MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR PEDOMAN PELAYANAN
MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN DI
RUMAH SAKIT AIRAN RAYA
Kesatu : Memberlakukan Pedoman Pelayanan sebagaimana
tercantum dalam lampiran peraturan Direktur.
Kedua : Pedoman pelayanan ini merupakan acuan bagi pimpinan,
semua unit kerja dan manajerial serta seluruh pegawai
Rumah Sakit Airan Raya dalam mengelola keselamatan
dan kesehatan kerja di rumah sakit secara komprehensif
dan terintegrasi.
Ketiga : Peraturan ini berlaku berlaku sejak tanggal ditetapkannya,
dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dengan mengacu pada berbagai macam sumber baik itu Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 66/Menkes/VIII/2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit, Pedoman Manajemen (keselamatan dan kesehatan kerja) K3
Rumah Sakit No.432/Menkes/SK/IV/2007, dan juga sumber-sumber lain yang
diharapkan dapat diterapkan dapat menjadi dasar hukum pelaksanaan K3. Oleh
karena itu, diharapkan dapat menerapkan upaya–upaya yang mendukung
terciptanya K3 di rumah sakit. Selain itu, agar penyelenggaraan K3 Rumah Sakit
lebih efisien, efektif dan terpadu dengan cara menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ditujukan untuk
menciptakan suatu sistem manajemen K3 di tempat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko, mencegah dan
mengurangi kecelakaan serta penyakit akibat kerja, menciptakan tempat kerja
yang aman terhadap kebakaran, gempa, keamanan lingkungan, ancaman bahaya
infeksius, teroris, banjir, peledakan, dan kerusakan yang pada akhirnya akan
melindungi investasi yang ada serta membuat tempat kerja yang sehat, menjaga
citra perusahaan sebagai perusahaan yang mempunyai komitmen K3 yang tinggi.
Upaya K3 di RS Airan Raya menyangkut tenaga kerja, cara atau metode kerja,
alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi identifikasi,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan
non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja, yang dimaksud dengan :
1. Kapasitas kerja adalah kemampuan seseorang pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.
2. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik
maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat
diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau
non fisik
3. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi
faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi
pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (Komite K3RS) ditunjuk
dan diangkat langsung oleh Direktur Rumah Sakit berdasarkan pada usulan-usulan
dan pertimbangan yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pelayanan Medis dan
Kepala Bagian Umum dengan tetap memperhatikan prestasi kerja masing-masing
Komite K3RS, kemudian ditetapkan dalam surat Keputusan Direktur Rumah
Sakit. Maka dibuatlah Pedoman Pelayanan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(Komite K3) RS Airan Raya.
B. Sasaran
1. Pimpinan dan manajemen Rumah Sakit
2. SDM Rumah Sakit
3. Pasien
4. Pengunjung/pengantar pasien
D. Batasan Operasional
E. Landasan hukum
13. Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit.
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
B. Distribusi Ketenagaan
1. Komite K3RS
a. Ketua komite bertanggungjawab kepada pimpinan tertinggi rumah
sakit.
b. Anggota terdiri dari semua jajaran Direksi dan/atau
kepala/perwakilan setiap unit kerja, (Instalasi/Bagian/Staf medik
fungsional).
c. Sekretaris merupakan petugas kesehatan yang ditunjuk oleh
pimpinan untuk bertanggung jawab dan melaksanakan tugas secara
purna waktu dalam mengelola K3RS, mulai dari persiapan sampai
koordinasi dengan anggota komite K3RS.
2. Instalasi K3RS
a. Kepala Instalasi K3RS bertanggung jawab kepada Kepala Bagian
Umum/SDM/Keuangan.
b. Instalasi minimal melaksanakan 3 fungsi yang terdiri dari :
1) Kesehatan kerja meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif
serta rehabilitatif.
2) Keselamatan kerja meliputi upaya pencegahan, pemeliharaan,
penanggulangan dan pengendalian.
3) Lingkungan kerja meliputi pengenalan bahaya, penilaian risiko,
dan pengendalian risiko di tempat kerja.
Tugas Instalasi atau Komite K3RS
1. Mengembangkan kebijakan, prosedur, regulasi internal K3RS, pedoman,
petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan dan SPO K3RS untuk
mengendalikan risiko.
2. Menyusun program K3RS.
3. Menyusun rekomendasi untuk bahan pertimbangan pimpinan rumah sakit
yang berkaitan dengan K3RS.
4. Memelihara dan mendistribusikan informasi terbaru mengenai kebijakan,
prosedur, regulasi internal K3RS, pedoman, petunjuk teknis, petunjuk
pelaksanaan dan SPO K3RS yang telah ditetapkan.
5. Mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan K3RS.
6. Mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya di sebarluaskan di
seluruh unit kerja rumah sakit.
7. Membantu pimpinan rumah sakit dalam penyelenggaraan SMK3 Rumah
Sakit, promosi K3RS, pelatihan dan penelitian K3RS di rumah sakit.
8. Monitoring pelaksanaan program K3RS.
9. Koordinasi dengan wakil unit-unit kerja RS yang menjadi anggota
organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3RS.
10. Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru,
pembangunan gedung dan proses.
11. Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan korektif.
12. Melaporkan kegiatan yang berkaitan dengan K3RS secara teratur kepada
pimpinan rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang ada di rumah sakit.
13. Peran sebagai investigator dalam kejadian PAK dan KAK, yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
RUANG K3RS
Ruang kerja K3RS berada di lantai 2 gedung pelayanan RS. Airan Raya
B. Standar Fasilitas
Fasilitas yaitu sarana dan prasarana yang berada di tempat kerja untuk kelancaran
suatu kegiatan. Tersedianya fasilitas dan peralatan untuk menunjang kegiatan
K3RS Airan Raya mutlak diperlukan. Sarana yang diperlukan adalah :
1. Ruang Sekretariat
2. Komputer dengan printer dan internet
3. Line intern dan extern telepon dengan nomor khusus (untuk kondisi darurat)
4. Rak alat
5. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan asesorisnya
6. Sign K3 dan Alat Pelindung Diri (APD)
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Rumah
Sakit perlu menyusun sebuah program manajemen risiko
fasilitas/lingkungan/proses kerja yang membahas pengelolaan risiko
keselamatan dan kesehatan melalui penyusunan manual K3RS, kemudian
berdasarkan manual K3RS yang ditetapkan dipergunakan untuk membuat
rencana manajemen fasilitas dan penyediaan tempat, teknologi, dan sumber
daya. Organisasi K3RS bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan
manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja dimana dalam sebuah
rumah sakit yang kecil, ditunjuk seorang personil yang ditugaskan untuk
bekerja purna waktu, sedangkan di rumah sakit yang lebih besar, semua
personil dan unit kerja harus dilibatkan dan dikelola secara efektif,
konsisten dan berkesinambungan. Langkah-langkah manajemen risiko
K3RS adalah sebagai berikut
Limbah
Tertumpah, Semua area Semua karyawan
tertelan, yang
terciprat, menggunakan
terhirup, tertusuk menghasilkan
limbah padat,
limbah cair dan
limbah gas,
limbah
3) Analisis Risiko
Risiko adalah probabilitas/kemungkinan bahaya potensial menjadi
nyata, yang ditentukan oleh frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas
kerja, serta upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan
pengendalian tingkat pajanan. Termasuk yang perlu diperhatikan juga
adalah perilaku bekerja, higiene perorangan, serta kebiasaan selama
bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan. Analisis
risiko bertujuan untuk mengevaluasi besaran (magnitude) risiko
kesehatan pada pekerja. Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan
gangguan kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya toksisitas bila
ada efek toksik, dengan kemungkinan gangguan kesehatan atau efek
toksik dapat terjadi sebagai konsekuensi pajanan bahaya potensial.
Karakterisasi risiko mengintegrasikan semua informasi tentang bahaya
yang teridentifikasi (efek gangguan/toksisitas spesifik) dengan
perkiraan atau pengukuran intensitas/konsentrasi pajanan bahaya dan
status kesehatan pekerja, termasuk pengalaman kejadian kecelakaan
atau penyakit akibat kerja yang pernah terjadi. Analisis awal ditujukan
untuk memberikan gambaran seluruh risiko yang ada. Kemudian
disusun urutan risiko yang ada. Prioritas diberikan kepada risiko-risiko
yang cukup signifikan dapat menimbulkan kerugian.
4) Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah
dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang
digunakan. Pada tahapan ini, tingkat risiko yang telah diukur pada
tahapan sebelumnya dibandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan. Selain itu, metode pengendalian yang telah diterapkan
dalam menghilangkan/meminimalkan risiko dinilai kembali, apakah
telah bekerja secara efektif seperti yang diharapkan. Dalam tahapan ini
juga diperlukan untuk membuat keputusan apakah perlu untuk
menerapkan metode pengendalian tambahan untuk mencapai standard
atau tingkat risiko yang dapat diterima.
Sebuah program evaluasi risiko sebaiknya mencakup beberapa elemen
sebagai berikut:
a) Inspeksi periodik serta monitoring aspek keselamatan dan higiene
industri
b) Wawancara nonformal dengan pekerja
c) Pemeriksaan kesehatan
d) Pengukuran pada area lingkungan kerja
e) Pengukuran sampel personal
Hasil evaluasi risiko diantaranya adalah:
a) Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
b) Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
c) Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam
parameter biaya ataupun parameter lainnya.
d) Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.
5) Pengendalian Risiko
Prinsip pengendalian risiko meliputi 5 hierarki, yaitu:
a) Menghilangkan bahaya (eliminasi)
b) Menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang
tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada (substitusi)
c) Rekayasa engineering/pengendalian secara teknik
d) Pengendalian secara administrasi
e) Alat Pelindung Diri (APD).
Beberapa contoh pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja
di rumah sakit:
a) Containment, yaitu mencegah pajanan dengan:
(1) Desain tempat kerja
(2) Peralatan safety (biosafety cabinet, peralatan centrifugal)
(3) Cara kerja
(4) Dekontaminasi
(5) Penanganan limbah dan spill management
b) Biosafety Program Management, support dari pimpinan puncak
yaitu Program support, biosafety spesialist, institutional biosafety
committee, biosafety manual, OH program, Information&
Education
c) Compliance Assessment, meliputi audit, annual review, incident
dan accident statistics. Safety inspection dan audit meliputi :
(1) Kebutuhan (jenisnya) ditentukan berdasarkan karakteristik
pekerjaan (potensi bahaya dan risiko)
(2) Dilakukan berdasarkan dan berperan sebagai upaya pemenuhan
standar tertentu
(3) Dilaksanakan dengan bantuan cheklist (daftar periksa) yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan jenis kedua program
tersebut
d) Investigasi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(1) Upaya penyelidikan dan pelaporan KAK dan PAK di tempat
kerja
(2) Disertai analisis penyebab, kerugian KAK, PAK dan tindakan
pencegahan serta pengendalian KAK, PAK
(3) Menggunakan pendekatan metode analisis KAK dan PAK.
e) Fire Prevention Program
(1) Risiko keselamatan yang paling besar dan banyak ditemui pada
hampir seluruh jenis kegiatan kerja, adalah bahaya dan risiko
kebakaran
(2) Dikembangkan berdasarkan karakteristik potensi bahaya dan
risiko kebakaran yang ada di setiap jenis kegiatan kerja
f) Emergency Response Preparedness
(1) Antisipasi keadaan darurat, dengan mencegah meluasnya
dampak dan kerugian
(2) Keadaan darurat: kebakaran, ledakan, tumpahan, gempa, social
cheos, bomb treat dll
(3) Harus didukung oleh: kesiapan sumber daya manusia, sarana
dan peralatan, prosedur dan sosialisasi
g) Program K3RS lainnya
Pemindahan Risiko (risk transfer) Mendelegasikan atau
memindahkan suatu beban kerugian ke suatu kelompok/bagian lain
melalui jalur hukum, perjanjian/kontrak, asuransi, dan lain-lain.
Pemindahan risiko mengacu pada pemindahan risiko fisik dan
bagiannya ke tempat lain.
6) Komunikasi dan Konsultasi
Komunikasi dan konsultasi merupakan pertimbangan penting pada
setiap langkah atau tahapan dalam proses manejemen risiko. Sangat
penting untuk mengembangkan rencana komunikasi, baik kepada
kontributor internal maupun eksternal sejak tahapan awal proses
pengelolaan risiko. Komunikasi dan konsultasi termasuk didalamnya
dialog dua arah diantara pihak yang berperan didalam proses
pengelolaan risiko dengan fokus terhadap perkembangan kegiatan.
Komunikasi internal dan eksternal yang efektif penting untuk
meyakinkan pihak pengelola sebagai dasar pengambilan keputusan.
Persepsi risiko dapat bervariasi karena adanya perbedaan dalam asumsi
dan konsep, isu-isu, dan fokus perhatian kontributor dalam hal
hubungan risiko dan isu yang dibicarakan. Kontributor membuat
keputusan tentang risiko yang dapat diterima berdasarkan pada persepsi
mereka terhadap risiko. Karena kontributor sangat berpengaruh pada
pengambilan keputusan maka sangat penting bagaimana persepsi
mereka tentang risiko sama halnya dengan persepsi keuntungan-
keuntungan yang bisa didapat dengan pelaksanaan pengelolaan risiko.
7) Pemantauan dan telaah ulang
Pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung perlu dilakukan
untuk mengetahui perubahan-perubahan yang bisa terjadi. Perubahan-
perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya
dilakukan perbaikan-perbaikan. Pada prinsipnya pemantauan dan telaah
ulang perlu untuk dilakukan untuk menjamin terlaksananya seluruh
proses manajemen risiko dengan optimal.
F. Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) dari Aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Pengertian
Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) adalah upaya
meminimalkan risiko penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) terhadap
sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan rumah sakit. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlah,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat membahayakan kesehatan,
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup serta mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup sekitarnya. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) adalah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Untuk di rumah sakit, limbah medis termasuk limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3).
Berikut ini yang termasuk katagori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang
mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2008
Tentang tata cara pemberian simbol dan label Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3):
a. Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel
radioaktif yang mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung
materi bahan yang dilaluinya, misalnya: Ir192, I131, Tc99, Sa153, sinar X,
sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, dan lain-lain.
b. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai
pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan
suhu dan tekanan meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan.
Bahan mudah meledak apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat
menimbulkan ledakan.
c. Mudah menyala atau terbakar
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan
pengimbangan kehilangan panas, sehingga tercapai kecepatan reaksi yang
menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai titik
nyala (flash point) rendah (210C).
d. Oksidator bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga
terjadi reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar panas (eksothermis).
e. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan kulit atau mulut.
f. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja (SAE -53- 1020) dengan laju korosi lebih
besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur uji 550C, mempunyai pH sama
atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa).
g. Karsinogenik Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat
merusak jaringan tubuh.
h. Mutagenik Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom
yang berarti dapat merubah genetika.
i. Teratogenik Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
j. Iritasi, bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput
lendir.
k. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment) bahan kimia ini
dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau organisme
aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti merusak
lapisan ozon (misalnya CFC=Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan
(misalnya PCBs=Polychlorinated Biphenyls)
l. Gas bertekanan (pressure gas) bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini
bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas
atau pecah dan isinya dapat menyebabkan kebakaran.
Sedangkan yang termasuk dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
adalah sebagai berikut:
a. Infeksius.
b. Benda tajam bekas pasien
c. Patologis
d. Bahan kimia kedaluwarsa tumpahan, atau sisa kemasan
e. Radioaktif
f. Farmasi
g. Sitotoksik
h. Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi
i. Tabung gas atau kontainer bertekanan
b. Instalasi Listrik
Listrik di RS. Airan Raya berasal dari PT. PLN (Persero). Apabila PLN tidak
dapat memenuhi kebutuhan listrik / pemadaman listrik dari PLN, maka
supply listrik RSPBA digantikan oleh generator set (Genset). RS. Airan
Raya mempunyai 2 Genset dengan kapasitas masing-masing 500 KVA.
Daya listrik dari PLN akan digantikan genset dalam waktu 20 detik. Apabila
genset mengalami gagal fungsi, maka ada daya listrik cadangan dari Sistem
UPS (Uninterruptible Power Supply) yang memback up kebutuhan listrik
untuk alatalat kesehatan yang beresiko. UPS ini terdapat di peralatan medis
yang sifatnya untuk penunjang hidup. Contohnya : ventilator, mesin
anestesi, bedside monitor, mesin hemodialisa
Pemeriksaan, pemeliharaan, uji fungsi Instalasi Listrik meliputi :
1) Generator Set (Genset)
- Oli
Pemeriksaan : Pastikan oli mesin di level Hight (diatas low) •
Pemeliharaan : Jika oli mesin dibawah batas low, dilakukan
pengisian oli
- Air Accu
Pemeriksaan : Pemeriksaan jumlah Air Accu
Pemeliharaan : Jika Air Accu kurang, dilakukan pengisian dengan air
lunak.
- Air radiator
Pemeriksaan : Pemeriksaan jumlah dan kejernihan air
Pemeliharaan : Apabila jumlah air kurang, dilakukan pengisian.
Apabila keruh dilakukan penggantian air.
- Baterry Charger
Pemeriksaan : Pemeriksaan electrical battery, pastikan di angka
normal (24 V/100 Ampere DC) dengan melihat AMF • Pemeliharaan
: Jika tidak di angka normal, maka dilakukan penggantian battery.
- Water separator
Pemeriksaan : apakah ada gumpalan air
Pemeliharaan : Jika ada gumpalan air, dilakukan penggantian Water
Separator
- Baut dan Packing Mesin
Pemeriksaan : Kondisi baut, dan apakah ada rembesan oli pada block
mesin
Pemeliharaan : Apabila ada baut yang longgar, dikencangkan dengan
obeng. Apabila ada rembesan oli, diperiksa packing mesin apakah
ada yang bocor dan diperbaiki
- Belting Kipas
Pemeriksaan : Gerakan kipas dan kondisi kipas
Pemeliharaan : Apabila ada kerusakan, dilakukan penggantian kipas
- Tangki Minyak
Pemeriksaan : Apakah terisi penuh
Pemeliharaan : Jika minyak kurang, dilakukan pengisian
- Saringan Minyak
Pemeriksaan : Kotor atau tidak
Pemeliharaan : Jika kotor diganti dengan yang baru. Penggantian
rutin saringan dilakukan tiap 6 bulan.
- Uji Fungsi
• Hidupkan dan panaskan Genset secara manual (AMF)
• Pastikan suara Genset lansam
• Dilakukan pemeriksaan sensor temperature dan oli
• Pemeriksaan tombol “STOP” berfungsi dengan baik
• Matikan mesin apabila temperatur mesin normal (80oC)
2) Service kubikel
Pemeriksaan terhadap komponen kabel, pensaklaran, stop kontak
Pemeliharaan : Apabila ada komponen yang rusak, dilakukan
penggantian.
3) Panel listrik
Pemeriksaan : Pemeriksaan terhadap komponen NCB, Auto breaker
Pemeliharaan : Apabila ada komponen yang rusak, dilakukan
penggantian
4) Spalir trafo
Pemeriksaan : Pemeriksaan Tegangan
5) Lampu
Pemeriksaan : Pemeriksaan pensaklaran dan penerangan
Pemeliharaan : Apabila ada komponen yang rusak, dilakukan
penggantian.
6) Sistem UPS
Pemeriksaan terhadap power suplay, pastikan normal
Pemeriksaan perangkat elektronik pada papan PCB, bersihkan dengan
menggunakan kuas
Pemeriksaan battery charger, dengan memastikan inferter berfungsi
dengan baik (ukuran input-output 12 VDC-220 V)
Pemeriksaan accu/battery UPS, dengan memastikan kualitas battery
dalam kondisi baik (12VDC/ 7 Ampere)
Uji fungsi :
- Aktifkan UPS, kemudian UPS disambungkan ke perangkat.
- Saat power input diputus, pastikan perangkat masih hidup. Minimal
dapat bertahan 15-30 menit.
c. Gas medis
Pemeriksaan dan pemeliharaan gas medis meliputi:
1) Pemeriksaan terhadap tekanan Gas O2 dan jumlah tabung Gas O2
2) Pemeriksaan terhadap tekanan Gas N2O
3) Pemeriksaan terhadap kompresor dental dengan cara pembuangan angin
setiap harinya.
d. Lift (Elevator) Pemeriksaan dan pemeliharaan lift selain dilaksanakan oleh
teknisi, juga dilakukan secara berkala oleh Pihak Ketiga yaitu
Disnakertrans Provinsi Lampung setiap 2 tahun sekali.
- Pemeriksaan oleh teknisi dilakukan sebulan sehari, meliputi :
Pemeriksaan kondisi Break (rem)
Pemeriksaan Slink (kawat pengait)
Pemeriksaan Clift Hanger
- Pemeriksaan oli rem Pemeriksaan oleh pihak ketiga meliputi : Uji
fungsi kondisi kerja lift (elevator)
Buka-tutup pintu car
Kerja door safety shoe
Kerja photo cell
Waktu car jalan naik/turun
Start shock, naik/turun
Stop shock, naik/ turun
Cage button, switch-switch di OPB, CPI (kerja/ tidak kerja)
Level car tiap-tiap lantai (+/- 10 mm standar/ tidak)
- Ruang mesin lift Bersihkan, stel, moving dan carbon contract dari
relay-relay utama di CPI dan RP (baik/ aus), Ukur panjang carbon
brush Tr.M : M-G - Bersihkan CP Tr. Mec, brake drum, motor dan
governor - Kerja emergency light, interphone, alarm bell - Tegangan
battery, coba A.R.D
- Entrance/ pintu luar
Hall button, hall lantern, indikator tiap lantai, Stel gate switch sesuai
standard, Tangan-tangan pintu, safety shoe switch, door shoe dari car
door, Kabel safety shoe, photo cell
e. Tata udara (AC)
Pemeliharaan AC baik AC split maupun AC central dilakukan oleh pihak
teknisi, yang dilakukan sebulan sekali. Pemeliharaan meliputi :
1) Window unit
Pemeliharaan
- Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit (case
unit) menyeka dengan menggunakan kain atau sikat pembersih
dan detergen.
- Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada komponen heat
exchanger condenser, koil pipa evaporator, filter (saringan) dan
panic penampung. Pembersihan dilakukan dengan cara
mengeluarkan window AC dari rumahnya kemudian dibersihkan
menggunakan sikat atau kain pembersih, deterjen dan
compressor angin.
- Dilakukan pengisian refrigeran dengan cara memasukkan
refrigeran ke dalam pipa unit melalui lubang pengisian yang telah
ada. Jenis refrijeran yang digunakan adalah Freon, R-12, R-22
atau fluida lain yang ditentukan oleh pabrik pembuatnya.
Pengisian dilakukan bila dianggap perlu.
Perbaikan kecil
- AC split
Dilakukan penggantian isolasi pipa tembaga atau kuningan atau
jenis lain bila ditemui adanya bagian isolasi pipa yang rusak
dengan cara membuka bagian/ daerah isolasi yang rusak tersebut,
sekeliling pipa kemudian diganti dengan isolasi dari bahan
asbestos atau Magnesium karbida.
- AC Package
Bila terjadi kerusakan tali kipas atau kendor dilakukan
penggantian atau penyetelan. Bila terjadi kerusakan tali kipas
maka tali kipas harus diganti dengan cara mengatur posisi motor
penggerak sedemikian, sehingga tali kipas dapat diganti dan
kemudian diatur kembali pada posisi yang sesuai dengan
ketentuan tegangan tali kipas dari pabrik pembuatnya dan
dilakukan pada saat blower tidak beroperasi. Dilakukan
penyetelan thermostat pendingin sesuai dengan kebutuhan
pendinginan di dalam ruangan dengan cara mengatur thermostat
pada kondisi temperature ruangan yang diinginkan.
2) Chiller
Pemeliharaan :
- Dilakukan pembersihan atau penyetelan terhadap permukaan
luas unit chiller ini dengan cara menyeka dengan kain atau
dengan sikat pembersih.
- Dilakukan pembersihan terhadap komponen pipa air pendingin
kondensor dan koil pipa pendingin evaporator dengan cara
membuka bagian penutup mesin chiller yang telah ditentukan
oleh pabrik pembuatnya. Pembersihan dilakukan pada saat mesin
chiller tidak beroperasi.
- Untuk penggantian refrigerant mesin chiller dilakukan sesuai
petunjuk mesin tersebut. Fluida yang digunakan adalah R-22, R-
11 atau refrigerant lain sesuai petunjuk pabrik.
3) Unit Pengolah Udara
Pemeliharaan:
- Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit dengan
cara menyeka dengan kain atau sikat pembersih dan deterjen.
- Dilakukan pembersihan terhadap komponen filter udara dengan
cara membuka filter, komponen pipa pembuangan air dan panci
pembuangan dengan cara membuka penutup untuk perawatan
bagian bawah AHU, komponen koil pendingin dengan cara
membuka bagian penutup untuk perawatan bagian evaporator
- Dilakukan pengontrolan baut-baut yang kendor pada jalur aliran
pipa dengan cara mengkokohkan baut yang kendor sesuai dengan
petunjuk pabrik.
- Dilakukan penyetelan thermostat pendinginan sesuai dengan
kebutuhan pendinginan di dalam ruangan dengan cara mengatur
thermostat pada kondisi temperatur ruangan yang diinginkan.
- Perbaikan kecil Bila tali kipas rusak dilakukan penggantian baru.
Bila ditemui kondisi pendingin yang rusak dilakukan
penggantian sesuai dengan bahan yang semula
f. Sistem Komunikasi dalam gedung
1) Tata suara
a) Tape deck
Pemeliharaan : Pembersihan kotoran pada head dilakukan
dengan head spray, bila terjadi penurunan kualitas suara.
Perbaikan kecil : Apabila permukaan head sudah tipis, karet-
karet sudah getas perlu dilakukan penggantian
b) Paging microphone
Pemeliharaan : Pembersihan permukaan dari kotoran dilakukan
dengan kain lap kering.
c) Volume control
Pemeliharaan : Pembersihan permukaan dari kotoran dilakukan
dengan kain lap, sedangkan kemacetan pada kontak mekaniknya
dibersihkan dengan contact cleaner. Knop yang longgar dapat
dilakukan penyetelan atau penguatan dengan obeng.
Perbaikan kecil : Knop yang aus dapat dilakukan penggantian
dengan elemen yang sama d. Speaker Pembersihan permukaan
dari debu dilakukan dengan kuas.
2) Telepon
a) Pesawat telepon
Pemeliharaan : Handset dibersihkan dengan kain lap, sedangkan
microphone sebaiknya dilakukan dengan compressor angin.
b) Jack/outlet telepon
Pemeliharaan : Dilakukan penyetelan dengan obeng bila
jack/outlet telepon longgar Perbaikan kecil Bila terjadi kerusakan
dilakukan penggantian.
c) Main Distribution Frame (MDF)
Pemeliharaan : Debu yang terdapat pada MDF dibersihkan
dengan kuas. Kabel-kabel yang longgar pada terminal kabel
diperkuat dengan obeng ataupun dengan penyolderan.
g. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Air limbah rumah sakit yang berasal dari rawat inap, rawat jalan,
laboratorium, lain-lain masuk ke bak IPAL, sedangkan air limbah dari
dapur masuk ke grase trap untuk memisahkan lemak. Air limbah yang
berasal dari toilet langsung dialirkan ke IPAL.
1) Salura IPAL
- Air limbah rawat inap → IPAL
- IGD,ICU,OK,VK,LAB, Radiologi, Poli → IPAL
- Dapur → Grease trap → IPAL
- Wc ruang non medis/kantor → IPAL
2) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Instalasi Pengolahan air limbah (IPAL) di RS. Airan Raya
menggunakan sistem biologi, yang terdiri dari tahapan proses
sebagai berikut :
- Penyaringan sampah dari air limbah yang masuk
- Pengendapan padatan tersuspensi
- Penguraian polutan secara biologis dengan unit Bioreaktor
- Pengendapan akhir padatan tersuspensi
- Desinfeksi dengan kaporit
Air sisa atau air yang tidak digunakan lagi dari unit perawatan dan
dari setiap unit rumah sakit masuk ke dalam bak inlet, dalam bak ini
terdapat screening yang bertujuan menyaring partikel kasar dan
kotoran yang terbawa dalam air limbah. Dari bak inlet air limbah
menuju bak ekualisasi sebagai penampung fluktuasi debit air limbah
yang masuk serta menampung bermacam-macam karakteristik/ sifat
air limbah yang berbeda-beda. Air kemudian masuk ke dalam reactor
yaitu Bioreactor (anaerob-aerob) merupakan system pengolah
limbah secara aerobic dengan media film yang berfungsi sebagai
tempat erkembangbiaknya mikroorganisma. Dengan system ini,
mikroorganisma membentuk film akan melekat, tumbuh dan
berkembang pada permukaan elemen tersebut. Dengan adanya media
tersebut mikroorganisma dapat ditumbuhkan dengan spectrum yang
amat luas seperti bakteri lipolitic untuk pemakan lemak, bakteri
proteolitic untuk pemakan protein, bakteri pemakan detergent,
bakteri warna dan sebagainya.
