagalanpertumbuhan, depigmentasi, dan
hyperkeratosis (Nagan, 2016). 
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori protein yang berat.Keadaan
inimerupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakitinfeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri
anaksendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap
terjadinyamarasmus. (Nagan, 2016).
Marasmik-kwashiorkor merupakan suatu KEP yang temuan klinisnya terdapat
tanda kwashiorkor danmarasmus, anak mengalami edema, kurus berat, dan berhenti
tumbuh. (Nagan,2016)

8
2.5 Tanda dan Gejala
1. KKP Ringan
a. Pertumbuhan linear terganggu
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun
d. Maturasi tulang terlambat
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
f. Anemia ringan atau pucat
g. Aktifitas berkurang
h. Kelainan kulit (kering, kusam)
i. Rambut kemerahan

2. KKP Berat
a. Gangguan pertumbuhan
b. Mudah sakit
c. Kurang cerdas
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian (Betz, L & Linda S, 2013).

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


A. Pemeriksaan Antropometri
Pengukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menetukan status gizi meliputi
tinggi badan, berat badan, tinggi lutut (knee high), tebal lipatan kulit (pengukuran
skinfold), dan lingkar lengan atas. Cara yang paling sederhanan dan banyak digunakan
adalah dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) (Fatmah, 2010).
B. Penghitungan IMT
Pengertian Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau
cara sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa, 2016). Indeks Massa Tubuh
didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam
meter (kg/m2) (Irianto, 2017). Penggunaan rumus ini hanya dapat diterapkan pada
seseorang dengan usia 18 sampai 70 tahun, dengan strukrur belakang normal, bukan atlet
atau binaragawan, bukan ibu hamil dan menyusui. Pengukuran IMT dapat digunakan jika
tebal lipatan kulit tidak dapat dilakukan atau nilai bakunya tidak tersedia (Arisman, 2014).
Komponen dari Indeks Massa Tubuh terdiri dari tinggi badan dan berat .badan. Tinggi
badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa menggunakan alas kaki, kedua
tangan merapat kebadan, punggung menempel pada dinding serta pandangan lurus
kedepan. Lengan relaks dan bagian pengukur yang dapat digerakkan disejajarkan dengan
bagian teratas kepala dan harus diperkuat dengan bagian rambut yang tebal, sedangkan
berat badan diukur dengan posisi berdiri diatas timbangan berat badan (Arisman, 2014).
9
Menurut Kemenkes (2014), Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat dihitung menggunakan
rumus:

IMT = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)

𝑇𝐵2(𝑚)
Keterangan :
- BB = berat badan dalam kilogram
- TB = tinggi badan dalam meter
C. Pemeriksaan laboratorium.
- Pemeriksaan darah tepi untuk memperlihatkan apakah dijumpai anemia ringan sampai
sedang, umumnya pada KKP dijumpai berupa anemia hipokronik atau normokromik.
- Pada uji faal hati: Pada pemeriksaan uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat
rendah,trigliserida normal, dan kolesterol normal atau merendah.
- Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau menurun.
- Kadar gula darah umumnya rendah. (normalnya Gula darah puasa : 70-110mg/dl,
Waktu tidur : 110-150 mg/dl, 1 jam setelah makan < 160 mg/dl, 2 jamsetelah makan : <
125 mg / dl
- Asam lemak bebas normal atau meninggi.
- Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
- Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat normal,merendah
maupun meninggi.
- Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin meningkatdan
indeks hidroksiprolin menurun.
- Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai dengankasus
perlemakan berat.
- Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
- Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.
- Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amilase,esterase, kolin esterase,
transaminase dan fosfatase alkali. Aktifitas enzim pankreas dan xantin oksidase berkurang.
- Defisiensi asam folat, protein, besi.
- Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim pembentuk asam
amino meningkat.
10
D. Pemeriksaan penunjang
1. EKG
2. photo thorax
3. antropometri anak (TB/U, BB/U, LK,U)

2.7 Penatalaksanaan Medis


Pasien dengan KEP tidak kompleks (KEP tipe I dan KEP tipe II) seharusnya diobati di luar
rumah sakit sejauh memungkinkan. Perawatan rumah sakit meningkatkan resiko infeksi
silang dan situasi yang tidak umum, meningkatkan apatis dan anoreksia pada anak-anak,
sehingga makannya akan sulit. Berikut penatalaksanaan terhadap Kekurangan Energi
Protein (KEP);
a. KEP I (KEP ringan)
Penatalaksanaan terhadap Kekurangan Energi Protein tipe I (KEP ringan);
1. Penyuluhan gizi/nasehat pemberian makanan di rumah (bilamana penderita rawat
jalan)
2. Dianjurkan memberikan ASI eksklusif (bayi < 4 bl) dan terus memberikan ASI
sampai 2 th
3. Bila dirawat inap untuk penyakit lain, maka makanan disesuaikan dengan
penyakitnya agar tidak menyebabkan KEP sedang/berat dan untuk meningkatkan
status gizi.
b. KEP II (KEP sedang)
Penatalaksanaan terhadap Kekurangan Energi Protein tipe II (KEP sedang);
1. Rawat jalan : Nasehat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI, selalu
dipantau kenaikan BB.
2. Tidak rawat jalan : Dapat dirujuk ke puskesmas untuk penanganan masalah gizi
3. Rawat inap : Makanan tinggi energi dan protein dengan kebutuhan energi 20-50%
di atas AKG. Diet sesuai dengan penyakitnya dan dipantau berat badannya setiap
hari, beri vitamin dan penyuluhan gizi. Setelah penderita sembuh dari penyakitnya,
tapi masih menderita KEP ringan atau sedang rujuk ke puskesmas untuk
penanganan masalah gizinya.
c. KEP III (KEP Berat)
Pada tata laksana rawat inap penderita KEP berat/Gizi buruk di rumah sakit terdapat 5
(lima) aspek penting, yang perlu diperhatikan :
1) Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/Gizi buruk (10 langkah utama) Pengobatan
rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu :

11
(a) Mengatasi/mencegah hipoglikemia
(b) Mengatasi/mencegah hipotermia
(c) Mengatasi/mencegah dehidrasi
(d) Mengkoreksi gangguan keseimbangan elektrolit
(e) Mengobati/mencegah infeksi
(f) Mulai pemberian makanan
(g) Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)
(h) Mengkoreksi defisiensi nutrien mikro
(i) Melakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
(j) Menyiapkan dan merencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
2) Pengobatan penyakit penyerta.
Pengobatan ditujukan pada penyakit yang sering menyertai KEP berat, yaitu : defisiensi
vitamin A, dermatosis, parasit/cacing, diare melanjut, dan tuberkulosis obati sesuai
pedoman pengobatan.
3) diit tinggi kalori, protein, mineral, dan vitamin
4) pemberian terapi cairan dan elektrolit
5) penanganan diare bila ada: cairan, antidiare, antibiotic

12
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK KKP

3.1 Pengkajian
1. Data biologis meliputi :

- Identitas pasien anak

- Identitas wali pasien anak

2. Riwayat kesehatan :

a) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah dahulu pasien anak memiliki riwayat gangguan nutrisi.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Pada umumnya pasien anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan
lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
c) Riwayat keluarga

Meliputi pengkajian komposisi keluarga pasien anak, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga pasien anak, fungsi dan hubungan angota
keluarga pasien anak, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tentang penyakit pasien anak dan lain-lain.

3. Pengkajian fisik.

Pengkajian fisik secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan
umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria pada pasien anak.

4. Fokus pengkajian pada pasien anak dengan Marasmus-Kwashiorkor adalah pengukuran


antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda
dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
- Penurunan ukuran antropometri Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus,
jarang dan mudah dicabut)

13
- Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra.
- Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal).
- Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
- Edema tungkai
- Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada
bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat
paha).

B. Diagnosis keperawatan

1. Defisit nutrisi b.d faktor ekonomi finansial tidak mencukupi (SDKI D.0019 Hal.56)

Tujuan : Asupan nutrisi pasien anak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh

Kriteria hasil : IMT menunjukan angka normal, kebutuhan nutrisi pasien anak terpenuhi,
nafsu makan meningkat.

