Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KKP

DISUSUN OLEH

Kelompok 1

I Komang Adi Budiartha (22089144006)


Gede Somabawa (22089144018)
Ni Kadek Mitta Dwi Margita (22089144041)
Ni Pande Ketut Fitriani (22089144009)
Sayu Putu Putri Ariani (22089144019)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak I yang telah
memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang
berilmu dan berpengetahuan.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak dan sumber referensi. Untuk itu, kami menyampaikan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Sehingga kami
mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 05 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1


1.2 Tujuan.....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
2.1 Definisi...................................................................................................................2
2.2 Manifestasi Klinis...................................................................................................2
2.3 Klasifikasi...............................................................................................................3
2.4 Patofisiologi............................................................................................................3
2.5 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................4
2.6 Penatalaksanaan......................................................................................................6
BAB III PATHWAY....................................................................................................9
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................10
BAB V PENUTUP ....................................................................................................12

5.1 Kesimpulan ..........................................................................................................12


5.2 Saran ....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................13

iii
BAB I

1.1 Latar Belakang


KKP adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan
kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan
hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi
juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.
Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu
pengaturan metabolisme protein.
Malnutrisi yaitu suatu kondisi dimana penderita mengalami penurunan berat
badan lebih dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan terkhir. Kriteria
lain yang digunakan adalah apabila saat pengukuran berat badan kurang dari 90%
berat badan ideal berdasarkan tinggi badan. Malnutrisi jenis marasmus adalah suatu
bentuk malgizi protein dan energi karena kelaparan, dan semua unsur diet kurang.
Di Indonesia masalah malnutrisi atau gizi buruk masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menurut Riskesdas tahun 2013 tercatat
sekitar 4,6 juta diantara 23 juta anak di Indonesia mengalami gizi buruk dan kurang.
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat jumlah balita yang
mengalami gizi buruk pada tahun 2012 berjumlah 3.514, telah menurun 0,18%
dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 5.249.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Definisi KKP
2. Mengetahui Manifestasi Klinis Anak dengan KKP
3. Mengetahui Klasifikasi Anak dengan KKP
4. Mengetahui Patofisiologi Anak dengan KKP
5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Anak dengan KKP
6. Mengetahui Penatalaksanaan Anak dengan KKP

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi KKP


Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang
mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein
kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi
pada defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999).
2.2 Manifestasi Klinis Anak dengan KKP

Kwashiorkor:

1. Edema tubuh, terutama pada bagian punggung kaki


2. Wajah membulat dan sembab
3. Rambu tipis dan kemerahan seperti rambut jagung
4. Atrofi/pengecilan otot
5. Kulit terdapat bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menajdi
cokelat dan kehitaman dan terkelupas
6. Sering disertai penyakit infeksi akut seperti diare

Marasmus:

1. Tampak kurus, seperti tulang yang tinggal terbungkus kulit


2. Wajah seperti orang tua
3. Kerusakan integritas kulit yaitu keriput
4. Perut cekung
5. Disertai penyakit infeksi seperti diare kronik atau konstipasi

2
2.3 Klasifikasi Anak dengan KKP

Menurut Departemen Kesehatan RI (1999) KKP/ KEP yang dibagi berdasarkan


gejala klinis ada 3 tipe yaitu KEP ringan, sedang, dan berat (gizi buruk). Untuk
KEP/KKP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus
sedangkan gejala klinis KKP/ KEP berat (gizi buruk) secara garis besar dapat
dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.Adapun
Kwashiorkor merupakan KKP berat karena kekurangan protein(terjadi edema di sekujur
tubuh terutama bagian ekstremitas), Marasmus ialah KKP berat karena kekurangan
Kalori atau karbohidrati (Anak tampak kurus dan wajahnya seperti orangtua) dan
Marasmik-Kwashiorkor karena kekurangan karbohidrat dan protein (campuran gejala
klinik dari kwashiorkor dan marasmus dengan edema tidak mencolok).

2.4 Mengetahui Patofisiologi Anak dengan KKP


A. Patofisiologi Marasmus
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal.
Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton
bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber
energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh.

