Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN

MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

KLINIK PRATAMA KEDATON

KEDATON RT 04, PLERET, PLERET, BANTUL

2023
KEPUTUSAN KEPALA KLINIK PRATAMA KEDATON
NOMOR : ……………………………………..

TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
KLINIK PRATAMA KEDATON

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENANGGUNG JAWAB KLINIK PRATAMA KEDATON

Menimbang : a. bahwa fasilitas pelayanan kesehatan merupakan tempat


kerja yang memiliki risiko terhadap keselamatan dan
kesehatan sumber daya manusia fasilitas pelayanan
kesehatan, pasien, pendamping pasien, pengunjung
maupun masyarakat di sekitar lingkungan fasilitas
pelayanan kesehatan;
b. bahwa dalam rangka pengelolaan dan pengendalian risiko
yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
untuk menciptakan kondisi fasilitas pelayanan kesehatan
yang sehat, aman, selamat dan nyaman perlu
diselenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja di
fasilitas pelayanan kesehatan;
c. bahwa sehubungan dengan menimbang huruf a, maka
perlu menetapkan Surat Keputusan Kepala Klinik tentang
pedoman Manajemen Fasilitas di lingkungan Klinik
Pratama Kedaton;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2014 tentang Klinik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
6. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenagalistrikan;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
363/Menkes/Per/IV/1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi
Alat Kesehatan Pada Sarana Pelayanan Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/Men/1996
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun
2002 tentang Bangunan Gedung;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis
Pada Sarana Pelayanan Kesehatan;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KLINIK PRATAMA KEDATON TENTANG


PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
KLINIK PRATAMA KEDATON

Kesatu : Menetapkan pedoman Manajemen Fasilitas di lingkungan


Klinik Pratama Kedaton;
Kedua : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan akan diubah kembali sebagaimana mestinya jika
ditemukan kekeliruan dalam penetapannya.
Ditetapkan di Bantul

Tanggal 15 November 2023


Kepala klinik Pratama Kedaton,

Endang Purwaningsih, S.Tr.Keb.Bdn


Lampiran
Kepala Klinik Pratama Kedaton
Nomor : ……………………………..
Tanggal : 15 November 2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Untuk itu, pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penanganan
penyakit, dan pemulihan kesehatan pada pekerja.
Fasyankes sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat
kerja yang memiliki risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja baik pada SDM
Fasyankes, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar
lingkungan Fasyankes. Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes
meliputi bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial, dan bahaya kecelakaan kerja.
Potensi bahaya biologi penularan penyakit seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit
merupakan risiko kesehatan kerja yang paling tinggi pada Fasyankes yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja. Selain itu adanya penggunaan berbagai alat
kesehatan dan teknologi di Fasyankes serta kondisi sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi standar keselamatan akan menimbulkan risiko kecelakaan kerja dari yang
ringan hingga fatal.

B. Tujuan

1. Umum
a) Penyusunan pedoman manajemen fasilitas ini sebagai acuan dalam
pembuatan program manajemen fasilitas di Klinik Pratama Kedaton.
b) Memberikan acuan kepada Fasyankes dalam menyelenggarakan K3 di
Fasyankes.
2. Khusus.
Menciptakan Fasyankes yang sehat, aman, dan nyaman bagi SDM
Fasyankes, pasien, pengunjung, maupun lingkungan Fasyankes melalui
penyelenggaraan K3 secara optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan,
sehingga proses pelayanan berjalan baik dan lancar.

C. Sasaran
Sasaran umum program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan adalah semua
area pelayanan pasien, area wilayah kerja staf dan lingkungan Klinik Pratama Kedaton.
Sasaran pelaksanaan Kegiatan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan adalah:
a. Meningkatkan keterlibatan para staf, pasien dan pengunjung klinik garuda
terhadap program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
b. Meningkatkan kepedulian terhadap tanggap darurat bencana, dan
kedaruratan lainnya.
c. Menyiapkan Fasilitas dan lingkungan Klinik garuda yang aman, berfungsi
baik, dan memberikan lingkungan perawatan yang aman bagi pasien,
keluarga, staf, dan pengunjung.

