Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ANTHELMINTIK DAN TURUNAN OBAT ANTINEMATODA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Medisinal


(ABKC 3703)

Dosen Pembimbing:
Dra. Hj. Leny. M. Si

Disusun oleh:
Annisa Zakiyah Fajriani 1610120220001

Kelas : A1 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
APRIL
2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ““Anthelmintik Dan Turunan Obat
Antinematoda””.
Makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi para
pembaca, khususnya mahasiswa. Makalah ini telah kami susun dengan sebaik-
baiknya dan telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Terlepas dari semua itu, kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki beberapa kekurangan. Karenanya, dengan sangat terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari semua pihak yang tentunya bersifat
membangun demi kelengkapan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami pribadi maupun pihak-pihak yang membutuhkan.

Banjarmasin, 14 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 3


1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4

1.3 Tujuan ............................................................................................................... 4

BAB II................................................................................................... 5

PEMBAHASAN .................................................................................. 5
2.1 Anthelmintik ..................................................................................................... 5

2.2 Mekanisme kerja ............................................................................................... 5

2.3 Obat Antinematoda ........................................................................................... 7

2.3 Macam-macam jenis parasit cacing dan obatnya .............................................. 9

2.4 Diagnosis infeksi penyakit “Soil Transmitted Helminths” ............................. 10

BAB III PENUTUP ........................................................................... 13


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 13

3.2 saran ................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi oleh cacing adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit
berupa cacing kedalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Penyakit ini
paling umum tersebar dan menjangkiti banyak manusia di dunia. Sampai saat ini
penyakit infeksi cacing masih tetap merupakan masalah karena kondisi sosial dan
ekonomi di beberapa bagian dunia serta perlu penanganan serius, terutama di daerah
tropis karena cukup banyak penduduk menderita kecacingan. Kecacingan merupakan
salah satu penyakit yang berhubungan lingkungan, karena sumber penyakit ini dapat
ditularkan melalui tanah atau disebut Soil Transmitted Helminths.( Tjay, 2007)
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan
menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia diseluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat
baru yang lebih spesifik dangan kerja lebih efektif, pembasmian penyakit ini masih
tetap merupakan salah satu masalah antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi
di beberapa bagian dunia. Jumlah manusia yang dihinggapinya juga semakin
bertambah akibat migrasi, lalu-lintas dan kepariwisataan udara dapat menyebabkan
perluasan kemungkinan infeksi.( Tjay, 2007)
di Indonesia Infeksi oleh cacing merupakan termasuk penyakit rakyat yang
umum dan sampai saat ini diperkirakan masih cukup banyak anak-anak di Indonesia
yang menderita infeksi cacing sehingga pemerintah perlu mencanangkan
pemberantasan cacing secara masal dengan pemberian obat cacing kepada seluruh
siswa sekolah dasar pada momen-momen tertentu.
Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing) adalah
obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah
ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun
obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya, yang menghinggapi organ

3
dan jaringan tubuh. Banyak antelmintik dalam dosis terapi hanya bersifat
melumpuhkan cacing, jadi tidak mematikannya. Guna mencegah jangan sampai parasit
menjadi aktif lagi atau sisa–sisa cacing mati dapat menimbulkan reaksi alergi, maka
harus dikeluarkan secepat mungkin. (Tjay, 2007)
Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga
diperlukan diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan
antelmintik diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa
senyawa antelmintik yang lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti Mebendazole,
Piperazin, Levamisol, Albendazole, Tiabendazole, dan sebagainya. Karena obat
tersebut kurang dimanfaatkan. (Gunawan, 2009)

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud dengan Anthelmintik?
b. Bagaimanakah mekanisme kerja obat Anthelmintik ?
c. Apa sajakah jenis-jenis parasit cacing pada manusia?
d. Apa sajakah obat-obat untuk pengobatan parasit cacing pada manusia?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Anthelmintik
e. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja obat Anthelmintik
b. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis parasit cacing pada manusia
c. Untuk mengetahui apa saja obat-obat untuk pengobatan parasit cacing pada
manusia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anthelmintik
Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing)
adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan.
Dalam istilah initermasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari
saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya,
yang menghinggapi organ dan jaringan tubuh (Tjay, 2007)
Anthelmintik (obat anti cacing) sebagai senyawa yang digunakan untuk
pengobatan berbagai jenis penyakit parasite yang disebabkan oleh cacing (helmin).
Cacing dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Nemathelmintes, contoh: nematode

2. Platihelmintes, contoh: cestoda dan trematoda

2.2 Mekanisme Kerja

1. Kerja langsung yang menyebabkan narcosis, paralisis atau kematian


cacing
Bepenium hidroksinaftoat, levamisol dan pirantel pamoat bekerja sebagai
agonis asetilkolin tipe ganglionic nikotinik. Reseptor kalinergik pada
penghubung saraf otot nematode adalah tipe ganglionic nikotinik, yang
merupakan senyawa pemblok saraf otot secara dipolarisasi, dapat merangsang
ganglia secara kuat, diikuti pengaktifan nikotinik, menghasilkan kontraksi otot
sehingga menyebabkan paralisis spastik pada cacing yang diikuti pengeluaran
cacing dari tubuh tuan rumah (hoste)

5
2. Efek iritasi dan merusak jaringan cacing
Heksilresorsinol dan senyawa yang berhubungan, efektif terhadap A.
lumricoides dan T. trichiura karena menimbulkan efek iritasi dan kerusakan
jaringan cacing.
3. Efek mekanis yang menyebabkan kekacauan pada cacing, terjadi
perpindahan dan kehancuran cacing oleh fagositesis.
Dietilkarbamazin dapat menyebabkan perubahan permukaan mikrofilaria
sehingga dianggap sebagai benda asing oleh tuan rumah dan kemudian
dihancurkan melalui mekanisme pertahanan diri.
4. Penghambatan enzim tertentu.
Contoh obat yang bekerja dengan cara menghambat enzim tertentu:
a. Prazikuantel, niridazol dan stibofen bekerja dengan cara enzim
fosfoproktotinase mengkatalisis pengubahan froktosa 6 fosfat menjadi 1,6
difosfat pada jalur glikolitik glikogen dan glukosa
b. Pirantelfamoat, metrifonat dan diklorvos, bekerja dengan menghambat enzim
asetil kolinesterase cacing, menghasilkan pemblokan saraf otot yang tak
terpulihkan sehingga menyebabkan kematian cacing
c. Levimasol adalah penghambat steril spesifik kuat terhadap enzim fumarat
reduktase pada nematode yang menyebabkan kontraksi, diikuti dengan paralisis
dan kemudian cacing dikeluarkan dari tuan rumah
d. Tiabendaze, berinteraksi dengan koinon, endogen dan menghambat enzim
kumarat redoktase dari nematode.
5. Mempengaruhi metabolism cacing
Contoh obat yang bekerja dengan cara mempengaruhi metabolism cacing yaitu:
a. Niklosomit dan dikloropen bekerja sebagai pelepas fosforilasi oksidatif
sehingga cacing sangat mudah diserang oleh enzim proteolitik usus, sehingga
cacing mengalami kematian.

6
b. Miridazol, menyebabkan penguraian aktivitas fosforilase posfatase dari
schistosoma sehingga terjadi penururnan kadar glikogen dan pengaktifan enzim
glikogen fosforilase
c. Prazikuantel, bekerja dengan menghambat pompa Na+, K+ chistosoma,
sehingga permebialitas membrane terhadap kation divalent terutama kalsium
dan kation monovalent tertentu meningkat.
d. Pirvinium famoat, dapat amempengaruhi enzim system pernapasan dan absorbs
glukosa oksigen pada cacing
6. Penghambatan biosintesis asam nukleat
Klorokuin dan kuinakrin kemungkinan membentuk kompleks dengan DNA
cacing secara interkalasi dan mempengaruhi polimerisasi nukleotida kedalam
asam nukleat.

2.3 Obat Antinematoda

Berdasarkan aktivitas biologis athermintik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu


anthelmintic yang aktif terhadap nematode cestoda dan trematoda. Pada obat anti
nematode senyawanya efektif untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
nematode. Golongan ini dibagi menjadi 7 kelompok yaitu:
A. Turunan Piperazim
1. Piperazim sitrat merupakan obat pilihan lain untuk pengobatan askariasis
dengan dosis: 3,5 gr satu kali sehari (1 dd)
2. Dietilkarbamazin sitrat, adalah obat yang terpilih untuk pengobatan
pilariasis loaiyasis onchocerciasis dan wuchereriasis.
B. Turunan vinilpiperidin
Pirantel pamoat adalah antelmentik dengan spectrum gas dan
merupakan obat terpilih untuk pengobatan ascariasis dan enterediasis, dosisnya
adalah: 11 mg/kg bb.
Contoh: pirantel pamoat dan oksantel pamoat

7
C. Turunan Imidazotiazol
1. Tetramisol HCl, adalah anthelmintic dengan spectrum luas dan merupakan obat
terpilih untuk pengobatan ascariasis. Merupakan senyawa tasemat, isomer
levonya adalah levamisol, yanhg beberapa kali lebih aktif dan tidak lebih toksik
disbanding isomer dekstro.
2. Levamisol HCl, merupakan obat terpilih untuk pengobatan ascariasis, dan obat
pilihan lain untuk ancylostomiasis. Obat ini juga aktif terhadap larva
Strongyloides dan mikrofilaria. Penggunaan lain levamisol adalah sebagai
imunostimulan, untuk memodifikasi respons kekebalan pada penyakit crohn
dan autoimun. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna, kadar
plasma tertinggi obat dicapai dalam waktu 2-4 jam, dengan waktu paro ± 4 jam.
Dosis untuk cacing gelang dan cacing berkait: 175 mg, dalam dosis tunggal.
Contoh: tetramisol HCl dan levamisol HCl

8
2.3 Macam-macam jenis parasit cacing dan obatnya

9
2.4 Diagnosis infeksi penyakit “Soil Transmitted Helminths”

Pada jurnal yang berjudul “Infeksi Soil Transmitted Helminths” oleh aulia
rahma Noviastuti, tahun 2015 membahas mengenai Infeksi Soil Transmitted
Helminths (STH) yang merupakan infeksi yang disebebkan oleh nematoda usus
yang dalam penularannya memerlukan media tanah. Cacing yang tergolong STH
adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang
(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus). masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di seluruh dunia, terutama pada negara yang beriklim tropis
dan subtropis. Perlu dilakukannya intervensi seperti peningkatan pengetahuan dan
kesadaran akan kebersihan sanitasi agar penyebaran penyakit dapat dikendalikan.
Intervensi tersebut diberikan secara bersamaan dengan pemberian antelmintik
dengan indikasi dan dosis yang susai agar mengurangi kejadian resitensi
antelmintik.
Adapun diagnosis infeksi yang dapat dilakukan terdiri dari bermacam cara
yang tentunya sangat membantu sehingga infeksi dapat dikenali dan di obati lebh
cepat sesuai dengan indikasi yng di temukan. Berikut cara yang dikemukakan oleh
jurnal tersebut:
A. Pemeriksaan Sediaan Langsung
Teknik ini digunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk
infeksi berat. Tinja diambil kira-kira 0,2 gr lalu diletakkan pada gelas objek.
Kemudian diteteskan 1-2 tetes larutan garam fisiologi dan diratakan. Diberikan
pewarna eosin agar tinja lebih berwarna. Selanjutnya dilihat dibawah
mikroskop.30,31
B. Teknik Pengaapungan (Flotasi)
Tinja diambil sekitar 5 gr lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan NaCl jenuh, dan diaduk hingga homogen. Diambil menggunakan
pipet dan diteteskan di atas gelas objek, ditutup dengan kaca penutup dan dilihat
dibawah mikroskop.

10
C. Teknik Stoll
Teknik ini menggunakan NaOH 0,1 N sebagai pelarut tinja, lalu
ditambahkan 56 ml tinja lalu diaduk hingga homogen. Setelah itu diambil
menggunakan pipet, letakan di atas gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup,
lalu diamati di bawah mikroskop. Teknik ini baik digunakan untuk infeksi berat
dan sedang. Dengan teknik stoll dapat menaksir jumlah cacing dengan menghitung
jumlah telur.
D. Teknik Kato-Katz
Teknik ini dapat digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif maupun
kualitatif tinja. Selofan 30-50 mm x 20-30 mm dipotong dan direndam dalam
larutan malachite green 3% yang encer selama 24 jam atau lebih. Lalu diambil 50-
60 mg lalu diletakkan di atas kaca benda dan ditutup dengan sepotong selofan yang
telah direndam dalam larutan tersebut. Lalu diratakan dengan ibu jari dan ditekan
selofan tadi agar tinjanya merata. Didiamkan gelas objek tersebut dalam suhu 400
C selama 30 menit. Lalu diperiksa di bawah mikroskop.
E. Teknik pemeriksaan larva cacing Baermann
Teknik ini digunakan untuk pembiakan larva dari tinja penderita maupun
untuk memeriksa larva cacing dalam tanah seperti A.duodenale dan
N.americanus.32
F. Teknik Pemeriksaan Larva Cacing Harada-Mori
Teknik ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva
infektif dari A.duodenale, N.americanus, S.stercoralis dan Trichostronglus sp.
Telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah
dengan teknik ini. Larva ini akan ditemukan di dalam air yang terdapat pada ujung
kantong plastik.
G. Teknik FLOTAC
Teknik ini cukup menjanjikan untuk pemeriksaan STH pada manusia.
Teknik FLOTAC memiliki kelebihan yakni selama proses pengapungan, telur
cacing akan berkumpul di atas daerah kolom flotasi dipisahkan dari kotoran-

11
kotoran tinja, sehingga dapat dengan mudah dibaca. Namun teknik ini
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam prosesnya dan membutuhkan biaya
yang cukup mahal.32
H. Teknik Merthiolate Iodine Formaldehyde (MIF)
Teknik ini menyerupai metode sedimentasi. Teknik ini baik dipakai untuk
mendiagnosis secara laboratoris adanya telur cacing (nematoda, trematoda dan
cestoda), amoeba dan Giardia lamblia di dalam tinja
I. Teknik Sedimentasi Formol Ether (Ritchie)
Teknik ini merupakan metode yang baik untuk memeriksa sampel tinja
yang sudah lama. Prinsip dari metode ini adalah dengan adanya gaya sentrifugal
yang dapat memisahkan antara suspensi dan supernatannya sehingga telur cacing
dapat diendapkan. Teknik sedimentasi kurang efisien dibandingkan dengan
metode flotasi dalam mencari kista protozoa dan banyak macam telur cacing.
(Noviastuti, 2015)

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing) adalah
obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan.
2. Mekanisme kerja obat anthelmintic terbagi menjadi beberapa macam yaitu:
 Kerja langsung yang menyebabkan narcosis, paralisis atau kematian cacing
 Efek iritasi dan merusak jaringan cacing
 Efek mekanis yang menyebabkan kekacauan pada cacing, terjadi perpindahan
dan kehancuran cacing oleh fagositesis
 Penghambatan enzim tertentu
 Mempengaruhi metabolism cacing
 Penghambatan biosintesis asam nukleat
3. Berdasarkan aktivitas biologis athermintik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
anthelmintic yang aktif terhadap nematode cestoda dan trematoda

3.2 saran
Diharpakan makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dalam
memahami pembelajaran khususnya mengenai materi anthelmintik.
Dalam makalah ini tentunya masih terdapat kekurangan penjelasan setiap
sub topik, sangat diharapkan partisipasi dari pembaca untuk melengkapi
kekurangan tersebut demi menyempurnakan penulisan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara, S.G., Setiabudi, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi


(Editor).1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.. Bagian Farmakologi FK
UI: Jakarta
Hoan Tan Tjay,drs & Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat penting, Khasiat,
penggunaan dan efek sampingnya : Elexmedia Computindo.
Noviastuti, R. A. 2015. Infeksi soil transmitted helminths. Majority, 4(8), 107–
116.
Siswandono, Bambang, S. 2008. Kimia Medisinal.Edisi 2. Cetakan 2. Universitas
airlangga: Surabaya.

14

Anda mungkin juga menyukai