03
RUMAH SAKIT TK IV 04.07.03 dr. ASMIR
PEDOMAN PENGORGANISASIAN
0
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.03
RUMAH SAKIT TK IV 04.07.03 dr. ASMIR
TENTANG
1
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Rumah Sakit.
12. Peraturan pemerintah RI No.50 tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Memberlakukan Pedoman Pengorganisasian Tim K3 Rumah Sakit .IV
04.07.03 dr. Asmir Salatiga sebagaimana terlampir.
Kedua : Mengamanatkan kepada Tim K3 Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir
untuk mengacu kepada pedoman pengorganisasian di setiap
pelaksanaan tugas dan fungsinya serta membuat ketentuan lainnya
yang terkaitdengan kebijakan tersebut.
Ketiga : Keputusan ini berlaku untuk jangka waktu 3 tahun setelah tanggal
ditetapkan dengan ketentuan akan dilakukan penyempurnaan dan atau
evaluasi sekurang -kurangnya sekali pada masa berlakunya.
Keempat : Bila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini, akan
ditinjau kembali sesuai dengan.
Ditetapkan di Salatiga
Pada Tanggal Januari 2018
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir
(K3RS) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan (Rumah
Sakit ), lingkungan hidup dan masyrakat sekitar sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja, Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan (Rumah Sakit). Konsep K3 mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan resiko penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Penerapan konsep
tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang menghabiskan perusahaan (Rumah Sakit), melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang
berlimpah pada masa yang akan datang.
b. Penyelenggaraan K3RS TNI AD berpedoman pada beberapa lunak di
masing – masing rumah sakit. Aspek K3RS TNI AD perlu mendapat perhatian
dalam upaya pencegahan dan memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko
( risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan maupun kerugian – kerugian lain yang
mungkin terjadi. Dihadapkan dengan perkembangan perumah sakitan dan
reegulasi pemerintah tentang K3RS maka ketentuan K3RS TNI AD harus
mentyesuaiakan dengan perkembangan dan regulasi tersebut.
3
dari penyakit akibat kerja (KAK) bagi pekerja rumah sakit, pasien, pendamping,
pengunjung, lingkungan dan masyarakat sekitar.
b. Tata urut. Petunjuk teknis ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :
1) Bab I Pendahuluan
2) Bab II Ketentuan Umum
3) Bab III Kegiatan yang dilaksanakan
4) Bab IV Hal-hal yang perlu diperhatikan
5) Bab V Pengawasan dan Pengendalian
6) Bab VI penutup.
4. Dasar. Dasar yang digunakan dalam penyususnan Juklis ini sebagai berikut :
d. Peraturan Kasad Nomor Kep/ 302 / VII / 2015 tanggal 31 Juli 2015 tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit TNI AD;
BAP II
KETENTUAN UMUM
b. Sasaran.
2) Terhindarnya penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja (KAK)
bagi pekerja rumah Sakit, pasien, pendamping, pengunjung lingkungan dan
masyarakat sekitar.
7. Sifat
Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir Salatiga merupakan Rumah Sakit
Rujukan tertinggi di lingkungan Korem 073/Mkt, dan juga berfungsi sebagai Rumah
Sakit Integrasi bagi masyarakat TNI di wilayah Salatiga dan sebagian Kab.
Semarang
Dalam perjalanannya, Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir Salatiga mengalami
perkembangan dan perubahan baik secara fisik bangunan, fasilitas kesehatan
maupun nama dan status Rumah sakit.
Rumah sakit ini memulai perjalanan sejarahnya tahun 1950 dimana terjadi serah
terima pemerintahan dari Hindia Belanda kepada NKRI yang pada saat ini
diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia sehingga terjadi pergantian nama
Rumah Sakit dari Palang Merah KNIL menjadi Jawatan Kesehatan Tentara yang
disingkat DKT dengan lokasi di jalan dr. Muwardi Salatiga.
Selama kurun waktu enam puluh delapan tahun perjalanan sejarah dari tahun 1950
sampai dengan sekarang Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir Salatiga
mengalami pergantian nama, pergantian pejabat-pejabat Kepala Rumah Sakit dan
disertai perbaikan / penambahan bangunan baik bangunan utama/perkantoran,
sarana penunjang maupun bangsal perawatan.
Data Umum
6
Status Tanah : TNI-AD
2. 200.000 Watt
10. Organisasi
Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr.
Asmir disebut sebagai Tim K3. Dalam pengorganisasiannya melibatkan seluruh unsur
yang ada di Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing. Namun demikian untuk menjamin terlaksananya K3 dengan baik
diperlukan keterpaduan antar fungsi dalam organisi dan antar jenjang dalam fungsi serta
harus dinyatakan scara jelas dalam uraian tugas.
Panitia K3 rumah sakit (PK3RS) ditunjuk dan diangkat langsung oleh Direktur
Rumah Sakit berdasarkan pada usulan-usulan dan pertimbangan yang disampaikan oleh
Wakil Direktur Umum dengan tetap memperhatikan prestasi kerja masing-masing PK3RS,
kemudian ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit.
1. Tugas Pokok
7
a. Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan
dan procedure yang berkaitan dengan bidang keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah sakit
b. Membuat program keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah sakit
c. Memberikkan rekomendasi dan pertimbangan kepada Direksi
mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Rumah sakit
2. Fungsi
Fungsi Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Tk.IV 04.07.03
dr. Asmir Salatiga adalah :
Sesuai dengan Surat Perintah Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir Nomor
09/III/2018 bentuk organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Tk.
IV 04.07.03 dr. Asmir adalah berupa Tim K3 yang bertanggung jawab langsung
kepada kepala Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir Adapun struktur organisasi Tim
K3 Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir adalah sebagai berikut :
8
STRUKTUR ORGANISASI TIM K3
Kanwil
Dr. Herman Syahrudin Dr. Andri Novianto Serka Suyamto Koptu Kuswinardi
12. Uraian Tugas TIM K3- RUMAH SAKIT TK. IV 04.07.03 DR. ASMIR
1. Kepala Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir
a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai pengawas tentang K3RS
di Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir.
b. Dalam pelaksanaan tugasnyasecara struktural bertanggung jawab kepada
Dandenkesyah dan secara teknis bertanggung jawab kepada Kakesdam
IV/DIP
2. Sekretaris
9
a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab merencanakan, mengendalikan
dan melaksanakan pelaksanaan K3 Rumah sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir
b. Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada ketua K3 Rumah
Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir.
3. Ketua Tim K3 :
a. Mengkoordinasi kegiatan K3 Rumah Sakit Tk.IV 04.07.03 dr. Asmir
Salatiga
b. Memimpin rapat/pertemuan Tim K3
c. Menyususn rencana kerja/program kerja Tim K3
d. Mengevaluasi hasil kegiatan K3
e. Melaporkan hasil kegitan K3 ke Kepala Rumah Sakit
f. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 di Rumah Sakit Tk.IV 04.07.03
dr. Asmir Salatiga
g. Memberikan saran dan pertimbangan kepada direktur mengenai
pelaksanaan K3 di Rumah Sakit Tk.IV 04.07.03 dr. Asmir Salatiga
4. Wakil Ketua Tim K3
a. Membantu Ketua dalam melakukan koordinasi kegiatan K3 Rumah Sakit
Tk.IV 04.07.03 dr. Asmir Salatiga Mewakili ketua bila berhalangan
b. Berperan serta dalam menyusun rencana kerja/program kerja Tim K3
c. Bersama-sama mengevaluasi hasil kegiatan K3
d. Memantau pelaksanaan kegiatan K3
e. Memberikan saran dan pertimbangan kepada ketua mengenai pelaksanaan
K3 di Rumah Sakit Tk.IV 04.07.03 dr. Asmir Salatiga
5. Koordinator Tim K3 Bidang Kesehatan Kerja
a. Mengikuti rapat Tim K3
b. Melakukan koordinasi dengan anggotanya untuk melaksanakan upaya
kesehatan kerja promotif. Preventif, kuratif, rehabilitative diseluruh unit kerja
Rumah Sakit
c. Melaksanakan penyuluhan K3 mengenai kesehatan kerja kepada
karyawan Rumah Sakit
d. Membimbing dan mengarahkan karyawan diseluruh unit kerja agar
bekerja sesuai procedure
10
e. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri dan pengaman di
seluruh unit kerja
f. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Ketua Tim K3 secara berkala
ataupun incidental
g. Mematau pelaksanaan kegiatan K3 di seluruh Rumah Sakit
h. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan
kesehatan kerja
6. Koordinator Tim K3 Bidang Keselamatan Kerja
a. Mengikuti Rapat Tim K3
b. Melaksanakan penyuluhan K3 mengenai keselamatan kerja
c. Membimbing dan mengarahkan staf di seluruh unit kerja agar bekerja
sesuai dengan procedure
d. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri
e. Pengaman diseluruh unit kerja Rumah Sakit secara berkala
f. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada ketua Tim K3 secara berkala
ataupun incidental
g. Membuat analisa situasi sarana dan prasarana Rumah Sakit dan
program kerja bidang keselamatan kerja
h. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 bidang keselamatan kerja
i. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan
keselamatan kerja di rumah sakit.
7. Koordinator Tim K3 Bidang Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksankan penyuluhan K3 mengenai kesehatan lingkungan
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan Rumah Sakit agar bekerja
sesuai dengan procedure
d. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri dan pengaman
e. Menjamin jadwal pemeriksaan kesehatan lingkungan secara berkala
ataupun incidental
f. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai kesehatan lingkungan
g. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan upaya
penyehatan lingkungan Rumah Sakit
8. Koordinator Tim K3 Bidang Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana
11
a. Mengikuti rapat Tim K3
b. Melakukan penyuluhan K3 mengenai kebakaran, Kewaspadaan dan
Benda
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan Rumah Sakit agar bekerja
sesuai procedure
d. Mengusulkan kelengkapan alat penanggulangan kebakaran dan
evakuasi di Rumah Sakit
e. Membuat analisis situasi program kerja bidang kebakaran,
kewaspadaan dan bencana
f. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Ketua K3
g. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai Kebakaran,
Kewaspadaan dan bencana
h. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan
keselamatan kerja bidang kebakaran, kewaspadaan dan bencana
9. Anggota tim K3 Bidang Keselamatan Kerja
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksanaan penyuluhan kerja mengenai Kesehatan Kerja
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan di Rumah Sakit agar
bekerja sesuai dengan procedure, terutama menangani bahan kimia
berbahaya.
d. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri dan pengaman pada
unit-unit yang beresiko tinggi.
e. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Koordinator bidang
Keselamatan Kerja
f. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai Keselamatan kerja
g. Memberikan sarana dan pertimbangan mengenai pelaksanan
keselamatan kerja dan kesehatan kerja di unit kerja yang terkait dengan
bahan berbahaya.
10. Anggota Tim K3 bidang Kesehatan Kerja
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksankan penyuluhan K3 mengenai Kesehatan Kerja
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan di Rumah Sskit agar
bekerja sesuai dengan procedure
12
d. Membimbing dan mengarahkan karyawan Rumah Sakit agar bias
melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dan pertolongan hidup
dasar.
e. Membimbing dan mengarahkan karyawan Rumah Sakit agar selalu
menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan unit kerjanya.
f. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Koordinator bidang
Keselamatan Kerja.
g. Melaporkan pelaksaan kegiatan K3 mengenai kesehatan kerja
h. Memberikan saran dan pertimbanganmengenai pelaksanaan
keselamatan kerja dan kesehatan kerja di unit kerja yang terkait dengan
bahan berbahaya.
11. Anggota Tim K3 bidang Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksankan penyuluhan K3 mengenai Kesehatan Kerja
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan di Rumah Sakit agar
bekerja sesuai dengan prosedur.
d. Mengusulkan kelengkapan dan pemeriksaan alat pemadam Api
e. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Koordinator Bidang kebakaran
dan Kewaspadaan bencana
f. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai Keselamatan Kerja
g. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan
keselamatan kerja dan kesehatan kerja di unit kerja yang terkait dengan
bahan berbahaya
12. Anggota Tim K3 bidang Penyehatan Lingungan Rumah Sakit
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksankan penyuluhan K3 mengenai Kesehatan Kerja
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan di Rumah Sakit agar
bekerja sesuai dengan procedure
d. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri dan pengaman di unit
kerja
e. Membuat program dan memantau pelaksaan upaya penyehatan
makanan dan minuman, kesehatan lingkungan
13
f. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada coordinator bidang kebakaran
dan Kewaspadaan Bencana
g. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai Keselamatan kerja
h. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanan
keselamatan kerja dan kesehatan kerja di unit kerja terkait denga bahan
bahaya.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. KEWASPADAAN BENCANA
I. Pengertian
1. Bencana adalah rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau manuasi
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan saran dan prasaran umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan secara
khusus.
2. Gawat darurat sehari-hari adalah suatu keadaan seseorang secara tiba-tiba dalam
keadaan darurat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan menjadi
cacat/mati) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera
3. Korban massal adalah korban akibat kejadian dengan jumlah yang relative banyak
oleh karena sebab yang sama dan perlu mendapatkan pertolongan kesehatan
segera dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih besar sehari-
hari
14
4. Pengungsi adalah orang atau sekelompok orang WNI yang meninggalkan tempat
tinggal akibat tekanan berupa kekerasan fisik dan mental akibat ulah manusia dan
bencana alam guna mencari perlindungan maupun penghidupan yang baru
5. Rencana kedaruratan adalah rancangan atau rencana RS dalam penaggulangan
bencana baik yang bersifat eksternal (yang terjadi di luar Rumah Sakit .IV 04.07.03
dr. Asmir) maupun internal (yang terjadi didalam rumah sakit)
6. Penanganan Bencana ekternal/External Hospital Disaster Plan adalah penanganan
korban/pasien yang berasal dri kejadian/bencana yang terjadi di dalam rumah sakit
7. Penanganan bencana Intern/Internal Hospital Disaster Plan adalah penanganan
korban/pasien yang berasal dari kejadian/bencana yang terjadi di dalam rumah
sakit
8. Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang terjadi
akibat bencana.
9. Tanggap darurat adalah tindakan-tindakan yang adiambil segera seelah terjadi
bencana
10. Triage adalah pengelompokan korban berdasarkan kegawat daruratnya akibat
trauma penanganan/pemindahannya.
11. Struktur komando bencana adalah suatu system komando/perintah yang dijalankan
hanya pada saat rencana.
12. Rehabilitasi
13. Rekontruksi adalah pembengunan kembali semua prasarana dan sarana pada
wilayah pasca bencana, dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
perekonomian, social, dan budaya, tegaknya hokum dan ktertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dala segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pasca benacana.
14. Tujuan Umum hospital Disaster Plan adalak mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam rangka terwujudnya masyarakat
utama adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT melalui pendekatan pemeliharaan
kesehatan (propmotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi) yang dilaksankan secara
menyeluruh.
II. Tujuan
15
a. Tujuan Umum
Mewujudkan derajat kesehtan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam
rangka terwujudnya masyarakat utama adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT
melaui pendekatan pemeliharaan kesehatan (propmotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi)
yang dilaksanakan secara menyeluruh.
b. Tujuan Khusus
Pada dasarnya pertolongan yang diberikan bertujuan unuk mencegah terjadinya
kecacatan atau kematian yang dapat dihindarkan, dengan cara memanfaatkan
semua tenaga, fasilitas dan sarana yang telah ada secara efektif, efisien,
terkoordinasi dan terkendali.
Sistem Kewaspadaan
Bila ada informasi tentang kemungkinan bencana, direktur Bidang pelayanan medis
selaku incident commander melakukan “Immediate Action” yaitu :
16
b. Menginformasikan dan menginstruksikan kepada semua unit terkait yang
berada di bawah komandonya untuk melakukan tugas sesuai tanggung jawab
masing-masing.
c. Menilai dan menginstruksikan untuk merelokasi pasien yang sedang dirawat
bila diperlukan.
d. Memberitahukan kondisi kedaruratan tersebut kepada Direktur dan MPKU
Wilayah serta LBP PP
e. Mengaktifkan pelaksanaan Dukungan Medis (Medical Support) dan Dukungan
Manajemen (Management Support)
3. Medical Support
a. Triage
Triase dilakukan di depan IGD dengan pembagian sebagai berikut :
d. Procedure Spesialistik
Dilakukan di rawat inap dan kamar operasi oleh dokter spesialis sesuai
dengan kasus penyakit cederanya
4. Management Support
a. Pos Komando
Pos Komando berada di kantor Direktur Bidang Pelayanan Medis dan menjadi
pusat aktivitas menejemen keseluruhan saat benacna. Apabila kantor ini
karena sesuatu hal (mis. Terkena dampak bemcna) maka sebagai ruangan
cadangan adalah kantor Direktur Utama
c. Persiapan Logistik
Bagian Logistik segera menyiapkan peralatan yang diperlukan sesuai daftar
dibuku panduan
e. Area Dekontaminasi
Area dekontaminasi segera disiapkan untuk menerima korban dengan
kecurigaan keracunan bahan biologis atau bahan kimia.
18
Penentuan Golongan Korban
Setiap korban bencana alam pertolongannya harus dilihat dulu tingkat keparahannya
dan diberi label sesuai dengan berat ringannya korban dn Instruksi apa yang harus
dilakukan :
1. Korban golongan I
Yang termasuk golongan ini dalah korban-korban dengan perlukaan ringan atau
gangguan jiwa sehingga tidak memerlukan tindakan bedah dan beri label warna
hijau
2. Korban golongan II
Yang termasuk golongan ini adalah korban-korban dengan luka ringan sehingga
hanya memrlukan tindakan bedah minor dan diberi label warna kuning.
4. Korban golongan IV
Yang termasuk golongan ini adalah korban-korban dengan trauma kepala berat,
perdarahan dalam abdominal dimana pertolongan memerlukan obat-obatan dan
personil yang banyak, golongan ini diberi label warna putih
5. Korban golongan V
Yang termasuk golongan ini adalah korban-korban yang sudah meninggal dan
diberi label warna hitam.
a. Tidak ada pengirim korban lagi dari luar dan/atau seluruh korban sudah mendapat
perawatan di rumah sakit atau semua pasien rumah sakit yang terancam bahaya
sudah dievakuasi dan diamankan serta dirawat dengan baik (khusus bencana
internal)
19
b. Ruangan cadangan (surge capacity sudah tidak diperlukan lagi jumlah korban
yang dirawat berkurang mencapai jumlah kapasitas normal RS
c. Khusus bencana Internal maka kerusakan yang terjadi di Rumah Sakit .IV 04.07.03
dr. Asmir sudah dapat diatasi dengan baik dan atau bahaya sudah dapat
diamankan atau dihilangkan.
Setelah diakhiri, kegiatan Rumah Sakit kembali ke keadaan norma :
Untuk pedoman kewaspadaan bencana ini selanjutnya akan diperinci secara terpisah
dalam buku Pedoman kewaspadaan Bencana/Hospital Disaster Plan Rumah Sakit .IV
04.07.03 dr. Asmir
BAB VI
KEBAKARAN
A. Pengertian
1. Pencegahan kebakaran adalah segala usaha secara terencana untuk menghindari
bahaya kebakaran, dalam arti mniadakan kemungkinan akan timbulnya kebakaran
2. Penanggulangan kebakaran adalah segala daya upaya mencegah dan
menaggulang terjadinya kebakaran, yang meliputi memadamkan, melokalisir,
mengamankan jiwa,harta benda dan penyelidikan sebab terjadinya bencana
kebakaran
3. Kebakaran adalah proses bertemunya sumber api/panas, oksigen dan material
20
4. Bahan mudah terbakar adalah bahan/benda yang apabila terkena panas/sanat
mudah terbakar dan api lebih cepat manjalar (bensin, oli, thiner, cat, minyak tanah,
solar, gas, kertas, tekstil, kayu, karet, dan lain-lain.
5. Bahan berbahaya adalah bahan/benda/zat/elemen/ikatan kimia atau campurannya
bersifat mudah terbakar, atau korosi yang disebabkan oleh pengolahan,
penombunan, penyimpanan, pengepakan, yang dapat menimbulkan bahaya bagi
jiwa manusia,peralatan dan lingkungan (bahan-bahan kimia,arus listrik, suhu
udara).