2. Kesiapan peningkatan nutrisi b.d. Mengikuti standar asupan nutrisi yang tepat (SDKI
D.0025 Hal. 68)

Tujuan : Asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

Kriteria hasil : Porsi makanan yang digabiskan meningkat, pengetahuan tentang standar
asupan nutrisi yang sehat meningkat, IMT menunjukan angka normal.

C. Intervensi keperawatan

1. Defisit nutrisi b.d faktor ekonomi finansial tidak mencukupi (SDKI D.0019
Hal.56).
Intervensi dilakukannya Manajemen Nutrisi (SIKI I.03119) :
- Identifikasi status nutrisi.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien anak.
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan.
Rasional : Untuk menentukan makanan yang bisa dikonsumsi pasien anak guna
meningkatkan asupan makanannya.
- Identifikasi makanan yang disukai.

14
Rasional : Untuk meningkatkan nafsu makan pasien anak.
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi.
Rasional : Untuk memenuhi semua asupan nutrisi pasien anak.
- Monitor asupan makanan.
Rasional : Untuk mengatur asupan makanan pasien anak agar sesuai dengan
kebutuhan.
- Monitor berat badan.
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan status nutrisi anak dan status gizi (IMT).
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium 
Rasional : Untuk memeriksa adanya kelainan terkait kurannya pemenuhan kebutuhan
nutrisi.
- Lakukan oral hygiene sebelum makan.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan pasien terkait personal hygiene.
- Fasilitasi menentukan pedoman diet tinggi kalori.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasca defisit.
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
Rasional : Untuk meningkatkan nafsu makan pasien anak.
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien anak.
- Berikan suplemen makanan.
Rasional : Untuk membantu pemenuhan kebutuhan nutrisi dan meningkatkan nafsu
makan pasien anak.
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
Rasional : Untuk mencegah timbulnya rasa mual dan gangguan pencernaan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan.
Rasional : Untuk meningkatkan mutu asupan nutrisi pada pasien.
2. Kesiapan peningkatan nutrisi b.d. Mengikuti standar asupan nutrisi yang tepat (SDKI
D.0025 Hal. 68)
Intervensi dilakukannya edukasi nutrisi (SIKI I.12395) :
Observasi :

15
- Periksa status nutrisi, status alergi, program diet, kebutuhan dan kemampuan
pemenuhan kebutuhan gizi.
Rasional : Untuk mengetahui riwayat keadaan pasien anak dan status gizi sebagai data.
- Jelaskan pada pasien anak dan keluarga alergi makanan, makanan yang harus dihindari ,
kebutuhan jumlah kalori, jenis makanan yang dibutuhkan pasien.
Rasional : Agar pasien anak dan keluarga dapat mengetahui makanan apa saja yang
perlu dihindari serta berapa jumlah kebutuhan kalori yang harus dipenuhi.
- Ajarkan cara melaksanakan diet masakan sesuai program.
Rasional : Agar pasien anak mampu mengikuti anjuran diet sesuai program.
- Jelaskan hal-hal yang dilakukan sebelum memberikan pasien anak makanan.
Rasional : Agar pasien anak mampu
- Demonstrasikan cara membersihkan mulut.
Rasional : Agar pasien anak memahami dan dapat melakukan oral hygiene secara
mandiri.
- Demonstrasikan cara mengatur posisi saat makan.
Rasional : Agar pasien anak dapat mengatur posisi sesuai dengan aktivitas tertentu.
- Ajarkan pasien/keluarga memonitor asupan kalori dan makanan.
Rasional : Agar pasien anak dan keluarga dapat mengetahui cara memonitor asupan
kalori dan makanan yang dikonsumsi pasien anak.
- Ajarkan pasien dan keluarga memantau kondisi kekurangan cairan.
Rasional : Agar pasien anak dan keluarga dapat mengetahui kondisi pasien anak saat
kekurangan cairan.
- Anjurkan mendemonstrasikan cara memberi makan, menghitung kalori, menyiapkan
makanan sesuai program diet.
Rasional : Agar pasien anak/keluarga mampu membantu pasien anak makan, memenuhi
kebutuhan kalori sesuai program diet.

16
D. Impelementasi
Asuhan keperawatan pada tahapan implementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi
keperawatan yang disusun setelah penetapan diagnosis pasca dilakukannya pengkajian
keperawatan oleh perawat kepada pasien anak.

E. Evaluasi

Evalusi pasien dilakukan dengan 2 jenis yaitu evalusi formatif (dilaksanakan sesusai setelah
implementasi keperawatan) dan evaluasi sumatif (dilaksanakan setelah waktu pada tujuan asuhan
keperawatan selesai). Adapun untuk hal yang perlu dievalusi untuk menentukan tingkat
keberhasilan pada pasien anak KKP dalam asuhan keperawatannya. Evaluasi dilakukan
berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan intervensi dan implementasi.

17
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KKP

4.1 Kasus
An. H berumur 3 tahun datang ke rumah sakit dibawa oleh keluarganya dengan keluhan
berat badan anak menurun, bengkak pada wajah, kaki dan perut membesar sejak 4 bulan
yang lalu, anak sering rewel dan kehilangan natsu makan. Anak sehari-harinmakan 2 kali
sehari dengan nasi dan sayur scadanya. An. H adalah anak ke 6 dari keluarga seorang petani.
Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data TD: 90/70, N: 96x/ menit, R: 20x/ menit, S:
36 C. BB: 7 kg, TB: 100cm, LILA : 12 cm, turgor kulit menurun, terdapat edema pada kaki
dan terdapat asites pada abdomen, serta rambutkemerahan dan mudah rontok.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. H
Tempat tanggal lahir : Gowa, 21 Februari 2015
Umur : 3 Tahun 1 bulan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Desa Cibalok Kecamatan Cihideung, Bogor
Tanggal masuk RS : 23 Maret 2018
Tanggal pegkajian : 23 Maret 2018
Diagnosa medic : Kwashiorkop
2. Identitas penanggung janab
Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Desa Cibalok Kecamatan Cihideung, Bogor
Hubungan keluarga : Ibu klien
18
3. Keluhan utama
Kekurangan Nutrisi akibat nafsu makan menurun.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan kira-kira sejak seminggu sebelum
klien dirawat. Tetapi sebelumnya pada usia 18 bulan, klien makan kurang dari 3x sehari dan
hanya makan dengan nasi dan sayur seadanya tapa lauk pauk yang bergizi yang menyebabkan
berat badan klien semakin menurun. Perut klien terlihat membucit sejak 4 bulan yang lalu dan
wajahnya serta kakinya bengkak. Sementara keadaan anak saat ini sangat lemah, tidak mau
makan, dan sering rewel. Keluarga tidak mengetahui keadaan penyakit yang dialami oleh anak.
Klien dirawat di rumah sakit pada tanggal 23 mart 2018
5. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan, klien belum pernah dirawat sebelumnya. Semenjak dari dalam kandungan ibu
klien kurang mengkonsumsi makanan yang bernutrisi terutama yang mengandung protein,
sehingga berdampak pada kandungannya ketika lahir. Ibu klien melahirkan dengan usia
kandungan 28 minggu, klien lahir dengan BBLR 2 kg. Sejak bayi klien juga kurang
mendapatkan ASI secara eksklusif.
6. Riwoyat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan, klien adalah anak keenam dari enam bersaudara, anak pertama sampai
kelima tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan klien atau penyakit
lainnya. Ayah dan ibu klien hanya bekerja sebagai petani dengan penghasilan yang sangat
kurang untuk memenuhi asupan nutrisi anaknya.
7. Riwayat turbuh kembang
a. Pertumbuhan fisik
1) Berat badan lahir : 2000 gram
2) Tinggi badan lahir : 40 cm
3) Waktu tumbuh gigi: 9 bulan, tanggal gigi tahun (-)
b. Perkembangan tap tahap
Usia anak saat:
1). Berguling : Tidak ingat
2). Duduk : Tidak ingat
3) Merangkak : 10 bulan
4) Berdiri : 13 bulan
5) Berjalan : 15 bulan
19
6) Senyum kepada orang lain : tidak ingat
7) Bicara pertama kali : tidak ingat
8) Berpakaian tanpa dibantu
8. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI : sejak lahir
1) Cara pemberian : ibu klien bekerja di luar rumah, disusui ketika pagi hari dan malam hari
2) Lama pemberian : kurang dari 12 bulan.
b. Pemberian susu formula : Belum pernah diberikan susu formula
c. Pemberian makanan tambahan
1) Pertama kali diberikan : 3 bulan
2) Jenis : nasi tim dengan sayur
9. Pemeriksan Fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah
b. Tingkat kesadaran
Kualitas : apatis
Kuantitas :
Respon motoric :5
Respon verbal :3
Respon membuka mata: 3
Jumlah = 11
c. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
Suhu : 36 c
Nadi : 96x/menit
Respirasi : 20x/menit
d. Antropometri
Berat badan : 7 kg
Tinggi badan : 100 cm

20
LILA : 12 cm
Lingkar Kepala : 40 cm
Lingkar dada : 43 cm
Lingkar perut : 58 cm
e. Head to toe
1). Kepala dan Rambut
Inspeksi : rambut tipis kemerahan, penyebaran rambut tidak merata, tampak kusam dan
kering, tidak ada lesi.
Palpasi : mudah rontok, terasa tipis, tidak teraba benjolan
2). Wajah
Inspeksi : wajah terlihat bengkak, terlihat seperti moon face
3). Mata
Inspeksi : simetris, sclera putih, konjungtiva pucat
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan
4). Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris, tidak ada sumbatan, tidak ada lesi, tidak ada cuping
hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5). Mulut dan gigi
Inspeksi : mukosa bibir kering, adanya karies pada gigi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
6). Telinga
Inspeksi : daun telinga simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
7). Leher
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran JVP, tidak ada lesi
Palpasi : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
8). Thorax dan Fungsi Pernafasan
Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan, tidak terdapat lesi, gerakan dada asimetris.

21
Palpasi : tidak ada pembengkakan
Perkusi : terdengar sonor kiri dan kanan
Auskultasi : terdengar bunyi vesikuler
9). Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pembesaran Jantung
Palpasi : trekuensi nadi normal, irama teratur
Perkusi : terdengar pekak/dullness
Auskultasi : bunyi jantung teratur
10). Abdomen
Inspeksi : ada asites, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ada pembesaran hepar
Perkusi : bunyi hypertimpani
Auskultasi : bising usus 12x/menit
11). Ekstremitas dan kulit
a). Kulit
Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit mengalami hiperpigmentasi, kulit bersisik dan
kering.
Palpasi : turgor kulit tidak elastis, tidak ada nyeri tekan
b). Ekstremitas
Inspeksi : Terdapat edema ringan pada kaki, kuku klien terlihat kotor
Palpasi : teraba edema pada kaki
c). Kriteria kekuatan otot : Normal
12). Anus
Inspeksi : bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa
13). Genitalia
Inspeksi : Bersih, tidak terdapat kateter
10. Pola aktivitas Sehori-hari
a. Pola makan
22
Ibu klien mengatakan di rumah klien makan tidak teratur terkadang kurang dari 3x sehari, klien
dirumah minum kurang lebih 8 gelas perhari, klien tidak mengkonsumsi susu formula.
b. Pola istirahat dan Tidur
Ibu klien mengatakan klien biasa tidur pukul 19.00 WIB dan bangun pukul 06.30 WIB.
Terkadang pola tidur klien terganggu karena kambuhnya gejala penyakit yang diderita klien
pada malam hari.
c. Pola Eliminasi
Klien menyatakan bahwa BAK di rumah tergantung banyak atau tidaknya minum tetapi
biasanya 5x/hari dan BAB teratur Ix/hari.
d. Pola aktivitas dan latihan
Di rumah klien mengalami gangguan aktivitas akibat status mental yang apatis dan rewel. klien
tidak pernah berrmain dengan anak seusianya dan hanya berbaring di tempat tidur saja.
11. Riwayat psikososial
Keadaan umum klien sangat lemah, sering rewel, dan tidak dapat berinteraksi dengan orang
lain slain keluarga. Keluarga juga mengalami kecemasan karena melihat kondisi mum klien.
12. Riwayat spiritual
Klien dan keluarga menganut agama Islam. lien belum diajarkan pendidikan spiritual oleh
keluarga, namun ibu klien selalu berdoa atas kesembuhan klien.
13. Pemeriksaan Penunjang

23
B. Analisa Data

24
C. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang
mempengaruhi masukan nutrist (asites)
2. Perubahan volume cairan (fluKtuasi) b.d Ketidakmampuan mencerna cairan
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengena1 Kondis1, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang terpapar informasi.

25
D. Intervensi Keperawatan

26
E. Implementasi Keperawatan
No Tanggal Tindakan Respon Paraf
Dx 23 -Mengkaji status nutrisi RS : Ibu klien mengatakan
Kep. 1 Maret, secara continue selama klien sudah makan sedikit-
2022 perawatan setiap hari, sdikit
08.00 perhatikan tingkat energy, RO :
kondisi kulit, kuku, rambut, -Porsi makan habis 1/3
keinginan untuk makan porsi
ataupun anoreksia
12.00 Menimbang berat badan, RS : -
ukur lingkar lengan atas RO :
dan tebal lipatan kulit - BB 11 Kg
- Lila 12cm
Dx 23 Mengkaji tanda klinis RS : Ibu klien mengatakan
Kep. 2 Maret, dehidrasi kaki dan wajah klien
2022 masih bengkak
08.00 RO :
- TTV : TD
90/60mmHg, S
36,8C, N 96x/mnt,
R 18x/mnt
12.00 Memberikan tambahan RS : -
cairan oral RO :
- Masukkan cairan
100ml, keluarkan
cairan 50ml dari
pukul 06.00
Dx 23 Mengkaji pengetahuan RS : Ibu klien masih
Kep 3 Maret, pasien atau keluarga bertanya-tanya tentang
2022 tentang status nutrisi kondisi klien
08.00 RO : Ibu klien tampak
cemas

27
E. Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi
dan
Jam
1 23 Dx Kep 1 S : Ibu klien mengatakan klien sudah
Maret, mau makan sedikit-sedikit
2018 O:
12.00 - Porsi makan habis 1/3 porsi
- BB 11Kg
- Lila 12cm

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi

2 23 Dx Kep 2 S : Ibu klien mengatakan kaki dan


Maret, wajah klien masih bengkak
2018 O:
12.00 - Masukkan cairan 100ml dan
keluarkan 50ml dari pukul
06.00
- TTV : TD 90/60 mmHg, S
36,8C, N 96x/mnt, R
18x/mnt,
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
3 23 Dx Kep 3 S : Ibu klien masih bertanya-tanya
Maret, tentang kondisi klien
2018 O : Ibu klien tampak cemas
08.00 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

28
BAB V

PENUTUP
5.1 Simpulan
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau
status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara
efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang
terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.
Kekurangan energi protein adalah suatu masalah kesehatan yang dapat dilihat sebagai
suatu proses kekurangan makanan terutama energi dan protein dari beberapa zat gizi atau
zat-zat lebih yang dibutuhkan oleh tubuh anak atau balita dan akan menimbulkan beberapa
gangguan petumbuhan atau masalah kesehatan lainnya yang berhubungan pada nutrisi
balita atau anak.
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup serta kebiasaan
makan yang tidak tepat, karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital. Pada bayi
dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare. Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor,
faktor sosial, kemiskinan, laju pertumbuhan penduduk, infeksi, pola makan, tingkat
pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuh balita.

5.2 Saran
Diharapan dengan adanya makalah ini semua ibu lebih memperhatikan status gizi anak
agar tidak terjadi malnutrisi atau kekurangan kalori protein (KKP).

