Anda di halaman 1dari 6

2.

1 Konsep Dasar IUFD

2.1.1 Definisi

IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan
yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa
memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)
Intra Uterine Fetal death ( IUFD) adalah terjadinya kematian janin ketika masih berada dalam rahim yang
beratnya 500 gram dan atau usia kehamilan 20 minggu atau lebih.
Kesimpulan yang dapat diambil dari berbagai pengertian tersebut di atas bahwa IUFD atau stilbirth
adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu
(atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr). IUFD Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda
kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal
deadth (IUFD), Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi
yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion. Sesudah 20
minggu biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila
wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.

2.1.2 ETIOLOGI

Penyebab IUFD antara lain:

1) Faktor plasenta

(1) Insufisiensi plasenta

(2) Infark plasenta

(3) Solusio plasenta


(4) Plasenta previa

2) Faktor ibu

(1) Diabetes mellitus

(2) Preeklampsi dan eklampsi

(3) Nefritis kronis

(4) Polihidramnion dan oligohidramnion

(5) Shipilis

(6) Penyakit jantung


(7) Hipertensi

(8) Penyakit paru atau TBC (9) Inkompatability rhesus (10) AIDS
3) Faktor intrapartum
(1) Perdarahan antepartum
(2) Partus lama
(3) Anastesi
(4) Partus macet
(5) Persalinan presipitatus (6) Persalinan sungsang (7) Obat-obatan
4) Faktor janin
(1) Prematuritas
(2) Postmaturitas
(3) Kelainan bawaan
(4) Perdarahan otak
5) Faktor tali pusat
(1) Prolapsus tali pusat (2) Lilitan tali pusat (3) Vassa praevia
(4) Tali pusat pendek
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di kandungan, diantaranya:
2.1.2.1 Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin

Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif. Sehingga
anak akan mengikuti yang dominan, menjadi rhesus positif. Akibatnya antara ibu dan janin mengalami
ketidakcocokan rhesus. Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat
terjadi hidrops fetalis (reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain
pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites),
pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung, dan lain-
lain).
2.1.2.2 Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.

Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi antara golongan darah anak A atau B dengan
ibu bergolongan O atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin akan
saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan
membentuk zat antibodinya.
2.1.2.3 Gerakan janin berlebihan

Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja.
karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan janin
dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah yang
mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat.
2.1.2.4 Berbagai penyakit pada ibu hamil

Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan
cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
2.1.2.5 Kelainan kromosom

Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. Kematian janin akibat
kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, yaitu dari otopsi bayi.
2.1.2.6 Trauma saat hamil
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada
perut, karena kecelakaan atau pemukulan. Benturan ini bisa mengenai pembuluh darah di plasenta,
sehingga timbul perdarahan di plasenta.
2.1.2.7 Infeksi materna

Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun virus.
Demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin mati.
2.1.2.8 Kelainan bawaan bayi
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa mengakibatkan kematian di
kandungan.

2.1.3 Patofisiologi

Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan
anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu
tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta anemia, karena anemia disebabkan kekurangan FE maka
dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang
dengan pertumbuh janin.

2.1.4 Manifestasi Klinis

1) DJJ tidak terdengar

2) Uterus tidak membesar, fundus uteri turun

3) Pergerakan anak tidak teraba lagi

4) Palpasi anak tidak jelas

5) Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari

6) Pada rongen dapat dilihat adanya

(1) tulang-tulang tengkorak tutup menutupi

(2) tulang punggung janin sangat melengkung

(3) hiperekstensi kepala tulang leher janin

(4) ada gelembung-gelembung gas pada badan janin

(5) bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan

Hypofibrinogenemia 25%.
2.1.5 Klasifikasi

Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

1) golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh

2) golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu

3) golongan III : kematian sesudah masa kehamilan > 28 minggu (late fetal death)
4) golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.

2.1.6 Faktor Resiko

1) Status sosial ekonomi rendah

2) Tingkat pendidikan Ibu yang rendah

3) Usia Ibu > 30 tahun atau < 20 tahun

4) Partus pertama dan partus kelima atau lebih

5) Kehamilan tanpa pengawasan antenatal

6) Kehamilan tenpa riwayat pengawasan kesehatan Ibu yang inadekuat

7) Riwayat kehamilan dengan komplikasi medic atau Obstetrik.

2.1.6.1 Factor ibu (High Risk Mothers)

(1) tinggi dan BB ibu tidak proporsional

(2) kehamilan di luar perkawinan

(3) ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan

(4) ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
(5) riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu

2.1.6.2 factor Bayi (High Risk Infants)

(1) bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital

(2) bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) (3) bayi dalam keluarga yang
mempunyai problema social
2.1.6.2 factor yang berhubungan dengan kehamilan

(1) abrupsio plasenta


(2) plasenta previa

(3) pre eklamsi / eklamsi

(4) polihidramnion

(5) inkompatibilitas golongan darah

(6) kehamilan lam (7) kehamilan ganda (8) infeksi


(9) diabetes

(10) genitourinaria

2.1.7 Penilaian Klinik

1) Pertumbuhan janin (-), bahkan janin mengecil sehingga TFU menurun.

2) Bunyi DJJ tidak terdengar dengan stetoskop dan pastikan 2dengan Doppler.

3) Tulang kepala kolaps.

4) USG : untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda
kehidupan.
5) Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif.

2.1.8 Komplikasi

1) Trauma emosional yang berat menjadi bila watuu antara kematian janin dan persalinan cukup lama.
2) Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.

3) Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

2.1.9 Penatalaksanaan

Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau kelainan bawaan
atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati.
1) Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-tandanya
berupa overlopping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung
dan edema scalp.
2) USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin dimana
gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala
janin dan cairan ketuban berkurang.
3) Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu didampingi
oleh orang terdekatnya, yakinkan bahwa kemungkinan besar
4) Pilihan cara persalian dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspetatif, perlu dibicarakan dengan
pasien dan keluarganya sebelum mengambil keputusan.
5) Bila pilihan penanganan adalah ekspetatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu dan
yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
6) Jiak trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan aktif.
7) Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu :

(1) Jika servik matamg, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin
(2) Jika servik belum matang, lakukan pematangan servik dengan prostaglandin aatu kateter
foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena beresiko infeksi.
(3) Persalinan dengan seksio sesaria merupakan alternatif terakhir.

(4) Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang
matangkann serviks dengan misoprostol :
- Tempatkan misoprostol 25 mg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam
- Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50 mg setiap 6 jam.
Jangan berikan lebih dari 50 mg setiap kali dan jangan melebihi dosis.
(5) Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis

(6) Jika tes pembekuan darah sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada
koagulopati.
(7) Beriakn kesempatan kepada Ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan kegiatan ritual
bagi janin yang meninggal tersebut.
(8) Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan
infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Maryunani,anikdanyulianingsih. 2012. Asuhan Kegawat Daruratan dalam Kebidanan.

Jakarta :CV.Trans Info Media.

Prawirohardjo,sarwono.2009.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka.


Rukiyah,Ai Yeyeh,Lia Yulianti. 2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi

Kebidanan).Jakarta:TIM

Saifuddin,Abdul Bari,dkk.2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

Dan Neonatal. Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Saifuddin,Abdul Bari,dkk.2010.Ilmu


Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Make Google view
image button visible again:
https://goo.gl/DYGbub

Hanifa, dr. Wikjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan.

Holingwor, Tony. 2002. Diagnosis Banding Dalam Obstetri dan Ginekologi A- Z.

EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai