Anda di halaman 1dari 94

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN

RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG


Jin. Kartini No. 13 ~lnformasi(0293) 587004 c-""Sekretariat (0293) 587017 Fax (0293) 587017
"""'1IGD (0293} 585392 e-mail rsudkabmgl@gmail.com Muntilan 56411
PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNTILAN
KABUPATEN MAGELANG
,J11lnn. Kartini o, 13 ""lnformasi (0293) 587004 8SchTc1a.riat (0293) 587017 Fa.'>(0293) 587017
'M1JGD (0293) 5&5392 e-mail rsudkabrngl "??Jgmail.com Muntilan 56411

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD MUNTlLAN


KABUPATEN MAGELANG
NOMOR : 180.186/ 49.b /48/2019

TENTANG

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN


INSTALASf KESEHATAN LTNGKUNGAN
RUMAH SAK1T UMUM DAERAFI MUNTILANKABUPATEN MAGELANG

DIREKTUR RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG,


Menimbang a. bahwa Untuk mewujudkan kualitas kesehatan
lingkungan di rumah sakit yang menjarnin kesehatan
baik dari aspek fisik, kimia, biologi, radioaktivitas
maupun sosial bagi sumber daya manusia rumah sak:it.
pasien, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah
sakit, serta mewujudkan rumah sakit rarnah
lingkungan:
b. bahwa untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan serta
melindungi petugas kesehatan, pasien, pengunjung
tennasuk masyarakat di sekitar rumah sakit dari
berbagai macam penyakit dan/ a tau gangguan
kesehatan yang t:imbul akibat faktor resiko lingkungan
perlu diselenggarakan kesehatan lingkungan rurnah
sakit;
c. bahwa mewujudkan manajemen pengelolaan kualitas
kesehatan lingkungan yang baik di rumah sakit, maka
diperlukan pedoman pelayanan instalasi kese.hatan
linglrungan untuk menciptakan lingkungan Rurnah
Sakit yang aman.
Mengingat l. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 jis Peraturan
Pemerintah No. 32 tahun 1950 tentang Pe.mbentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi
Jawa tengah (Berita Negara tahun 1950) dan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 1982 tentang Pemindahan
ibukota Kabupaten Dati n Magelang dari Wilayah Kota
Madya Dati TT Magelang dari Wilayah Kota Madya Dari II
ke Kecamatan Mungkid di Wilayah Kabupaten Dati II
Magelang (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahu n
1982 Nomor 36);
2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1978
Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian ( Lembaran Negara
tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3890 ) ;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan LembaranNegaraNomor 4437);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun
2009 nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang•
Undang Nomor 23 Tahun 2014 ten tang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
48/MenLH/ 11/ 1996 tentang Pengukuran, Perhitungan
dan Evaluasi Tingkat Kebisingan Lingkungan;
8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.58/Men
LH/ 12/ 1995 tentang Baku Mutu Lirnbah Cair bagi
Kegiatan Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
48/MenLH/ 11/1996 tentang Pengukuran, Perhitungan
dan Evaluasi Tingkat Kebisingan Lingkungan;
10. No.1335/Menkes/SK/2002 tentang Standar
Operasional Pengambilan dan Pengukuran Sampel
Kualitas Udara Ruangan Rumah Sa.kit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
907 /Menkes/SK/V /2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1335/Menkes/SK/2002 tentang Standar Operasional
Pengambilan dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara
Ruangan Rumah Sakit;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
907 /Menkes/SK/V /2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1087 /Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sa.kit;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 432/Menkes/IV /2007 tentang Pedoman
Manajernen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit;
1 7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 382/Menkes/SK/111/2007 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi di Rurnah Sakit
dan Fasilitas Kesehatan Lainnya;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tab.un 2016
tentang Keschatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit;
19. Peraturan Menteri Pekerjaan Urnum No.
26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistcm
Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
20. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nornor 30
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lernbaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong
Praja (Lembaran Daerah Kabupaten Magelang Tahun
2008 Nomor 30) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Dae rah Kabupaten Magelang Nomor 4 Tah un
2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Magelang Nomor 30 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan
Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Daerah
Kabupaten Magelang Tabun 2011 Nomor 4)
21. Peraturan Bupati Magelang Nomor 14 Tahun 2009
tentang Rincian Togas Jabatan Struktural pada Ru.mah
Sa.kit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang
(Berita Daerah Kabupaten Magelang Tahun 2009 Nomor
14);
22. Peraturan Bupati Magelang Nornor 16 Tahun 2014
tentang Rencana Penerapan dan Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum Daerah
Muntilan Kabupaten Magelang (Serita
DaerahKabupaten Magelang Tahun 2014 Nomor 16);
23. Keputusan Bupati Magelang Nomor
188.45/414/KEP/31/2013 tentang Penerapan Status
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD) Secara Penuh Pada Rumah Sakit
Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang;
24. Keputusan Bupati Magelang Nomor:
180.182 / 581 / KEP/ 21/2015 tentang Izin Operasional
Rumah Sakit Urnum Daerah MuntiJan Kabupaten
Magelang;
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU Mengesahkan dan memberlakuan Pedoman Pelayanan
Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum
Daerah Muntilan Kabupaten Magelang ;
KEDUA Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan atau
kekurangan akan diadakan perbaikan dan perubahan
sebagaimana mestinya;

Ditetapkan cli : Muntilan


Pada tanggal : 8 April 2019
DAFTARISI

DAF'1'AR ISI .
Bab J PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1 LATAR BELAK.ANG . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 TUJUAN.................................................................................... 1
A. TUJUAN UMUM.... .. .. . . . 1
B. TUJUAN KHUSUS . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 RUANG LINGKUP........................ .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.4 BATASAN OPERASIONAL........................................................... 3
1.5 LANDASAN HUKUM.................................................................. 8
BAB II STANDAR KETENAGAAN 10
2.1 KLASIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.......................................... 10
2.2 SDISTRIBUSI TENAGA KESEHATAN LING KUN GAN........................ 10
2.3 PENGATURAN JAGA.................................................................. ..... 11
BAB Ill STANDARFASILITAS......................................................................... 12
3.1 DENAH RUANG INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN 12
3.2 STANDAR FASILITAS...................................................................... 13
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . 14
A. Penyelenggaraan Penyehatan Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . .. . . .. . . . . . . . . . .
14
B. Penyelenggaraan Penyehatan Udara......................... .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . 17
C. Penyelenggaraan penyehatan Tarrah............................................ ... 19
D. Penyelenggaraan, Penyebatan Pangan Siap Saji............................. .. 20
E. Penyelenggaraan Penyehatan Saran.a dan Bangunan...................... 25
F. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah dan Radiasi........................ 27
G. Penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit.................................................................................. 56
H. Penyelenggaraan Pengawasan Linen(laundry) 56
I. Penyelenggaran Proses Dekontaminasi Melalui Desinfeksi dan
Sterilisasi.................... 60
J. Penyelenggaraan Pengawasan Kegiatan Kontstruksi/ Renovasi .
Bangunan Rumah Sakit............................................................. .... 63
K. Penyelenggaraan Pengawasan Rumah Sakit Ramah Lingkungan..... 67
BAB V LOGISTIK........................................................................................ 69
BAB VI URAIANJABATAN . . . . . .. . .. . . . . . . . .. . . . . ... . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70
.BAB
. ... . . VIl
. . . . .KESELAMATANPASIEN
... .. . .. . .. . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 73
..BAB
. . . . .VITI
. . . . .PENGENDALIANMUTU................. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 75
. . . . . . .8.1
. PENDAHULUAN 75
8.2 LATAR BELAJ{ANG.................................................................... 75
8.3 TUJUAN................. ... . . . . . .. . .. . . . .. . .. ... . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . .. .. .. . . . . . . . . . 75
.. . . .. .. .. . .
8.4 KEGIATANPOKOK,RINCIAN KEG1ATAN, DAN CARA MELAKSANAKAN
l{EGlATAN.................................................................................. 76
8.5 SASARAN................................................................................... 78
8.6 JADWAL.................................................................................... 80
8.7 PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN.................... 87
BAB lX PENUTUP ,. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 88
.. . . . . . . . . ..

11
BABI
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELA.KANG


Rumah Sakit mernpunyai visi " Menjadi Rumah Sakit Rujukan Terpercaya di
Kabupaten Magelangdan sekitarnya .Karena pelayanan kesehatan yang berpusat
pada pasien dengan mengutama.kan mutu dan keselarnatan pasien", Pedoman
Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sak.it sangat penting dilakukan dalam
rangka menjamin mutu lingkungan rumah sakit yang mempunyai pengaruh
terhadap proses penyembuhan pasien dan sebaliknya, keadaan pasien juga
mernpengaruhi mutu lingkungan rumah sakit. Pedoman Pelayanan Kesehatan
Lingkungan Rurnah Sak:it rnerupakan salah satu bentuk kontribusi rurnah sakit
dalam rangka melestarikan lingkungan, disamping mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan bagi masyarakat disekitar
rurnah sakit.

Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit mernpunyai urutan


proses sebagai berikut yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), menggerakan (actuating), dan pengawasan atau pengendalian
(controling) dalam rangka penyelenggaraan kesehatan linglrungan rumah sakit
yang sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 tahun 2019. Pelaksanaan Kegiatan
Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit memerlukan keterlibatan semua unit dan
profesi yang ada di rumah sakit, dan juga dukungan dari pihak manajernen. Oleh
sebab itu buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan ini clisusun untuk
memberikan pedoman bagi petugas rumah sakit dalam menjalankan kegiatan
penyehatan lingkungan di rurnah sakit.

1. 2 TUJUAN PED OMAN


1.2.1 TUJUAN UMUM

Tujuan dari buk:u pedoman ini adalah sebagai acuan dalam rnenjalankan
kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit sebagai upaya meningkatkan
mutu lingkungan rumah sakit yang berpengaruh terhadap mutu pelayanan
kesehatan di RS.

1
TUJUAN KHUSUS

1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan lingkungan rumah sakit


yang sesuai dengan standar baku mutu
2. Meningkatkan lingkungan rumah sakit yang dapat memberikan
jaminan perlindungan kesehatan, keamanan dan keselamatan bagi
manusia dan l.ingkungan hidup
3. SDM yang tersedia dapa:t bekerja secara optimal dan profesional

4. Mendukung terwujudnya manajemen pengelolaan kual.itas


kesehatan lingkungan yang baik di rurnah sakit
5. Terwujudnya rumah sakit ramah lingkungan

1.3 RUANG LINGKUP


Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah kegiatan
pencegahan penurunan kualitas media lingkungan dan upaya peningkatan
kuali tas media lingkungan di dalam lingkungan rurnah sakit melalui
penanganan secara lintas program clan Lin tas sektor serta berdimensi
rnultidisiplin. Adapun Ruang Lingkup Penyelenggaraan kesehatan lingkungan
rumah sakit rneliputi :
1. Penyehatan terhadap media lingkungan berupa air, udara, tanah,
pangan, dan sarana dan bangunan,
2. Pengamanan terhadap limbah dan radiasi,
3. Pengendalian terhadap vektor dan binatang pembawa penyakit.
4. Pengawasan linen (laundry),
5. Pengawasan dekontaminasi rnelalui desinfeksi dan sterilisasi,
6. Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja fasilitas kesebatan
lingkungan yang merupakan bagian yang tidak: terpisahkan dari
pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rurnah Sakit (K3RS),
7. Pengawasan kegiatan konstruksi/ renovasi bangunan rumah sakit.
8. Penyelenggaraan rumah sakit ramah lingkungan.

2
1.4. BATASAN OPERASIONAL

A. Penyelenggaraan Penyehatan Air

Penyehatan air adalah upaya penanganan kualitas dan kuantitas air di


rumah sakit yang terdiri dari air untuk keperluan higiene sanitasi, air
minum, dan air untuk pemakaian khusus agar dapat menunjang
kesinambungan pelayanan di rumah sakit.
B. Penyelenggaraan Penyehatan Udara
Penyehatan udara adaJah upaya pemenuhan kualitas udara di lingkungan
rumah sakit sesuai standar baku mutu dan persyaratan penyehatan
udara.

C. Penyelenggaraan Penyehatan Tanah

Penyelenggaraan penyehatan tanah dilakukan melalui pencegahan


penurunan kualitas tanah antara lain dengan menjaga kondisi tanah
dengan tidak. mernbuang kontaminan limbah yang menyebabkan
kontaminasi biologi, kimia dan raclioaktivitas, seperti lindi dan lumpur
IPALyang belum diolah.

D. Penyelenggaraan Penyehatan Pangan Siap Saji

Penyehatan pangan siap saji adalah upaya pengawasan, pelindungan, dan


peningkatan k:ualitas higiene dan sanitasi pangan siap saji agar
rnewujudkan kualitas pengelolaan pangan yang sehat, aman dan selamat.
Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan
penyehatan pangan siap saji dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan
rurnah sakit, maka harus memperhatikan clan mengendalikan faktor risiko
keamanan pangan siap saji .

E. Penyelenggaraan Penyehatan Sarana dan Bangunan

Untuk mencapai pemenuhan standar bak:u mutu dan persyaratan


penyehatan sarana dan bangunan dalam penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit, maka dilakukan upaya sebagai berikut:
1. Konstruksi bangunan rumah sakit:
2. Kebisingan ruangan rumah sakit
3. Pencahayaan

3
4. Fasilitas Sanitasi Ruangan Rumah Sakit

F. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah dan Radiasi

1. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah


Penyelenggaraan Pengamanan Limbah di rum.ah sakit meliputi
pengamanan terhadap limbah padat domestik, limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3), lirnbah cair, dan limbah gas.
a. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Padat Domestik Pengamanan
lirnbah padat dornestik adalah upaya penanganan limbah padat
domestik di rumah sakit yang memenuhi standar untuk mengurangi
risiko gangguan kesehatan, kenyamanan dan keindahan yang
ditimbulkan.
b. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) LimbahB3 yang ctihasilkan. rumah sakit dapat
menyebabkan gangguan perlindungan kesehatan dan atau risiko
pencemaran terhadap lingkungan hidup. Mengingat besarnya
dampak negatif limbah B3 yang ditirnbulkan, maka penanganan
lirnbah B3 harus dilaksanakan secara tepat, mulai dari tahap
pewadahan, tahap pengangkutan, tahappenyirnpanan semen tara
sampai dengan tahap pengolahan. Jenis limbah B3 yang dihasilkan
di rumah sakit meliputi limbah rnedis, baterai bekas, obat dan
bahan farmasi kadaluwarsa, oli bekas, saringan oli bekas, lampu
bekas, baterai, cairan fixer dan developer, wadah cat bekas (untuk
cat yg mengandung zat toksik), wadah bekas bahan kimia, catridge
printer bekas, film rontgen bekas, motherboard komputer bekas, dan
lainnya.
c. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Cair
Pengamanan limbah cair adalah upaya kegiatan penanganan limbah
cair yang terdiri dari penyaluran dan pengolahan dan pemeriksaan
limbab cair untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan dan
lingkungan hidup yang ditimbulka:n limbah cair. Limbah cair yang
dihasilkan kegiatan rumah sakit memiliki beban cemaran yang
dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan hidup dan
menyebabkan gangguan kesehatan manusia. Untuk itu, air Limbah
perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan, agar
kualitasnya mernenuhi baku mutu arr limbah yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
d. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Gas
Pengamanan lirnbah gas adalah upaya kegiatan penanganan fun bah
gas yang tercliri dari pemilihan, perneliharaan dan perbaikan utilitas
rumah sakit berbasis emisi gas yang tepat dan pemeriksaan limbah
gas untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan dan lingkungan
hidup yang ditimbulkan. Kegiatan operasional dan utilitas rumah
sakit rnenghasilkan emisi gas buang dan partikulat yang akan
berdampak pada pencemaran udara dan gangguan kesehatan
rnasyarakat. Sumber emisi gas buang dominan dari rumah sakit
berasal dari emisi kendaraan parkir, , cerobong genset dan cerobong
tungku dapur, sehingga perlu dilakukan pengelolaan untuk menjaga
kualitas udara ambien lingkungan rumah sakit tetap terjaga dengan
baik.

e.Penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa


Penyakit. Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit
adalah upaya un tuk mencegah dan rnengendalikan populasi
serangga, tikus, dan binatang pembawa penyakit lainnya sehingga
keberadaannya tidak menjadi media penularan penyakit. Untuk
rnencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan
pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit dalam
penyelenggaraan kesehatan Iingkungan rumah sakit, maka dilakukan
upaya pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang rnengatur
mengenai standar baku mutu dan persyaratan pengendalian vektor
dan binatang pembawa penyakit.

f. Penyelenggaraan Pengawasan Linen {Laundry)

Pengawasan linen adalah upaya pengawasan terhadap tahapan•


tahapan pencucian linen di rumah sakit untuk mengurangi risiko
gangguan kesehatan dan lingkungan hidup yang ditimbulkan. Linen
merupakan salah satu kebutuhan pasien dirurnah sakit yang dapat
rnemberikan dampak kenyamanan dan jaminan kesehatan.

5
Pengelolaan linen yang buruk akan menyebabkan potensi penularan
penyak:i t bagi pasien, staf dan pengguna linen lainnya.

g. Penyelenggaraan Pengawasan Proses Dekontaminasi Melalui


Disinfeksi dan Sterilisasi
Ru.mah sakit adalah tempat berkumpulnya berbagai jenis
mikroorganisme penyakit menular yang dapat menginfeksi pasien,
pengunjung dan staf rumah sakit. Untuk menjamin perlindungan
kesehatan, rnaka mikoorganisme di rurnah sakit perlu clicegah dan
dikendalikan melalui upaya dekontaminasi. Dekontaminasi adalah
upaya mengurangi dan/atau menghilangkan kontaminasi oleh
mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui
disinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi. Cara
dekon tarninasi yang sering dipakai di rumah sakit adalah desinfeksi
dan sterilisasi.
Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah
mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora]
dengan cara fisik dan kimiawi. Sedangkan sterilisasi adalah upaya
untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara Iisik dan
kimiaw.i.
h. Penyelenggaraan Pengawasan Kegiatan Konstruksi/ Renovasi
Bangunan Rumah Saki t
Pengawasan kesehatan lingkungan kegiatan konstruksi/ renovasi
rumah sakit adalah upaya pencegahan, pengendalian dan
pengawasan berbagai sumber-sumber pengotoran, pencemaran dan
penularan penyakit pada area yang terkait dengan kegiatan
konstruksi dan atau renovasi bangunan di rumah sakit. Kegiatan
konstruksi dan renovasi bangunan dirumah sakit untuk
pengembangan fisik bangunan dan utilitas rumah sakit seringkali
dilaksanakan oleh pihak kontraktor yang akan memperkerjakan
pekerja dari luar rumah sakit. Dalam pelaksanaannya, maka
dibutuhkan kelengkapan fasilitas rnandi, cuci dan kakus (MCK)dan
fasilitas penanganan sampah dan air limbah dan fasilitas lainnya.
Penyecliaan fasilitas kesehatan lingkungan ini seringkali lrurang
mendapatkan perhatian, sehingga mengancam mutu kesehatan
lingkungan rumah sakit. Untuk menjaga agar kegiatan konstruksi
dan renovasi di rumah. sakit tidak menyebabkan penularan
penyakit, pencernaran lingkungan dan menganggu estetika, maka
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut
1. Penyelenggaraan Pengawasan Rumah Sakit Ramah Lingkungan
Rumah sakit rarnah lingkungan adalah model operasional kegiatan
rumah sakit dengan berbasis pada pelayanan dengan
mengedepankan kualitas dan keselamatan (quality and safety),
efisiensi dan rarnah lingkungan yang berkelanjutan, khususnya
terkait dengan konstribusi rumah sakit pada pencegahan perubahan
iklim dan pemanasan global. Pengawasan rumah sakit rarnah
lingkungan merupakan kegiatan pengendalian penggunaan berbagai
sumber daya alam dan lingkungan dan sumber-sumber pencemaran
lingkungan di rumah sakit yang dapat mempengaruhi perubahan
iklim dan pemanasan global, sehingga tercipta rumah sakit yang
hijau, sehat, efisien dan ramah lingkungan.
Rumab sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan saat
ini perlu menerapkan konsep rumah. sakit ramah lingkungan karena
alasan menggunakan cukup banyak sumber daya alarn dan
lingkungan. Penggunaan listrik, air bersih, bahan bakar, dan
lainnya yang tidak bija.k dan sistem pengelolaannya yang tidak
ramah lingkungan akan menyebabkan beban pencemaran pada
alam dan lingkungan hidup. Mewujudkan rumah sakit ramah
lingkungan dapat dilaksanakan antara lain dengan:
a. menyusun kebijakan tentang rumah sakit ramah lingkungan;
b. pembentukan tim rumah sakit ramah lingkungan;
c. pengembangan tapak/lahan rumah sakit;
d. penghematan energi listrik;
e. penghematan dan konservasi air;
f. penyehatan kualitas udara indoor;
g. manajemen lingkungan gedung;
h. penguranganlirnbah;
1. pendidikan ramah lingkungan;
J. penyelenggaraan kebersihan ramah lingkungan; dan
k. pengadaan material ramah lingkungan.

7
1.5 LANDASANHUKUM
1. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbab
B3
4. Keputusan Menteri. Lingkungan Hidup No.58/Meu LH/ 12/ 1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48/MenLH/ 11/ 1996
tentang Pengukuran, Perhitungan dan Evaluasi Tingkat Kebisingan
Lingkungan;
6. No.1335/Menkes/SK/ 2002 tentang Standar Operasional Pengambilan dan
Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907 /Menkes/
SK/V /2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum;
8. Peratu.ran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2019
tentang KesehatanLingkungan Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No.P-56 tahun
2015 tentang Tat.a Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Lim.bah
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
10. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 1335/Menkes/SK/2002
tentang Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Sampel
Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit;
11. Keputusan. Menteri Keseha.tan Republik Indonesia No. 907 /Menkes/
SK/V /2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Udara
Ruangan Rumah Saki t;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087 /Menkes/
SK/VllT/2010 ten tang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rum ah Saki t;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor432/Menkes/IV I
2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 382/Menkes/
SK/III/ 2007 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya;

8
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang
Baku Mutu Air Lim bah

9
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1 KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


NO Narna Jabatan Kelas Kualifikasi Jumlah
Jabatan Pendidikan Sertifikat/d.iklat
1 Sanitarian Ahli D IV/Sl Dil<lat Jabfung 3
Madya Kesehatan Ahli
Llnglrungan
2 Sanitarian Ahli DIV Diklat Jabfung 2
Muda Kesehatan Ahli

Lingkungan
3 Sanitarian DIV Diklat Jabfung 1

Ahli Pratama Kesehatan Ahli

Lingkungan
4 Pramu SLTP/SLTA 8
Kebersiban

2.2 DISTRIBUSI TENAGA KESEHATAN LINGKUNGAN

NO NAMA PENDIDIKAN DISTRIBUSI


Sl Teknik Ka Instalasi Kesehatan
1 Suharyanto,ST
Lingkungan Lingkungan
Pelaksana Kesehatan
D4 Kesehatan
2 Utik Retnowati.W,S.T Lingkungan dan
Lingkungan
sekretaris
I Pelaksana Kesehatan
I Lingkungan dan
D4 Kesehatan koordinator
3 Puji Lestari,SST
Lingkungan Pengendalian Mu tu dan
Keselamatan pasien
serta Pelayanan
Pelaksana Kebersihan
SLTP
4 Zaenudin Lingkungan dan
Pertamanan

10
Pe1aksana Kebersihan
5 Purwanto SLTA Lingkungan dan
Pertamanan
Pelaksana Kebersihan
6 Su wan to STM Lingkungan dan
Pertamanan
Pelaksana Kebersihan
7 Widodo SLTP Lingkungan dan
Pertamanan
Pelaksana
8 Suro to STM
Pemeliharaan Gedung
Pelaksana
9 Surahman SLTP
Perneliharaan Gedung
Pelaksana Pengelolaan
10 Siswanto STM
Lirnbah Cair

Pelaksana Pengelolaan
11 M. Ridwan STM Limbah Padat Infeksius
&B3

2.3 PENGATURAN JAGA

Pelayanan Kesehatan Lingkungan dilakukan hanya 8 jam perhari, kecuali yang


berkaitan dengan pelayanan kebersihan ruangan dan selasar yang dilaksanakan
oleh pihak ke III atau outshourchng dilakukan selama 24 Jam yang dibagi
menjad 3 Shif.

11
BABIIl

STANDAR FASILITAS

3.1 DENAH RUANG INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN

Ruang
~I Ruangrapat

kantor

uang Lab. Mini

0 KM
Tangga

Lantai 2

GUOANGB3

Ruangta gga
pelaksana Lantai 1

ruang

ganti -.
Ruang
Lemari

IPSRS logistik logistik

12
3.2 STANDAR FASILITAS
3.2.1 Fasilitas ruangan
a) Ruangan Instalasi rneliputi :
• Ruang kepala instalasi
• Ruang staf
• Ruang pertemuan
• Laboratorium lingkungan
• GudangLogistik sanitasi
• Gudang Peralatan Kesling
• Gudang 83
• Kamar mandi
3.2.2 Peralatan
l) Alat ukur suhu ruangan, yakni thermometer ruangan suhu
rendah
2) Alat ukur suhu air, yakni thermometerair
3) Alat ukur kelembaban ruangan, yaknihygrometer
4) Alat ukur kebisingan, yakni sound levelmeter
5) Alat ukur pencahayaan ruangan, yakni luxrneter

~ Alat ulrur swapantau kualitas air bersih, yakni klor meter,


pH meter dan DO (Dissolved Oxygen)meter
7) Alat ukur swapantau kualitasair limbah, yakni pH meter,
DO (Dissolved Oxygen) meter dan klormeter
8) Alat ukur kepadatan vector pembawa penyakit, yakni alat
perangkap lalat (fly trap), alat ukur kepadatan lalat (fly gril~,
alat gkapenanp nyamuk, senter, alat penangkap kecoa, dan
alat penangkaptikus.
1) Peralatan pendukung lainnya
• Peralatan Sterilisasi
• Peralatan Pertukangan
• Peralatan Pertamanan
• Peralatan IPAL
• Peralatan Persampahan

13
BAB IV

TATALAKSANAPELAYANAN

A. Penyelenggaraan PenyehatanAir
Penyehatan air adalah upaya penanganan kualitas dan kuantitas air di
rumah sakit yang terdiri dari air untuk keperluan higiene sanitasi, air
minum, dan air untuk pemakaian khusus agar dapat menunjang
kesinarnbungan pelayanan di rumah sakit. Untuk mencapai pemenuhan
standar baku mutu dan persyaratan kesehatan air dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka harus
dilakukan upaya sebagaiberikut:
1. Dilakukan kegiatan pengawasan kualitas air paling sedikitmelalui:
a. Surveilans dengan melaksanakan lnspeksi Kesehatan
Lingkungan terhadap sarana dan kualitas air minurn minimal 2
(dua) kali setahun dan terhadap sarana dan kualitas arr
keperluan higiene dan sanitasi minimal 1 (satu) kalisetahun.
b. Uji laboratorium dengan pengarnbilan, pengmman dan
pemeriksaan sampel air. Parameter wajib harus diperiksa secara
berkala sesuai peraturan yang berlaku, sedangkan parameter
tambahan merupakan parameter yang wajib diperiksa hanya
bagi daerah yang mengindikasikan terdapat pencemaran kimia
yang berhubungan dengan parameter kimia tambahantersebut.
c. Melakukao analisis risiko terhadap basil inspeksi kesehatan
lingkungan dengan hasil pemeriksaanlaboratorium.
d. Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitasair.
2. Melakukan pembersihan, pengurasan, pembilasan menggunakan
desinfektan dengan dosis yang disyaratkan pada tangki
penampungan air untuk keperluan higiene dan sanitasi dilakukan
setiap 6 (enam)bulan.
3. Kualitas air dilakukan pemeriksaan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Pengambilan sampel air minum dilakukan pada air minum hasil
olahan unit/ alat pengolahan air yang diperuntukkan untuk
pasien dankaryawan.
b. Sampel air rninum juga diambil pada unit independen/penyewa
di rumah sakit sepertirestoran/kantin.
c. Pengambilan air untuk kegunaan higiene dan sanitasi dengan
pemeriksaan parameter mik.robiologi diutamakan dilakukan
pada lokasi yang merniliki risiko tinggi terjadinya pencemaran/
kontaminasi, meliputi: tangki utama, kamar operasi, ruang
intensif, UGD, ruang perinatology, karnar bersalin, ruang Iuka
bakar, dapur gizi, sterilisasi/CSSD, hernodialisa, laundry,
Iaboratorium, kantin/ restoran, poliklinikgigi.
d. Pengambilan air untuk kegunaan higiene dan sanitasi dengan
pemeriksaan parameter fisika-kimia dilakukan pada tangki
u tama, laundry, laboratorium, hernodialisa, farmasi, gizi, air
boiler.
e. Air untuk kegunaan khusus dan tanggap darurat rumah sakit
seperti air panas, cooling tower, pencucian mata (eye washer)
dan pencucian badan (body washery harus dilakukan
pemeriksaan bakteri Legionella spp setiap 1 (satu) kali setahun,
dan dilakukan pemeliharaan pembersihan fasilitas setiap
mmggu.
f. Sampel air dikirim dan diperik.sakan pada laboratorium yang
telah terakreditasi nasional.
g. Pengawasan secara eksternal kualitas air minum dan air untuk
keperluan higiene sanitasi di1akukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
h. Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan
pemeriksaan kualitas air untuk pengukuran sisa kh1or

bila menggunakan disinfektan kaporit, pH dan kekeruhan air


minum atau air bersih yang berasal dari sistem perpipaan dan
atau pengolahan air pada titik/ tempat yang dicurigai rawan
pencemaran.
1. Apabila dalam basil pemeriksaan kualitas air terdapat
parameter yang menyimpang dari standar maka harus segera
dilakukan upayaperbaikan.
J. Apabila ada basil Inspeksi Kesehatan Lingkungan yang
menunjukkan tingkat risiko pencemaran yang tinggi, maka
harus dilakukan perbaikansarana.
k. Dilakukan program monitoring air debit air bersih, dengan cara
mencatat pada alat ukur debit dan dilakukan perhitungan
satuan penggunaan air kegunaan higiene dan sani tasi per
tempat tidur perhari.
1. Untuk menghadapi kondisi kedaruratan penyediaan air
kegunaan higiene dan sanitasi, dimana air sumber utama
terganggu atau menghadapi kegagalan suplai karena faktor
kerusakan, maka rumah sakit harus menyiapkan ketentuan
sebagaiberikut:
1) Menyediakan tangki air kegunaan higiene dan sanitasi
dengan volume kapasitas tampung air minimum 3 (tiga)
kali dari total kebutuhan air kegunaan higiene
dansanitasisetiap harinya atau mampu menyediakan air
minimum selama 3 (tiga) hari untuk menunjang kegiatan
rumah sakit sejak terhentinya suplaiair.
~ Ketersediaan volume air kegunaan higiene dan sanitasi
dalam tangki harus selalu dilakukan inspeksi oleh petugas
rurnab saki t.
~ Pada tangki air kegunaan higiene dan sanitasi sebaiknya
dipasang alarm/sensor yang memberikan tanda apabila
tangki air mengalami kekosongan pada batas volume
tertentu.

4) Menyiapkan fasilitas cadangan sumber air kegunaan


higiene dan sanitasi selain sumber utama. Apabila sumber
utamanya berasal dari air perusahaan daerah, maka
cadangannya adalah air tanah dalam ( deep welij, dan bagi

16
rumah sakit yang sumber air 'utamanya berasal dari air
tanah karena tidak tersedianya suplai/jaringan air
perusahaan daerah, maka sumber air cadangannya
adalahperu.sahaan suplier airbersih.
~ Mengajukan permohonan surat pernyataan dengan
manajemen perusahaan air rninum daerah atau pihak
suplier air kegunaan higiene dan sanitasi, yang berisi akan
memberikan prioritas pengiriman tangki air ke rumah
sakit.

B. Penyelenggaraan Penyehatan Udara


Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan
penyehatan udara dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah
sakit, maka harus menjalankan upaya sebagai berikut:
l. Kualitas udara ruangan harus selalu dipelihara agar tidak berbau,
tidak mengandung debu dan gas, termasuk debu asbes yang
melebihi ketentuan.
2. Selu.ruh ruangan di rumah sakit didesain agar memenuhi ketentuan
penghawaan ruangan, terutama ruang-ruang tertentu seperti ruang
operasi, ruang intensif, ruang isolasi, perawatan bayi, laboratoriurn,
ruang penyimpanan B3, dan ruangan lain yang memerlukan
persyaratankhusus.
3. Penguku.ran mikrobiologi udara dapat dilakukan secara mandiri
menggunakan peralatan laboratoriu.m dan peralatan ukur yang
sesuai, atau dapat dilakukan oleh Jaboratorium luar yang telah
terkreditasi secara nasional.
4. Pengukuran mikrobiologi udara dilakukan:
a. Sebagai salah satu metode investigasi bila terjadi wabah dan
lingkungan dianggap sebagai media transmisi/penularan atau
sumber infeksi. Hasil pemeriksaan tersebut menjadi salah satu
faktor yang menentukan program penanggulanganwabah.
b. Pengawasan/monitor adanya potensi tersebamya mikroba
rnembabayakan dan evaluasi keberhasilan proses pernbersihan.
Misalnya rumah sa.kit menangani pasien dengan an traks yang
menggunakan peralatan rumah sakit atau alat bantu pasien,
kemudian dilaku.kan sterilisasi pada alat. Sebe1um digunakan
17
untuk pasien lain maka dilakukan uji sterilitas untuk
memastikan spora antraks sudah musnah.
c. Sebagai quality assurance untuk evaluasi metode pembersihan
yang baru atau memastikan bahwa sistem atau alat baru
bekerja sesuai spesifikasinya.
5. Pengukuran suhu, kelernbaban, aliran dan tekanan udara ruangan
dapat dilakukan secara mandiri menggunakan peralatan ukur
kesehatan lingkungan yang sesuai, atau dapat dilakukan oleh alat
ukur dari laboratorium luar yang telah terakreditasi nasional.
6. Suhu dan kelembaban udara di area khusus harus dipantau secara
rutin setiap hari dan dibuktikan dengan laporan pemantauannya
7. Ruangan yang tidak menggunakan AC, maka pengaturan sirkulasi
udara segar dalam ruangan harus memadai dengan mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus mendapat perhatian
yang khusus. Bila menggunakan sistem pendingin, hendaknya
dipelihara dan dioperasikan sesuai buku petunjuk. Sehingga dapat
menghasilkan suhu, aliran udara, dan kelembaban nyaman bagi
pasien dan karyawan. Untuk rumah sakit yang menggunakan
pengatur udara (AC sentral harus diperhatikan cooling tower-nya
agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella dan untuk AHU (Air
Handling Unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan bakteri
ataujamur.
9. Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis,
dan exhaust fan hendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi.
10. Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 (satu) fan
dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m3/detik, dan
frekuensi pergantian udara per jam adalah 2 (dua) sampai dengan
12 {dua belas)kali.
11. Pengambilan supply udara dari luar, kecuali unit ruang individual,
hendaknya diletakkan sejauh mungkin, minimal 7,50 meter dari
exhauster atau perlengkapanpembakaran.
12. Tinggi intake minimal 0,9 meter dariatap.
13. Sistern hendaknya dibuat keseimbangantek.anan.
14. Suplai udara untuk daerah sensitif: ruang operasi, perawatan bayi,
18
diambil dekat langit-langit clan exhaust dekat lantai, bendak.nya
disediakan 2 (dua) buah exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50
cm darilantai.
15. Suplai udara di ataslantai.
16. Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang
hendaknya tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk
suplai udara ke WC, toilet,gudang.
17. Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilengkapi dengan
saringan 2 beds. Saringan I dipasang dibagian penerimaan udara
dari luar dengan efisiensi 30 % dan saringan TI (filter bakteri)
dipasang 90%. Untuk mempelajari system ventilasi sentral dalam
gedung hendaknya mempelajari khusus central air conditioning
system.
18. Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang
(cross ventilation) clan dijaga agar aliran udara tidakterhalang.
19. Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya le bib tinggi
daripada ruang lain dan menggunakan cara mekanis ( airconditionen.
20. Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air
conditioner dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas
lantai atau minimum 0,20 meter dari langit -langit.
21. Untuk mengurangi kadar kuman daJam udara ruang (indoor) harus
didisinfeksi menggunakan bahan dan metode sesuai ketentuan.
22. Pemantauan kualitas udara ruang minimal 1 (satu) kali setahun dan
jika perubahan penggunaan desinfektan dilakukan pengarnbilan
sampel dan perneriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu
dangas].

C. Penyelenggaraan PenyehatanTanah
Penyelenggaraan penyehatan tanah dilakukan melalui pencegahan
penurunan kualitas tanah antara lain dengan menjaga kondisi tanah
dengan tidak mernbuang kontaminan limbah yang menyebabkan
kontaminasi biologi, kimia dan radioalrtivitas, seperti lindi, dan lumpur
fPALyang belum diolah dengan:
a Menjaga pengelolaan limbah sesuai dengan standar operasi balru,

19
pada saat pemilahan, pengumpulan, pengangkutan dan
penyimpanan.
b. Memastikan konstruksi IPAL dan jaringan pipa limbah cair tidak
bocor.
c Memastikan konstruksi TPS sampah domestik memenuhi syarat dan
TPS B3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Penyelenggaraan Penyehatan Pangan Siap Saji


Penyehatan pangan siap saji adalah upaya pengawasan, pelindungan,
dan peningkatan kualitas higiene dan sanitasi pangan siap saji agar
mewujudkan kuali tas pengelolaan pangan yang sehat, aman dan selarnat.
Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan
penyehatan pangan siap saji dalam penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit, maka harus memperhatikan dan mengendalikan
faktor risiko keamanan pangan siap saji sebagai berikut:

1. Ternpat Pengolahan Pangan


a. Perlu disediakan tempat pengolahan pangan {dapur} sesuai
dengan persyaratan konstruksi, tata letak, bangunan dan
ruangan dapur.
b. Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan pangan, tempat dan
fasilitasnya selalu dibersihkan dengan bahan pembersih yang
arnan. Untuk pembersihan lantai ruangan dapur menggunakan
kain pel, maka pada gagang kain pel perlu cliberikan kode
warna hijau.
c. Asap dikeluarkan rnelalui cerobong yang clilengkapi dengan
sungkup asap.
d. Pintu masuk bahan pangan mentah dan bahan pangan
terpisah.

2. Peralatan masak
a. Peralatan masak terbuat dari bahan dan desain alat yang
mudah dibersihkan dan tidak boleh melepaskan zat beracun ke
dalam bahan pangan (foodgrade).
b. Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor serta tidak boleh
dicampur.

20
c. Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau
garam-gararn yang lazim dijumpai dalam pangan.
d. Peralatan masak seperti talenan dan pisau dibedakan untuk
pangan mentah dan pangan siap saji.
e. Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya
didesinfeksi dan dikeringkan.
f. Peralatan yang sudah bersih ha.rus disimpan dalam keadaan
kering dan disirnpan pada rak terlindung dari vektor.
3. Penjamah Pangan
a. Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.
b. Secara berkala minimal 2 (dua) kali setahun diperiksa kesehatannya
oleh dokter yang berwenang.
c. Ha.rus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung
pengolahan pangan dapur.
d. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja.
4. Kualitas Pangan
a. Pemilihan Bahan Pangan
1) Pembelian bahan sebaiknya di tempat yang resmi dan
berkuali tas baik.
~ Bahan pangan sebelum dilakukan pengolahan, dilakukan
pemilihan (screening) untuk menjarnin mutu pangan.
~ Bahan pangan kemasan (terolah) harus mempunyai label dan
merek serta dalam keadaan baik.
4) Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) seperti bahan
pewama, pengawet, dan pemanis buatan dalam pengolahan
pangan harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang•
undangan yang mengatur mengenai penggunaan bahan
tambahan pangan.

b. Penyimpanan Bahan Pangan dan Pangan Jadi

1) Tempat penyimpanan bahan pangan harus selalu terpelihara


dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kirnia
berbahaya, serangga dan hewan lain.

~ Semua gudang bahan pangan hendaknya berada dibagian yang

21
tinggi.
~ Bahan pangan tidak diletakkan dibawah saluran/pipa air (air
bersih maupun air Iimbah] untuk menghindari terkena bocoran.
4} Tidak ada drainase disekitar gudang pangan.
~ Semua bahan pangan hendaknya disimpan pada rak-rak
dengan ketinggian atau jarak rak terbawah kurang lebih 30 cm
dari lantai, 15 cm dari dinding dan 50 cm dari atap atau langit•
langit bangunan.
~ Suhu gudang bahan pangan kering dan kaleng dijaga kurang
dari 25 °C sampai dengan suhu ruang yang aman.
7) Gudang harus dibangun dengan desain konstruksi anti tikus
dan serangga.
~ Penempatan bahan pangan barus rapi dan ditata tidak padat
untuk menjaga sirkulasi udara.
~ Bahan pangan basah disimpan pada suhu yang aman sesuai
jenis seperti buah, sayuran dan minurnan, disimpan pada suhu
penyimpanan sejuk (cooling) l0°C s/d -15°C, bahan pangan
berprotein yang akan segera diolah kembali clisimpan pada
suhu penyimpanan dingin (chilling) 4°C s/d 1 0 °C, bahan
pangan berprotein yang mudah rusak un tuk jangka waktu
sampai 24 jam disimpan pada penyimpanan dingin sekali
(freezing) dengan suhu 0°C s/d - 4°C, dan bahan pangan
berprotein yang mudah rusak untuk jangka kurang dari 24 jam
disimpan pada penyimpanan beku (frozen) dengan suhu < 0 °C.
1q Perlu dilalrukan pemeriksaan terhadap fungsi lemari pendingin
(kulkas / freezer) secara
berkala.
11) Pangan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus
tertutup.
~ Pengambilan dengan cara First In First Out (FIFO) yaitu yang
disimpan Jebih dahulu digunakan dahulu dan First Expired
First Out (FEFO) yaitu yang memiliki masa kadaluarsa lebih
pendek lebih dahulu digunakan agar tidak ada pangan yang
busuk.
l~ Penyimpanan bahan pangan jadi dilakukan monitoring dan

pencatatan suhu/ ruang penyimpanan minimal 2 kali per hari.


22
14} Dalam ruangan dapur harus tersedia tempat penyimpanan
contoh pangan jadi (food bank sampling) yang disimpan dalam
jangka waktu 3 x 24 jam.
c. Pengangkutan Pangan
Pangan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara
pengangk:utannya yaitu:

1) Pangan diangkut de.ngan rnenggunakan kereta dorong yang


tertutu p, dan bersih dan dilengkapi dengan pengatur suhu agar
suhu pangan dapat dipertahankan.
~ Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih
tersedia udara untuk ruang gerak.
~ Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur
untuk mengangkut bahan/barang kotor.
d. Penyajian Pangan
1) Cara pe.nyajian pangan harus terhindar dari pencemaran dan
bersih.
~ Pangan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.
~ Wadah yang digunakan untuk menyajikan/mengemas pangan
jadi harus bersifat foodgrade dan tidak menggunakan kemasan
berbahan polystyren.
4) Pangan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan
pada fasilitas penghangat pangan dengan suhu minimal 60 °C
dan 4 °C untuk pangan dingin.
~ Penyajian dilakukan dengan peri1aku penyaji yang sehat dan
berpakaian bersih.
~ Pangan jadi harus segera disajikan kepada pasien.
7) Pangan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada
pasien, kecuali pangan yang sudah disiapkan untuk keperluan
pasien besok paginya, karena kapasitas kemampuan dapur gizi
yang terbatas dan pangan tersebut disimpan ditempat dan suhu
yang arnan.

e. Pengawasan Higiene dan Sanitasi Pangan


Pengawasan higiene dan sanitasi pangan dilakukan secara:

23
1) Internal:

a} Pengawasan dilakukan oleh petugas kesehatan


lingkungan bersama petugas terkait penyehatan pangan
di rumah sakit.

b) Pemeriksaan paramater mikrobiologi dilakukan


pengambilan sampel pangan dan minuman meliputi
bahan pangan yang mengandung protein tinggi, pangan
siap saji, air bersih, alat pangan, dan alat masak.
c) Untuk petugas penjamah pangan di dapur gizi harus
dilakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh maksimal
setiap 2 (dua) kali setahun dan pemeriksaan usap dubur
maksimal setiap tabun.
d) Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel
dilakukan minimal dua kali dalam setahun.
e) Bila terjadi keracunan pangan dan minuman di rurnah
sakit, maka petugas kesehatan lingkungan harus
mengambil sampel pangan untuk diperiksakan ke
laboratorium terakreditasi.
f) Rumah sakit bertanggung jawab pada pengawasan
penyehatan pangan pada kantin dan rumah
makan/restoran yang berada di dalam lingkungan
rumah sakit.
g) Bila rurnah sak:it bekerja sama dengan Pihak Ketiga,
maka harus mengikuti aturan jasaboga yang
berlaku.
~ Eksternal
Dengan melalrukan uji petik yang dilakukan oleh petugas
sanitasi dinas kesehatan pemerintah daerah provinsi dan
dinas kesehatan pemerintah daerah kabupaten/kota untuk
menilai kualitas pangan dan minuman. Untuk melakukan
pengawasan penyehatan pangan baik internal maupun
ekstemal dapat menggunakan instrumen

Inspeksi Kesehatan Lingkungan Jasaboga Golongan B.


E. Penyelenggaraan Penyehatan Sarana dan Bangunan
Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan
penyehatan sarana dan bangunan dalam penyeienggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit, maka dilakukan upaya sebagai berikut:
1. Konstruksi bangunan rumah sakit:
a. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore
hari.

b. Pembersihan 1antai di ruang perawatan pasien dilakukan


setelah pembenahan/rnerapikan tempat tidur pasien, Jam
makan, jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan
sewaktu-waktu bilamanadiperlukan.
c. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus
dihindari.
d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan
pembersih (gagang pel) yang memenuhi syarat dan bahan anti
septik yang tepat. Setiap gagang pel diberikan koding untuk
mencegah terjadinya infeksi di rumah sakit, yakni: kamar
pasien dengan warna kuning, kamar mandi dengan warna
merah, dapur dengan warna hijau dan selasar dan koridor
dengan warnabiru.
e. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel
tersendiri.
f. Pem bersihan din ding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua)
kali setahun dan dicat ulang apabila sudah kotor atau cat
sudah pudar.
g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat Iuka pada dinding
harus segera dibersihkan dengan menggunakan .antiseptik,
h. Pembersihan ruangan sesuai dengan prosedur yang mengatur
tata cara pembersihan seluruh ruangan yang berada di ruang
lingkup area Operating Theatre (OT) atau Kamar Operasi lantai
rumah sakit harus mengikuti SOP. Pembersihan ruangan
operasi dilakukan setelah kegiatan operasi pasien selesai
dilakukan. Untuk ruangan lainnya pembersihan dilakukan
minimal 2 kali sehari. Apabila ada temuan petugas kebersihan,

25
pengawas ataupun perawat maka dilakukan pembersihan
tambahan sehingga kebersihan di ruangan Operating Theatre
tetap terjaga. Petugas kebersihan di area Operating Theatre
bersifat khusus menggunakan seragam warna putih dan selalu
ada di dalam area Operating Theatre selarna 24 jam penuh yang
terbagi dalam 3shift.
2. Kebisingan ruangan rumahsakit
a. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedernikian rupa
sehingga kamar dan ruangan yang memerlukan suasana tenang
terhindar darikebisingan.

b. Sumber-sumber bising yang berasal dari rurnah sakit dan


sekitarnya agar diupayakan untuk dikendalikan anta:ra lain
dengancara:
1) Pada sumber bising dirumah sakit: peredaman,
penyekatan, pernindahan, pemeliharaan mesin-rnesin yang
menjadi surnberbising.
~ Pada sum ber bising dari luar rumah sakit:
penyekatan/ penyerapan bising dengan penanaman pohon
(greenbelt), meninggikan tembok, dan meninggikan tanab
(bukitbuatan).
c. Pengukuran kebisingan ruangan dapat dilakukan secara
mandiri menggunakan peralatan ukur kesehatan lingkungan
yang sesuai, atau dapat dilakukan oleh alat ukur dari
laboratorium luar yang telah terakreditasinasional.
3. Pencahayaan
a. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun
untuk rnenyimpan barang/peralatan perlu diberikan
penerangan.
b. Ruang pasien/ bangsal harus disediakan penerangan umum dan
penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar dekat
pintu masuk, saklar individu ditempatkan pada titik yang
mudah dijangkau dan tidak menimbulkanberisik.
c. Pengukuran pencahayaan ruangan dapat dilakukan secara
mandiri menggunakan peralatan ukur kesehatan lingkungan

26
yang sesuai, a tau dapat dilakukan oleh alat ukur dari
laboratorium Iuar yang telah memiliki Akreditasi Nasional
(KAN).

4. Fasilitas Sanitasi Ruangan RumahSakit


a. Fasilitas Penyediaan Air Minum dan Air Kegunaan Higiene dan
Sanitasi.
Distribusi air minum dan air kegunaan higiene dan sanitasi di
setiap ruangan/kamar harus menggunakan jaringan perpipaan
yang mengalir dengan tekananpositif.
b. Fasilitas PenampunganSampah
Persyaratan penampungan sampah sebagaimana tercantum
dalam bagian Pengamanan Limbah Padat domestik dan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.

F. Penyelenggaraan Pengamanan Lim.bah dan Radiasi


1. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah
Penyelenggaraan Pengamanan Limbah di rumah sakit meliputi
pengamanan terhadap limbah padat domestik, limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3), limbah cair, dan limbah gas.
a. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Padat Domestik
Pengamanan limbah padat domestik adalah upaya penanganan
limbah padat domestik di rumah sakit yang memenuhi standar
untuk. mengurangi risiko gangguan kesehatan, kenyamanan
dan keindahan yang ditimbulkan.Untuk menjamin pengelolaan
limbah padat domestik dapat dilaksanakan sesuai dengan
tahapan penyelenggaraan sebagaiberikut:
1) Tahapan penanganan limbah rumah tangga, dilakukan
dengan cara:
a) TahapPewadahan
• Melakukan upaya pewadahan yang berbeda antara
lirnbah organik dan an organik mulai di ruangan
sumber.
• Menyediakan tong sampah dengan jumlah dan volume
yang memadai pada setiap ruangan yang terdapat

27
aktivitas pasien, pengunjung dankaryawan.
• Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadabnya
melebihi 1 x 24 jam atau apabila 2/ 3 bagian kantong
sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya
tidak menjacli perindukan vek.tor penyakit dan
binatang pembawapenyakit.
• Penempatan tong sampah harus dilokasi yang aman
dan strategis baik di ruangan indoor, semi indoor dan
lingkungan outdoor, dengan jumlah dan jarak
penempatan yang memadai. Terdapat minimal 1 (satu)
buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan
kebutuhan. Upayakan di area umum tersedia tong
sam pah terpilah oganik dan anorganik.
• Tong sampah dilakukan program pembersihan
menggunakan air dan desinf ektan secararegular.

• Tong sam pah yang sudah rusak dan tidak berfungsi,


harus diganti dengan tong sampah yang memenuhi
persyaratan.
b) TahapPengangkutan
• Limbah padat domestik di ruangan sumber dilakukan
pengangkutan ke Tempat Penyimpanan Sementara
secara periodik menggunakan troli khusus dan
kondisi limbab rumah tangga rnasih tetap terbungkus
kan tong plastikhitam.
• Pengangkutan dilakukan pada jam ti.dak sibuk pagi
dan sore dan tidak melalui jalur/koridor yang padat
pasien, pengunjung rumah.sakit.
• Troli pengangkut sampah harus terbuat dari bahan
yang kuat, kedap air dan tidak berkarat
perrnukaannya mudah dibersihkan, serta dilengkapi
penutup serta ditempel tulisan "troli pengangkut
sarn pah rumah tangga/ domestik".
• Penentuan jalur pengangkutan sampah domestik ke
Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah tidak

28
melalui ruangan pelayanan atau ruang kerja
yang padat dengan pasien, pengunjung dan
karyawan rumah sakit.
• Apabila pengangkutan sam.pah domestik ke TPS
melalui jalan terbuka, maka pada saat terjadi hujan
tidak dipaksakan dilakukan pengangkutan keTPS.
c) Tahap Penyimpanan diTPS
• Waktu tinggal limbah dometik dalam TPS tidak boleh
lebih dari 2 x 24jam.
• limbah padat domestik yang telah di tempatkan di TPS
dipastikan tetap terbungkus kantong plastik warna
hitam dan dilarang dilakukan pembongkaranisinya.
• Penanganan akhir limbah rumah tangga dapat
dilakukan dengan pengangkutan keluar menggunakan
truk sampah milik rumah sakit atau bekerja sarna
denganpihakluar.
2) Upaya pernilahan dan pengurangan, dilakukan dengan cara:
a) Pemilahan dilaksanakan dengan mem.isahkan jenis lirnbah
organik dan limbah anorganik serta limbah yang bemilai
ekonomis yang dapat digunakan atau diolah kembali,
seperti wadah/kemasan bekas berbaban kardus, kertas,
plastik dan lainnya dan dipastikan tidak mengandung
bahan berbahaya danberacun
b) Pemilahan dilakukan dari awal dengan menyediakan tong
sampah yang berbeda sesuai dengan jenisnya dan dilapisi
kantong plastik warna bening/putih untuk limbah daur
ulang di ruangansumber.
c) Dilakukan pencatatan volume untuk jenis sampah organik
dan anorganik, sampah yang akan didaur ulang atau
digunakankernbali.
d) Sampah yang bemilai ekonomis dikirim ke TPS terpisah
dari sampah organik maupunanorganik
e) Dilarang melakukan pengumpulan limbah yang dapat
dimanfaatkan atau diolah kembali hanya untuk keperluan
sebagai bahan baku atau kemasan pemalsuan produk

29
barang tertentu oleh pihakluar.
Q Untuk limbah Padat domestik yang terrnasuk kategori
limbah B3, maka harus dipisahkan dan dilakukan
penanganan sesuai dengan persyaratan penanganan
Jimbah B3.
3) Upaya penyediaan fasilitas penanganan limbah padat domestik,
dilakukan dengan cara:
a) Fasilitas penanganan limbah padat domestik yang utama
meliputi tong sampah, kereta pengangkutan, TPS khusus
limbah padat domestik dan fasilitas pengangkutan atau
pemusnahan limbah dan fasilitaslainnya.
b) Penyediaan fasilitas tong dan kereta angkutsampah:

• Jenis tong sampah dibedakan berdasarkan jerus


limbah padat domestik. Pembedaan tong sampah
dapat rnenggunakan perbedaan warna tong sampah,
menernpel tulisan/kode/symbol atau gambar dibagian
tutup atau di din ding luar badan tong sam pah atau di
dinding ruangan dimana tong sampah diletakkan.
• Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, rnudah
dibersihkan, dilengkapi penutup dan rapatserangga.
• Jumlah dan volume setiap tong sampah dan kereta
angkut yang disediakan harus memadai dan sesuai
dengan mernpertirnbangkan volume produksi limbah
yang dihasilkan di ruangan/ area sumbersampah.
• Sistem buka-tutup penutup tong sampah
menggunakan pedalkaki.
c) Penyediaan TPS limbah padat dornestikmernenuhi:
• Lokasi TPS limbah padat domestik tempatkan di area
service (services area) dan jauh dari kegiatan
pelayanan perawatan inap, rawat jalan, Instalasi
Gawat Darurat, kamar operasi, dapur gizi, kantin,
laundry dan ruangan pentinglainnya.
• TPS dapat didesain dengan ben tuk bangunan dengan
ruang tertutup dan semi terbuka, dengan dilengkapi
penutup atap yang kedap air hujan, ventilasi dan
30
sirkulasi udara yang cukup serta penerangan yang
memadai serta dapat ditempati kont:ainersampah.
• TPS dibangun dengan dinding dan lantai dari bahan
yang kuat, kedap air, mudahdibersihkan.
• TPS dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24jam.
• TPS dilengkapi dengan fasilitas sebagaiberikut:
• Papan nama TPS limbah padatdomestik.
• Keran air dengan tekanan cukup untuk pembersihan
areaTPS.
• Wastafel dengan air mengalir yang dilengkapi sabun
tangan dan atau hand rub serta baha.n pengering
tangari/ tissue.

• Tanda larangan masuk bagi yang tidak


berkepen tingan.

• Lantai dilengkapi tanggul agar air bekas pembersihan


atau air Lindi tidak keluar area TPS dan dilengkapi
lobang saluran menuju bak kontrol atau Unit
Pengolaha:n Air Lim bah.
• Fasilitas proteksi kebakaran seperti tabu.ng pemadam
api dan alarm ke bakaran serta sim bol atau petunju k
larangan membakar, larangan merokok dan larangan
masuk bagi yang tidakberkepentingan.
• Dilengkapi dengan pagar pengaman area TPS, setinggi
minimal 2meter.
• Dilengkapi dengan kotak P3K dan tempatAPD.
4) Upaya penanganan vektor dan binatang pembawa penyakit
lirnbah padatdomestik
a) Bila kepadatan lalat di sekitar tempat/wadah atau kereta
angkut limbah padat rumah tangga melebihi 8 ekor/fly grill
(100 X 100 cm) dalam pengukuran 30 rnenit, perlu
dilakukan pengendalianlalat.
b) Bila di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) kepadatan
lalat melebihi 8 ekor/fly grill (100 X 100 cm) dalam
pengukuran 30 rnenitatau angka kepadatan kecoa (Indeks

31
kecoa) yang diukur maksimal 2 ekor/plate dalam
pengukuran 24 jam atau tikus terlihat pada siang hari,
harus dilakukanpengendalian.
c) Pengendalian lalat dan kecoa di tempat/ wadah dan kereta
angkut serta tempat penyimpanan sementara limbah padat
domestik dilaksanakan dengan prioritas pada upaya
sebagaiberikut:
• Upaya kebersihan lingkungan dan kebersihan fisik
termasuk desinfeksi tempat/wadah, kereta angkut dan
TPS.

• Melaksanakan inspeksi kesehatanlinglrungan .

Pengendalian mekanik dan pengendalianperangkap



(fly trap).

• Menyediakan bahan pestisida ramah lingkungan dan


alat semprot bertekanan serta dilakukan
penyemprotan bila kepadatan lalat memenuhi
ketentuan sebagai upaya pengendalian terakhir.

d) Pengendalian binatang penganggu seperti kucing dan anjing


diTPS. dilakukan dengan memasang Iasilitas proteksi TPS
berupa pagar dengan kisi rapat dan menutup rapat bak
atau wadah sampah yang ada dalamTPS.

b. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


(B3) Limbah B3 yang dihasilkan rumah sakit dapat menyebabkan
gangguan perlindungan kesehatan dan atau risiko pencemaran terhadap
lingkungan hidup. Mengingat besarnya dampak negative limbah B3
yang ditimbulkan, maka penanganan limbah B3 harus dilaksanakan
secara tepat, mulai dari tahap pewadahan, tahap penganglrutan, ta.hap
penyimpanan sementara sampai dengan tahap pengolahan.Jenis limbah
B3 yang clihasilkan di rumah sakit meliputi limbah medis, baterai bekas,
obat dan bahan farmasi kadaluwarsa, oli bekas, saringan oli bekas,
lampu bekas, baterai, wadah cat bekas (untuk cat yg mengandung zat
toksik), wadah bekas bahan kimia, catridge printer bekas, film rontgen
bekas, motherboard komputer bekas, danlainnya.
Penanganan lirnbah B3 rumah sakit dilaksanakan sesuai dengan
32
ketentuan peraturan perundang-undangan. Prinsip pengelolaan limbah
83 rumah sakit, dilakukan upaya sebagaiberikut:
1) Identifikasi jenis limbah B3 dilakukan dengancara:
a) ldentifikasi dilakukan oleh unit kerja kesehatan lingkungan
dengan melibatkan unit penghasil limbah di rumahsak:it.
b) Lim bah B3 yang diid en tifkasi meliputi jenis Jim bah,
karakteristik, sumber, volume yang dihasilkan, cara
pewadahan, cara pengangkutan dan cara penyimpanan serta
cara pengolahan.
c) Hasil pelaksanaan identifikasi dilakukanpendokumentasian.
~ Taha.pan penanganan pewadahan dan pengangkutan limbah B3
diruangan surnber, dilakukan dengancara:
a) Tahapan penanganan limbah 83 harus dilengkapi dengan
Standar Prosedur Operasional (SPO) dan dilakukan
pemutakhiran secara berkala dan berkesinambungan.
b) SPO penanganan limbah B3 disosialisasikan kepada kepala dan
staf unit kerja yang terkait dengan limbah 83 di rumahsak:it.

c) Khusus untuk limbah 83 tumpahan dilantai atau dipennukaan


lain di ruangan seperti tumpahan darah dan cairan tubuh,
tumpahan cairan bahan kirnia berbahaya,tumpahan cairan
mercury dari alat kesehatan dan tumpahan sitotoksik harus
dibersihkan menggunakan perangkat .alat pembersih (spill kit)
atau dengan alat dan metode pembersihan lain yang memenuhi
syarat. Basil pembersihan limbah 83 tersebut ditempatkan pada
wadah khusus dan penanganan selanjutnya diperlakukan
sebagai limbah B3, serta dilakukan pencatatan dan pelaporan
kepada unit kerja terkait di rurnah sakit.
d) Perangkat alat pembersih (spill kit) atau a.lat metode pembersih
lain untuk limbah 83 harus selalu disiapkan di ruangan
sumber dan dilengkapi cara penggunaan dan data kearnanan
bahan (MSDS).
e) Pewadahan limbah 83 cLiruangan sumber sebelum dibawa ke
TPS Limbah 83 harus ditempatkan pada tempat/wadah khusus
yang kuat dan anti karat dan kedap air, terbuat dari bahan

33
yang mudah dibersihkan, dilengkapi penutup, dilengkapi
dengan simbol B3, dan diletakkan pada tempat yang jauh dari
jangkauan orangumum.
f) Limbah 83 di ruangan sumber yang diserahkan atau diambil
petugas limbah B3 rumah sakit untuk dibawa ke TPS limbah
B3, harus dilengkapi dengan berita acara penyerahan, yang
minimal berisi hari dan tanggal penyerahan, asal limbah (lokasi
sumber), jenis limbah B3, bentuk limbah 83, volume limbah 83
dan cara pewadahan/pengemasan limbahB3.
g) Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS limbah
B3 harus menggunakan kereta angkut khusus berbahan kedap
air, mudah dibersihkan, dilengkapi penutup, taban karat dan
bocor. Pengangku.tan limbah tersebut menggunakan jalur (jalan)
khusus yangjauh dari kepadatan orang di ruangan rumahsakit.
h) Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS
dilakukan oleh petugas yang sudah mendapatkan pelatihan
perianganan limbah B3 dan petugas harus menggunakan
pakaian dan alat pelindung diri yangmemadai.
3) Pengurangan dan pemilahan limbah B3 clilakukan dengancara:
a) Upaya pengurangan dan pemilaban limbah 83 harus dilengkapi
dengan SPO clan dapat dilakukan pemutakhiran secara berkala
danberkesinambungan.

b) Pengurangan limbah B3 di rumah sakit, dilakukan dengan cara


antaralain:
• Menghindari penggunaan material yang mengandung
Bahan Berbahaya clan Beracun apabila terdapat pilihan
yanglain.
• Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan
atau material yang berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan dan/ a tau pencemaran terhadaplingk:ungan.
• Melakukan tata kelo1a yang baik dalam pengadaan bahan
kimia dan bahan farmasi un tuk menghindari terjadinya
penumpukan dan kedaluwarsa, contohnya menerapkan
prinsip first in first out (FIFO) atau first expired first out

34
(FEFO).
• Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap
peralatan sesuaijadwal.
4} Bangunan TPS di rumah sakit harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.
~ Pemilahan limbah B3 di rumah sakit, dilakukan di TPS limbah 83
dengan cara antaralain:
a) Memisahkan Limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok, dan/ atau
karakteristik LimbahB3.
b) Mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok Limbah 83. Wadah
Limbah B3 dilengkapi denganpalet.
~ Penyimpanan sementara limbah B3 dilakukan dengancara:
a) Cara penyimpanan limbah 83 harus dilengkapi dengan SPO dan
dapat dilakukan pemutakhiran/ revisi biladiperlukan.
b) Penyimpanan sementara lirnbah B3 dirurnah sakit harus
diternpatkan di TPS Limbah 83 sebelum dilakukan
pengangkutan, pengolahan dan atau penimbunan limbah.B3.
c) Penyimpanan limbah B3 menggunakan
wadah/tempat/kontainer limbah 83 dengan desain dan bahan
sesuai kelompok atau karakteristik limbabB3.
d) Penggunaan warna pada setiap kemasan dan/ atau wadah
Limbah sesuai karakteristik Limbah 83. Warna kemasan
dan/ atau wadah limbah 83 tersebutadalah:
• Merah, untuk limbahradioaktif;
• Kuning, untuk limbah infeksius dan limbahpatologis;

• Ungu, untuk limbah sitotoksik;dan


• Cokelat, untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa,
tumpahan, atau sisa kemasan, dan limbahfarmasi.
e) Pemberian simbol dan label limbah B3 pada setiap kemasan
dan/ atau wadah Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah B3.
Simbol pada kemasan dan/atau wadah Limbah B3 tersebut
adalah:
• Radioaktif, untuk Limbahradioak:tif;
• Infeksius, un tuk Limbah infeksius;dan

35
• Sitotoksik, untuk Limbahsitotoksik.
• Toksik/flammable/campuran/sesuai dengan
bahayanya untuk limbah bahankimia.
7) Lamanya penyimpanan lirnbah 83 untuk jenis limbah dengan
karakteristik infeksius, benda tajam dan patologis di rumah sakit
sebelum dilakukan Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan Limbah
B3, dan/ atau Penirnbunan Limbah 83, harus memenuhi ketentuan
sebagaiberikut:
a) Limbah meclis kategori infeksius, patologis, benda tajam harus
clisimpan pada TPS dengan subu lebih kecil atau samadengan
O oc
(nol derajat celsius) dalam waktu sampai dengan 90
(sembilan puluh) hari.
b) Limbah medis kategori infeksius, patologis, benda tajam dapat
disimpan pada TPS dengan suhu 3 sampai dengan 8 °C
(delapan derajat celsius) dalam waktu sampai dengan 7 (tujuh)
hari.
Sedang untuk limbah 83 bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa
kemasan, radioaktif, farmasi, sitotoksik, peralatan medis yang memiliki
kandungan logam berat tinggi, dan tabung gas atau kontainer
bertekanan, dapat disimpan cli tempat penyimpanan Limbah B3 dengan
ketentuan paling lama sebagai berikut:
a) 90 (sembilan puluh) hari, untuk Limbah 83 yang dihasilkan
sebesar 50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau lebih;atau
b) 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk Lirnbah B3 yang
dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari
untuk Limbah B3 kategori 1, sejak Limbah B3dihasilkan.

36
~ Pengangkutan limbah 83 di1akukan dengancara:
a) Pengangkutan limbah B3 keluar rumah sakit dilaksanakan apabila
tahap pengolahan limbah B3 diserahkan kepada pihak pengolah
atau penimbun limbah B3 dengan pengangkutan menggunakan jasa
pengangku tan limb ah B3 ( transporter lirn bahB3).
b) Cara pengangkutan limbah 83 harus clilengkapi dengan SPO dan
dapat dilakukan pemutakhiran secara berkala dan
berkesinambungan.
c) Pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan perjanjian
kerjasama secara three parted yang ditandatangani oleh pimpinan
dari pihak rumah sakit, pihak pengangkut limbah 83 dan pengolah
atau penimbun limbahB3.
d) Rumah sakit harus memastikanbahwa:
• Pihak pengangkut dan pengolah atau penimbun limbah B3
memiliki perizinan yang lengkap sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Izin yang dimiliki oleh
pengolah maupun pengangkut harus sesuai dengan jenis
limbah yang dapatdiolah/ diangkut.
• Jenis kendaraan dan nomor polisi kendaraan pengangkut
limbah B3 yang digunakan pihak pengangkut limbah 83 harus
sesuai dengan yang tercantum dalam perizinan pengangkutan
limbah B3 yangdimiliki.
• Setiap pengiriman Iirnbah B3 dari rumah sakit ke pihak
pengolah atau penimbun, harus disertakan manifest limbah B3
yang ditandatangani dan stempel oleh pihak rumah sakit, pihak
pengangkut dan pihak pengolah/penimbun limbah B3 dan
diarsip oleh pihak rumahsakit.
• Ditetapkan jadwal tetap pengangkutan limbah B3 oleh pihak
pengangk.ut limbahB3.
• Kendaraan angkut limbah B3 yang digunakan layak pakai,
dilengkapi simbol limbah 83 dan nama pihakpengangkut
limbah 83.
~ Pengolahan limbah B3 memenuhi ketentuan sebagaiberikut:
a) Pengolahan limbah 83 di RSUD Muntilan dilakukan secara

37
eksternalyaitu dengan melakukan kerja sama dengan pihak
transpporter maupun pengolah limbah 83 yang telah rnemiliki ijin,
sehingga tidak melakukan pengolahan secara internal denagn
pembakaran di incenerator.
b} Tata laksana pengolahan limbah B3 pelayanan medis dan penunjang
med.is di rumah sakit berdasarkanjenisnya adalah sebagaiberikut:
( 1) Limbah lnfeksius , BendaTajam dan jarum
• Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan
persediaan agen infeksius dari laboratorium barus
dimasukkan pada wadah yang rapat dan dalam keadaan
terikat.

• Benda tajarn clan jarum suntik harus dimasukan ke dalam


safety box yang tahan bocor kemudian diserah kan kepada
pihak ke Ill.
• Pengolahan oleh pihak ke III dilalrukan dengan
menggunakan mesin incenerator.
(2) LimbahFarmasi
Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikernbalikan kepada
distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak
memungkinkan dikernbalikan, dapat dimusnahkan ke perusahaan
pengolahan li.mbab 83.
(3) LimbahSitotoksis
• Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan dilarang dibuang
dengan cara penimbunan (land.fill) atau dibuang ke saluran
limbahumum.
• Pengolahan dilaksanakan dengan cara dikembalikan
keperusahaan atau distributornya, atau dilakukan
pengolahan dengan insinerasi. Bahan yang belum dipakai
dan kemasannya rnasih utuh karena kadaluarsa harus
dikem balikankedistributor.
• Insinerasi pada suhu tinggi 1.000 °C s/ d 1.200 °C
dibutuhkan untuk mengbancurkan semua bahan
sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat
menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya keudara.
(4) Lim bah BahanKimiawi
38
Pengolahan lirnbah kimia biasa dalam jumlah kecil

maupun besar harus diolab ke perusabaan pengolahan
limbah B3 apabila rumah sakit tidak merniliki kemampuan
dalarn mengolah limbah kimiaini.

• Limbah kimia dalam ben tuk cair harus di tampung dalam


kontainer yang kuat, terbuat dari bahan yang mampu
memproteksi efek dari karakteristik atau sifat limbah
bahan. kimia tersebut.

• Bahan kimia dalam bentuk cair sebaiknya tidak dibuang ke


jaringan pipa pembuangan air limbah, karena sifat
toksiknya dapat mengganggu proses biologi dalam unit
pengolah air limbah(IPAL)
• Untuk limbah bahan pelarut dalam jumlah besar sepert:i
pelarut halogenida yang mengandung klorin atau Dorin
tidak boleh diolah dalam mesin insinerator, kecuali
insineratornya dilengkapi dengan alat pembersihgas.
• Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia
terse but kedistribu tornya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan Iirnbah kimia:
• Limbah kimia yang komposisinya berbeda harus
dipisahkan untuk menghindari reaksi kimia yang tidak
diinginkan.
• Limbab kimia dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun di
atas tanah karena dapat mencemari airtanah.
• Limbah kimia disinfektan dalarn jumlah besar ditempatkan
dalarn kontainer yang kuat karena sifatnya yang korosif
dan mudahterbakar.
(5) Limbah dengan Kandungan Logam BerarTinggi
• Limbah dengan kandungan merkuri atau kadmium
dilarang diolah di mesin insinerator, karena berisiko
mencemari udara dengan uapberacun.
• Cara pengolahan yang dapat dilakukan adalah
menyerahkan k.e perusahaan pengolahan Iirnbah B3.
Sebelum dibuang, maka limbah disimpan sementara di TPS

39
Limbah B3 dan diawasi secaraketat.
(6) Kontainer8ertekanan
{a) Cara yang terbaik untuk menangaru limbah kontainer
bertekanan adalah dikembalikan ke distributor untuk
pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair
dan dikemas dalam botol harus diperlakukan sebagai
limbah 83.
~ Limbah jenis ini dilarang diJakukan pengolahan dengan
mesin insinerasi karena dapatmeledak.

(c) Hal yang harus diperhatikan terkait limbah kontainer


bertekananadalah:
• Kontainer yang masih utuh, harus dikembalikan
kepenjual/ distribu tornya, meliputi:
Tabung atau silinder nitrogen oksida yang
biasanya disatukan dengan peralatananestesi.
Tabung atau silinder eti1inoksida yang biasanya
disatukan dengan peralatansterilisasi
Tabung bertekanan untuk gas lain seperti
oksigen, nitrogen, karbondioksida, udara
bertekanan, siklo propana, hidrogen, gas elpiji,
danasetilin.
• Kontainer yang sudah rusak, dan tidak dapat diisi
ulang harus diolah ke perusahaan pengolah lim bah
83.
Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan di perlakukan
cara pengolahannya sebagai limbah B3. Kaleng aerosol dalam
jumlah banyak sebaiknya dikembalikan ke
penjual/ distributomya.
(7) Limbah Radioaktif
• Pengelolaan lim bah radioaktif yang aman harus
mengikuti ketentuan peraturanperundang-undangan.
• Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif
yang terbuka untuk keperluan diagnosa, terapi atau
penelitian harus menyiapkan. tenaga kbusus yang terlatih

40
khusus di bidangradiasi.
• Tenaga tersebut bertanggung jawab dalarn pemakaia.n
bahan radioaktif yang aman dan m.elakukan pencatatan.
• Petugas proteksi radiasi secara rutin mengukur dan
melakukan pencatatan dosis radiasi limbah radioaktif
[limbah radioaktif sumber terbuka). Setelah memenuhi
batas aman (waktu paruh minimal), diperlakukan sebagai
limbah medis
Memiliki instrumen kalibrasi yang tepat untuk monitoring

dosis dan kontarninasi. Sistem pencatatan yang ketat akan
menjamin keakuratan dalam melacak limbah radioaktif
dalam pengiriman maupun pengolahannya.

• Penanganan limbah radioaktif dilakukan sesuai dengan


ketentuan peraturanperundang-undangan.
c) Pengolahan secara eksternal di.lakukan melalui kerja sama dengan
pihak pengolah atau penimbun limbah B3 yang telah memilikiijin.
Rumah Sakit (penghasil) wajib bekerja sama dengan pihak ke Ill yakni
pengolah dan pengangkut yang dilakukan secara terintegrasi yang
dituangkan dalam satu nota kesepakatan an tara rumah saki t,
pengolah, dan pengangkut. Nata kesepakatan memuat tentang hal- hal
yang wajib dilaksanakan dan sangsi bila kesepakatan tersebut tidak
dilaksanakan sekurang-kurangnya memuat tentang:
(1) Frekuensipengangkutan
(2) Lokasi pengambilan lim bahpadat
(3) Jenis limbah yang diserahkan kepada pihak pengolah, sehingga
perlu dipastikan jenis Limbah yang dapat diolah oleh pengolah
sesuai izin yangdimiliki.
(4) Pihak pengolah dan pengangkut mencantumkan nomor dan waktu
kadaluarsa izinnya.
~ Pihak pengangkut mencanturnkan nornor izin, nomor polisi
kendaraan yang akan digunakan oleh pengangkut, dapa t
clicantumkan lebih dari 1 (satu)kendaraan.
~ Besaran biaya yang dibebankan kepada rumahsakit.
(7) Sangsi bila salah satu pihak tidak memenuhikesepakatan.

41
(8J Langkah-langkah pengecualian bila terjadi kondisi tidakbiasa.
f)) Hal-hal lain yang dianggap perlu disepakati agar tidak terjadi
perbuatan yang bertentangan denganperaturan.
• Sebelum melakukan kesepakatan, rumah sakit harus
rnemastikanbahwa:
Pihak pengangkut dan pengolah atau penimbun limbah
83 memiliki perizinan yang lengkap sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin yang
dimiliki oleh pengolah maupun pengangkut harus sesuai
dengan jenis limbah yang dapatdiolah/ diangkut.
Jenis kendaraan dan nomor polisi kendaraan pengangkut
limbah B3 yang digunakan pihak pengangkut limbah 83
harus sesuai dengan yang tercantum dalam perizinan
pengangkutan Lim bah 83 yangdimiliki.

• Set iap pengiriman limbah 83


dari rumah sakit ke pihak pengolah atau penimbun, harus
disertakan manifest limbah B3 yang ditandatangani dan
stempel o.leh pihak rumah sakit, pihak pengangkut dan pihak
pengolah/penimbun limbah 83 dan diarsip oleh pihak
rumahsakit.
• Kendaraan angkut limbah B3 yang digunakan layak pakai,
dilengkapi sim bol limbah 83 dan nama pihak pengangku t
limbah B3.
d) PenangananKedaruratan
Dalarn kondisi darurat baik karena terjadi kebak:aran dan atau bencana
lainnya di rumah sakit, untuk menjaga cakupan penanganan limbah B3
tetap maksimal, rumah sakit perlu menyusun prosedur kedaruratan
penanganan limbah B3 rumah sakit. Prosedur penanganan kedaruratan
limbah B3 tersebut dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
• Bagi rumah sakit yang menyerahkan seluruh pengolahan limbahnya
ke pihak pengolah atau penimbun limbah B3 (off-site), maka dalam
kondisi darurat sistem pengolahan ini harus tetap dilaksanakan
meskipun dengan Irekuensi pengambi1an limbah B3 yang tidak
normal.

42
Bagi rumah sakit yang mengolah limbahnya dengan sistern

kombinasi on-site clan off-site, mesin pengolah lim bah B3 mengalami
kegagalan operasro· al , maka dalam kondisi darurat sistem
n
penanganan limbah B3 diganti dengan sistem total off-site, dimana
seluruh limbah B3 yang dihasilkan clis.erahkan ke pihak pengolah
atau penimbun lirnbah B3.
e) Penyediaan fasilitas penanganan limbah B3
(1) Fasilitas penanganan limbah B3 di rumah sakit meliputi wadah
penampungan limbah B3 diruangan surnber, alat pengangkut lirnbah

B3, TPS Limbah B3

~ Wadah penampungan limbah B3 di ruangan sumber


harus memenuhi ketentuan teknis sebagaiberikut:
• Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air,
antikarat dan dilengkapi penutup
• Ditempatkan di lokasi yang tidak mudab d.ijangkau sembarang
orang
• Dilengkapi tulisan limbah 83 dan simbol B3 dengan ukuran
dan bentuk sesuai standar di permukaanwadah
• Dilengkapi dengan alateyewash
• Dilengkapi logbook sederhana
• Dilakukan pembersihan secaraperiodik
l3) Alat angkut (troli) limbah 83, harus memenuhi ketentuan teknis
sebagai berikut:
• Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air, anti
karat dan dilengkapi penutup danberoda
• Disimpan di TPS limbah B3, dan dapat dipakai ketika
cligunakan untuk mengambil dan mengangkut limbah 83 di
ruangan surnber
• Dilengkapi tulisan limbah 83 dan simbol 83 dengan ukuran
dan bentuk sesuai standar, di clincling depan keretaangkut
• Dilakukan pernbersihan kereta angkut secara periodik dan
berkesinam bungan
(4) TPS Lim.bah B3 harus memenuhi ketentuan teknis sebagaiberikut:
• Lokasi di area servis (services area), lingkungan bebas banjir

43
dan tidak berdekatan dengan kegiatan pelayanan dan
permukiman penduduk disekitar rurnahsakit
• Berbentuk bangunan tertutup, dilengkapi dengan pintu,
ventilasi yang cukup, sistern penghawaan (exhause fan), sistem
saluran (drain) menuju bak control dan atau IPAL dan jalan
akses kendaraan angkut limbahB3.
• Bangunan dibagi dalam beberapa ruangan, seperti ruang
penyimpanan limbah B3 infeksi, ruang limbah B3 non infeksi
fase cair dan limbah B3 non infeksi fasepadat.
• Penempatan limbah 83 di TPS dikelornpokkan menurut
sifat./ karakteristiknya.

• Untuk limbah 83 cair seperti olie bekas ditempatkan di drum


anti bocor dan pada bagian alasnya adalah lantai anti rembes
dengan dilengkapi saluran dan tanggul untuk menampung
tumpahao akibat kebocoran limbah 83cair
• Limbah B3 padat dapat diternpatkan di wadab atau drum yang
kuat, kedap air, anti korosif, mudah dibersihkan dan bagian
alasnya ditempatkan d udukan kayu atauplastic(pallet)
• Setiap jenis lirnbah 83 ditempatkan dengan wadah yang
berbeda dan pada wadah tersebut diternpel label, simbol limbah
83 sesuai sifatnya, serta panah tanda arah penutup, dengan
ukuran dan bentuk sesuai standar, dan pada ruang/ area
tempat wadah diletakkan ditempel papan namajenis limbahB3.
• Jarak penempatan antar tempat pewadahan limbah B3 sekitar
50cm.
• Setiap wadah limbah B3 di lengkapi simbol sesuai dengan
sifatnya, danlabel.
• Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, fasilitas
penerangan, dan sirkulasi udara ruangan yangcukup.
• Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keamanan dengan
rnemasang pagar pengaman dan gembok pengunci pintu TPS
dengan penerangan luar yang cuk:up serta ditempel nomor
telephone darurat seperti kantor satpam rumah sakit, kantor
pemadam kebakaran, dan kantor polisiterdekat.

44
• TPS dilengkapi dengan papan bertuliskan TPS Limbah B3,
tanda larangan masuk bagi yang tidak berkepentingan, simbol
B3 sesuai dengan jenis limbah B3, dan titik koordinat lokasiTPS
• TPS Dilengkapi dengan tempat penyimpanan SPO Penanganan
limbah B3, SPO kondisi darurat, buku pencatatan (logbook)
limbah B3
• TPS Dilakukan pembersihan secara periodik dan limbah basil
pembersihan disalurkan ke jaringan pipa pengumpul air limbah
dan atau unit pengolah air limbah(IPAL).
ij Perizinan fasilitas penanganan limbahB3
• Setiap Iasilitas penanganan limbah B3 di rumah sakit harus
dilengkapi izin dari instansi pernerintah yang berwenang.
Fasilitas tersebut adalah TPS Limbah B3 sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
• Rurnah sakit menyiapkan dokumen administrasi yang
dipersyaratkan instansi pemerintah yang mengeluarkan izin dan
mengajukan izin baru atau izinperpanjangan
• Setiap izin fasilitas penanganan limbah B3 harus selalu
diperbaharui bila akan habis masaberlakunya
• Surat izin fasilitas penanganan limbah B3 harus di
dokum.entasikan dan dimonitor

g) Pelaporan limbahB3
• Rumab sakit menyampaikan laporan limbah B3 minimum setiap 1
(satu) kali per 3 (tiga) bulan. Laporan ditujukan kepada instansi
pemerintah sesuai ketentuan yang ditetapkan. lnstansi pernerintah
tersebut bisa Kementerian Lingkungan Hidup clan Kehutanan, Dinas
atau Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan
Provinsi atauKabupaten/ Kota;
• Isi laporan berisi:
Skema penanganan limbah B3, izin alat pengolah limbah B3,
clan bukti kontrak kerjasama (MoU) dan kelengkapan perizinan
bila penanganan limbah B3 diserahkan kepada pihak
pengangkut, pengolah ataupenimbun.
Logbook limbah B3 selarna bulan periodelaporan
45
Neraca limbah selama bulan periodelaporan,
Lampiran manifest limbah B3 sesuai dengan kodelembarannya
• Setiap laporan yang disampaikan disertai dengan buk:ti tanda terirna
laporan

c. Penyelenggaraan Pengamanan LimbahCair


Pengamanan limbah cair adalah upaya kegiatan penanganan limbab cair
yang terdiri dari penyaluran dan pengolahan dan pemeriksaan limbah
cair untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan dan lingkungan hidup
yang ditimbulkan limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan kegiatan
rumah sakit memiliki beban cemaran yang dapat menyebabkan
pencemaran terbadap lingkungan hidup dan menyebabkan
gangguankesehatan manusia. Untuk itu, air limbah perlu dilakukan
pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan, agar kualitasnya memenuhi
baku mutu air limbah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan. Limbah Cair rumah sakit juga
berpotensi untuk: dilakukan daur ulang untuk tujuan penghematan
penggunaan air di rumah sakit. Untuk itu, penyelenggaraan pengelolaan
limbah cair harus memenuhi ketentuan di bawah ini:
1) Rumah sakit memiliki Unit Pengolahan Limbah Cair (1PAL) dengan
teknologi yang tepat dan desain kapasitas olah limbah cair yang
sesuai dengan volume limbah cair yangdihasilkan.
~ Unit Pengolahan Limbah Cair harus dilengkapi dengan fasilitas
penunjang sesuai denganketentuan.
~ Memenuhi frekuensi dalam pengambilan sampel limbah cair, yakni 1
(satu) kali perbulan.
4) Memenuhi baku mutu efluen Limbab cair sesuai peraturan
perundang-undangan.
~ Memenuhi pentaatan pelaporan hasil uji laboratorium limbah cair
kepada instansi pemerintah sesuai ketentuan minimum setiap 1
( satu) kali per 3 (tiga) bulan.
~ Unit Pengolahan LimbahCair:
(a) Limbah cair dari seluruh sumber dari bangunan/kegiatan
rumah sakit harus diolah dalam Unit Pengolah Limbah Cair
(JPAL) dan kualitas limbah cair efluennya harus memenuhi baku
46
mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebelum dibuang ke lingkungan perairan. Air hujan dan limbah
cair yang termasuk kategori limbah B3 dilarang disalurkan ke
IPAL.
(b) IPAL ditempatkan pada lokasi yang tepat, yakni di area yang
jauh atau tidak menganggu kegiatan pelayanan rumah sakit
dan diupayakan dekat dengan badan air penerirna (perairan)
untuk memudahkanpembuangan.
(tj Desain kapasitas olah IPAL harus sesuai dengan perhitungan
debit maksimal limbah cair yang dihasilkan ditambah faktor
keamanan (safety factor)±. 10%.
(d) Lumpur endapan rPAL yang dihasilkan apabila dilakukan
pembuangan atau pengurasan, maka penanganan lanjutnya
harus diperlakukan sebagai limbahB3.

(e} Untuk rumah sakit yang belum memiliki lPAL, dapat mengolah
limbah cairnya secara off-site bekerjasama dengan pihak
pengolah limbah cair yang telah merniliki izin. Untuk itu, maka
rumah sakit harus menyediakan bak penampung sementara air
Iimbah dengan kapasitas minimal 2 (dua) kali volume limbah
cair maksimal yang dihasilkan setiap harinya dan
pengangkutan limbah cair dilaksanakan setiaphari.
(ij Untuk limbah cair dari sumber tertentu di rumah sakit yang
memiliki karateristik khusus harus di lengkapi dengan
pengolahan awal (pre-treatment) sebelurn disalurkan menuju
IPAL. Limbah cair tersebutmeliputi:
• Limbah cair dapur gizi dan kantin yang memi1iki
kandungan rninyak dan lemak tinggi harus dilengkapi pre•
treatment berupa bak penangkaplemak/ rninyak ( Grease
trap).
• Lim.bah calf laundry yang memiliki kandungan bahan
kimia dan deterjen tinggi harus dilengkapi pre•
treatmenberupa ba.k pengolah deterjen dan bahankimia
• Limbah cair laboratorium yang terdiri limbah merniliki
kandungan bahan kimia tinggi harus dilengkapi pre-

47
treatmenya berupa bak pengolah bahankimia
• Lim bah cair rontgen yang memiliki perak tinggi harus
dilengkapi penampungan sementara dan tahapan
penanganan selanjutnya diperlakukan sebagai limbahB3
• Limbah cairan tubuh infeksius, darah dan komponen
darah yang berasal dari Laborato.rium/BDRS, Ka.mar
Operasi, Kamar Bersalin pembuangannya lewat spoolhok
sebelum rnasuk ke IPAL.
• Limbah cair dari pencucian kamar jenazah dibuang ke
saluran IPAL
~ Jaringan pipa penyaluran limbah cair dari sumber menuju unit
pengolahan air limbah melalui jaringan pipa tertutup dan
dipastikan tidak mengalami mengalamikebocoran.
7) Kelengkapan Fasilitas Penunjang Unit Pengolahan LimbahCair
a) IPAL harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang sesuai dengan
ketentuan peraturanperundang-undangan.
b] Kelengkapan fasilitas penunjang tersebutadalah:

(1) Bak pengambilan contoh air limbah yang dilengkapi


dengan tulisan "Ternpat Pengambilan Contoh Air
Limbahlnfluen"dan/ atau "Tempat Pengambilan Contoh
Air Limbah Efluen".
(2) Alat ukur debit air limbah pad a pipa inflen dan/ atau pipa
efluen
(3) Pagar pengaman area IPAL dengan lampu penerangan yang
cukup dan papan larangan masuk kecuali yang
berkepentingan.
(4l Papan tulisan titik koordinat IPAL rnenggunakan Global
Positioning Sistem(GPS).
(5) Fasilitas keselamatan IPAL. Uraian selengkapnya diuraikan
pada Sub Bab Pengawasan Keselamatan Fasilitas
Kesehatan Lingkungan.

~ Penaatan frekuensi pengambilan contoh limbah cair sebagaiberikut:


a) Setiap rumah sakit harus melakukan pemeriksaan contoh
limbah cair di laboratorium, minimal Iirnbah cair efluennya
48
dengan frekuensi setiap 1 (satu) kali perbulan.
b) Apabila diketahui basil pemeriksaan Jaboratorium
menunjukkan kualitas limbah cair tidak memenuhi baku rnutu,
segera Jakukan analisis dan penyelesaian rnasalah, dilanjutkan
dengan pengiriman ulang limbah cair ke laboratorium pada
bulan yang sama. Untuk itu, pemeriksaan limbah cair
disarankan dilakukan di awalbulan.
~ Penaatan kualitas limbah cair agar memenuhi baku mutu limbah
cair sebagaiberikut:
a) Dalam pemeriksaan kualitas air limbah ke laboratorium, maka
seluruh parameter pemeriksaan air limbah baik fisika, kirnia
dan mikrobiologi yang disyaratkan harus dilakukan
ujilaboratorium,
b) Pemeriksaan contoh limbah cair harus menggunakan
laboratorium yang telah terak:reditasi secaranasional.
c) Pewadahan contoh air limbah menggunakan jirigen warna putih
atau botol plastik bersih dengan volume minimal 2 (dua)liter.
d) Rumah sakit wajib melakukan swapantau harian air limbah
dengan parameter minimal DO, suhu danpH.
e) IPAL di rumah sakit harus dioperasikan 24 {dua puluh empat)
jam per hari untuk menjamin kualitas limbah cair hasil
olahannya mernenuhi baku mutu secaraberkesinambungan.
1) Petugas kesehatan lingkungan atau teknisi terla.tih harus
melakukan pemeliharaan peralatan mekanikal dan elektrikal
IPALdan pemelihara.an proses biologi IPALagar tetapoptimal.
g) Dilarang melakukan pengenceran dalam pengolahan limbah
cair, baik rnenggunakan air bersih dan/atau air pengencer
sum berlainnya.
h) Mela.kukan pembersihan sarnpah-sampah yang masuk bak
penyaring kasar diIPAL.
i) Mela.kukan monitoring dan pemeliharaan terhadap fungsi dan
kinerja mesin dan a.lat penunjang prosesIPAL.
1q Penaatan pelaporan limba.h cair adalah:
a) Rumah sakit menyarnpaikan laporan basil uji laboratoriurn
limbah cair efiueni IPAL minimum setiap 1 {satu) kali per 3
(tiga)
49
49
bulan. Laporan ditujukan kepada instansi pemerintah sesuai
ketentuan yang ditetapkan. Instansi pemerintah tersebut bisa
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas
Lingkungan Hidup atau Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Dinas Kesehatan Provinsi atauKabupaten / Kota;
b) Isi laporan berisi:
• Penaatan terhadap frekuensi sampling limbah cair yakni 1
(satu) kali perbulan.
• Penaatan terhadap jumlah parameter yang diuji
laboratoriurn, sesuai dengan baku mutu yang dijadikan
acuan.
• Penaatan kualitas limbah cair hasil pemeriksaan
laboratorium terhadap baku mutu limbah cair, dengan
mengacu pada peraturanperundang-undangan.
c) Setiap laporan yang disampaikan disertai dengan bukti tanda
terima laporan.
d. Penyenggaraan Pengamanan Limbah Gas
Pengamanan lirnbah gas adalah upaya kegiatan penanganan limbah gas
yang terdiri dari pemilihan, pemeliharaan dan perbaikan utilitas rurnah
sakit berbasis emisi gas yang tepat dan perneriksaan limbah gas untuk
mengurangi risiko gangguan kesehatan dan lingkungan hidup yang
ditimbulkan. Kegiatan operasional dan utilitas rumah sakit menghasilkan
ernisi gas buang dan partikulat yang akan berdampak pada pencemaran
udara dan gangguan kesehatan masyarakat. Sumber ernisi gas buang
dominan dari rumah sakit berasal dari emis.i kendaraan parkir, , cerobong
genset dan tungku asap dapur, sehingga perlu dilakukan pengelolaan
untuk menjaga kualitas udara ambien lingkungan rumah sakit tetap
terjaga dengan baik. Untuk penyelenggaran mengelola Iimbah gas dan
part.ikulat ini, maka rumah sakit harus memenuhi ketentuan dibawah ini:
1) Memenuhi penaatan dalam frekuensi pengambilan contoh
pemeriksaan emisi gas buang dan udara ambien luar sesuai dengan
ketentuan yangberlaku.
~ Kualitas emisi gas buang dan partikulat dari cerobong harus
rnemenuhi standar kualitas. udara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang standar k:ualitas gas emisi

50
sumber tidakbergerak:.
3) Memenuhi penaatan pelaporan hasil uji atau pengukuran
laboratorium limbah gas kepada instansi pemerintah sesuai
ketentuan, minimal setiap 1 kalisetahun.
4} Setiap sumber ernisi gas berbentuk cerobong tinggi seperti generator
set dilengkapi dengan fasilitas penunjang ujiemisi.
Untuk mencapai pemenuhan. pengamanan limbah gas dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan rumah sakit, maka dilaksanakan upaya sebagai berikut:
1) Penaatan frek:uensi pengambilan contoh limbahgas
a) Setiap rumah sakit harus melakukan pemeriksaan laboratorium
emisi gas buang dan udara ambien luar dengan ketentuan
frekuensi sebagai berikut:
• Uji emisi gas buang dari cerobong genset ( Kapasitas<
1.000 KVa), setiap 1 (satu) kalisetahun.
• Uji udara ambien dihalaman luar rumah sakit, minimal
setiap 1 (satu) kalisetahun.
b) Pengujian ernisi gas buang dilaksanakan oleh laboratorium yang
telah terakreditasi nasional dan masih dalam masa berlaku.

~ Pengelolaan limbah gas yang memenuhistandar


a) Sum ber gas buang tidak bergerak seperti gen set harus
dilakukan program pemeliharaan terhadap mesin bakarnya
untuk menjaga agar kualitas gas emisi tetap memenuhi syarat.
Upayakan mengganti bahan bakarnya dengan bahan bakar
yang lebih ramahlingkungan.
~ Penaatan pelaporan limbahgas
a) Rurnah sak:it menyampaikan laporan hasil uji/ pengukuran
laboratorium ernisi gas buang dan udara ambien sesuai
ketentuan. Laporan ditujukan kepada instansi pernerintah
sesuai ketentuan, seperti Kernenterian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup atau Sadan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan dinas kesehatan pemerintah daerah
provmsi a tau din as kesehatan pemerintah daerah
kabupaten/ kota.
b) Isi laporan
• Pentaatan terhadap frekuensi sampling emisi gas buang
dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya
radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan, investigasi, dan
mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang terpajan
atau alat yang mengandung radiasi. Pasien, pengunjung dan karyawan
rumah sakit perlu dijaga kesehatannya dari efek yang ditimbulkan oleh
sumber radiasi meliputi radiologi. Untuk itu diperluka.n upa.ya
perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak radiasi melalui
promosi, pemantauan dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi pada
sumber, media lingkungan dan manusia yang terpajan atau alat yang
mengandung radiasi. Dalam melaksanakan penyelenggaraan
pengamanan radiasi, rnaka harus rnemenuhi standar baku mutu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan
pengamanan radiasi dilak:ukan melalui upaya sebagaiberikut:

a. Perizinan
Setiap rumah sakit yang memanfaatkan peralatan yang memajankan
radiasi dan menggunakan zat radioaktif, harus memperoleh izin dari
Badan Pengawas TenagaNuklir.
b. Sistem PembatasanDosis
Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja a.tau masyarakat tidak
boleh melebihi nilai batas dosis yang ditetapkan oleh Sadan
Pengawas Tenaga Nuklir.
c. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap
Pemanfaatan RadiasiPengion.
1) Organisasi
Setiap pengelola rumah sakit yang mempunyai pelayanan radiasi
harus memiliki organisasi proteksi radiasi, dimana petugas
proteksi radiasi tersebut telah merniliki surat IJm sebagai
petugas radiasi dari Badan Pengawas TenagaNuklir.
~ Pera.Iatan ProteksiRadiasi
Pengelola rumah sakit yang mempunyai pelayartan radiasi harus
melengkapi dengan peralatan proteksi radiasi, pemantau dosis
perorangan, pemantau daerah kerja dan pemantau lingkungan
hidup sesuai denganjenis sumber radiasi yang digunakan.
~ Pemantauan DosisPerorangan

53
a) Pengelola r'umah sakit yang mempunyai pelayanan
radiologi. (radiasi], mewajibkan setiap pekerja radiasi untuk
memakai peralatan pemantau dosis perorangan, sesuai
dengan jenis instalasi dan sumber radiasi yang digunakan
dan dilakukan pencatatan dosis secara ketat setiap 3 (tiga)
bulan dan menggunakan alat proteksi diri setiap
melakukanpekerjaannya.
b) Pengamanan terhadap bahan yang memancarkan radiasi
hendaknya mencakup rancangan instalasi yang memenuhi
persyaratan, penyecliaan pelindung radiasi ataukontainer,
c) Proteksi radiasi yang disediakan harus mempunyai
ketebalan tertentu yang mampu menurunkan laju dosis
radiasi. Tebal bahan pelindung sesuai jenis dan energi
radiasi, aktivitas dan sumber radiasi, serta sifat bahan
pelindung. Proteksi radiasi harus clicek kondisinya secara
rutin.
d) Perlengkapan dan peralatan yang disediakan adalah
monitoring perorangan, surveirneter, alat untuk
mengangkat dan mengangkut, pakaian kerja,
dekontaminasi kit, alat-alat perneriksaan tanda-tanda
radiasi.
4) PemeriksaanKesehatan
a) Pengelola rumah sakit harus rnenyelenggarakan
pemeriksaan kesehatan awal secara teliti dan menyeluruh,
untuk setiap orang yang akan bekerja seba.gai pekerja
radiasi, secara berkala selama bekerja sekurang•
kurangnya 6 ( enam) bulansekali.
b) Pengelola rumah sakit harus memeriksa a:kaR kesehatan
pekerja radiasi yang akan memutuskan hubungan kerja
kepada dokter yang ditunjuk, dan hasil pemeriksaan
kesehatan diberikan kepada pekerja radiasi yang
bersangkutan.
c) Dalam hal terjadi kasus penyakit yang disebabkan pajanan
radiasi, pengelola rumah sakit harus memberikan
perlindungan dan jaminan keselamatan dan kesehatan

54
saat bekerja danpurnakerja.
~ PenyimpananDokumentasi
Pengelola rumah sakit harus tetap menyimpan dokumen yang
memuat catatan dosis hasil pemantauan daerah kerja,
lingkungan dan kartu kesehatan pekerja selama 30 (tiga puluh)
tabun sejak pekerja radiasi berhenti bekerja.
~ Pendidikan danPelatihan
Setiap pekerja harus memperoleh pendidikan dan pelatihan
ten tang keselamatan dan kesehatan kerja terhadap radiasi.
Pengelola rumah sakit bertanggung jawab atas pendidikan

danpelatihan.
7) Kalibrasi
a) Pengelola rumab sakit wajib mengkalibrasikan alat ukur
radiasi secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
setahun.
b). Pengelola rumah sakit wajib mengkalibrasi keluaran radiasi
(output) peralatan radioterapi secara berkala sekurang•
kurangnya l(satu) kali per 2tahun.
c) Kalibrasi hanya dapat dilakukan oleh instansi yang telah
terakreditasi dan ditunjuk oleh Badan Pengawas Tenaga
Nuklir
d. Penanggulangan Kecelakaan Radiasi
1) Pengelola rumah sakit harus melakukan upaya pencegahan
terjadinya kecelakaanradiasi.
~ Dalam hal terjadi kecelakaan radiasi, pengelol.a rumah sakit
harus rnelakukan upaya penanggulangan diutamakan pada
keselamatan manusia di rumahsakit.
~ Lokasi tempat kejadian harus diisolasi dengan memberi tanda
khusus seperti pagar, barang atau bahan yang terkena
pancaran radiasi segera diisolasi kemudian didekontarninasi.
4l Jika terjadi kecelakaan radiasi, pengelola rumah sakit harus
segera melaporkan terjadinya kecelakaan radiasi dan upaya
penanggulangannya kepada Badan Pengawas Tenaga Nuklir dan
instansi terkaitlainnya.
e. Pengelolaan LimbahRadioaktif

55
1) Pemilahan menurut jenis yaitu limbah cair dan limbahpadat.

~ Limbah radioak ti f yang berasal dari luar negeri tidak dizi.nkan


untuk disimpan di wilayahlridonesia Penghasil limbah radioaktif
tingkat rendah dan tingkat sedang wajib mengumpulkan,
mengelompokkan, atau mengolah dan menyimpan sementara
limbah radioaktif sebelum diserahkan kepada Badan Tenaga
Atom Nasional(BATAN).
3) Pengelolaan limbah radioaktif pada unit kedokteran nuklir
dilakukan

G. Penyelenggara.an Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit adalah upaya untuk


mencegab dan menegndalikan populasi serangga, tikus, dan binatang
pembawa penyakit lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi media
penularan penyakit. Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu
dan persyaratan pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit
dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka
dilakukan upaya pengendalian vektor danbinatang
pem bawa penyakit sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Kesehatan yang mengatur mengenai standar baku mutu dan persyaratan
pengendalian vektor dan binatang pernbawa penyakit. Pengendalian
vektor dan binatang pembawa penyakit di RSUD Muntilan dilaksanakan
dengan kerja sarna dengan pihak ke III. Adapun kegiatan yang dilakukan
oleh Pihak ke Ill adalah sebagai berikut :

a. Pengendalian tikus, kecoa, nyamuk, lalat, lalat lirnbah, semut


dan kucing.
b. Pengendalian oleh pihak ke III dengan melakukan treatment di
area dilakukan satu minggu sekali yang meliputi kegiatan
pemasangan Glue trap, perangkap tikus dan kucing, spraying
untuk kecoa dan lalat limbah.
c. Sedangkan untuk kegiatan surveilance yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan lingkungan adalah survei jentik, survey
kepadatan lalat.

H. Penyelenggaraan Pengawasan Linen(Laundry)


56
56
Pengawasan linen adaJah upaya pengawasan terhadap tahapan-tahapan
pencucian linen di rurnah sakit untuk mengurangi risiko gangguan
kesehatan dan lingkungan hidup yang ditimbulkan. Linen merupakan
salah satu kebutuhan pasien dirumah sakit yang dapat memberikan
dampak kenyarnanan dan jarninan kesehatan. Pengelolaan linen yang
buruk akan menyebabkan potensi penularan penyakit bagi pasien, staf
dan pengguna linen lainnya. Untuk mewujudkan kualitas linen yang
sehat dan nyarnan serta arnan, maka dalarn pengelolaan linen di rumah
sakit harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Suhu air panas un tuk pencucian 70°C dalam waktu 25 men it atau
95°C dalam waktu 1 Omenit.
2. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian
dilengkapi Informasi Data Keamanan Bahan (MSDS) agar
penanganan risiko paparannya dapat tertangani secara cepat dan
tepat.
3. Standar kuman bagi linen dan seragam tenaga medis bersih setelah
keluar dari proses cuci tidak mengandung 20 CFU per 100 cm
persegi.
4. Pintu masuk linen kotor dan pin tu keluar linen bersih harus berbeda
atausearah.
5. Jarak rak linen dengan plafon: 40cm.
6. Dilakukan identifi.kasi jenis B3 yang didigunakan laundry dengan
membuat daftar inventori B3 dapat berupa tabel yang berisi
informasi jenis 83, karakteritiknya, ketersediaan MSDS, cara
pewadahan, cara penyimpanan dan simbol LimbahB3.
7. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian
dilengkapi Informasi Data Keamanan Bahan (MSDS) agar
penanganan risiko paparannya dapat tertangani secara cepat dan
tepat.
8. Ditempat laundry tersedia keran air keperluan higiene dan sanitasi
dengan tekanan cukup dan kualitas air yang memenuhi persyaratan
baku mutu, juga tersedia air panas dengan tekanan dan suhu yang
memadai.
9. Bangunan laundry dibuat permanen dan memenuhi persyaratan
pedoman teknis bangunan laundry rumah sakit atau sesuai dengan
ketentuan peraturanperundang-undangan.
10. Rumah Sakit melakukan pencucian secara terpisah antara linen
infeksius dannoninfeksius.
11. Khusus untuk pencucian linen infeksius dilakukan diruangan
khusus yang tertutup dengan clilengkapi sistem sirkulasi udara
sesuai denganketentuan.
12. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang
dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan
ke unit pengolahan airlimbah.
13. Bangunan laundry terdiri dari ruang-ruang terpisah sesuai
kegunaannya yaitu ruang linen kotor dan ruang linen bersih harus
dipisahkan dengan dinding yang permanen, ruang untuk
per1engkapan kebersiban, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta
linen, kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untuk alat-alat
termasuk linen.
14. Laundry harus dilengkapi "ruang antara" untuk tempat transit
keluar-masuk petugas laundry untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme,
15. Alur penanganan proses linen mulai dari linen kotor sampai dengan
linen bersih harus searah (Hazard Analysis and Critical ControlPoint).
16. Dalam area laundry tersedia fasilitas wastafel, pernbilas mata (eye
washer) dan atau pembilas badan (body washer) dengan dilengkapi
petunjukarahnya.
17. Proses pencucian laundry yang dilengkapi dengan suplai uap pan as
(steam), maka seluruh pipa steam yang terpasang harus aman
dengan dilengkapi steam trap atau kelengkapan pereduksi panas
pipa lainnya.
18. Ruangan laundry clilengkapi ruangan menjahit, gudang khusus
untuk menyimpan bahan kimia untuk pencucian dan dilengkapi
dengan penerangan, suhu dan kelembaban serta tanda/simbol
keselamatan yangmemadai.
19. Perlakuan terhadaplinen:
a. Pengumpulan
1) Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dirnulai
dari sum ber dan memasukkan linen kedalam

58
kantongplastik sesuai jenisnya serta diberi label.

~ Menghitung dan mencatat linendiruangan.


~ Dilarang melakukan perendaman linen kotor di ruangan
sumber.
b. Penerimaan
1) Mencatat linen yang diterima dan telah dipilah antara
infeksius dan noninfeksius.
~ Linen dipilah berdasarkan tingkatkekotorannya.
c. Pencucian
1) Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan
kapasitas mensin cuci dan kebutuhan deterjen dan
disinfektan.
~ Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah dan
mun tahan dengan menggunakan mesin cuciinfeksius.
~ Mencuci dikelompokan berdasarkan tingkatkekotorannya.
4) Pengeringan linen dengan me sin pengering ( dryer) sehingga
didapat hasil pengeringan yangbaik.
~ Penyeterikaan dengan rnesin seterika uap, rnesin flat ironer
sebingga didapat hasil seterikaan yangbaik.
~ Linen bersih harus ditata sesuai jenisnya dan sistem stok
lirien (minimal 4 bagian) dengan sistem first in firstout.

d. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari


petugas penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih
kepada petugas ruangan sesuai kartu tandaterima.
e. Pengangkutan
1) Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan
dengan kantong yang digunakan untuk membungkus linen
kotor.
~ Menggunakan kereta yang berbeda dan tertutup antara
linen bersih dan linen kotor. Untuk ke.reta linen kotor
didesain dengan pintu membuka keatas dan untuk linen
bersih dengan pintu membuka ke samping, dan pada
setiap sudut sam bungan permukaan kereta harus ditutup
dengan pelapis (siller) yang kuat agar tidak bocor.
59
~ Kereta dorong ha.rus dicuci dengan disinfektan setelah
digunakan mengangkut linenkotor.
4) Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh
dilakukan bersamaan.
~ Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda
warn a.
~ Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pengangkutannya dari dan ketempat laundry harus
menggunakan mobilkhusus.
f. Petugas yang bekerja dalam pengelolan laundrq linen harus
mcnggunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung
tangan, apron, sepatu boot, penutup kepala, selain itu
dilakukan pemeriksaaan kesehatan secara berkala, serta harus
memperoleh imunisasi hepatitis B setiap 6 (enarn) bulansekali.
g. Untuk rumah sakit yang tidak m.empunyai laundry tersendiri,
pencuciannya dapat bekerjasama den~an pihak lain dan pihak
lain tersebut ha.rus memenuhi persyaratan sesuai keten.tuan
peraturan perundang-undangan, serta dilakukan pengawasan
penyelenggaraan linen secara rutin oleh pihak .rumahsakit.

L Penyelenggaraan Pengawasan Proses Dekontaminasi Melalui Disinfeksi


dan Sterilisasi
Rumah sakit adalah tcmpat berkumpulnya berbagai jenis mik.roorganisme
penyakir menular yang dapat menginfeksi pasien, pengunjung dan staf
rumah sakit. Untuk menjamin perlindungan kesehatan, maka
mikoorganisrne di rumah sakit perlu dicegah dan dikendalikan melalui
upaya dckontarninasi. Dekontarninasi adalah upaya mengurangi
dan/atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang,
peralatan, bahan, dan ruang melalui disinfeksi dan sterilisasi derigan cara
fisik dan kimiawi. Cara dekontaminasi yang sering dipakai di rumah sakit
adalah desinfeksi dan sterilisasi, Untuk mengetabui upaya desinfeksi dan
sterilisasi telah sesuai ketentuan dan persyaratan, maka harus harus
memenuhi keten tuan penyelenggaraan kesehatan lingkungan
dekontaminasi sebagai berikut:
1. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Dekontaminasi melalurSterilisasi
Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah
mikroorganisme patogen penyebab penyakit [tidak termasuk spora)
dengan cara fisik dan kimiawi. Sedangkan sterilisasi adalah
upayauntuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara
fisik dan kimiawi.Persyaratan kesehatan lingkungan dekontaminasi
melalui sterilisasi dan desinfeksi seperti pada tabel sebagai berikut:

Tabel 14 : Persyaratan Dekontaminasi meJalui Sterilisasi dan


Desinf eksi

N BakuM
o utu
[I' O
1 in Bs/
g e
kS 1
2u 2
1
h 3
S
3u
h
I
4
S
u

Tabel 15: Persyaratan Penyimpanan Peralatan yang telah Disterilisasi


N IB
o S ak
l l
u
K
e
l
2 35
e 7
r
n
bSu 1
3hu 2
St 1
1
eri 1

2. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus diternpatkan pada


tempat (lemari) khusus atau ruangan khusus, denganketentuan:
a) Dengan suhu 18° s/ d 22°C dan kelembaban 35% sf d 75%, ventilasi
menggunakan system tekanan positif dengan efisiensi particular
antara 90% s/d 95% (untuk particular 0,5mikron).
tj Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat dan
mudahdibersihkan.
tj Barang yang steril disimpan pada jarak 20 cm s/ d 2 4cm dari
bawah/lantai, 40cm dari langit-langit clan Scm dari dinding serta
diupayakan untuk menghindari terjadinya penempelan
debu kemasan.

d) Rak paling bawah untuk penyimpanan peralatan steril


harus berbahan solid dan tidak berlobang.
3. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak me.rusak peralatan maupun
orang, disinfektan mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif dalam
waktu yang relative singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan air
ataukeberadaan sabun dan protein yang mungkinada.
4. Penggunaan disinfektan harus sesuai petunjuk penggunaan yangberlaku.
5. Sterilisasi harus menggunakan sterilan yang ramahlingkungan.
6. Petugas sterilisasi harus menggunak:an alat pelindung diri dan menguasai
prosedur sterilisasi yangaman.
7. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi harus
bebas dari mikroorganismehidup.
8. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan disinfeksi dan
disterilisasi sampai aman untuk clipakai pada operasiberikutnya.
9. Instrumen dan bahan medis yang dilak:ukan sterilisasi harus melalui
persiapan, meliputi:
a. Persiapan sterilisasi bahan clan alat sekalipak:ai.
• Penataan - Pengemasan - Pelabelan -Sterilisasi
b. Persiapan sterilisasi instrumenbaru:
• Penataan dilengkapi dengan sarana pengikat (biladiperlukan)
• Pelabelan -Sterilisasi.
c. Persiapan sterilisasi instrument dan bahanlama:
• Desinfeksi - Pencucian(dekontaminasi) - Pengeringan (pelipatan
bilaperlu) - Penataan - Pelabelan -Sterilisasi.
10. Indikasi kuat un tuk tindakandisinfeksi/ sterilisasi:
a Semua peralatan rnedik at.au peralatan perawatan pasien yang
termasuk kategori kritis, yakni yang climasukkan kedalam jaringan
tubuh, system vaskuler atau melalui saluran darah harus dilakukan
proses steri lisasi se bel umctigunakan.
b Semua peralatan yang termasuk kategori semi kritis, yakni
yangmenyentuhselaputlendir seperti endoskopi, pipa endotracheal
harusdi disinfeksi tingkat tinggi dahulu sebelumdigunakan.
c. Semua peralatan yang termasuk kategori non kritis, yakni peralatan
yang menyentuh kulit utuh seperti stetoskop, mansheet dan lainnya
harus dilakukan desinfeksi tingkat .rendah atau menegah sebelum
digunakan.

d Sterilisasi untuk alat implant harus di melalui UJ1 biologi dan


menunjukkan angka kurnan dengan hasilnegatif.
e. Semua peralatan yang mengalami penurunan fungsi sebelurn dan
setelah sterilisasi, tida.k dipergunakankembali.
[ Dilarang menggunakan bahan seperti linen, dan lainnya yang tidak
tahan terhadap sterilisasi, karena akan mengakibatkan kerusakan
seperti kemasannya rusak atau berlubang, bahannya mudah sobek,
basah, dansebagainya.
g Sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dan
peralatan medis dilakukan sesuai kebijakan rumahsakit.

Untuk mencapai pemenuhan penyelenggaraan dekontaminasi melalui


disinfeksi dan sterilisasi, maka dilaksanakan upaya:
a. Penggunaan dan pemeliharaan mesin sterilisasi harus
memperhatikan petunjuk dari pabriknya dan harus dikalibrasi
minimal 1 kali satutahun.
b. Alur pengirirnan peralatan yang telah steril dan peralatan yang telah
digunakan harusterpisah.
c. Sterilisasi peralatan harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat
sterilisasi yangdigunakan.
d. Mkel d r
o ern a u
m a
a l

J. Penyelenggaraan Pengawasan Kegiatan Konstruksi/Renovasi Bangunan


RumahSakit

63
Pengawasan kesehatan lingkungan kegiatan konstruksi/ renovasi rumah
sakit adalah upaya pencegahan, pengendalian dan pengawasan berbagai
surnber-surnber pengotoran, pencemaran dan penularan penyakit pada
area yang terkait dengan kegiatan konstruksi dan. atau renovasi
bangunan di rumah sakit. Kegiatan konstruksi dan renovasi bangunan
dirumah sakit untuk pengembangan fisik bangunan dan utilitas rumah
saki t seringkali dilaksanakan oleh pibak kontraktor yang akan
memperkerjakan pekerja dari luar rumah sakit. Dalam pelaksanaannya,
maka dibutuhkan kelengkapan fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK)
dan fasilitas penanganan sampah dan air limbah dan fasilitas lainnya.
Penyediaan fasilitas kesehatan lingkungan ini seringkali kurang
mendapatkan perhatian.sehingga mengancam mutu kesehatan
lingkungan rumahsakit. Untuk menjaga agar kegiatan konstruksi dan
renovasi di rumah sakit tidak menyebabkan penuJaran penyakit,
pencernaran lingkungan dan menganggu estetika, maka harus
mernenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Air limbah dari bedeng pekerja proyek konstruksi dan renovasi
disalurkao ke unit pengolahan air limbah tersendiri dan atau
lnstalasi Pengolahan Air Limbah rumahsakit.
2. Area proyek tidak ada genanganair.
3. Tidak ditemukan sampah rumah tangga diarea bedeng pekerja
proyek dan sampah sisa-sisa proyek yang berceceran diareaproyek.
4. Lingkungan lokasi proyek dan bedeng pekerja terlibat bersih,
penerangan. dan penghawaan/ventilasi yang cukup, bebas serangga
dan tidak ditemukan debu-debuberterbangan.
5. Mencantumkan kewajiban melaksanakan persyaratan kesehatan
lingkungan kegiatan konstruksi/ renovasi bangunan rumah sakit
dalam dokumen kontrakpekerjaan.
Penyelenggaraan pengawasan kesehatan lingkungan kegiatan
konstruksi/renovasi bangunan rumah sakit, maka harus menjalankan
upaya sebagai berikut:
1. Penanganan air limbah di bedeng pekerja dan area proyek:
a Lokasi bedeng pekerja proyek sebaiknya berada di area servis
(services area) dan berdekatan dengan fasilitas dan jaringan pipa
penyaluran air limbah, seperti bak control atau bak pengumpul air
limbah.
b Dalam bedeng disediakan ruangan untuk kegiatan mandi cuci kakus
yang layak dan memenuhi syarat teknis, serta dengan jumlah yang
memadai.
c. Air limbah MCKharus disalurkan ke Iasilitas sistem penyaJuran air
limbah menuju Unit Pengolahan Air Limbah rumah sakit
menggunakan saluran tertutup (pipa) dan dilengkapi dengan
saringankasar.
d Bila kondisi tertentu tidak memungkinkan melaksanakan porn c,
rnaka penyaluran dan pengolahan air limbah pekerja proyek dapat
menggunakan tangki septik tank portable yang memenuhisyarat.
e Dilarang membuang air limbah MCK langsung ke saluran di dalam
area rumah sakit atau diluar area rumahsakit.

i Air limbah kegiatan proyek seperti air bekas gaJian tanah,


pernbersihan alat-alat proyek dan penggunaan lainnya tidak boleh
tergenang di areaproyek.
g Rurnah saki t melaksanakan pengawasan penanganan arr limbah
proyek secaraperiodik.

2. Penanganan sampah proyek:


a Penanganan sampah di area lokasiproyek
1) Di area proyek tersedia wadah/tong sampah rumah tangga dan
Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) sampah sisa-sisaproyek.
2) Wadah/tong sampah rumah tangga selalu dalam
keadaan bersih, tertutup dan dilengkapi kantong plastic hitam.
3) Sampah rumah tangga harus diangkut keluar area proyek 1
(satu) kali per hari dan dibuang ke TPS sampah rumahsakit.
4) Sampah sisa-sisa proyek harus diangkut keluar area proyek
secara periocliktergantung pada volumesampah.
5) Sampab rumah tangga harus dijaga kebersihannya agar tidak
mengundang vektor dan binatang pembawapenyakit.
6) Rumah sakit melaksanakan pengawasan penanganan sampah
proyek secaraperiodik.
b Penanganan sampah di area bedengproyek

65
1) Diarea bedeng pekerja proyek tersedia wadah/tong sampah
rumah tangga dan atau Tempat Penyimpanan Sementara(TPS).
2) Wadah/tong sampah rumah tangga selalu dalam keadaan
bersih, tertutup dan dilengkapi kantong plastikhitam.
3) Sampab. rumah tangga harus diangkut keluar area proyek 1
(satu) kali per hari dan dibuang ke TPS sampah rumahsakit
4) Sampah rumah tangga harus dijaga .kebersihannya agar tidak
mengundang serangga lalat, kecoa dantikus.
5) Dilarang melakukan pembakaran sampah secara terbuka (open
burning) di area bedengproyek.
6) Rumah sakit melaksanakan pengawasan penanganan sampah
proyek secara periodik.
3. Pengelolaan lingkungan lokasi proyek konstruksi dan renovasibangunan

a Lingkungan fisi.k area proyek harus selalu bersih, dan ditetapkan


sebagai Kawasan Tanpa Rokok, tidak ditemukan sarnpah berserakan
termasuk puntung rokok dan tidak ditemukan vektor dan binatang
pembawapenyakit.

h Tersedia penerangan yang cukup di areaproyek.


c. Area proyek dilengkapi pagar penutup, agar debu proyek yang
dihasilkan tidak berterbangan di sekitar dan diluar areaproyek.
d Area proyek yang berpotensi menimbulkan debu, harus dilakukan
tindakan pencegahan debu seperti penyiraman secararutin.
e. Rumah sakit melaksanakan pengawasan lingkungan proyek secara
periodik.
4. Pengelolaan lingkungan lokasi bedengpekerja
a Lingkungan fisik area bedeng pekerja proyek harus selalu bersih,
tidak ditemukan sampah berserakan termasuk puntung rokok dan
tidak clitemukan vektor dan binatang pembawa penyakit. Jika
bedeng pekerja berada di lingkungan rumah sakit, harus mengikuti
peraturan sebagai Kawasan TanpaRokok.
h Bangunan bedeng clilengkapi ventalasi yang cukup, terdapat
sirkulasi udara dan pada lobang ventilasi dilengkapi kasa
antinyamuk.
c. Tersedia penerangan yang cukup di area bedengproyek,
66,
d Tidak terdapat genangan air di area bedeng yang bisa menjadi
tempat perkembangannyamuk.
e Area bedeng proyek harus dilengkapi pagar pembatas/ penutup, agar
terlihat indah .
I Rumah sakit melaksanakan pengawasan lingkungan bedeng proyek
pekerja secaraperiodik.
5. Kewajiban persyaratan kesebatan lingkungan dalam dokumenkontrak
a Dalam dokumen kontrak pekerjaan konstruksi/ renovasi bangunan
clicantumkan pasal yang mencantumkan kewajiban pelaksana
pekerjaan/ kontraktor un tuk menerapkan ketentuan kesehatan
lingkungan seperti tersebutdiatas.
b Kewajiban pelaksana pekerjaan/kontraktor untuk melaksanakan
ketentuan kesehatan lingkungan pekerjaan konstruksi/renovasi
bangunan dapat juga dicanturnkan dalam surat pernyataan
bermaterei yang clitanda tangani pihak rurnah sakit dan pihak
pelaksan apekerjaan / kontraktor.
K Penyelenggaraan Pengawasan Rumah Sakit Ramah Lingkungan
Rumah sakit ramah lingkungan adalah model operasional kegiatan rurnah
sakit dengan berbasis pada pelayanan dengan mengedepankan kualitas
dan keselamatan (qualityandsafety), efisiensi dan ramah lingkungan yang
berkelanjutan, khususnya terkait dengan konstribusi rumah sakit pada
pencegahan perubahan iklim dan pernanasan global. Pengawasan rumah
sakit ramah lingkungan merupakan kegiatan pengendalian penggunaan
berbagai sumber daya alam dan lingkungan dan sumber-sumber
pencemaran lingkungan di rumah sakit yang dapat mempengaruhi
perubahan iklim dan pemanasan global, sehingga tercipta rumah sakit
yang hijau, sehat, efisien dan ramahlingkungan.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan saat ini
perlu menerapkan konsep rumah sakit ramah lingkungan karena alasan
menggunakan cukup banyak sumber daya alam dan lingkungan.
Penggunaan listrik, air bersih, bahan bakar, dan lainnya yang tidak bijak
dan sistem pengelolaannya yang tidak ramah lingkungan akan
menyebabkan beban pencemaran pada alam dan lingkungan hidup.
Mewujudkan rumah sakit ramah lingkungan dapat dilaksanakan antara
laindengan:
67
a menyusun kebijakan tentang rumah sakit ramahlingkungan;
h pernbentukan tim rum.ah sakit ramahlingkungan;
c pengembangan tapak/lahan rumahsakit;
d penghematan energilistrik;
e. penghematan dan konservasiair;
( penyehatan kualitas udaraindoor;
g manajemen lingkungan gedung;
h, penguranganlimbah;
i. pendidikan ramahlingkungan;
J. penyelenggaraan kebersihan ramah lingkungan;dan
k pengadaan material ramahlingkungan.

