Anda di halaman 1dari 23

OBAT ANTI JAMUR

DISUSUN :
 AMBAR PUSPITA RAHMAWATI P00324018002
 ILMI NUR WULAN BITARA P00324018018
 FIDYA P003240180
 RANI NUR FAJAR P00324018031
 DESY DWI SETIAWATI P003240180
 FAIV TRYNINGSIH SAHNAYA P00324018011
 RUNIATIN P003240180
 WAHYUNI P003240180
 RINI NOVIANTI P003240180

TINGKAT I A
DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini dengan
judul “Obat Anti Jamur” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmakologi.
Tidak sedikit kesulitan yang saya alami dalam proses penyusunan
Makalah ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait,
baik secara moril maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak
lupa pada kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen
yang telah membimbing kami sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Saya menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas Makalah ini, saya
membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan Makalah diwaktu yang akan
datang. Akhir kata, besar harapan saya agar makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

KENDARI, 24 SEPTEMBER 2018

KELOMPOK I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................


A. LATAR BELAKANG .................................................................
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................
C. TUJUAN ......................................................................................
D. MANFAAT ..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................


A. DEFINISI OBAT ANTI JAMUR ................................................

BAB III PENUTUP .................................................................................


A. KESIMPULAN ............................................................................
B. SARAN ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jamur merupakan organisme uniseluler maupun multiseluler (umumnya
berbentuk benang disebut hifa, hifa bercabang-cabang membentuk
bangunan seperti anyaman disebut miselium, dinding sel mengandung
kitin, eukariotik, tidak berklorofil. Jamur hidup secara heterotrof dengan
jalan saprofit (menguraikan sampah organik), parasit (merugikan
organisme lain), dan simbiosis. Berdasarkan kingdongnya, fungi (jamur)
dibedakan menjadi lima divisi yaitu, Zigomycotina (kelas Zygomycetes),
Ascomycotina, Basidiomycotina, dan Deuteromycotina. Sedangkan Obat
antijamur adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit
yang disebabkan oleh jamur (Anonim, 2007).
Penyakit yang disebabkan oleh jamur biasanya akan tumbuh pada daerah-
daerah lembab pada bagian tubuh kita, diantaranya seperti pada bagian
ketiak, lipatan daun telinga, jari tangan dan kaki dan juga bagian lainnya.
Penyakit kulit karena jamur bisa menular karena kontak kulit secara
langsung dengan penderitanya. Gejala dari penyakit ini adalah warna kulit
yang kemerahan, bersisik dan adanya penebalan kulit. Dan yang jelas akan
disertai dengan rasa gatal pada kulit yang sudah terifeksi jamur tersebut.
Infeksi karena jamur disebut mikosis, umumnya bersifat kronis. Mikosis
ringan menyerang permukaan kulit (mikosis kutan), tetapi dapat juga
menembud kulit sehingga menimbulkan mikosis subkutan. Secara klinik,
infeksi jamur dapat digolongkan menurut lokasi infeksinya, yaitu:
a. Mikosis sistemik.
b. Dermatofit.
c. Mikosis mukokutan (Munaf, 2004).
d.
B. RUMUSAN MASALAH
Agar dalam pembuatan makalah ini tidak terlalu kompleks maka
dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Sebutkan pengertian obat anti jamur!
2. Sebutkan macam-macam obat anti jamur!
3. Jelaskan cara kerja/khasiat obat anti jamur!
4. Sebutkan indikasi dan kontra indikasi beberapa obat anti jamur!
5. Sebutkan dosis yang digunakan obat anti jamur!
6. Jelaskan efek samping dan cara mengatasi obat anti jamur!

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi “Obat Anti Jamur”.
2. Untuk mengetahui pengertian obat anti jamur.
3. Untuk mengetahui macam-macam obat anti jamur.
4. Untuk mengetahui cara kerja/khasiat obat anti jamur.
5. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi beberapa obat anti
jamur.
6. Untuk mengetahui dosis yang digunakan obat anti jamur.
7. Untuk mengetahui efek samping dan cara mengatasi obat anti jamur.

D. MANFAAT
Agar mampu memahami dan mengenal obat jamur ini tentunya bisa di
pahami dan digunakan untuk kehidupan sehari – hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obat Anti Jamur
1. Obat Anti jamur
Obat anti jamur adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit
yang disebabkan oleh jamur.
2. Jamur
Sebuah jamur adalah anggota kelompok besar eukariotik organisme yang
meliputi mikroorganisme seperti ragi dan jamur, serta lebih akrab jamur.
Kadang disebt juga Fungi yang diklasifikasikan sebagai sebuah kerajaan yang
terpisah dari tanaman, hewan dan bakteri. Salah satu perbedaan utama adalah
bahwa sel-sel jamur memiliki dinding sel yang mengandung kitin, tidak
seperti dinding sel tumbuhan, yang mengandung selulosa. Ini dan perbedaan
lainnya menunjukkan bahwa jamur membentuk kelompok satu organisme
yang terkait, bernama Eumycota (benar jamur atau Eumycetes), yang berbagi
nenek moyang (a monophyletic group). Kelompok jamur ini berbeda dari yang
secara struktural mirip jamur lendir (myxomycetes) dan jamur air
(Oomycetes).
Disiplin biologi yang ditujukan untuk mempelajari jamur ini dikenal sebagai
ilmu jamur, yang sering dianggap sebagai cabang botani, meskipun penelitian
genetik menunjukkan bahwa jamur yang lebih dekat dengan binatang daripada
tumbuhan. Berlimpah di seluruh dunia, kebanyakan fungi tidak mencolok
karena ukuran kecil struktur mereka, dan mereka samar gaya hidup di tanah,
pada benda mati, dan sebagai symbionts tanaman, hewan, atau jamur lain.
Mereka mungkin menjadi terlihat ketika berbuah, baik sebagai jamur atau
cetakan. Jamur melakukan suatu peran penting dalam dekomposisi materi
organik dan memiliki peran penting dalam siklus hara dan pertukaran.
Mereka telah lama digunakan sebagai sumber makanan langsung, seperti
jamur dan cendawan, sebagai ragi roti agen, dan di fermentasi berbagai produk
makanan, seperti anggur, bir, dan kecap.. Sejak tahun 1940-an, jamur telah
digunakan untuk produksi antibiotik, dan, baru-baru ini, berbagai enzim yang
diproduksi oleh jamur digunakan industri dan deterjen.. Jamur juga digunakan
sebagai agen biologi untuk mengendalikan gulma dan hama. Banyak spesies
menghasilkan bioaktif senyawa yang disebut mycotoxins, seperti alkaloid dan
polyketides, yang beracun untuk hewan termasuk manusia.
Struktur yang berbuah beberapa spesies mengandung psikotropika senyawa
dan dikonsumsi recreationally atau tradisional upacara spiritual. Jamur dapat
mematahkan dibuat bahan dan bangunan, dan menjadi signifikan patogen
manusia dan hewan lainnya. Kerugian tanaman akibat jamur penyakit
(misalnya penyakit ledakan beras) atau makanan busuk dapat memiliki
dampak besar manusia pasokan makanan dan ekonomi lokal.
Kerajaan jamur meliputi keragaman besar taksa dengan bervariasi ekologi,
siklus hidup strategi, dan morfologi mulai dari perairan bersel tunggal chytrids
jamur besar. Namun, sedikit yang diketahui tentang benar keanekaragaman
hayati dari Kerajaan Jamur, yang telah diperkirakan sekitar 1,5 juta spesies,
dengan sekitar 5% dari ini telah secara resmi diklasifikasikan.
Perintis sejak 18 dan abad ke-19 taxonomical karya Carl Linnaeus, Hendrik
Kristen persoon, dan Elias Magnus Fries, jamur telah diklasifikasikan menurut
morfologi (misalnya, karakteristik seperti warna atau mikroskopis spora fitur)
atau fisiologi. Kemajuan dalam genetika molekuler telah membuka jalan bagi
analisis DNA untuk dimasukkan ke dalam taksonomi, yang kadang-kadang
menantang sejarah pengelompokan berdasarkan morfologi dan sifat-sifat
lainnya. Filogenetik penelitian yang diterbitkan dalam dekade terakhir telah
membantu membentuk kembali klasifikasi Kerajaan Jamur, yang terbagi
menjadi satu Subkerajaan, tujuh filum, dan sepuluh Subfilum.

B. Macam-Macam Obat Anti Jamur


Ada beberapa jenis obat-obatan anti jamur, yaitu:
1. Anti Jamur Cream
Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina. Antara
lain ketoconazole, fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan tioconazole.
2. Anti Jamur Peroral
Amphotericin dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges. Obat-obatan
ini tidak terserap melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut digunakan
untuk mengobati infeksi Candida (guam) pada mulut dan tenggorokan.
Itraconazole, fluconazole, ketoconazole, dan griseofulvin dalam bentuk
tablet yang diserap ke dalam tubuh. Digunakan untuk mengobati berbagai
infeksi jamur. Penggunaannya tergantung pada jenis infeksi yang ada.
Example:
a. Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang
biasanya disebabkan oleh jenis jamur tinea.
b. Fluconazole umumnya digunakan untuk mengobati jamur Vaginal. Juga
dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi jamur pada
tubuh
3. Anti Jamur Injeksi
Amphotericin, flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin
adalah obat-obatan anti jamur yang sering digunakan dalam injeksi.

Infeksi jamur dapat dibagi menjadi dua yaitu :


a) Infeksi jamur sistemik
1) AMFOTERISIN B
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces
nodosus.
- Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada
membran sel jamur sehingga membran sel bocor dan
kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan
kerusakan yang tetap pada sel. Salah satu penyebab efek toksik
yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada
membran sel hewan dan manusia. Resistensi terhadap
amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan
reseptor sterol pada membran sel.
- Farmakokinetik
 Absorbsi : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.
Waktu paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal
yang diikuti oleh eliminasi fase kedua dengan waktu paruh
kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai
setelah beberapa bulan setelah pemberian.
 Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali,
hanya 3 % dari jumlah yang diberikan.
- Efek samping
 Infus : kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam,
menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan
penurunan faal ginjal.
 50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan
mengalami demam dan menggigil.
 Flebitis (-)  menambahkan heparin 1000 unit ke dalam
infus.
 Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai
 pemberian kalium.
 Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B
diberikan bersama flusitosin.

- Indikasi

 Untuk pengobatan infeksi jamur seperti


koksidioidomikosis, aspergilosis, kromoblastomikosis dan
kandidosis.
 Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk
blastomikosis.
 Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis
mikotik.

- Sediaan

 Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang


mengandung 50 mg bubuk

- Dosis

 Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang


dari 0,25 mg/kgBB) yang dilarutkan dalam dekstrose 5 %
dan ditingkatkan bertahap sampai 0,4-0,6 mg/kgBB sebagai
dosis pemeliharaan.
 Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk
berbagai infeksi jamur, pemberian dilakukan selama 6
minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4 bulan

2) Flusitosin
Flucytosine (5-fluorocytosine) adalah primidin sintetis yang telah
mengalami fluorinasi.
- Mekanisme kerja
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin
deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA
setelah mengalami deaminasi menjadi 5-Fluorourasil. Sintesis
protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung
sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil
- Farmakokinetik

 Absorbsi : diserap dengan cepat dan baik melalui saluran


cerna.Pemberian bersama makanan
memperlambat penyerapan tapi jumlah yang diserap tidak
berkurang. Penyerapan juga diperlambat pada pemberian
bersama suspensi
alumunium hidroksida/magnesium hidroksida dan
dengan neomisin.
 Distribusi :didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan
dengan volume distribusi mendekati total cairan
tubuh.
 Ekskresi : 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama
melalui filtrasi glomerulu dalam bentuk utuh, kadar dalam
urin berkisar antara 200-500µg/ml.
 Kadar puncak dalam darah setelah pemberian per-oral
dicapai 1-2 jam. Kadar ini lebih tinggi pada penderita
infusiensi ginjal.
 Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara
2,4-4.8 jam dan sedikit memanjang pada bayi prematur
tetapi dapat sangat memanjang pada penderita insufisiensi
ginjal.

- Efek samping

 Dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan


trombositopenia, terutama pada penderita dengan kelainan
hematologik, yang sedang mendapat pengobatan radiasi
atau obat yang menekan fungsi tulang, dan penderita
dengan riwayat pemakaian obat tersebut.
 Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang hebat.
 Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT
dan SGOT, hepatomegali.
 Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan
halusinasi.

- Indikasi

 Infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat


diberikan per oral.
 Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan
pada kromoblastomikosis
- Sediaan dan dosis

 Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg


 Dosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB
sehari yang dibagi dalam 4 dosis.

