Menimbang :
a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kamar bedah perlu
memiliki Pedoman Pelayanan Kamar Bedah sehingga dapat memberikan
pelayanan dengan respon cepat dan penanganan yang tepat.
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf (a) perlu
menetapkan Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Kamar Bedah
Mengingat :
1. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
2. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja;
3. Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
4. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
6. Undang – Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
7. Permenkes No 1419/Menkes/PER/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik
Dokter dan Dokter Gigi
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
755/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah
Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien;
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 772 / MENKES /SK /VI /2002 tentang
Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital bylaws
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 631 /MENKES /SK /IV /2005 tentang
Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff bylaws);
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.129 /MENKES /SK /II /2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
13. Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia No. AHU-
21122.AH.01.01. Tahun 2008 tanggal 25-04-2008 tentang Pengesahan Badan
Hukum Perseroan;
14. Akta Pendirian no 1 3 tanggal 30 Jan ua r i 2008 yang dibuat dihadapan
Notaris Dedy Suwandy,SH, Notaris di Kabupaten bogor;
15. Akta pernyataan Keputusan Rapat PT. Bulan Sabit Sejahtera no 05 Tanggal 10
April 2019 yang dibuat dihadapan Notaris Dedy Suwandy,SH.MH di Kabupaten
Bogor;
16. Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia No AHU-
0020036.AH.01.02. Tahun 2019 Tentang Persetujuan Perubahan Anggaran
Dasar Perseroan Terbatas;
-2-
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pedoman Pelayanan Kamar Bedah RSIA Kenari Graha Medika tercantum dalam
lampiran peraturan ini.
Pasal 2
Pedoman Pelayanan Kamar Bedah sebagaimana dimaksud dalam diktum kesatu agar
digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan penyelenggara rumah sakit dalam
memberikan pelayanan Kebidanan di RSIA Kenari Graha Medika.
Ditetapkan di Bogor
Pada tanggal 30 juni 2022
DIREKTUR,
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR NOMOR
HK.01.01/RSIA-KGM/DIR.01.01/RSIA-
KGM/DIR /047/VI/2022 TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI
KAMAR BEDAH
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Dalam Undang-undang RI no.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan bahwa
penyelenggara rumah sakit bertujuan memberikan perlindungan terhadap keselamatam
pasein (pasient safety),masyarakat,lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di
rumah sakit.Oleh sebab itu,rumah sakit berkewajiban memeberikan pelayanan
kesehatan yang aman,bermutu,anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan
kesehatan.Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa,mencegah kecacatan dan komplikasi.Namun
demikian,pembedahan yang dilakukan juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat
membahyakan nyawa.
Kesalahan-kesalahan selama operasi,antara lain kesalahan insisi pada posisi yang
akan dilakukan operasi, kesalahan dalm pemberian label pada spesimen
patologi,kesalahan tranfusi dan obat-obatan,sehingga pasien sangat rentan terhadap
bahaya yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan tersebut saat menjalani
operasi.Standarisasi Prosedur Pembedahan yang aman dapat mencegah terjadinya
cidera dan kesalahan dalam prosedur pembedahan.
Rumah sakit RSIA Kenari Graha Medika dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan melaksanakan Good Clinical Goverment yang berbasis
quality dan patient safety terus berupaya menyempurnakan pelaksanaan program
keselamatan pasien.Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Kenari Graha Medika melalui program keselamatan pasein rumah
sakit,maka 6 kselamtan pasein diupayakan terlaksana secara optimaldan
berkesinambungan.Maksud dari sasaran keselamatan pasie adalah mendorong
peningkatan spesifik dalam keselamatan pasien
Program Keselamatan Rumah Sakit dan Keselamatan Pasien diterapkan pada
pelayanan Kamar Bedah sesuai dengan Sasaran Keselamtan Pasien( SKP),Instalasi
kamar Bedah berperan aktif dalam kegiatan keselamatan pasien,yakni Kepastian tepat
lokasi,tepat prosedur,dan tepat pasien operasi.Dalam pelaksanaannya Instalasi Kamar
Bedah telah menggunakan Ceklis Keselamatan Pasien operasi dengan mengikuti
panduan surgical safety checklist WHO dan penandaan area operasi ( marking site )
Instalasi Kamar bedah adalah suatu unit khusus di rumah sakit sebagai tempat
untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut yang membutuhkan
keadaan suci hama (steril) dan keadaan – keadaan khususnya lainnya. Untuk itulah
diperlukan suatu pedoman yang mencakup perencanaan, penyediaan, pengelolaan
bahkan pemeliharaan serta sumber daya manusia.