3
B. Patofisiologi Kwashiorkor
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.
Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang
meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet,
akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan
untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amino dalam serum ini
akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian
berakibat edem. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-
lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat
terjadinya penimbunan lemah dalam hati.
2.5 Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Anak dengan KKP

Menurut WHO untuk pemeriksaan atau pengkajian pada pasien dengan kekurangan
kalori protein (KKP) sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Fisik
a) Kaji tanda-tanda vital.
b) Kaji perubahan status mental, pada anak apakah anak nampak cengeng atau
apatis.
c) Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal, untuk menentukan kerusakan
fungsi hati, pankreas dan usus.
d) Menilai secara berkelanjutan adanya perubahan warna rambut dan keelastisan
kulit
e) dan membran mukosa.
f) Pengamatan pada output urine.
g) Kaji perubahan pola eliminasi.
h) Perhatikan apakah ada ditemukan gejala seperti diare, perubahan frekuensi
BAB, dan
i) di tandai adanya keadaan lemas dan konsistensi BAB cair.
j) Kaji secara berkelanjutan asupan makanan tiap hari.
k) Perhatikan apakah ada dijumpainya gejala mual dan muntah dan biasanya
ditandai

4
l) dengan penurunan berat badan.
m) Pengkajian pergerakan anggota gerak/aktivitas anak dengan mengamati tingkah
laku
n) anak melalui rangsang.
Kemudian untuk menegakkan diagnose pada Kekurangan Kalori Protein ini juga bisa
didukung dengan pemeriksaan penunjang :
2. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan darah tepi untuk memperlihatkan apakah dijumpai anemia ringan
sampai sedang, umumnya
 pada KKP dijumpai berupa anemia hipokronik atau normokromik.
 Pada uji faal hati:
Pada pemeriksaan uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah,
trigliserida normal, dan kolesterol normal atau merendah.
 Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau menurun.
 Kadar gula darah umumnya rendah. (normalnya Gula darah puasa : 70-110
mg/dl, Waktu tidur : 110-150 mg/dl, 1 jam setelah makan < 160 mg/dl, 2 jam
setelah makan : < 125 mg / dl
 Asam lemak bebas normal atau meninggi.
 Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
 Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat normal,
merendah maupun meninggi.
 Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin meningkat
dan indeks hidroksiprolin menurun.
 Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai dengan
kasus perlemakan berat.
 Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
 Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.

5
 Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amilase,
esterase, kolin esterase, transaminase dan fosfatase alkali. Aktifitas enzim
pankreas dan xantin oksidase berkurang.
 Defisiensi asam folat, protein, besi.
 Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim pembentuk
asam amino meningkat.
b) Pemeriksaan Radiologik
Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis ringan
2.6 Mengetahui Penatalaksanaan Anak dengan KKP

Penatalaksanaan kurang kalori protein:


1. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3. Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic
Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin:
I. Atasi atau cegah hipoglikemi
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat
celciul suhu rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering
penting untuk mencegahkedua kondisi tersebut. Bila kadar gula darah di bawah
50 mg/dl, berikan :
a. 50 mlbolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5
adm air) secara oral atau sonde / pipa nasogastric
b. Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam
(setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam)
c. Berikan antibiotik d. Secepatnya berikan makanan setiap 2 jam, siang
dan malam
II. Atasi atau cegah hipotermi
Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius :
a. Segera berikan makanan cair / formula khusus (mulai dengan rehidrasi
bila perlu)

6
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala,
letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas)
atau peluk anak di dasa ibu, selimuti.
c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5 derajat
celcius
III. Atasi atau cegah dehidrasi
Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan
syok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan hati – hati, tetesan pelan – pelan
untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam khusus
yaitu resomal (rehydration Solution for malnutrition atau pengantinya). Anggap
semua anak KKP berat dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus
diberikan :
a. Cairal Resomal/pengantinya sebanyak 5ml/kgBB setiap 30 menit selama
2 jam secara oral atau lewat pipa nasogastric
b. Selanjutnya beri 5 -10 ml/kgBB/jam selama 4-10 jam berikutnya ;
jumlah yang tepat harus diberikan tergantung berapa baanyak anak
menginginkannntya dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan
muntah.
c. Ganti Resomal/penganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formulas
khusus sejumlah yang sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
d. Selanjutnya mulai beri formula khusus.
IV. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pada senua KKP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar
Na plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)msering terjadi
dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut
andil pada terjadinya edema (jangan obati dengan pemberian diuretik). Berikan:
a) Tambahkan K2-4 mEq/kgBB/hari (=150-300mg KCL/kgBB/hari)
b) Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (=7,5-15mgKCL/kgBB/hari)
c) Siapkan makanan tanpa beri garam