3) Ketokonazol
- Mekanisme kerja

 Seperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi


dengan biosintesis ergosterol, sehingga menyebabkan
perubahan sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan
membran.

- Farmakokinetik

 Absorbsi : diserap baik melalui saluran cerna


dan menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk
menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan
melalui saluran cerna akan berkurang pada penderita
dengan pH lambung yang tinggi,pada pemberian bersama
antasid.
 Distribusi : ketokonazol setelah diserap belum banyak
diketahui.
 Ekskresi : Diduga ketokonazol
diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen usus dan
hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin,
semuanya dalam bentuk metabolit yang tidak aktif.

- Efek samping

 Efek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B.


 Mual dan muntah merupakan ESO paling sering dijumpai
 ESO jarang : sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik,
fotofobia, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit, dan
trombositopenia.

- Indikasi

 Ketokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru,


tulang, sendi dan jaringan lemak.

- Kehamilan dan laktasi


Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena
pada tikus, dosis 80 mg/kgBB/ hari menimbulkan cacat pada
jari hewan tersebut.
4) Itakonazol
- Mekanisme kerja

 Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi


dengan enzim yang dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-
demethylase. Interferensi ini menyebabkan akumulasi 14-
methylsterol dan menguraikan ergosterol di dalam sel-sel jamur
dan kemudian mengganti sejumlah fungsi sel yang
berhubungan dengan membran

- Farmakokinetik

 Itrakonazol akan diserap lebih sempurna melalui saluran cerna,


bila diberikan bersama dengan makanan. Dosis 100 mg/hari
selama 15 hari akan menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5
µg/ml.
 Waktu paruh eliminasi obat ini 36 jam (setelah 15 hari
pemakaian).

- Sediaan dan dosis

 Itrakonazol tersedia dalam kapsul 100 mg.


 Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x 100mg/hari selama 2-
8 minggu
 Kandidiasis vaginal diobati dengan dosis 1 x 200 mg/hari
selama 3 hari.
 Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/hari selama
5 hari.
 Infeksi berat mungkin memerlukan dosis hingga 400 mg sehari.

- Efek samping

 Kemerahan,
 pruritus,
 lesu,
 pusing,
 edema,
 parestesia
 10-15% penderita mengeluh mual atau muntah tapi pengobatan
tidak perlu dihentikan

- Indikasi

 Itrakonazol memberikan hasil memuaskan untuk indikasi yang


sama dengan ketokonazol antara lain terhadap blastomikosis,
histoplasmosis, koksidiodimikosis, parakoksidioidomikosis,
kandidiasis mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor.

5) Fluconazol
- Farmakokinetik

 Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa


dipengaruhi adanya makanan ataupun keasaman lambung.
 Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali
pemberian 100 mg.
 Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui
ginjal melebihi 90% bersihan ginjal.

- Sediaan dan dosis

 Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral dalam kapsul


yang mengandung 50 dan 150mg.
 Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari.
 Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150
mg.

- Efek samping

 Gangguan saluran cerna merupakan ESO paling banyak


 Reaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom
stevensJohnson.

- Indikasi

 Flukonazol dapat mencegah relaps meningitis oleh


kriptokokus pada penderita AIDS setelah pengobatan
dengan Amfoterisin B. Obat ini juga efektif untuk
pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada
penderita AIDS.

6) Kalium Iodida
Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic
sporotrichosis
- Efek samping

 Rinitis
 Salivasi
 Lakrimasi
 Rasa terbakar pada mulut dan tenggorok
 Iritasi pada mata
 Sialodenitis dan akne pustularis pada bagian atas bahu
- DOSIS

 Kalium iodida diberikan dengan dosis 3 kali sehari 1 ml


larutan penuh (1g/ml).
 Dosis ditingkatkan 1 ml sehari sampai maksimal 12-15 ml.
 Penyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu, namun terapi
masih dilanjutkan sampai sedikitnya 4 minggu setelah lesi
menghilang atau tidak aktif lagi

b) Infeksi jamur topikal (dermatofit dan mukokutan)


1) Griseofulvin

 Griseofulvin adalah antibiotik anti jamur yang dihasilkan oleh sejumlah


spesies Penicillium dan pertama kali diperkenalkan adalah berbentuk obat
oral yang diperuntukkan bagi pengobatan penyakit dermatophytosis

Mekanisme Kerja

 Griseofulvin  kelompok obat fungistatis yang mengikat protein-potein


mikrotubular dan berperan untuk menghambat mitosis sel jamur.
 Selain itu, griseofulvin juga inhibitor (penghambat) bagi sintensis asam
nukleat.

Farmakokinetik

 Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada saluran cerna bagian atas


karena obat ini tidak larut dalam air. Penyerapan lebih mudah bila
griseofulvin diberikan bersama makanan berlemak
 Dosis oral 0.5 hanya akan menghasilkan kadar puncak dalam plasma kira-
kira 1 µg/ml setelah 4 jam.
 Obat ini mengalami metabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah 6-
metilgriseofulvin.
 Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam, 50% dari dosis oral yang diberikan
dikeluarkan bersama urin dalam bentuk metabolit selama 5 hari.

Efek samping

 Leukopenia dan granulositopenia  menghilang bila terapi dilanjutkan.


 Sakit kepala keluhan utama pada kira-kira 15% penderita yang biasanya
hilang sendiri sekalipun pemakaian obat dilanjutkan.
 artralgia, neuritis perifer, demam, pandangan mengabur, insomnia,
berkurangnya kecakapan, pusing dan sinkop, pada saluran cerna dapat
terjadi rasa kering mulut, mual, muntah, diare dan flatulensi.
 Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema
multiform, vesikula dan erupsi menyerupai morbili.
Indikasi

 Efektif untuk infeksi jamur di kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan
oleh jamur Microsporum, Tricophyton, dan Epidermophyton.

Sediaan dan dosis

 Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg dan
suspesi mengandung 125 mg/ml.
 Pada anak griseofulvin diberikan 10 mg/kgBB/hari
 Untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal.
 Hasil memuaskan akan tercapai bila dosis yang diberikan dibagi empat
dan diberikan setiap 6 jam

Kontaindikasi

 Griseofulvin bersifat kontraindikasi pada pasien penderita penyakit liver


karena obat ini menyebabkan kerusakan fungsi hati

IMIDAZOL DAN TRIAZOL

 Anti jamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas. Yang


termasuk kelompok ini ialah mikonazol, klotrimazol, ekonazol,
isokonazol, tiokonazol, dan bifonazol.

MIKONAZOL

 Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil,


mempunyai spektrum ani jamur yang lebar baik terhadap jamur sistemik
maupun jamur dermatofit.

Mekanisme Kerja

 Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan


permeabilitas membran sel jamur meningkat

Farmakokinetik

 Daya absorbsi Miconazole melalui pengobatan oral kurang baik..


 Miconazole sangat terikat oleh protein di dalam serum. Konsentrasi di
dalam CSF tidak begitu banyak, tetapi mampu melakukan penetrasi yang
baik ke dalam peritoneal dan cairan persendian.
 Kurang dari 1% dosis parenteral diekskresi di dalam urin dengan
komposisi yang tidak berubah, namun 40% dari total dosis oral dieliminasi
melalui kotoran dengan komposisi yang tidak berubah pula.
 Miconazole dimetabolisme oleh liver dan metabolitnya diekskresi di
dalam usus dan urin. Tidak satupun dari metabolit yang dihasilkan bersifat
aktif

Indikasi

 Diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea versikolor, dan kandidiasis


mukokutan.

Efek samping

 Berupa iritasi dan rasa terbakar dan maserasi memerlukan penghentian


terapi.

Sediaan dan dosis

 Obat ini tersedia dalam bentuk krem 2% dan bedak tabur yang digunakan
2 kali sehari selama 2-4 minggu.

Indikasi

 Krem 2 % untuk penggunaan intravaginal diberikan sekali sehari pada


malam hari untuk mendapatkan retensi selama 7 hari.
 Gel 2% tersedia pula untuk kandidiasis oral.