B. Prinsip Tindakan
1. Padamkan api
2. Selamatkkan jiwa/pasien dan pengunjung
3. Selamatkan harta benda dengan prioritas
C. Persyaratan Tindakan
1. Tanggap atas potensi timbulnya bahaya api
2. Bersikap tenang, penuh perhitungan, dan tidak panik, tahu jenis bahan yang
terbakar, serta jenis alat pemadam api yang digunakan
3. Tahu tempat alarm, alat pemadam api, dan alat komunikasi
4. Tahu cara membunyikan alarm
5. Tahu cara menggunakan alat pemadam api ringan (APAR)
6. Tahu nomor telepon Tim K3, Security/Satpam serta kantor pemadam kebakaran
Kotamadya Salatiga
7. Mampu menenangkan/mengarahkan setiap oreng yang berada di lokasi
8. Mampu menyelamatkan pasien dengan cara tertentu
9. Tahu prioritas penyelamatan harta benda.
D. Program Pencegahan
1. Mengetahui secara mendalam pentingnya kondisi yang selamata dan bebas dari
segala keadaan pada bahaya kebakaran dengan berbagai akibatnya.
2. Menghindarkan dan menjauhkan segala bahan dan peralatan yang dapat
mendatangkan atau mengakibatkan kebakaran
3. Pemeliharaan dan pemeriksaan barang dan peralatan secara periodic, terutama
yang berhubungan dengan pemakaian listrik dan alat beresikotinggi lainnya.
4. Membuat aturan –aturan yang berhubungan dengan pencegahan kebakaran yang
terisolasikan secara luas.
21
5. Latihan-latihan pemadam kebakaran dan evakuasi pasien dengan peralatan dan
disesuaikan dengan procedure tetap yang berlaku si setiap Unit
6. Memberdayakan fungsi pemantauan yang efektif bagi setiap unit, terutama bagi
para pengunjung dan pegawai rumah sakit yang merokok di sembarangan tempat.
E. Penaggulangi Kebakaran
1. Dasar
Dalam rangka pelaanan pasien di Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir perlu
dipikirkan adanya satu prosedur pelaksanaan yang baku dalam penanggulangan
kebakaran yang mungkin terjadi di Rumah Sakit
2. Tujuan
a. Meninggalkan resiko sekecil apapun yang ditimbulkan dari api
b. Menyelamatkan jiwa pasien, ppengunjung dan petugas.
c. Menyelamatkn sarana, alat, dan bahan (harta benda) yang ada ditempat
kerja.
3. Cara penanggulangan kebakaran
Dalam hal adanya kasus kebakaran, khususnya yang terjadi di Instalasi. Unit kerja,
perlu segera bertindak secara dini, cepat, terpadu, dan terarah, yaitu :
22
1. Jika terlihat nyala api (kebakaran) di sebuah area di tempat kerja, maka
segera klasifikasikan jenis kebakarannya (kelas A, B, atau C) agar
penggunaan alat/fasilitas pemadamnya dapat tepat dan tidak
membahayakan petugas.
2. Bunyikan alarm dan segera padamkan nyala api tersebut dengan alat
pemadam Api (APAR) dan atau fasilitas lain yang tersedia di tempat
tersebut
3. Bagi tugas dengan kawan petugas setempat untuk menghubungi lewat
telepon, sesuai alur terlampir
4. Padamkan listrik local pada area tersebut dengan memutuskan aliran
listrik melalui saklar yang berada di tempat tersebut
5. Selamatkan pasien dan pengunjung rumah sakit melalui jalur aman yang
tersedia, dengan sigap dan cermat sesuai dengan keadaan tersebut.
6. Selamatkan harta benda yang ada di sekitar lokasi dan mudah
terjangkau, dengan skala prioritas (tingkat biaya, kelangkaan, dan
kegunaan)
7. Lokalisir api dengan menutup rapat-rapat pintu yang berada di area
kebakaran, setelah proses pemadaman dan evaluasi dilakukan. Tungu
pasukan pemadam kebakaran dan pasukan yang lain.
8. Pasukan pemadam kebakaran datang dengan menutup area tersebut dari
manusia
9. Untuk petugas di unit lain yang jauh dari lokasi kebakaran, berikan rasa
tenang dan aman kepada pasien maupun pengunjung rumah sakit
Evakuasi
23
3. Mendata secara rinci kerugian akibat kejadian kebakaran yang dilakukan
oleh Supervisor unit kerja yang bersangkutan
4. Melaporkan hasil pendataan kepada Direktur Utama Rumah Sakit
BAB VII
A. Pengertian
25
1. Toilet yang memenuhi standart K3 adalah fasilitas kamar mandi yang didalamnya
terdapat pegangan/safety handle dan bel yang diperuntukan jika pasien lemah
2. Pintu dapat dibuka dari luar adalah daun pintu yang dapat membuka dan dibuka
oleh orang dari luar
3. Tempat tidur standart K3 adalah sarana tempat tidur yang mempunyai fasilias
pengaman berupa terali berjari-jari lebih kecil dari kepala anak.
4. Sumber listrik yang memenuhi syarat K3 adalah fasilitas box sumber listrik yang
memepunyai pengaman penutup.
5. Oksigen yang memenuhi standart K3 adalah pendistribusian dan persediaan yang
cukup untuk kebutuhan pasien
6. Alat penghisap dalam keadaan darurat (emergency suction) adalah alat untuk
pertolongan pasien yang memebutuhkan pengeluaran lender
7. Tenaga listrik cadangan adalah sumber listrik cadangan yang berfungsi untuk
cadangan jika sumber listrik PLN terdapat ganggua/mati.
B. Persyaratan Teknis
1. Pengaman Tangan
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan
sarana/prasarana pengaman berupa pegangan tangan yang diletakkan pada
dinding luar/dalam ruang dan dinding kamar mandi rawat inap
2. Bel pemanggil
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan
sarana/prasarana pengaman berupa bel pemanggil petugas yang diletakkan pada
dinding sebelah tempat tidur dan kamar mandi (terjangkau oleh pasien)
26
Tempat tidur pasien yang diisyaratkan K3 adalah tempat tidur yang mempunyai
fasilitas dan dilengkapi dengan penahan pada tepinya dengan jarak terali lebih
kecil dari pada kepala anak.
6. Pemasok oksigen
Pemasok oksigen yang diisyaratkan K3 adalah pemasok oksigen yang digunakan
untuk perawatan pasien dengan jumlah dan sirkulasi oksigen yang cukup.
Untuk itu, petugas rumah sakit perlu mendapat bekal yang cukup mengenai K3.
Pembekalan yang diberikan dapat berupa pelattihan didalam maupun diluar rumah
sakit, penyegaran bagi petugas yang pernah dilatih, atau pun melalui pendidikan
formal yang berkelanjutan. Pelaksanaan perbekalan SDM ini dituangkan dalam
bentuk program pelatihan K3, mengikuti seminar atay symposium, dengan biaya
disesuaiakan dengan anggaran yang dibutuhkan maupun anggaran yang
tersedia.materi pelatihan disesuaiakan dengan resiko bahaya yang terdapat di
rumah sakit.
28
b. Pemeriksaan Berkala
1) Dilakukan setiap tahun atau setiap dua tahun untuk seluruh pegawai rumah
sakit
2) Yang diperiksa meliputi kesehatan umum, Rontgent dan darah tepi
c. Pemeriksaan khusus
Dilakukan pada petugas rumah sakit yang beresiko terhadap paparan penyakit
akibat kerja yaitu :
1) Audiometric
Dilakukan pada petugas ditempat kerja yang kebisingannya melebihi 85
dB, yaitu di genset, ruang mesin IPAL, laundry, atau pada kejadian
terjadinya ledakan/alat yang meledak
4) Anal Swab
Dilakukan pada petugas gizi yang mengolah makanan maupun yang
menyajikan makanan, tujuannya untuk mencegah penularan beberapa
penyakit melalui makanan. Dilakukan minimal setahun sekali.
30
5. Perlindungan terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
a. Mencegah terjadinya kecelakaan
b. Laporan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
6. Penyediaan alat-alat untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran dan bencana
di rumah sakit
Untuk menvegah dan menaggulangi kebakaran dan bencana yang mungkin timbul
di rumah sakit maka dibentuk Tim Penanggulangan Kebakaran dan Bencana.
BAB VIII
A. Pengertian
1. Upaya kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar
diperoleh produktifitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 pasal 23)
31
2. Kecelakaan kerja dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja atau kembali dari tempat kerja atau diluar tempat kerja dan
kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan menuju tempat kerja atau kembali
dari tempat kerja atau diluar tempat kerja yang masih berhubungan dengan
pekerjaan
3. Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
(Permenakertrans Nomor: 01/Men/1981.Pasal 1 ayat a)
4. Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (Kepres Nomor: 22 tahun 2003 tentang penyakit
yang timbul akibat hubungan kerja)
5. Tempat beresiko adalah tempat kerja di lingkungan Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr.
Asmir yang karena jenis maupun proses kegiatan di tempat tersebut dapat
menyebabkan lingkungan kerjanya menimbulkan resiko terjadi kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja dan atau gangguan kesehatan lainnya bagi pekerja yang ada
di dalam tempat kerja tersebut.
6. Tempat beresiko dibedakan menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan jenis
resiko yang dapat menyababkan kecelakaan maupun penyakit. Di dalam denah
masing-masing kelompok diberi tanda dengan warna yang berbeda.
7. Alat pelindung diri adalah alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari bahaya
yang ditimbulkan oleh pekerjaan yang dilakukan. Hal ini dijelaskan dalam UU
Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
8. Alat Pelindung diri digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan
pekerjaan beresiko sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan, cidera
akibat kerja atau menekan seminimal mungkin akibat kecelakaan kerja
B. Kecelakaan Kerja
1. Penggolongan kecelakaan kerja
a. Kecelakaan di tempat kerja
Kecelakaan di tempat kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada pekerja di
tempat kerja selama dalam jam kerja, baik yang disebabkan oleh proses kerja,
alat-alat kerja maupun lingkungan
2. Biaya pengobatan
Biaya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja pengobatannya ditanggung oleh
Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir dengan memperhatikan jaminan atau asuransi
yang diberikan kepada pekerja yang bersangkutan.
Jenis dan status kepegawaian bagi pekerja yang bekerja di RS. Tk.IV 04.07.03 dr.
ASMIR SALATIGA mengacu pada ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit .IV
04.07.03 dr. Asmir. Bagi pekerja dari pihak ketiga (out sourching) yang
melaksanakan pekerjaan di Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir adalah menjadi
tanggung jawab pihak ketiga dan tidak masuk dalam ketentuan ini.
Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan dan merupakan kecelakaan lalu
lintas yang dinyatakan oleh instansi yang berwenang, biaya
perawatan/pengobatannya diklaimkan kepada BPJS sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Dalam hal ini Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir hanya membantu
sesuai ketentuan yang berlaku untuk itu.
5. Santunan Kematian
33
Santunan kematian akibat kecelakaan kerja dibayarkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di BPJS dan Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir.
1. Anamnesa
Anamnesa merupakan langkah terpenting dalam menegakkan diagnosis.
Anamnesa yang tidak tepat akan mengurangi kemungkinan ditemukannya penyakit
akibat kerja. Bila dalam anamnesa dicurigai adanya penyakit akibat kerja, perlu
dilengkapi dengan data-data pekerjaan yang rinci
2. Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani untuk menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja
perlu kecermatan dan ketelitian, serta meliputi seluruh tubuh. Kadang-kadang
pekerja tidak mengeluh pada bagian tubuh tertentu karena dianggap hal itu tidak
berbahaya, padahal bagi dokter merupakan tanda yang khas untuk penyakit akibat
kejadian tertentu.
34
a. Keadaan umum : Penurunan
berat badan
Penampilan cushingoid
e. Abdomen : Kolik
abdomen
Pembesaran hepar, asites, dll
f. Urogenita : Gangguan
kencing
Penyakit-penyakit ginjal
Infertilitas
35
a. Pemeriksaan laboratorium rutin dan penunjang lain diperlukan untuk
menegakkan penyakit
b. Pemeriksaan kandungan zat-zat tertentu dalam tubuh diperlukan untuk
menegakkan penyakit akibat kerja bila ada dugaan terjadi paparan terhadap zat
kimia di lingkungan kerja. Macam pemeriksaan tergantung zat kimia apa yang
akan dibuktikan sebagai penyebab penyakit akibat kerja.
4. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan merupakan bagian penting untuk dapat menegakkan diagnose
penyakit akibat kerja. Untuk itu perlu diperoleh data lengkap dan rinci mengenai
pekerjaan, baik pekerjaan sekarang maupun pekerjaan sebelumnya.
Bila selama pengobatan atau setelah pengobatan ada kemungkinan akan terjadi
kekambuhan penyakit ketika karyawan kembali bekerja di tempat semula, maka
dokter akan membuat rekomendasi agar karyawan tersebut di alihkan ke tempat
kerja yang lain yang resiko kerjanya lebih kecil.
7. Pengkajian pengobatan
Bila selama pengobatan karyawan mengalami penyakit akibat kerja tidak dapat
masuk kerja maka gajinya tetap diterimakan sesuai dengan gaji yang diterima
setiap bulan.
D. Pemeriksaan Kesehatan
36
Pemeriksaan kesehatan untuk Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir dapat dikategorikan
menjadi 3 jenis pemeriksaan kesehatan yang digunakan sebagai dasar memantau
tingkat kesehatan karyawan, yaitu:
37
kemungkinan terjadi penyakit akibat kerja dan rekomendasi pelaporan untuk
karyawan yang mengalami kecelakaan kerja selama bekerja dan menganalisa
perjalanan penyakit akibat kerja untuk menempatkan kembali karyawan yang
sembuh dari sakit.
E. Tempat-Tempat Beresiko
Upaya pencegahan terjadinya gangguan kesehatan, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat berupa pengendalian lingkungan kerja, prosedur kerja yang baik,
penggunaan alat pelindung diri maupun pemeriksaan kesehatan berkala dengan
mempertimbangkan prioritas pada tempat-tempat yang resikonya lebih tinggi
38
Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir adalah
wajib dipergunakan oleh semua petugas/pekerja yang akan mengerjakan pekerjaan
beresiko, baik resiko terhadap penularan penyakit, keterpaparan obat beracun
ataupun resiko cedera.
APD digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan pekerjaan beresiko
sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan, cedera akibat kerja atau
menekan seminimal mungkin akibat kecelakaan kerja. Semua jenis APD diinvestaris
dan dirawat oleh masing-masing instalasi/unit.
1. Pelindung mata
Adalah perlengkapan pelindung organ mata yang digunakan oleh petugas pada
saat bekerja yang bertujuan untuk melindungi mata dari resiko akibat kerja. Jenis
Goggles (kacamata menutup rapat seperti untuk menyelam).
3. Pelindung telinga
Merupakan alat untuk melibdungi telinga ketika melakukan pekerjaan di tempat
yang mempunyai intensitas kebisingan yang mengganggu kenyamanan kerja,
bahkan dapat merusak organ pendengaran. Tujuan digunakannya alat ini untuk
menjaga keselamatan kerja, melindungi cedera terutama pada organ pendengaran.
Jenisnya, ear mufflers (pelindung telinga dengan daun telinga tertutup rapat)
4. Pelindung tangan
39
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua belah
tangan, baik hanya meliputi telapak tangan ,maupun sampai bagian lengan ketika
melakukan pekerjaan. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melundungi
kedua tangan dari cedera maupun dari terkenanya bahan kimia, cairan tubuh dan
panas, yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Jenisnya, sarung tangan
pelindung bahan kimia, sarung tangan pelindung tergores, sarung tahan biasa,
sarung tangan pelindung panas.
5. Pelindung badan
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi badan bagian
depan, pakaian dan tubuh seluruhnya. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk
melindungi badan bagian depan, pakaian, tubuh seluruhnya dari ceceran,
tumpahan dan percikan dari bahan cair, gas, hembusan uap, radiasi atau partikel-
partikel yang dapat merusak kesehatan. Jenisnya pakaian kerja, pakaian pelindung
biasa, pakaian radiasi/apron.
6. Pelindung kaki
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua belah kaki,
baik hanya sampai pergelangan kaki maupun sampai bagian bawah lutut. Tujuan
digunakannya alat ini adalah untuk melindungi kedua kaki dari cedera atau terkena
bahan kimia. Jenisnya, sepatu pelindung biasa dan boots.
BAB IX
40
pencemaran fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Adapun pedoman upaya
penyehatan lingkungan Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir meliputi:
41
b. Untuk pengkondisian udara yang menggunakan exhause fan, letaknya pada
ketinggian minimal 2 meter dari atas lantai atau minimal 40 cm dari langit-langit
c. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang, dilakukan fogging sesuai
dengan jadwal rutin dan kebutuhan
d. Untuk memantau kualitas udara, minimal dua kali setahun dilakukan
pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman)
4. Kebisingan
Sumber bising yang berasal dari mesin-mesin, dilakukan pemeliharaan secara rutin
atau sesuai dengan kebutuhan.
42
b. Penjamah makanan tidak boleh menderita atau menjadi sumber penularan
penyakit (carier) berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
c. Penjamah makanan harus menggunakan perlengkapan pelindung (celemek,
penutup rambut, alas kaki yang tidak licin)
d. Selama melakukan kontak dengan makanan jadi, harus terlindungi dari kontak
langsung dengan tubuh (menggunakan sarung tangan plastik, penjepit
makanan, sendok, garpu dan sejenisnya)
e. Penjamah makanan selama bekerja: tidak merokok, makan dan mengunyah,
tidak memakai perhiasan, tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang
bukan untuk keperluannya, selalu mencuci tangan sebelum dan setelah bekerja
dan setelah keluar dari kamar mandi/kamar kecil, selalu memakai pakaian kerja
yang bersih dan perlengkapan pelindung dengan benar serta tidak dipakai
diluar dapur.
6. Peralatan
a. Peralatan agar segera dicuci setelah digunakan, selanjutnya dikeringkan dan
tidak boleh dilap dengan kain.
b. Peralatan yang sudah bersih disimpan dalam keadaan kering dan tidak lembab,
tertutup/terlindungi dari pencemaran dan binatang pengganggu
C. Perlindungan Bahaya Radiasi
1. Tindakan pengamanan terhadap bahan yang memancarkan
radiasi mencakup perancangan instalasi yang memenuhi persyaratan proteksi
radiasi, penyediaan perlindungan radiasi (container lapis timbale)
2. Pelindung radiasi harus mampu menurunkan laju dosis
peparan.
3. Untuk memantau dosis radiasi yang diterima pekerja,
disediakan sarana film badge, dosimeter saku dan TLD
43
BAB X
A. Pendahuluan
Dalam upaya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan, Keterampilan,
dan pengalaman pegawai rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan /unsur-unsur K3
maka dipandang perlu untuk melaksanakan pendidikan dan latihan K3.
Bentuk atau jenis pengembangan SDM tersebut antara lain berupa pendidikan
formal ahli K3, pelatihan-pelatihan internal maupun eksternal, kegiatan ilmiah dan studi
banding.
B. Tujuan
Tujuan pengembangan /peningkatan kemampuan SDM ini diarahkan untuk:
C. Pengertian
Yang dimaksud dengan pengembangan/peningkatan kemampuan SDM meliputi:
44
3. Kegiatan ilmiah seperti seminar
4. Studi banding
D. Peserta
Peserta adalah SDM Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir yang terdiri dari:
1. Medis
2. Paramedis
3. Non medis
E. Jenis Pendidikan
1. Pelatihan formal: Pendidikan ahli K3, pelatihan K3 (inhouse atau exhouse training)
2. Non Formal: seminar,pelatihan oleh instalasi terkait
BAB XI
PENGUMPULAN DAN PELAPORAN DATA
45
C. Audit Internal Sistem Manajemen K3
BAB XII
A. Latar Belakang
Evaluasi dan pelaporan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
sebuah kegiatan, baik yang bersifat rutin maupun yang tidak terjadwal.
B. Pengertian
Evaluasi merupakan hasil pelaksanaan kegiatan dari rencana kegiatan - kegiatan atau
yang telah dibuat.
Pelaporan adalah kegiatan membuat analisa dan rekomendasi dari hasil pelaksanaan
kegiatan atau evaluasi.
46
C. Kegiatan
1. Pengumpulan data dari pelaksanaan kegiatan dari unsur – unsur K3 rumah sakit.
2. Mengadakan pertemuan 6 (enam) bulanan guna membahas hasil pelaksanaan
kegiatan K3.
3. Melakukan analisa dan membuat rekomendasi
4. Membuat laporan hasil evaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada direktur
rumah sakit.
BAB XII
PENUTUP
Demikian Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja ini disusun untuk
dapat digunakan sebagai pedoman dan pegangan oleh seluruh karyawan di Rumah Sakit
.IV 04.07.03 dr. Asmir untuk pelaksanaan program-program K3 dimasing-masing unit
kerja.
Adapun secara teknis penerapan dari pedoman ini, dijabarkan di dalam ketentuan-
ketentuan keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana.
Salatiga, ................20.....
Mengetahui,
47