Anda di halaman 1dari 41

KELOMPOK IV

MAKALAH FARMAKOLOGI
ANTHELMITIK, ANTIMALARIA, ANTIFUSI

DOSEN : APT. HAMIDAHSS, S.FARM., M.SI.

ANGGOTA KELOMPOK :

NAMA NIM
STENDY ALI 21200082
VELICIA CRISELDA TAMPIL 21200083
NURAINI NUSURA 21200079
MEYDI STEFANI MINGGU 21200078
NI WAYAN ARIANI 21200080
JEANE SITOMPUL 21200084

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


JUNI 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga makalah Farmakologi tentang Anthelmitik,
Antimalaria, Antifusi ini dapat kami selesaikan.
Makalah farmakologi Anthelmitik, Antimalaria, Antifusi yang termaksud ini
bertujuan untuk memberikan laporan kepada dosen atau mahasiswa yang
bersangkutan. Dalam makalah ini disajikan informasi mengenai hasil rangkuman
materi yang saya lakukan mengenai Makalah Anthelmitik, Antimalaria, Antifusi.
Tentunya, tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu , kritik dan saran selalu penulis harapkan agar menjadi
pedoman di masa yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan banyak Terima kasih.

Tim Penyusun
Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Antelmintik..............................................................................................3
B. Definisi Antimalaria................................................................................9
C. Antimalaria............................................................................................10
D. Antifungi................................................................................................17
E. Proses Keperawatan...............................................................................28
F. Cara Mencegah Kesalahan dalam Pemberian Obat...............................31
G. Keamanan dalam Pemberian Obat.........................................................32

BAB III KESIMPULAN.......................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Obat Kina...................................................................................................13
Gambar 2. Obat Prima Qunine....................................................................................15

iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Cara Mencegah Kesalahan dalam Pemberian Obat.......................................31

iv
BAB I.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Anthelmitik
Antelmintik atau obat cacing adalah obat-obat yang dapat memusnahkan
cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Yang tercakup dalam istilah ini
adalah semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna
maupun obat-obat sistemis yang membasmi cacing maupun larvanya yang
menghinggapi organ dan jaringan tubuh.
Banyak antelmintik dalam dosis terapi hanya bersifat melumpuhkan cacing,
jadi tidak mematikannya. Guna mencegah jangan sampai parasit menjadi aktif
lagi atau sisa–sisa cacing mati dapat menimbulkan reaksi alergi, maka harus
dikeluarkan secepat mungkin (Tjay dan Rahardja, 2002:185)
C. Antimalaria
Pengobatan malaria merupakan salah satu upaya dalam
rangkaian kegiatan program pemberantasan. Keberhasilan pengobatan untuk
penyembuhan maupun pencegahan tergantung apakah obat itu ideal, diminum
secara teratur sesuai dengan jadwal pengobatan dan takaran yang telah
ditetapkan. Obat antimalaria yang ideal adalah obat yang mempunyai efek
terhadap semua jenis dan stadia parasit, menyembuhkan infeksi akut maupun
laten, cara pemakaian mudah, harganya terjangkau oleh seluruh lapisan
penduduk dan mudah diperoleh, efek samping ringan dan toksisitas rendah.
Salah satu faktor lingkungan yang juga mempengaruhi peningkatan kasus
malaria adalah penggundulan hutan, terutama hutan-hutan bakau di pinggir
pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal
di hutan, dapat berpindah di pemukiman manusia, kerusakan hutan bakau
dapat menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan
nyamuk menjadi tidak terkontrol.

1
D. Antifusi
Infeksi jamur terjadi pada tempat yang sedikit menerima aliran darah, seperti
pada kulit,kuku, dan rambut. Hal ini menyebabkan distribusi obat ke daerah
itu sangat sulit jika diberika secara sistemik. Jamur membelah atau
berkem bang biak lebih lambat dibandingkan bakteri, padahal peristiwa
membelah merupakan saat yang te pat bagimikroba untuk membunuh fungi.
Terjadi atau tidaknya infeksi jamur sangat ditentukanoleh peran hospest
mengingat banyak infeksi jamur bersifat oportunistik.Kebanyakan jamur
sangat resisten terhadap obat-obat antibakteri.
Hanya sedikit bahankimia yang diketahui dapat menghambat jamur pathogen
pada manusia, dan banyak di antaranya relative toksik. Kebutuhan untuk
mendapat obat anti jamur yang lebih baik ditekankan dengan sangat
meningkatnya insidens infeksi jamur, baik l okal maupunmeluas pada pasien
yang kurang imun.Mengingat tempat infeksi jamur di daerah yang
vaskularisasinya (aliran darah) sangat rendah maka pemberian obat secara
topical sangat penting. Dengan demikian sang at penting adanya antifungi
lokal maupun antifungi sistemik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Antelmintik
1. Pengertian Antilmintik
Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing)
adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan
hewan. Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau
cacing dari saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing
serta larvanya, yang menghinggapi organ dan jaringan tubuh (Tjay, 2007)
Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga
diperlukan diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan
antelmintik diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan.
Beberapa senyawa antelmintik  yang lama, sudah tergeser oleh obat baru
seperti Mebendazole, Piperazin, Levamisol, Albendazole, Tiabendazole, dan
sebagainya. Karena obat tersebut kurang dimanfaatkan. (Gunawan, 2009)
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan
menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia diseluruh dunia. Walaupun tersedia
obat-obat baru yang lebih spesifik dangan kerja lebih efektif, pembasmian
penyakit ini masih tetap merupakan salah satu masalah antara lain disebabkan
oleh kondisi sosial ekonomi di beberapa bagian dunia. Jumlah manusia yang
dihinggapinya juga semakin bertambah akibat migrasi, lalu-lintas dan
kepariwisataan udara dapat menyebabkan perluasan kemungkinan infeksi.
(Tjay, 2007)
2. Mekanisme Kerja Obat
a. Efektif terhadap cacing Toxocara canis, Toxocara cati, Toxascaris leonina,
Trichuris vulpis, Uncinaria stenocephala, Ancylostoma caninum, Taenia
pisiformis, Taenia hydatigena, Echinococcus granulosus dan aeniaformis
hydatigena