BAB II
KEBIJAKAN

A. Kebijakan.
1. Kebijakan umum
Klinik menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan suportif bagi pasien,
keluarga, staf dan pengunjung. Klinik juga harus menyediakan peralatan
Kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
2. Kebijakan Khusus
a. Klinik Pratama Kedaton menjaga fasilitas fisik dan lingkungan yang
dimiliki dengan melakukan inspeksi fasilitas secara berkala dan secara
proaktif mengumpulkan data serta membuat strategi untuk mengurangi
risiko dan meningkatkan kualitas fasilitas keselamatan, kesehatan dan
keamanan lingkungan pelayanan dan perawatan serta seluruh area klinik.
b. Klinik Pratama Kedaton menerapkan hukum dan peraturan perundangan,
keselamatan gedung dan kebakaran, dan persyaratan lainnya, seperti
perizinan dan lisensi/sertifikat yang masih berlaku untuk fasilitas rumah
sakit dan mendokumentasikan semua buktinya secara lengkap.
c. Klinik Pratama Kedaton merencanakan dan menganggarkan untuk
penggantian atau peningkatan fasilitas, sistem, dan peralatan yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan yang berlaku atau seperti yang
telah diidentifikasi berdasarkan pemantauan atau untuk memenuhi
persyaratan yang berlaku dapat memberikan bukti pemeliharaan dan
perbaikan.
d. Klinik Pratama Kedaton merencanakan dan menganggarkan untuk
penggantian atau peningkatan fasilitas, sistem, dan peralatan yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan yang berlaku atau seperti yang
telah diidentifikasi berdasarkan pemantauan atau untuk memenuhi
persyaratan yang berlaku dapat memberikan bukti pemeliharaan dan
perbaikan.
e. Klinik Pratama Kedaton mampu mengelola bangunan, prasarana, fasilitas,
area konstruksi, lahan, dan peralatan klinik tidak menimbulkan bahaya
atau risiko bagi pasien, staf, atau pengunjung.
f. Klinik Pratama Kedaton memberikan perlindungan dari
kehilangan, kerusakan, gangguan, atau akses atau penggunaan yang
tidak sah.
g. Klinik Pratama Kedaton menetapkan dan menerapkan pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta limbah B3 sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
h. Klinik Pratama Kedaton menerapkan proses untuk pencegahan,
penanggulangan bahaya kebakaran dan penyediaan sarana jalan keluar
yang aman dari fasilitas sebagai respons terhadap kebakaran dan keadaan
darurat lainnya.
i. Klinik Pratama Kedaton menetapkan dan menerapkan proses pengelolaan
peralatan medis/kesehatan.
j. Klinik Pratama Kedaton menetapkan dan melaksanakan proses untuk
memastikan semua sistem utilitas (sistem pendukung) berfungsi efisien
dan efektif yang meliputi pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan
sistem utilitas.
k. Klinik Pratama Kedaton menerapkan proses penanganan bencana untuk
menanggapi bencana yang berpotensi terjadi di wilayah klinik garuda.
l. Klinik Pratama Kedaton melatih seluruh staf di klinik dan yang lainnya
sehingga memiliki pengetahuan tentang pengelolaan fasilitas klinik,
program keselamatan dan peran mereka dalam memastikan keamanan
dan keselamatan fasilitas secara efektif.

BAB III
TATA LAKSANA

A. Tata Laksana.
Pelaksanaan Manajemen Fasilitas Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
1. Keselamatan dan keamanan
Keselamatan klinik adalah kondisi fasilitas, sarana dan prasarana klinik yang
tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf dan pengunjung. Untuk
melindungi keselamatan SDM di Klinik, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun masyarakat di sekitar lingkungan klinik, klinik wajib membentuk dan
mengembangkan SMK3 di klinik dengan:
a. Menetapkan kebijakan dan tujuan program manajemen fasilitas di klinik.
b. Membentuk organisasi keselamatan dan keamanan Kesehatan kerja di
klinik
c. Pelaksanaan rencana keselamatan dan Kesehatan kerja di klinik
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi
2. Menerapkan Standar K3 di Klinik dilakukan :
a. Pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko keselamatan dan
keamanan dilakukan dengan :
1) Identifikasi potensi bahaya,
2) Penilaian risiko,
3) Pengendalian risiko.
b. Penerapan kewaspadaan secara standar
1) Cuci tangan untuk mencegah infeksi silang;
2) Penggunaan alat pelindung diri;
3) Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan;
4) Penatalaksanaan peralatan;
5) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
c. Penerapan prinsip ergonomi dilakukan
1) Penanganan beban manual;
2) Postur kerja;
3) Cara kerja dengan gerakan berulang;
4) Shift kerja;
5) Durasi kerja; dan
6) Tata letak ruang kerja.
d. Pemeriksaan Kesehatan secara berkala dilaksanakan minimal 1 (satu)
tahun sekali
e. Pemberian imunisasi diprioritaskan bagi SDM Fasyankes yang berisiko
tinggi. pemberian imunisasi diprioritaskan untuk imunisasi hepatitis B
karena tingginya risiko penularan hepatitis B pada Fasyankes
f. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di Fasyankes sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. PHBS pada
lingkungan kerja antara lain :
1) Menerapkan peraturan dan prosedur operasi kerja
2) Menggunakan Alat Pelindung Diri sesuai pekerjaannya
3) Tidak merokok di tempat kerja
4) Melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
5) Mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat
6) Menggunakan air bersih
7) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
8) Membuang sampah pada tempatnya
9) Menggunakan jamban saat buang air besar dan buang air kecil
10) Tidak mengkonsumsi NAPZA
11) Tidak meludah sembarang tempat
12) Memberantas jentik nyamuk
g. Pengelolaan sarana dan prasarana Fasyankes dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja;
h. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja
berupa pengawasan terhadap proses pengelolaan sarana dan prasarana
sesuai dengan aspek keselamatan dan kesehatan kerja;
i. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk
kebakaran termasuk kebakaran dilakukan melalui:
1) Identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana
2) Analisis risiko kerentanan bencana
3) Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana
4) Pengendalian kondisi darurat atau bencana
j. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya
dan beracun dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
k. Pengelolaan limbah domestik dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Keamanan.
Keamanan Klinik adalah perlindungan terhadap kehilangan, ancaman serta
gangguan kenyamanan bagi pasien, staf dan pengunjung.
a. Klinik menerapkan proses untuk mengelola dan memantau keamanan
meliputi:
1) Menjamin lingkungan yang aman dengan memberikan identitas
(badge nama sementara atau tetap), staf, pekerja kontrak atau
pengunjung (pengunjung dari luar dan tamu Klinik) sesuai dengan
regulasi Klinik.
b. Untuk mencegah terjadinya masalah keamanan pada Klinik maka semua
staf atau pengunjung di Klinik menggunakan label Identitas dan pakaian
seragam sesuai ketentuan Klinik pada setiap periode tugasnya baik pagi,
siang.
c. Untuk tamu rumah sakit seperti medical representative dan tamu Klinik
diberikan identitas tamu yang dikelola oleh petugas.
1) Melakukan pemeriksaan dan pemantauan keamanan fasilitas dan
lingkungan secara berkala dan membuat tindak lanjut perbaikan pada
daerah berikut keamanan sesuai penilaian risiko di klinik. Keamanan
dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak adanya lubang,
perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan lain, yang dapat
berisiko menyebabkan gangguan keselamatan.
d. Monitoring pada daerah beresiko keamanan sesuai penilaian risiko di
Klinik. Monitoring dapat dilakukan dengan penempatan petugas
keamanan (sekuriti) dan atau memasang kamera system CCTV yang dapat
dipantau oleh sekuriti.
e. Melindungi semua individu yang berada di lingkungan Klinik terhadap
Keamanan meliputi perlindungan kehilangan, kerusakan, gangguan atau
akses atau penggunaan yang tidak sah.
f. Klinik mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga siapapun yang
berada di klinik terhindar dari kecurian maupun pengambilan secara
paksa miliknya.
g. Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu lintas
berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang ada di
sekitarnya.
h. Akses keluar masuk Klinik diatur, untuk mencegah gangguan keselamatan
pada masyarakat dan fasilitas rumah sakit.
i. Pencegahan cedera karena jarum/benda tajam. Jarum/benda tajam
ditempatkan pada container khusus sehingga tidak mencederai staf
maupun pasien dan pengunjung. Apabila seseorang terkena jarum, maka
yang bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur yang berlaku.
4. Menghindari terjadinya kehilangan, kerusakan atau pengrusakan barang
pribadi maupun Klinik.
a. Pasien, pengunjung, dan petugas dilindungi oleh klinik dari bahaya akan
kekerasan fisik maupun mental baik oleh pengunjung maupun petugas
klinik sendiri.
b. Disediakan sebuah sistem bila petugas, pasien/maupun keluarga
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya kekerasan mental maupun fisik.
5. Perlengkapan keamanan pasien
Upaya penyembuhan pasien tidak semata-mata dilihat dari sisi medis saja,
namun hal-hal lain terkait dengan faktor-faktor non medis juga memiliki peran
yang cukup signifikan, diantaranya sistem pengamanan pasien yang sangat
diperlukan untuk menunjang keselamatan mereka menjalani perawatan di Klinik.
Dengan demikian pasien akan merasa lebih tenang dan nyaman yang pada
akhirnya secara psikis akan memberikan motivasi kepada pasien untuk
sembuh/pulih. Ada beberapa jenis alat perlengkapan keamanan pasien antara lain:
a. Pegangan sepanjang tangga. Pegangan sepanjang tangga diadakan dengan
tujuan agar pasien termasuk pengunjung dan petugas dapat berpegangan
saat menurun atau menaiki tangga. Syarat pegangan tangga yang aman:
1) Terbuat dari bahan yang tidak licin
2) Permukaan pegangan tidak kasar
3) Mudah dibersihkan
4) Dapat digenggam (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)
5) Kokoh/tidak goyah
6) Pegangan setinggi pinggang orang dewasa
7) Jarak antara tiang pegangan tidak terlalu renggang

b. Toilet yang dilengkapi pegangan. Pegangan di toilet bertujuan untuk


menjaga pasien agar memudahkan pasien saat berada dalam toilet dan
bila terjadi suatu hal/keadaan emergency bel dapat digunakan pasien
untuk memanggil pertolongan. Kelayakan sarana pegangan dan bel ini
harus dikontrol agar kondisinya tetap terjaga dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
c. Pintu dapat dibuka dari luar. Pintu yang dimaksud adalah pintu ruangan,
baik ruang rawat inap, kamar mandi (toilet) dan lainnya agar keadaan
emergency dapat dengan mudah dibuka dari luar oleh petugas, dimana
cara membuka pintu tersebut digerakkan/ dibuka mengarah keluar
ruangan bukan ke arah dalam
d. Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya. Penahan tempat tidur
selayaknya digunakan setiap tempat tidur, dengan tujuan menghindari
terjatuhnya pasien dari tempat tidur. Penahan tempat tidur ini hendaknya
dengan mudah dapat dinaikan atau diturunkan.
6. Sumber listrik mempunyai penutup/penahan.
Sumber listrik/stop kontak dengan penutup dipasang di seluruh ruangan,
terutama ruang yang dapat dijangkau anak-anak. Hal ini bertujuan agar dapat
menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
7. Suplai oksigen yang cukup.
a. Ketersediaan oksigen di ruangan dalam jumlah dan siap pakai merupakan
hal yang vital terutama bagi pasien jantung karena kekurangan supply
oksigen dapat mengakibatkan kematian. oleh karena itu supply oksigen
harus benar-benar terpenuhi ruangan tindakan . Untuk menjamin
kelangsungan supply oksigen maka perlu dilakukan pemeliharaan
terhadap seluruh jenis peralatan gas medis yang ada di klinik sebagai
berikut:
- Tabung oksigen
- Oxygen Portable
b. Lakukan pemeriksaan secara rutin kondisi kedua jenis sarana di atas
yaitu:
1) Tabung oksigen dan oxygen portable
2) Lakukan pengecekan oleh petugas jaga kondisi manometer, kondisi
tabung dan oxygen portable dan volume gas medis dan lakukan tera
ulang tabung gas medis secara rutin setiap satu tahun sekali untuk
menghindari ledakan.
c. Tenaga listrik pengganti di ruang dan peralatan medis yang vital. Jaminan
ketersediaan suplai listrik cadangan sangat dibutuhkan saat aliran listrik
dari PLN terputus, terutama di ruang-ruang dan pada peralatan medis
yang vital, dimana suplai listrik tidak boleh terputus. Tenaga listrik
pengganti berupa Genset, di mana ketersediaannya harus memiliki
persyaratan.
1) Memiliki kapasitas (KVA) yang memadai sesuai dengan kebutuhan
ruangan/alat.
2) Pemeliharaan dan pengecekan kondisi dilakukan secara rutin atau
berkala.
3) Keselamatan dan keamanan yang baik didukung dengan menjaga
kualitas lingkungan seperti pencahayaan, kelembaban, suhu dan
kebisingan sesuai dengan standar.
d. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbahnya.
Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun B3 dan limbahnya secara
aman dan sehat sesuai standar dan peraturan yang ada meliputi:
1) Identifikasi dan inventarisasi bahan dan limbah B3
a) Limbah infeksius merupakan limbah yang mengandung pathogen
seperti virus, bakteri, parasit dan jamur dalam jumlah yang cukup
dapat menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan. Limbah ini
misalnya: kultur dan stok agen infeksius dari aktivitas laboratorium
limbah hasil operasi atau otopsi dari pasien yang menderita penyakit
menular, limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian
isolasi dan atau alat material lain yang tersentuh oleh orang yang
sakit.
b) Limbah patologis dan anatomi merupakan limbah yang berasal dari
jaringan tubuh manusia, seperti organ tubuh, janin, darah, muntahan,
urin dan cairan tubuh lain.
c) Limbah farmasi merupakan limbah yang mengandung bahan-bahan
farmasi seperti: mencakup produk farmasi, obat, vaksin, serum yang
sudah kadaluarsa, tumpahan obat.
d) Limbah kimia merupakan limbah yang mengandung zat kimia yang
berasal dari aktivitas diagnostic, pemeliharaan, kebersihan dan
pemberian desinfektan seperti: formaldehid, solven.
e) Limbah logam berat merupakan limbah yang mengandung logam
berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam sub kategori limbah
berbahaya dan sangat toxic, misal limbah logam merkuri yang berasal
dari bocoran peralatan kedokteran (termometer), alat pengukur
tekanan darah.
f) Limbah Kontainer bertekanan merupakan limbah yang berasal dari
kegiatan di ruang pelayanan yang memerlukan gas. Misalnya; gas
dalam tabung, kaleng aerosol.
g) Limbah benda tajam merupakan materi padat yang memiliki sudut
kurang dari 90 derajat dan dapat menyebabkan luka iris atau tusuk
seperti: jarum suntik, kaca sediaan (preparate glass), infuse set,
ampul/vial obat.
h) Limbah genotoksik/sitotoksik adalah limbah yang sangat berbahaya
dan bersifat mutagenik, teratogenik atau karsinogenik. Limbah
genotoksik meliputi:
• Obat-obatan sitotoksik yang memiliki kemampuan untuk
membunuh atau menghentikan pertumbuhan sel dan digunakan
dalam kemoterapi kanker.
• Muntahan, urine, atau tinja pasien yang diterapi dengan
menggunakan obat-obatan sitotoksik, zat kimia maupun radioaktif.
• Bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan
obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau terapi
sitotoksik.
i) Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio
isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nuklida
yang terbentuk akibat pelaksanaan prosedur seperti analisis in-vitro
pada jaringan dan cairan tubuh, pencitraan organ, dan lokalisasi
tumor secara in-vivo serta terapi kanker.
j) Inventarisasi bahan B3 klinik

DAFTAR INVENTARISASI B3

NO NAMA RUANG JENIS LOKASI JUMLAH KET


1 Pendaftaran Alkohol 70% Meja 100ml
Betadine Lemari 100 ml
2 Periksa Umum Alkohol 70% Lemari 1000ml
3 R. TINDAKAN Betadine 1L
Alkohol 70% 1L
Tabung Oksigen 2 tabung

4 RUANG KIA-KB Betadine 250 ml


Alkohol 70% 250 ml
Asam Asetat 250 ml
5 FARMASI Betadine 1L
Alkohol 70% 1L
6 Konsultasi Betadine 100 ml
Alkohol 70% 100 ml

7 Sterilisasi Tabung Elpiji 1 tabung

Memastikan adanya penyimpanan, pewadahan, dan perawatan bahan


sesuai dengan karakteristik, sifat, dan jumlah. Penyimpanan limbah B3 harus
dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera, Limbah B3
harus disimpan dalam kemasan dengan simbol dan label yang jelas.

NO Jenis/ Kode Karakteristik Sumber Limbah Jumlah


Karakteristik Limbah Kg/bulan
Limbah
1 Aki/ baterai bekas A102d Beracun Maintenance -
2 Limbah A108d Beracun Genset -
terkontaminasi
b3/filter oli bekas
3 Limbah klinis yang A337-1 Infeksius laboratorium, 3 kg
memiliki ruang tindakan,
karakteristik
infeksius
4 Produk farmasi A337-2 Infeksius Farmasi -
kadaluarsa
5 Bahan kimia A337-3 Korosif, Farmasi -
kadaluarsa Beracun
6 Cairan pembersih A337-4 Beracun Kebersihan -
7 Minyak B105d Beracun Genset -
Pelumas/oli bekas
8 Limbah elektronik B107d Beracun Perkantoran 0,25 kg
dan Lampu TL
9 Kain Majun bekas B110d Beracun Genset
(used rags),
sarung tangan
bekas dan yang
sejenis
10 Kemasan Produk B337-1 Beracun Farmasi 0,25 kg
Farmasi
11 Sludge dari IPAL B337-2 Beracun IPAL -
12 Toner bekas B353-1 Beracun Fotokopi -
Total 3,50 kg

k) Prosedur dan sarana dalam penggunaan B3 dan pengelolaan limbah B3


dan limbah medis meliputi:
1) Penyediaan sarana dan peralatan sesuai dengan ketentuan teknis
yang dipersyaratkan.
2) Kantong plastik limbah dengan pembeda warna sesuai dengan
limbah berdasarkan ketentuan yang berlaku
3) Kontainer tempat sampah termasuk safety box
4) Label sesuai dengan jenis-jenis limbah
5) Welbin untuk pengangkut limbah dari ruang ke tps
6) Timbangan
7) TPS sampah medis
8) Tersedianya dan digunakannya alat pelindung diri APD (sepatu
sarung tangan, apron, masker dan topi) oleh petugas pelaksana
sesuai dengan prosedur baik pada tahap pewadahan
pengangkutan maupun pengelolaan.
9) Terlaksananya kegiatan pengawasan yang efektif oleh petugas
10) Adanya SPO terkait dengan kegiatan pengelolaan limbah medis
padat di fasyankes.
11) Tersediannya lembar data keselamatan sesuai dengan
karakteristik dan sifat bahan dan limbah B3.
12) Tersedianya sistem kedaruratan tumpahan/bocor bahan dan
limbah B3.
13) Tersedianya sarana keselamatan bahan dan limbah B3 seperti
spill kit, rambu dan simbol B3, dan lain lain.
14) Memastikan ketersediaan dan penggunaan alat pelindung diri
sesuai karakteristik dan sifat bahan dan limbah B3.
15) Tersedianya standar prosedur operasional yang menjamin
keamanan kerja pada proses kegiatan pengelolaan bahan dan
limbah B3 (pengurangan dan pemilahan, penyimpanan,
pengangkutan, penguburan dan/atau penimbunan bahan dan
limbah B3).
16) Jika dilakukan oleh pihak ketiga wajib membuat kesepakatan
jaminan keamanan kerja untuk pengelola dan Fasyankes akibat
kegagalan kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3

8. Penanggulangan Bencana
Respons yang dirancang untuk meminimalkan bencana dan keadaan darurat
yang dijalankan secara efektif. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau
bencana adalah suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk meminimalkan
dampak kerugian atau kerusakan yang mungkin terjadi akibat keadaan darurat
baik internal maupun eksternal oleh karena kegagalan teknologi, ulah manusia,
atau bencana yang dapat terjadi setiap saat di Fasyankes.
Tujuan dari kesiapsiagaan adalah meminimalkan dampak dari kondisi
darurat dan bencana baik internal maupun eksternal yang dapat menimbulkan
kerugian fisik, material, jiwa, bagi SDM Fasyankes, pasien, pendamping pasien,
dan pengunjung, masyarakat di sekitar lingkungan Fasyankes, maupun sistem
operasional di Fasyankes. a. Kesiapsiagaan Menghadapi Keadaan Bencana
Langkah-langkah dalam melakukan kesiapsiagaan bencana:
a. Identifikasi Risiko Kondisi Darurat atau Bencana Mengidentifikasi
potensi keadaan darurat di area kerja yang berasal dari aktivitas (proses,
operasional, peralatan), produk dan jasa. Contoh dari keadaan darurat
yang mungkin terjadinya adalah gempa bumi, banjir, kebakaran,
peledakan, keracunan, huru hara, dan pandemi.
b. Analisis Risiko Kerentanan Bencana Analisis risiko kerentanan bencana
merupakan penilaian terhadap bencana yang paling mungkin terjadi.
Analisis kerentanan bencana terkait dengan bencana alam, teknologi,
manusia, penyakit/wabah dan hazard material.
c. Pengendalian kondisi darurat atau bencana
1) Membentuk Tim Tanggap Darurat atau Bencana
2) Menyusun juknis tanggap darurat atau bencana
3) Menyusun standar prosedur operasional tanggap darurat atau
bencana antara lain:
a) kedaruratan keamanan (penculikan bayi, pencurian, kekerasan
pada petugas kesehatan).
b) kedaruratan keselamatan (kesetrum, kebakaran, gedung
roboh).
c) tumpahan bahan dan limbah bahan berbahaya dan beracun
(b3).
d) kegagalan peralatan medik dan non medik (kebocoran rontgen,
gas meledak, ac sentral).
d. Menyediakan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan
hasil identifikasi, antara lain:
1) rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat.
2) jalur evakuasi.
3) titik kumpul (assembly point).
4) APAR
e. Menilai kesesuaian, penempatan, dan kemudahan untuk mendapatkan
alat keadaan darurat oleh petugas/SDM Fasyankes yang berkompeten dan
berwenang.
f. Memasang tanda pintu darurat sesuai dengan standar dan pedoman
teknis.
g. Simulasi kondisi darurat atau bencana Simulasi kondisi darurat atau
bencana berdasarkan penilaian analisis risiko kerentanan bencana
dilakukan terhadap keadaan, antara lain:
1) Ancaman bom
2) Tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
3) Gangguan keamanan Melakukan uji coba (simulasi) kesiapan
petugas/SDM Fasyankes yang bertanggung jawab menangani
keadaan darurat yang

9. Proteksi Kebakaran
Perlindungan properti dan para penghuni Klinik dilindungi dari bahaya
kebakaran dan asap. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran di Fasyankes
meliputi:
a. Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan
1) Mengetahui potensi bahaya kebakaran yang ada di Fasyankes.
2) Mengetahui lokasi dan area potensi kebakaran secara spesifik, dengan
membuat denah potensi berisiko tinggi terutama terkait bahaya
kebakaran.
3) Inventarisasi dan pengecekan sarana proteksi kebakaran pasif dan
aktif.
b. Proteksi kebakaran secara aktif, contohnya APAR, sprinkler, detektor
panas dan smoke detector
c. Proteksi kebakaran secara pasif, contohnya:
1) Jalur evakuasi
2) Pintu darurat
3) Tangga darurat
4) Tempat titik kumpul aman
d. Pengendalian Kebakaran dan Ledakan di Fasyankes
1) Penempatan bahan mudah terbakar aman dari api dan panas.
2) Pengaturan konstruksi gedung mengikuti prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mudah
terbakar dan gas medis di tempat yang aman.
4) Larangan merokok.
5) Inspeksi fasilitas/area berisiko kebakaran secara berkala.
6) Simulasi kebakaran minimal dilakukan 1 tahun sekali untuk setiap
gedung.
7) Pemantauan bahaya kebakaran terkait proses pembangunan di
dalam/berdekatan dengan bangunan yang dihuni pasien.
10. Peralatan medis.
Memastikan peralatan medis aman, peralatan dipilih, dipelihara dan
digunakan dengan cara sedemikian rupa agar mengurangi risiko.
Penatalaksanaan peralatan medis. Proses pengelolaan peralatan medis yang
merupakan bagian dari program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan meliputi
a. Klinik memastikan tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis.
b. Klinik memastikan penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan
yang tidak digunakan.
c. Klinik memastikan dilaksanakanya kalibrasi secara berkala.
d. Klinik memastikan dilakukan pemeliharaan pada peralatan medis.
e. Klinik memastikan penyimpanan peralatan medis dan penggunanya sesuai
standar prosedur operasional.
f. Klinik memastikan pemantauan pelaksanaan kegiatan tersebut di atas
menggunakan daftar ceklis untuk memastikan semuanya dilakukan secara
berkala.

11. Sistem Utilitas.


Listrik, air dan sistem utilitas lainnya dipelihara sehingga resiko kegagalan
dalam kegiatan kerja dapat diminimalkan. Pengelolaan sarana prasarana :
a. Pengelolaan Sarana meliputi :
1) Memastikan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban
muatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2) Memastikan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.
3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Persyaratan Penempatan APAR:
a) Jarak tempuh penempatan APAR dari setiap tempat atau titik
dalam bangunan harus tidak lebih dari 25 m.
b) Mudah terlihat, termasuk instruksi pengoperasiannya dan tanda
identifikasinya.
c) Mudah dicapai (tidak terhalang oleh peralatan atau material-
material).
d) APAR diletakkan di atau dekat koridor atau lorong yang menuju
exit.
e) APAR diletakkan dekat dengan area yang berpotensi bahaya
kebakaran, akan tetapi tidak terlalu dekat karena bisa rusak oleh
sambaran api
f) Tempatkan APAR sesuai dengan karakteristik tempat.
g) Hindari tempat yang menyebabkan korosif.
h) Jika di luar ruangan, APAR terlindungi dari kerusakan.
i) Dalam area khusus, apabila bahan yang disimpan mudah
terbakar di dalam ruangan yang kecil atau tempat tertutup,
tempatkan APAR di luar ruangan.
j) Kapasitas APAR minimal 2 kg dengan ketentuan sekurang-
kurangnya 1 (satu) buah APAR untuk ruangan tertutup dengan
luas tidak lebih dari 25m2 dan minimal 2 (dua) buah APAR kimia
untuk luas tempat parkir tidak melebihi 270 m2.
k) Setiap SDM Fasyankes mampu menggunakan APAR sesuai
standar prosedur operasional yang tersedia di tabung APAR dan
melakukan pemantauan kondisi dan masa pakai secara berkala
minimal 2 kali dalam setahun.
l) Pemasangan APAR ditentukan sebagai berikut:
• Dipasang pada dinding atau dalam lemari kaca disertai palu
pemecah dan dapat dipergunakan dengan mudah pada saat
diperlukan.
• Dipasang sedemikian rupa sehingga bagian paling atas
berada pada ketinggian maksimum 120 cm dari permukaan
lantai, kecuali untuk jenis CO2 dan bubuk kimia kering (dry
powder) penempatannya minimum 15 cm dari permukaan
lantai.
• Tidak diperbolehkan dipasang di dalam ruangan yang
mempunyai temperatur lebih dari 490C dan di bawah 40C.
4) Tangga Darurat.
Setiap bangunan Fasyankes yang memiliki 2 (dua) lantai atau lebih,
harus memiliki tangga darurat. dengan ketentuan:
a) Tangga darurat/penyelamatan harus dilengkapi dengan pintu
darurat, diutamakan tahan api, dengan arah pembukaan ke arah
tangga dan dapat menutup secara otomatis. Pintu harus
dilengkapi petunjuk “KELUAR” atau “EXIT” dengan warna terang
dan terlihat pada saat gelap.
b) Tangga darurat dan bordes harus memiliki lebar minimal 1,20 m
dan tidak boleh menyempit ke arah bawah.
c) Tangga darurat harus dilengkapi pegangan tangan yang kuat
setinggi 1,10 m dan mempunyai lebar injakan anak tangga
minimal 28 cm dan tinggi maksimal anak tangga 15-17 cm.
d) Ketentuan lebih lanjut tentang tangga darurat mengikuti
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam standar yang
dipersyaratkan.
5) Pintu Darurat.
Beberapa ketentuan yang perlu dipenuhi untuk pintu darurat, antara
lain sebagai berikut:
a) Setiap bangunan atau gedung yang bertingkat lebih dari 2 (dua)
lantai harus dilengkapi dengan pintu darurat.
b) Lebar pintu darurat minimal 100 cm, membuka ke arah tangga
penyelamatan, kecuali pada lantai dasar membuka ke arah luar
(halaman).
c) Pintu darurat diutamakan harus tahan terhadap api.
d) Ketentuan lebih lanjut tentang pintu darurat mengikuti
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam standar yang
dipersyaratkan.
6) Proteksi Kebakaran.
Proteksi terhadap kebakaran gedung Fasyankes sesuai dengan
peraturan perundangan undangan dan minimal tersedia APAR.
7) Memastikan memantau berfungsinya prasarana yang meliputi
instalasi listrik, sistem pencahayaan dan sistem grounding (sistem
pembumian), dan APAR.
8) Memastikan penghawaan/kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara
tersedia dengan baik, melalui bukaan dan/atau ventilasi alami
dan/atau ventilasi buatan. Dengan persyaratan sebagai berikut:
a) Jumlah bukaan ventilasi alami tidak kurang dari 15% terhadap
luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi. Khusus
ventilasi dapur minimal 20% dari luas dapur (asap harus keluar
dengan sempurna atau dengan ada exhaust fan atau peralatan
lain). Sedangkan sistem ventilasi mekanis diberikan jika
ventilasi alami yang memenuhi syarat tidak memadai.
b) Penghawaan/ventilasi dalam ruang perlu memperhatikan 3
(tiga) elemen dasar, yaitu:
• Jumlah udara luar berkualitas baik yang masuk dalam ruang
pada waktu tertentu.
• Arah umum aliran udara dalam gedung seharusnya dari area
bersih ke area terkontaminasi dan dipastikan terjadi
pertukaran antara udara didalam ruang dengan udara dari
luar. Pemilihan sistem ventilasi yang alami, mekanik, atau
campuran perlu memperhatikan kondisi lokal, seperti
struktur bangunan, lokasi/letak bangunan terhadap
bangunan lain, cuaca, biaya dan kualitas udara luar.
9) Memastikan pencahayaan memenuhi persyaratan yang berlaku.
Tingkat Pencahayaan Rata-Rata yang Direkomendasikan
Ruang Lux Keterangan
Ruangan administrasi kantor, 200
ruangan Kepala Fasyankes,
ruangan rapat, ruangan
pendaftaran dan rekam
medik,
Ruang tunggu 200
Elevator /Lift 100
Tangga, eskalator 150
Kamar mandi,toilet 200 Ketentuan berlaku
pada masing-masing
toilet dalam kondisi
tertutup
Ruangan perawatan medis 500
Pantry 200
Gudang/ruang penyimpanan 100 Jika ruangan
digunakan bekerja