29
DAFTAR PUSTAKA

Arisman (2012). Gizi Dalam Daur Kehidupan . Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Anonim.2013. Konsep Dasar Marasmus. Diakses: 30 Januari 2023.
http://www.sarjanakesehatan.blogspot.com/2013/04/askep-padapasien-
marasmus.html
PANGESTU, F. E. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN
BALITA KEKURANGAN ENERGI PROTEIN: MARASMUS DI
PUSKESMAS KLATEN SELATAN (Doctoral dissertation, STIKES
Muhammadiyah Klaten).
Laraeni, Y., Sofiyatin, R., & Rahayu, Y. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Ibu Terhadap Konsumsi Zat Gizi (Energi, Protein) pada Balita
Gizi Kurang di Desa Labuhan Lombok. Media Bina Ilmih15, 9 (1), 1-7.
Marimbi, Hanun. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi pada Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika
Permata Devie, 2019. Asuhan Keperawatan KKP. (Diakses 30 Januari 2023)

https://www.academia.edu/39255328/MAKALAH_KEPERAWATAN_ANAK_I
Ismayanti, Rahma dkk. (2015). Makalah KEKURANGAN ENERGI PROTEIN. (Diakses 31
Januari 2023)

https://www.academia.edu/15785174/Kekurangan_Energi_Protein_Devinisi_Klasifikas
i
Puspasari, R. (2021). Modul Konsep Pencegahan dan Penanganan Kurang Kalori Protein
(KKP), Kekurangan Vitamin, Anemia dan Cacingan.
Tim POKJA SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim POKJA SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Nasional Indonesia

30
LAMPIRAN

h. Prosedur pemeriksaan fisik pada anak dengan gangguan kebutuhan nutrisi


1) Pemeriksaan antropometri, perhitungan IMT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
BAYI DAN ANAK
Pengertian Melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi
badan/panjang badan, lingkar kepala
Tujuan Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan bayi / Balita
Persiapan Tempat : ruangan yang tenang, bersih
Alat : alat pencatat, timbangan berat badan ( timbangan bayi
untuk anak sampai 2 tahun, timbangan injak untuk anak > 2
tahun), alat pengukur panjang/tinggi badan, pita ukur lingkar
lengan atas

31
Prosedur Kerja

1. Cuci tangan
2. Jelaskan tujuan pemeriksaan kepada orang tua

3. PENIMBANGAN BERAT BADAN DENGAN


MENGGUNAKAN TIMBANGAN BAYI
. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
a goyang
Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan angka 0
. Lepaskan baju bayi, tanpa topi, kaus kaki atau sarung tangan
Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan
. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum,
baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan
ke kiri.

4. PENIMBANGAN BERAT BADAN DENGAN


MENGGUNAKAN TIMBANGAN INJAK
. Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
a
bergerak

32
.Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan angka 0

c. Anjurkan anak memakai baju yang tipis, tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu
Berdirikan anak di atas timbangan tanpa dipegangi
. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
d.
e Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
f.timbangan. Bila anak terus bergerak, perhatikan gerakan jarum,
baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke
kiri.

5PENGUKURAN PB/TB DENGAN CARA BERBARING


.
(sebaiknya oleh 2 orang petugas)
a. Letakkan bayi berbaring terlentang pada alas yang datar
b. Tempelkan kepala bayi pada pembatas angka 0 (
petugas 1)
c. Pegang kepala bayi agar tetap menempel pada
pembatas angka 0 (pembatas kepala)
d. Petugas 2 : tekan lutut bayi dengan tangan kiri
dan dengan menggunakan tangan kapan tekan batas
kaki ke telapak kaki bayi
e. Petugas 2 : Baca angka di tepi luar pengukur

6 PENGUKURAN PB/TB DENGAN CARA BERDIRI


.
a. Lepas sandal atau sepatu anak
b. Berdirikan anak tegak menghadap ke depan
c. Tempelkan punggung, pantat dan tumit anak pada
tiang pengukur
d. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di

33
ubun-ubun
e. Baca angka pada batas tersebut
f. Interpretasikan hasi pemeriksaan TB/PB dan BB
dengan menggunakan tabel BB/TB Direktorat Gizi
masyarakat tahun 2002

PENGUKURAN LINGKAR KEPALA

7
.
a.Lingkarkan pita ukur pada kepala anak melewati dahi, menutupi
.
alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang
menonjol, tarik agak kencang
b.Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
.
c.Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak
.
d.Catat hasil pengukuran pada grafik lingkar kepala menurut umur
.
dan jenis kelamin
e.Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu
.
dengan ukuran sekarang

8 PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS


.
Lingkarkan pita ukur pada lengan atas (pada titik
tengah lengan atas)
Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
Catat hasil pengukuran
9Informasikan hasil pemeriksaan antropometri pada keluarga
.
1Rapikan pasien
0
34
.
1. Rapikan lingkungan dan peralatan
1
1 Cuci tangan
2
.

SOP MENGHITUNG IMT ANAK


PROSEDUR TETAP SOP
Pengertian Ukuran yang digunakan untuk mengetahui status gizi seorang
yang didapat dari perbandingan berat badan dan tinggi badan.
Tujuan Sebagai acuan penerapan Langkah-langkah dalam pengukuran
status gizi anak.
Kebijakan Memantau status nutrisi anak.
Alat dan bahan 1. Timbangan
2. Pengukur tinggi badan/microtoise
3. alat catatan
Langkah-langkah 1. Menimbang anak untuk mengetahui BBnya dengan
menggunakan timbangan.
2. Mengukur TB anak dengan menggunakan pengukur tinggi
badan, tanpa alas kaki.
3. Menghitung IMT anak dengan rumus :
BB(kg)
IMT = 2
TB ( m)
4. Mengatagorikan hasil perhitungan IMT anak dengan
ketentuan :
- kurang bila nilai IMT <18,5
- normal bila nilai IMT 18,5 – 24,9
- lebih bila nilai IMT 25 – 29,9
- gemuk bila nilai IMT 30 – 39,9
- sangat gemuk bila nilai IMT >40
5. Lakukan rujukan lebih lanjut bila nilai IMT anak dalam
kategori kurang.
6. Dokumentasikan prosedur IMT yang dilakukan.

35
Definisi bentuk abdomen pada anak.
Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan orang dewasa, ada beberapa hal yang tidak
boleh diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesuaikan dengan umur anak atau bayi. Suasana
harus tenang dan nyaman karena jika anak ketakutan Kemungkinan dia akan menolak untuk
diperiksa. Untuk anak usia 1 - 3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan Ibu sedangkan
pada bayi usia kurang dari 6 bulan biasanya diperiksa di meja periksa. Tata cara dan urutan
pemeriksaan fisik pada anak tetap dimulai dengan inspeksi palpasi perkusi dan auskultasi.
Inspeksi ditujukan untuk melihat perubahan yang terjadi secara umum dengan
membandingkan tempat yang diperiksa dengan daerah sekitarnya atau organ yang sama pada
sisi yang berbeda titik palpasi dengan telapak tangan jari-jari tangan. Diperlukan untuk
menentukan bentuk, tapi, permukaan dan untuk mengetahui intensitas nyeri serta konsistensi.
Dapat dilakukan dengan kedua tangan, terutama untuk mengetahui adanya cairan atau
ballotement. Ditunjukkan untuk mengetahui perbedaan suara ketukan sehingga dapat di
tentukan batas-batas organ atau masa abnormal.
Suara perkusi dibagi menjadi tiga macam yaitu Sonor (perkusi paru normal), timpani ada
(perkusi abdomen), dan pekak (perkusi otot), dan hipersonor (antara Sonor dan timpani).
Menggunakan stetoskop untuk mendengar suara pernafasan, bunyi dan bising jantung,
peristaltik usus dan aliran darah dalam pembuluh darah.
No Prosedur
1. Prosedur tindakan/pelaksanaan
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
- Kesan sakit
- Kesadaran
- Kesan status gizi
b. Tanda vital
- Tekanan darah
Pengukuran darah pada pasien anak pada pasien dewasa, tetapi memakai
manset khusus untuk anak yang ukurannya lebih kecil dari manset biasa. Besar
manset antara setengah sampai dua pertiga lengan atas. Tekanan darah waktu
lahir 60-90 mmHg sistolik dan 20-60 mmHg diastolik. Setiap tahun biasanya
naik 2-3 mmHg untuk kedua-duanya dan sesudah pubertas mencapai tekanan
darah dewasa.
- Nadi
Perhatikan, frekuensi/laju nadi ( 60-100 kali / menit), Irama, isi/kualitas nadi
36
dan ekualitas (perabaan nadi pada keempat ekstremitas).
- Napas
Perlu diperhatikan laju napas, irama, kedalaman dan pola pernapasan.
- Suhu
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1) Rektal
Anak berada dalam posisi tengkurap di pangkuan ibu, ditahan dengan
tangan kiri, dua jari tangan kiri ibu memisahkan dinsing anus kanan
dengan kiri, dan thermometer dimasukkan anus dengan tangan kanan ibu.
2) Oral
Termometer diletakan di bawah lidah anak. Biasanya dilakukan untuk
anak > 6 tahun.
3) Aksila
Termometer ditempelkan di ketiak dengan lengan atas lurus selama 3
menit. Umumnya suhu diperoleh 0,5°c lebih rendah dari suhu rektal.
c. Data Antropometrik
Berat badan anak merupakan parameter yang paling sederhana dan merupakan
indeks untuk status nutrisi sesaat. Interpretasi :
1) BB/U dipetakan pada kurve berat badan
- BB<sentil ke 10 : defisit
- BB>sentil ke 90 : kelebihan
2) BB/U dibandingkan dengan acuan standar, dinyatakan dengan presentase :
- >120% : gizi lebih
- 80-120% : gizi baik
- 60-80% : tanda edema, gizi kurang, dengan edema, gizi buruk
- <60% : gizi buruk, tanpa edema (marasmus), dengan edema (kwasiorkhor)
- Tinggi badan dinilai dengan : TB/U pada kurva
- <5 sentil : deficit berat
- Sentil 5-10 : perlu evaluasi untuk membedakan apakah perawakan pendek
akibat defisiensi nutrisi kronik atau konstitusional
3) TB/U dibandingkan dengan standar baku (%)
- 90%-110% : baik/normal
- 70%-89% : tinggi kurang
- <70% : tinggi sangat kurang
4) BB/U
2. Kulit
Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit, edema,
tanda perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah,
hemangioma, nevus, bercak 'café au kait', pigmentasi, tonus, turgor, pertumbuhan
37
rambut, pengelupasan kulit, dan stria.
3. Kelenjar Limfe
Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila, belakang telinga, leher,
ketiak, bawah lidah, dan sub oksipital. Apabila teraba tentukan lokasinya,
ukurannya, mobil atau tidak.
4. Kepala
Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran lingkar kepala
asimetri sefalhematom, maulase, kraniotabes, sutura, ubun-ubun, pelebaran
pembuluh darah, rambut, tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran
yang paling besar, yaitu melalui dahi dan daerah yang paling menonjol daripada
oksipital posterior.
5. Muka
Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak antara
hidungdan mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda chovstek,
dan nyeri pada sinus.
6. Mata
Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat, nistagmus,
ptosis, eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil,
katarak, dan kelainan fundus. Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi
normal di bawah 6 bulan.
7. Hidung
Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping hidung,
mukosa, sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus.
8. Mulut pada pemeriksaan mulut, perhatikan :
Bibir : wama, fisura, simetri/tidak, gerakan.
Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak.
Selaput lendir mulut: warna, peradangan, pembengkakan,
Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, wama, ukuran, gerakan, tepi
hiperemis/ tidak
Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.
9. Tenggorok Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat skalpel,
anak disuruh mengeluarkan lidah dan mengatakan 'ah' yang keras, selanjutnya
spaltel diletakkan pada lidah sedikit ditekan kebawah. Perhatikan : uvula,
epiglotis, tonsil besarnya, wama, paradangan, eksudat, kripte)
10. Telinga Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, wama dan bau
sekresi telinga, nyeri/tidak (tragus, antitragus), liang telinga, membrana timpani.
Pemeriksaan menggunakan heat lamp dan spekulum telinga.
11. Leher Pada leher perhatikanlah : panjang pendeknya, kelenjar leher, letak trakhea,
pembesaran kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis, dan gerakan leher.
12. Thorax Untuk pemeriksaan thorax seperti halnya pada dewasa, meliputi urutan :

38
Inspeksi :
- Pada anak < 2 tahun : lingkar dada <lingkar kepala
- Pada anak > 2 tahun : lingkar dada > lingkar kepala.
Perhatikan
a. Bentuk thorax : funnel chest, pigeon chest, barell chest, dll
b. Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada retraksi.tidak
c. Pemafasan : cheyne stokes, kusmaul, biot
d. Ictus cordis
Palpasi :
Perhatikan :
a. Pengembangan dada : simetri/tidak
b. Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak
c. Sela iga : retraksi/tidak
d. Perabaan iktus cordis
Perkusi :
Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu jari/tanpa bantalan
jari lain, atau secara tidak langsung dengan menggunakan 2 jari/bantalan jari lain.
Jangan mengetok terlalu keras karena dinding thorax anak lebih tipis dan ototnya
lebih kecil. Tentukan :
a. Batas paru-jantung
b. Batas paru-hati : iga VI depan
c. Batas diafragma: iga VIII – X belakang. Bedakan antara suara sonor dan
redup.
Auskultasi :
Tentukan suara dasar dan suara tambahan : Suara dasar : vesikuler, bronkhial,
amforik, cog-wheel breath sound, metamorphosing breath sound.
Suara tambahan : ronki, krepitasi, friksi pleura, wheezing Suara jantung normal,
bising, gallop
13. Abdomen
Seperti halnya pada dewasa pemeriksaan abdomen secara berurutan meliputi;
Inspeksi :
Perhatikan dengan cara pengamatan tanpa menyentuh :
a. Bentuk : cekung/cembung
b. Pernafasan : pernafasan abdominal normal pada bayi dan anak kecil
c. Umbilikus : hernia/tidak
d. Gambaran vena : spider navy
e. Gambaran peristaltik
Auskultasi :
Perhatikan suara peristaltik, normal akan terdengar tiap 10 - 30 detik,
Perkusi :
Normal akan terdengar suara timpani. Dilakukan untuk menentukan udara dalam
39
usus, atau adanya cairan bebas/ascites.
Palpasi
Palpasi dilakukan dengan cara : anak disuruh bernafas dalam, kaki dibengkokkan
di sendi lutut, palpasi dilakukan dari kiri bawah ke atas, kemudian dari kanan atas
ke bawah. Apabila ditemukan bagian yang nyeri, dipalpasi paling akhir.
Perhatikan : adanya nyeri tekan, dan tentukan lokasinya.
Nilai perabaan terhadap hati, limpa, dan ginjal.
HATI
Palpasi dapat dapat dilakukan secara mono/bimanual Ukur besar hati dengan
cara :
1. Titik persilangan linea medioclavicularis kanan dan arcus aorta dihubungkan
dengan umbilikus.
2. Proc. Xifoideus disambung dengan umbilicus. Normal : 1/3 - 1/3 sampai usia
5-6 tahun. Perhatikan juga : konsistensi, permukaan, tepi, pulsasi, nyeri tekan.
LIMPA
Ukur besar limpa (schuffner) dengan cara : Tarik garis singgung 'a' dengan bagian
arcus aorta kiri. Dari umbilikus tarik garis 'b' tegak lurus 'a' bagi dalam 4 bagian.
Garis 'b' diteruskan ke bawah sampai lipat paha, bagi menjadi 4 bagian juga.
Sehingga akan didapat S1 - 58.
GINJAL
Cara palpasi ada 2:
Jari telunjuk diletakkan pada angulus kostovertebralis dan menekan keras ke atas,
akan teraba ujung bawah ginjal kanan. Tangan kanan mengangkat abdomen anak
yang telentang. Jari-jari tangan kiri diletakkan di bagian belakang sedemikian
hingga jari telunjuk di angulus kostovertebralis kemudian tangan kanan
dilepaskan. Waktu abdomen jatuh ke tempat tidur, ginjal teraba oleh jari-jari
tangan kiri.
14. Ekstremitas
Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya, clubbing finger,dan
pembengkakan tulang.
Persendian
Periksa : suhu, nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan, dan gerakan.
Otot Perhatikan : spasme, paralisis, nyeri, dan tonus.
15. Alat Kelamin
Perhatikan :
Untuk anak perempuan :
a. Ada sekret dari uretra dan vagina/tidak.
b. Labia mayor: perlengketan / tidak

40
c. Himen : atresia / tidak
d. Klitoris : membesar / tidak.
Untuk anak laki-laki :
a. Orifisium uretra :
hipospadi = di ventral / bawah penis
Epsipadia = di dorsal / atas penis.
b. Penis : membesar / tidak
c. Skrotum : membesar / tidak, ada hernia / tidak.
d. Testis : normal sampai puber sebesar kelereng.
e. Reflek kremaster : gores paha bagian dalam testis akan naik dalam skrotum
16. Anus dan Rektum
Anus diperiksa rutin sedangkan rektum tidak.
Untuk anus, perhatikan:
a. Daerah pantat adanya tumor, meningokel, dimple, atau abces perianal.
b. Fisura ani
c. Prolapsus ani
Pemeriksaan rektal : anak telentang, kaki dibengkokkan, periksa dengan jari
kelingking masuk ke dalam rektum.
Perhatikan :
a. Atresia ani
b. Tonus sfingter ani
c. Fistula rektovaginal
d. Ada penyempitan / tidak.
Alat dan bahan
1) Stetoskop
2) Manset anak
3) Tensimeter
4) Timbangan anak
5) Termometer
6) Meteran tinggi badan
7) Midline
8) Palu reflex

Definisi Disfagia (kesulitan mengunyah/menelan)


Definisi Disfagia (kesulitan mengunyah/menelan) adalah sulit menelan. Saat mengalami
disfagia, proses penyaluran makanan atau minuman dari mulut ke dalam lambung akan
41
membutuhkan usaha lebih besar dan waktu yang lebih lama. Penderita disfagia akan kesulitan
menelan yang bisa disertai dengan rasa nyeri saat menelan, tersedak atau batuk saat makan dan
minum, atau nyeri ulu hati. Disfagia bisa disebabkan oleh beragam kondisi, mulai dari adanya
sumbatan di kerongkongan, gangguan otot, gangguan sistem saraf, sampai kelainan bawaan
(kongenital).
Disfagia berkaitan erat dengan proses menelan. Secara umum, berikut dijelasakan 3 tahapan
proses menelan:
1. Fase oral
Tahap ini terjadi saat makanan berada di dalam mulut. Tahap ini melibatkan proses
mengunyah makanan, memindahkannya dari bagian depan ke belakang mulut, dan
persiapan menyalurkan makanan ke faring dan kerongkongan (esofagus).
2. Fase faringeal
Tahap ini melibatkan 2 proses utama, yaitu pendorongan makanan dari mulut ke
esofagus, serta tahap proteksi saluran pernafasan dari makanan. Tahap ini berlangsung
dengan cepat selama beberapa detik.
3. Fase esofageal
Tahap ini terjadi ketika makanan sudah masuk ke dalam esofagus. Makanan akan
didorong
dari bagian atas esofagus dengan gerakan seperti gelombang (peristaltik) yang dimiliki
saluran pencernaan untuk masuk ke dalam lambung. disfagia terjadi pada anak-anak,
keluhan dan gejala di bawah ini akan muncul:
- Makanan atau minuman sering keluar dari mulut.
- Sering memuntahkan kembali makanan saat sedang makan.
- Tidak mau mengonsumsi makanan tertentu.
- Sulit bernapas pada saat sedang makan.
- Berat badan yang turun secara drastis.

Prosedur pemeriksaan fisik disfagia (kesulitan mengunyah/menelan)


No. Prosedur
1. - Endoskopi untuk memeriksa kondisi saluran pernapasan atas, yaitu hidung
sampai tenggorokan (nasoendoskopi), atau memeriksa kondisi kerongkongan
sampai lambung (gastroskopi).
- Fluoroskopi, yaitu pemeriksaan dengan sinar-X dan dipandu oleh zat khusus
sebagai kontras (barium) untuk merekam gerakan otot saat menelan.
- Manometri, untuk melihat seberapa baik kerja esogafus dengan cara mengukur
besar tekanan otot pada organ tersebut ketika menelan
- Pemindaian dengan CT scan, MRI, atau PET scan, untuk melihat kondisi mulut
sampai dengan kerongkongan secara lebih detail.
42
Definisi bising usus
Pemeriksaan bising usus untuk mendeteksi adanya obstruksi usus merupakan pemeriksaan
pilihan karena hanya memerlukan sedikit waktu untuk dilakukan. Namun, hingga saat ini,
akurasi pemeriksaan ini masih dipertanyakan.
Auskultasi bising usus termasuk pemeriksaan fisik abdomen standar yang bertujuan untuk
membantu dokter mengetahui kelainan pada usus, termasuk obstruksi usus. Obstruksi usus
adalah kondisi gawat yang memerlukan tatalaksana segera.
Obstruksi Usus Halus
Secara garis besar, obstruksi usus dapat dibedakan menjadi dua, yaitu obstruksi usus halus dan
obstruksi besar. Sekitar 80% kasus obstruksi usus terjadi pada usus halus. Pada orang normal,
insiden obstruksi usus halus adalah 0,5–1%. Insiden ini akan meningkat menjadi 60% pada
pasien yang hernah menjalani operasi di area abdomen atau pelvis. Sebagian besar obstruksi
disebabkan oleh adhesi pascaoperasi. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko obstruksi
usus halus adalah inflamasi usus (termasuk penyakit Crohn dan kolitis ulseratif), neoplasma,
hernia, riwayat radioterapi, dan riwayat menelan benda asing. Obstruksi pada usus halus akan
menghambat perfusi jaringan usus. Hal ini dapat menyebabkan iskemia dan nekrosis pada usus.
Komplikasi lain yang dapat timbul adalah perforasi usus, peritonitis, sepsis, kegagalan
multiorgan, dan abses intraabdomen.
Obstruksi Usus Besar
Obstruksi usus besar biasanya terjadi di kolon transversal atau descending. Penyebab utamanya
adalah kanker di area rektosigmoid, rektum, dan anal. Sekitar 30% pasien kanker kolorektal
mengalami obstruksi usus besar dan 77% di antaranya menjalani operasi cito. Komplikasi yang
sering muncul adalah perforasi usus dan sepsis. Prosedur pemeriksaan fisik bising usus dan
sepsis.

Prosedur Pemeriksaan Fisik Bising Usus


No. Prosedur
1. Bising usus sudah lama dijadikan patokan untuk mendeteksi kelainan pada abdomen.
Namun, bukti yang ada saat ini belum cukup untuk menyatakan bahwa hasilnya
(normal atau abnormal) atau abnormal) bermakna secara klinis. Selain itu, masih
terdapat perdebatan mengenai interpretasi pemeriksaan ini, baik temuan normal atau
abnormal. Bising usus yang normal memiliki frekuensi 5–34 kali per menit.
Terkadang, jarak antar siklus bising usus mencapai 5–35 menit. Hal ini berarti
bahwa pemeriksaan bising usus yang ideal dilakukan selama >35 menit. Sebab,
bising usus mungkin tidak terdengar selama 35 menit dan hal tersebut belum tentu
43
menandakan kelainan pada abdomen. Meskipun demikian, pemeriksaan yang ideal
tersebut sangat memakan waktu dan tidak mungkin dilakukan. Biasanya,
pemeriksaan bising usus dilakukan 30 detik-7 menit. Selain
itu, tidak semua gerakan peristaltik usus menghasilkan bising usus yang dapat
didengar
melalui stetoskop. Oleh karena itu, tidak terdengarnya bising usus bukan berarti
tidak ada
gerakan peristaltic Tidak terdengarnya bising usus berhubungan dengan obstruksi
usus, iskemia usus, ileus paralitik, dan peritonitis. Sementara itu, peningkatan bising
usus dapat disebabkan oleh gastroenteritis, diare, penyakit inflamasi usus
(inflammatory bowel disease/IBD), penggunaan laksatif, perdarahan saluran cerna,
dan obstruksi usus. Temuan lain dari pemeriksaan auskultasi abdomen adalah bruit,
hepatic venous hum, dan friction rub. Bruit menandakan aneurisma aorta atau
stenosis arteri renal. Hepatic venous hum dapat ditemukan pada hipertensi porta,
sedangan friction rub berhubungan dengan inflamasi peritoneal, infark limpa, atau
metastasis hepar.