Pada system ini aerasi dibutuhkan karena mikroorganisma yang
digunakan adalah mikroorganisma aerob. Air limbah dari Bioreaktor
dialirkan ke bak pengendapan akhir kemudian masuk ke dalam bak
bioindicator. Kemudian dialirkan ke unit bak chlorination tank, disini
dilakukan penambahkan kaporit. Kaporit berfungsi untuk mematikan
bakteri-bakteri ang ada sebelum di alirkan ke lingkungan. Untuk
memenuhi kualitas air limbah sesuai dengan baku mutu yang
ditentukan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.68/Menlhk-
Sekjen/2016 entang Baku mutu air limbah domestik, maka RS. Airan
Raya bekerjasama dengan Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Lampung dengan parameter pemeriksaannya adalah pH,
TSS, BOD 5 days, COD, Ammonia (NH3), oil & grease, Total
Coliform
5. Analisa risiko sistim utilitas
No Utilitas Alat Analisa risiko
1 Listrik Genset semua alat medis yang
Panel menggunakan listrik tidak
dapat berfungsi bisa
rnenyebabkan kematian
untuk pasien yang
menggunakan life support
2 Air Pompa Sebagian peralatan medis
Goundtank/toren yang berkaitan dengan air
air tidak dapat di fungsikan
,mesin steril tidak dapat
Pipa jalur air berfungsi, dan seluruh
bersih fasilitas rumah sakit yg
berkaitan dengan air tidak
dapat difungsikan
3 Oksigen Central oksigen Sebagian pasien yg
Pasokan Tabung menggunakan oksigen atau
oksigen ketergantungan dengan
Outlet oksigen oksigen bisa terjadi kematian,
terutama pada pasien yang
sedang melakukan oprasi
dengan menggunakan mesin
Anestesi
Pengetahuan SDM rumah sakit diuji mengenai peran mereka dalam setiap program
keselamatan dan kesehatan kerja dengan simulasi dan kuesioner. SDM rumah sakit
dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran mereka dalam menanggapi keadaan
darurat atau bencana. Pelatihan, pengujian, dan hasil pengujian didokumentasikan
untuk setiap SDM rumah sakit.
BAB V
LOGISTIK
KESELAMATAN KERJA
Undang-undang no. 36 tahun 2009 pasal 64 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditunjukkan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah
sakit adalah tempat kerja yang termasuk kategori yang termasuk diatas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan
kesehatan kerja ini bertujuan guna melindungi karyawan dan kemungkinan terjadinya
kecelakaan di dalam atau di luar rumah sakit.
Dalam undang-undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan bahwa “Setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam
hal ini yang dimaksud dengan pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi,
yang memungkinkan pekerja ada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan
martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan
dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan
produktifitas rumah sakit. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
dimaksudkan untuk menjamin :
• Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
• Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
• Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar dan tanpa hambatan.
KESELAMATAN PASIEN
Upaya penyembuhan pasien tidak semata-mata dilihat dari sisi medis saja, namun hal-
hal lain terkait dengan faktor-faktor non medis juga memiliki peran yang cukup
signifikan, diantaranya penyediaan fasilitas yang aman untuk pasien yang sangat
diperlukan untuk menunjang keselamatan mereka menjalani perawatan di RS. Dengan
demikian pasien akan merasa lebih tenang dan nyaman yang pada akhirnya secara psikis
akan memberikan motivasi kepada pasien untuk sembuh/pulih.
A. Railing/Pegangan sepanjang tangga. Pegangan sepanjang tangga diadakan dengan
tujuan agar pasien termasuk pengunjung dan karyawan dapat berpegangan saat
menurun atau menaiki tangga. Syarat pegangan tangga yang aman :
a. Terbuat dari bahan yang tidak licin
b. Permukaan pegangan tidak kasar
c. Mudah dibersihkan
d. Dapat digenggam (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)
e. Kokoh/tidak goyah
f. Pegangan setinggi pinggang orang dewasa
g. Jarak antara tiang pegangan tidak terlalu renggang
B. Nurse Call
Nurse call adalah fasilitas untuk pasien dimana yang dapat melakukan panggilan
untuk mendapatkan pelayanan oleh perawat yang sedang bertugas (on-duty nurse),
panggilan dapat dilakukan dari tempat tidur maupun dari dalam toilet. Sistem ini
untuk memudahkan perawat dalam melaksanakan tugasnya untuk melayani pasien
yang sakit, dimana setiap panggilan pasien akan tertera di display, kamar berapa dan
bed berapa pasien memanggil.
C. Toilet yang dilengkapi pegangan dan bel.
Bel di toilet bertujuan untuk menjaga pasien agar memudahkan pasien saat berada
dalam toilet dan bila terjadi suatu hal/keadaan emergency bell dapat digunakan
pasien untuk memanggil pertolongan. Kelayakan sarana pegangan dan bel ini harus
dikontrol agar kondisinya tetap terjaga dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
D. Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya. Penahan tempat tidur selayaknya
digunakan setiap tempat tidur, dengan tujuan menghindari terjatuhnya pasien dari
tempat tidur. Penahan tempat tidur ini hendaknya dengan mudah dapat dinaikkan
atau diturunkan.
E. Pintu dapat dibuka dari luar. Pintu yang dimaksud adalah pintu ruangan, baik ruang
rawat inap, kamar mandi (toilet) dan lainnya agar keadaan emergency dapat dengan
mudah dibuka dari luar oleh petugas, dimana cara membuka pintu tersebut
digerakkan/dibuka mengarah keluar ruangan bukan kearah dalam.
F. Sumber listrik mempunyai penutup/penahan Sumber listrik/stop kontak dengan
penutup dipasang di seluruh ruangan, terutama ruang anak-anak. Hal ini bertujuan
agar dapat menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
G. Supply oksigen yang cukup
Ketersediaan oksigen di ruangan dalam jumlah dan siap pakai merupakan hal yang
vital terutama bagi pasien jantung karena kekurangan supply oksigen dapat
mengakibatkan kematian. oleh karena itu supply oksigen harus benar-benar
terpenuhi, baik secara sentral maupun portable di seluruh unit / ruangan perawatan,
baik rawat jalan, rawat intensif, semi intensif, Emergency dan rawat inap. Untuk
menjamin kelangsungan supply oksigen maka perlu dilakukan pemeliharaan
terhadap seluruh jenis peralatan gas medis yang ada di RS .
H. Tersedia emergency suction
Emergency suction disediakan di setiap ruang Perawatan agar dapat dengan mudah
dipergunakan pada saat dibutuhkan. Untuk ruang intensif dan semi intensif agar
disediakan di setiap tempat tidur sedang ruang rawat biasa minimal disediakan 1
unit emergency suction dalam kondisi siap pakai.
I. Tenaga listrik pengganti di ruang dan peralatan medis yang vital
Jaminan ketersediaan supply listrik cadangan sangat dibutuhkan saat aliran listrik
dari PLN terputus, terutama di ruang-ruang dan pada peralatan medis yang vital,
dimana supply listrik tidak boleh terputus. Rincian tentang hal ini dibahas pada
Pedoman Pengelolaan Utilitas.
J. Pemasangan Rambu/Sign
Pemasangan rambu di lokasi-lokasi atau keadaan tertentu dapat memberi peringatan
atau informasi bagi orang yang melihatnya, sehingga orang tersebut dapat terhindar
atau terinformasi perihal risiko bahaya yang dapat menimpanya. Berikut ini
beberapa contoh lokasi/ keadaan dimana ramburambu diletakkan:
a. Di area berisiko yang mempunyai potensi bahaya listrik, kimia, panas.
b. Di area dimana konstruksi atau renovasi sedang dikerjakan.
c. Di area yang berisiko terjatuh (genangan air, jalan menurun, permukaan tidak
rata, licin,dll)
d. Di area dimana alat pelindung diri harus digunakan
e. Petunjuk arah evakuasi
f. Denah ruangan
g. Lokasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR), dan lain-lain
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pelaksanaan
1. Kalibrasi Alat
Dilakukan untuk mengoftimalkan sarana dan peralatan yang digunakan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
2. Pemeliharaan alat APAR, HIDRANT, sarana Evakuasi
Dilakukan untuk memastikan peralatan yang tersedia siap pakai dalam keadaan
darurat.
3. Pengukuran lingkungan kerja
Dilakukan untuk memastikan lingkungan kerja yang sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
4. Pelatihan fire & safety untuk pekerja
Dilakukan untuk mengasah kemampuan pekerja dalam menghadapi keadaan
darurat bila terjadi kebakaran.
5. Pelatihan ekternal personel LK3
Dilakukan untuk menambah wawasan dan kualifikasi personel LK3 dalam
melaksanakan tugasnya.
B. Evaluasi
Evaluasi Dilakukan oleh K3RS dan Direktur sbb :
Rapat Koordinasi K3RS Setiap 6 Bulan
C. Pelaporan
Laporan tertulis setiap :
1. 6 (enam) bulan ke Direktur
2. Akhir tahun ke Direktur
3. Laporan rutin Unit Kesling, dan IPSRS berupa Laporan harian, bulanan,
triwulan, dan semester dan tahunan.
BAB VIII
PENUTUP
Demikian Pedoman Pelayanan K3RS di Rumah Sakit Airan Raya dibuat sebagai
acuan dalam melaksanakan pelayananan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Rumah Sakit Airan Raya