Anda di halaman 1dari 15

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH JAWA TIMUR


KLINIK PRATAMA POLRES PACITAN
Jl. Ahmad Yani No 62, Pacitan, Kec. Pacitan, Kab. Pacitan
Email : poliklinikrespct @gmail.com
Kode Pos 63512

PENETAPAN KEPALA KLINIK PRATAMA POLRES PACITAN


NOMOR : SP/005/IV/HUK.7.1./2023

TENTANG
PROGRAM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEAMANAN DI LINGKUNGAN
KLINIK PRATAMA POLRES PACITAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA KLINIK PRATAMA POLRES PACITAN

Menimbang : a. bahwa klinik harus menyediakan fasilitas


yang aman, berfungsi dan suportif
bagi pasien, keluarga, staff, dan pengunjung.
Klinik juga harus menyediakan perlatan
kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan;
b. bahwa dalam upaya meningkatkan keslamatan dan
keamanan fasilitas, maka klinik perlu menyusun
Manajemen Resiko fasilitas;
c. bahwa untuk kepentingan tersebut diatas maka perlu
surat keputusan Kepala Klinik Polres Pacitan tentang
manajemen fasilitas dan keamanan;

Mengingat : a. Undang-undang No. 26 tahun 2009 tentang kesehatan;


b. Undang-undang RI No. 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana;
c. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
d. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : P.56/Menlhk-Setjen/2015
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan pasien;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2018 Tentang
Aplikasi Sarana, Prasarana, dan, dan Alat Kesehatan;
g. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.17 tahun 2018
tentang Penyelenggara Penanggulangan Bencana Dalam
Keadaan Keadaan Tertentu;
h. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor KEP-
186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja;
i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun
2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
j. Peraturan Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok;
k. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pengendalian Penularan Penyakit;
l. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52
Tahun 2018 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PENETAPAN KEPALA KLINIK TENTANG PROGRAM


MANAJEMEN FASILITAS DAN KEAMANAN DI
LINGKUNGAN KLINIK PRATAMA POLRES PACITAN
Kesatu : Memberlakukan Kebijakan Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan
sebagaimana dalam terlampir dalam Keputusan ini

Kedua : Segala biaya yang timbul akibat diterbitkannya Keputusan ini


dibebankan pada dibebankan pada anggaran anggaran Klinik
Polres Pacitan

Ketiga : Surat Penetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Pacitan
Pada tanggal : 4 April 2023

KEPALA KLINIK PRATAMA POLRES PACITAN

Suyatmin, S. Kep., Ns.


AIPDA NRP 75030081
LAMPIRAN 1 :
PENETAPAN KEPALA KLINIK PRATAMA
POLRES PACITAN
NOMOR : SP/005/IV/HUK.7.1./2023 TENTANG
MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PELAYANAN PROGRAM MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN DI


KLINIK PRATAMA POLRES PACITAN

A. KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN


1. Klinik mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan
tentang pemeriksaan fasilitas ;
2. Klinik menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan supportif bagi pasien,
keluarga, staf dan pengunjung ;
3. Klinik menerapkan manajemen fasilitas dan keselamatan yang efektif
meliputi perencanaan, pendidikan dan pemantauan yang multi disiplin meliputi :
a. Merencanakan ruang, peralatan dan sumber daya yang dibutuhkan agar aman
dan efektif untuk menunjang pelayanan klinis yang diberikan ;
b. Seluruh staf dididik tentang fasilitas, cara mengurangi risiko, dan bagaimana
memonitor dan melaporkan situasi yang menimbulkan risiko
;
c. Kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem yang yang penting dan
untuk mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan ;
d. Rencana keselamatan dan keamanan ;
e. Rencana penanganan bahan berbahaya ;
f. Rencana manajemen emergensi ;
g. Rencana pengamanan/penanggulangan kebakaran.
4. Klinik menetapkan rencana induk atau rencana tahunan untuk mengelola risiko
terhadap pasien, keluarga, pengunjung dan staf meliputi :
a. Keselamatan dan keamanan
Keselamatan : Suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung,
halaman/ground dan peralatan Klinik tidak menimbulkan bahaya atau risiko
bagi pasien, staf dan pengunjung ;
Keamanan : Proteksi dari kehilangan, pengerusakan dan kerusakan, atau akses
serta penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang;
b. Bahan berbahaya : penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan
radioaktif dan bahan berbahaya lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan
berbahaya dibuang secara aman
c. Manajemen Emergensi Tanggapan terhadap wabah, bencana dan keadaan
emergensi direncanakan dan efektif ;
d. Pengamanan kebakaran properti dan penghuninya dilindungi dari kebakaran
dan asap ;
e. Peralatan medis dipelihara dan digunakan sedemikian rupa untuk mengurangi
risiko ;
f. Sistem utilitas Listrik, air dan sistem pendukung lainnya dipelihara untuk
meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian ;
g. Pendidikan dan Pelatihan Petugas;
h. Rencana tersebut ditulis dan di perbarui sesuai keadaan sekarang atau keadaan
terkini dalam lingkungan klinik Ada proses untuk mereview dan mengupdate.
5. Komite risiko fasilitas/lingkungan yang kompeten mengawasi perencanaan dan
pelaksanaan program untuk mengelola risiko dilingkungan pelayanan Program
pengawasan meliput :
a. Merencanakan semua aspek dari program;
b. Melaksanakan program;
c. Mendidik staf;
d. Memonitor dan mengevaluasi uji coba program;
e. Melakukan evaluasi dan revisi program secara berkala;
f. Memberikan laporan tahunan ke badan pengelola tentang pencapaian
program;
g. Menyelenggarakan pengorganisasian dan pengelolaan secara
konsisten dan terus menerus.
6. Klinik membuat monitoring yang menyediakan data insiden, cidera dan kejadian
lainnya yang mendukung perencanaan dan pengurangan risiko lebih lanjut.
B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN
1. Tim MFK merencanakan dan melaksanakan program untuk memberikan
keselamatan dan leamanan lingkungan fisik;
2. Tim MFK melakukan pemeriksaan seluruh gedung pelayanan pasien dan
mempunyai rencana untuk mengurangi risiko yang nyata serta menyediakan
fasilitas fisik aman bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung;
3. Untuk menjamin keamanan, semua staf, pengujung, dan lainnya di klinik
diidentifikasi;
4. Klinik merencanakan dan menganggarkan untuk meningkatkan atau mengganti
sistem, bangunan atau komponen berdasarkan hasil inspeksi terhadap fasilitas dan
tetap memenuhi peraturan perundangan;
5. Tim MFK menganalisa situasi, dengan melihat sumber daya yang dimiliki, sumber
dana yang tersedia dan bahan potensial apa mengancam keselamatan dan keamanan
berkerja di klinik;
6. Memonitor, mengendalikan, mengevaluasi dan merencanakan pengembangan K3
Klinik;
7. Melaksanankan sosialisasi keselamatan dan keamanan kerja kepada seluruh
karyawan dalam bentuk pelatihan, leaflet, poster, penyuluhan dan lain-lain;
8. Dalam melaksanakan tugasnya setiap perugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(keselamatan dan kesehatan kerja), termasuk penggunaan alat pelindung diri
(APD), serta selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian infeksi;
9. Seluruh staf klinik harus berkerja sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan
dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi
dan etika klinik yang berlaku.

C. BAHAN BERBAHAYA

1. Klinik mempunyai rencana tentang inventaris, penanganan, penyimpanan dan


penggunaan bahan berbahaya serta pengendalian dan pembuangan bahan dan
limbah berbahaya;
2. Klinik mengindentifikasi dan mengendalikan secara aman bahan limbah
berbahaya sesuai dengan rencana;
3. Identifikasi dan pengendalian bahan berbahaya dan limbah berbahaya:
a. Inventaris bahan dan limbah berbahaya;
b. Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya;
c. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden
lainnya;
d. Pembuangan limbah berbahaya yang benar sesuai dengan SOP yang ada;
e. Peralatan dan prosedur perlindungan yang benar pada saat
penggunaan ada tumpahan (spill) atau paparan (exposure);
f. Pendokumentasian meliputi izin dan perizinan/lisensi atau ketentuan
persyaratan lainnya;
g. Pemasangan label yang benar dan bahan limbah berbahaya.
4. Klinik memastikan bahwa setiap bahan – bahan berbahaya harus mempunyai
lembar data pengaman;
5. Setiap bahan berbahaya dan beracun (B3) pada wadah atau kemasan harus
dicantumkan penandaan yang meliputi nama dagang, bahan aktif, isi berat netto,
kalimat peringatan dan tanda simbol berbahaya;
6. Klinik memastikan bahwa bahan berbahaya dan beracun tersebut terpisah dari
bahan-bahan lain dan jauh dari api;
7. Klinik harus mengetahui sifat dan karakteristik dari penanganan, penyimpanan dan
penggunaan B3 tesebut yang meliputi :
a. Identifikasi potensial bahaya
1) Identifikasi dan penilaian risiko dilaksanakan oleh petugas yang
berkompeten (petugas terkait, gudang, laobratorium, dan apotek);
2) Penentuan penangangan bahan/ material dilaksanakan secara manual atau
mekanis ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi.
b. Sistem pengangkutan, penyimpanan dan pembuangan
1) Sistem pengangkutan bahan material yang diterima untuk pemindahan dari
pengangkutan ke dalam gudang dilakukan secara manual yang dilaksanakan
dengan perlakuan yang berguna menghindari tumpahan atau ceceran;
2) Pemindahan ini dilakukan dengan tenaga manusia dengan menggunakan
alat bantu troli. Pemindahan secara mekanis pada umumnya tidak dilakukan
mengingat berat bahan yang diangkut tidaklah terlalu berat.
3) Penyimpanan
a) Untuk penyimpanan bahan kimia dipersiapkan tempat khusus menurut
spesifikasi (jenis);
b) Penyimpanan bahan-bahan kimia tidak dibenarkan dicampur dengan
bahan lainnya (gedung/penempatan harus terpisah dari bahan lain)
dilengkapi dengan label B3 dan MSDS yang sesuai;
c) Setiap bahan material yang disimpan didalam gudang diberi label yang
jelas sesuai dengan spesifikasi, khusus dengan bahan- bahan B3 harus
diberi label peringatan yang jelas untuk diketahui bahaya dari masing-
masing bahan dan cara penanganan.
c. Pemindahan dan penggunaan
1) Dalam pengambilan bahan material dari gudang untuk dipergunakan di
lokasi kerja harus diperhatikan aspek K3 (menghindari tumpahan,
kobocoran, ceceran dan kerusakan) sesuai dengan petunjukan pendoman
teknis yang berlaku;
2) Petugas pelaksana yang menangani pemindahan dan penggunaan harus
memperhatikan aspek K3 dan harus mengenakan APD, alat bantu yang
memadai dan apabila terjadi tumpahan atau ceceran pada saat pemindahan
harus ditangani sesuai dengan intruksi kerja dan pendoman kerja yang
berlaku.
d. Pengendalian barang-barang rusak dan kadaluwarsa
Bahan-bahan yang diidentifikasi telah mengalami kerusakan dan kadaluwarsa
ditempat yang aman secara khusus, tidak dapat dipergunakan, tercatat dan
penangannnya harus sesuai dengan intruksi kerja.
e. Pembuangan dan penyimpanan barang berkas yang dinyatakan tidak dapat
dipergunakan lagi harus disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
ditempatkan secara khusus dan tercatat agar tidak dipergunakan lagi:
1) Khusus wadah bekas bahan B3 harus di beri label dengan jelas sesuai sifat
bahan tersebut (beracun, iritasi, korosif dan lain-lain);
2) Wadah berkas bahan kimia cair disimpan dan tidak diberikan dipakai untuk
kegiatan lain;
3) Penanganan limbah padat dan limbah cair sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku (peraturan lingkungan hidup);
4) Melaksanakan sosialisasi penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan
berbahaya dan beracun B3 kepada seluruh karyawan dalam bentuk
pelatihan, penyuluhan dan lain-lain;
5) Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi kententuan
dalam K3 (keselamatan dan kesehatan kerja), stermasuk pengunaan alat
pelindung diri (APD), serta selalu mengacu pada pencegahan dan
pengendalian infeksi;
6) Seluruh staf klinik harus berkerja sesuai dengan standar profesi,
pedoman/panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta
sesuai dengan etika profesi, visi misi , komitmen dan tata nilai klinik
pratama Polres Pacitan.

D. KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA


1. Klinik membuat rencana dan program penanganan kedaruratan dan program
menanggapi bila terjadi kedaruratan komunitas, wabah dan bencana alam atau
menanggapi bila terjadi kedaruratan komunitas, wabah dan bencana alam atau
bencana lainnya. Rencana tersebut berisikan proses untuk :
a. Menetapakan jenis, kemungkinan dan konsekuensi dari bahaya, ancaman
dan kejadian;
b. Menetapkan peran klinik dalam kejadian tersebut;
c. Strategi komunikasi pada kejadian;
d. Pengelolaan sumber daya pada waktu kejadian, termasuk alternatif tempat
pelayanan;
e. Pengelolaan kejadian klinis pada waktu kejadian, termasuk alternatif
tempat pelayanan;
f. Identifikasi dan penugasan peran dan tanggung jawab staf pada kejadian.
2. Klinik melakukan uji coba/ simulasi penanganan/ menanggapi kedaruratan wabah
dan bencana. Rencana kesiapan menghadapi bencana diuji coba melalui :
a. Uji coba tahunan seluruh rencana penanggulangan bencana baik secara
internal maupun sebagai bagian dan dilakukan bersama dengan masyarakat
atau;
b. Uji coba sepanjang tahun terhadap elemen kritis dari c) sampai dengan g) dari
rencana tersebut;
c. Bila klinik mengalami bencana secara nyata, melaksanakan rencana yang ada
dan setelah itu diberi pengarahan yang tepat, dan situasi ini digambarkan
setara dengan uji coba tahunan.

E. PENGAMANAN KEBAKARAN
1. Klinik melaksanakan program untuk memastikan bahwa seluruh penghuni di
klinik aman dari kebakaran, asap dan kedaruratan lainnya;
2. Klinik menjamin penghuni Klinik tetap aman sekalipun terjadi kebakaran atau
asap dengan melaksanakan program antara lain :
a. Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko kebakaran, seperti
penyimpanan dan penanganan secara aman bahan mudah terbakar,
termasuk gas medik, seperti oksigen - Bahaya yang terkait dengan setiap
pembangunan didalam atau berdekatan dengan bangunan yang dihuni pasien;
b. Jalan keluar yang aman dan tidak terhalang bila terjadi kebakaran.
3. Rencana pengamanan kebakaran Klinik mengidentifikasi :
a. Frekuensi pemeriksaan, uji coba dan pemeliharaan sistem
perlindungan dan pengamanan kebakaran, sesuai ketentuan;
b. Rencana evakuasi yang aman dari fasilitas bila terjadi kebakaran atau ada
asap;
c. Pendidikan yang perlu bagi staf untuk dapat melindungi secara
efektif dan mengevakuasi pasien bila terjadi kedaruratan dan
d. Partisipasi semua staf dalam uji coba pengamanan kebakaran
sekurang- kurangnya setahun sekali.
4. Seluruh pemeriksaan, uji coba dan pemeriksaan didokumentasikan :
- Larangan merokok
a. Klinik membuat larangan merokok dengan menggunakan stiker – stiker dan
membuat larangan merokok diperaturan Klinik;
b. Klinik menyusun dan mengimplenmentasikan kebijakan larangan merokok
terhadap pasien, keluarga, staf dan pengunjung tanpa terkecuali;
c. Klinik secara teratur melakukan monitoring larangan merokok kepada
setiap pasien, keluarga, staf dan pengunjung yang kedapatan merokok
disekitar lingkungan Klinik. Lingkungan Klinik adalah semua Ruang Unit
Kerja yang ada didalam batas Pagar Klinik;
d. Klinik melindungi kesehatan masyarakat, sudah seharusnya bebas dari asap
rokok karena asap rokok dapat menimbulkan penyakit yang fatal dan
penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup akibat penggunaan rokok.

F. PERALATAN MEDIS
1. Pengadaan alat medis
a. Klinik merencanakan dan mengimplikasikan program untuk pengadaan alat
medis untuk menjamin ketersediaan dan berfungsi/layak pakainya peralatan
medis tersebut;
b. Fasilitas yang rusak atau sudah tidak dapat diperbaiki kembali segera dimutasi
kebagian logistik dan dibuat berita acara pergantuan barang oleh bagian teknisi
medis;
c. Untuk alat penambahan (pengadaan) alat medis baru disebabkan oleh :
1) Adanya alat baru yang diperlukan pada pelayanan medis;
2) Kurangnya fasilitas alat medis yang diperlukan, sehingga mengajukan
penambahan alat medis yang baru ke Matfaskes Biddokkes Polda Jatim.
Kaur Matfaskes Biddokkes Polda Jatim melakukan koordinasi dengan unit
kerja untuk menentukan spesifikasi alat yang diadakan;
3) Matfaskes Biddokkes Polda Jatim mengajukan permohonan Klinik melalui
administrasi dan keuangan untuk pengadaan alat medis yang baru.
d. Untuk penggantian alat yang lama
1) Pergantian alat medis yang sudah tidak layak pakai harus diajukan oleh
pengguna kepada Matfaskes Biddokkes Polda Jatim;
2) Matfaskes Biddokkes Polda Jatim Mengajukan permohonan pergantian alat
yang lama oleh pengguna kepada Klinik melalui adminitrasi dan keuangan;
e. Setiap pergantian dan pengadaan barang yang dilakukan pencatatan ke
inventariis alat masing-masing bagian
2. Pemeliharaan alat medis
a. Klinik merencanakan dan mengimplementasikan program untuk pemeriksaan,
uji coba dan pemeliharaan peralatan medis dan mendokumentasikan hasilnya.
Untuk menjamin ketersediaan dan berfungsi/layak pakai peralatan medis:
1) Melakukan invetarisasi peralata medis;
2) Melakukan pemeriksaan peralatan medis secara teratur;
3) Melakukan uji coba perlatan medis sesuai dengan penggunaan dan
ketentuannya;
4) Melaksanakan pemeliharaan preventif.
b. Klinik mengumpulkan data hasil monitoring terhadap program manajamen
perlatan medis. Data tersebut digunakan dalam menyusun rencana kebutuhan
jangka panjang klinik untuk peningkatan dan penggantian peralatan;
c. Setiap kerusakan pada fasilitas klinik segera dibuat memo permintaan
perbaikan barang atau memo permintaan pergantian barang;
d. Fasilitas yang sudah tidak dapat diperbaiki kembali segera dimutasi kebagian
logistik dan dibuat berita acara pergantian barang;
e. Pemerikasaan hasil uji coba dan setiap kali pemeliharaan didokumentasikan;
f. Pengadaan dan pergantian alat medis dilaksanakan oleh bagian logistik berkerja
sama dengan bagian teknisi medis;
g. Setiap pergantian dan pengadaan barang yang dilakukan penctatan ke inventaris
alat masing-masing bagian;
h. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulan minimal satu bulan sekali;
i. Laporan internal dan eksternal dilakukan setiap bulan.
3. Penggunaan produk dan peralatan yang dalam proses penarikan
a. Klinik mempunyai sistem penarikan kembali produk/peralatan;
b. Klinik mempunyai proses identifikasi, penarikan dan pengembalikan atau
pemusnahan produk dan peralatan medis yang ditarik oleh pihak pabrik atau
supplier;
c. Klinik membuat prosedur yang mengatur penggunaan setiap produk atau
peralatan yang ditarik kembali;
d. Pengendalian dalam penggunaan barang-barang rusak dan kadaluarsa harus
diidentifikasi secara benar, barang yang sudah rusak atau kadaluarsa disimpan
ditempat yang aman secara khusus, tidak dipergunakan, tercatat dan
penanganannya harus sesuai dengan instruksi kerja;
e. Pemeliharaan alat medis merupakan suatu upaya yang dilakukan agar
peralatan kesehatan tersebut dapat bertahan lebih lama;
f. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali;
g. Laporan internal dan eksternal dilakukan setiap bulan.

G. SISTEM UTILITAS (SISTEM PENDUKUNG)


1. Air minum dan listrik yang tersedia 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, melalui
sumber reguler atau alternatif, untuk memenuhi kebutuhan;
2. Klinik memiliki proses emergensi untuk melindungi penghuni Klinik dari kejadian
terganggunya, terkontaminasi atau kegagalan sistem pengadaan air minum dan
listrik;
3. Klinik melakukan uji coba sistem emergensi dari air minum dan listrik secara
teratur sesuai dengan sistem dan hasilnya didokumentasikan untuk menghadapi
keadaan emergensi tersebut, Klinik :
a. Mengidentifikasi peralatan, sistem dan tempat yang potensial menimbulkan
risiko tertinggi terhadap pasien dan staf (sebagai contoh, mengidentifikasi area
yang memerlukan pencahayaan,
pendinginan, dan air bersih untuk membersihkan dan mensterilkan
perbekalan;
b. Melakukan asesmen dan meminimalisasi risiko dari
kegagalan sistem pendukung di tempat-tempat tersebut;
c. Merencanakan sumber darurat listrik dan air bersih untuk tempat
tersebut dan kebutuhannya;
d. Melakukan uji coba ketersediaan dan keandalan sumber darurat listrik dan
air;
e. Mendokumentasikan hasil uji coba;
f. Memastikan bahwa pengujian alternatif sumber air dan listrik dilakukan
minimal/sekurang-kurangnya setiap tahun atau lebih sering jika diharuskan oleh
peraturan perundangan atau kondisi sumber listrik dan air. Kondisi sumber
listrik dan air yang mengharuskan peningkatan frekuensi pengujian meliputi :
1) Perbaikan berulang dari sistem air;
2) Seringnnya kontaminasi terhadap sumber air;
3) Jaringan listrik yang tidak bisa diandalkan dan;
4) Padamnya listrik yang tak terduga dan berulang.
4. Klinik melakukan identifikais sistem listrik, limbah, ventilasi, gas medis dan sistem
kunci lainnya secara teratur diperiksa, dipelihara, dan bila perlu ditingkatkan untuk
menghindari bahaya;
5. Klinik mempunyai proses sistem pemeriksaan yang teratur dan melakukan
pencegahan dan pemeliharaan lainnya. Selama uji coba, perhatian ditujukan pada
komponen kritis (sebagai contoh, swiches dan relays) dari sistem tersebut;
6. Sumber listrik emergensi dan cadangan diuji coba dalam lingkungan yang
direncanakan dan mensimulasikan beban aktual yang dibutuhkan. Peningkatan
dilakukan sesuai kebutuhan, misalnya penambahan pelayanan listrik diarea yang
punya peralatan baru;
7. Petugas atau otoritas yang ditetapkan memonitor mutu air secara teratur
a. Klinik menyusun proses pemantauan kualitas air secara teratur, meliputi
pemeriksaan biologis/biological air yang digunakan untuk hemodialis;
b. Pemantauan dapat dilakukan oleh staf yang ditunjuk oleh Kepala Klinik, seperti
staf yang bertugas;
8. Klinik mengumpulkan data hasil monitoring program manajemen sistem
utiliti/pendukung
a. Data tersebut digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang Klinik
untuk peningkatan atau penggantian sistem utiliti/pendukung;
b. Pemantauan system yang esensial/penting membantu Klinik mencegah
terjadinya masalah dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk membuat
keputusan dalam perbaikan sistem dan dalam merencanakan peningkatan atau
penggantian sistem utiliti/pendukung. Data hasil monitoring didokumentasikan.

H. PENDIDIKAN STAF
1. Perencanaan
a. Klinik Polres Pacitan menetapkan sumber daya manusia dengan berbagai
komptensi;
b. Klinik menetapkan pendidikan, keterampilan, pengetahuan dan persyaratan lain
bagi seluruh staf atau menetapkan jumlah staf atau perpaduan staf yang
mendukung visi, misi, tujuan, nilai-nilai serta komitmen Klinik Polres Pacitan.
2. Orientasi dan pendidikan
Seluruh staf, baik klinis maupun non klinis diberikan orientasi tentang Klinik
Polres Pacitan. Adapun orientasi staf tersebut meliputi :
a. Visi, misi komitmen dan tata nilai Klinik Polres Pacitan;
b. Pasien safety;
c. Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI);
d. Keselamatan kerja;
e. Kebakaran dan kewaspadaan Bencana dan lain-lain.

Ditetapkan di : Pacitan
Pada tanggal : 4 April 2023

KEPALA KLINIK PRATAMA POLRES PACITAN

Suyatmin, S. Kep., Ns.


AIPDA NRP 75030081

Anda mungkin juga menyukai