3
b. Berefek menghambat pemasukan glukosa ke dalam cacing secara
irreversibel sehingga terjadi pengosongan glikogen dalam cacing
c. Menyebabkan kerusakan struktur subseluler
d. Menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing
3. Nama Obat
a. Mebendazol
Nama Obat Mebendazol Sifat fisik :
1) Paling luas spektrumnya
2) Tidak larut dalam air
3) Tidak bersifat higroskopis Sifat Kimia
4) Senyawa yang merupakan turunan benzimidazol
Nama Kimia:
methyl [(5-benzoyl-3H-benzoimidazol-2-yl)amino]formate
Rumus Kimia :
C16H13N3O3
Golongan kelas terapi
Obat Anti helmintes
Khasiat obat dan mekanisme kerjanya
a. Khasiat obat
Efektif terhadap cacing Toxocara canis, Toxocara cati, Toxascaris leonina,
Trichuris vulpis, Uncinaria stenocephala, Ancylostoma caninum, Taenia
pisiformis, Taenia hydatigena, Echinococcus granulosus dan aeniaformis
hydatigena
Berefek menghambat pemasukan glukosa ke dalam cacing secara
irreversibel sehingga terjadi pengosongan glikogen dalam cacing
Menyebabkan kerusakan struktur subseluler
Menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing
b. Kontra indikasi, efek samping, interaksi obat, informasi obat, informasi
farmakokinetik dan farmakodinamik lainnya

4
c. Kontra indikasi
Studi toksikologi obat ini memiliki batas keamanan yang lebar. Tetapi
pemberian dosis tunggal sebesar 10 mg/kg BB pada tikus hamil
memperlihatkan efek embriotoksik dan teratogenik
d. Efek samping
Diare dan sakit perut ringan yang bersifat sementara.
e. Informasi obat
Mebendazol tidak menyebabkan efek toksik sistemik mungkin karena
absorbsinya yang buruk sehingga aman diberikan pada penderita dengan
anemia maupun malnutrisi.
f. Informasi Farmakokinetik
Mebendazol tidak larut dalam iar dan rasanya enak. Pada pemberian oral
absorbsinya buruk. Obat ini memiliki bioavailabilitas sistemik yang
rendah yang disebabkan oleh absorbsinya yang rendah dan mengalami
first pass hepatic metabolisme yang cepat. Diekskresikan lewat urin dalam
bentuk yang utuh dan metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam waktu
48 jam. Absorbsi mebendazol akan lebih cepat jika diberikan bersama
lemak (Ganirwarna, 1995).
4. Pirantel Pamoat
a. Nama Obat
Pirantel Pamoat
Nama dagang pirantel pamoat yang beredar di Indonesia bermacam-
macam, ada Combantrin, Pantrin, Omegpantrin, dan lain-lain.
b. Golongan kelas terapi
Obat Anti helmintes
c. Khasiat obat dan mekanisme kerjanya
Khasiat obat
Pirantel pamoat dapat membasmi berbagai jenis cacing di usus. Beberapa
diantaranya adalah cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale), cacing gelang (Ascaris lumbrocoides), dan cacing kremi
(Enterobius vermicularis)

5
d. Mekanisme kerja nitrogliserin
Cara kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing
yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar
dari tubuh, cacing akan segera mati.Pirantel pamoat dapat diminum
dengan keadaan perut kosong, atau diminum bersama makanan, susu atau
jus.
e. Regimen dosis pemberian untuk pasien (dalam mg, mg/kg berat badan,
mg/luas permukaan tubuh atau satuan lainnya )
Pemberian dengan Dosis tunggal
Pemakaiannya berupa dosis tunggal, yaitu hanya satu kali diminum.Dosis
biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg / kgBB. Walaupun
demikian, dosis tidak boleh melebihi 1 gr. Sediaan biasanya berupa sirup
(250 mg/ml) atau tablet (125 mg /tablet). Bagi orang yang mempunyai
berat badan 50 kg misalnya, membutuhkan 500 mg pirantel. Jadi jangan
heran jika orang tersebut diresepkan 4 tablet pirantel (125 mg) sekali
minum.
5. Tiabendazol
a. Nama Obat : Tiabendazol
Sifat fisika : tidak larut dalam air
b. Golongan kelas terapi
Obat Anti Helmintes
Khasiat obat dan mekanisme kerjanya
Khasiat obat
Menganggu agregasi mikrotubular
c. Mekanisme kerja
Obar dihidroksilasi dalam hati dan dikeluarkan dalam urine
d. Regimen dosis pemberian untuk pasien (dalam mg, mg/kg berat badan,
mg/luas permukaan tubuh atau satuan lainnya )
Obat mudah diabsorbsi pada pemberian per oral.

6
e. Kontra indikasi, efek samping, interaksi obat, informasi obat,
informasi farmakokinetik dan farmakodinamik lainnya

f. Efek Samping
pusing, tidak mau makan, mual dan muntah.
g. Informasi obat
Benzimidazol sintetik yang berbeda, efektif terhadap strongilodiasis yang
disebabkan Strongyloides stercoralis (cacing benang), larva migrans pada
kuliat (atau erupsi menjalar) dan tahap awal trikinosis (disebabkan
Trichinella spinalis).
6. Invermektin
a. Nama Obat
Invermektin
b. Golongan kelas terapi
Obat Anti Helmintes
c) Khasiat obat dan mekanisme kerjanya
Khasiat obat
Efektif untuk scabies
Mekanisme kerja nitrogliserin
Ivermektin bekerja pada reseptor GABA (asam ɣ-amionobutirat) parasite.
Aliran klorida dipacu keluar dan terjadi hiperpolarisasi, menyebabkan
paralisis cacing.
d) Regimen dosis pemberian untuk pasien (dalam mg, mg/kg berat badan,
mg/luas permukaan tubuh atau satuan lainnya )
Obat diberikan oral. Tidak menembus sawar darah otak dan tidak
memberikan efek farmakologik.
e) Kontra indikasi, efek samping, interaksi obat,
informasi obat, informasi farmakokinetik dan farmakodinamik lainnya
Kontra Indikasi

7
f) Tidak boleh diberikan pada pasien meningitis karena sawar tak darah lebih
permiabel dan terjadi pengaruh SSP. Ivermektin juga tidak boleh untuk
orang hamil.

7. Efek samping
“Mozatti” yaitu berupa demam, sakit kepala, pusing, somnolen, hipotensi dan
sebagainya
Obat Untuk Pengobatan Trematoda
Trematoda merupakan cacing pipih berdaun, digolongkan sesuai jaringan yang
diinfeksi. Misalnya sebagai cacing isap hati, paru, usus atau darah.
1. Prazikuantel
Nama Obat
Prazikuantel
Golongan kelas terapi
Obat Anti Helmintes
Khasiat obat dan mekanisme kerjanya
Khasiat obat
Obat pilihan untuk pengobatan semua bentuk skistosomiasis dan infeksi
cestoda seperti sistisercosis
Mekanisme kerja
Permeabilitas membrane sel terhadap kalsium meningkat menyebabkan
parasite mengalami kontraktur dan paralisis. Prazikuantel mudah diabsorbsi
pada pemberian oral dan tersebar sampai ke cairan serebrospinal. Kadar yang
tinggi dapat dijumpai dalam empedu. Obat dimetabolisme secara oksidatif
dengan sempurna, meyebabkan waktu paruh menjadi pendek. Metabolit tidak
aktif dan dikeluarkan melalui urin dan empedu
Kontra indikasi, efek samping, interaksi obat, informasi obat, informasi
farmakokinetik dan farmakodinamik lainnya
Kontra Indikasi
Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau menyusui.

8
Prazikuantel tidak boleh diberikan untuk mengobati sistiserkosis mata karena
penghancuran organisme dalam mata dapat merusak mata

2. Efek samping
Mengantuk, pusing, lesu, tidak mau makan dan gangguan pencernaan
3. Informasi obat
Infeksi trematoda umumnya diobati dengan prazikuantel

Jenis obat atau bahan lain yang dapat menimbulkan inkompabilitas dengan
obat tersebut (jika ada)
Interaksi obat yangterjadi akibat peningkatan metabolisme telah dilaporkan
jika diberikan bersamaan deksametason, fenitoin, dan karbamazepin,
simetidin yang dikenal menghambat isozim sitokrom P-450, menyebabkan
peningkatan kadar prazikuantel.

B. Definisi Antimalaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang bernama
Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi
parasit tersebut. didalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang
biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien yang terinfeksi
oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai influenza, namun bila
tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.
Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropics dimana parasit
Plasmodium dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk
Anopheles, setidaknya ada empat tipe plasmodium yang dapat menginfeksi
manusia ;
a. Plasmodium falcifarum,
b. Plasmodium vivax,
c. Plasmodium ovale, dan

9
d. Plasmodium malariae

C. Antimalaria
1. Pengertian Anti Malaria
Obat – obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang
disebabkan oleh parasit bersel tunggul (Protozoa) yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina yang menggigit pada malam hari dengan
posisi menjungkit.
2. Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang bernama
Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi
parasit tersebut. didalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan
berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien
yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai
influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang
berujung pada kematian. Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis
dan subtropics dimana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu
pula dengan vektor nyamuk Anopheles, setidaknya ada empat tipe
plasmodium yang dapat menginfeksi manusia ;
Plasmodium falcifarum,
Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale, dan
Plasmodium malariae
3. Ciri – Ciri Penyakit Malaria
Adapun ciri – ciri dari penyakit malaria, yaitu :
a. Demam tinggi (demam dapat mencapai 140 derajat
Fahrenheit atau lebih)
b. Perasaan dingin atau kaku pada seluruh tubuh

10
c. Gemetar sampai bergoncang
d. Keluar keringat berlebihan
e. Nyeri kepala dan nyeri otot
f. Tubuh terasa lemas, lelah
g. Anemia
h. Rasa mual dan muntah – muntah
4. Jenis Penyakit Malaria
Penyakit malaria memiliki 3 jenis, dan masing – masing disebabkan oleh
spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap – tiap jenis biasanya berupa
meriang, panas dingin, menggigil dan keringat dingin. Adapun jenis penyakit
malaria :
a. Malaria Tropika
Malaria tropika, disebabkan oleh plasmodium falcifarum merupakan
penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Gejala yang timbul
adalah serangan demam tidak menentu disertai nyeri kepala hebat, bila
terjadi kerusakan eritrosit dalam jumlah besar dan kemudian menyumbat
pembuluh kapiler ke otak, maka dapat menimbulkan kematian dalam
beberapa hari. Sifat dari penyakit ini tidak residif (dapat sembuh total,
tidak berulang kambuh)
b. Malaria Tertiana
Malaria tertiana adalah jenis malaria yang paling ringan. Malaria tertiana
disebabkan oleh plasmodium vivax dan ovale, dimana penderita
merasakan demam berkala yang timbul 3 hari sekali. Sifat dari penyakit
ini sering kambuh (residif) karena adanya bentuk exo eritrocyt sekunder
c. Malaria Kwartana
Malaria kwartana disebabkan oleh plasmodium malariae. Gejala yang
timbul adalah demam berkala setiap 4 hari sekali. Sifat dari penyakit ini
adalah residitif (sering kambuh) karena adanya bentuk exo eritrosit
sekunder
5. Pencegahan Penyakit Malaria

11
Upaya pencegahan difokuskan pada pengurangan penularan
penyakit dengan cara mengendalikan nyamuk pembawa malaria.
Dua intervensi untuk mengendalikan vector:
a. Gunakan kelambu dengan insektisida tahan lama, merupakan cara yang
efektif dan murah
b. Penyemprotan insektisida dalam ruangan
Upaya ini dapat didudukung dengan cara memusnahkan genagan air tempat
nyamuk berkembang biak
6. Penggolongan Obat Malaria
Penggolongan obat ini berdasarkan cara kerjanya pada tahapan perkembangan
plasmodium :
a. Skizontisid darah dan jaringan :
1) Pencegahan kausatif digunakan skizontisid jaringan yang bekerja pada
skizon yang baru memasuki jaringan hati sehingga tahapan infeksi
eritrosit dapat dicegah dan transmisi lanjut ke nyamuk dapat dihambat.
Ct : Pyrimetamin
2) Pencegahan radikal, digunakan skizontisid jaringan yang bekerja di
dalam hati pada kasus laten. Jika digunakan dengan skizontisid darah
dapat digunakan untuk pengobatan radikal pada plasmodium vivax
dan ovale.
Ct: primakuin
3) Pengobatan supresi dan klinik. Digunakan skizontisid darah untuk
mengendalikan skizon stadium eritrosit dan menghancurkan semua
parasit di dalam tubuh penderita.
Ct: kuinin,kloroquin
b. Gametosid
Gametosid digunakan untuk membunuh gametosid yang berada dalam
eritrosit sehingga menghambat transmisinya kedalam tubuh nyamuk.
Ct: primakuin untuk plasmodium falcifarum; kloroquin dan kuinin untuk
plasmodium vavax dan ovale

12
c. Sporontozoid
Sporontozoid menghambat perkembangan gametosid didalam tubuh
nyamuk yang menghisap darah sipenderita tetapi tidak menghancurkan
gametosid.
Ct: primaquin dan kloroguanid
7. Obat – Obat Anti Malaria
Obat anti malaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis
dan stadium parasit, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, efek samping
ringan dan toksisitas rendah.
a. Kuinin
Kuinin adalah alkaloid utama dari kulit pohon kina, sejenis pohon yang
ditemukan di Amerika Selatan. Obat ini bekerja dengan menghambat
hemepolimerase, sehingga mengakibatkan penumpukan zat sitotoksik
yaitu heme.

Gambar 1. Obat Kina


b. Mekanisme kerjanya: memblok sintesis asam nukleat dengan
pembentukan kompleks DNA atau dengan kata lain Menekan
pengambilan oksigen dan metabolisme karbohidrat, membentuk khelat
dengan DNA, mengganggu duplikasi dantranskripsi parasit, berfek
terhadap distribusi kalsium dalam jaringan otot dan menurunkan
eksitabilitas pada akhir syaraf motorik, efek terhadap kardiovaskular mirip
dengan kuinidin. Kuinin juga menghambat metabolisme karbohidrat.
Kuinin bersifat toksik terhadap berbagai bakteri dan organisme bersel

13
tunggal seperti tripanosoma, plasmodium dan spermatozoa, serta
mempunyai daya iritasi kuat.
c. Efek samping yang timbul sakit kepala, penglihatan kabur, mual,
muntah,gangguan keseimbangan, karena diyakini berkhasiat oksitosik
maka banyak disalah gunakan untuk abortus, juga berkhasiat analgetik –
antipiretik.
d. Dosis oral adalah 10 mg/kg berat badan /8 jam selama 4 hari pertama dan
dilanjutkan 15 mg/kg berat badan/8 jam selama 4 hari.
e. Indikasi : Digunakan bersama anti malaria yang lain pada terapi malaria
karena Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin terapi
infeksi Babesia microti yang digunakan bersama clindamisin masih dalam
penelitian terapi kekambuhan kram kaki nokturnal.
f. Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap kuinin atau komponen lain dalam
sediaan, Tinnitus, Optic neuritis. G6PD defisiensi, riwayat black water
fever, trombositopenia, kehamilan
8. Klorokuin
Suatu turunan 4-amonokuinolin adalah obat skizon darah yang sangat kuat,
dan selama tidak ada resistensi, merupakan obat pilihan pertama pada
serangan malaria akut. Senyawa ini adsorpsi oleh usus dengan cepat dan
sempurna dan disimpan dalam hati, limpa, ginjal, paru-paru, leukosit, dan
eritrosit. Klorokuin dengan cepat mengakhiri demam dalam 24-48 jam.
9. Mekanisme kerjanya adalah klorokuin berikatan pada DNA dan RNA
sehingga menghambat polimerase DNA dan RNA, mempengaruhi
metabolisme dan kerusakan haemoglobin oleh parasit, menghambat efek
prostaglandin, klorokuin mempengaruhi keasaman cairan sel parasit dan
menaikkan pH internal sehingga menghambat pertumbuhan parasit,
berpengaruh terhadap agregasi feriprotoporpirin IX pada reseptor kloroquin
sehingga merusak membran parasit dan juga berpengaruh pada sintesis
nulkeoprotein.

14
10. Efek samping : Gatal-gatal, mual, muntah, sakit kepala, nyeri abdomen,
penglihatan kabur
11. Cara mengatasi efek samping : Pemberian obat setelah makan mungkin dapat
mengurangi efek tersebut.
12. Dosis : oral diberikan pada hari pertama dengan dosis 10 mg/kg berat badan,
diikuti 6 jam kemudian dengan dosis 5 mg/kg, serta pada hari kedua dan
ketiga dengan dosis 5 mg/kg. Pemberian secara intra vena dengan dosis 10
mg/kg berat badan selama ≥ 8 jam, dilanjutkan 15 mg/kg selama ≥ 24 jam
(pemberian dalam 10 ml NaCl 0,9%/dekstrosa 5%).
13. Indikasi : fase eritrositer dan parasitemia serangan akut
14. Kontraindikasi : penyakit hati, gangguan saluran cerna, gangguan neurologic,
gangguan darah seperti G6PD, gangguan kulit berat seperti porfiria kutanea
tanda dan psoriasis.

15. Primakuin
Primakuin adalah anti malaria esensial yang dikombinasikan dengan
klorokuin dalam pengobatan malaria. Obat ini efektif terhadap gametosid dari
semua Plasmodium sehingga dapat mencegah penyebaran penyakit. Juga
efektif terhadap bentuk hipnozoit dari malaria sehingga dapat digunakan
untuk pengobatan radikal dan mencegah relaps.

Gambar 2. Obat Prima Qunine

15
a. Mekanisme kerja : primakuin berubah menjadi elektrofil yang bekerja
sebagai mediator oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas
antimalaria melalui pembentukan oksigen reaktif atau mempengaruhi
transportasi elektron parasit
b. Indikasi: tambahan untuk terapi Plasmodium vivax dan P. ovale, dan
gametosidal pada malaria falciparum,eradikasi stadium hepar.
c. Kontraindikasi : Hipersensitif, reumatoid artritis dan lupus
eritematosus, terapi obat yang dapat menyebabkan hemolisis dan depresi
sumsum tulang, anak <4 tahun, defisiensi G6PD dan NADH, penggunaan
kuinakrin.
d. Efek Samping : Mual, muntah, anoreksi, sakit perut,
methemoglobinemia, anemia hemolitik terutama pada defisiensi G6PD,
leukopenia.
e. Dosis : Pencegahan kambuh dan menularnya malaria vivax dan ovale :
0,25 mg/kg BB untuk 14 hari. Sebagai efek gametosidal pada malaria
falciparum : dosis tunggal 0,75 mg/kgBB (dewasa 45 mg), dosis yang
sama diulang 1 minggu terakhir
16. Kina
Kina merupakan obat antimalaria kelompok alkaloid kinkona yang bersifat
skisontosida darah untuk semua jenis Plasmodium manusia dan gametosida P.
vivax dan P. malariae. Obat ini merupakan obat antimalaria alternatif untuk
pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi yang resisten
terhadap klorokuin dan sulfadoksin- pirimetamin.
17. Mekanisme kerja : Cara kerja Kina dalam menangani penyakit malaria adalah
menghambat pertumbuhan bakteri penyebab malaria. Dan juga membunuh
parasit tersebut sehingga penderita malaria dapat segera sembuh.
18. Dosis :
Usia
Dosis
Frekuensi Durasi

16
penggunaan
Orang dewasa
600 mg
3 kali sehari 1 minggu hingga
10 hari
Di bawah 11
tahun 10 mg / kg berat
badan 1 kali tiap 8 jam
1 minggu
Efek samping : Gangguan mata, Gangguan pendengaran, Sakit kepala atau
vertigo, Mual, Muntah, Sakit perut, Diare, Linglung, Otot lemas,
Meningkatnya sensitivitas terhadap cahaya.
Indikasi : untuk terapi malaria yang multi resisten, digunakan
tunggal atau kombinasi dengan obat lain.
Kontra indikasi : homoglobinuria , neuritis optic, tinnitus, myasthenia gravis.

D. Antifungi
1. Pengertian Antifungi
Anti fungi merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi yang
disebabkan oleh jamur sebagai agennya. Infeksi yang disebabkan oleh jamur
ini dapat bersifat lokal maupun sistemik. Berdasarkan jaringan di mana agen
penginfeksi (jamur) terkolonisasi, infeksi jamur dibedakan menjadi:
a. Infeksi superficial
Adalah infeksi jamur yang hanya menginvasi jaringan superfisialis yang
terkeratinisasi seperti rambut, kulit, dan kuku. Contoh : infeksi Tinea
capitis serta Malassezia furfur (Purba, 2012).
b. Infeksi sistemik (invasif)
Adalah infeksi jamur yang menginvasi organ-organ dalam, fokus
utammanya umumnya adalah paru-paru, dan menyebar ke jaringan lain

17
bahkan sampai ke selaput otak. Contoh : infeksi Cryptococcus neoformans
dan Histoplasma capsulatum (Purba, 2012).
Sedangkan bila didasarkan pada etiologinya, infeksi jamur dibedakan
menjadi:
a. Aspergilosis : disebabkan oleh Aspergillus sp. Umumnya merupakan
infeksi sistemik yang terjadi di paru-paru.
b. Blastomikosis : disebabkan oleh Blastomyces sp. Infeksinya terjadi
pertama di oaru-paru lalu menyebar ke kulit.
c. Candidiasis : disebabkan oleh jamur spesies Candida. Infeksinya terjadi di
paru-paru, mulut, serta vagina.
d. Coccidiodomikosis : disebabkan oleh Coccidioydes sp. Infeksinya
pertama terjadi di paru, gejalanya seperti flu, namun kemudian menyebar
ke seluruh tubuh.
e. Cryptococosis : disebabkan oleh Cryptococcus sp. Infeksinya terjadi di
selaput otak, kulit, dan paru-paru.
f. Histoplasmosis : disebabkan oleh spesies Histoplasma. Infeksinya berupa
pneumonia pada paru-paru.
g. Mucormikosis (zygomikosis) : disebabkan oleh ordo Mucorales.
Infeksinya pada paru-paru serta darah.
h. Paracoccidiodomikosis : disebabkan oleh spesies Paracoccidioides.
Infeksinya terjadi pada nodus limfe.
i. Sporotrichosis : disebabkan oleh spesies Sporothrix . Infeksinya terjadi
pada pembuluh limfe dan kulit.
j. Tineasis : disebabkan oleh spesies Tinea. Umumnya berupa infeksi kulit
lokal.
Infeksi jamur diawali dengan masuknya spora jamur ke dalam tubuh atau
melekatnya spora tersebut pada kulit. Infeksi sistemik umumnya diawali
dengan terhirupnya spora ke dalam paru-paru, atau pada candidiasis
vulvovaginal infeksi dapat terjadi karena spora masuk melalui lubang vagina
karena kurangnya kebersihan. Sebenarnya tubuh memiliki proses pertahanan

18
terhadap infeksi jamur, akan tetapi kekuatannya sangat bervariasi antar
individu tergantung tingkat daya tahannya. Pada pasien dengan kondisi
immunocompromised infeksi jamur bahkan yang sifatnya oportunistik sangat
mudah terjadi. Setelah spora masuk dan melewati lini pertahanan tubuh,
dengan kondisi tertentu spora dapat berkembang menjadi jamur dan
membentuk koloni di dalam tubuh atau pada jaringan superfisial. Hal tersebut
akan menimbulkan gejala lokal maupun sistemik (Purba, 2012).
Infeksi jamur secara umum dibedakan menjadi infeksi jamur sistemik dan topikal,
yaitu :
1. Antijamur untuk infeksi sistemik : amfoterisin B, flusitosin, grup azol
(ketokonazol,flukonazol, itrakonazol), kalium iodida (Yantesa, 2013).
2. Antijamur untuk infeksi topikal : griseofulvin, imidazol, tolnaftat, nistatin,
kandisidin, asam salisilat, asam undesilinat, haloprogin, natamisin (Yantesa,
2013).
Selain itu, Antifungi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan cara kerjanya
ataupun strukrur kimiawinya, yaitu golongan azol, polien, dan golongan lain.
1. Golongan Azol
Dinamakan azol karena semua anggotanya mempunyai cincin azol, azol
dengan 2 atom nitrogen (N) disebut imidazol, dan dengan 3 atom Nitrogen
disebut triazol.Golongan azol juga bekerja menghambat sintesis ergosterol.
Triazol lebih baik dari segi distribusi atau efek sampingnya lebih sedikit.
Golongan azol juga merupakan antifungi berspektrum luas (Yantesa, 2013).
2. Golongan Polien
Amfoterisin menyebabkan nefrotoksik, oleh karena itu hanya digunakan pada
kasus-kasus berat dan yang mengalami gangguan imunitas. Nistatin juga
sangat toksik sehingga hanya digunakan untuk pemakaian topical. Walaupun
dapat dipakai peroral, nistatintidak dapat diabsorpsi. Saat dipakai peroral
nistatin hanya untuk mengatasi infeksi Candida albican di mukosa GI dan
pemberian secra lokal untuk terapi infeksi kulit dan vagina (Yantesa, 2013).
3. Golongan Lain

19
Terbinafin dan griseofulfin digunakan secara oral untuk infeksi jamur
superficial dikulit, rambut dan kuku. Kedua obat tersebut dapat sampai ke
kulit, kuku, rambut yang sangat minim vaskularisasinya.Terbinafin bekerja
menghambat sintesis ergosterol, sedangkan griseofulfin terikat dikeratin
sehingga kulit resisten terhadap infeksi jamur (Yantesa, 2013).

4. Profil anti fungi


Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai mekanisme kerja, indikasi, kontra
indikasi, farmakokinetik serta efek samping dari tiap golongan anti fungi.
a. Anti fungi untuk infeksi sistemik
AMFOTERISIN B
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces nodosus.
Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran
sel jamur sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan
intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel. Salah satu
penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan
kolesterol pada membran sel hewan dan manusia. Resistensi terhadap
amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor
sterol pada membran sel (Yantesa, 2013),
b. Farmakokinetik
Absorbsi : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.
Waktu paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh
eliminasi fase kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar
mantapnya akan tercapai setelah beberapa bulan setelah pemberian
(Yantesa, 2013).
Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya 3 %
dari jumlah dosis yang diberikan (Yantesa, 2013).
Efek samping

20
Infus : kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu,
anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.
50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam
dan menggigil.
Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan
bersama flusitosin.
(Yantesa, 2013).
Indikasi
Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, aspergilosis,
kromoblastomikosis dan kandidosis.
Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.
Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik. (Yantesa,
2013)
5. Sediaan
Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubuk
a) Dosis
Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25
mg/kgBB) yang dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan bertahap
sampai 0,4-0,6 mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan.
b) Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi
jamur, pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat
dilanjutkan sampai 3- 4 bulan
(Yantesa, 2013)
6. Flusitosin
Flusitosin merupakan pirimidin sintetis yang telah mengalami fluorinasi
Mekanisme kerja
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan
dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi
menjadi 5- Fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat

21
penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil (Yantesa,
2013).
7. Farmakokinetik
a. Absorbsi : diserap dengan cepat dan baik melalui saluran cerna.Pemberian
bersama makanan memperlambat penyerapan tapi jumlah yang diserap
tidak berkurang. Penyerapan juga diperlambat pada pemberian bersama
suspensi alumunium hidroksida/magnesium hidroksida dan dengan
neomisin.
b. Distribusi : didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan dengan
volume distribusi mendekati total cairan tubuh.
c. Ekskresi : 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui filtrasi
glomerulu dalam bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara 200-
500µg/ml.
d. Kadar puncak dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai 1-2 jam.
Kadar ini lebih tinggi pada penderita infusiensi ginjal.
e. Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara 2,4-4.8 jam
dan sedikit memanjang pada bayi prematur tetapi dapat sangat memanjang
pada penderita insufisiensi ginjal.
(Yantesa, 2013)

8. Efek samping
Dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia, terutama pada
penderita dengan kelainan hematologik, yang sedang mendapat pengobatan
radiasi atau obat yang menekan fungsi tulang, dan penderita dengan riwayat
pemakaian obat tersebut. Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang hebat.
Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT dan SGOT,
hepatomegali.
Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan halusinasi.
(Yantesa, 2013)
9. Indikasi

22
Infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan per oral.
Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada
kromoblastomikosis
Sediaan dan dosis
Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg
Dosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi
dalam 4 dosis.
(Yantesa, 2013)
KETOKONAZOL

1. Mekanisme kerja
Seperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi dengan biosintesis
ergosterol, sehingga menyebabkan perubahan sejumlah fungsi sel yang
berhubungan dengan membran (Yantesa, 2013).
2. Farmakokinetik
a. Absorbsi : diserap baik melalui saluran cerna dan menghasilkan kadar
plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur.
Penyerapan melalui saluran cerna akan berkurang pada penderita dengan
pH lambung yang tinggi,pada pemberian bersama antasid.
b. Distribusi : ketokonazol setelah diserap belum banyak diketahui.
c. Ekskresi : Diduga ketokonazol diekskresikan bersama cairan empedu ke
lumen usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin,
semuanya dalam bentuk metabolit yang tidak aktif.
(Yantesa, 2013)
3. Efek samping
Efek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B.
Mual dan muntah merupakan efek samping obat yang paling sering dijumpai
Efek samping yang jarang ditemui : sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik,
fotofobia, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit, dan trombositopenia.
4. Indikasi

23
Ketokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi dan
jaringan lemak.
5. Kontra indikasi
Kehamilan dan laktasi. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil
karena pada tikus, dosis 80 mg/kgBB/hari menimbulkan cacat pada jari hewan
coba tersebut.
(Yantesa, 2013)

ITRAKONAZOL
1. Mekanisme kerja
Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi dengan enzim
yang dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-demethylase. Interferensi ini
menyebabkan akumulasi 14-methylsterol dan menguraikan ergosterol di
dalam sel-sel jamur dan kemudian mengganti sejumlah fungsi sel yang
berhubungan dengan membran (Yantesa, 2013).
2. Farmakokinetik
Itrakonazol akan diserap lebih sempurna melalui saluran cerna, bila diberikan
bersama dengan makanan. Dosis 100 mg/hari selama 15 hari akan
menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5 µg/ml (Yantesa, 2013).
Waktu paruh eliminasi obat ini 36 jam (setelah 15 hari pemakaian)
3. Sediaan dan dosis
Itrakonazol tersedia dalam kapsul 100 mg.
Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x 100mg/hari selama 2-8 minggu
Kandidiasis vaginal diobati dengan dosis 1 x 200 mg/hari selama 3 hari.
Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/hari selama 5 hari.
Infeksi berat mungkin memerlukan dosis hingga 400 mg sehari.

4. Efek samping

24
Kemerahan, pruritus, lesu, pusing, edema, parestesia , 10-15% penderita
mengeluh mual atau muntah tapi pengobatan tidak perlu dihentikan
5. Indikasi
Itrakonazol memberikan hasil memuaskan untuk indikasi yang sama dengan
ketokonazol antara lain terhadap blastomikosis, histoplasmosis,
koksidiodimikosis, parakoksidioidomikosis, kandidiasis mulut dan
tenggorokan serta tinea versikolor.
(Yantesa, 2013).

FLUKONAZOL

1. Farmakokinetik
Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya
makanan ataupun keasaman lambung.
Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg.
Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi
90% bersihan ginjal.
2. Sediaan dan dosis
Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral dalam kapsul yang
mengandung 50 dan 150mg.
Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari.
Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150 mg.
3. Efek samping
Gangguan saluran cerna merupakan efek samping obat yang paling banyak
Reaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom stevensJohnson.
4. Indikasi
Flukonazol dapat mencegah relaps meningitis oleh kriptokokus pada penderita
AIDS setelah pengobatan dengan Amfoterisin B. Obat ini juga efektif untuk
pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada penderita AIDS.
(Yantesa, 2013).

25
KALIUM IODIDA

1. Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis


2. Efek samping
Mual , rinitis, salivasi, lakrimasi, rasa terbakar pada mulut dan tenggorok,
iritasi pada mata, sialodenitis dan akne pustularis pada bagian atas bahu
3. Dosis
a. Kalium iodida diberikan dengan dosis 3 kali sehari 1 ml larutan penuh
(1g/ml).
b. Dosis ditingkatkan 1 ml sehari sampai maksimal 12-15 ml.

c. Penyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu, namun terapi masih dilanjutkan


sampai sedikitnya 4 minggu setelah lesi menghilang atau tidak aktif lagi
d. (Yantesa, 2013).
4. Anti jamur untuk infeksi topikal

GRISEOFULVIN

1. Griseofulvin adalah antibiotik anti jamur yang dihasilkan oleh sejumlah


spesies Penicillium dan pertama kali diperkenalkan adalah berbentuk obat oral
yang diperuntukkan bagi pengobatan penyakit dermatophytosis (Yantesa,
2013).
2. Mekanisme Kerja
Griseofulvin adalah kelompok obat fungistatis yang mengikat protein-potein
mikrotubular dan berperan untuk menghambat mitosis sel jamur. Selain itu,
griseofulvin juga inhibitor (penghambat) bagi sintensis asam nukleat
(Yantesa, 2013).
3. Farmakokinetik
Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada saluran cerna bagian atas
karena obat ini tidak larut dalam air.Penyerapan lebih mudah bila griseofulvin
diberikan bersama makanan berlemak

26
Dosis oral 0.5 hanya akan menghasilkan kadar puncak dalam plasma kira-kira
1 µg/ml setelah 4 jam.
Obat ini mengalami metabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah 6-
metilgriseofulvin.
Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam, 50% dari dosis oral yang diberikan
dikeluarkan bersama urin dalam bentuk metabolit selama 5 hari.
4. Efek samping
a. Leukopenia dan granulositopenia à menghilang bila terapi dilanjutkan.
b. Sakit kepala adalah keluhan utama pada kira-kira 15% penderita yang
biasanya hilang sendiri sekalipun pemakaian obat dilanjutkan.
c. artralgia, neuritis perifer, demam, pandangan mengabur, insomnia,
berkurangnya kecakapan, pusing dan sinkop, pada saluran cerna dapat
terjadi rasa kering mulut, mual, muntah, diare dan flatulensi.
d. Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema
multiform, vesikula dan erupsi menyerupai morbili (Yantesa, 2013).
5. Indikasi
Efektif untuk infeksi jamur di kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh
jamur Microsporum, Tricophyton, dan Epidermophyton (Yantesa, 2013).
Sediaan dan dosis
Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg dan suspesi
mengandung 125 mg/ml.
Pada anak griseofulvin diberikan 10 mg/kgBB/hari
Untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal.
Hasil memuaskan akan tercapai bila dosis yang diberikan dibagi empat dan
diberikan setiap 6 jam
(Yantesa, 2013).
6. Kontraindikasi
Griseofulvin bersifat kontraindikasi pada pasien penderita penyakit liver
karena obat ini menyebabkan kerusakan fungsi hati (Yantesa, 2013).

27
MIKONAZOL
1. Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil,
mempunyai spektrum ani jamur yang lebar baik terhadap jamur sistemik
maupun jamur dermatofit (Yantesa, 2013).
2. Mekanisme Kerja
Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan permeabilitas
membran sel jamur meningkat (Yantesa, 2013).
3. Farmakokinetik
Daya absorbsi Miconazole melalui pengobatan oral kurang baik..
Miconazole sangat terikat oleh protein di dalam serum. Konsentrasi di dalam
CSF tidak begitu banyak, tetapi mampu melakukan penetrasi yang baik ke
dalam peritoneal dan cairan persendian.
Kurang dari 1% dosis parenteral diekskresi di dalam urin dengan komposisi
yang tidak berubah, namun 40% dari total dosis oral dieliminasi melalui
kotoran dengan komposisi yang tidak berubah pula.
Miconazole dimetabolisme oleh liver dan metabolitnya diekskresi di dalam
usus dan urin. Tidak satupun dari metabolit yang dihasilkan bersifat aktif
(Yantesa, 2013).
4. Indikasi
Diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea versikolor, dan kandidiasis
mukokutan.
5. Efek samping
Berupa iritasi dan rasa terbakar dan maserasi memerlukan penghentian terapi
(Yantesa, 2013).
6. Sediaan dan dosis
Obat ini tersedia dalam bentuk krem 2% dan bedak tabur yang digunakan 2
kali sehari selama 2-4 minggu (Yantesa, 2013).
Indikasi
Krem 2 % untuk penggunaan intravaginal diberikan sekali sehari pada malam
hari untuk mendapatkan retensi selama 7 hari.

28
Gel 2% tersedia pula untuk kandidiasis oral
(Yantesa, 2013).

E. Proses Keperawatan
1. Peran Perawat dalam Pengkajian
a. Sebagai pendekatan awal antara perawat dengan pasien
b. Sebagai sumber pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan data
tentang klien, untuk memastikan pertimbangan yang lebih akurat
c. Sebagai tempat untuk menggali dan menemukan keunikan klien dan
masalah perawatan personal klien secara komprehensif
d. Sebagai pengamat klinis tentang klien, melaporkan situasi pasien yag
berhubungan dengan masalah medis dan kemudian mengetahui aktivitas
medis yang diharuskan dengan didelegasikan oleh dokter.
e. Sebagai pemecah masalah secara akurat, menyeluruh dan cepat
f. Sebagai pendekatan yang berorientasi pada masalah yang difokuskan pada
situasi klien
2. Peran Perawat dalam Penegakkan Diagnosa
a. Sebagai penilai klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas
terhadap masalah kesehatan actual atau potensial dalam proses kehidupan.
b. Sebagai keterampilan berfikir kritis untuk annalis data pengkajian klien
untuk membentuk diagnose keperawatan
c. Sebagai suatu proses menghilangkan masalah potensial dalam
memberikan perawatan dan mempertahankan focus pada pemenuhan
tujuan perawatan kesehatan klien
d. Sebagai penelaah dalam menentukan apakah asuhan keperawatan telah
tepat diberikan sesuai dengan standar praktik
e. Sebagai pencatatan dalam catatan perkembangan, menuliskan rujukan, dan
memberikan transisi perawatan yang efektif dari satu unit ke unit lainnya,
dari satu klinik ke klinik lainnya, atau dari rumah sakit ke komunitas

29
f. Sebagai proses perencanaan dan pemilihan intervensi keperawatan untuik
mencapai hasil yang diinginkan
3. Peran Perawat dalam Perencanaan
a. Sebagai penelaah literature yang berkaitan, memodifikasi asuhan, dan
mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan
klien dan penatalaksanaan klinik
b. Sebagai prioritas untuk mengatur intervensi untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan untuk memenuhi kebutuhan klien
c. Sebagai tempat merumuskan tujuan dan hasil yang diperkirakan dengan
klien untuk setiap diagnose keperawatan (Gordon, 1994)
4. Peran Perawat dalam Implementasi
a. Sebagai pemenuhan kebutuhan klien yang mendesak, misalnya dalam
situasi seperti henti jantung, kematian mendadak dari orang yang dicintai,
atau kehilangan rumah akibat kebakaran.
b. Sebagai pembantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status
kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan
c. Selama implementasi, perawat mengkaji kembali klien memodifikasi
rencana asuhan dan menuliskan kembali hasil yang diharapkan sesuai
kebutuhan.
d. Untuk implementasi efektif, perawat harus berpengetahuan banyak
tentang tipe-tipe intervensi, imlementasi, dan metode implementasi
spesifik
e. Sebagai tempat memberikan perawatan primer untuk klien di suatu unit
rawat jalan mengikuti protocol tindakan dan diagnostic,
f. Sebagai penelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada
g. Sebagai pengevaluasi rencana untuk menentukan kebutuhan dan tipe yang
dibutuhkan
h. Dalam implementasi, perawat memilih intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan seperti:
1) Membentu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

