Anda di halaman 1dari 8

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI

KABUPATEN GIANYAR
NOMOR 188/8596/RSU/2022

TENTANG
PENETAPAN KEBIJAKAN LAYANAN PEMBEDAHAN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI KABUPATEN GIANYAR

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI


KABUPATEN GIANYAR,

Menimbang : a. B bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


yang begitu pesat khususnya dalam bidang ilmu
kedokteran dan keperawatan telah mendorong para
pengelola rumah sakit untuk selalu meningkatkan
kualitas pelayanan dengan menetapkan standar
pelayanan, meningkatkan kualitas SDM,
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terbaru guna memenuhi harapan masyarakat dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan;
b. bahwa kebijakan layanan anastesi dan sedasi menjadi
sangat penting dalam melaksanakan tugas secara ,
profesional dan dapat dipertanggungjawabkan baik oleh
tenaga kesehatan secara individual maupun oleh
manajemen rumah sakit, disamping menjadi acuan bagi
para peserta didik di rumah sakit seperti Rumah Sakit
Umum Daerah. MSanjiwani Kabupaten Gianyar yang
telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah
Kelas B;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan


huruf b di atas, perlu menetapkan Pemberlakuan
Layanan Pembedahan di Rumah Sakit Umum Daerah
Sanjiwani Kabupaten Gianyar;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang


Pembentukan Daerah – daerah Tingkat II dalam
Wilayah Daerah – daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang – Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang – Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4502);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan
Standar Pelayanan Minimal;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007,
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007


tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian
Standar Pelayanan Minimal;

9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :


228/Menkes/SK/III/2002 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
yang wajib dilaksanakan daerah Maret 2002;

10 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


. 129/Menkes/SK/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit tanggal 6 Februari 2008;

11 Peraturan Bupati Gianyar Nomor 7 Tahun 2008,


. tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan dan Akuntansi
RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar (Berita Daerah
Kabupaten Gianyar Tahun 2008 Nomor 7);

12 Keputusan Bupati Gianyar Nomor 56 Tahun 2008,


. tentang Penetapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Pada RSUD
Sanjiwani Kabupaten Gianyar;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Menetapkan Kebijakan Layanan Pembedahan di Rumah


Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten Gianyar,
sebagaiman tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Kebijakan Layanan Pembedahan sebagaimana dimaksud
pada diktum Kesatu, diterbitkan oleh Komite Medis Rumah
Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten Gianyar.

KETIGA : Ketua Komite Medik bertanggungjawab untuk


mensosialisasikan Kebijakan Layanan Pembedahan Rumah
Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten Gianyar,
sehingga semua tenaga medis dan peserta didik (Residen, Co
Ass) memahami sistem dan kinerja pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten Gianyar.

KEEMPAT : Segala
: biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya
keputusan ini dibebankan pada anggaran belanja
operasional BLUD Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani
Kabupaten Gianyar.

KELIMA : Keputusan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Gianyar
pada tanggal 1 April 2022
Pj. DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SANJIWANI KABUPATEN GIANYAR

NYOMAN BAYU WIDHIARTHA

Tembusan ini disampaikan kepada Yth.


1. Seluruh Wadir Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupated Gianyar.
2. Kabid Umum, Humas, Hukum, dan Kepegawaian Rumah Sakit Umum
Daerah Sanjiwani Kabupaten Gianyar.
3. Pertinggal.

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


SANJIWANI KABUPATEN GIANYAR
NOMOR 188/8596/RSU/2022
TENTANG PENETAPAN KEBIJAKAN PELAYANANAN PEMBEDAHAN DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI KABUPATEN GIANYAR

PENETAPAN KEBIJAKAN PELAYANANAN PEMBEDAHAN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI KABUPATEN GIANYAR


Kebijakan :

1. Setiap pasien rencana pembedahan, harus melalui proses perencanaan.


2. Proses perencanaan dilakukan dengan melalui tahapan proses penilaian,
konsultasi, komunikasi, edukasi, dan persiapan administrasi serta
melibatkan pasien dan keluarga.
3. Mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang di dapat.
4. Setiap proses perencanaan pembedahan harus melibatkan DPJP/peserta
didik sesuai dengan kompetensinya dan keperawatan.
5. Setiap proses perencanaan harus didokumentasikan.

Prosedur :
1. Proses perencanaan pembedahan dilakukan oleh DPJP dan peserta didik
Bedah di poliklinik rawat jalan dan untuk kasus kedaruratan dilakukan di
IRD.
2. Proses perencanaan pembedahan dibuat bila semua proses penilaian yang
mendasari keputusan pembedahan sudah dianggap lengkap, disertai
dengan diagnosa pasien.
3. Berdasarkan urgensinya Pembedahan dibagi menjadi pembedahan elektif
dan darurat, dan berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi :
a. Bedah minor;
b. Bedah mayor;
c. Bedah radikal;
d. Bedah rekonstruktif;
e. Bedah plastik
Yang tindakannya dikerjakan oleh spesialisasi dan subspesialisasi yang
terdiri dari :
a. Bedah umum; d. Digestive; g. THT;
b. Onkologi; d. Orthopedi; h. Obgyn
c. Urologi e. Mata; i. Bedah plastik

1. Pasien diberi informasi oleh DPJP Bedah mengenai informasi penjadwalan


pembedahan.
2. Informasi jadwal operasi bisa didapatkan pasien dan keluarga dari papan
pengumuman di kamar operasi, yang dipasang satu hari sebelum operasi
dilakukan.
3. Untuk pembedahan elektif:
a. Pasien dari poli akan diperiksa secara seksama meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik pemeriksaan penunjang, dan konsultasi dengan unit
terkait.
b. Hasil yang didapat dari proses (a) akan menentukan keputusan
tindakan pembedahan yang akan dilakukan oleh DPJP Bedah atau
peserta didik Bedah sesuai tingkat kompetensi.
c. Perencanaan pembedahan yang dibuat minimal meliputi rencana teknik
bedah, kebutuhan peralatan khusus bedah, persiapan ruang rawat dan
RTI, serta rencana perawatan pasca bedah selanjutnya.
d. Pada assessment awal di poli, dokter bedah menentukan urgensi
pembedahan (cito/urgent/elektif).
e. Pada pasien dengan pembedahan kedaruratan akan dirujuk ke IRD
Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Kabupaten Gianyar.
f. Pada perencanaan juga dipertimbangkan beberapa hal seperti :
pembedahan kasus sulit, perubahan atau perluasan tindakan yang
mungkin terjadi karena temuan intra-operatif, apakah pasien harus
dirawat inap atau rawat jalan, dan apakah pasien membutuhkan
tindakan anestesia.
g. Bila pasien membutuhkan tindakan anastesia, maka dikonsultasikan ke
poliklinik pra-operatif untuk dilakukan prosedur sesuai dengan SPO
Kunjungan Pra-Anestesia.
h. Setelah pasien dari poliklinik pra-operatif akan kembali ke DPJP Bedah.
i. Semua proses penilaian hingga perencanaan pembedahan dan
perencanaan anestesia harus dicatat di dalam rekam medis pasien.
j. Seluruh proses perencanaan pembedahan dan perencanaan anestesia
termasuk hasil penilaian awal yang mendasari harus dikomunikasikan
dan dilakukan pemberian edukasi pembedahan dan anestesia kepada
pasien dan keluarga oleh DPJP Bedah dan Anestesiologi/ peserta didik
Bedah dan Anestesiologi dan Terapi Intensif.
k. Bila semua hal diatas sudah diputuskan, maka dokter bedah akan
menjadwalkan operasi pasien dan mendaftarkannya ke kamar bedah
minimal 24 jam sebelum tindakan operasi (sesuai dengan SPO
Pendaftaran dan Penjadwalan).
l. Setelah operasi terjadwal, maka dilakukan pendaftaran rawat inap
dan/atau RTI (apabila inpatient) oleh dokter bedah.
m. Apabila ruang rawat tidak tersedia, maka dilakukan pendaftaran dan
penjadwalan ulang baik kamar operasi maupun ruang rawat inap.
Pasien diinformasikan bahwa jadwal operasi diundur sampai ruangan
tersedia kemudian DPJP dan peserta didik bedah berkoordinasi dengan
koordinator bangsal/ruang untuk mengupayakan ketersediaan ruang
rawat.

1) Bila ruangan tidak tersedia, maka akan silakukan pendaftaran dan


penjadwalan operasi dengan pasien tersebut, dengan prioritas untuk
mendapatkan ruang rawat yang tersedia.
2) Jadwal operasi kemudian menjadi satu hari setelah pasien
mendapatkan ruang rawat inap.
n. Pada kasus urgensi, DPJP langsung menghubungi manager on duty di
rawat inap dan penanggung jawab penjadwalan di kamar bedah.
o. Bagi pasien rawat inap, pemeriksaan dan persiapan pra bedah dan pra
anestesia serta toleransi operasi dapat dilakukan di ruang rawat inap
oleh dokter bedah, dokter anestesiologi, dan dokter lain yang
bersangkutan (sesuai dengan form Pra-Bedah dan Pra-Anestesia).
p. Bagi pasien rawat jalan, pemeriksaan dan persiapan pra bedah dapat
dilakukan di poli bedah oleh dokter bedah dan persiapan pra-anestesia
dapat dilakukan di poliklinik pra-operatif oleh dokter anestesiologi dan
dokter lainnya yangdibutuhkan.
q. Disini dapat ditentukan jenis operasi pada pasien, teknik-teknik khusus
yang akan dilakukan, kebutuhan alat-alat operasi atau monitoring
khusus dan posisi pasien pada saat operasi.
4. Untuk bedah Gawat Darurat :
a. Pasien masuk IRD atau dirujuk dari poli dengan kedaruratan bedah
akan diperiksa kembali secara seksama meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, persiapan anestesi dan
konsultasi dengan unit/DPJP terkait.
b. Hasil yang didapat dari proses (a) akan menentukan keputusan
tindakan pembedahan yang akan dilakukan oleh DPJP Konsulen Jaga
Bedah atau peserta didik Bedah sesuai tingkat kompetensi.
c. Pada assessment selanjutnya ditentukan apakah pasien harus
dirawat inap atau dirawat di RTI.
d. Seluruh proses penilaian hingga perencanaan pembedahan
kedaruratan dilakukan sesuai urgensi pasien.
e. Setelah semua hal diatas sudah diputuskan, maka dokter bedah akan
menjadwalkan operasi pasien dan mendaftarkannya ke kamar bedah.
Pasien ini mendapatkan prioritas.
f. Setelah operasi terjadwal, maka dilakukanlah pendaftaran rawat inap
dan/atau RTI oleh dokter bedah. Pasien ini mendapatkan prioritas.
g. Seluruh proses perencanaan pembedahan harus dikomunikasikan
dan dilakukan pemberian edukasi pembedahan kepada pasien dan
keluarga oleh DPJP/peserta didik sesuai dengan kompetensinya.

Pj. DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH SANJIWANI KABUPATEN GIANYAR

NYOMAN BAYU WIDHIARTHA

Anda mungkin juga menyukai