7
Tambahkan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan
tambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20ml larutan pada 1 liter
formula. Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu :
a. Defisiensi vitamin A, seperti korelasi defisiensi mikro
b. Dermatosis
Umum defisiensi Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis membaik
dengan pemberian suplementasi Zn, selain itu :
a. Kompres bagian kulit yang terkena dengan KmnO (K-permanganat) 1%
selama 10 menit.
b. Beri salep (Zn dengan minyak kastor)
c. Jaga daerah perineum agar tetap kering
d. Parasit/cacing, beri mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari.
e. Diare melanjut
Diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian
makanan secara berhati – hati. Bila ada intoleransi laktosa (jarang) obati hanya
bila diare berlanjutnya diare. Bila mungkin lakukan pemeriksaan tinja
mikroskopik, berikan metronidazol 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.

8
BAB III
PATHWAY

9
BAB IV
Asuhan Keperawatan

10
1. Diagnosa: Resiko feksi b.d Imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh).
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan diagnosa “Resiko Infeksi”
diharapkan setelah 1x 24 jam perawat dapat:.
a) Titer antibodi
b) Kontrol Kehilangan berat badan
c) Skiring infeksi saat ini
NIC:
a) Tentukan status gizi dan kemampuan psien untuk memenuhi kebutuhan
gizi
b) Berikan tawaran pilihan makanan sambil berikan bimbingan terhadap
pilihan makanan tersebut
c) Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan
2. Diagnosa: ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d diare
dan ketidakmampuan mencerna makanan.
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam, pasien dapat terpenuhi
dengan kreteria ; toleransi terhadap makanan, diare, penurunan berat badan
NIC:
a. Tentukan riwayat diare
b. Ambil tinja ntuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas
c. Ajari pasien penggunaan obat antidiare secara tepat
d. Anjurkan pasien menghindari makanan oedas dan yang menimbulkan
gas dalam perut

3. Diagnosa: defisiensi pengetahuan b.d kurang pengetahuan


NOC:

11
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam, pasien dapat
terpenuhi dengan kreteria; manajemen kelainan makanan, managemen diet yang
disarankan dan gaya hidup sehat
NIC:
A. Tentukan status gizi dan kemampuan psien untuk memenuhi kebutuhan gizi
B. Berikan tawaran pilihan makanan sambil berikan bimbingan terhadap pilihan
makanan tersebut
C. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan
4. Diagnosa: resiko keterlambatan perkembangan b.d gangguan kogenital (kelainan
pada otot)
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam, pasien dapat
terpenuhi dengan kreteria; berat badan : massa tubuh
NIC
a. Tentukan populasi target untuk pemeriksaan kesehatan
b. Berikan prosedur kenyamanan saat skiring
c. Berikan informasi skiring pemeriksaan dini

BAB V
PENUTUP

12
5.1 Kesimpulan
KKP merupakan masalah gizi utama di indonesia. KKP disebabkan
karena defisiensi makro nutrion ( zat gizi makro ). Meski pun saat ini terjadi
masalah dengan defisiensi macro nutrion namun di beberapa daerah di
prevalensi kep masih tinggi sehingga memerlukan penanganan yang intensif
dalam penurunan prevalensi.
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar.
5.2 Saran
Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang harus ditutupi. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada
menerima kritik dan saran dari para pembaca guna dan tujuan untuk
memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah kami ini.
Kebenaran dan keshahihan hanya milik Allah dan Rasul-Nya, kesilapan dan
kekhilafan itu semua datang dari kami yang sedang belajar ini.

DAFTAR PUSTAKA

13
1. Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat.
Bandung : Yrama Widya. Tim Penyusun Pusat Kamus. 2007. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
2. Depkes RI. (1999). Rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia
sehat 2010. Jakarta.
3. Nuuhsan Lubis an Arlina Mursada. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar
pada Balita. Jakarta : EGC.
4. Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes Ri
5. Rani, A. A., Jacobus, A., 2011. Buku Ajar Gastroenterologi, In: Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. 1st ed. Jakarta Pusat: Interna Publishing. 55-65.
6. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
180- 195.
7. Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai