Anda di halaman 1dari 26

KLINIK PRATAMA RAWAT INAP

RIDAN MEDIKA CENTER


Jl. Sahri wahab DesaMegang Sakti II Kec. Megang Sakti Kab. Musi Rawas 31657
Email: Klinikridan01@gmail.com NoTelp/ Wa 081274935178

PANDUAN PERUMUSAN VISI, MISI,


TUJUAN DAN TATA NILAI

KLINIK PRATAMA RAWAT INAP RIDAN MEIKA CENTER


Jl. Sahri Wahab Desa Megang Sakti 2
Kabupaten Musi Rawas Kode Pos 31657
No.Hp 081274935178
KLINIK PRATAMA RAWAT INAP
RIDAN MEDIKA CENTER
Jl. Sahri wahab DesaMegang Sakti II Kec. Megang Sakti Kab. Musi Rawas 31657
Email: Klinikridan01@gmail.com NoTelp/ Wa 081274935178

KEPUTUSAN
PENANGGUNG JAWAB KLINIK PRATAMA RAWAT INAP RIDAN MEDIKA CENTER
NOMOR: 006/SK/KMR/TKK/II/2023

TENTANG

PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS DAN


KESELAMATAN KLINIK PRATAMA RAWAT INAP RIDAN MEDIKA CENTER

PENANGGUNG JAWAB
KLINIK PRATAMA RAWAT INAP RIDAN
MEDIKA CENTER ,

Menimbang : 1. bahwa fasilitas pelayanan kesehatan merupakan tempat kerja


yang memiliki risiko terhadap keselamatan dan kesehatan
sumber daya manuasia fasilitas pelayanan kesehatan, pasien,
pendamping pasien, pengunjung maupun masyarakat di sekitar
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan;

2. bahwa dalam rangka pengelolaan dan pengendalian risiko


yang berkaitan dengan keselamatandan Kesehatan kerja untuk
menciptakan kondisi fasilitas pelayanan Kesehatan yang sehat,
aman.selamat dan nyaman perlu diselenggarkan keselamatan
dan Kesehatan kerja di fasilitas pelayanan Kesehatan;

3. bahwa sehubungan dengan menimbang huruf a, maka perlu


menetapkan Surat Keputusan Kepala Klinik tentang pedoman
Manajemen Fasilitas di lingkungan klinik Pratama Rawat Inap
Ridan Medika Center.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik


Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2014 tentang Klinik;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RepubliK Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
7. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenaga listrikan;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006
tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/Men/1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/Menkes/Per/IV/1998
tentang Pengajuan dan Kalibrasi Alat Kesehatan Pada Sarana
Pelayanan Kesehatan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang Pedoman Pelayanan
Dampak Radiasi;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Syarat-syarat Pengawasan
Kualitas Air Minum;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis
Pada Sarana Pelayanan Kesehatan;
16. Peraturan Bupati Malang Nomor 20 Tahun 2017 tentang
Pembentukan unit Pelaksana teknis pelayanan persampahan
pada DLH.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : Keputusan Penanggung jawab klinik Pratama Rawat Inap Ridan
Medika Center tentang pedoman manajemen fasilitas di klinik
Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center.

Kesatu : Menetapkan pedoman Manajemen Fasilitas di lingkungan Klinik


Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center;

Kedua : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan akan diubah kembali sebagaimana mestinya jika
ditemukan kekeliruan dalam penetapannya.

Ditetapkan di : Megang Sakti


Pada Tanggal : 03 Januari 2023
Penanggung jawab
Klinik Pratama Rawat Inap Ridan
Medika Center

dr. Rifa’atul Mahmudah


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

a. Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Untuk itu, pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penanganan penyakit, dan pemulihan
kesehatan pada pekerja.

b. Fasyankes sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat kerja
yang memiliki risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja baik pada SDM Fasyankes,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan Fasyankes.
Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes meliputi bahaya fisik, kimia,
biologi, ergonomi, psikososial, dan bahaya kecelakaan kerja. Potensi bahaya biologi penularan
penyakit seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit merupakan risiko kesehatan kerja yang
paling tinggi pada Fasyankes yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Selain itu adanya
penggunaan berbagai alat kesehatan dan teknologi di Fasyankes serta kondisi sarana dan
prasarana yang tidak memenuhi standar keselamatan akan menimbulkan risiko kecelakaan
kerja dari yang ringan hingga fatal.

2. Tujuan

a. Umum

1) Penyusunan pedoman manajemen fasilitas ini sebagai acuhan dalam pembuatan


program manajemen fasilitas di klinik .

2) Memberikan acuan kepada Fasyankes dalam menyelenggarakan K3 di Fasyankes.

b. Khusus. Menciptakan Fasyankes yang sehat, aman, dan nyaman bagi SDM Fasyankes,
pasien, pengunjung, maupun lingkungan Fasyankes melalui penyelenggaraan K3 secara
optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan, sehingga proses pelayanan berjalan baik
dan lancar.

3. Sasaran Sasaran umum program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan adalah semua area
pelayanan pasien, area wilayah kerja staf dan lingkungan Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika
Center. Sasaran Pelaksanaan Kegiatan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan adalah:

a. Meningkatkan keterlibatan para staf, pasien dan pengunjung klinik Pratama Rawat
Inap Ridan Medika Center terhadap program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
b. Meningkatkan kepedulian terhadap tanggap darurat bencana, dan kedaruratan lainnya.

c. Menyiapkan Fasilitas dan lingkungan Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika
Center yang aman, berfungsi baik, dan memberikan lingkungan perawatan yang aman bagi
pasien, keluarga, staf, dan pengunjung.
BAB II
KEBIJAKAN

Kebijakan.

a. Kebijakan umum
Klinik menyediakan fasilitas ang aman, berfungsi dan suportif bagi pasien, keluarga, staf
dan pengunjung. Klinik juga harus menyediakan peralatan Kesehatan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan

b. Kebijakan Khusus

1) Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center menjaga fasilitas fisik dan lingkungan
yang dimiliki dengan melakukan inspeksi fasilitas secara berkala dan secara proaktif
mengumpulkan data serta membuat strategi untuk mengurangi risiko dan meningkatkan
kualitas fasilitas keselamatan, kesehatan dan keamanan lingkungan pelayanan dan
perawatan serta seluruh area klinik.

2) Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center menerapkan hukum dan peraturan
perundangan, keselamatan gedung dan kebakaran, dan persyaratan lainnya, seperti
perizinan dan lisensi/sertifikat yang masih berlaku untuk fasilitas rumah sakit dan
mendokumentasikan semua buktinya secara lengkap.

3) Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center merencanakan dan menganggarkan
untuk penggantian atau peningkatan fasilitas, sistem, dan peralatan yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan yang berlaku atau seperti yang telah diidentifikasi
berdasarkan pemantauan atau untuk memenuhi persyaratan yang berlaku dapat memberikan
bukti pemeliharaan dan perbaikan.

4) Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center mampu mengelola bangunan,
prasarana, fasilitas, area konstruksi, lahan, dan peralatan klinik tidak menimbulkan bahaya
atau risiko bagi pasien, staf, atau pengunjung.

5) Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center memberikan perlindungan dari
kehilangan, kerusakan, gangguan, atau akses atau penggunaan yang tidak sah.

6) Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center menetapkan dan menerapkan
pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta limbah B3 sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

7) Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center menerapkan proses untuk
pencegahan, penanggulangan bahaya kebakaran dan penyediaan sarana jalan keluar yang
aman dari fasilitas sebagai respons terhadap kebakaran dan keadaan darurat lainnya.

8) Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center menetapkan dan menerapkan proses
pengelolaan peralatan medis/kesehatan.

9) Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center menetapkan dan melaksanakan
proses untuk memastikan semua sistem utilitas (sistem pendukung) berfungsi efisien dan
efektif yang meliputi pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas.
10) Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center menerapkan proses penanganan
bencana untuk menanggapi bencana yang berpotensi terjadi di wilayah Pratama Rawat Inap
Ridan Medika Center.

11) Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center melatih seluruh staf di klinik dan
yang lainnya sehingga memiliki pengetahuan tentang pengelolaan fasilitas klinik, program
keselamatan dan peran mereka dalam memastikan keamanan dan keselamatan fasilitas
secara efektif.

BAB III
TATA LAKSANA
Tata Laksana.
Pelaksanaan Manajemen Fasilitas Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

a. Keselamatan dan keamanan

1) Keselamatan. Keselamatan klinik adalah kondisi fasilitas, sarana dan prasarana klinik
yang tidak menimbulkan bahaya atau rsiko bagi pasien, staf dan pengunjung. Untuk
melindungi keselamatan SDM di Klinik, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun masyarakat di sekitar lingkungan klinik, klinik wajib membentuk dan
mengembangkan SMK3 di klinik dengan:

a) Menetapkan kebijakan dan tujuan program manajemen fasilitas diklinik.

b) Membentuk organisasi keselamatan dan keamanan Kesehatan kerja di klinik

c) Pelaksanaan rencanakan keselamatan dan Kesehatan kerja di klinik

d) Melakukan pemantauan dan evaluasi

2) Menerapkan Standar K3 di Klinik dilakukan :

a) Pengenalan potensi bahaya pengendalian risiko keselamatan dan keamanan


dilakukan dengan :

(1) Identifikasi potensi bahaya,


(2) Penilaian risiko,
(3) Pengendalian risiko.
b) Penerapan kewaspadaan secara standart
(1) Cuci tangan untuk mencegah infeksi silang;
(2) Penggunaan alat pelindung diri;
(3) Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan;
(4) Penatalaksanaan peralatan;
(5) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
c) Penerapan prinsip ergronomi dilakukan
(1) Penanganan beban manual;
(2) Postur kerja;
(3) Cara kerja dengan gerakan berulang;
(4) Shift kerja;
(5) Durasi kerja; dan
(6) Tata letak ruang kerja.
d) Pemeriksaan Kesehatan secara berkala dilaksanakan minimal 1 (satu) tahun
sekali
e) Pemberian imunisasi diprioritaskan bagi SDM Fasyankes yang berisiko tinggi.
pemberian imunisasi diproritaskan untuk imunisasi hepatitis B karena tingginya risiko
penularan hepatitis B pada Fasyankes

f) Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di Fasyankes sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan. PHBS pada lingkungan kerja antara lain :

(1) Menerapkan peraturan dan prosedur operasi kerja


(2) Menggunakan Alat Pelindung Diri sesuai pekerjaannya
(3) Tidak merokok di tempat kerja
(4) Melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
(5) Mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat
(6) Menggunakan air bersih
(7) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
(8) Membuang sampah pada tempatnya
(9) Menggunakan jamban saat buang air besar dan buang air kecil
(10) Tidak mengonsumsi NAPZA
(11) Tidak meludah sembarang tempat
(12) Memberantas jentik nyamuk
g) Pengelolaan sarana dan prasarana Fasyankes dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja;

h) Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja berupa
pengawasan terhadap proses pengelolaan sarana dan prasarana sesuai dengan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja;

i) Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran


termasuk kebakaran dilakukan melalui:

(1) Identifikasi risiko koondisi darurat atau bencana;

(2) Analisis risiko kerentanan bencana;

(3) Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana;

(4) Pengendalian kondisi darurat atau bencana.;

j) Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan
beracun dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
k) Pengelolaan limbah domestik dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3) Keamanan. Keamanan Klinik adalah perlindungan terhadap kehilangan, ancaman serta
gangguan kenyamanan bagi pasien, staf dan pengunjung.

a) Klinik menerapkan proses untuk mengelola dan memantau keamanan meliputi :


(1) Menjamin lingkungan yang aman dengan memberikan identitas (badge
nama sementara atau tetap), staf, pekerja kontrak atau pengunjung (pengunjung
dari luar dan tamu Klinik) sesuai dengan regulasi Klinik.

(2) Untuk mencegah terjadinya masalah keamanan pada Klinik maka semua
staf atau pengunjung di Klinik menggunakan label Identitas dan pakaian seragam
sesuai ketentuan Klinik pada setiap periode tugasnya baik pagi, siang.

(3) Untuk tamu rumah sakit seperti medical representative dan tamu Klinik
diberikan identitas tamu yang dikelola oleh petugas.

(4) Melakukan pemeriksaan dan pemantauan keamanan fasilitas dan


lingkungan secara berkala dan membuat tindak lanjut perbaikan pada daerah
berikut keamanan sesuai penilaian risiko di klinik. Keamanan dinding, lantai,
plafon dan atap bangunan, tidak adanya lubang, perembesan air maupun
kerusakan fisik bangunan lain, yang dapat berisiko menyebabkan gangguan
keselamatan.

(5) Monitoring pada daerah beresiko keamanan sesuai penilaian resiko


diKlinik. Monitoring dapat dilakukan dengan penempatan petugas keamanan
(sekuriti) dan atau memasang kamera system CCTV yang dapat dipantau oleh
sekuriti.

(6) Melindungi semua individu yang berada di lingkungan Klinik terhadap


Keamanan meliputi perlindungan kehilangan, kerusakan, gangguan atau akses
atau penggunaan yang tidak sah.

(7) Klinik mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga siapapun


yang berada di klinik terhindar dari kecurian maupun pengambilan secara paksa
miliknya.

(8) Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu lintas
berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang ada di sekitarnya.

(9) Akses keluar masuk Klinik diatur, untuk mencegah gangguan


keselamatan pada masyarakat dan fasilitas rumah sakit.

(10) Pencegahan cedera karena jarum/benda tajam. Jarum/benda tajam


ditempatkan pada container khusus sehingga tidak mencederai staf maupun
pasien dan pengunjung. Apabila seseorang terkena jarum, maka yang
bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur yang berlaku.

b) Menghindari terjadinya kehilangan, kerusakan atau pengerusakan barang pribadi


maupun Klinik.
(1) Pasien, pengunjung, dan petugas dilindungi oleh klinik dari bahaya akan
kekerasan fisik maupun mental baik oleh pengunjung maupun petugas klinik
sendiri.

(2) Disediakan sebuah sistem bila petugas, pasien/maupun keluarga


mengindetifikasi kemungkinan terjadinya kekerasan mental maupun fisik.

(3) Perlengkapan keamanan pasien. Upaya penyembuhan pasien tidak


semata-mata dilihat dari sisi medis saja, namun hal-hal lain terkait dengan
faktor-faktor non medis juga memiliki peran yang cukup signifikan, diantaranya
sistem pengamanan pasien yang sangat diperlukan untuk menunjang
keselamatan mereka menjalani perawatan di Klinik. Dengan demikian pasien
akan merasa lebih tenang dan nyaman yang pada akhirnya secara psikis akan
memberikan motivasi kepada pasien untuk sembuh/pulih. Ada beberapa jenis
alat perlengkapan keamanan pasien antara lain:

a) Pegangan sepanjang tangga. Pegangan sepanjang tangga


diadakan dengan tujuan agar pasien termasuk pengunjung dan petugas
dapat berpegangan saat menurun atau menaiki tangga. Syarat pegangan
tangga yang aman:

(1) Terbuat dari bahan yang tidak licin


(2) Permukaan pegangan tidak kasar
(3) Mudah dibersihkan
(4) Dapat digenggam (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)
(5) Kokoh/tidak goyah
(6) Pegangan setinggi pinggang orang dewasa
(7) Jarak antara tiang pegangan tidak terlalu renggang

b). Toilet yang dilengkapi pegangan. Pegangan di toilet bertujuan untuk menjaga
pasien agar memudahkan pasien saat berada dalam toilet dan bila terjadi suatu
hal/keadaan emergency bel dapat digunakan pasien untuk memanggil
pertolongan. Kelayakan sarana pegangan dan bel ini harus dikontrol agar
kondisinya tetap terjaga dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

c). Pintu dapat dibuka dari luar. Pintu yang dimaksud adalah pintu ruangan, baik
ruang rawat inap, kamar mandi (toilet) dan lainnya agar keadaan emergency
dapat dengan mudah dibuka dari luar oleh petugas, dimana cara membuka pintu
tersebut digerakkan/ dibuka mengarah keluar ruangan bukan kearah dalam.

d). Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya. Penahan tempat tidur
selayaknya digunakan setiap tempat tidur, dengan tujuan menghindari
terjatuhnya pasien dari tempat tidur. Penahan tempat tidur ini hendaknya dengan
mudah dapat dinaikan atau diturunkan.
(4) Sumber listrik mempunyai penutup/penahan. Sumber listrik/stop kontak dengan
penutup dipasang di seluruh ruangan, terutama ruang anak-anak. Hal ini bertujuan agar
dapat menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan

(5) Suplai oksigen yang cukup.


a) Ketersediaan oksigen diruangan dalam jumlah dan siap pakai merupakan
hal yang vital terutama bagi pasien jantung karena kekurangan supply oksigen
dapat mengakibatkan kematian. oleh karena itu supply oksigen harus benar-
benar terpenuhi. Untuk menjamin kelangsungan supply oksigen maka perlu
dilakukan pemeliharaan terhadap seluruh jenis peralatan gas medis yang ada di
klinik sebagai berikut:

(1) Tabung oksigen


(2) Oxygen Portable
b) Lakukan pemeriksaan secara rutin kondisi ke tiga jenis sarana di atas
yaitu:

(1) Tabung oksigen dan oxygen portable

(2) Lakukan pengecekan oleh petugas jaga kondisi manometer,


kondisi tabung dan oxygen portable dan volume gas medis dan lakukan
tera ulang tabung gas medis secara rutin setiap satu tahun sekali untuk
menghindari ledakan.

(6) Tenaga listrik pengganti di ruang dan peralatan medis yang vital. Jaminan
ketersediaan suplai listrik cadangan sangat dibutuhkan saat aliran listrik dari PLN
terputus, terutama di ruang-ruang dan pada peralatan medis yang vital, dimana suplai
listrik tidak boleh terputus. Tenaga listrik pengganti berupa Genset, di mana
ketersediaannya harus memiliki persyaratan.

(1) Memiliki kapasitas (KVA) yang memadai sesuai dengan kebutuhan


ruangan/alat.

(2) Pemeliharaan dan pengecekan kondisi dilakukan secara rutin atau


berkala.

Keselamatan dan keamanan yang baik didukung dengan menjaga kualitas lingkungan
seperti pencahayaan, kelembaban, suhu dan kebisingan sesuai dengan standart.

b. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbahnya. Pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun B3 dan limbahnya secara aman dan sehat sesuai standart dan peraturan yang ada
meliputi:

1). Indentifikasi dan inventarisasi bahan dan limbah B3


a) Limbah infeksius merupakan limbah yang mengandung pathogen seperti virus,
bakteri, parasit dan jamur dalam jumlah yang cukup dapat menyebabkan penyakit pada
penjamu yang rentan. Limbah ini misalnya: kultur dan stok agen infeksius dari
aktivitas laboratorium limbah hasil operasi atau otopsi dari pasien yang menderita
penyakit menular, limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian isolasi
dan atau alat material lain yang tersentuh oleh orang yang sakit.

b) Limbah patologis dan anatomi merupakan limbah yang berasal dari jaringan
tubuh manusia, seperti organ tubuh, janin, darah, muntahan, urin dan cairan tubuh lain.

c) Limbah farmasi merupakan limbah yang mengandung bahan-bahan farmasi


seperti: mencakup produk farmasi, obat, vaksin, serum yang sudah kadaluarsa,
tumpahan obat.

d) Limbah kimia merupakan limbah yang mengandung zat kimia yang berasal dari
aktifitas diagnostic, pemeliharaan, kebersihan dan pemberian desinfektas seperti:
formaldehid, solven.

e) Limbah logam berat merupakan limbah yang mengandung logam berat dalam
konsentasin tinggi termasuk dalam sub kategori limbah berbahaya dan sangat toxic,
missal lombah logam merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran
(thermometer), alat pengukur tekanan darah.

f) Limbah Kontainer bertekanan merupakan limbah yang berasal dari kegiatan di


ruang pelayanan yang memerlukan gas. Misalnya; gas dalam tabung, kaleng aerosol.

g) Limbah benda tajam merupakan materi padat yang memiliki sudut kurang dari
90 derajat dan dapat menyebabkan luka iris atau tusuk seperti: jarumsuntik, kaca
sediaan (preparate glass), infuse set, ampul/vial obat.

h) Limbah genotoksik/sitotoksik adalah limbah yang sangat berbahaya dan bersifat


mutagenik, teratogenik atau karsinogenik. Limbah genotoksik meliputi:

(1) Obat-obatan sitotoksik yang memiliki kemampuan untuk membunuh


atau menghentikan pertumbuhan sel dan digunakan dalam kemoterapi kanker.

(2) Muntahan, urine, atau tinja pasien yang diterapi dengan mengunakan
obat-obatan sitotoksik, zat kimia maupun radioaktif.

(3) Bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat


sitotooksik selama peracikan, pengangkutan atau terapi sitotoksik.
i) Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nuklida yang terbentuk akibat
pelaksanaan prosedur seperti analisis in-vitro pada jaringan dan cairan tubuh, pencitraan
organ, dan lokalisasi tumor secara in-vivo serta terapi kanker.

j) Inventarisasi bahan B3 klinik

DAFTAR INVENTARISASI B3

NO NAMA RUANG JENIS LOKASI JUMLAH KET


1 R. TINDAKAN Betadhin 1L
Alkohol 70% 1L
Tabung Oksigen 2 tabung

GUDANG
2 Betadhin 1L
FARMASI
Alkohol 70% 1L

5 KIA Betadhin 500 ml


Alkohol 70% 500 ml

6 DAPUR Tabung Elpiji 1 tabung

2). Memastikan adanya penyimpanan, pewadahan, dan perawatan bahan sesuai dengan
karekteristik, sifat, dan jumlah.
Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah
dengan segera, Limbah B3 harus disimpan dalam kemasan dengan simbol dan label yang
jelas.

NO Jenis/Karakteristik Kode Karakteristik Sumber Limbah Jumlah


Limbah Limbah Kg/bulan
1 Aki/ batrai bekas A102d Beracun Maintenance -
2 Limbah A108d Beracun Genset -
terkontaminasi
b3/filter oli bekas
3 Produk farmasi A337-2 Infeksius Farmasi -
kadaluarsa
4 Bahan kimia A337-3 Korosif, Farmasi, -
kadaluarsa Beracun Laboratorium
6 Peralatan A337-4 Beracun Laboratorium -
Laboratorium
terkontaminasi B3
7 Minyak Pelumas/oli B105d Beracun Genset -
bekas
8 Limbah elektronik B107d Beracun Perkantoran 0,25 kg
dan Lampu TL
9 Kain Majun bekas B110d Beracun Genset
(used rags), sarung
tangan bekas dan
yang sejenis
10 Kemasan Produk B337-1 Beracun Farmasi 0,25 kg
Farmasi
Total 3,50 kg

c. Prosedur dan sarana dalam penggunaan b3 dan pengelolaan limbah B3 dan limbah
medis meliputi

a) Penyediaan sarana dan peralatan sesuai dengan ketentuan teknis yang


dipersyaratkan.

b) Kantong plastik limbah dengan pembeda warna sesuai dengan limbah


berdasarkan ketentuan yang berlaku

c) Kontainer tempat sampah termasuk safety box

d) Label sesuai dengan jenis-jenis limbah

e) Welbin untuk pengangkut limbah dari ruang ke tps

f) Timbangan
g) TPS sampah medis
h) Tersedianya dan digunakannya alat pelindung diri APD (sepatu sarung tangan,
apron, masker dan topi) oleh petugas pelaksana sesuai dengan prosedur baik pada
tahap pewadahan pengangkutan maupun pengelolaan.

i) Terlaksananya kegiatan pengawasan yang efektif oleh petugas

j) Adanya spo terkait dengan kegiatan pengelolaan limbah medis padat di


fasyankes.

d. Tersediannya lembar data keselamatan sesuai dengan karakteristik dan sifat bahan
dan limbah B3.
e. Tersedianya sistem kedaruratan tumpahan/bocor bahan dan limbah B3.
f. Tersedianya sarana keselamatan bahan dan limbah B3 seperti spill kit, rambu dan
simbol B3, dan lain lain.
g. Mamastikan ketersediaan dan penggunaan alat pelindung diri sesuai karekteristik dan
sifat bahan dan limbah B3.
h. Tersedianya standar prosedur operasional yang menjamin keamanan kerja pada
proses kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3 (pengurangan dan pemilahan,
penyimpanan, pengangkutan, penguburan dan/atau penimbunan bahan dan limbah B3).
i. Jika dilakukan oleh pihak ke tiga wajib membuat kesepakatan jaminan keamanan
kerja untuk pengelola dan Fasyankes akibat kegagalan kegiatan pengelolaan bahan dan
limbah B3 y

c. Penanggulangan Bencana. Respons yang dirancang untuk meminimalkan


bencana dan keadaan darurat yang dijalankan secara efektif. Kesiapsiagaan
menghadapi kondisi darurat atau bencana adalah suatu rangkaian kegiatan yang dirancang
untuk meminimalkan dampak kerugian atau kerusakan yang mungkin terjadi akibat
keadaan darurat baik internal maupun eksternal oleh karena kegagalan teknologi, ulah
manusia, atau bencana yang dapat terjadi setiap saat di Fasyankes. Tujuan dari
kesiapsiagaan adalah meminimalkan dampak dari kondisi darurat dan bencana baik
internal maupun eksternal yang dapat menimbulkan kerugian fisik, material, jiwa, bagi
SDM Fasyankes, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung, masyarakat di sekitar
lingkungan Fasyankes, maupun sistem operasional di Fasyankes. a. Kesiapsiagaan
Menghadapi Keadaan Bencana Langkah-langkah dalam melakukan kesiapsiagaan bencana:

1) Identifikasi Risiko Kondisi Darurat atau Bencana Mengidentifikasi potensi keadaan


darurat di area kerja yang berasal dari aktivitas (proses, operasional, peralatan), produk
dan jasa. Contoh dari keadaan darurat yang mungkin terjadinya adalah gempa bumi,
banjir, kebakaran, peledakan, keracunan, huru hara, dan pandemi.

2) Analisis Risiko Kerentanan Bencana Analisis risiko kerentanan bencana merupakan


penilaian terhadap bencana yang paling mungkin terjadi. Analisis kerentanan bencana
terkait dengan bencana alam, teknologi, manusia, penyakit/wabah dan hazard material.

3) Pengendalian kondisi darurat atau bencana

a) Membentuk Tim Tanggap Darurat atau Bencana


b) Menyusun juknis tanggap darurat atau bencana
c) Menyusun standar prosedur operasional tanggap darurat atau bencana antara
lain:

(1) kedaruratan keamanan (penculikan bayi, pencurian, kekerasan pada petugas


kesehatan).

(2) kedaruratan keselamatan (kesetrum, kebakaran, gedung roboh).

(3) tumpahan bahan dan limbah bahan berbahaya dan beracun (b3).

(4) kegagalan peralatan medik dan non medik (kebocoran rontgen, gas meledak,
ac sentral).

d) Menyediakan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil identifikasi,


antara lain:
(1) rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat.

(2) jalur evakuasi.

(3) titik kumpul (assembly point).

(4) APAR

e) Menilai kesesuaian, penempatan, dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan


darurat oleh petugas/SDM Fasyankes yang berkompeten dan berwenang.
f) Memasang tanda pintu darurat sesuai dengan standar dan pedoman teknis.

g) Simulasi kondisi darurat atau bencana Simulasi kondisi darurat atau bencana
berdasarkan penilaian analisa risiko kerentanan bencana dilakukan terhadap keadaan,
antara lain:

(1) penculikan bayi

(2) ancaman bom

(3) tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

(4) gangguan keamanan Melakukan uji coba (simulasi) kesiapan petugas/SDM


Fasyankes yang bertanggung jawab menangani keadaan darurat yang

d. Proteksi Kebakaran. Perlindungan properti dan para penghuni Klinik dilindungi dari
bahaya kebakaran dan asap. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran di Fasyankes
meliputi:

1) Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan

a) Mengetahui potensi bahaya kebakaran yang ada di Fasyankes.


b) Mengetahui lokasi dan area potensi kebakaran secara spesifik, dengan membuat
denah potensi berisiko tinggi terutama terkait bahaya kebakaran.
c) Inventarisasi dan pengecekan sarana proteksi kebakaran pasif dan aktif.

2) Proteksi kebakaran secara aktif, contohnya APAR, sprinkler, detektor panas dan smoke
detector.

3) Proteksi kebakaran secara pasif, contohnya


a) jalur evakuasi
b) pintu darurat
c) tangga darurat
d) tempat titik kumpul aman

4) Pengendalian Kebakaran dan Ledakan di Fasyankes.


a) Penempatan bahan mudah terbakar aman dari api dan panas.

b) Pengaturan konstruksi gedung mengikuti prinsip keselamatan dan kesehatan


kerja sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

c) Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mudah terbakar dan gas
medis di tempat yang aman.

d) Larangan merokok.

e) Inspeksi fasilitas/area berisiko kebakaran secara berkala.

f) Simulasi kebakaran minimal dilakukan 1 tahun sekali untuk setiap gedung.

g) Pemantauan bahaya kebakaran terkait proses pembangunan di dalam/berdekatan


dengan bangunan yang dihuni pasien.

e. Peralatan medis. Memastikan peralatan medis aman, peralatan dipilih, dipelihara dan
digunakan dengan cara sedemikian rupa agar mengurangi risiko. Penata laksanaan peralatan
medis. Proses pengelolaan peralatan medis (yang merupakan bagian dari program Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan meliputi

1) Klinik memastikan tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis.


2) Klinik memastikan penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan yang tidak
digunakan.
3) Klinik memastikan dilaksanakanya kalibrasi secara berkala.
4) Klinik memastikan dilakukan pemeliharaan pada peralatan medis
5) Klinik memastikan penyimpanan peralatan medis dan penggunanya sesuai standar
prosedur operasional.
6) Klinik memastikan pemantauan pelaksanaan kegiatan tersebut di atas menggunakan
daftar ceklis untuk memastikan semuanya dilakukan secara berkala.

f. Sistem utilitas.
Listrik, air dan sistem utilitas lainnya dipelihara sehingga resiko kegagalan dalam kegiatan
kerja dapat diminimalkan. Pengelolaaan sarana prasarana :
1. Pengelolaan Sarana meliputi :
a) Memastikan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
b) Memastikan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi
bahaya kebakaran dan bahaya petir.

1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Persyaratan Penempatan APAR:


(a) Jarak tempuh penempatan APAR dari setiap tempat atau titik dalam bangunan
harus tidak lebih dari 25 m.
(b) Mudah terlihat, termasuk instruksi pengoperasiannya dan tanda identifikasinya.
(c) Mudah dicapai (tidak terhalang oleh peralatan atau material-material).
(d) APAR diletakkan di atau dekat koridor atau lorong yang menuju exit.
(e) APAR diletakkan dekat dengan area yang berpotensi bahaya kebakaran, akan
tetapi tidak terlalu dekat karena bisa rusak oleh sambaran api
(f) Tempatkan APAR sesuai dengan karakteristik tempat.
(g) Hindari tempat yang menyebabkan korosif.
(h) Jika di luar ruangan, APAR terlindungi dari kerusakan.
(i) Dalam area khusus, apabila bahan yang disimpan mudah terbakar di dalam
ruangan yang kecil atau tempat tertutup, tempatkan APAR di luar ruangan.
(j) Kapasitas APAR minimal 2 kg dengan ketentuan sekurang-kurangnya 1 (satu)
buah APAR untuk ruangan tertutup dengan luas tidak lebih dari 25m2 dan minimal 2
(dua) buah APAR kimia untuk luas tempat parkir tidak melebihi 270 m2.
(k) Setiap SDM Fasyankes mampu menggunakan APAR sesuai standar prosedur
operasional yang tersedia di tabung APAR dan melakukan pemantauan kondisi dan
masa pakai secara berkala minimal 2 kali dalam setahun.
(l) Pemasangan APAR ditentukan sebagai berikut:

(1) Dipasang pada dinding atau dalam lemari kaca disertai palu pemecah
dan dapat dipergunakan dengan mudah pada saat diperlukan.
(2) Dipasang sedemikian rupa sehingga bagian paling atas berada pada
ketinggian maksimum 120 cm dari permukaan lantai, kecuali untuk jenis CO2
dan bubuk kimia kering (dry powder) penempatannya minimum 15 cm dari
permukaan lantai.
(3) Tidak diperbolehkan dipasang di dalam ruangan yang mempunyai
temperatur lebih dari 490C dan di bawah 40C.

2) Tangga Darurat Setiap bangunan Fasyankes yang memiliki 2 (dua) lantai atau lebih,
harus memiliki tangga darurat. dengan ketentuan:

(a) Tangga darurat/penyelamatan harus dilengkapi dengan pintu darurat,


diutamakan tahan api, dengan arah pembukaan ke arah tangga dan dapat menutup
secara otomatis. Pintu harus dilengkapi petunjuk “KELUAR” atau “EXIT” dengan
warna terang dan terlihat pada saat gelap.
(b) Tangga darurat dan bordes harus memiliki lebar minimal 1,20 m dan tidak
boleh menyempit ke arah bawah.
(c) Tangga darurat harus dilengkapi pegangan tangan yang kuat setinggi 1,10 m
dan mempunyai lebar injakan anak tangga minimal 28 cm dan tinggi maksimal anak
tangga 15-17 cm.
(d) Ketentuan lebih lanjut tentang tangga darurat mengikuti ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam standar yang dipersyaratkan.

3) Pintu Darurat Beberapa ketentuan yang perlu dipenuhi untuk pintu darurat, antara lain
sebagai berikut:
(1) Setiap bangunan atau gedung yang bertingkat lebih dari 2 (dua) lantai harus
dilengkapi dengan pintu darurat.
(2) Lebar pintu darurat minimal 100 cm, membuka ke arah tangga penyelamatan, kecuali
pada lantai dasar membuka ke arah luar (halaman).
(3) Pintu darurat diutamakan harus tahan terhadap api.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang pintu darurat mengikuti ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam standar yang dipersyaratkan.
(5) Keselamatan Lift Memastikan setiap lift harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang undangan.
(6) Peringatan Bahaya/Sistem Alarm Pada Gedung Setiap bangunan gedung harus
dilengkapi dengan sarana penyelamatan berupa sistem alarm, yang dimaksudkan untuk
memberikan peringatan dini berkaitan dengan bahaya kebakaran, gempa dan lainlain.
Sistem ini dapat diintegrasikan dengan sistem instalasi lift, pressure fan untuk tangga
darurat. Persyaratan peringatan bahaya atau sistem alarm memiliki detektor panas asap
dan nyala api (heat detector). Penempatan dan pemasangan detektor tersebut mengacu
pada peraturan yang berlaku.
7) Proteksi Kebakaran Proteksi terhadap kebakaran gedung Fasyankes sesuai dengan
peraturan perundangan undangan dan minimal tersedia APAR.
8) Memastikan memantau berfungsinya prasarana yang meliputi instalasi listrik, sistem
pencahayaan dan sistem grounding (sistem pembumian), dan APAR.

4) Memastikan penghawaan/kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara tersedia dengan baik,


melalui bukaan dan/atau ventilasi alami dan/atau ventilasi buatan. Dengan persyaratan
sebagai berikut:

a) Jumlah bukaan ventilasi alami tidak kurang dari 15% terhadap luas lantai ruangan
yang membutuhkan ventilasi. Khusus ventilasi dapur minimal 20% dari luas dapur (asap
harus keluar dengan sempurna atau dengan ada exhaust fan atau peralatan lain).
Sedangkan sistem ventilasi mekanis diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat
tidak memadai.
b) Penghawaan/ventilasi dalam ruang perlu memperhatikan 3 (tiga) elemen dasar, yaitu:

(1) Jumlah udara luar berkualitas baik yang masuk dalam ruang pada waktu tertentu.
(2) Arah umum aliran udara dalam gedung seharusnya dari area bersih ke area
terkontaminasi dan dipastikan terjadi pertukaran antara udara didalam ruang dengan
udara dari luar. Pemilihan sistem ventilasi yang alami, mekanik, atau campuran perlu
memperhatikan kondisi lokal, seperti struktur bangunan, lokasi/letak bangunan
terhadap bangunan lain, cuaca, biaya dan kualitas udara luar.

5) Memastikan pencahayaan memenuhi persyaratan yang berlaku.


Tingkat Pencahayaan Rata-Rata yang Direkomendasikan
Ruang Lux Keterangan
Ruangan administrasi kantor, 200
ruangan Kepala Fasyankes,
ruangan rapat, ruangan
pendaftaran dan rekam medik,
Ruang tunggu 200
Kamar mandi,toilet 200 Ketentuan berlaku pada
masingmasing toilet
dalam kondisi tertutup
Ruangan perawatan medis 500
Pantry 200
Gudang/ruang penyimpanan 100 Jika ruangan digunakan
bekerja terus menerus
maka tingkat
pencahayaan minimal
200 lux

6) Memastikan juga tersedianya perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja seperti


APD untuk pekerjaan sanitasi.
7) Memastikan penggunaan bahan bangunan gedung harus aman bagi kesehatan
pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
seperti zero timbal, asbes, merkuri dan lain-lain. Persyaratan komponen bangunan dan
material Fasyankes mengikuti peraturan yang berlaku. Persyaratan kenyamanan bangunan
gedung meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam
ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan sesuai peraturan yang
berlaku.
8) Memastikan kelengkapan sarana pada bangunan gedung untuk kepentingan umum
meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi,
ruang ASI, toilet, tempat parkir.
9) Memastikan kondisi kualitas bangunan pada Fasyankes seperti atap, langit-langit,
dinding, lantai, jendela, dan lainlan.
10) Memastikan ketersediaan toilet cukup dan higienis disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku.

2. Pengelolaan Prasarana

1) Memastikan kemudahan aksesibilitas. Kemudahan hubungan ruangan ke, dari, dan di

dalam bangunan gedung sesuai ketentuan yang berlaku


2) Memastikan ketersediaan dan penggunaan APAR sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku.
3) Memastikan kelengkapan prasarana pada bangunan gedung untuk kepentingan umum
meliputi penyediaan fasilitas yang cukup seperti tempat sampah, fasilitas komunikasi dan
informasi. Bangunan gedung yang bertingkat harus menyediakan tangga yang
menghubungkan lantai yang satu dengan yang lainnya dengan mempertimbangkan
kemudahan, keamanan, keselamatan dan kesehatan pengguna. Persyaratan tangga sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Memastikan tersedianya air bersih, air minum dan air kegunaan khusus (ruang tindakan
dan laboratorium) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Memastikan kualitas udara dalam ruang sesuai dengan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6) Memastikan kondisi kualitas tanah tidak berpotensi sebagai media penularan penyakit
antara lain tanah bekas tempat pembuangan akhir sampah, tidak terletak di daerah banjir,
tidak berada di bantaran sungai/aliran sungai/longsor dan bekas lokasi pertambangan.
7) Memastikan penerapan prinsip-prinsip higiene sanitasi dalam pengelolaan pangan di
Fasyankes.
8) Memastikan prasarana untuk mencegah perkembang biakan vektor penyakit, mengamati
dan memeriksa adanya tanda-tanda kehidupan vektor dan binatang pembawa penyakit,
antara lain tempat berkembangbiaknya jentik, kecoa, nyamuk dan jejak tikus, serta kucing.

a) Sarana dan bangunan di lingkungan kerja Fasyankes harus memenuhi syarat


kesehatan lingkungan serta persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.
b) Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum bagi Fasyankes yang melakukan
pemeriksaan spesimen antara lain:

(1) Jas laboratorium sesuai standar


(2) Sarung tangan
(3) Masker
(4) Alas kaki/sepatu tertutup Sepatu anti slip harus dipakai di laboratorium,
sedangkan sepatu dengan jempol terbuka dan sandal tidak disarankan untuk
dipakai oleh SDM Fasyankes laboratorium yang bekerja dengan melibatkan
berbagai bahan kimia yang berbahaya. SDM Fasyankes yang membersihkan
tumpahan bahan kimia perlu memakai alas kaki yang resisten atau kedap bahan
kimia. Khusus untuk laboratorium, alas kaki harus dirancang dengan bahan yang
tepat agar bisa sebagai pelindung yang baik bila diperlukan.
(5) Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfectant) dan air mengalir

(6) Lemari asam (fume hood) dilengkapi dengan exhaust ventilation system
(7) Pipetting aid, rubber bulb
(8) Kontainer khusus untuk insenerasi jarum, lanset.
(9) Pemancur air (emergency shower)
(10) Kabinet keamanan biologis kelas I, II, atau III (tergantung dari jenis
mikroorganisme yang ditangani dan diperiksa di laboratorium
(11) Penyediaan eye wash/shower dan body wash diperuntukkan yang
menggunakan bahan kimia atau bahan biologi dengan biosafety level 2 atau lebih

c) Sarana dan prasarana dalam penyimpanan vaksin menggunakan sistem rantai dingin
(cold chain) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

g. Sampah domestik dan limbahnya


Pengelolaan limbah domestik secara aman dan sehat sesuai standart dan peraturan. meliputi :

1) Penyediaan tempat sampah terpilah antara organik dan nonorganik dan dilengkapi oleh
tutup.
2) Tempat sampah dilapisi oleh kantong plastik hitam.
3) Penyediaan masker, sarung tangan kebun/ Rubber Gloves dan sepatu boots bagi petugas
kebersihan.
4) Cuci tangan memakai sabun setelah mengelola sampah.
5) Apabila terkena benda tajam atau cidera akibat buangan sampah, diharuskan untuk
melapor kepada petugas kesehatan untuk dilakukan investigasi kemungkinan terjadinya infeksi
dan melakukan tindakan pencegahan seperti pemberian vaksin Tetanus Toksoid (TT) kepada
petugas kebersihan.

BAB IV
DOKUMENTASI

6. Dokumentasi. Semua kegiatan yang dilakukan dalam pedoman manajemen fasilitas di Klinik
Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center didokumentasikan dalam bentuk laporan kegiatan dan
foto-foto kegiatan.

BAB V
PENUTUP

7. Penutup. Demikianlah pedoman manajemen fasilitas di Klinik Pratama Rawat Inap Ridan
Medika Center ini disusun untuk dapat dijadikan acuan dalam program manajemen fasilitas di Klinik
Pratama Rawat Inap Ridan Medika Center.
Peanggung Jawab Megang Sakti, 03 Januarii 2023
Klinik Pratama Rawat Inap Ridan Medika
Center, Koordinator MFK,

dr. Rifa’atul Mahmudah Maissy, Amd.Keb

Anda mungkin juga menyukai