Pelayanan bedah di Instalasi Bedah RSIA Kenari Graha Medika harus terencana dan
terdokumentasikan berdasarkan hasil assesmen. Karena tindakan pembedahan
-4-
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
1. Kepala Perawat Kamar Bedah
2. Perawat Kamar Bedah
3. Perawat Anestesi
3. Pelatihan Pendukung
a) BTCLS/acls
b) IV Therapy
2 Penanggung Jawab a. Pendidikan :S.Kep
Shift atrau D3 Keperawatan 1.Pelatihan Umum :
b. Pengalaman kerja a) Orientasi karyawan
minimal 3 tahun b) communication skill
c.Memiliki keterampilan c) Pelatihan customer service
kamare bedah quality
d. Mampu d) Program komputer MS Word,
melaksanakan bantuan Excell dan Power Point
hidup dasar dan IV e) Basic supervisor
terapi f) Handling complain
e. Memiliki sertifikat g) Pelatihan nosokomial infection
bedah dasar HIPKABI control
f. Menguasai program h) Patient safety
-7-
5. Pelatihan Pendukung
a) btcls/acls
b) IV Therapy
3 a. Perawat S.Kep dan D 1.Pelatihan Umum :
Perawat pelaksana III a) Orientasi karyawan
Keperawatan,purna/p b) Pelatihan communication skill
aruh waktu c) Pelatihan customer service
b. Telah mendapatkan quality
pelatihan bedah dasar d) Program komputer MS Word,
c. Menguasai program Excell dan Power Point
komputer MS Word e) Basic supervisor
dan Excell f) Handling complain
g) Pelatihan nosokomial infection
control
h) Patient safety
i) Pelatihan K3
2. Pelatihan Wajib
a) Pendidikan :S.Kep atrau D3
Keperawatan
b) Pengalaman kerja minimal 3
tahun
c) Memiliki keterampilan kamare
bedah
3. Pelatihan Pendukung
a) BTCLS/acls
b) IV Therapy
4 Administrasi Dari umum 1. Pelatihan Umum
a. Pelatihan communication skill
b. program komputer MS Word,
Excell dan Power Point
c. Pelatihan nosokomial infection
control
d. Pelatihan K3
2. Pelatihan Wajib
a. Pelatihan peningkatan
-8-
3. Pelatihan Pendukung
a. BLS
Pelatihan pengarsipan dan
kesekretariatan
B. Distribusi Ketenagaan
Dalam pelayanan bedah perlu menyediakan sumber daya manusia yang kompeten,
cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga
dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan efisien. Atas dasar tersebut di
atas, maka perlu kiranya menyediakan, mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-
sumber yang ada. Untuk menunjang pelayanan bedah di instalasi kamar operasi, maka
dibutuhkan tenaga dokter, perawat yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan
pengetahuan yang sesuai.
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi perawat
untuk melaksanakan tugas pelayanan di instalasi kamar operasi sehingga semua
kegiatan pelayanan bedah dapat terkoordinir dengan baik. Pengaturan dinas dibuat 3
shift dalam 24 jam yaitu:
1. Dinas Pagi Jam 07.00 sampai dengan Jam 14.00.
2. Dinas Sore Jam 14.00 sampai dengan Jam 21.00.
3. Dinas Malam jam 21.00 sampai dengan Jam 07.00.
4. On Call bila dibutuhkan
5. Pengaturan jadwal dinas bisa secara fleksibel sesuai jam operasi (untuk mengurangi
angka kelebihan jam dinas ), jadwal dibuat sebulan sekali
-9-
BAB III
STANDAR FASILITAS
A Denah Ruangan
Keterangan :
1.Zona Rendah No 1 dan 2 3.Zona Steril Sedang No 4,7 dan 8
2.Zona Semi Steril No 3 4. Zona Steril Tinggi NO 5 dan 6
1. Bangunan gedung.
konstruksi bangunan yang diletakkan secara tetap dalam suatu lingkungan, di atas
tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan, tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk tempat tinggal, berusaha, maupun kegiatan sosial dan budaya.
2. Ruangan di rumah sakit.
Gabungan/kumpulan dari ruang-ruang/kamar-kamar di unit rumah sakit yang saling
berhubungan dan terkait satu sama lain dalam rangka pencapaian tujuan pelayanan
kesehatan.
3. Prasarana
Benda maupun jaringan/instalasi yang membuat suatu bangunan yang ada bisa
berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
4. Ruang Operasi Rumah Sakit.
Suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan
tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan
kondisi khusus lainnya.
-10-
5. Ruang Pendaftaran.
a. Ruang ini digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi, khususnya
pelayanan bedah.
b. Ruang ini berada pada bagian depan Ruang Operasi Rumah Sakit dengan dilengkapi
loket, meja kerja, lemari berkas/arsip, telepon/interkom.
c. Pasien bedah dan Pengantar (Keluarga atau Perawat) datang ke ruang pendaftaran.
d. Pengantar (Keluarga atau Perawat), melakukan pendaftaran di Loket pendaftaran,
petugas pendaftaran Ruang Operasi Rumah Sakit melakukan pendataan pasien
bedah dan penandatanganan surat pernyataan dari keluarga pasien bedah,
selanjutnya pengantar menunggu di ruang tunggu.
e. Kegiatan administrasi meliputi :
1) Pendataan pasien bedah.
2) Penandatanganan surat pernyataan dari keluarga pasien bedah.
3) Rincian biaya pembedahan.
6. Ruang Tunggu pengantar
Ruang dimana keluarga atau pengantar pasien menunggu. Ruang ini perlu disediakan
tempat duduk dengan jumlah yang sesuai aktivitas pelayanan bedah. Bila
memungkinkan, sebaiknya disediakan pesawat televisi dan ruangan yang dilengkapi
sistem pengkondisian udara.
7. Ruang Transfer (Transfer Room)
a. Pasien bedah dibaringkan di brancar khusus ruang operasi. Untuk pasien bedah
yang datang menggunakan brancar dari ruang lain, pasien tersebut dipindahkan
stretcher khusus Ruang Operasi Rumah Sakit.
b. Pasien melepas semua perhiasan dan diserahkan kepada keluarga pasien. Ruang
Persiapan Pasien
c. Selanjutnya Pasien dibawa ke ruang persiapan (preperation room)
8. Ruang Tunggu Pasien (Holding Room).
Ruang tunggu pasien dimaksudkan untuk tempat menunggu pasien sebelum dilakukan
pekerjaan persiapan (preparation) oleh petugas Ruang Operasi Rumah Sakit dan
menunggu sebelum masuk ke kompleks ruang operasi. Apabila luasan area Ruang
Operasi Rumah Sakit tidak memungkinkan, kegiatan pada ruangan ini dapat di
laksanakan di Ruang Transfer.
9. Ruang Persiapan Pasien.
a. Ruang yang digunakan untuk mempersiapkan pasien bedah sebelum memasuki
ruang operasi.
b. Di ruang persiapan, petugas Ruang Operasi Rumah Sakit membersihkan tubuh
pasien bedah, dan mencukur bagian tubuh yang perlu dicukur.
c. Petugas Ruang Operasi Rumah Sakit mengganti pakaian pasien bedah dengan
pakaian khusus pasien bedah.
d. Selanjutnya pasien bedah dibawa ke ruang induksi atau langsung ke ruang operasi.
10. Ruang Induksi
Di ruang induksi, petugas Ruang Operasi Rumah Sakit mengukur tekanan darah pasien
bedah, memasang infus, memberikan kesempatan pada pasien untuk beristirahat/
menenangkan diri, dan memberikan penjelasan pada pasien bedah mengenai tindakan
yang akan dilaksanakan.
Anastesi dapat dilakukan pada ruangan ini. Apabila luasan area Ruang Operasi Rumah
Sakit tidak memungkinkan, kegiatan anastesi dapat di laksanakan di kamar bedah.
11. Ruang Penyiapan Peralatan/ Instrumen Bedah
Peralatan/instrumen dan bahan-bahan bersih dan steril yang akan digunakan untuk
-11-
mengoperasikan mesin anestesi ini diperlukan gas oksigen (O2), gas nitrous oksida
(N2O), dan zat anestesi. Disamping gas dan zat tersebut di atas, idealnya juga
dilengkapi dengan vakum medik, udara tekan dan sistem buangan gas anestesi.
24. Ventilator
Ventilator umumnya digunakan di ruang operasi dan di ruang ICU untuk mengalirkan
ventilasi mekanis ke paru-paru.
Ventilator berfungsi sebagai alat bantu pernapasan pada pasien yang dalam kondisi
fisik cukup lemah. Penggunaannya di kamar bedah bersama sama dengan mesin
anestesi
Ventilator dioperasikan dengan pemipaan sentral gas (oksigen atau udara tekan)
atau silinder oksigen, atau dengan kompresor udara listrik yang diletakkan di mana
saja, jika tersedia tekanan sebesar 3,5 bar sampai 4 bar. Sistem ini cukup aman di
mana sirkit aliran gas dan sirkit gas ke pasien sepenuhnya terpisah, dan tidak ada
aliran gas bertekanan tinggi dialirkan ke pasien.
25. Ceiling Pendant.
Ceiling pendant adalah rak yang dipasang di langit-langit, umumnya di kamar bedah
atau di ruang ICU, dapat digerakkan ke segala arah. Ceiling pendant umumnya terdiri
dari 2 jenis. Jenis pertama, ceiling pendant yang digunakan untuk meletakkan
peralatan monitor, dan jenis ke dua untuk menempatkan outlet/inlet gas medik dan
outlet listrik. Penempatan ceiling pendant untuk memonitor kondisi pasien diletakkan
berhadapan dengan Dokter bedah dan yang lainnya ditempatkan dekat dengan
mesin anestesi,
26. Alat Monitor
Alat monitor yang umum terdapat di ruang operasi berfungsi untuk merekam aktivitas
listrik jantung. Selain itu alat ini juga dilengkapi dengan perlengkapan untuk
memonitor parameterparameter tubuh lainnya.
27. Film Viewer.
Film Viewer adalah alat untuk melihat, membaca dan mengartikan hasil foto rontgen.
28. Aspirator.
Aspirator yang digunakan dalam kamar bedah dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu
aspirator yang digunakan oleh dokter bedah untuk menghisap darah, atau zat lain
dari tubuh pasien selama pembedahan disebut aspirator bedah dan aspirator yang
digunakan dokter anestesi untuk menghisap lendir di tenggorokan pasien disebut
aspirator tenggorokan. Aspirator tenggorokan selain digunakan di kamar bedah, juga
digunakan di ruang ICU/ICCU dan di ruang rawat inap.
29. Suction Unit.
Suction Unit adalah alat yang digunakan untuk memperoleh daya hisap dengan
melalui pompa suction/vakum, yang menyatu dengan unit aspiratornya.
Penggunaannya terutama di kamar bedah, atau dilokasi lain, seperti ICU/ICCU dan
ruang perawatan.
B. Standar Fasilitas
1. Bangunan dan Prasarana
7 Ruang operasi + +
8 Ruang CSSD + +
9 Ruang laboratorium + +
10 Ruang bank darah + +
11 Ruang radiologi + +
12 Ruang rehabilitasi medik + +
13 Ruang rekam medik + +
14 Ruang dapur + +
15 Ruang laundry +/- +
16 Kamar jenazah +/- +
17 Ruang pemeliharaan sarana-prasarana + +
dan alat kesehatan RS (PSRS)
18 Ruang kantor dan administrasi + +
2. Peralatan
NO NAMA BANGUNAN DAN PRASARANA KELAS C KONDISI
SAAT INI
1 Ruang rawat jalan + +
2 Ruang rawat inap + +
d. Ruang rawat inap neonatus + +
e. Ruang rawat inap anak dan + +
remaja + +
f. Ruang rawat inap ibu
3 Ruang gawat darurat + +
4 Ruang perawatan intensif
e. NICU +/- +
-15-
f. PICU +/- +
g. ICU + +
h. HCU +/- +
5 Ruang bersalin
d. Ruang observasi + +
e. Ruang partus + +
f. Ruang isolasi + +
6 Ruang farmasi + +
7 Ruang operasi + +
8 Ruang CSSD + +
9 Ruang laboratorium + +
10 Ruang bank darah + +
11 Ruang radiologi + +
12 Ruang rehabilitasi medik + +
13 Ruang rekam medik + +
14 Ruang dapur + +
15 Ruang laundry +/- +
16 Kamar jenazah +/- +
17 Ruang pemeliharaan sarana-prasarana + +
dan alat kesehatan RS (PSRS)
18 Ruang kantor dan administrasi + +
19 Ruang penanggulangan kebakaran + +
20 Ruang pengelolaan gas medik + +
21 Ambulans + +
22 Ruang pengelolaan air bersih limbah + +
dan sanitasi
C. Standar Pengamanan
1. Sistem Proteksi Petir
a. Bangunan instalasi bedah yang berdasarkan letak, sifat geografis, bentuk,
ketinggian dan penggunaannya berisiko terkena sambaran petir, harus dilengkapi
dengan instalasi proteksi petir.
b. Sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang harus dapat mengurangi
secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap
bangunan instalasi bedah dan peralatan yang diproteksinya, serta melindungi
manusia di dalamnya.
2. Sistem Proteksi Kebakaran
a. Bangunan instalasi bedah, harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran dengan
sistem proteksi pasif dan proteksi aktif.
b. Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi, risiko
kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan
kondisi penghuni dalam bangunan instalasi bedah.
c. Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas,
ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam
bangunan instalasi bedah.
d. Bilamana terjadi kebakaran di ruang bedah, peralatan yang terbakar harus segera
disingkirkan dari sekitar sumber oksigen dan mesin anestesi atau outlet pipa yang
dimasukkan ke ruang bedah untuk mencegah terjadinya ledakan.
-16-
e. Api harus dipadamkan di ruang bedah jika dimungkinkan, dan pasien harus
segera dipindahkan dari tempat berbahaya. Peralatan pemadam kebakaran harus
dipasang di seluruh rumah sakit. Semua petugas harus memahami ketentuan
tentang cara-cara proteksi kebakaran.
Mereka harus mengetahui persis tata letak kotak alarm kebakaran dan mampu
menggunakan alat pemadam kebakaran tersebut.
3. Sarana Evakuasi
a. Meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu exit, dan jalur evakuasi
yang dapat dijamin kemudahannya.
b. Sarana pintu exit dan jalur evakuasi harus dilengkapi dengan tanda arah yang
mudah dibaca dan jelas.
D. Standar Perlengkapan
1. Sistem Komunikasi
Harus ada sistem komunikasi dengan ruangan lain di dalam dan ke luar RS.
2. Penanganan Limbah
a. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
b. Limbah benda tajam harus dikumpukan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk, dan
tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membukanya.
c. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
3. Desinfeksi Dan Sterilisasi
a. Kamar operasi yang telah dipakai harus dilakukan desinfeksi dan sterilisasi
sampai aman untuk dipakai pada operasi berikutnya.
b. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada lemari
khusus setelah dikemas steril pada ruangan dengan suhu 18-22 0C dan
kelembaban 35-75%, ventilasi tekanan positif.
c. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus dikalibrasi
minimal 1 kali satu tahun.
d. CSSD biasanya terletak tidak di dalam ruangan OK, tetapi peralatan bedah
seperti linen, sarung tangan, jarum dll merupakan tanggung jawab bagian OK
untuk menyimpannya.
-17-
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
kesehatan lainnya, persiapan untuk menghadapi situasi yang mengancam jiwa pasien saat
pembedahan, menyiapkan strategi dalam mencegah infeksi
2. Manajemen Intra Operatif
a. Memonitor performa kamar operasi / ruang tindakan
Sebelum prosedur dimulai, harus dilakukan persiapan ruangan. Hal ini
meliputi menciptakan lapangan steril, menyiapkan alat-alat, dan memeriksa
kelengkapannya.
1) Penciptaan lapangan steril:
a) Menempatkan duk steril di sekeliling situs operasi dan pada tempat
alat-alat
b) Semua personel harus mengenakan pakaian steril
c) Hanya alat steril dan orang-orang yang telah steril yang diperbolehkan
memasuki lapangan steril
d) Jangan menempatkan alat-alat steril di dekat pintu yang terbuka
e) Jendela harus ditutup
f) Letakkan alat steril hanya pada lapangan steril
g) Pastikan tangan telah discrub sebelum menyentuh alat steril
h) Orang yang telah steril tidak diperkenankan menyentuh alat-alat tidak
steril atau pergi ke tempat yang tidak steril
i) Perlu diingat bahwa ujung kemasan dari alat-alat steril adalah tidak
steril
j) Perlu diingat bahwa sekali batas steril telah dilewati, hal ini telah
dianggap terkontaminasi
k) Jika ada keraguan tentang status sterilitas sesuatu alat atau area,
harus dianggap telah terkontamiasi.
2) Persiapan alat:
Ada empat tahap proses persiapan alat, yaitu: pencucian dan
dekontaminasi, desinfeksi, sterilisasi, dan penyimpanan atau pemindahan
ke lapangan steril. Ada beberapa jenis sterilisasi, yaitu menggunakan
steam, ethylene oxide, ozone, dan gas plasma.
3) Persiapan perlengkapan anestesi
4) Memastikan kualitas udara dan ventilasi:
a) Ventilasi kamar operasi harus positive-pressure
b) Udara harus masuk ke ruangan melalui ventilasi langit-langit yang
tinggi dan keluar dari ruangan melalui exhaust air outlet dekat lantai
yang berseberangan dengan ventilasi masuk.
c) Mengatur agar sedikitnya terjadi 15 kali pertukaran udara per jamnya,
di mana 3 di antaranya harus udara segar.
d) Penyaringan udara yang diresirkulasi dan udara segar melalui filter
yang baik dengan efisiensi minimum 90%.
e) Ruangan hanya diijinkan dibuka untuk perpindahan alat, personel tim
bedah, dan pasien; selebihnya pintu dijaga agar selalu tertutup.
5) Syarat- syarat Pemasangan Implant
a) Peimilihan Implant berdasarkan peraturan perundang-undangan
b) Memodifikasi surigacal safety ceklist untuk memastikan ketersedian
implant di kamr operasi dan pertimbangan khusus untuk penandaan
lokasi operasi
-19-
c. Sebelum memegang kostum bedah atau memasuki tempat kostum bedah, semua
personel harus mencuci tangan dengan sabun dan air, antiseptik dan air, atau
antiseptic hand rub
d. Kostum bedah harus diganti setiap harinya atau setiap kali terkontaminasi atau
basah. Bila kostum terdiri dari 2 bagian, atasan harus selalu dimasukkan ke dalam
bawahan dan ukuran harus pas
e. Semua personel harus menutupi kepala dan rambut muka
f. Dalam kasus-kasus tertentu yang berisiko terciprat (misalnya kasus trauma), tim
bedah harus mengenakan alat-alat proteksi tambahan
g. Masker harus menutupi seluruh bagian mulut dan hidung
h. Kostum bedah harus dilaundry di fasilitas laundry yang terakreditasi
i. Seluruh personel harus menerima edukasi dan pengarahan perihal kostum bedah
ini
Beberapa prinsip penggunaan sarung tangan:
a. Sarung tangan harus menjadi barrier yang efektif terhadap material infeksius,
termasuk darah dan cairan tubuh
b. Sarung tangan harus diganti setiap habis kontak dengan pasien atau setiap
sarung tangan tersebut rusak
c. Sarung tangan tidak boleh dicuci atau direuse
d. Untuk prosedur invasif, tenaga kesehatan harus memakai dua lapis sarung
tangan, satu di atas yang lain
4. Penandaan Operasi
Beberapa hal yang berpotensi untuk menimbulkan kekeliruan untuk wrong surgery:
a. Lebih dari satu dokter bedah terlibat
b. Dilakukan lebih dari satu prosedur
c. Pasien memiliki beberapa karakteristik khusus, seperti deformitas fisik atau
obesitas masif
d. Ada beberapa pasien yang memiliki nama yang sama atau prosedur yang sama
atau di waktu yang bersamaan
Tiga komponen penting protokol, yaitu:
a. proses verifikasi
b. menandai lokasi yang akan dilakukan operasi
c. time out
Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan:
a. kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar)
b. kasus intervensi seperti kateter jantung
c. kasus yang melibatkan gigi
d. prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan menyebabkan
tato permanen
Dalam kasus-kasus dimana tidak dilakukan penandaan, alasan harus dapat
dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Sedapat mungkin penandaan harus
melibatkan pasien untuk menghindarkan kekeliruan.
Meskipun jarang, pasien boleh menolak penandaan setelah dijelaskan maksud
dan tujuannya. Penandaan harus dibuat menggunakan surgical marking pen yang
tidak hilang bila dicuci saat preparasi lapangan operasi. Untuk pasien dengan warna
kulit gelap, boleh digunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar
penandaan jelas terlihat, misalnya warna merah. Pada kasus-kasus seperti operasi
spinal, dapat dilakukan proses dua tahap yang meliputi penandaan preoperatif per
-22-
level spinal (yang akan dioperasi) dan interspace spesifik intraoperatif menggunakan
radiographic marking.
Jika terdapat beberapa prosedur dalam satu operasi, maka time-out harus
dilakukan sebelum setiap prosedur. Apabila terjadi diskrepansi, prosedur tidak boleh
dimulai sebelum tercapai kata sepakat oleh semua anggota tim (dalam time-out) atau
sebelum semua pertanyaan atau masalah terjawab. Time-out ini harus
terdokumentasikan, minimal berbentuk suatu pernyataan bahwa time-out telah
dilakukan dan tercapai kata sepakat.
5. Menghindari Masalah dalam Ruang Operasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari masalah dalam ruang operasi:
a. Meminimalkan distraction dan interupsi
b. Mencegah trauma benda tajam
1) Keselamatan alat (skalpel yang terlindung, jarum berujung tumpul, dll)
2) Keselamatan teknik
a) Menggunakan zona netral di mana benda-benda tajam ditempatkan tanpa
kontak tangan
b) Menggunakan teknik tanpa sentuh
c) Menggunakan sarung tangan dua rangkap
d) Mempertimbangkan penggunaan sarung tangan anti-robek
e) Mengganti sarung tangan bedah secara rutin
f) Menggunakan teknik jahit yang mencegah trauma
g) Sebisa mungkin menghindari lapangan bedah ketika dokter bedah memotong
dan menjahit
h) Memakai alas kaki yang terlindung
3) Program kontrol pajanan
4) Program edukasi
c. Mencegah tertinggalnya benda-benda di dalam luka operasi dengan metode
penghitungan alat-alat
d. Menangani spesimen secara benar (meliputi kontainer dan alat pengambilan
spesimen, identifikasi spesimen, labeling, tranportasi spesimen, komunikasi,
pembuangan spesimen)
e. Mencegah kebakaran
1) Persiapan pasien
2) Penggunaan alat-alat secara aman
3) Persiapan alat-alat
4) Membatasi bahan-bahan yang mudah terbakar
5) Mengkontrol oksigen
6) Membagi tugas di antara anggota tim bedah mengenai pencegahan kebakaran
7) Komunikasi efektif dan kerja tim.
8) Merespons bila terjadi kebakaran:
a) Bagaimana memadamkan api secepatnya
b) Bagaimana menangani pasien
c) Bagaimana memindahkan pasien secara aman
d) Bagaimana evakuasi ruang operasi secara aman
e) Bagaimana mengaktivasi sistem keamanan kebakaran
f) Bagaimana mencegah penyebaran asap
g) Bagaimana menemukan dan menggunakan alat pemadam kebakaran
h) Bagaimana peran tim pemadam kebakaran dari luar
-23-
9) Berapa hasil 20 dikurang 3, lalu hasilnya dikurang 3 lagi, dst sampai beberapa
kali
b. Mengkaji status fisik pasien, dapat dilakukan dengan memeriksa tanda vital,
derajat nyeri, adanya pembengkakan, fungsi respirasi, drainage luka, efek
samping anestesi, atau deep vein thrombosis
c. Mengkaji obat-obatan yang dibutuhkan, hal ini meliputi obat-obatan apa yang
harus diteruskan dari operasi, atau mana yang harus distop atau Obat-obat baru,
termasuk darah dan komponen-komponen darah yang diperlukan.Peresepan
dan pemberian obat-obatan tersebut harus dicatat dengan baik sesuai
urutannya, semua perintah verbal diulang kembali, dan dilabel secara benar.
Dapat dipikirkan pemanfaatan teknologi komputer untuk pendokumentasian
maupun pengingat
d. Mencegah infeksi (khususnya dari surgical site, kateter urin, dan akses intravena)
1) Monitor ketat suhu tubuh dan kadar glukosa darah untuk mengurangi risiko
infeksi postoperatif dari surgical site
2) Gunakan kateter urin hanya bila diperlukan
3) Kurangi waktu penggunaan kateter urin, kateter harus sering diganti secara
berkala
4) Gunakan teknik yang benar untuk insersi dan perawatan
5) Catat semua penggunaan kateter urin
6) Berikut ini contoh checklist untuk insersi akses sentral
e. Asuhan Pasca operasi tergantungan temuan dalam operasi , hal terpenting
adalah semua tindakan dan hasilnya di catat direkam medis.
Laporan yang tercatat dalam operasi memuat paling sedikit :
1) Diagnosa pasca operasi
2) Nama dokter bedah dan asistennya
3) Prosedur operasi yang lakukan dan rincian temuan
4) Ada dan tidak adanya komplikasi
5) Spesmen operasi yang dikirim untuk diperiksa
6) Jumlah darah yang hilang & jumlah darah yang masuk lewat tranfusi
7) Nomor pendaftaran dari alat yang dipasang (implant)
8) Tanggal, waktu , tanda tangan dokter yang bertanggung jawab
D. Tata Laksana Pembedahan Pada Penderita Dengan Hiv Dan Hepatitis B dan C
1. Penderita direncanakan dilakukan operasi terakhir, supaya kamar operasi bisa
langsung dibersihkan setelah selesai pembedahan.
2. Harus menggunakan mesin anestesi yang bagian-bagiannya dapat disterilkan
denganautoclave atau memakai yang disposable, dan memakai virus filter
antarra endotracheal tubedengan closed circuit–nya.
3. Harus disiapkan:
a. Desinfektan yang cukup (glutaraldehyde 2 %)
b. Celemek plastik yang kedap cairan.
c. Pelindung mata dan muka.
d. Kantong plastik yang tebal dan kedap air dengan tanda khusus untuk
tempat kotor yang terkontaminasi.
4. Personil kamar operasi harus memakai celemek plastik kedap air di bawah jas
operasi memakai pelindung mata (kaca mata) dan pelindung muka, memakai
sarung tangan rangkap dua.
5. Personil dalam kamar operasi sesedikit mungkin dan alat-alat yang diperlukan
saja, harus ada dua orang perawat keliling: 1 orang di dalam dan 1 orang lagi di
luar untuk menghindari kontaminasi ke luar ruangan.
6. Perawat keliling juga harus menggunakan sarung tangan, pelindung mata dan
muka, celemek kedap air di bawah jas operasi yang steril.
7. Harus memakai linen disposable, meja operasi tertutup dan kain yang kedap air,
kemudian ditutup lagi dengan kain disposable.
8. Penderita dibawa ruang pemulihan setelah sadar benar.
Instrumen yang telah dipakai harus dicuci dengan sabun air panas sebelum
di autoclave. Instrumen yang tidak dapat di autoclave setelah dicuci dengan air
panas harus direndam dengan sterilicide atau natrium dichloroisocyanurate atau
NaDCC (Solution) sesuai kebutuhan.
9. Perawat yang mencuci instrumen tersebut harus memakai perlengkapan seperti:
a. Sarung tangan yang kuat dan utuh.
b. Celemek plastik kedap air di bawah jas luar.
c. Pelindung mata (kaca mata), pelindung wajah ini sangat penting dengan
banyaknya percikan-percikan air yang mengandung kuman.
10. Alat anestesi (closed circuit) setelah dipakai disterilkan.
11. Setelah pembedahan, kamar operasi dan alat-alat yang telah dipakai harus
segera dibersihkan dengan air sabun panas.
12. Rahasia penderita harus dijaga kecuali tanda merah status.
13. Darah dan cairan tubuh penderita harus dibakar.
14. Kamar operasi segera harus disterilkan sesuai prosedur yang berlaku di kamar
operasi (1 kali saja)
-28-
BAB V
LOGISTIK
A.Standar obat dan alkes
B. Standar Peralatan
1. Peralatan utama pada Kamar Bedah 1 adalah:
a. Mesin Anesthesi 1 unit
b. Monitor Anesthesi 1 unit
c. Trolly obat Anesthesi 1 unit
d. Mesin Diatermi 1 unit
e. Suction Pump 1 unit
f. Suction Anastesi 1 Unit
g. Lampu Operasi 2 unit
h. Lampu Rongent 1 unit
i. Standar Infus 2 unit
j. Meja Operasi 1 unit
k. Meja Mayo 1 unit
l. Trolley Instrumen Operasi 1 unit
m. Trolley baskom 1 unit
1) Ambubag bayi 1
2) Ambubag anak 1
3) Ambubag dewasa 1
4) Autoclave 2
8) Infant Warmer 1
23) Set SC 2
-37-
34) Vacum 2
Kebutuhan Per-Ruang
12.) Suction OK 2
18.) Walloutlet O2 1
Kebutuhan per-ruangan
1) Patient monitor 2
2) Tempat tidur 2
3) Troley Emergency 1
1) Bedside Cabinet 1
4) Tiang Infus 1
a. Alat untuk mendukung fasilitas bedah khusus bila belum disediakan oleh rumah
sakit maka dibawa sendiri oleh ahli bedahnya dan jika perlu dilakukan proses
sterilisasi
b. Alat bedah sesua oleh ikatan profesi anestesi
c. Ada sistem pemeliharaan dan pemantauan rutin. Ada sistem perbaikan
berdasarkan perkiraan kerusakan alat agar alat senantiasa dalam batas
keamanan.
d. Harus disediakan spoelhock untuk membuang barang-barang bekas operasi.
5. Pengelolaan Peralatan
a. Program pemeliharaan peralatan dan prasarana lainnya di Kamar Operasi
berpedoman pada Program K-3 Rumah Sakit
b. Pemeliharaan terdiri dari :
1) Pemeliharaan rutin yang dilakukan oleh perawat pelaksana
2) Pemeliharaan yang dilakukan oleh petugas IPSRS
3) Kalibrasi peralatan
c. Jadwal pemeliharaan peralatan dan prasarana lainnya di Kamar Operasi
dilakukan bekerja sama dengan teknisi alkes.
d. Evaluasi terhadap pelaksanaan pemeliharaan peralatan dan prasarana dilakukan
setiap 3 bulan.
-39-
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety)adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Assesment resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
F. Laporan Insiden Keselamatan Pasien adalah laporan tertulis atau suatu sistem untuk
mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Sistem ini juga
mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten dengan operasional rutin
rumah sakit atau asuhan pasien.