terus menerus maka
tingkat pencahayaan
minimal 200 lux
10) Memastikan juga tersedianya perlengkapan keselamatan dan
kesehatan kerja seperti APD untuk pekerjaan sanitasi.
11) Memastikan penggunaan bahan bangunan gedung harus aman bagi
kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan seperti zero timbal, asbes,
merkuri dan lain-lain. Persyaratan komponen bangunan dan material
Fasyankes mengikuti peraturan yang berlaku. Persyaratan
kenyamanan bangunan gedung meliputi kenyamanan ruang gerak
dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan,
serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan sesuai peraturan yang
berlaku.
12) Memastikan kelengkapan sarana pada bangunan gedung untuk
kepentingan umum meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk
ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, ruang ASI, toilet, tempat
parkir.
13) Memastikan kondisi kualitas bangunan pada Fasyankes seperti atap,
langit-langit, dinding, lantai, jendela, dan lainlan.
14) Memastikan ketersediaan toilet cukup dan higienis disesuaikan
dengan peraturan yang berlaku.
b. Pengelolaan Prasarana
1) Memastikan kemudahan aksesibilitas. Kemudahan hubungan
ruangan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung sesuai ketentuan
yang berlaku
2) Memastikan ketersediaan dan penggunaan APAR sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku.
3) Memastikan kelengkapan prasarana pada bangunan gedung untuk
kepentingan umum meliputi penyediaan fasilitas yang cukup seperti
tempat sampah, fasilitas komunikasi dan informasi. Bangunan
gedung yang bertingkat harus menyediakan tangga yang
menghubungkan lantai yang satu dengan yang lainnya dengan
mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan dan
kesehatan pengguna. Persyaratan tangga sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4) Memastikan tersedianya air bersih, air minum dan air kegunaan
khusus (ruang tindakan dan laboratorium) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5) Memastikan kualitas udara dalam ruang sesuai dengan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6) Memastikan kondisi kualitas tanah tidak berpotensi sebagai media
penularan penyakit antara lain tanah bekas tempat pembuangan
akhir sampah, tidak terletak di daerah banjir, tidak berada di
bantaran sungai/aliran sungai/longsor dan bekas lokasi
pertambangan.
7) Memastikan penerapan prinsip-prinsip higiene sanitasi dalam
pengelolaan pangan di Fasyankes.
8) Memastikan prasarana untuk mencegah perkembang biakan vektor
penyakit, mengamati dan memeriksa adanya tanda-tanda kehidupan
vektor dan binatang pembawa penyakit, antara lain tempat
berkembangbiaknya jentik, kecoa, nyamuk dan jejak tikus, serta
kucing.
c. Sarana dan bangunan di lingkungan kerja Fasyankes harus memenuhi
syarat kesehatan lingkungan serta persyaratan dalam pencegahan
terjadinya kecelakaan.
d. Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum bagi Fasyankes yang
melakukan pemeriksaan spesimen antara lain:
1) Jas laboratorium sesuai standar
2) Sarung tangan
3) Masker
4) Alas kaki/sepatu tertutup Sepatu anti slip harus dipakai di
laboratorium, sedangkan sepatu dengan jempol terbuka dan sandal
tidak disarankan untuk dipakai oleh SDM Fasyankes laboratorium
yang bekerja dengan melibatkan berbagai bahan kimia yang
berbahaya. SDM Fasyankes yang membersihkan tumpahan bahan
kimia perlu memakai alas kaki yang resisten atau kedap bahan kimia.
Khusus untuk laboratorium, alas kaki harus dirancang dengan bahan
yang tepat agar bisa sebagai pelindung yang baik bila diperlukan.
5) Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfectant) dan air
mengalir
6) Lemari asam (fume hood) dilengkapi dengan exhaust ventilation
system
7) Pipetting aid, rubber bulb
8) Kontainer khusus untuk insenerasi jarum, lanset.
9) Pemancur air (emergency shower)
10)Kabinet keamanan biologis kelas I, II, atau III (tergantung dari jenis
mikroorganisme yang ditangani dan diperiksa di laboratorium
11)Penyediaan eye wash/shower dan body wash diperuntukkan yang
menggunakan bahan kimia atau bahan biologi dengan biosafety level 2
atau lebih
e. Sarana dan prasarana dalam penyimpanan vaksin menggunakan sistem
rantai dingin (cold chain) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
12. Sampah Domestik dan Limbahnya
Pengelolaan limbah domestik secara aman dan sehat sesuai standar dan
peraturan. meliputi :
a. Penyediaan tempat sampah terpilah antara organik dan anorganik dan
dilengkapi oleh tutup.
b. Tempat sampah dilapisi oleh kantong plastik hitam.
c. Penyediaan masker, sarung tangan kebun/ Rubber Gloves dan sepatu
boots bagi petugas kebersihan.
d. Cuci tangan memakai sabun setelah mengelola sampah.
e. Apabila terkena benda tajam atau cedera akibat buangan sampah,
diharuskan untuk melapor kepada petugas kesehatan untuk dilakukan
investigasi kemungkinan terjadinya infeksi dan melakukan tindakan
pencegahan seperti pemberian vaksin Tetanus Toksoid (TT) kepada
petugas kebersihan.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi.
Semua kegiatan yang dilakukan dalam pedoman manajemen fasilitas di Klinik
Pratama Kedaton didokumentasikan dalam bentuk laporan kegiatan dan foto-foto
kegiatan.

BAB V
PENUTUP

Penutup
Demikianlah pedoman manajemen fasilitas di Klinik Pratama Kedaton ini
disusun untuk dapat dijadikan acuan dalam program manajemen fasilitas di Klinik
Pratama Kedaton.

Bantul, 14 Februari 2023


Kepala Klinik Pratama Kedaton,

Endang Purwaningsih, S.Tr.Keb.Bdn

Anda mungkin juga menyukai