BARIUM ENEMA PADA ANAK


Teknik Pemeriksaan Collon In Loop (barium enema). Pediatrik adalah teknik pemeriksaan
secara radiologis dari usus besar (collon) dengan menggunakan media kontras secara
retrograde pada pasien pediatrik (anak-anak). Tujuan pemeriksaan colon in loop sendiri adalah
untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan
diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada colon. Karena pasien dalam pemeriksaan
ini merupakan anak-anak maka banyak hal yang perlu mendapat perhatian dan pemahaman
khusus dalam pelaksanaannya. Misal mengalihkan perhatian anak, dengan cara mengajak
bicara saat pemeriksaan serta membawa teman atau orang-orang terdekat dari anak tersebut.
Menjelaskan jalannya pemeriksaan pada anak tersebut agar pemeriksaan dapat berjalan dengan
lancar. Untuk pasien pediatrik umumnya menggunalan waktu eksposure yang rendah dan mA
yang tinggi untuk meminimalisasi gambaran buram akibat pergerakan pasien. Sedangkan bagi
pasien pediatrik yang sudah menginjak remaja dapat dilakukan pemeriksaan selayaknya orang
dewasa, kecuali untuk perlindungan khusus di gonad dan mengurangi faktor eksposi serendah
mungkin. Untuk pemeriksaan Collon In Loop ini indikasi yang biasa terjadi meliputi : 1. Colitis
: Penyakit-penyakit inflamasi pada colon, 2. Carsinoma, 3. Diverticulum : Merupakan kantong
yg menonjol pada dinding kolon, terdiri lapisan mukosa dan muskularis mukosa, 4. Polyps :
Penonjolan pada selaput lendir, 5. Volvulus : Penyumbatan isi usus karena terbelitnya usus ke
bagian yang lain, 6. Invagination : Melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri, 7.
Intussusception, 8. Atresi ani : Tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada, 9.
44
Stenosis : Penyempitan saluran usus besar, 10. Mega colon : Suatu kelainan kongenital yang
terjadi karena tidak adanya sel ganglion di pleksus mienterik dan submukosa pada segmen
colon distal menyebabkan feses sulit melewati segmen ganglionik. Untuk kontra indikasinya
yaitu: 1. Perforasi 2. Obstruksi akut atau penyumbatan 3. Diare berat A. Persiapan

1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi :

Untuk Anak lebih dari 1 tahun


- Kantung enema sekali pakai diisi dengan barium sulfat
- Tabung
- Penjepit
- Air hangat digunakan untuk melarutkan barium sulfat.
- Beberapa diantaranya, kateter di design agar tidak dapat keluar rectum setelah
disisipkan, sehingga tidak bocor.

Catatan: Penggunaan latex tidak boleh, karena dapat mengakibatkan alergi. Penggunaan
jenis balon juga tidak boleh digunakan, karena dpat mengakibatkan perforasi pada
rectum. •

Untuk bayi dan anak – anak 1. Menggunakan kateter silicon 10 french dan sebuah spuit
60 ml, barium diinjeksi secara manual dan perlahan.
Untuk semua pasien 1
1. Jelly
2. Hypoallergenic tape
3. Sarung Tangan
4. Lap pel atau Tissue 2.

2. Pasien
Persiapan pasien yang perlu dilakukan meliputi :
1. Pasien dan orang tua harus masuk ke dalam ruang pemeriksaan, kemudian dijelaskan
bagaimana prosedur pemeriksaan kepada pasien, bagaimana teknik media kontras itu
dimasukan dan alasannya ,mengapa dilakukan itu, tunjukan ketika barium masuk ke
dalam colon. Katakan dengan bahasa dan teknik yang dimengerti anak kecil, agar tidak
takut bahwa nanti akan disentuh pada bagian genitalnya. Orang tua pasien
mendampingi selama pemneriksaan
2. Tanyakan riwayat penyakit pasien. Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi keadaan
anak yang akan diperiksa. Karena ini akan membantu radiolog dalam memutuskan
instruksi dan prosedur pemeriksaan yang akan diambil.
3. Untuk bayi sampai 2 tahun : Tidak ada persiapan khusus yang diperlukan.
4. Untuk anak 2 tahun sampai 10 tahun :
45
Pada malam hari sebelum pemeriksaan hanya makan-makan yang rendah serat.
- Malam sebelum pemeriksaan minum satu tablet bisacodyl atau laxative atau sejenisnya.
- Jika setelah diberi laxative tidak menunjukan pengeluaran yang cukup, maka dilakukan
enema pedi fleet (Urus-urus) atas petunjuk dokter.

Teknik Pemasukan Media Kontras Pemeriksaan colon in loop (barium enema) pada bayi dan
anak-anak biasanya hanya menggunakan metode kontras tunggal yang menggunakan media
kontras BaSO4 (barium sulfat) saja, sedangkan metoda kontras ganda tidak dianjurkan
(Bontrager, 2001). C. Proyeksi Proyeksi pemeriksaan yang digunakan adalah : - AP Plan Foto
AP dengan Kontras
Lateral dengan Kontras
AP Post Evakuasi

1. AP Plan Foto Posisi Pasien — Pasien diposisikan supine diatas kaset / meja pemeriksaan
dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah kaset. Kedua tangan
diletakkan diatas kepala pasien dan diberi pengganjal untuk fiksasi. kedua kaki lurus kebawah
dan diberi pengganjal juga. Posisi Objek — Objek diatur dengan menentukan batas atas
processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis. Titik bidik pada pertengahan
kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat
pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas. FFD: 100cm
2. AP dengan Kontras Posisi Pasien.

Pasien diposisikan supine diatas kaset / meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane)
tubuh berada tepat pada garis tengah kaset. Kedua tangan diletakkan diatas kepala pasien dan
kedua kaki lurus kebawah dengan di pegang oleh orang tuanya yang telah menggunakan apron.

Posisi Objek
- Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah
adalah symphisis pubis. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah
sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh
dan tahan nafas. Jika pasien menangis lakukan eksposi pada waktu jeda tangisannya
reda.
-
3. Lateral Dengan Kontras Posisi Pasien •

Pasien diposisikan lateral atau tidur miring dengan Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada
pertengahan kaset dan vertikal terhadap garis tengah kaset, genu sedikit fleksi kedua ujung kaki
dan tangan dipegang oleh orang tuanya yang terlebih dahulu diberi Apron, hal ini dikarenakan
pasien selalu bergerak dan menangis.
46
Posisi Objek
Arah sinar ; tegak lurus terhadap film. Titik bidik ; Pada Mid Coronal Plane setinggi spina
illiaca anterior superior (SIAS). Eksposi dilakukan saat pasien diam.

4. AP Post Evakuasi Posisi Pasien •

- Pasien diposisikan supine diatas kaset / meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane)
tubuh berada tepat pada garis tengah kaset. Kedua tangan diletakkan diatas kepala pasien dan
diberi pengganjal untuk fiksasi. kedua kaki lurus kebawah dan diberi pengganjal juga.

Posisi Objek

- Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah adalah
symphisis pubis. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal
tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas. FFD:
100cm

47
1) USG abdomen
Pengertian Pemeriksaan menggunakan USG merupakan
cara yang dilakukan untuk memeriksakan
kondisi kehamilan dan janin. Dilakukan
dengan menggunakan alat USG yang
menggunakan gelombang suara yang di
transmisikan ke dalam bentuk gambar dua
dimensi.
Tujuan - Untuk mengetahui kondisi kehamilan
dan janin
- Untuk mengetahui usia kehamilan
melalui ukuran secara computerized
- Untuk mengetahui adanya indikasi
pada kehamilan
Kebijakan Buku petunjuk penggunaan alat USG
Prosedur Persiapan alat :

- Alat USG
- Alat Print USG
- Probe abdomen/OBGYN
- Probe transvaginal
- Selimut
- Tissue halus dan tissue kasar
- Jelly
- CPU USG

Cara menyiapkan alat USG :


1. Petugas menyiapkan alat USG.
Nyalakan CPU, tekan tombol ON
sampai berbunyi 2 kali dan muncul
warna hijau, serta menyalakan print
USG tekan tombol ON dan nyalakan
USG dengan menekan tombol
Power.
2. Petugas menyalakan TV yang
tersambung dengan USG.
3. Petugas memasukkan data pasien
kelayar monitor USG. Tekan tombol
patient. Kemudia input nama pasien,

48
no RM, TTL, pilih jenis kelamin
setelah itu tekan OK.
4. Setelah muncul tampilan gambar
screen OBGYN dan siap dilakukan
USG.
5. Petugas mencuci tangan.
6. Menganjurkan kepada pasien untuk
naik ketempat tidur.
7. Mengatur posisi pasien senyaman
mungkin.
8. Mulai melakukan USG abdomen.
9. Dokter mengitung umur kehamilan,
BB janin, DJJ, Tapsiran persalinan
dengan mengukur lingkar kepala,
lingkar perut, Panjang tulang betis
janin. Serta jumlah ketuban dan
posisi plasenta.
10. Memeberitahukan hasil pemeriksaan
kepada pasien.
11. Menganjurkan pasien untuk bangun
dan memberikan konseling sesuai
keluhan pasien.
12. Menganjurkan pasien Kembali
control bulan depan atau jika ada
keluhan.
13. Mencuci tangan.
14. Mencatat data pasien di status rekam
medis pasien.

