DINAS KESEHATAN
UPT RSUD LANTO DG. PASEWANG
Jl. Ishak Iskandar, Kel. Empoang Selatan, Kec. Binamu, Kab. Jeneponto, Telp.(0419)21004-21118
Email: rsudjeneponto@gmail.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
UPT RSUD LANTO DG. PASEWANG
NOMOR : / /RSUD-LDP/JP/VII/2022
TENTANG
Ditetapkan di Jeneponto
pada tanggal 14 Juli 2022
DIREKTUR,
BUSTAMIN
Pangkat Pembina Utama Muda
NIP. 19691028 200212 1 010
Tembusan :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto;
2. Kepala Bidang Keperawatan UPT RSUD Lanto Dg. Pasewang;
3. Kepala Bidang Pelayanan UPT RSUD Lanto Dg. Pasewang;
4. Masing-masing Kepala Instalasi, Ruangan, dan Unit
UPT RSUD Lanto Dg. Pasewang.
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR UPT RSUD LANTO
DG. PASEWANG
NOMOR / /RSUD-LDP/JP/VII/2022
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN DAN ASUHAN
PASIEN DI UPT RSUD LANTO DG.
PASEWANG
D. PENGELOLAAN NYERI
D.1 DEFINISI
1. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri
adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, yang
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan jaringan.
2. Menurut Engel (1970) nyeri dinyatakan sebagai suatu dasar sensasi
ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dan
dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh
persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi luka.
3. Nyeri juga diartikan sebagai yang dikatakan oleh orang yang
mengalami nyeri dan bila yang mengalaminya mengatakan bahwa
rasa itu ada. Definisi ini tidak berarti bahwa anak harus
mengatakan nyeri bila sakit.
4. Nyeri juga dapat diekspresikan melalui tangisan, pengutaraan, atau
isyarat perilaku (Betz, Sowden).
5. Secara umum nyeri didefinisikan sebagai suatu rasa yang tidak
nyaman, baik ringan, maupun berat, yang seringkali mempengaruhi
seseorang dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari.
Penatalaksanaan nyeri yang ideal adalah bila setiap pasien yang
mengeluh nyeri mendapatkan penanganan yang sesuai dengan
masalah yang mendasari timbulnya rasa nyeri yang dialaminya.
Karena nyeri merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien
kanker atau pasien dengan keluhan di payudara maka
penatalaksanaan untuk keluhan nyeri ini perlu mendapat perhatian
khusus.
D.2 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan nyeri yaitu
1. semua pasien dengan kondisi nyeri yang membutuhkan pelayanan
manajemen nyeri.
2. pengobatan nyeri.
3. observasi nyeri.
D.3 TATALAKSANA
Saat pasien datang pertama kali ke Rumah Sakit Umum Daerah
Lanto Dg. Pasewang, dilakukan skrining oleh perawat triage. Skrining
dilakukan dengan melakukan anamnesa dan pengisian form nyeri dan
anamnesa, hasil skor nyeri yang ada kemudian ditentukan apakah
pasien memerlukan penanganan segera atau dapat diperlakukan
sebagai pasien rawat jalan biasa.
Penentuan nyeri dilakukan berdasarkan urutan :
1. Penentuan ada tidaknya nyeri (skrining nyeri)
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, petugas skrining
harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri,
walaupun dalam observasi tidak menemukan cedera atau luka.
2. Pengkajian dan penatalaksanaan nyeri
Pengkajian dan penatalaksanaan nyeri berdasarkan metode PQRST
(Provocate, Quality, Region, Severe, Time). Namun dalam
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan keadaan pasien pada
saat pertama datang (skala prioritas)
a. Penentuan tingkat keparahan (S : Severe) dan kualitas nyeri (Q :
Quality)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan
karakteristik yang paling subyektif. Pada pengkajian ini, bila
memungkinkan pasien diminta untuk menggambarkan nyeri
yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau nyeri
berat. Sedangkan kualitas nyeri merupakan sesuatu yang
subyektif yang diungkapkan oleh pasien seperti nyeri terasa
tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih,
perih atau tertusuk.
Mengingat tingkat pemahaman pasien yang berbeda dan
keadaan nyeri yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang
terhadap situasi di sekelilingnya, penentuan tingkat keparahan
nyeri dilakukan dengan metode, yaitu :
1) Metode pertama
Penentuan tingkat keparahan nyeri yang digunakan pada
kontak pertama dengan pasien adalah dengan Skala
Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata. Skala ini efektif untuk
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi
terapeutik. Dalam hal ini pasien menilai nyeri dengan skala
0 sampai 10, angka 0 diartikan kondisi tidak nyeri dan
angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang
dirasakan.
Bila dengan metode NRS pasien masih belum dapat
menentukan intensitas nyerinya, dapat digunakan metode
pengukuran dengan Skala Deskriptif Verbal (Verbal
Descriptor Scale, VDS) yang merupakan salah satu alat ukur
tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif. Skala ini
merupakan sebuah garis yang terdiri beberpa kalimat
pendeskripsi yang tersusun dalam jarak yang sama
sepanjang garis. Kalimat pendeskripsi ini diranking dari
tidak ada nyeri sampai nyeri yang paling hebat. Perawat
menunjukkan skala tersebut pada pasien dan meminta
untuk menunjukkan intensitas nyeri terbaru yang
dirasakan.
*Keterangan:
patch fentanyl tidak boleh digunakan untuk nyeri akut karena tidak
sesuai indikasi dan onset kerjanya lama.
Untuk nyeri kronik: pertimbangkan pemberian terapi analgesik adjuvant
(misalnya amitriptilin, gabapentin).
*Istilah:
NSAID: non-steroidal anti-inflammatory drug
S/R: slow release
PRN: when required
Bila skor nyeri yang didapatkan adalah :
5) Pemberian analgesik:
a) ‘By the ladder’: pemberian analgesik secara bertahap sesuai
dengan level nyeri anak (ringan, sedang, berat).
Awalnya, berikan analgesik ringan-sedang (level 1).
Jika nyeri menetap dengan pemberian analgesik level 1,
naiklah ke level 2 (pemberian analgesik yang lebih
poten).
Pada pasien yang mendapat terapi opioid, pemberian
parasetamol tetap diaplikasikan sebagai analgesik
adjuvant.
Analgesik adjuvant
Merupakan obat yang memiliki indikasi primer
bukan untuk nyeri tetapi dapat berefek analgesik
dalam kondisi tertentu.
Pada anak dengan nyeri neuropatik, dapat diberikan
analgesik adjuvant sebagai level 1.
Analgesik adjuvant ini lebih spesifik dan efektif
untuk mengatasi nyeri neuropatik.
Kategori:
o Analgesik multi-tujuan: antidepressant, agonis
adrenergic alfa-2, kortikosteroid, anestesi topical.
o Analgesik untuk nyeri neuropatik: antidepressant,
antikonvulsan, agonis GABA, anestesi oral-lokal
o Analgesik untuk nyeri musculoskeletal: relaksan otot,
benzodiazepine, inhibitor osteoklas, radiofarmaka.
b) ‘By the clock’: mengacu pada waktu pemberian analgesik.
Pemberian haruslah teratur, misalnya: setiap 4-6 jam
(disesuaikan dengan masa kerja obat dan derajat
keparahan nyeri pasien), tidak boleh prn (jika perlu)
kecuali episode nyeri pasien benar-benar intermiten dan
tidak dapat diprediksi.
c) ‘By the child’: mengacu pada pemberian analgesik yang
sesuai dengan kondisi masing-masing individu.
Lakukan monitor dan asesmen nyeri secara teratur
Sesuaikan dosis analgesik jika perlu
d) ‘By the mouth’: mengacu pada jalur pemberian oral.
Obat harus diberikan melalui jalur yang paling
sederhana, tidak invasive, dan efektif; biasanya per
oral.
Karena pasien takut dengan jarum suntik, pasien
dapat menyangkal bahwa mereka mengalami nyeri
atau tidak memerlukan pengobatan.
Untuk mendapatkan efek analgesik yang cepat dan
langsung, pemberian parenteral terkadang merupakan
jalur yang paling efisien.
Opioid kurang poten jika diberikan per oral.
Sebisa mungkin jangan memberikan obat via
intramuscular karena nyeri dan absorbsi obat tidak
dapat diandalkan.
Infus kontinu memiliki keuntungan yang lebih
dibandingkan IM, IV, dan subkutan intermiten, yaitu:
tidaknyeri, mencegah terjadinya
penundaan/keterlambatan pemberian obat,
memberikan control nyeri yang kontinu pada anak.
Indikasi: pasien nyeri di mana pemberian per oral
dan opioid parenteral intermiten tidak memberikan
hasil yang memuaskan, adanya muntah hebat
(tidak dapat memberikan obat per oral)
e) Analgesik dan anestesi regional: epidural atau spinal
Sangat berguna untuk anak dengan nyeri kanker
stadium lanjut yang sulit diatasi dengan terapi
konservatif.
Harus dipantau dengan baik
Berikan edukasi dan pelatihan kepada staf, ketersediaan
segera obat-obatan dan peralatan resusitasi, dan
pencatatan akurat mengenai tanda vital / skor nyeri.
f) Berikut adalah tabel obat-obatan non-opioid yang sering
digunakan untuk anak:
Obat-obatan non-opioid
Obat Dosis Keterangan
Parasetamol 10-15mg/kgBB Efek antiinflamasi kecil, efek
oral, setiap 4-6 gastrointestinal dan hematologi
jam minimal
Ibuprofen 5-10mg/kgBB oral, Efek antiinflamasi. Hati-hati
setiap 6-8 jam pada pasien dengan gangguan
hepar/renal, riwayat
perdarahan gastrointestinal
atau hipertensi.
Naproksen 10-20mg/kgBB/ Efek antiinflamasi. Hati-hati
hari oral, terbagi pada pasien dengan disfungsi
dalam 2 dosis renal. Dosis maksimal 1g/hari.
Diklofenak 1mg/kgBB oral, Efek antiinflamasi. Efek
setiap 8-12 jam samping sama dengan
ibuprofen dan naproksen. Dosis
maksimal 50mg/kali.
6) Terapi non-obat
a) Terapi kognitif: merupakan terapi yang paling bermanfaat
dan memiliki efek yang besar dalam manajemen nyeri
non-obat untuk anak
b) Distraksi terhadap nyeri dengan mengalihkan atensi ke
hal lain seperti music, cahaya, warna, mainan, permen,
computer, permainan, film, dan sebagainya.
c) Terapi perilaku bertujuan untuk mengurangi perilaku
yang dapat meningkatkan nyeri dan meningkatkan
perilaku yang dapat menurunkan nyeri.
d) Terapi relaksasi: dapat berupa mengepalkan dan
mengendurkan jari tangan, menggerakkan kaki sesuai
irama, menarik napas dalam
Terapi non-obat
Kognitif Perilaku Fisik
Informasi Latihan Pijat
Pilihan dan Terapi relaksasi Fisioterapi
control Umpan balik positif Stimulasi termal
Distraksi dan Modifikasi gaya Stimulasi
atensi hidup / perilaku sensorik
Hypnosis Akupuntur
Psikoterapi TENS
(transcutaneous
electrical nerve
stimulation)
DIREKTUR,
BUSTAMIN