Anda di halaman 1dari 15

KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK KAUMAN HUSADA

NOMOR : SK-KH/18/VIII/2023
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN KLINIK

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Klinik Kauman


Husada, maka diperlukan penyelenggaraan Pedoman Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan Klinik yang baik;
b Bahwa agar pelayanan manajemen fasilitas dan keselamatan dapat
. terlaksana dengan baik, perlu adanya Pedoman Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan Klinik yang baik sebagai landasan bagi
penyelengaraan pelayanan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Penanggung Jawab
Klinik Kauman Husada.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik lndonesia Nomor 17 Tahun 2023 tentang


Kesehatan;
2. Keputusan Menteri Keehatan Republik Indonesia Nomor
876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Reepublik Indonesia Nomor
HK.01.01/Menkes/1128/2022 tentang Standar Akreditasi Klinik;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2014 tentang Klinik;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2022 tentang akreditasi pusat Kesehatan masyarakat, klinik,
laboratorium Kesehatan, unit transfusi darah, tempat praktek mandiri
dokter dan tempat praktik mandiri dokter gigi;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indoenesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1983/2022 tentang Standar Akrditasi Klinik;
Keputusan Dirjen Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/I/105/2023
tentang Instrument Survei Akreditasi Klinik
8. Keputusan Direktur CV Manfaat Sejahtera Nomor SK-
CV.MS/2/I/2023 tentang Penetapan Struktur Organisasi Klinik
Pratama Kauman Husada;

MEMUTUSKAN

Memutuskan : KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK KAUMAN


HUSADA MALANG TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN
FASILITAS DAN KESELAMATAN KLINIK KAUMAN
HUSADA

Pedoman tentang manajemen fasilitas dan keselamatan klinik akan


Kesatu :
dilakukan perubahan sesuai perkembangan yang ada di Klinik
Kauman Husada

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.1


Kedua : Keputusan ini akan dilakukan evaluasi sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun sejak ditetapkan dan jika dikemudian hari terdapat
kesalahan pada peraturan ini maka, akan dilakukan perubahan
sebagaimana mestinya

Ketiga : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Pakisaji
Pada Tanggal : 01 Agustus 2023

Penanggung Jawab
Klinik Pratama Kauman Husada

dr. Agung Tri Dadi,MKM


NIK. 01112021

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.2


Lampiran 1
Keputusan Penanggung Jawab
Klinik Kauman Husada
Nomor : SK-KH/18/VIII/2023
Tentang : Pedoman Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan Klinik Kauman Husada

BAB I
PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN KLINIK

A. Latar Belakang

Fasilitas dan lingkungan dalam klinik harus aman, berfungsi baik, dan memberikan
lingkungan perawatan yang aman bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Untuk
mencapai tujuan itu maka fasilitas fisik, bangunan, prasarana dan peralatan kesehatan serta
sumber daya lainya harus dikelola secara efektif untuk mengurangi dan mengendalikan
bahaya, resiko, mencegah kecelakaan, cidera dan penyakit akibat kerja. Dalam pengelolaan
fasilitas dan lingkungan serta pemantauan keselamatan klinik menyusun program untuk
pengelolaan fasilitas dan lingkungan serta program pengelolaan resiko untuk pemantauan
keselamatan diseluruh lingkungan klinik.
Pengelolaan yang efektif mencakup perencanaan, pendidikan, dan pemantauan
multidisiplin dimana pemimpin merencanakan ruang, peralatan, dan sumber daya yang
diperlukan untuk mendukung layanan klinis serta semua staf di edukasi mengenai fasilitas,
cara mengurangi resiko yang komprehensif di seluruh fasilitas yang dikembangkan dan
dipantau berkala.
Bila di klinik memiliki entitas non-klinik atau tenant/penyewa lahan (seperti restoran,
kantin, parkir, dan toko souvenir) maka klinik wajib memastikan bahwa tenant/penyewa
lahan tersebut mematuhi program pengelolaan fasilitas dan keselamatan, yaitu program
keselamatan dan keamanan, program pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, program
penanganan bencana, dan kedaruratan, serta proteksi kebakaran. Klinik perlu membentuk
satuan kerja yang dapat mengelola, memantau dan memastikan fasilitas dan pengaturan
keselamatan yang ada tidak menimbulkan potensi bahaya dan resiko yang akan berdampak
buruk bagi pasien, staf dan pengunjung. Satuan kerja yang dibentuk dapat berupa petugas
K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan, ketersediaan sumber daya dan beban kerja klinik.
Klinik harus memiliki program pengelolaan fasilitas dan keselamatan yang menjangkau
seluruh fasilitas dan lingkungan klinik. Klinik tanpa melihat ukuran dan sumber daya yang
dimiliki harus mematuhi ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku sebagai bagian
dari tanggungjawab mereka terhadap pasien, keluarga, staf, dan para pengunjung.

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.3


B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya, resiko, mencegah kecelakaan, cidera
dan penyakit akibat kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Menciptakan tempat kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman, bagi sumber daya
manusia Klinik, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan klinik.
b. Mencegah timbulnya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), Penyakit Akibat Kerja (PAK),
penyakit menular dan penyakit tidak menular bagi seluruh sumber daya manusia
Klinik.

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.4


BAB II
RUANG LINGKUP

A. Area Klinik Kauman Husada


B. Sasaran :
1. Pimpinan dan Manajemen Klinik
2. SDM Klinik
3. Pasien
4. Pengunjung/pengantar pasien

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.5


BAB III
TATA LAKSANA

A. KESELAMATAN DAN KEAMANAN


Keselamatan adalah memberikan jaminan bahwa bangunan, prasarana, lingkungan,
property, teknologi medis dan informasi, peralatan, dan system tidak menimbulkan resiko
fisik bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Tujuannya adalah untuk mencegah
kecelakaan dan cidera serta utnuk menjaga kondisi yang aman, dan menjamin keselamatan
bagi pasien, staf, keluarga, kontraktor, vendor, relawan, pengunjung, peserta pelatihan, dan
peserta didik.
Klinik menerapkan proses untuk mengelola atau memantau keselamatan (merupakan)
bagian dari program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan/MFK yang meliputi:

Keamanan adalah perlindungan terhadap property milik klinik, pasien, staf, keluarga, dan
pengunjung dari bahaya kehilangan, kerusakan, atau perusakan oleh orang yang tidak
berwenang. Contoh kerentanan dan ancaman yang terkait dengan resiko keamanan
termasuk kekerasan di tempat kerja, penculikan bayi, pencurian, dan akses tidak
terkunci/tidak aman ke area terlarang di klinik. Insiden keamanan dapat disebabkan oleh
individu baik dari luar maupun dari dalam klinik.
Area yang beresiko seperti unit gawat darurat, ruangan bayi, farmasi, ruang rekam medik,
ruangan IT harus diamankan dan dipantau. Anak-anak, orang dewasa, lanjut usia, dan
pasien rentan yang tidak dapat dilindungi dari bahaya. Area terpencil atau terisolasi dari
fasilitas dan lingkungan misalnya tempat parkir memerlukan kamera keamanan (CCTV).
Klinik Kauman Husada mempunyai 4 buah CCTV yang ditempatkan dibeberapa titik
strategis. Klinik Kauman Husada menerapkan proses untuk mengelola dan memantau
keamanan yang meliputi:
a) Menjamin lingkungan yang aman dengan memberikan identitas (badge nama sementara
atau tetap) pada pasien, staf, pekerja kontrak, keluarga pasien, atau pengunjung di luar
(tamu klinik) sesuai dengan regulasi klinik;
b) Melakukan pemeriksaan dan pemantauan keamanan fasilitas dan lingkungan secara
berkala dan membuat tindak lanjut perbaikan;
c) Pemantauan pada daerah berisiko keamanan sesuai penilaian risiko di klinik.
Pemantauan dapat dilakukan dengan penempatan petugas keamanan daerah setempat
dan atau memasang kamera sistem CCTV yang dapat dipantau oleh manajemen;
d) melindungi semua individu yang berada di lingkungan klinik terhadap kekerasan,
kejahatan dan ancaman; dan
e) menghindari terjadinya kehilangan, kerusakan, atau pengrusakan barang milik pribadi
maupun klinik.

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.6


Beberapa sarana prasarana di Klinik perlu dijga keamananya dikarenakan sarana prasarana
tersebut dapat menyebabkan atau berbahaya untuk pengunjung atau seseorang yang tidak
berkompeten/ berkemepntingan di bidang tersebut.
Sarpras yang dijaga (dibatasi aksesnya) diantaranya adalah genset, ipal, panel listrik, TPS
B3, ruang server. Untuk mengamankan akses maka dilengkapi dengan rambu/marka,
CCTV, kunci. Selain itu di Klinik memliki sarpras yang memiliki harga investasi tinggi
yang penempatannya berada di beberapa zona Klinik. Untuk alkes yang penempatannya di
zona publik (IGD, Rawat jalan, Tempat Pendaftaran, kasir, farmasi) maka untuk menjaga
keamanannya dipasang CCTV di ruang alat, setiap alat diberikan kode asset. Prosedur dan
alur pelaporan jika terjadi kehilangan dibuat secara jelas.
Jika kehilangan terdapat di zona kuning (area terbatas): laboratorium, kantor manajemen
maka untuk menjaga keamanannya dipasang CCTV di ruang alat, setiap alat diberikan
kode asset dan dilengkapi dengan sistem pencegahan dan pengendalian kehilangan barang
(belum punya)

B. BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) SERTA LIMBAH B3


Proses pengelolaan Bahan berbahaya beracun dan limbahnya di Klinik Kauman Husada
meliputi:
a) Inventarisasi B3 serta limbahnya yang meliputi jenis, jumlah, simbol dan lokasi;
b) Penanganan, penyimpanan, dan penggunaan B3 serta limbahnya;
c) Penggunaan alat pelindung diri (APD) dan prosedur penggunaan, prosedur bila terjadi
tumpahan, atau paparan/pajanan;
d) Pelatihan yang dibutuhkan oleh staf yang menangani B3;
e) Pemberian label/rambu-rambu yang tepat pada B3 serta limbahnya;
f) Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, eksposur (terpapar), dan insiden lainnya;
g) Dokumentasi, termasuk izin, lisensi, atau persyaratan peraturan lainnya; dan
h) Pengadaan/pembelian B3 dan pemasok (supplier) wajib melampirkan Lembar
Data Keselamatan. Informasi yang tercantum di lembar data keselamatan diedukasi
kepada staf klinik, terutama kepada staf terdapat penyimpanan B3 di unitnya

Klinik menerapkan prosedur untuk menanggapi paparan bahan berbahaya, termasuk


pertolongan pertama seperti akses ke tempat pencuci mata mungkin diperlukan untuk
pembilasan segera dan terus menerus untuk mencegah atau meminimalkan cedera. Klinik
harus melakukan penilaian risiko untuk mengidentifikasi di mana saja lokasi pencuci mata
diperlukan, dengan mempertimbangkan sifat fisik bahan kimia berbahaya yang digunakan,
bagaimana bahan kimia ini digunakan oleh staf untuk melakukan aktivitas kerja mereka,
dan penggunaan peralatan pelindung diri oleh staf. Alternatif untuk stasiun pencuci mata

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.7


mungkin sesuai tergantung pada jenis risiko dan potensi eksposur. Klinik yang memiliki
tempat pencuci mata harus memastikan pemeliharaan yang tepat, termasuk pembersihan
mingguan dan pemeliharaan preventif tahunan

C. PENANGGULANGAN BENCANA
Keadaan darurat yang terjadi, epidemi, atau bencana alam akan berdampak pada klinik.
Proses penanganan bencana dimulai dengan mengidentifikasi jenis bencana yang mungkin
terjadi di wilayah klinik berada dan dampaknya terhadap klinik yang dapat berupa
kerusakan fisik, peningkatan jumlah pasien/korban yang signifikan, morbiditas dan
mortalitas tenaga Kesehatan, dan gangguan operasionalisasi klinik. Untuk menanggapi
secara efektif maka klinik perlu menetapkan proses pengelolaan bencana yang meliputi:
a) Menentukan jenis yang kemungkinan terjadi dan konsekuensi bahaya, ancaman,
dan kejadian;
b) Menentukan integritas struktural dan non struktural di lingkungan pelayanan pasien
yang ada dan bagaimana bila terjadi bencana;
c) Menentukan peran klinik dalam peristiwa/kejadian tersebut;
d) Menentukan strategi komunikasi pada waktu kejadian;
e) Mengelola sumber daya selama kejadian termasuk sumber-sumber alternatif;
f) Mengelola kegiatan klinis selama kejadian termasuk tempat pelayanan alternat if
pada waktu kejadian;
g) Mengidentifikasi dan penetapan peran serta tanggung jawab staf selama kejadian dan;
dan
h) Proses mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab
pribadi staf dan tanggung jawab klinik untuk tetap menyediakan pelayanan pasien
termasuk kesehatan mental dari staf

D. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN


Klinik harus waspada terhadap risiko kebakaran, karena kebakaran merupakan risiko yang
selalu ada dalam lingkungan perawatan dan pelayanan kesehatan sehingga setiap klinik
perlu memastikan agar semua yang ada di klinik aman dan selamat apabila terjadi
kebakaran termasuk bahaya dari asap. Proteksi kebakaran juga termasuk keadaan darurat
non-kebakaran misalnya kebocoran gas beracun yang dapat mengancam sehingga perlu
dievakuasi.

Klinik memiliki potensi terjadinya kebakaran, lokasi pusat titik api di Klinik : genset, panel
listrik (di ruang tindakan, Poli Umum & KIA, Poli Gigi dan di IPAL, gas medis, dapur,
alkes (laboratorium).

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.8


Penatalaksanaan proteksi kebakaran lebih lanjut diatur dalam panduan pengamanan
kebakaran. Klinik memiliki tim yang bertugas sebagai tim penanggunlangan kebakaran
(code red). Pedoman proteksi kebakaran mengatur Tata cara penanggulangan kebakaran
dan tatacara pencegahan kebakaran. Klinik memilliki fasilitas kebakaran yaitu Apar yang
berjumlah 3 buah APAR dengan jenis Apar yang digunakan di Klinik Kauman Husada
yaitu jenis serbuk / powder.

Klinik melakukan pengkajian risiko kebakaran meliputi:


a) Pemisah/kompartemen untuk mengisolasi asap/api.
b) Tempat pengelolaan sampah.
c) Sistem dan peralatan listrik darurat/alternatif serta jalur kabel dan instalasi listrik.
d) Penyimpanan dan penanganan bahan yang berpotensi mudah terbakar (misalnya,
cairan dan gas mudah terbakar, gas medis yang mengoksidasi seperti oksigen dan
dinitrogen oksida), ruang penyimpanan oksigen dan komponennya dan vakum medis.
e) Prosedur dan tindakan untuk mencegah dan mengelola kebakaran akibat pembedahan.
f) Bahaya kebakaran terkait dengan proyek konstruksi, renovasi, atau pembongkaran.

Berdasarkan hasil pengkajian risiko kebakaran, klinik menerapkan proses proteksi


kebakaran untuk:
a) Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko seperti penyimpanan dan
penanganan bahan-bahan mudah terbakar secara aman, termasuk gas-gas medis yang
mudah terbakar seperti oksigen, penggunaan bahan yang non combustible, bahan yang
waterbase dan lainnya yang dapat mengurangi potensi bahaya kebakaran;
Pengendalian potensi bahaya dan risiko kebakaran yang terkait dengan konstruksi
apapun di atau yang berdekatan dengan bangunan yang ditempati pasien;
b) Penyediaan rambu dan jalan keluar (evakuasi) yang aman serta tidak terhalang apabila
terjadi kebakaran;
c) Penyediaan fasilitas pemadaman api secara aktif meliputi APAR dan lain-lainnya; dan
d) Sistem pemisahan (pengisolasian) dan kompartemenisasi pengendalian api dan
asap.

E. PERALATAN MEDIS
Untuk menjamin peralatan medis dapat digunakan dan layak pakai maka klinik perlu
melakukan pengelolaan peralatan medis dengan baik dan sesuai standar serta peraturan
perundangan yang berlaku.
Proses pengelolaan peralatan medis (yang merupakan bagian dari progam Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan meliputi:

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.9


a) Identifikasi dan penilaian kebutuhan alat medik dan uji fungsi sesuai ketentuan
penerimaan alat medik baru.
b) Inventarisasi seluruh peralatan medis yang dimiliki oleh klinik dan peralatan medis
kerja sama operasional (KSO) milik pihak ketiga; serta peralatan medik yang dimiliki
oleh staf klinik jika ada Inspeksi peralatan medis sebelum digunakan.
c) Pemeriksaan peralatan medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuan pabrik
secara berkala.
d) Pengujian yang dilakukan terhadap alat medis untuk memperoleh kepastian tidak
adanya bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat penggunaan alat.

Klinik melakukan pemeliharaan preventif dan kalibrasi, dan seluruh prosesnya


didokumentasikan. Peralatan medis yang dimilki Klinik Kauman Husada merupakan
peralatan yang telah sesuai dengan spesifikasi, dpelihara, diberikan petunjuk pemakaian
(juknis) agar aman saat digunakan dan meminimalkan resiko. Oleh karena itu klinik
memasang juknis alat eksehatan yang ada di klinik. Untuk pengelolaan peralatan medis
diatur oleh Pedoman pengelolaan peralatan medis yang mengatur :
1. Unit yang paling beresiki terhadap kegagalan pengoperasian alat medis ( IGD,
Laboratorium)
2. Jadwal maintenance peralatan medis
3. Daftar juknis
4. Cara maintenance rutin (ceklist pemeliharaan)

Klinik mempunyai proses identifikasi, penarikan (recall) dan pengembalian, atau


pemusnahan produk dan peralatan medis yang ditarik kembali oleh pabrik atau pemasok.
Ada kebijakan atau prosedur yang mengatur penggunaan setiap produk atau peralatan yang
ditarik kembali (under recall)

F. SISTEM UTILITAS
Sistem Utilitas adalah sistem dan peralatan untuk mendukung layanan penting bagi
keselamatan pasien. Sistem utilitas disebut juga sistem penunjang yang mencakup jaringan
listrik, air, ventilasi dan aliran udara, gas medik dan uap panas. Sistem utilitas yang
berfungsi efektif akan menunjang lingkungan asuhan pasien yang aman.
Yang termasuk sistem utilitas di Klinik: listrik, air, gas medik dan sistem utilitas lainnya.
Sistem utilitas di Klinik sangat penting, karena jika terjadi kegagalan operasional maka
akan menyebabkan ancaman keselamatan pasien dan karyawan. Penanggulangan jika
terjadi kegagalan operasional, pemeliharaan sistem utilitas. Daya Listrik di Klinik Kauman
Husada yaitu 3.500 kva, serta mempunyai sebuah Genset dengan daya 5.000 kva.

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.10


Klinik perlu menerapkan proses pengelolaan sistem utilitas dan komponen kritikal
sekurang- kurangnya meliputi:
a) ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu 7 (tujuh) hari dalam
seminggu secara terus menerus;
b) membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas, memetakan
pendistribusiannya, dan melakukan update secara berkala;
c) pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan semua komponen utilitas yang ada di
daftar inventaris;
d) jadwal pemeriksaan, uji fungsi, dan pemeliharaan semua sistem utilitas berdasar atas
kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko, dan pengalaman klinik; dan
e) pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu pemadaman darurat
secara keseluruhan atau sebagian saat terjadi kebakaran

G. PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK DAN LIMBAH


1. Limbah domestik adalah segala sisa sampah dan buangan dari kegiatan rumah tangga
maupun kegiatan klinik
2. Sumber limbah rumah tangga meliputi makanan, kertas, karton, plastik, tekstil, kulit,
limbah pekarangan, kayu, kaca, logam, abu, limbah khusus (misalnya, barang
berukuran besar, elektronik konsumen, barang putih, baterai, oli, ban), dan limbah
berbahaya rumah tangga
3. Pengelolaan sampah domestic dan limbah adalah kegiatan yang menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang sampah
domestic dan limbah tersebut
4. Penyimpanan sampah domestik dan lmbah B3 adalah teknik kegiatan penempatan
sampah domestic dan limbah B3 untuk menjaga kualitas dan kuantitas atau mencegah
dampak negatif sampah domestic dan limbah B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan
manuasi, dan makhluk hidup lainnya.
5. Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3 ke dalam
suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya.
6. Kegiatan pengangkutan dan pengolahan sampah domestik yang dihasilkan oleh Klinik
Kauman Husada dilakukan oleh pihak ketiga

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.11


7. Kegiatan pengangkutan dan pengolahan limbah B3 yang dihasilkan oleh Klinik
Kauman Husada dilakukan oleh pihak ketiga yaitu PT. Tenang Sejati Sejahtera Abadi
8. Simbol B3 alah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3.
9. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3.
10. Kemasan adalah wadah atau tempat yang bagian dalamnya terdapat B3 dan dilengkapi
penutup.
11. Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan sarana angkutan.
12. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
13. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
14. Simbol Limbah B3 dalah gambar yang menunjukkan karakteristik Limbah B3.
15. Label Limbah B3 adalah keterangan mengenai Limbah B3 yang berbentuk tulisan yang
berisi informasi mengenai penghasil limbah B3, alamat penghasil limbah B3, waktu
pengemasan, jumlah, dan karakteristik limbah B3.
16. Pelabelan Limbah B3 dalah proses penandaan atau pemberian label yang dilekatkan
atau dibubuhkan pada kemasan langsung Limbah B3.
17. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan.
18. Pengurangan Limbah B3 adalah kegiatan penghasil Limbah B3 untuk mengurangi
jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari Limbah B3 sebelum
dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
19. Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh
penghasil Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang
dihasilkan.
20. Pemanfaatan Limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali, daur ulang, dan/atau
perolehan kembali yang bertujuan untuk mengubah Limbah B3 menjadi produk yang
dapat digunakan sebagai subtitusi bahan baku, bahan penolong, dan/atau bahan bakar
yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
21. Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau menghilangkan sifat
bahaya dan/atau sifat racun.

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.12


BAB IV
DOKUMENTASI

Dalam pengelolaan bahan dan limbah B3 (Bahan Berbahaya Dan Beracun) dan sampah
domestik di Klinik Kauman Husada dilakukan pendokumentasian meliputi:

A. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun.

Dokumentasi pengadaan bahan berbahaya dan beracun (B3) untuk memenuhi kebutuhan
Klinik dilaksanakan oleh petugas Instalasi Farmasi sesuai ketentuan yang berlaku sebagai
berikut :
1. Pengadaan bahan berbahaya dan beracun harus dilengkapi dokumen ijin/sertifikat dari
rekanan/suplier yang mengadakan B3.
2. Wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS )
3. Diberikan simbol dan label
4. Setiap bahan berbahaya dan beracun harus diberi wadah dan dikemas dengan baik
serta aman.
5. Pada wadah harus dicantumkan penandaan :
a. Nama sediaan/nama dagang
b. Nama bahan aktif
c. Isi/berat netto
d. Kalimat peringatan dan tanda atau simbol bahaya, petunjuk pertolongan pertama
pada kecelakaan
e. Penandaan ini harus mudah dilihat, dibaca, dimengerti, tidak mudah lepas dan
luntur.
6. B3 ditempatkan, disimpan dan diberikan simbol dan label dan dilengkapi sistem
tanggap darurat.

B. Penyimpanan Limbah B3

Dokumentasi penyimpanan limbah B3 dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan di


bawah pengawasan Penanggung Jawab Klinik, meliputi :
1. Pencatatan jumlah limbah bahan berbahaya beracun yang disimpan dalam TPS
Limbah B3.
2. Pencatatan jumlah limbah bahan berabahaya beracun yang akan dimusnahkan oleh
rekanan yang bersertifikasi.
3. Penyimpanan limbah B3 harus dilengkapi dokumen ijin penyimpanan sementara
limbah B3 dari Dinas Lingkungan Hidup Daerah.

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.13


C. Pemusnahan limbah B3

Dokumentasi pemusnahan limbah B3 dilaksanakan oleh Kesehatan Lingkungan dibawah


pengawasan Penanggung Jawab, meliputi :
1. Pengarsipan manifest Limbah B3.
2. Sertifikasi bukti pemusnahan limbah B3 dari rekanan.

Pemusnahan limbah B3 harus dilengkapi dokumen ijin pemusnahan dan ijin transportasi
limbah B3 dari rekanan.

Ditetapkan di Pakisaji
Pada Tanggal : 01 Agustus 2023

Penanggung Jawab
Klinik Pratama Kauman Husada

dr. Agung Tri Dadi,MKM


NIK. 01112021
.

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.14


Lampiran 2
Peraturan Penanggung Jawab
Klinik Kauman Husada
Nomor : SK-KH/18/VIII/2023
Tentang : Pedoman Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan Klinik Kauman Husada

DENAH CCTV DAN DENAH APAR


KLINIK KAUMAN HUSADA

Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan – Hal.15

Anda mungkin juga menyukai