49
2) Endoskopi

50
51
52
53
54
i. Tindakan keperawatan untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi
1) Pemberian minum dengan cawan pada bayi

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMBERIAN MINUM MELALUI CAWAN PADA BAYI

NILAI
NO. Komponen penilaian aspek yang di nilai YA TIDAK KET
100 100
Tahap pra interaksi :

 Cek catatan perawatan dan catatan medit=s klien


 Cuci tangan
 Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
1. Susu PASI sesuai program/ASI/Air putih
2. Gelas
3. Sendok
4. Slaberce
Tahap Orientasi :
1. Beri salam, panggil klien dengan Namanya
2. Jelaskan Tindakan yang akan dilakukan: Tujuan,
Cara dan Waktu
Tahap Kerja :
1. Mengidentifikasi bayi yang akan di beri minum
2. Mengukur jumlah bayi sesuai dengan umur
3. Mengisi gelas minum bayi dengan susu Pasi/ASI
4. Mengetes panas susu (meneteskan susu pada
punggung tangan perawat dengan sendok)
5. Mendinginkan atau memanaskan suhu jika terlalu
panas atau dingin
6. Memeriksa apakah bayi buang air besar/buang air
kecil
7. Mengangkat bayi dari box
8. Mengatur posisi bayi ½ duduk
9. Meletakkan slaberce di bawah dagu
10. Memberi minum pada bayi dengan sendok
11. Membuat bayi ersendawa setelah minum
12. Membaringkan bayi dalam box dengan posisi miring
55
kanan
13. Merapikan alat-alat
14. Mencuci tangan
Tahap Terminasi :
 Beri tahu klien bahwa prosedur Tindakan telah
selesai dilakukan
 Bereskan alat yang digunakan
 Beri reinforcement positif kepada klien
 Kontrak pertemuan berikutnya
 Cuci tangan
Evaluasi :
 Sikap
 Keterampilan

2) Merawat NGT?OGT< feeding drip

SOP
MELAKUKAN PERAWATAN NGT

1 Definisi Suatu tindakan keperawatan dalam memelihara NGT agar tetap bersih dari
rongga mulut hingga lambung.
1. Untuk menghindari tumbuhnya mikroorganisme atau bakteri didalam
selang NGT.
2 Tujuan 2. Mencegah infeksi
3. Menjaga kebersihan rongga mulut

3 Indikasi :
Ruang Lingkup
1.Bagi pasien yang terpasang NGT

4 Prosedur KOMPONEN Ya TIDAK

56
PersiapanAlat
1. Air
2. Hepafix
3. Sabun
4. Waslap
5. Sikat gigi
6. Pasta gigi
7. Bengkok
8. Kassa
9. Spatel

57
Fase Prainteraksi
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat
Fase Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama pasien.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
Fase Kerja
1. Nilai kembali pempatan selang sebelum memberikan
makanan, cairan, atau obat-obatan dan pada setiap
pergantian untuk pemberian makan secara kontinue.
2. Bilas selang dengan 30 mL air setelah setiap makan
dan pemberian obat-obatan.
3. Nilai adanya iritasi atau pecahnya kulit. Rekat
kanulang setiap hari dan pada lokasi yang berlainan
untuk menghindari penekanan konstan pada satu area
hidung. Cuci dengan lembut area sekitar hidung
dengan air dan sabun. Bersihkan perawatan nasal
setiap hari dan jika diperlukan
4. Berikan perawatan mulut setiap 2 jam dan jika
dibutuhkan(cuci mulut, air, sikat gigi,bersihkan lidah,
gigi, gusi, pipi, dan membrane mukosa). Jika pasien
sedang membersihkan mulut, ingatkan untuk tidak
menelan air. Jika pasien tidak sadar bias dibersihkan
menggunakan spatel dan kassa.
Fase Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dilembar catatan keperawatan.

58
3) Memberi makan melauli NGT/OGT, feeding drip

SOP PEMBERIAN MAKAN MELALUI NGT PADA PASIEN ANAK


PROSEDUR TETAP SOP
PENGERTIAN Tindakan memasukkan cairan, makanan cair/ formula enteral,
dan obat-obatan melalui selang NGT.
TUJUAN 1. Memperbaiki/mempertahankan status nutrisi pasien anak.
2. Pemberian obat
KEBIJAKAN Pasien anak yang tidak dapat makan melalui mulut.
PRINSIP 1. Pastikan posisi selang dan adanya residu lambung
2. Hindari mendorong makanan
3. Perhatikan interaksi obat oral dengan makanan, terutama dengan susu
PERALATAN 1. Cairan makanan dan air minum
2. Gelas ukur dan corong atau spuit 100 cc
3. Pengalas
4. Klem
5. Sarung tangan karet bersih
PROSEDUR 1. Tahap PraInteraksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien anak dengan benar
2. Tahap Orientasi
d. Memberikan salam dan menyapa nama pasien anak
e. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
anak yang mendampingi
f. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien anak
3. Tahap Kerja
g. Menjaga privacy pasien anak
h. Atur posisi pasien anak semifowler atau fowler, jika kontra
indikasi berikan posisi miring kanan

4
c. Pasang pengalas di dada pasien anak

d. Siapkan makanan dan obat (jika ada) yang akan diberikan

e. Pakai sarung tangan

f. Cek posisi dan kepatenan selang NGT serta residu lambung.


Jika residu 50 – 100 cc tunda pemberian sampai 1 jam. Jika
setelah 1 jam jumlah residu masih tetap, lapordokter.
g. Dengan tangan yang tidak dominan, klem selang NGT dan
tinggikan selang 45 cm dari dada pasien.
h. Alirkan makanan perlahan-lahan tanpa mendorong . Jangan
membiarkan udara masuk ke dalam selang. Bila makanan sudah
selesai, bilas selang dengan cairan
i. Tutup ujung selang.
j. Biarkan pasien pada posisi semifowler selama 30 menit
setelah pemberian makanan
k. Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan

b. Berpamitan dengan pasien

c. Membereskan alat-alat

d. Mencuci tangan
i. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

4) Memberikan obat sesuai program terapi

Memberikan obat sesuai program terapi


Pengertian : Memberikan obat melalui sutikan inrakutan atau intradermal yaitu pemberian obat
kedalam lapisan kulit tepat dibawah epidermis
Tujuan :
1.Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program
2. Memperlancar proses pengobatan
3.Membantu menentukan diagnose terhadap penyakit tertentu
Peralatan :

5
1.Handscoon
2.Kapas alcohol
3.obat yang sesuai
4.Spuit 1 ML dengan ukuran 25, 26, atau 27, panjang jarum ¼ sampai 5/8 inci
5.Bak spuit
6.Baki obat
7.Pulpen atau spidol
8.Buku catatan pemberian obat

Prosedur tindakan :
1. Tahap pra-interaksi :
• Memverifikasi data pasien
• Mencuci tangan
• Mendorong peralatan didekat tempat tidur pasien
2. Tahap Orientasi :
• Memberikaan salam terapeutik
• Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
• Menanyakan kesiapan pasien untuk prosedur tindakan
3. Tahap Kerja :
• Cuci tangan
• Bebaskan area lengan yang mau disuntik, apabila memakai baju lengan harus sisihkan ke
atas
• Pasang perlak atau pengalas tepat dibawah bagian yang akan disuntik
• Membersihkan kulit tempat suntikan dengan kapas alcohol
• Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk meregangkan kulit
• Menusuk spuit dengan kemiringan 15-20 derajat jarum masuk kurang lebih 0,5 cm
• Memasukan obat kedalam kulit perlahan, pastikan tanpa benjolan

6
• Memberikan tanda lingkran di sekitat tusukan
• Menaruh spuit ke dalam bengkok
4. Tahap Terminasi :
• Melakukan evaluasi tindakan
• Berpamitan dengan pasien
• Membersihkan alat-alat
• Mencuci tangan
• Mencatat kegiatan di lembar dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai