Anda di halaman 1dari 20

TEORI TENTANG PROSES MENUA TEORI BIOLOGIS

DISUSUN OLEH :

I KADEK JAYA WIGUNA (P07120015019)

NI MADE MARLIA DEVI (P07120015020)

ANAK AGUNG GEDE BRAHMA KUMBARA (P07120015021)

TINGKAT 3.1

PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang TEORI TENTANG PROSES MENUA
TEORI BIOLOGIS.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena
itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Denpasar, 8 September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................ 2
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................... 2
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
2.1 Proses Penuaan .................................................................................................. 3
2.2 Teori Penuaan .................................................................................................... 4
2.3 Teori Biologis ..................................................................................................... 4
2.4 Aspek Biologis pada Proses Penuaan .............................................................. 11
BAB III .......................................................................................................................... 15
PENUTUP ..................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 16

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perubahan-perubahan Fisik yang Terjadi pada Usia Lanjut .................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Constantinides, 1994 dalam Nugroho. W, 2000). Dengan kata lain, proses
menua merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya
kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan, dimulai
dari kemunduran secara fisik maupun psikis (kejiwaan), atau yang lazim dikatakan
adalah keuzuran.
Pada perkembangan sekarang ini, pendapat tersebut mulai tergeser dengan suatu
pengertian bahwa masa tua merupakan suatu hal yang wajar dan tetap dapat menjalani
sisa hidupnya dengan tenang, aman, sejahtera dan berguna bagi lingkungannya. Secara
global, bila ditinjau dari aspek peradaban umat manusia, maka terdapat konsep transisi
kependudukan yang oleh berbagai pakar, termasuk para pakar gerontologi (Comfort
1964 dan Myers 1984) menggambarkan pertumbuhan jumlah lansia akibat penurunan
pada angka morbiditas (S. Tamher & Noorkasiani, 2011).
Berkenaan dengan hal tersebut, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, para profesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan
masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas)
lansia. Salah satu wujud upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan
lansia adalah dengan disahkannya UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia
(tambahan lembaran negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No. 4 Tahun 1965
tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo (R. Siti Maryam, dkk., 2012).
Sehingga dirasa perlu adanya sumbangsih dari lapis masyarakat, khususnya
penyusun sebagai mahasiswa kesehatan untuk membantu upaya pemerintah dalam
mensejahterakan lansia. Salah satu upaya primer yang dapat dilakukan adalah

1
menambah wawasan dan pemahaman mengenai keperawatan pada usia lanjut atau
gerontik. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai PROSES
PENUAAN: TEORI BIOLOGIS.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penuaan dari sudut pandang teori biologis?


2. Bagaimana aspek biologis yang terdapat pada usia lanjut?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Secara umum penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami teori proses penuaan khususnya pada teori biologisnya.

1.3.2 Tujuan Khusus


Secaraa khusus, tujuan dari penyusunan makalah ini, yakni:
1. Mengetahui proses terjadinya penuaan,
2. Mengetahui dan memahami proses penuaan dari sudut pandang teori biologis,
3. Mengetahui dan memahami aspek-aspek biologis pada usia lanjut,

1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Dengan adanya penyusunan makalah ini, penulis dapat manambah wawasan dan
pengetahuan serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai hormon pada
organ reproduksi wanita, khususnya mekanisme kerjanya.
2. Bagi pembaca
Adanya penyusunan makalah ini, supaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
referensi pembaca.Selain itu, dapat dimanfaatkan sebagai sumber bacaan untuk
menambah atau memahami tentang hormon pada organ reproduksi wanita, khususnya
mekanisme kerjanya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Penuaan


Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh
akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit
degenararif (Constantinides, 1994 dalamR. Siti Maryam, dkk: 2012).
Aging process (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu
hal yang wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang,
hanya cepat dan lambatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.
Secara teori perkembangan manusia yang dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa,
tua, dan akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur diatas 60 tahun. Pada
usia ini terjadilah proses penuaan secara alamiah. Perlu persiapan untuk menyambut hal
tersebut agar nantinya tidak menimbulkan fisik, mental, sosial, ekonomi bahkan
psikologis. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam Nugroho. W, 2000)
Sehingga dapat diartikan proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana
tahap pertumbuhan manusia mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan
disertai mulai menyusutnya tubuh yang dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel dalam
tubuh. Sehingga fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan secara perlahan-lahan
yang biasanya disertai masalah atau gangguan pada kesehatan.
Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-menerus
(berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai udzhur/tua.
Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot,
susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh akan mati sedikit demi sedikit. Secara

3
individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi,
mental, maupun fisik-biologis. Dari aspek fisik-biologis terjadi perubahan pada
beberapa sistem, seperti sistem organ dalam, sistem muskuloskeletal, sistem sirkulasi
(jantung), sel jaringan dan sistem saraf yang tidak dapat diganti karena rusak atau mati.
Ditambahkan, terutama sel otak yang berkurang 10-20% dalam setiap harinya DNA sel
ginjal yang tidak bisa membelah, sehingga tidak ada regenerasi sel. Berkurangnya
jumlah sel saraf (neuron) dan kematian sel secara terus-menerus menyebabkan
seseorang menjadi demensia (Khalid Mujahidullah, 2012)
World Health Organization (WHO) menyebutkan batasan-batasan usia lanjut
adalah, sebagai berikut:
1. Usia pertengahan (midle age) kelompok usia 45-59 tahun,
2. Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun,
3. Usia lanut tua (old) antara 75-90 tahun,
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

2.2 Teori Penuaan


Berdasarkan perkembangan ilmu dan banyaknya teori-teori mengenai proses
penuaan yang salah satu contohnya berkembangnya ilmu keperawatan geiatrik atau
gerontik. Maka penting bagi manusia khususnya yang bergelut dalam bidang
keperawatan geriatik atau gerontik untuk menyumbangkan kontribusinya terhadap
masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh mansyarakat. Hal tersebut dapat dimulai
dengan menggali pengetahuan mengenai teori-teori dari proses penuaan. Berikut ini
beberapa teori yang berkenaan dengan proses penuaan, yakni:
1. Teori Biologis
2. Teori Psikologis
3. Teori Sosial
4. Teori Spriritual.

2.3 Teori Biologis


Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua
merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup
(Zairt, 1980 dalam Khalid Mujahidullah, 2012). Teori ini lebih menekankan pada
perubahan kondisi tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk di dalamnya adalah

4
pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan
yang menghambat proses penurunan fungsi organisme yang dalam korteks sistemik
dapat memengaruhi/memberikan dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan
berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis (Hayflick, 1977 dalam Khalid
Mujahidullah, 2012).
Adapun beberapa teori menua yang termasuk dalam lingkup proses menua
biologis antara lain, sebagai berikut:
1. Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory)
Hayflick dan Moorrehead (1961) menyatakan bahwa sel-sel mengalami perubahan
kemampuan reproduksi sesuai dengan bertambahnya usia (Lueeckenote, 1996).
Selain diatas, dikenal juga istilah Jam Biologis Manusia diasumsikan sebagai
waktu dimana sel-sel tubuh manusia masih dapat berfungsi secara produktif untuk
menunjang fungsi kehidupan. Teori Hayflick menekankan bahwa perubahan
kondisi fisik pada manusia dipengaruhi oleh adanya kemampuan reproduksi dan
fungsional sel organ yang menurun sejalan dengan bertambahnya usia tubuh setelah
usia tertentu.

2. Teori kesalahan (Error Theory)


Adanya perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa perubahan alami
pada sel pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi pembangunan/pembentuk
sel baru. Peningkatan usia memengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus
menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA.
Konsep yang diajukan oleh ORGEL (1963) menyampaikan bahwa kemungkinan
terjadinya proses menua adalah akibat keslahan padaa saat transkrip sel pada saat
sintesa protein, yang berdampak pada penurunan kemampuan kualitas (daya hidup)
sel atau bahkan sel-sel baru relatif sedikit terbentuk. Kesalahan yang terjadi pada
proses transkripsi ini dimungkinkan oleh karena reproduksi dari enzim dan rantai
peptida (protein) tidak dapat melakukan penggandaan substansi secara tepat.
Kondisi ini akhirnya mengakibatkan proses transkripsi sel berikutnya juga
mengalami perubahan dalam beberapa generasi yang akhirnya dapat mengubah
komposisi yang berbeda dari sel awal (Sonneborn,1979).

5
3. Teori Pakai dan Usang (Wear &Tear Theory )
Teori ini menyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup mana kala sel-sel
tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini dikenalakn oleh Weisman
(1891). Hayflick menyatakan bahwa kematian merupakan akibat dari tidak
digunakannya sel-sel karena dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat
meremajakan lagi sel-sel tersebut secara mandiri. Teori ini memandang bahwa
proses menua merupakan proses pra-program yaitu proses yang terjadi akibat
akumulasi stress dan injuri dari trauma. Menua dianggap sebagai Proses fisiologis
yang ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari organ seseorang
yang terpapar dengan lingkungan. (Matesson ,Mc.Connell,1988).
4. Teory Radikal Bebas (Free Radical Theory)
Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat
kekurangefektifan fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai
radikal bebas dalam tubuh. Secara normal radikal bebas ada pada setiap individu
dan dapat digunakan untuk memprediksi umur kronologis individu. Disebut sebagai
radikal bebas disini adalah molekul yang memiliki tingkat afinitas yang tinggi,
merupakan molekul, fragmen molekul atau atom dengan elektron yang bebas tidak
berpasangan. Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia
sebagai salah satu hasil kerja metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia
terbentuk akibat;
a. Proses oksigenisasi lingkungan seperti pengaruh polutan,ozon dan pestisida.
b. Reaksi akibat paparan dengan radiasi
c. Sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya.

Radikal bebas yang reaktif mampu termasuk merusak sel, termasuk mitokondria,
yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel, menghambat
proses reproduksi sel. Hal lain yang mengganggu fungsi sel tubuh akibat radikal bebas
adalah bahwa radikal bebas yang ada dalam tubuh dapat menyebabkan mutasi pada
transkripsi DNA-RNA pada genetik walaupun ia tidak mengandung DNA. Dalam
sistem saraf dan jaringan otot, dimana radikal bebas memiliki tingkat afinitas yang
relatif tinggi dibanding lainnya, terdapat/ditemukan substansi yang disebut juga dengan
Lipofusin, yang dapat digunakan juga untuk mengukur usia kronologis seseorang.

6
Lipofusin yang merupakan pigmen yang diperkaya dengan lemak dan protein
ditemukan terakumulasi dalam jaringan-jaringan orang tua. Kesalahan kulit brangsur-
angsur menurun akibat suplai oksigen dan nutrisi yang makin sedikit yang akhirnya
dapat mengakibatkan kematian jaringan kulit itu sendiri.
Vitamin C dan E merupakan dua substansi yang dipercaya dapat menghambat
kerja radikal bebas (sebagai anti oksidan) yang memungkinkan menyebabkan kerusakan
jaringan kulit. Rockkestein dan sussman (1979) menyatakan bahwa Butilat
Hidroksitoluent dapat memiliki efek anti oksidan ketika diberikan kepada tikus.

5. Teori Imunitas (Immunity Theory)


Ketuaan disebabakan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun. Perubahan itu
lebih tampak secara nyata pada Limposit-T, di samping perubahan juga terjadi pada
Limposit-B. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral, yang
dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk:
a. Menurunkan resistensi melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan
kanker
b. Menurukan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan agresif
memobillisasi pertahanan tubuh terhadap patogen
c. Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin mening
berdampak pada semakin meningkatnyyaa resiko terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan autoimmun.

6. Teori Ikatan Silang (Cross Lingkage Theory)


Dikenalakan oleh J. Bjorksten pada tahun 1942, menekankan pada postulat bahwa
proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan dalam kimiawi tubuh.
Teori ini menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekuler dari sel berikatan
secara bersama-sama membentuk reaksi kimia. Termasuk didalamnya adalah
kolagen yang relatif panjang yang dihasilkan oleh fibroblast. Dengan terbentuknya
jaringan baru, maka jaringan tersebut akan bersinggungan dengan jaringan yang
lama dan membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil akhir dari proses ikatan silang ini
adalah peningkatan densitas kolagen dan penurunan kapasitas untuk transpot
nutrient serta untuk membuang produk-produk sisa metabolisme dari sel.

7
Zat ikatan silang ditemukan pada lemak tidak jenuh, ions polyvalen seperti
Alumunium, Seng, dan Magnesium. Dari konsep diatas, maka implikasi
keperawatan yang dapat diterapkan antara lain:
a. Dalam hubungan dengan orang yang sudah tua, perlu bagi perawat untuk
memperhatikan teori proses menua.
b. Aktivitas (kegiatan) sehari-hari merupakan salah satu bagian dari perilaku
kehidupan normal yang tidak perlu dipatasi secara berlebihan, tetapi lebih
cenderung untuk memodifikasi perilaku sebagai akibat perubahn fisik dari
menula itu sendiri. Perilaku hidup sehari-hari diperlukan untuk menjaga
kondisi fisik tetap dalam batas normal dan mengoptimalkan kemampuan diri.
c. Pola hidup sehat yang dilakukan dapat memengaruhi perubahan-perubahan
dasar biologis dari proses menua itu sendiri. Konsumsi makanan yang sehat,
cukup gizi dan menhindari faktor-faktor resiko pencetus stres fisik dan
pembentuk radikal bebas merupakan salah satu upaya untuk menurangi proses
menua secara biologis.
d. Melakukan kehidupan dengan melakukan kerja seimbang dan pemenuhan
kebutuhan seimbang mampu memberikan kontribusi yang positifdalam
peningkatn performen individu itu sendiri.
e. Menghindari lingkungan dengan tingkat resiko radiasi atau polutan yang tinggi
merupakan langkah yang bisa ditempuh untuk menghindari cepatnya proses
menua secara biologis.
f. Perlu bagi perawat untuk memperhatikan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan
pasien akan sarana dari prasarana yang menunjang pencapaian kebutuhan
hidup serta meningkatkan kualitas hidup melalui pengadaan alat-alat aktivitas
yang memadai, mengurangi resiko stres fisik berlebih serta terindar dari polusi.

Sedangkan dalam buku Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi,


Buku 2 Wahit Iqbal Mubarok, dkk., membagi teori biologi menjadi 9 teori kecil, yakni:
1. Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies-spesies
tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam inti selnya suatu jam genetic yang telah

8
diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi tertentu. Jadi menurut konsep ini bila jam kita ini berhenti
kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit. Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya
beberapa waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obatan tindakan tertentu.

2. Teori Mutasi Somatik (Error Catastrophe Theory)


Menurut teori ini, menua disebabkan kesalahan yang beruntun dalam jangka waktu
yang lama dalam transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut menyebabkan
terbentuknya enzim yang salah dan berakibat metabolisme yang salah sehingga
mengurangi fungsional sel, walaupun dalam batas-batas tertentu kesalahan dalam
pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan memperbaiki diri terbatas
pada transkripsi yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau
enzim yang dapat menimbulkan metabolit berbahaya. Bila juga terjadi kesalahan
pada tranlasi maka kesalahan yang terjadi juga semakin banyak.

3. Teori Autoimun (Auto Immune Theory)


Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan
pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan
dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia
(Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain
sistem imun tubuh sendiri daya

4. Teori radikal Bebas


Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti

9
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat beregenerasi.
Didalam tubuh yang bersiap merusak, dapat dinetralkan dalam tubuh oleh enzim
atau senyawanon enzim contohnya adalah : vitamin C betakorotin, vitamin E.

5. Pemakaian dan Rusak


Teori ini mengatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup manakala sel-sel
tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini di kenalkan oleh Weisman
(1891). Hayflick menyatakan bahwa kematian merupakan akibat dari tidak
digunakannya sel-sel karena dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat
meremajakan lagi sel-sel tersebut secara mandiri. Teori ini memandang bahwa
proses menua merupakan proses pra-program yaitu proses yang terjadi akibat
akumulasi stress dan injuri dari trauma sel. Menua dianggap sebagia Proses
fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari organ
seseorang yang terpapar dengan lingkungan. (Matesson,Mc. Connell, 1988).

6. Teori Virus yang Perlahan-lahan Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh


(Immunology Slow Virus Theory)
System immune menjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

7. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai.

8. Teori Rantai Silang


Sel-sel yang tua atau asing reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastic, kekakuan
dan hilangnya fungsi.

10
9. Teori Program.
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-
sel tersebut mati.

2.4 Aspek Biologis pada Proses Penuaan


Proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya angka kematian usia khusus
merupakan ciri umum pada mamalia, burung, reptil, dan kebanyakan hewan tak
bertulang belakang (Comford, 1979 dan Vinch, 1990). Dengan angka kematian usia
khusus dimaksudkan untuk mengukur angka kematian pada selang usia tertentu dengan
ciri atau karakteristik serupa. Misalnya bayi, balita, dewasa muda, dewasa tua, lansia,
dan jompo. (S. Tamher & Noorkasiani, 2011)
Sehingga terdapat beberapa aspek biologis yang memengaruhi terjadinya proses
penuaan. Aspek biologis pada proses penuaan terbagi menjadi dua bagian, yakni:

1. Proses Penuaan pada Tingkat Sel


Sebagaimana layaknya manusia yang bertumbuh semakin lama semakin tua,
pada dasarnya sel juga bertumbuh semakin lama semakin tua dan pada akhirnya
sel-sel tua itu mengalami kematian sel. Kematian tersebut bergantung pada masing-
masing jenis sel yang membentuk jaringan tubuh.

Secara umum dapat dikatakan bahwa setelah melewati masa dewasa, sel-sel
jaringan tubuh mulai menua. Pada masa dewasa sel-sel mencapai maturitas
(kematangan). Sebagai contoh, sel saraf tidak bereproduksi lagi. Pada masa ini bila
seseorang mengalami cedera atau penyakit tertentu yang berakibat pada kematian
sel saraf itu, maka selnya sendiri tidak akan tergantikan lagi. Fungsinya akan
diambil-alih oleh sel-sel lain yang tertinggal. Akibat pekerjaan ekstra itu, maka sel-
sel yang bersangkutan akan mengalami proses penuaan yang lebih cepat lagi.
Kemudian dengan berlanjutnya usia, organ tubuh kehilangan sebagian
kemampuannya untuk dapat berfungsi secara optimal. Sehingga secara keseluruhan
fungsi tubuh semakin berkurang saja.

11
2. Proses Penuaan menurut Sistem Tubuh
Proses tumbuh kembang (growth and development) dalam fase kehidupan setiap
individu dapat dibagi ke dalam 3 fase menurut tingkat kecepatan perlangsungannya,
yaitu:
a. Fase progresif (tumbuh kembang cepat),
b. Fase stabil (tumbuah kembang stasioner),
c. Fase regresif (kemunduran tumbuh kembang).
Dalam fase ketiga (fase kemunduran), secara mikro berlangsung kemunduran
biologis dan fungsional, dengan akibat terjadinya perubahan-perubahan secara
makro, yang meliputi perubahan pada kulit, sistem indra, sistem kardiovaskular,
sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem perkemihan dna reproduksi, serta
sistem neurologis.

Tabel 1 Perubahan-perubahan Fisik yang Terjadi pada Usia Lanjut


No. Sistem Perubahan
1. Sel Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh
menurun, dan cairan intraseluler menurun.
2. Kardiovaskuler Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun (menurunnya kontraksi
dna volume), elastisitas pembuluh darah menurun,
serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat.
3. Respirasi Otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan
kaku, elastisitas paru menurn, kapasitas residu
meingkat sehingga menarik napas lebih berat,
alveoli melebar dan jumlahnya menurun,
kemampuan batuk menurun, serta terjadi
penyempitan pada bronkus.
4. Persarafan Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespons dan waktu
bereaksi khususnya yangberhubungan dengan stres.
Berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson,

12
sehingga menyebabkan berkurangnya respons
motorik dan refleks.
5. Muskuloskeletal Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian
membesar dan menjaid kaku, (atrofi otot), kram,
tremor, tendon mengerut, dan mengalami sklerosis.
6. Gastrointestinal Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar
mennurun, dan peristaltik menurun seingga daya
absorpsi juga ikut menurn. Ukuran lambung
mengscil serta fungsi organ aksesori menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi
hormon dan enzim pencernaan.
7. Genitourinasia Ginjal: mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menuru, dan fungsi
tubulus menurun sehingga kemampuan
mengonsentrasi urine ikut menurun.
8. Vesika urinaria Otot-otot melemah, kapasitasnya menurun dan
retemsi urine. Prostat: hipertrofi pada 75% lansia.
9. Vagina Selaput lendir mengering dan sekresi menurun.
10. Pendengaran Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang-tulang pendengaran
mengalamu kekakuan.
11. Penglihatan Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun, lapangan
padang menurun, dan katarak.
12. Endokrin Produksi hormon menurun.
13. Kulit Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis.
Rambut dalam hidung dan telingan menebal.
Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut
memutih (uban) , kelenjar keringat menurun, kuku
keras dan rapuh,serta kuku kaki tumbuh berlebihan
seperti tanduk

13
14. Belajar dan Memori Kemampuan belajar masih ada tetapi relatif
menurun. Memori (daya ingat) menurun karena
proses encoding menurun.
15. Intelegensi Secara umum tidak banyak perubahan
16. Personality dan Tidak banyak perubahan, hampir setiap muda.
adjustment
(Pengaturan )
17. Pencapaian Sains, filosofi, seni, dan musik sangat memengaruhi
(Achievment)

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana tahap pertumbuhan
manusia mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan disertai mulai
menyusutnya tubuh yang dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh.
Sehingga fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan secara perlahan-lahan yang
biasanya disertai masalah atau gangguan pada kesehatan.
Terdapat berbagai teori mengenai proses penuaan, salah satunya teori biologi
yang terbagi menjadi 6 teori kecil, yakni: Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit
Theory), Teori kesalahan (Error Theory), Teori Pakai dan Usang (Wear &Tear Theory
), Teory Radikal Bebas (Free Radical Theory), Teori Imunitas (Immunity Theory), dan
Teori Ikatan Silang (Cross Lingkage Theory). Kemudian pada usia lanjut juga terdapat
aspek biologisnya yang terbagi dalam dua garis besar yakni Proses Penuaan pada
Tingkat Sel dan Proses Penuaan menurut Sistem Tubuh.

3.2 Saran
Begitu banyak teori mengenai proses penuaan yang semuanya perlu untuk digali
lebih dalam lagi, khususnya bagi praktisi kesehatan ataupun mahasiswa kesehatan agar
menambah wawasan dalam melakukan praktik sebagai praktisi kesehatan. Dan didalam
makalah ini hanya dibahas mengenai satu teori besar mengenai proses penuaan yakni
teori biologis. Sehingga akan labih baik jika diperluas dengan mempelajari teori proses
penuaan yang lainnya agar lebih memahami bagaimana proses penuaan dalam beberapa
sudut pandang teori.

15
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R. Siti, dkk. 2012. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Mubarak, Iqbal Wahit, dkk. 2012. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi, Buku
2. Jakarta: Salemba Medika.
Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan Gerontik: Merawat Lansia dengan Cinta dan
Kasih Sayang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi
2. Jakarta: EGC.
Tamher, S., dan Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
https://www.scribd.com/doc/264498049/Makalah-Proses-Penuaan ( diakses pada 8 September
2017 )

Anda mungkin juga menyukai