MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR KLINIK UTAMA NEW PUTROE
PHANG TENTANG PROGRAM MANAJEMEN FASILITAS
DAN KESELAMATAN (MFK) DI KLINIK UTAMA NEW
PUTROE PHANG.
PROGRAM
MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
KLINIK UTAMA NEW PUTROE PHANG
T A H U N 2023
A. PENDAHULUAN
Manajemen sarana (bangunan), prasarana, peralatan Klinik, dan keselamatan dan
keamanan lingkungan Klinik dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangan- undangan.
Sarana (bangunan), prasarana, peralatan Klinik, dan keselamatan lingkungan dikelola dalam
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan dan dikaji dengan memperhatikan manajemen risiko Klinik yang merupakan suatu
Unit Pelaksana Pelayanan Teknis Dinas Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan,
memantapkan, dan mempertahankan jangkauan dan pemerataan serta mutu pelayanan kesehatan
dasar melalui Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan menuju
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Salah satu sasaran yang hendak dicapai adalah terwujudnya Klinik sebagai penggerak
masyarakat agar mampu melindungi, memelihara, dan meningkatkan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat. Dalam upaya menyediakan pelayanan yang bermutu maka Klinik
merumuskan salah satu misinya yaitu mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan menjamin
keselamatan pasien dan menjadi pusat pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas dan beretika.
MFK di Klinik melaksanakan program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan yang merupakan
bagian dari komponen keselamatan dan keamanan lingkungan fisik yang berupaya untuk
mengelola semua resiko-resiko yang mungkin terjadi di dalam pelayanannya dan
mempertahankan kondisi aman bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung.
Klinik perlu menyusun program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) untuk
m e n y e d i a k a n lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan masyarakat.Program untuk
keselamatan dirancang untuk mencegah terjadinya cedera bagi pasien, petugas, pengunjung
dan masyarakat akibat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3 /pmk 52 th 2018), seperti tertusuk
jarum, tertimpa bangunan, kebakaran, gedung roboh, dan tersengat listrik.
Bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3 perlu diidentifikasi dan dikendalikan
secara aman. WHO telah mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun serta limbahnya
dengan katagori sebagai berikut: infeksius; patologis dan anatomi; farmasi; bahan kimia; logam
berat; kontainer bertekanan; benda tajam; genotoksik/sitotoksik; radioaktif. Klinik perlu
menginventarisasi B3 meliputi lokasi, jenis, dan jumlah serta limbahnya disimpan. Daftar
inventarisasi ini selalu mutahir (di-update) sesuai dengan perubahan yang terjadi di tempat
penyimpanan. Penyediaan TPS limbah B3 dan IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Potensi terjadinya bencana di daerah berbeda antara daerah yang satu dan yang lain.
( Identifikasi bencana). Klinik sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) ikut
bertanggung jawab untuk berperan aktif dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bila terjadi
bencana baik internal maupun eksternal. Strategi dan rencana untuk menghadapi bencana perlu
disusun sesuai dengan potensi bencana yang mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian
kerentanan bahaya (Hazard Vulnerability Assesment).
Program persiapan bencana disimulasikan (disaster drill) setiap tahun secara internal
atau melibatkan komunitas secara luas, terutama ditujukan untuk menilai kesiapan sistem
program manajemen bencana /disaster. ( strategi komunikasi jika terjadi bencana, manajemen
sumber daya, penyediaan pelayanan dan alternatifnya, identifikasi peran dan tanggung
jawab tiap karyawan, dan manajemen konflik yang mungkin terjadi pada saat bencana).
Setiap karyawan wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan simulasi dalam pelaksanaan
program tanggap darurat agar siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana yang diselenggarakan
minimal setahun sekali. Debriefing adalah sebuah review yang dilakukan setelah simulasi
bersama peserta simulasi dan observer yang bertujuan untuk menindaklanjuti hasil dari simulasi.
Hasil dari kegiatan debriefing didokumentasikan.
Merokok berdampak negatif terhadap kesehatan, dan dapat menjadi sumber terjadinya
kebakaran. Klinik harus menetapkan larangan merokok di lingkungan Klinik baik bagi petugas,
pasien, dan pengunjung. Larangan merokok wajib dipatuhi oleh petugas, pasien dan pengunjung,
dan dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaannya. Agar tidak terjadi keterlambatan atau
gangguan dalam pelayanan pasien, alat kesehatan harus tersedia, berfungsi dengan baik, dan
siap digunakan setiap saat diperlukan.
Program yang dimaksud meliputi kegiatan pemeriksaan dan kalibrasi secara berkala,
sesuai dengan panduan produk tiap alat kesehatan. Dalam melakukan pemeriksaan alat
kesehatan, petugas memeriksa antara lain: kondisi, ada tidaknya kerusakan, kebersihan, status
kalibrasi, dan fungsi alat. Alat esehatan dapat dilakukan recall oleh pemerintah dan/atau
produsen dan/atau distributor akibat adanya risiko keselamatan . Jika ada alat kesehatan yang
dilakukan recall, harus dilaksanakan penarikan agar tidak digunakan dan dipandu oleh prosedur
yang baku.
Prasarana atau sistem utilisasi meliputi air, listrik, gas medis dan sistem penunjang
lainnya seperti genset, panel listrik, perpipaan air dan lainnya. Dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada pasien, dibutuhkan ketersediaan listrik, air dan gas medis, serta prasarana lain,
seperti Genset, panel listrik, perpipaan air, ventilasi, sistem jaringan dan teknologi informasi,
sistem deteksi dini kebakaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing Klinik. Program
pengelolaan sistem utilitas perlu disusun untuk menjamin ketersediaan dan keamanan dalam
menunjang kegiatan pelayanan Klinik. Sumber air adalah sumber air bersih dan air minum.
Sumber air dan listrik cadangan perlu disediakan untuk pengganti jika terjadi kegagalan air dan/
atau listrik. Prasarana air, listrik, dan prasarana penting lainnya, seperti genset, perpipaan air,
panel listrik, perlu diperiksa dan dipelihara untuk menjaga ketersediaannya untuk mendukung
kegiatan pelayanan pasien. Untuk prasarana air perlu dilakukan pemeriksaan air bersih,
termasuk pemeriksaan uji kualitas air secara periodik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
Dalam rangka meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan keterampilan dalam
pelaksanaan manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) perlu dilakukan pendidikan petugas
agar dapat menjalankan peran mereka dalam menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien,
petugas, dan masyarakat. Pendidikan petugas dapat berupa edukasi, pelatihan, dan in house
training/workshop/lokakarya. Pendidikan petugas sebagaimana dimaksud tertuang dalam rencana
program pendidikan manajemen fasilitas dan keselamatan.
Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi pasien dan karyawan dalam
lingkungan Klinik .
2. Tujuan Khusus
a. Menyediakan fasilitas yang aman, efektif dan efisien.
b. Mengendalikan secara aman bahan dan limbah berbahaya yang ramah lingkungan.
c. Menanggapi bila terjadi kedaruratan komunitas, wabah dan bencana.
d. Menjamin seluruh penghuni di Klinik aman dari kebakaran, asap atau kedaruratan
lainnya.
e. Menjamin ketersediaan dan berfungsi/laik pakainya peralatan medis.
f. Melindungi penghuni Klinik dari kejadian terganggunya, terkontaminasi atau
kegagalan sistem pengadaan air minum dan listrik.
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan besar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan yang melaksanakan program
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan dibuat dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
1. Keselamatan dan Keamanan
a. Melaksanakan identifikasi daerah yang berisiko dari aspek gedung dan fasilitas.
Kecelakaan akibat B3
6. Pengamanan Kebakaran
b. Melaksanakan uji fungsi dari sumber alternatif dan sistem utility lainnya.
F. SASARAN
Sasaran umum program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan adalah semua area pelayanan
pasien, area wilayah kerja staf dan lingkungan Klinik Sasaran Pelaksanaan Kegiatan Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan adalah ;