30
2) Mengonsulkan dan menyuluh klien dan keluarganya
3) Memberikan asuhan keperawatan langsung
4) Mengawasi dan mengevaluasi kerja anggota staff lainnya
5. Dalam implementasi, perawat menjalankan rencana asuhan keperawatan
dengan menggunakan beberapa metode implementasi, sebagai contoh, klien
dengan diagnose keperawatan, hambatan mobilitas fisik yang berhubungan
dengan gips lengan bilateral, mungkin membutuhkan bantuan dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
6. Peran Perawat dalam Evaluasi
a. Dalam evaluasi, perawat mengevaluasi apakah perilaku atau respons klien
mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan suatu diagnose
keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat
b. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah proses
keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respons klien dan
membandingkannya dengan perilaku yang disebutkan dalam hasil yang
diharapkan
c. Selama evaluasi, perawat secara continue mengarahkan kembali asuhan
keperawatan kearah terbaik untuk memenuhi kebutuhan klien. Sebagai
contoh, ketika mengevaluasi klien terhadap perubahan dalam tanda-tanda
vital, perawat menerapkan pengetahuan tentang proses penyakit dan
respons fisiologi untuk menginterprestasikan apakah perubahan telah
benar-benar terjadi dan apakah perubahan tersebut diingingkan,

F. Cara Mencegah Kesalahan dalam Pemberian Obat


Untuk mencegah kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien,perawat
harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
Tabel 1. Cara Mencegah Kesalahan dalam Pemberian Obat

Kewaspadaan Rasional
Baca label obat dengan teliti Banyak produk yang tersedia dalam kotak, warna, dan
bentuk yang sama.

31
Kewaspadaan Rasional

Pertanyakan pemberian banyak Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua tablet atau
tablet atau vial untuk dosis kapsul atau vial dosis tunggal. Interpretasi yang salah
Tunggal terhadap program obat dapat mengakibatkan pemberian
dosis tinggi berlebihan.
Waspadai obat-obatan Banyak nama obat terdengar sama (misalnya, digoksindan
bernama sama digitoksin, keflex dan keflin, orinase dan ornade)
Cermati angka di belakang Beberapa obat tersedia dalam jumlah seperti dibawah ini :
Koma tablet coumadin dalam tablet 2,5 dan 25 mg, Thorazine

dalam Spansules (sejenis kapsul) 30 dan 300 mg.


Pertanyakan peningkatan dosis Kebanyakan dosis diprogramkan secara bertahap supaya
yang tiba-tiba dan berlebihan dokter dapat memantau efek terapeutik dan responsnya.

Ketika suatu obat baru atau Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut maka risiko
Obat yang tidak lazim pemberian dosis yang tidak akurat menjadi besar
diprogramkan, konsultasi
kepada sumbernya
Jangan beri obat yang Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan
diprogramkan dengan nama tidak resmi untuk obat yang sering diprogramkan. Apabila
pendek atau singkatan tidak perawat atau ahli farmasi tidak mengenal nama tersebut,
resmi obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah

Jangan berupaya atau Apabila ragu, tanyakan kepada dokter. Kesempatan


mencobamenguraikan dan terjadinya salah interpretasi besar, kecuali jika perawat
mengartikan tulisan yang tidak mempertanyakan program obat yang sulit dibaca.
dapat dibaca
Kenali klien yang memiliki nama Seringkali, satu dua orang klien memiliki nama akhir yang
akhir sama. Juga minta klien sama atau mirip. Label khusus pada kardeks atau buku
menyebutkan nama obat dapat memberi peringatan tentang masalah yang
lengkapnya. Cermati nama yang potensial.
tertera pada tanda pengenal
Cermati ekuivalen Saat tergesa-gesa, salah baca ekuivalen mudah
terjadi(contoh, dibaca miligram, padahal mililiter)

32
G. Keamanan dalam Pemberian Obat
1. Melaporkan apabila perawat berisiko terkena cedera akibat tusukan jarum
suntik.
2. Jarum dan instrument lain dipertimbangkan “tajam” selalu dibuang kedalam
wadah yang disediakan dan ditandai dengan jelas, wadah harus anti tusuk dan
anti bocor.
3. Sebuah jarum tidak pernah boleh dipaksa masuk kedalam wadah
pembuangan yang sudah pernah.
4. Jarum dan spuit yang sudah digunakan tidak pernah boleh dibuang ke
keranjang sampah, ke kantong perawat, troli makanan klien, atau disisi
tempat tidur klien.
5. Setelah obat disuntikkan seluruhnya, perawat memegang selubung pelinfung
dan menarik jarum dari klien. Hal ini membuat selubung pelindung
membungkus jarum dan mengunci jarum didalam sarung tersebut. Setelah
sarung mengunci jarum, sarung tidak boleh dilepas.

33
BAB III
KESIMPULAN

1. Obat Antelmintik yang merupakan golongan dari Obat Anti Helmintes ditujukan
sesuai dengan cacing yang spesifik. Tidak semua cacing dapat di musnahkan atau
diobati dengan satu amcam obat saja. Karena nyatanya, telah banyak macam obat
cacing yang diedarkan dan resmi untuk digunakan.
2. Mengingat tempat infeksi jamur di daerah yang vaskularisasinya (aliran
arah) sangat rendah maka pemberian obat secara topical sangat
penting.
Dengan demikian sangat penting adanya antifungi lokal maupun antifungi
istemik. Antifungi dapat diklasifikasikan berdasarkan cara kerjanya ataupun
strukrur kimiawinya
3. Penyakit malaria memiliki 3 jenis, dan masing – masing disebabkan oleh spesies
parasit yang berbeda. Gejala tiap – tiap jenis biasanya berupa meriang, panas
dingin, menggigil dan keringat dingin.

4.

34
DAFTAR PUSTAKA

Drugs.Com (2007). Pyrantel PamoatE

Ganiswara, S.G., Setiabudi, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi (Editor).1995.


Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.. Bagian Farmakologi FK UI: Jakarta

Hoan Tan Tjay,drs & Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat penting, Khasiat, penggunaan
dan efek sampingnya : Elexmedia Computindo

http://biologi-news.blogspot.com/2011/02/mebendazole-hexamine-adidryl.html
diakses pada tanggal 27 Januari 2016

Katzung.1989.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 3.EGC: Jakarta


Mycek.2001.Farmakologi Ulasan Bergambar.Widya Medika : Jakarta MIMS
Annual (1998) : Combantrin. Edisi 8. Singapore.

Purba, Ama. 2012. Infeksi Jamur. Tersedia online di https://id.scribd.com/


doc/114341609/infeksi-jamur#download

Priyanto. 2008. Farmakologi Dasar:Untuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan


Edisi 2.Jawa Barat. Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi (Leskonfi).

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lestari, Siti. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Farmakologi dalam
Keperawatan. Jakarta Selatan. Pusdik SDM Kesehatan.

Yantesa, Elok. 2013. Makalah Farmakologi. Tersedia online di


https://id.scribd.com/doc/131227247/MAKALAH-FARMAKOLOGI

35

Anda mungkin juga menyukai