G. Kejadian Potensial Cedera (KPC) atau “reportable circumstance” adalah kondisi atau
situasi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Contoh: Alat defibrilator di IGD rusak, ICU yang dalam kondisi jumlah tenaga yang
kurang.
L. RCA (Root Cause Analysis) adalah : metode evaluasi terstruktur untuk identifikasi akar
masalah dari kejadian yang tidak diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali.
M. FMEA (Failure Mode & Effect Analysis) adalah metode perbaikan kinerja yang dilakuan
secara proaktif dengan melakukan identifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum
terjadi yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
N. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak negatif terhadap
pencapaian sasaran organisasi
O. Manajemen Risiko (Man Risk) adalah proses yang proaktif dan kontinu meliputi
identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi, pemantauan, dan
pelaporan risiko, termasuk berbagai strategi yang dijalankan untuk mengelola risiko dan
potensinya.
P. Risiko Klinis adalah Semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan
pasien yang bermutu, aman dan efektif.
Q. Risiko Non Klinis adalah Semua isu yang dapat berdampak terhadap tercapainya tugas
pokok dan kewajiban hukum dari RS sebagai korporasi.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas medis
lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang ada di
rumah sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja disana
perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun
non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya.
Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di rumah sakit juga “concern” keselamatan dan hak-hak pasien, yang
masuk kedalam program patient safety.
1. Keselamatan dan keamanan
a. Menyusun rencana perbaikan fasilitas di ruangan
b. Pemasangan kamera pada daerah yang berisiko
c. Semua staf, pengunjung, vendor diidentifikasi dan diberi tanda pengenal sementara
atau permanen.
2. Bahan-bahan berbahaya
a. Melakukan inventarisasi bahan-bahan dan limbah berbahaya
b. Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya
c. Pelaporan dan penyelidikan tumpahan, paparan terhadap bahan/limbah berbahaya
d. Peralatan pelindung dan prosedur yang benar dalam penanganan tumpahan bahan
berbahaya
e. Pemberian label bahan dan limbah berbahaya secara tepat
3. Kesiapan menghadapi bencana
a. Menentukan jenis, kemungkinan terjadi, konsekuensi bahaya, ancaman dan kejadian
b. Mengidentifikasi dan penugasan terhadap staf bila terjadi bencana
c. Mengelola kegiatan selama kejadian bencana
4. Penanganan kebakaran
a. Mencegah kebakaran melalui pengurangan risiko, penyimpanan dan penanganan
bahan-berbahaya
b. Menyediakan jalan keluar yang aman dan tidak terhalang apabila terjadi kebakaran
c. Menyediakan system peringatan dini, deteksi dini, alarm kebakaran RSIA Kenari Graha
Medika
5. Peralatan medis
a. Melakukan inventarisasi peralatan medis di ruangan
b. Melakukan pengujian/ kalibrasi secara berkala
c. Melakukan pemeliharan preventif
6. Sistem utilisasi
Mengusahakan air dan listrik tersedia 24 jam untuk memenuhi kebutuhan penting
dalam perawatan pasien .
7. Pendidikan staf
Mengusulkan semua staf mendapatkan pelatihan untuk menangani kebakaran,
keamanan, bahan-bahan berbahaya dan keadaan darurat
b. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/ alaskaki tertutup,
celemk, dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen pasien, yaitu: darah, urin,
dll.
c. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur yang
ada, seperti : memasang kateter, menyuntik menjahit luka, memasang infus, dll
d. Mencuci tangan enam langkah dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah
menangani pasien.
2. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
3. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :
a. Dekontaminasi dengan larutan klorin
b. Pencucian dengan sabun
c. Pengeringan
4. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus infeksi Kewaspadaan
standar karyawan / petugas dalam menghadapi pasien dengan prosedur sebagai berikut :
a. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
b. Cara kerja aman, dengan selalu berpedoman pada Standar Operasional Prosedur
(SOP), serta dilindungi oleh peraturan-peraturan yang ada.
c. Pengelolaan lingkungan untuk selalu menyesuaikan dengan lingkup pekerjaan yang
dilakukan, dengan substitusi, eliminasi dan administrasi.
d. Penempatan pasien yang tepat, dengan pemberian pengaman tempat tidur yang
cukup, pegangan khusus pada kamar mandi, dengan tujuan menghindari pasien jatuh
(patient safety).
e. Pencegahan kecelakaan dan cidera, dengan pemberian atau penempatan tanda-tanda
bahaya atau risiko yang jelas di setiap sudut Rumah Sakit, agar memudahkan pasien,
staf dan pengunjung mendapatkan pelayanan yang diharapkan.
-45-
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar Bedah ini disusun dalam rangka memberikan
acuan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di unit pelayanan Kamar Bedah RSIA Kenari
Graha Medika agar dapat menyelenggarakan pelayanan bedah yang bermutu, aman, efektif
dan efisien dengan mengutamakan keselamatan pasien. Apabila di kemudian hari diperlukan
adanya perubahan, maka Pedoman Pelayanan Instalasi kamar Bedah ini akan
disempurnakan.
DIREKTUR,