68
BABV

LOGISTI

5.1 .Jenis kebutuhan barang yang digunakan untuk kegiatan kesehatan lingkungan
terdiri atas :
1. kebutuhan rutin
• Tissu
• Safety Box
• Handsrub
• Sabun cuci tangan
• Plastik sampah
• Pengharum/pewangi ruangan
• Desinfektan
• APD
• Peralatan cleaning service

2. Kebutuhan tidak rutin


Kebutuhan tidak rutin adalah seju:mlah barang selain barang rutin, rnisalnya
: peralatan mesin IPAL, perlengkapan sanitary

69
BAB VI URAIAN

JABATAN

Uraian tugas struktur organisasi Instalasi Kesehatan Lingkungan


6. 1. Kepala lnstalasi
6.1.1 Togas pokok : Bertanggung jawab atas penyelenggaran pelayanan
kesehatan lingkungan di rumah sakit
6.1.2 Tanggungjawab / wewenang:
• Menyusun dan evaluasi regulasi
• Mernastikan pelaksanaan pelayanan kesehatan lingkungan sesuai
regulasi
• Melaksanakan pengawasan pelaksanaan adrninistrasi
• MeJaksanakan program kendali mutu
• Mernonitor dan evaluasi semua jens peJayanan kesehatan
lingkungan
6.1.3 Uraian tugas :
• Menyusun rencana kegiatan tahunan Instalasi Kesehatan
Lingkungan
• Menyusun rencana kebutuhan pengembangan Instalasi Kesehatan
Lingkungan
• Melakukan monitoring dan evaluasi hasil kegiatan Instalasi
Kesehatan Lingkungan
• Melaporkan hasil kegiatan Instalasi Kesehatan Lingkungan
• Membagi tugas dalam pelaksanaan tugas instalasi kesehatan
lingkungan dengan memberi arahan sesuai dengan bidang dan
perrnasalahannya agar tugas dapat berjalan dengan baik dan
lancar
• Mernantau, merencanakan dan mengevaluasi terhadap
pendayagunaan barang habis pakai.
• Mengikuti rapat dan tugas lainnya yang diberikan pimpinan
6.1.4 Syaratjabatan :
• Sanitarian dan merniliki SIKTS
• Memiliki kernarnpuan rnempimpin
• .Jujur, d.isiplin dan bertanggungjawab

70
• Mempunyai komitmen terhadap visi dan misi rumah sakit
• Sehat jasmani dan rohani

6.2. Sekretaris :
6.2.l Togas pokok : membantu kepala instalasi dalam menyiapkan
dokuroen kegiatan instalasi kesehatan lingkungan
6.2.2 Tanggung jawab / wewenang :Menghimpun data kegiatan pelayanan
kesehatan Iingkungan
6.2.3 Uraian tugas :
• Menyiapkan dokumen rencana kegiatan tahunan Instalasi
kesehatan lingkungan
• Menyiapkan dokumen rencana kebutuhan pengembangan
Instalasi kesehatan lingkungan
• Membuat laporan kegiatan Instalasi kesehatan lingkungan
• Menghimpun data kegiatan pelayanan radiologi dan melaporkan
kepada kepala instalasi radiologi
• Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
6.3. Koordinator/Penanggung Jawab Program
6.3.1 Togas pokok : Sebagai koordinator/penanggung jawab program di
instalasi kesehatan lingkungan
6.3.2 Tanggungjawab / wewenang:
• Melakukan kegiatan sesuai dengan program yang menjacli tanggung
jawabnya.
• Membantu kepala instalasi dalam menyusun laporan evaluasi
terhadap kegiatan program kesehatan lingkungan
6.3.3 Uraian tugas:
• Membuat jadwal program kegiatan kesehatan lingkungan
• Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal pada prgram kerja
• Melak:ukan pencatatan terhadap hasil kegiatan
• Ik:ut membantu menganalisis dari hasil yang menyimpang
dari baku mutu atau standar
6.3.4 Syaratjabatan:
• SLTA Program Kebersihan Lingkungan dan Ta.man
• D3 / D4 Kesehatan Lingkungan un tuk Program Kesling
• Pengalaman minimal 5 tahun bekerja di rumah sakit

717
1
• Memiliki kemauan untuk bekerja sama secara team
• Jujur, disiplin dan bertanggung jawab
• Sehat jasmani dan rohani
BAB VII

KESELAMATAN
PASIEN

7.1 Pengertian

Keselamatan pasien adalah suatu system climana rumah sakit membuat asuhan
pasien yang aman dan nyaman.Sistem tersebut meliputi assesmen,resiko dan
pengelolaannya,identifikasi,pelaporan dan analisis insiden.solusi dan
implernentasi serta meminimalkan insiden.

7.2 Tujuan

Tujuan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya keselamatan pasien di


rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas terhadap pasien dan masyarakat.
Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, terlaksananya program
- program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan (KTD). Kejadian tidak diharapkan yang mungkin timbul karena
kondisi kesehatan lingkungan rumah sakit seperti :

1) Pengelolaan lirnbah cair infeksius yang tidak sesuai dengan baku mutu.
2) Pengelolaan limbah padat infeksius dan limbah B3 yang tidak sesuai
standart.
3) Kondisi lingkungan pasien suhu, kelembaban, ventilasi udara
pencahayaan , udara ruang) tidak sesuai baku mutu.
4) Populasi vektor dan binatang pembawa pe.nyakit yang tidak dikendalikan.
5) Kondisi fisik bangunan rumah sakit yang belum sesuai dengan standart K3
RS.

7.3 Tatalaksana Keselamatan Pasien


1) Pengelolaan limbah cair infeksius
a. Limbah cair infeksius yang terdiri cairan tubuh, darah dan komponen
darah dibuang sesuai dengan standar operasioal prosedur yang ada.
b. Hindarkan pengelolaan limbah cair infeksius jangan sampai tumpah ke
lantai.
c. Jika terjadi tumpahan, segera 1-akukan penanganan pembersihan dengan
menggunakan perangkat spill kit.
2) Pengelolaan limbah padat infeksius dan limbah B3.

73
a. Lirnbah padat infeksius dan limbah 83 dibuang pada tempat yang
benar sesuai dengan jenisnya. Misal : jarum suntik dan benda tajam
harus dibuang pada safety box.
b. Hindarkan pengelolaan limbah padat infeksius dan limbah B3 jangan
sampai tercecer dilantai.
3) Kondisi lingkungan pasien.
a. Lakukan pemantauan suhu, kelembaban dan pencahayaan secara rutin,
dan apabila tidak sesuai dengan standar lakukan tindak lanjut perbaikan.
b. Lakukan sterilisasi setelah ruangan dipakai oleh pasien dengan diagnosa
penyaki t menular.
4) Populasi binatang clan vektor pembawa penyakit.
a. Lakukan pengendalian secara rutin sehingga tidak terdapat vektor dan
binatang pembawa penyakit di RS.
b. Tempat pembuangan sarnpah dan TPS selalu dijaga kebersihannya
sehingga tidak dijadikan tempat perindukan dan perkembangbiakan
vektor pembawa penyakit.
5) Kondisi fisik bangunan rumah sakit
a. Pemasangankarpet lantai dan tanda pada setiap kondisi lantai yang Iicin
clan menurun.
b. Pemasangan handrill pada setiap kamar mandi .
c. Pintu kamar rnandi harus dapat dibuka ke arah luar dan tidak boleh ada
dikunci di dalam.

74
BABVIIl
PENGENDALIAN MUTU

8.1. PENDAHULUAN

Pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan dari sebuah proses


yang berkesinambungan dengan berorientasi pada hasil.Dalarn perkembangan pol
apikir rnasyarakat yang semakin kritis, mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya
clisorot dari aspek klinis medisnya saja namun juga dari aspek keselamatan pasien
dan aspek pemberian layanan, karena muara dari pelayanan rumah sakit adalah
pelayanan jasa.
Program peningkatan mutu adalah program yang disusun secara
objektif dan sistematik untuk memantau dan menilai mutu dari layanan yang
diberikan oleh rumah sakit.
MutuRumah Sakit ditinjau dari aspek sanitasi tentu terpenuhinya mutu dari
penyediaan air bersih baik dari segi kualitas dan kuantitas, pengelolaan sampah I
limbah, penyehatan Ruang dan Bangunan, pengelolaan rnakanan dan minuman
serta pengendaliaan serangga dan binatang penganggu.

8.2. LATAR BELA.KANG

Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang komplek,


padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di
rumah sakit rnenyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan dan pene1itian
serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin.

Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rurnah sakit harus mempunyai


suatu ukuran atau standart yang menjamin peningkatan mutu dan
keselamatan pasien. Pengukuran mutu pelayanan kesehatan lingkungan di
Rumah Sakit harus merujuk pada standart, prosedur atau aturan yang berlaku.

8.3. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memastikan pelayanan pasien di instalasi radiologi sesuai dengan standar
pelayanan operasional (SPO) yang telah ditetapkan rurnah sakit,
rnemuaskan pelanggan dan memerruhi standar keselamatan pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Pelayanan adrninistrasi yang rapi dan memuaskan semua pihak
b. Memastikan bahwa hasil pemantauan kesehatan lingkungan
sesuai dengan baku mutu.

8.4. KEGIATAN POKOK, RINCIAN KEGIATAN, DAN CARA MELA.KSANAKAN


KEGIATAN

N Ke Tu La Pe
o gi jua ng lak
ata sa
P
Pe M l. ka
e e
ng
aw n ln na
as i s n
n pg
an
ku g e g
alit k s u
as a s n
air t arg
ja
be k aw
rsi a na
h n ab
2 Pe H 1 Pe
ng a P na
elo s e ng
gu
laa il m
ng
n o erja
Ai u i wa
r tl sb
Li e a Pr
m t paog
ba a rara
h ir mm
li e Pe
m e ng
b h el
a a ol
h i aa
d nn
i y Ai
b ar
a n Li
w gm
a m ba
h,

3 Pe M I. P
ng e Me
el n enn
ola g ya
u n
an d
r g
Sa akg
m a au
pa n t n
h g
mg
i
paj
d
4.
M
e
n
i
n
d
4 Pe - I. Pe
ny M Mna
eh ng
e elgu
atan a ng
n
ci k ja
ru
an pt u wa
g a kb
ba k a Pr
n a n ogr
gu n Peam
n k rnPe
o anny
n t eh
5 P - I Pe
e Me Mna
n ng elng
end akgu
g
ali u ng
e ka kaj
n n na
d po pw
a pul na
li asi eb
1,
a s daP
n e liar
r no
v a teg
e n rhr
6 P M I. Pe
e e In na
n n spng
y c ekgu
s
ng
e i j
h p tc
at t ma
a a p w
n k t a
M p b
a ngP
a
k n ol r
k aho
a o
an
n n g
Pe M I. m Pc
ny e l na
7 p ng
eh n
ata c ksigu
n sang
i nitja
Te
p asw
m pca
t
pat nb
a
P c
e k oP
8 P M I. P
e e Me
1, n n en
g c aka
e e un
ang
n g
peg
d a nu
a h an
li wg
a p
77
S
asi
9 U A I. Ruan
P
p g Pee
a a nyn
y r ua
a uhn
P ang
P la g
r e nu
o t s n
m u ngg
o t P
g
s har
a
i dao
s
K pg
e .
per
s p
na
e e nm
h n gu
a u /k
JO P M U
I Ko
e c Mor
n n ondi
g nat
c it or
e
i orK
l
o p i e
l t gb
a a t e
a k rhr
n a ads
n api
11 P A I. K
e g Mo
m a ono
e r r
i d
l
g r i
i
e gn
h
a d t a
u ht
r
n dao
a
12. G M Ka
o e .in
Gr n sta
ee c las
n i i
Ho p Ke
spi t sli
tal a ng

8.5. SASARAN

N W
K MI A P
o
E EN E
1. P P M 2 . K
e e e bu es
m m. m la li
e L e n n
2 P Pe nM 3se gK
e rn e bul es
m .L r an lin
e ab n se g
r or e kal
78
3. P P M 1 K
e er e b esl
m n. m ul in
4P P M 3 K
e e e es
r m m b lin
n . e u g
5. P P M l6 K
e er e esl
m n. m b in
e L e u g
6S P M l6 K
a er e esl
n n. m b in
P M 6u gK
S
a e e es
n m m b li
P P M uI ng
K
e e e ta es
r m m h li
. e u ng
n
L n n
a
P M se
1 K
P
e er c es
ta
m hli
m u.
en ung
10 P PL TiJ K
e e dam es
n n k in lin
g g a g g
e e d gu &
n a se P
11.nM S T I Ke
o u i b sli
n p d ul ng
i er a
a n
t vi k se
1 M Ssi R 1 K
o u u bu esl
ni p a la in
to er n n g
ri vi g se
n si a k.
g la n ali
1 P P A Se Ke
r e d mi sli
o n a ng ng
m y gu
o ul p 2
si u e ka
K h r li
4P P T 2- Sa
er e d 3 nit
n m k kal asi
b be
er ra i /
a

79
8.6 JADWAL

N T
0 a
I 2 .3 4 5 6 7 8 9 10 11 l2
Ke
gia
Pe x
I x x x x x x x x x x x
ng a x x x x x x x x x x x x Pe
P m
e eri
n ks
g aa
b. a x x x x x x x x x x x x
l
s
Pe e
2
ng a x x x x x x x x x x x x Pe
P me
rik
m '
sa
ri an
b. x x x x x x x x x x x x
P
e
n
g
a
m
bi
c. l
x x x x x x x x x x x x Di
P la
e ku
m ka
a n
nt
80
dx x x x x x x x x x x x Se
P su
ai
e. )( x x x x x x x x x x x Di
la
P ku
ka
f. x x x x x x x x x x x x Pc
P ng
ng ga
nii
ec
an
ek Ol
a i
g. x x x x x x x x x x x x
P
ng
3 Pe
a. ng x x x x x x x x x x x x Di
M. la
el ku
ak ka
uk n
a I
m Mi
ob
x S
M es
e ua
ye i
c. x
M
e
a
n
ke

81
4 P
a. x x Se
su
ai
jad
wa
l

b. x x x x x x x x x x x x

Ii

5 P
en
g a. x x x x x x )( x x x x x
M
e
ku
k
n
pe
db x x x x x x x x x x x x
M
e
ku
6 Pk
en
y
a. x x x x x X.
ln
p
k
t
m
pa
t
82
b. x x x x Se
su
M ai
e ja
a d
u wa
c. x x x x Se
P su
m ai
ja
Se
d. x
Pe su
m ai
e ja
d
7 Pc
ny
a. x x )( x x x x x x x x x

b x x x x Se
su
ai
ja
d
w
8 Pe
n
g

83
a. x x x x x x x x x x x x
M
e
lb x x x x x x x x x x x x Dil
. ak
uk
M an
c. x x x x Se
sua
i
M jad
e wa
l l
9 Upay
a

a. x x x x x x x x x x x x Dil
P ak
e uk
n an
y
ser
nin
b. u Dil
P ak
e uk
an
n
6
y I
bul
u an
l se
c. ux x x x x x x x x x x x kal
Se
su
P ai
e
ke
bu
n
tu
y ha
u , n
l M
d. x x x x x x x x x x x x Ses
uai
keb
M utu
e han
m
a
s
e. x
P
e
n
y
u
1
Peng
0 e
l
a. x x x x x x x x x x x x

M
o
b. x x x x x x x x x x x x
M
o
n
i
t
c. x x x x
M
e
l
a
k

85
1 P
1 e
a. mx x x x x x x x x x x x
M
o
b. nx x x x x x x x x x x x
M
e
l
a

86
8.7 PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
1. Pencatatan
Setiap kegiatan dilakukan pencatatan pada buku bantu secara manual.
2. Pelaporan

a) Pelaporan bulanan
Pelaporan bulan.an yang dilaporkan tiap bulan adalah pelaporan jumlah limbah
medis dan limbah B3 yang ell hasilkan oleh rumah sakit yang kernudian disebut
dengan neraca Iimbah.

b) Pelaporan tiga bulanan


Laporan tiga bulanan adalah laporan hasil kegiatan yang dilak:ukan di instalasi
kesehatan selama tiga bulan sesuai dengan program kerja yang telah dibuat ,
yang digunakan sebagai bahan rapat evaluasi kegiatan tiap tiga bulan sekali.
c) Pelaporan tahunan
Pelaporan tahunan adalab laporan keseluruhan hasil kegiatan selama satu
tahun yang digunakan sebagai bahan rapat evaluasi kegiatan selama satu
tahun.

3. Evaluasi Kegiatan
a. Evaluasi dilakukan setiap dua bulan sekali dipimpin oleh kepala instalasi
kesehatan lingkungan
b. Evaluasi segera dilakukan apabila terjadi pennasalahan yang segera untuk
ditindaklanjuti dalam rangka untuk pemechan maslah tersebut, dipimpin oleh
kepala instalasi kesehatan lingkungan

87
BAB IX
PENUTUP

Era globalisasi menuntut perkernbangan pengetahuan dan tehnologi disegala


bidang, termasuk bidang kesehatan. Pelayanan Kesehatan Lingkungan di RSUD
Muntilan Kabupaten Magelang sebagai bagian dan pelayanan kesehatan ru.mah sakit
tentunya senantiasa perlu penyesuaian mengikuti perkembangan tersebut.
Pelayanan Kesehatan Lingkungan RSUD Muntilan merupakan bagian integral
dan system pelayanan RSUD Muntilan Upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan lingkungan berarti peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Upaya peningkatan mutu pelayanan memerlukan landasan hukum dan
batasan operasinal, standart ketenagaan, standart fasilitas, tata laksana, Iogistik.Hal
tersebut diperlengkapi dengan keselamatan pasien, keselamatan kerja agar diperoleh
mutu yang optimal.Untuk mengukur mutu pelayanan diperlukan indikator mutu
pelayanan. Pengukuran indikator mutu input, proses, output dan outcome dapat
memberikan gambaran rnutu Unit Kesehatan Lingkungan. Pedoman Pelayanan
1nstalasiKesehatan Lingkungan ini disusun untuk memberikan informasi tentang hal•
hal terse but.
Pedoman Pelayanan lnstalasiKesehatan Lingkungan ini diharapkan menjadi
acuan bagi pelaksanan kegiatan untuk melaksanakan kegiatan, sehingga indikator
mutu output dapat dicapai. Bagi manajemen pedoman ini berharap dapat bermanfaat
untuk pemenuhan kebutuhan sumberdaya sehingga indikator mutu input dapat
tercapai.

Mengetahui, Muntilan, April 2019

rr-;
Kepala ~a n g P enunjang
Suh ·t. SH.MA
Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan

~)4
Suharyanto,ST
NIP. 19650515 198603 1 025 NIP. 197112041996031004

r
1996031003

88

Anda mungkin juga menyukai