C. Cara Kerja/Khasiat Obat Anti Jamur


1. Amfoterisin: merusak membran sitoplasma.
2. Nistatin: membentuk kompleks dengan sterol.
3. 5-fluorsitosin: menghambat sintesis protein. Ketiga obat ini (amfoterisin,
nistatin, 5-fluorsitosin mempunyai spektrum kerja yang luas).
4. Klotrimazol, Mikonazol, dan Itrakonazol mempunyai spektrum kerja yang luas
untuk semua jamur.
5. Griseofulvin: spektrum kerja sempit , yaitu hanya untuk microsporum dan
epidermophyton dengan mekanisme kerja adalah menghambat sintesis RNA dan
menghambat sintesis khitin.
6. Sikloheksimid, Asam fusidat, Sparsomisin, dan Blastisidin bekerja dengan
menghambat sintesis ribosom eukariota dan bakteri dengan menghambat sintesis
protein inisiasi rantai peptida dan efek terhadap sintesis DNA.
7. Paktamisin: dengan inhibitor selektif pada inisiasi rantai globin dan inhibitor
elongasi rantai polipeptida pada 40S ribosom.
Jamur yang mengandung khitin (β 1-4-polimer N-asetilglukosamin), yaitu:
a. Blastocadiella emersonii mengandung khitin glikosa.
b. Coprinus cinereus mengandung khitin glukosa.
c. Neurospora crassa mengandung khitin glukan.
d. Mucor rouxii mengandung khitin khitosan.

Untuk menghambat sintesis khitin dapat digunakan obat Polioksin D dan


Griseofulvin. Jamur oportunistik adalah jamur yang dapat menginfeksi apabila
pertahanan tubuh lemah. Tunikamisin: misalnya Saccharomyces cereviceae dapat
menghambat jamur yang mengandung Manan.
Komponen membran jamur, yaitu:
1. Lipid
2. Sterol: mengandung ergosterol, misalnya (Candida, Saccaromyces, dan
Aspergillus). Antijamur terhadap sterol:
a. Poliena (membentuk kompleks).
b. Azol (hambatan sintesis).
c. Serulenin (hambatan sintesis lipid, asam lemak, dan sterol).

D. Indikasi & Kontra Indikasi Beberapa Obat Anti Jamur


1. ACIFAR CREAM
a. Indikasi
Infeksi herpes simplex pada kulit & membran mukosa, termasuk herpes l
abial dan genital awal dan kambuh.
b. Kontra Indiksi
Hipersensitif.
2. BENOSON M Cream
a. Indikasi
Meringankan inflamasi dari dematosis yang responsif terhadap kortikosteroid
(benoson krim)
1) Bila inflamasi disertai infeksi bakteri sekunder dan jamur (Benoson N krim)
atau gentamicin (Benoson G krim).
2) Bila inflamasi disertai infeksi jamur (Benoson M Krim).
3) Bila inflamasi disertai infeksi bakteri sekunder dan jamur (Benoson V krim).
b. Kontra Indikasi
1) Sensitivitas terhadap setiap komponen.
2) Herpes simplex, vaccinia, varicella, chickenpox, tuberkulosis kulit.
3) Rosacea, akne vulgaris dan perioral dermatitis, perianal dan gatal pada alat
kelamin, erupsi napkin dan infeksi virus.
3. BRENTAN OINT
a. Indikasi
Penyakit tuberkulosis kulit, herpes simplex, vaksmia, semua
bentuk varisela.
b. Kontra Indikasi
Sensitif terhadap zat-zat aktif dalam ointment.
Teknik oklusif pada penderita dermatitis atopik.
4. CANESTEN CREAM 3 GR
a. Indikasi
Canesten untuk pengobatan topikal dari candidiasi, yang disebabkan oleh candida
albicans, pityriasis versicolor yang disebabkan oleh tricophyton
rubrum,trycophyton mentagrophytes,Epidermophyton floccosom dan
microsporum canis. Digunakan untuk ruam popok.
b. Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap klotrimasol.

5. CANESTEN CREAM 5 GR
a. Indikasi
Canesten untuk pengobatan topikal dari candidiasi, yang disebabkan oleh candida
albicans, pityriasis versicolor yang disebabkan oleh tricophyton
rubrum,trycophyton mentagrophytes,Epidermophyton floccosom dan
microsporum canis.Digunakan untuk ruam popok.

6. DAKTARIN ORAL GEL 10 GR


a. Indikasi
Pengobatan kreatif dan profilaksis terhadap kandidosis pada mulut, rongga
oropharyngeal dan saluran pencernaan.
b. Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap miconidazole dan atau terhadap salah satu komponen obat.
Gangguan hati.

7. FORMYCO
a. Indikasi
1) Infeksi jamur sistemik seperti Kandidiasis, Blastomikosis, Histoplasmosis,
Koksidioidomikosis, Parakoksidioldomikosis, dan Kromomikosis.
2) Kandidiasis mukokutan kronis yang tidak responsit terhadap nistatin dan obat-
obatan lain.
b. Kontra Indikasi
1) Hipereensitivitas terhadap Ketokonazol.
2) Penderita penyakit hati akut dan meningitis kriptokokus.

E. Dosis Yang Digunakan Obat Anti Jamur


Teori, dosis obat diukur dari Miligram per Kilogram berat badan pasien
(mg/kg). Contoh: INH (isoniazid) obat TBC (tuberculosis) diberikan kepada anak
dengan dosis antara 5-10 mg. Bila berat badan anak 10 kg, maka dosisY brkisar
50-100 mg, atw bisa diambil dosis tengahY 75 mg.
Pada praktiknya, dosis juga ditentukan berdasarkn pertimbangan Usia,
Kondisi pasien, Riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, Adanya obat
penyerta, dan lain-lain.
1. Keterbatasan & Kesalahan Takaran
Hal ini biasanya terjadi pada jenis obat cair/sirup. Disebabkan karna tidak
adanya ukuran tepat pada alat penakar atau pemahaman singkatan takaran dosis
yang salah serta pemahaman satuan ukuran dosis yang kurang. Contohnya:
a. Sirup mesti diminum 3x sehari 0,5 cc. Namun dalam pipet takaran tidak
tercantum ukuran tersebut. Atau dipipet yang tertulis malah 2,5 ml dan 5 ml.
b. Obat diminum 1,5 sdt. Yang salah, "sdt" diartikan sebagai "sendok teh", padahal
yang dimaksud adalah "sendok takar". Alhasil yang terjadi adalah, obat ditakar
dengan sendok teh. Satuan takar "cc" (centimeter cubic) = "ml" (mililiter). Jadi
bila dalam resep tertulis 5 cc = 5ml. Solusi terbaik untuk alat takar obat cair
adalah Gelas Takar, yang memiliki ukuran takar dari 2,5 ml-10 ml. Sebab, sendok
takar sirop hanya memiliki 2 ukuran, yaitu 2,5 ml dan 5 ml. Sebagai alat takar
obat cair, Pipet memiliki ukuran sendiri-sendiri, yaitu:
1) Ukuran pada Pipet sirop vitamin = 0,3 ml-0,6 ml.
2) Ukuran pada Pipet obat penurun panas = 0,4 ml-0,8 ml.
3) Ukuran pada Pipet obat anti jamur = 0,5 ml-1 ml.
c. Apotik wajib mmberikan pipet sesuai agar bisa dipakai kalangan awam.
Jika ukuran pipet tidak sesuai, boleh ditukar
2. Dampak Salah Takar
a. Bila takaran dosis kurang
1) Penderita lama sembuhnya. Kalaupun sembuh hanya smentara.
2) Biasanya kuman penyakit dalam tubuh menjadi lebih kuat takaran dosis
brlebihan.
b. Bila yang dikonsumsi adalah obat keras, keadaan ginjal dan lever
terganggu/tidak sehat akan menyebabkan keracunan dan over dosis; karena obat
tersebut tidak dapat dinetralkan oleh ginjal dan lever.

F. Efek Samping & Cara Mengatasi Obat Anti Jamur


Salah satu contoh efek samping dan cara mengatasi obat anti jamur, yaitu:
1. Kandidiasis (Thrush)
Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang sangat umum pada orang
dengan HIV. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang disebut
kandida. Jamur ini, semacam ragi, ditemukan di tubuh kebanyakan orang. Sistim
kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Jamur ini biasa
menyebabkan penyakit pada mulut, tenggorokan dan vagina. Infeksi oportunistik
ini dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum infeksi oportunistik lain yang
lebih berat.
Pada mulut, penyakit ini disebut thrush. Bila infeksi menyebar lebih dalam
pada tenggorokan, penyakit yang timbul disebut esofagitis. Gejalanya adalah
gumpalan putih kecil seperti busa, atau bintik merah. Penyakit ini dapat
menyebabkan sakit tenggorokan, sulit menelan, mual, dan hilang nafsu makan.
Kandidiasis berbeda dengan sariawan, walaupun orang awan sering menyebutnya
sebagai sariawan.
Kandidiasis pada vagina disebut vaginitis. Penyakit ini sangat umum
ditemukan. Gejala vaginitis termasuk gatal, rasa bakar dan keluarnya cairan kental
putih.
Tidak ada cara untuk mencegah terpajan kandida. Obat-obatan tidak biasa
dipakai untuk mencegah kandidiasis. Ada beberapa alasan, yaitu:
a. Penyakit tersebut tidak begitu berbahaya.
b. Ada obat-obatan yang efektif untuk mengobati penyakit tersebut.
c. Ragi dapat menjadi kebal (resisten) terhadap obat-obatan
Memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan terapi antiretroviral (ART)
adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya kandidiasis.
2. Cara Mengobati Kandidiasis
Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat menjaga supaya kandida tetap
seimbang. Bakteri yang biasa ada di tubuh juga dapat membantu mengendalikan
kandida. Beberapa antibiotik membunuh bakteri pengendali ini dan dapat
menyebabkan kandidiasis.
Mengobati kandidiasis tidak dapat memberantas raginya. Pengobatan akan
mengendalikan jamur agar tidak berlebihan. Pengobatan dapat lokal atau sistemik.
Pengobatan lokal diberikan pada tempat infeksi. Pengobatan sistemik
mempengaruhi seluruh tubuh. Banyak dokter lebih senang memakai pengobatan
lokal terlebih dahulu. Ini menimbulkan lebih sedikit efek samping dibanding
pengobatan sistemik. Selain itu risiko kandida menjadi resistan terhadap obat
lebih rendah.
Obat-obatan yang dipakai untuk memerangi kandida adalah obat
antijamur. Hampir semua namanya diakhiri dengan '-azol'. Pengobatan lokal
termasuk olesan, supositoria yang dipakai untuk mengobati vaginitis, dan cairan
lozenge yang dilarutkan dalam mulut.
Pengobatan lokal dapat menyebabkan rasa pedas atau gangguan setempat.
Pengobatan yang paling murah untuk kandidiasis mulut adalah gentian violet;
obat ini dioleskan di tempat ada lesi (jamur) tiga kali sehari selama 14 hari. Obat
yang sangat murah ini dapat diperoleh dari puskesmas atau apotek tanpa resep.
Pengobatan sistemik diperlukan jika pengobatan lokal tidak berhasil, atau jika
infeksi menyebar pada tenggorokan (esofagitis). Beberapa obat sistemik tersedia
dalam bentuk pil.
Efek samping yang paling umum adalah mual, muntah dan sakit perut.
Kurang dari 20 persen orang mengalami efek samping ini. Kandidiasis dapat
kambuhan. Beberapa dokter meresepkan obat anti-jamur jangka panjang. Ini dapat
menyebabkan resistansi. Ragi dapat bermutasi sehingga obat tersebut tidak lagi
berhasil.
Beberapa kasus parah tidak menanggapi obat-obatan lain. Amfoterisin B
mungkin dipakai. Obat ini yang sangat manjur dan beracun, dan diberi secara
intravena (disuntik). Efek samping utama obat ini adalah masalah ginjal dan
anemia (kurang darah merah). Reaksi lain termasuk demam, panas dingin, mual,
muntah dan sakit kepala. Reaksi ini biasa membaik setelah beberapa dosis
pertama.
3. Terapi Alamiah
Beberapa terapi non-obat tampaknya membantu. Terapi tersebut belum
diteliti dengan hati-hati untuk membuktikan hasilnya.
a. Mengurangi penggunaan gula.
b. Minum teh Pau d'Arco. Ini dibuat dari kulit pohon Amerika Selatan.
c. Mengkonsumsi bawang putih mentah atau suplemen bawang putih.
Bawang putih diketahui mempunyai efek anti-jamur dan antibakteri.
Namun bawang putih dapat mengganggu obat protease inhibitor.
d. Kumur dengan minyak pohon teh (tea tree oil) yang dilarutkan dengan air.
e. Mengkonsumsi kapsul laktobasilus (asidofilus), atau makan yoghurt
dengan bakteri ini. Mungkin ada manfaatnya setelah mengkonsumsi
antibiotik.
f. Mengkonsumsi suplemen gamma-linoleic acid (GLA) dan biotin. Dua
suplemen ini tampaknya membantu memperlambat penyebaran kandida.
GLA ditemukan pada beberapa minyak yang dipres dingin. Biotin adalah
jenis vitamin B.

Anda mungkin juga menyukai