Anda di halaman 1dari 21

ASKEP PADA ANAK DENGAN KKP

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok : 2
Anggota : Afrida
Cut Amalia
Dinda Rohimah
Irma Hardianti
Maulidarwati
Raudhatul Ulfa
Yulma Ariska
Mawaridi
Nafisa tari
Dosen Pengasuh:
Ns. Rika Yusnaini, S.Kep, M.Kes

PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE


AKADEMI KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Askep Pada Anak dengan KKP.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Sigli,……April 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Tujuan Umum ....................................................................... 1
C. Tujuan Khusus ...................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................ 2


A. Difinisi KKP ......................................................................... 2
B. Pemeriksaan penunjang ........................................................ 6
C. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................... 7
D. Penatalaksanaan .................................................................... 8
E. Pengobatan ............................................................................ 16

BAB III : KESIMPULAN ......................................................................... 17


A. Kesimpulan .......................................................................... 17
B. Saran .................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurang kalori protein merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang
utama di Indonesia. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah
dilaksanakan dengan berbagai program perbaikan gizi oleh Departemen Kesehatan
bekerja sama dengan masyarakat. Menurut survai kesehatan tahun 1986 angka
keadaan gizi buruk pada balita 1,72% dan gizi kurang sebanyak 11,4.
Penderita gizi buruk palik banyak dijumpai ialah tipe maramus. Arif di. Rs dr.
sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan di. Rs. Dr. pirngadi medan sebanyak 42%.
Hal ini dapat dipahami karena maramus sering berhubungan dengan kepadatan
penduduk dan higine yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun
serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia.

B. Tujuan Umum
Penulis berharap agar kita semua,khusunya para pembaca dapat memahami
tentang masalah kekurangan kalori dan protein pada anak.

C. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian kurang kalori dan protein.
2. Menjelaskan etiologi kurang kalori dan protein.
3. Menjelaskan patofisiologi kurang kalori dan protein.
4. Menjelaskan tanda dan gejala kurang kalori dan protein.
5. Menjelaskan askep kurang kalori dan protein.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi KKP
Kurang kalori dan protein ini terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi
kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan anergi atau defisiensi atau
deficit energi dan protein.
Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita karena pada umur
tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak
seimbang dengan kebutuhan kalori,maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang
kalori dan protein).
Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni:
1. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai 84-95 % dari berat badan.
2. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60 % dari berat
badan.
3. KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak mencapai 60 % dari berat
badan.
Beberapa ahli hanya membedakan antara 2 kkp saja yakni kkp ringan atau
gizi kurang dan gizi berat(gizi buruk) atau lebih sering disebut
maramus(kwashiorkor). Anak atau penderita maramus ini tampak sangat kurus,berat
badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti
orang tua, apatis terhadap orang tua,apatis terhadap sekitarnya,rambut kepala halus
dan jarang berwarna kemerahan.
Penyakit kkp pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis: oedema
atau honger oedema(ho) atau juga disebut penyakit kurang makan,kelaparan,atau
busung lapar. Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.
Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein (
Ratna Indrawati, 1994)
Kwashiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang
biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita). (Ngastiyah,).

2
1. Etiologi
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup.
Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orang tua-anak
terganggu,karena kelainan metabolic, atau malformasi congenital
Pada bayi dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak
diberi makanan penggantinya atau sering diare:
1. Diare yang kronik
2. Malabsorbsi protein
3. Sindrom nefrotik
4. Infeksi menahun
5. Luka bakar
6. Penyakit hati.
2. Patofisiologi
1. Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi
yang dalam keadaan normal dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan.
Kebutuhan ini tidak terpenhi pada masukan yang kurang, karena itu untuk
pemenuhannya digunakan cadangan protein senagai sumber energi.
Pengahancuran jaringan pada defesiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan
metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino. Kwashiorkor adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein dalam makanan akan
mengakibatkan asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk
sistesis dan metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel,
semakin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering karena
depikmentasi. Anak dapat mengalami gangguan pada mata karena
kekurangan vitamin A. kekurangan mineral khususnya Besi, kalsium dan
Seng. Edema yang terjadi karena hipoproteinnemia yang mana cairan akan
berpindah dari intravaskuler komperteman kerongga interstinal yang

3
kemudian menimbulkan asites. Gangguan gastrointestinal seperti
adanya perlemakan pada hati dan atropi pada sel acinipankreas.

path way

4
2. Kwashiorkor.
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori
dalam dietnya.kelianan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan
perubahan sel yang meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena
kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino
esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme.
Makin kekurangan asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat
edem.perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein,
sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat
terjadinya penimbunan lemah dalam hati.
3. Manifestasi klinis
1. Marasmus
a. Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun
mendapat minum.
b. Pertumbuhan berkurang atau tehenti
c. Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor
jelek dan kulit keriput.
d. Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi
dan dagu terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung.
e. Hipotoni akibat atrofi otot
f. Perut buncit
g. Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
h. Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.
2. Kwashiorkor
a. Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah
terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatus dan koma
b. Pertumbuhan terlambat
c. Udema
d. Anoreksia dan diare.

5
e. Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan
lembek
f. Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah
dicabut
g. Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis
kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B
kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h. Anak mudah terjangkit infeksi
i. Terjadi defesiensi vitamin dan mineral
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada kwashiorkor ;penurunan kadar albumin, kolesteron dan glukosa
2. Kadar globulin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan
albumin dan globulin serum dapat terbalik
3. Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari
pada asam amino non essiensial.
4. Kadar imunoglobulin normal, bahkan dapat menigkat
5. Kadar IgA serim normal, namun kadar IgA sekretori rendah.
6. Feses, urine, darah lengkap
7. Pemeriksaan albumin.
8. Hitung leukosit, trombosit
9. Hitung glukosa darah

Cara Pembuatan Larutan Gula Garam


1. Bahan dan alat
Untuk membuat larutan gula garam, alat-alat dan bahan yang diperlukan
antara lain:
a. Gula pasir sebanyak satu sendok teh munjung
b. Garam dapur yang halus sebanyak ¼ (seperempat) sendok teh
c. Air masak atau air teh yang hangat ( tidak dalam kondisi mendidih)
sebanyak satu gelas atau sekitar 200 ml
d. Gelas belimbing/lainnya yang sama ukurannya, dan sendok teh

6
2. Cara pembuatan
a. Cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuat
LGG
b. Tuangkan air masak atau air teh ke dalam gelas sebanyak satu gelas
penuh
c. Tuangkan gula dan garam dengan ukuran yang tepat ke dalam gelas
d. Aduklah sampai larut
e. Minumkan secara bertahap sampai habis

3. Dosis Pemberian Larutan Gula Garam


Untuk anak yang berusia dibawah dua tahun diberikan ¼ hingga ½ gelas saja.
Untuk anak yang berusia dua tahun keatas berikan ½ hingga 1 gelas. Sedangkan jika
anak yang sudah besar atau dewasa dianjurkan untuk minum sebanyak-banyaknya.
4. Penanganan Lanjut
Jika kondisi anak tidak membaik dalam tiga hari maka segeralah membawa anak
ke tenaga kesehatan (dokter,bidan) atau puskesmas/rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut.

C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan TB (dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan
trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya
dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan
lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.

7
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa
tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,
transferin.
D. Penatalaksanaan
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang
kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium,
timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.

Penanganan KKP berat


Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi
pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi
keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk
memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
a. Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
b. Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
c. Pengobatan infeksi
d. Pemberian makanan
e. Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan
vitamin, anemia berat dan payah jantung.
Menurut Arisman, 2004:105
a. Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100
cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.

8
b. Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam
pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/
jam.
c. Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
d. Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena
diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
e. Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing
disebut sebagai F-75 dan F-100.
Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam
beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis
dengan pemberian cairan IV.
a. cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat
Dextrose 5%.
b. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
c. Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
d. Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
2. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan
a. Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60
kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein
1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
b. Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/
kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
c. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10
hari.
E. Pengobatan
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung
protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral.
Makan tersebut dalam bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.

9
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah
sebagai berikut:
a. Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau
marasmus kwashiorkor.
b. 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
c. Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
d. Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
e. Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
f. KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
g. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.

1. Fokus Pengkajian
1. Identitas pasien.
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : Ani
2. Tempat tanggal lahir / Usia : Lombok, 2 Januari 2013 / 5
Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Lombok
7. Tanggal masuk : 17 April 2018
8. Tanggal pengkajian : 18 April 2018
9. Diagnosa Medik : KKP
10. Rencana therapi :-

B. Identitas Orang Tua


1. Ayah
a. Nama : Sigit
b. Usia : 38 tahun

10
c. Pendidikan : SMA 1 Lombok
d. Pekerjaan / Sumber penghasilan : Buruh / Tidak Tentu
e. Agama : Islam
f. Alamat : Lombok
2. Ibu
a. Nama : Een
b. Usia : 30 Tahun
c. Pendidikan : SMP 3 Lombok
d. Pekerjaan / Sumber penghasilan : MRT / -
e. Agama : Islam
f. Alamat : Lombok

C. Identitas Saudara Kandung


NO N A M A USIA HUBUNGAN KETERANGAN

1 Rival 12 tahun Saudara Anak pertama


kandung

Saudara
2 Adi 8 tahun kandung Anak kedua

2. Keluhan utama
a. Kwashiorkor: ibu mengatakan anaknya mengalami bengkak pada kaki
dan tangan, kondisi lemah dan tidak mau maka, BB menurun dll.
b. Marasmus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan,
badan kelihatan kurus dll.
3. Riwayat kesehatan:
a. Riwayat penyakit sekarang : ibu mengatakan anaknya mengalami
bengkak pada kaki dan tangan ,kondisi lemah dan tidak mau makan,BB
menurun dll.
b. Kapan keluhan mulai dirasakan : ibu mengatakn keluhan mulai
dirasaknan akhir-akhir ini

11
c. Kejadian sudah berapa lama : sekitar 5 bulan yang lalu
d. Apakah ada penurunan BB : Iya.
e. Bagaimanan nafsu makan pasien : tidak mau makan
f. Bagaimana pola makannya :anoreksi, menghabiskan ¼ porsi
g. Apakah pernah mendapat pengobatan, dimanan, oleh siapa, kapan, jenis
obatnya : Iya, Pukesmas,-,-.
4. Pola penyakit dahulu
Apakah dulu pasien pernah menderita penyakit seperti sekarang : tidak
5. Riwayat penyakit keluarga
a. Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang
berhubungan dengan kekurangan gizi atau kurang protein : Tidak
b. Riwayat penyakit sosial : -
c. Anggapan salah satu jenis makanan tertentu : -
d. Apakah kebutuhan pasien tepenuhi : Tidak Semuanya
e. Bagaimanan lingkungan tempat tinggal pasien : Kurang Bagus
f. Bagaimana keadaan sosial ekonomi keluarga : Kurang Cukup
6. Riwayat spiritual
Adanya kepercayaan yang melarang makanan tertentu.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi:
Meliputi observasi sistemik keadaan pasien sehubungan dengan status
gizi pasien meliputi :
1. Pemampilan umum pasien menunjukkan status nutrisi atau gizi pasien
2. Pada kwashiorkor; apakah ada edema, rambut rontok, BB menurun,
muka seperti bulan.
3. Pada marasmus : badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan dan kusam,
tampak siannosis, perut membuncit
b. Palpasi
Pada marasmus terdapat tugor kulit yang jelek dan pada kwashiorkor
terdapat pembesaran hati

12
Analisa Data
No Data Fokus Problem Etiologi
1. DS : -klien mengatakan anaknya - gangguan pemenuhan anoreksia
tidak nafsu makan . nutrisi kurang dari
- klien mengatakan BB menurun kebetuhan tubuh
dari 25 kg – 11 kg

DO : - klien tampak lemas dan
pucat

2. DS : klien mengatakan anaknya Gangguan cairan dan Intake yang


selama merasa haus dan elektrolit kurang
badannya terasa lemas adekuat
DO :
– turgor kulit jelek
– nadi 120/ menit
– bibir pecah-pecah
z

3. DS : klien mengatakan aktivitas Intoleransi aktivitas Kelemahan


klien anaknya harus di bantu fisik
DO :
– kedaan klien lemas
– keterbatasan fisik

13
Prioritas Diagnosa
a. gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
b. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang
kurang adekuat
c. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan :
Nutrisi pasien adekuat

Asuhan keperawatan :
a. gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
Intervensi Rasional
a. Mengukur dan mencatat BB a. BB menggambarkan status gizi
pasein pasien
b. Menyajikan makanan dalam porsi b. Sebagai masukan makanan
kecil tapi sering sedikit-sedikit dan mencegah
c. Menyajikan makanan yang dapat muntah
menimbulkan selera makan c. Sebagai alternatif meningkatkan
d. Memberikan makanan tinggi nafsu makan pasien
TKTP d. Protein mempengaruhi tekanan
e. Memberi motivasi kepada pasien osmotik pembuluh darah
agar mau makan. e. Alternatif lain meningkatkan
f. Memberi makan lewat parenteral motivasi pasien untuk makan
( D 5% ) f. Mengganti zat-zat makanan
secara cepat melalui parenteral

14
b. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
intake yang kurang adekuat
Intervensi Rasional
a. Mengukur tanda vital pasien a. Tanda vital ( nadi dan tensi )
b. Menganjurkan agar minum yang menggambarkan keseimbangan
banyak kepada pasien cairan dan elektrolit pasien
c. Mengukur input dan output tiap 6 b. Alternatif penggantian cairan
jam secara cepat
d. Memberikan cairan lewat c. Input dan output menggambarkan
parenteral keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh pasien
d. Sebagai alternatif pengganntian
cairan cepat melalui parenteral

c. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


intervensi rasional
a. Kaji aktivitas pasien sehari-hari a. Aktivitas menggambarkan
b. Membantu pasien melakukan kekuatan fisik pasien
aktivitas sesuai dengan b. Meningkatkan motivasi pasien
kemampuannya untuk beraktivitas sesuai dengan
c. Melatih dan membimbing pasien kemampuannya
dalam , merubah posisi. c. Salah satu alternatif untuk
d. Membantu pasien melakukan meningkatkan aktivitas pasien
gerakan- gerakan ringan d. Sebagai support mental bagi
pasien.

15
Klasifikasi
1. KKP Ringan
a. Pertumbuhan linear terganggu.
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun.
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun
d. Maturasi tulang terlambat
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun.
f. Anemia ringan atau pucat.
g. Aktifitas berkurang.
h. Kelainan kulit (kering, kusam)
i. Rambut kemerahan
2. KKP Berat
a. Gangguan pertumbuhan
b. Mudah sakit
c. Kurang cerdas
d. Jika berkelanjutan bisa menimbulkan kematian

E.Pengobatan
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung
protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral.
Makan tersebut dalam bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah
sebagai berikut:
h. Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau
marasmus kwashiorkor.
i. 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
j. Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
k. Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
l. Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
m. KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
n. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari

16
BAB III

PENUTUP

A. Kseimpulan

KKP merupakan masalah gizi utama di indonesia. KKP disebabkan karena


defisiensi makro nutrion ( zat gizi makro ). Meski pun saat ini terjadi masalah dengan
defisiensi macro nutrion namun di beberapa daerah di prevalensi kep masih tinggi
sehingga memerlukan penanganan yang intensif dalam penurunan prevalensi.
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet). Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar.

B. Saran
Untuk klien diharapkan setelah diberikan pendidikan kesehatan, klien dapat
mengerti dan memahami pengertian perawatan dan pencegahan KKP sehingga dapat
terhidnar dari serangan KKP.
Untuk perawat hendaknya para perawat dapat lebih meningkatkan kinerja
dengan mengacu kepada standar operasional prosedur yang ditetapkan oleh rumah
sakit. Serta perawat juga hendaknya setiap klien yang baru masuk rumah sakit segera
diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit yangdiderita agar klien dankeluarga
tidak cemas terhadap penyakitnya dan menambah pengetahuan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, marylin. (1999).rencana askep;pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien:jakarta:EGC

18

Anda mungkin juga menyukai