Anda di halaman 1dari 48

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.

03
RUMAH SAKIT TK IV 04.07.03 dr. ASMIR

PEDOMAN PENGORGANISASIAN

TIM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

RS TK. IV 04.07.03 dr. ASMIR SALATIGA

TIM MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN


RUMAH SAKIT TK IV 04.07.03 dr. ASMIR

0
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.03
RUMAH SAKIT TK IV 04.07.03 dr. ASMIR

KETETAPAN KEPALA RUMAH SAKIT TK. IV 04.07.03 dr. ASMIR


NOMOR : SK / / / 2018

TENTANG

PEDOMAN PENGORGANISASIAN TIM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


DI RS.TK.IV 04.07.03 dr. ASMIR SALATIGA

RUMAH SAKIT TK. IV 04.07.03 dr. ASMIR

Menimbang : a. Bahwa pedoman pelaskanaan K3 sebagaimana tertuang dalam sprint


no , sesuai dengan hasil evaluasi tim K3RS serta mengacu
pada standar akreditasi versi 2012 perlu dibedakan menjadi 2 pedoman
yaitu pedoman pelaksanaan dan pedoman pengorganisasian sehingga
dilakukan revisi dan disesuaikan dengan kondisi terkini.

b. Bahwa tim K3RS telah menyusun pedoman pengorganisasian tim K3


tersebut agar memiliki kekuatan hukum, perlu ditetapkan melalui Sprint
Kepala Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir.

Mengingat : 1. Undang-undang No. 1 Th 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. Undang-undang No. 36 Th 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-undang No. 44 th 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan MENAKER No. 5/Men/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Keputusan Dir. Jen. PP dan PLP No. HK.00.06.6.44 Tahun 1993 Unit
Kerja di Rumah Sakit Sebagaimana ditetapkan dalam UU No.1 Th 1970.
7. Keputusan MENKES No. 876/MenKes/SK/VIII/2001 tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.
8. Keputusan MENKES No. 1405/MenKes/SK/IX/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
9. Keputusan MENKES No. 1204/MenKes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

1
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Rumah Sakit.
12. Peraturan pemerintah RI No.50 tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Memberlakukan Pedoman Pengorganisasian Tim K3 Rumah Sakit .IV
04.07.03 dr. Asmir Salatiga sebagaimana terlampir.
Kedua : Mengamanatkan kepada Tim K3 Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir
untuk mengacu kepada pedoman pengorganisasian di setiap
pelaksanaan tugas dan fungsinya serta membuat ketentuan lainnya
yang terkaitdengan kebijakan tersebut.
Ketiga : Keputusan ini berlaku untuk jangka waktu 3 tahun setelah tanggal
ditetapkan dengan ketentuan akan dilakukan penyempurnaan dan atau
evaluasi sekurang -kurangnya sekali pada masa berlakunya.
Keempat : Bila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini, akan
ditinjau kembali sesuai dengan.

Ditetapkan di Salatiga
Pada Tanggal Januari 2018

Kepala Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03

Agung Siswanto, drg., Sp.KGA


Mayor Ckm NRP 11010014670275

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum
a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir
(K3RS) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan (Rumah
Sakit ), lingkungan hidup dan masyrakat sekitar sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja, Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan (Rumah Sakit). Konsep K3 mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan resiko penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Penerapan konsep
tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang menghabiskan perusahaan (Rumah Sakit), melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang
berlimpah pada masa yang akan datang.
b. Penyelenggaraan K3RS TNI AD berpedoman pada beberapa lunak di
masing – masing rumah sakit. Aspek K3RS TNI AD perlu mendapat perhatian
dalam upaya pencegahan dan memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko
( risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan maupun kerugian – kerugian lain yang
mungkin terjadi. Dihadapkan dengan perkembangan perumah sakitan dan
reegulasi pemerintah tentang K3RS maka ketentuan K3RS TNI AD harus
mentyesuaiakan dengan perkembangan dan regulasi tersebut.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud. Penyusunan petunjuk teknis ini bertujuan untuk dijadikan


pedoman dalam penyelenggaraan K3 Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir

b. Tujuan. Penyusunan petunjuk teknis ini bertujuan untuk dijadikan


pedoman penyelenggaraan K3 Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmr .

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut

a. Ruang Lingkup. Ruang Lingkup Petunjuk Teknis tentang K3 Rumah


Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir ini Salatigaini secara garis besar membahas tentang
standar pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit agar terhindar

3
dari penyakit akibat kerja (KAK) bagi pekerja rumah sakit, pasien, pendamping,
pengunjung, lingkungan dan masyarakat sekitar.
b. Tata urut. Petunjuk teknis ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :

1) Bab I Pendahuluan
2) Bab II Ketentuan Umum
3) Bab III Kegiatan yang dilaksanakan
4) Bab IV Hal-hal yang perlu diperhatikan
5) Bab V Pengawasan dan Pengendalian
6) Bab VI penutup.

4. Dasar. Dasar yang digunakan dalam penyususnan Juklis ini sebagai berikut :

a. Undang-Undang RI Nomor 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

b. Undang-undan RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016


tentang Keselamatan Kesehatan Kerja Rumah Sakit;

d. Peraturan Kasad Nomor Kep/ 302 / VII / 2015 tanggal 31 Juli 2015 tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit TNI AD;

e. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1758/MENKES/SK/XII/2003


tanggal 312 Desember 2003 tentang Standar Pelayanan Kesehatan Kerja;

f. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 tanggal


10 April 2007 tenteng Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerka
(K3) di Rumah Sakit;
g. Peraturan Kasad Nomor KEP/ 653 / IX / 2017 tanggal 05 September 2017
tentang Petunjuk Teknis Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit TNI AD;

BAP II
KETENTUAN UMUM

5. Umum. Ketentuan umum merupakan ketentuan dasar penyelenggaraan K3


Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir yang berpedoman pada ketentuan yang berlaku
dan disesuaikan dengan standar prosedur operasional Rumah Sakit. Ketentuan ini
diperlukan agar kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan K3 Rumah Sakit Tk. IV
04.07.03 dr. Asmir memperoleh hasil yang optimal. Ketentuan ini meliputi tujuan dan
4
sasaran, sifat, peranan, organisasi, tugas dan tanggung jawab, syarat personel, teknis,
sarana dan prasarana serta faktor – faktor yang mempengaruhi.

6. Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan. Menciptakan suasana kerja yang sehat, aman dan produktif


bagi pekerja rumah sakit, pasien, pendamping, pengunjung, lingkungan dan
masyarakat sekitar, sehinggga pelaksanaan K3 Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir
dapat berjalan dengan baik dan lancar.

b. Sasaran.

1) Terwujud sarana dan prasarana yang mendukung K3 Rumah Sakit Tk. IV


04.07.03 dr. Asmir

2) Terhindarnya penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja (KAK)
bagi pekerja rumah Sakit, pasien, pendamping, pengunjung lingkungan dan
masyarakat sekitar.

7. Sifat

a. Aman. Pelaksanaan K3 Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir harus


menjaga dan memperhatikan faktor keamanan
b. Berkesinambungan. Pelaksanaan K3 Rumah Sakit Tk.IV 04.07.03 dr.
Asmir dilaksanakan secara terus menerus;
c. Efektif. Pelaksanaan K3 Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang maksimal sesuai yang diharapkan.
d. Efisien. Pelaksanaan K3 Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir
dilaksanakan dengan hemat biaya, tenaga dan waktu sesuai denagn yang
diharapkan.
e. Kerja sama. Pelaksanaan K3 Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir
dilaksanakan dalam bentuk tim.
f. Terintegrasi. Pelaksanaan K3 Rumah Sakit Tk. Iv 04.07.03 dr. Asmir
dilakanakan secara menyeluruh dikooordinasikan dengan instansi terkait.
8. Peranan. Petunjuk teknis ini berperan sebagai pedoman dan proses
penyelenggaraan K3 Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir.
5
9. Gambaran Umum Rumah Sakit
a. Sejarah Berdiri

Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir Salatiga merupakan Rumah Sakit
Rujukan tertinggi di lingkungan Korem 073/Mkt, dan juga berfungsi sebagai Rumah
Sakit Integrasi bagi masyarakat TNI di wilayah Salatiga dan sebagian Kab.
Semarang

Dalam perjalanannya, Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir Salatiga mengalami
perkembangan dan perubahan baik secara fisik bangunan, fasilitas kesehatan
maupun nama dan status Rumah sakit.

Rumah sakit ini memulai perjalanan sejarahnya tahun 1950 dimana terjadi serah
terima pemerintahan dari Hindia Belanda kepada NKRI yang pada saat ini
diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia sehingga terjadi pergantian nama
Rumah Sakit dari Palang Merah KNIL menjadi Jawatan Kesehatan Tentara yang
disingkat DKT dengan lokasi di jalan dr. Muwardi Salatiga.

b. Kondisi Saat Ini

Selama kurun waktu enam puluh delapan tahun perjalanan sejarah dari tahun 1950
sampai dengan sekarang Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir Salatiga
mengalami pergantian nama, pergantian pejabat-pejabat Kepala Rumah Sakit dan
disertai perbaikan / penambahan bangunan baik bangunan utama/perkantoran,
sarana penunjang maupun bangsal perawatan.

Data Umum

Nama Rumkit : Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir

Alamat : Jl. Dr. Muwardi No. 50 Salatiga

Nama Karumkit : Mayor Ckm drg. Agung Siswanto Sp.KGA

TMT Karumkit :11 Februari 2016

Luas Tanah : 48.410 m²

6
Status Tanah : TNI-AD

Luas Bangunan : 7.979 m²

Kondisi Bangunan : Baik

Air : PAM, Sumur Pompa

Listrik : 1. 300.000 Watt/220 Volt

2. 200.000 Watt

10. Organisasi

Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr.
Asmir disebut sebagai Tim K3. Dalam pengorganisasiannya melibatkan seluruh unsur
yang ada di Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing. Namun demikian untuk menjamin terlaksananya K3 dengan baik
diperlukan keterpaduan antar fungsi dalam organisi dan antar jenjang dalam fungsi serta
harus dinyatakan scara jelas dalam uraian tugas.

Pembentukan Panitia K3 bermaksud untuk menentukan dan membagi tugas,


wewenang, dantanggung jawab dalam melakukan pengawasan, pengkoordinasian dan
pengendalian kegiatan K3 di Rumah Sakit terhadap seluruh pegawai, dokter, pasien dan
pengunjung lainnya.

Kepanitian K3 dibentuk bertujuan untuk menciptakan kondisi sehat, aman dari


kecelakaan kerja danlingkukangan yang nyaman bagi pegawai sehingga produktivitas
kerja meningkat dan rasa amandari bahaya kebakaran dan bencana lainnya.

Panitia K3 rumah sakit (PK3RS) ditunjuk dan diangkat langsung oleh Direktur
Rumah Sakit berdasarkan pada usulan-usulan dan pertimbangan yang disampaikan oleh
Wakil Direktur Umum dengan tetap memperhatikan prestasi kerja masing-masing PK3RS,
kemudian ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit.

1. Tugas Pokok

7
a. Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan
dan procedure yang berkaitan dengan bidang keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah sakit
b. Membuat program keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah sakit
c. Memberikkan rekomendasi dan pertimbangan kepada Direksi
mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Rumah sakit
2. Fungsi
Fungsi Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Tk.IV 04.07.03
dr. Asmir Salatiga adalah :

a. Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta


permasalahan yang berhubunagan dengan bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah sakit
b. Membantu Direksi dalam melaksanakan dan meningkatkan upaya
promosi, sosialisasi dan pelatihan bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit
c. Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
koreksi
d. Investigasi dan melaporkan kecelakaan kerja

11. Struktur Organisasi

Sesuai dengan Surat Perintah Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir Nomor
09/III/2018 bentuk organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Tk.
IV 04.07.03 dr. Asmir adalah berupa Tim K3 yang bertanggung jawab langsung
kepada kepala Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir Adapun struktur organisasi Tim
K3 Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir adalah sebagai berikut :

8
STRUKTUR ORGANISASI TIM K3

RUMAH SAKIT TK. IV 04.07.03 DR. ASMIR

Mayor Ckm Agung Siswanto,drg,


Sp.KGA
POLISI

Kapten Ckm Aris Yuliantoni,


RS. RUJUKAN AMK

Serka Sugeng Prayitno,


Dinas Amd.Kep
Pemadam
Kebakaran

Kanwil

Dep.Naker. PNS Suyono

Koordinator bidang Koordinator bidang Koordinator bidang Koordinator bidang


kebakaran dan
Kesehatan kerja Keselamatan Kerja Penyehatan lingkungan
kewaspadaan bencana

Dr. Herman Syahrudin Dr. Andri Novianto Serka Suyamto Koptu Kuswinardi

12. Uraian Tugas TIM K3- RUMAH SAKIT TK. IV 04.07.03 DR. ASMIR
1. Kepala Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir
a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai pengawas tentang K3RS
di Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir.
b. Dalam pelaksanaan tugasnyasecara struktural bertanggung jawab kepada
Dandenkesyah dan secara teknis bertanggung jawab kepada Kakesdam
IV/DIP

2. Sekretaris

9
a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab merencanakan, mengendalikan
dan melaksanakan pelaksanaan K3 Rumah sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir
b. Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada ketua K3 Rumah
Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir.
3. Ketua Tim K3 :
a. Mengkoordinasi kegiatan K3 Rumah Sakit Tk.IV 04.07.03 dr. Asmir
Salatiga
b. Memimpin rapat/pertemuan Tim K3
c. Menyususn rencana kerja/program kerja Tim K3
d. Mengevaluasi hasil kegiatan K3
e. Melaporkan hasil kegitan K3 ke Kepala Rumah Sakit
f. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 di Rumah Sakit Tk.IV 04.07.03
dr. Asmir Salatiga
g. Memberikan saran dan pertimbangan kepada direktur mengenai
pelaksanaan K3 di Rumah Sakit Tk.IV 04.07.03 dr. Asmir Salatiga
4. Wakil Ketua Tim K3
a. Membantu Ketua dalam melakukan koordinasi kegiatan K3 Rumah Sakit
Tk.IV 04.07.03 dr. Asmir Salatiga Mewakili ketua bila berhalangan
b. Berperan serta dalam menyusun rencana kerja/program kerja Tim K3
c. Bersama-sama mengevaluasi hasil kegiatan K3
d. Memantau pelaksanaan kegiatan K3
e. Memberikan saran dan pertimbangan kepada ketua mengenai pelaksanaan
K3 di Rumah Sakit Tk.IV 04.07.03 dr. Asmir Salatiga
5. Koordinator Tim K3 Bidang Kesehatan Kerja
a. Mengikuti rapat Tim K3
b. Melakukan koordinasi dengan anggotanya untuk melaksanakan upaya
kesehatan kerja promotif. Preventif, kuratif, rehabilitative diseluruh unit kerja
Rumah Sakit
c. Melaksanakan penyuluhan K3 mengenai kesehatan kerja kepada
karyawan Rumah Sakit
d. Membimbing dan mengarahkan karyawan diseluruh unit kerja agar
bekerja sesuai procedure

10
e. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri dan pengaman di
seluruh unit kerja
f. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Ketua Tim K3 secara berkala
ataupun incidental
g. Mematau pelaksanaan kegiatan K3 di seluruh Rumah Sakit
h. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan
kesehatan kerja
6. Koordinator Tim K3 Bidang Keselamatan Kerja
a. Mengikuti Rapat Tim K3
b. Melaksanakan penyuluhan K3 mengenai keselamatan kerja
c. Membimbing dan mengarahkan staf di seluruh unit kerja agar bekerja
sesuai dengan procedure
d. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri
e. Pengaman diseluruh unit kerja Rumah Sakit secara berkala
f. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada ketua Tim K3 secara berkala
ataupun incidental
g. Membuat analisa situasi sarana dan prasarana Rumah Sakit dan
program kerja bidang keselamatan kerja
h. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 bidang keselamatan kerja
i. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan
keselamatan kerja di rumah sakit.
7. Koordinator Tim K3 Bidang Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksankan penyuluhan K3 mengenai kesehatan lingkungan
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan Rumah Sakit agar bekerja
sesuai dengan procedure
d. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri dan pengaman
e. Menjamin jadwal pemeriksaan kesehatan lingkungan secara berkala
ataupun incidental
f. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai kesehatan lingkungan
g. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan upaya
penyehatan lingkungan Rumah Sakit
8. Koordinator Tim K3 Bidang Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana
11
a. Mengikuti rapat Tim K3
b. Melakukan penyuluhan K3 mengenai kebakaran, Kewaspadaan dan
Benda
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan Rumah Sakit agar bekerja
sesuai procedure
d. Mengusulkan kelengkapan alat penanggulangan kebakaran dan
evakuasi di Rumah Sakit
e. Membuat analisis situasi program kerja bidang kebakaran,
kewaspadaan dan bencana
f. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Ketua K3
g. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai Kebakaran,
Kewaspadaan dan bencana
h. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan
keselamatan kerja bidang kebakaran, kewaspadaan dan bencana
9. Anggota tim K3 Bidang Keselamatan Kerja
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksanaan penyuluhan kerja mengenai Kesehatan Kerja
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan di Rumah Sakit agar
bekerja sesuai dengan procedure, terutama menangani bahan kimia
berbahaya.
d. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri dan pengaman pada
unit-unit yang beresiko tinggi.
e. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Koordinator bidang
Keselamatan Kerja
f. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai Keselamatan kerja
g. Memberikan sarana dan pertimbangan mengenai pelaksanan
keselamatan kerja dan kesehatan kerja di unit kerja yang terkait dengan
bahan berbahaya.
10. Anggota Tim K3 bidang Kesehatan Kerja
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksankan penyuluhan K3 mengenai Kesehatan Kerja
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan di Rumah Sskit agar
bekerja sesuai dengan procedure
12
d. Membimbing dan mengarahkan karyawan Rumah Sakit agar bias
melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dan pertolongan hidup
dasar.
e. Membimbing dan mengarahkan karyawan Rumah Sakit agar selalu
menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan unit kerjanya.
f. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Koordinator bidang
Keselamatan Kerja.
g. Melaporkan pelaksaan kegiatan K3 mengenai kesehatan kerja
h. Memberikan saran dan pertimbanganmengenai pelaksanaan
keselamatan kerja dan kesehatan kerja di unit kerja yang terkait dengan
bahan berbahaya.
11. Anggota Tim K3 bidang Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksankan penyuluhan K3 mengenai Kesehatan Kerja
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan di Rumah Sakit agar
bekerja sesuai dengan prosedur.
d. Mengusulkan kelengkapan dan pemeriksaan alat pemadam Api
e. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Koordinator Bidang kebakaran
dan Kewaspadaan bencana
f. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai Keselamatan Kerja
g. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan
keselamatan kerja dan kesehatan kerja di unit kerja yang terkait dengan
bahan berbahaya
12. Anggota Tim K3 bidang Penyehatan Lingungan Rumah Sakit
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksankan penyuluhan K3 mengenai Kesehatan Kerja
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan di Rumah Sakit agar
bekerja sesuai dengan procedure
d. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri dan pengaman di unit
kerja
e. Membuat program dan memantau pelaksaan upaya penyehatan
makanan dan minuman, kesehatan lingkungan

13
f. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada coordinator bidang kebakaran
dan Kewaspadaan Bencana
g. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai Keselamatan kerja
h. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanan
keselamatan kerja dan kesehatan kerja di unit kerja terkait denga bahan
bahaya.

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. KEWASPADAAN BENCANA
I. Pengertian

1. Bencana adalah rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau manuasi
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan saran dan prasaran umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan secara
khusus.
2. Gawat darurat sehari-hari adalah suatu keadaan seseorang secara tiba-tiba dalam
keadaan darurat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan menjadi
cacat/mati) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera
3. Korban massal adalah korban akibat kejadian dengan jumlah yang relative banyak
oleh karena sebab yang sama dan perlu mendapatkan pertolongan kesehatan
segera dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih besar sehari-
hari

14
4. Pengungsi adalah orang atau sekelompok orang WNI yang meninggalkan tempat
tinggal akibat tekanan berupa kekerasan fisik dan mental akibat ulah manusia dan
bencana alam guna mencari perlindungan maupun penghidupan yang baru
5. Rencana kedaruratan adalah rancangan atau rencana RS dalam penaggulangan
bencana baik yang bersifat eksternal (yang terjadi di luar Rumah Sakit .IV 04.07.03
dr. Asmir) maupun internal (yang terjadi didalam rumah sakit)
6. Penanganan Bencana ekternal/External Hospital Disaster Plan adalah penanganan
korban/pasien yang berasal dri kejadian/bencana yang terjadi di dalam rumah sakit
7. Penanganan bencana Intern/Internal Hospital Disaster Plan adalah penanganan
korban/pasien yang berasal dari kejadian/bencana yang terjadi di dalam rumah
sakit
8. Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang terjadi
akibat bencana.
9. Tanggap darurat adalah tindakan-tindakan yang adiambil segera seelah terjadi
bencana
10. Triage adalah pengelompokan korban berdasarkan kegawat daruratnya akibat
trauma penanganan/pemindahannya.
11. Struktur komando bencana adalah suatu system komando/perintah yang dijalankan
hanya pada saat rencana.
12. Rehabilitasi
13. Rekontruksi adalah pembengunan kembali semua prasarana dan sarana pada
wilayah pasca bencana, dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
perekonomian, social, dan budaya, tegaknya hokum dan ktertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dala segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pasca benacana.
14. Tujuan Umum hospital Disaster Plan adalak mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam rangka terwujudnya masyarakat
utama adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT melalui pendekatan pemeliharaan
kesehatan (propmotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi) yang dilaksankan secara
menyeluruh.

II. Tujuan
15
a. Tujuan Umum
Mewujudkan derajat kesehtan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam
rangka terwujudnya masyarakat utama adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT
melaui pendekatan pemeliharaan kesehatan (propmotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi)
yang dilaksanakan secara menyeluruh.

b. Tujuan Khusus
Pada dasarnya pertolongan yang diberikan bertujuan unuk mencegah terjadinya
kecacatan atau kematian yang dapat dihindarkan, dengan cara memanfaatkan
semua tenaga, fasilitas dan sarana yang telah ada secara efektif, efisien,
terkoordinasi dan terkendali.

 Sistem Kewaspadaan
Bila ada informasi tentang kemungkinan bencana, direktur Bidang pelayanan medis
selaku incident commander melakukan “Immediate Action” yaitu :

1. Melakukan procedure persiapan meliputi cadangan logistic, arus informasi, lokasi


trise dll.
2. Menginstruksikan semua karyawan yang berada di luar RS untuk melaporkan
kepada unit masing-masing
3. Rumah sakit dinyatakan dalam keadaan “waspada” atau “stand by”
4. Keseluruhan aktivitas dikoordinasika oleh Direktur Medis
5. Tingkat aktivitas sesuai dengan tingkat kewaspadaan yang ditemukan oleh
Direktur pelayanan Medis berdasarkan analisa situasi, meliputi :
 Pemberlakuan Rencana
1. Pelaksanaan Rencana Kontinjensi ditetapkan oleh Direktur Bidang Pelayanan
Medis selaku Incident Commader (Komando Kejadian)
2. Saat dinyatakan Rencana Kontinjensi diberlakukan, Direktur Bidang Pelayanan
Medis :
a. Mengumumkan pemberlakuan rencana kedaruratan melalui pengeras suara
RS baik secara langsung ataupun melalui petugas informasi umum.

16
b. Menginformasikan dan menginstruksikan kepada semua unit terkait yang
berada di bawah komandonya untuk melakukan tugas sesuai tanggung jawab
masing-masing.
c. Menilai dan menginstruksikan untuk merelokasi pasien yang sedang dirawat
bila diperlukan.
d. Memberitahukan kondisi kedaruratan tersebut kepada Direktur dan MPKU
Wilayah serta LBP PP
e. Mengaktifkan pelaksanaan Dukungan Medis (Medical Support) dan Dukungan
Manajemen (Management Support)
3. Medical Support
a. Triage
Triase dilakukan di depan IGD dengan pembagian sebagai berikut :

1) Bantuan Hidup dasar


2) Korban dengan label merah segera dimasukkan ke IGD
3) Korban dengan label kuning dikirim ke pintu utama (poliklinik)
4) Korban dengan label hijau diletakkan di teras depan poliklinik
b. Bantuan Hidup Dasar
Dilakukan di IGD oleh dokter jaga IGD dibantu oleh perawat IGD

c. Bantuan Hidup Lanjutan


Dilakukan di IGD/ruang perawatan oleh dokter jaga IGD/ruangan bila
diperlukan

d. Procedure Spesialistik
Dilakukan di rawat inap dan kamar operasi oleh dokter spesialis sesuai
dengan kasus penyakit cederanya

4. Management Support
a. Pos Komando
Pos Komando berada di kantor Direktur Bidang Pelayanan Medis dan menjadi
pusat aktivitas menejemen keseluruhan saat benacna. Apabila kantor ini
karena sesuatu hal (mis. Terkena dampak bemcna) maka sebagai ruangan
cadangan adalah kantor Direktur Utama

b. Pengaturan staf/karyawan yang libur


17
Semua karyawan yang sedang libur atau diluar shift kerjanya harus
melaporkan posisi masing-masing ke pusat Komando Rumah Sakit dan
segera datang bila diperlukan/dipanggil.

c. Persiapan Logistik
Bagian Logistik segera menyiapkan peralatan yang diperlukan sesuai daftar
dibuku panduan

d. Keamanan dan parkiran


Bagian keamanan dan parkiran segera mengamankan jalur keluar masuk
rumah sakit sehingga hanya ada 1 jalur masuk/keluar dan dijaga ketat agar
tidak terjadi kekacauan di dalam rumah sakit

e. Area Dekontaminasi
Area dekontaminasi segera disiapkan untuk menerima korban dengan
kecurigaan keracunan bahan biologis atau bahan kimia.

f. Data dan Penempatan Korban


Penempatan korban sesuai dengan perencanaan dan dilakukan pendataan
olae rekam medis dengan form khusus bencana.

g. Penanganan korban meninggal


Korban yang meninggal segera dikirim ke kamar jenazah/ruang Khusnul
Qotimah dan dilakukan prosedur rukti Jenazah dan Pendataan ulang bila
diperlukan.

h. Jalur komunikasi (Intern dan Ekstern Rumah Sakit)


Semua jalur komunikasi ke/dari rumah sakit dilakukan dan diatur melalui Front
office kecuali jalur langsung yang bisa dilakukan dan ruang Pos Komando bila
diperlukan. Sedangkan jalur intern rumah sakit bisa dilakukan langsung dari
bagian masing-masing.

i. Pemberian Informasi kepada Pers dan Keluarga Korban


Jalur komunikasi dengan medis pers dan keluarga korban diatur/dikendalikan
oleh pusat informasi yang dikelola oleh penanggung Jawab Informasi Publik
yaitu manager Pemasaran.

18
 Penentuan Golongan Korban
Setiap korban bencana alam pertolongannya harus dilihat dulu tingkat keparahannya
dan diberi label sesuai dengan berat ringannya korban dn Instruksi apa yang harus
dilakukan :

1. Korban golongan I
Yang termasuk golongan ini dalah korban-korban dengan perlukaan ringan atau
gangguan jiwa sehingga tidak memerlukan tindakan bedah dan beri label warna
hijau

2. Korban golongan II
Yang termasuk golongan ini adalah korban-korban dengan luka ringan sehingga
hanya memrlukan tindakan bedah minor dan diberi label warna kuning.

3. Korban golongan III


Yang termasuk golongan ini adalah korban-korban dengan indakan cepat, mudah
dan life saving, dapat dihindarkan dari kematian maupun cacat. Untuk ini deber
label warna merah

4. Korban golongan IV
Yang termasuk golongan ini adalah korban-korban dengan trauma kepala berat,
perdarahan dalam abdominal dimana pertolongan memerlukan obat-obatan dan
personil yang banyak, golongan ini diberi label warna putih

5. Korban golongan V
Yang termasuk golongan ini adalah korban-korban yang sudah meninggal dan
diberi label warna hitam.

 Pengakhiran Rencana Dan Evaluasi


Pernyataan pengakhiran dan rencana dilakukan oleh direktur Bidang Pelayanan Medik
dengan criteria :

a. Tidak ada pengirim korban lagi dari luar dan/atau seluruh korban sudah mendapat
perawatan di rumah sakit atau semua pasien rumah sakit yang terancam bahaya
sudah dievakuasi dan diamankan serta dirawat dengan baik (khusus bencana
internal)

19
b. Ruangan cadangan (surge capacity sudah tidak diperlukan lagi  jumlah korban
yang dirawat berkurang mencapai jumlah kapasitas normal RS
c. Khusus bencana Internal maka kerusakan yang terjadi di Rumah Sakit .IV 04.07.03
dr. Asmir sudah dapat diatasi dengan baik dan atau bahaya sudah dapat
diamankan atau dihilangkan.
Setelah diakhiri, kegiatan Rumah Sakit kembali ke keadaan norma :

a. Tenaga tambahan/on call dipulangkan kembali


b. Sarana/prasarana tambahan yang terpakai dikembalikan ke gudang logistic/tempat
penyimpanan semula.
c. Penghentian rencana kedaruratan diumumkan melalui pengeras suara
Direktur Bidang Pelayanan medis mengadakan pertemuan dengan seluruh jajaran
dibawahnya untuk mengadakan evaluasi guna perbaikan denganmereview fasilitas,
SDM, pendataan korban, manajemen biaya, dll. Hasil evaluasi dilaporkan ke Direktur
dan pihak berwenang yang terkait missal Dinkes, Pemda, Poltabes, atau KODIM.

Untuk pedoman kewaspadaan bencana ini selanjutnya akan diperinci secara terpisah
dalam buku Pedoman kewaspadaan Bencana/Hospital Disaster Plan Rumah Sakit .IV
04.07.03 dr. Asmir

BAB VI

KEBAKARAN

A. Pengertian
1. Pencegahan kebakaran adalah segala usaha secara terencana untuk menghindari
bahaya kebakaran, dalam arti mniadakan kemungkinan akan timbulnya kebakaran
2. Penanggulangan kebakaran adalah segala daya upaya mencegah dan
menaggulang terjadinya kebakaran, yang meliputi memadamkan, melokalisir,
mengamankan jiwa,harta benda dan penyelidikan sebab terjadinya bencana
kebakaran
3. Kebakaran adalah proses bertemunya sumber api/panas, oksigen dan material

20
4. Bahan mudah terbakar adalah bahan/benda yang apabila terkena panas/sanat
mudah terbakar dan api lebih cepat manjalar (bensin, oli, thiner, cat, minyak tanah,
solar, gas, kertas, tekstil, kayu, karet, dan lain-lain.
5. Bahan berbahaya adalah bahan/benda/zat/elemen/ikatan kimia atau campurannya
bersifat mudah terbakar, atau korosi yang disebabkan oleh pengolahan,
penombunan, penyimpanan, pengepakan, yang dapat menimbulkan bahaya bagi
jiwa manusia,peralatan dan lingkungan (bahan-bahan kimia,arus listrik, suhu
udara).
B. Prinsip Tindakan
1. Padamkan api
2. Selamatkkan jiwa/pasien dan pengunjung
3. Selamatkan harta benda dengan prioritas
C. Persyaratan Tindakan
1. Tanggap atas potensi timbulnya bahaya api
2. Bersikap tenang, penuh perhitungan, dan tidak panik, tahu jenis bahan yang
terbakar, serta jenis alat pemadam api yang digunakan
3. Tahu tempat alarm, alat pemadam api, dan alat komunikasi
4. Tahu cara membunyikan alarm
5. Tahu cara menggunakan alat pemadam api ringan (APAR)
6. Tahu nomor telepon Tim K3, Security/Satpam serta kantor pemadam kebakaran
Kotamadya Salatiga
7. Mampu menenangkan/mengarahkan setiap oreng yang berada di lokasi
8. Mampu menyelamatkan pasien dengan cara tertentu
9. Tahu prioritas penyelamatan harta benda.
D. Program Pencegahan
1. Mengetahui secara mendalam pentingnya kondisi yang selamata dan bebas dari
segala keadaan pada bahaya kebakaran dengan berbagai akibatnya.
2. Menghindarkan dan menjauhkan segala bahan dan peralatan yang dapat
mendatangkan atau mengakibatkan kebakaran
3. Pemeliharaan dan pemeriksaan barang dan peralatan secara periodic, terutama
yang berhubungan dengan pemakaian listrik dan alat beresikotinggi lainnya.
4. Membuat aturan –aturan yang berhubungan dengan pencegahan kebakaran yang
terisolasikan secara luas.
21
5. Latihan-latihan pemadam kebakaran dan evakuasi pasien dengan peralatan dan
disesuaikan dengan procedure tetap yang berlaku si setiap Unit
6. Memberdayakan fungsi pemantauan yang efektif bagi setiap unit, terutama bagi
para pengunjung dan pegawai rumah sakit yang merokok di sembarangan tempat.
E. Penaggulangi Kebakaran
1. Dasar
Dalam rangka pelaanan pasien di Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir perlu
dipikirkan adanya satu prosedur pelaksanaan yang baku dalam penanggulangan
kebakaran yang mungkin terjadi di Rumah Sakit

2. Tujuan
a. Meninggalkan resiko sekecil apapun yang ditimbulkan dari api
b. Menyelamatkan jiwa pasien, ppengunjung dan petugas.
c. Menyelamatkn sarana, alat, dan bahan (harta benda) yang ada ditempat
kerja.
3. Cara penanggulangan kebakaran
Dalam hal adanya kasus kebakaran, khususnya yang terjadi di Instalasi. Unit kerja,
perlu segera bertindak secara dini, cepat, terpadu, dan terarah, yaitu :

a. Ketika terjadi kebakaran


Prioritas utama

1. Pertolongan jiwa manusia, baik pasien, pengunjung, maupun petugas


yang keadaannya gawat/kondisi kesehatannya tidak memungkinkan
menyelamatkan diri
2. Sarana, alat dan bahan yang vital/penting perlu didahulukan
3. Memadamkan api secara dini dengan memakai alat pemadam api ringan
(APAR) yang tersedia di lokasi sambil menunggu pasukan pemadam
kebakaran (satpam)
4. Melaporkan ke Komando Pasukan pemadam kebakaran (Satpam)

Tindakan pemadam kebakaran

22
1. Jika terlihat nyala api (kebakaran) di sebuah area di tempat kerja, maka
segera klasifikasikan jenis kebakarannya (kelas A, B, atau C) agar
penggunaan alat/fasilitas pemadamnya dapat tepat dan tidak
membahayakan petugas.
2. Bunyikan alarm dan segera padamkan nyala api tersebut dengan alat
pemadam Api (APAR) dan atau fasilitas lain yang tersedia di tempat
tersebut
3. Bagi tugas dengan kawan petugas setempat untuk menghubungi lewat
telepon, sesuai alur terlampir
4. Padamkan listrik local pada area tersebut dengan memutuskan aliran
listrik melalui saklar yang berada di tempat tersebut
5. Selamatkan pasien dan pengunjung rumah sakit melalui jalur aman yang
tersedia, dengan sigap dan cermat sesuai dengan keadaan tersebut.
6. Selamatkan harta benda yang ada di sekitar lokasi dan mudah
terjangkau, dengan skala prioritas (tingkat biaya, kelangkaan, dan
kegunaan)
7. Lokalisir api dengan menutup rapat-rapat pintu yang berada di area
kebakaran, setelah proses pemadaman dan evaluasi dilakukan. Tungu
pasukan pemadam kebakaran dan pasukan yang lain.
8. Pasukan pemadam kebakaran datang dengan menutup area tersebut dari
manusia
9. Untuk petugas di unit lain yang jauh dari lokasi kebakaran, berikan rasa
tenang dan aman kepada pasien maupun pengunjung rumah sakit
Evakuasi

1. Melalui jalan yang terdekat/pintu darurat yang tersedia


2. Khususnya bagi pasien yang harus menggunakan kursi roda atau kereta
dorong, dapat melalui ram sesuai dengan petunjuk yang ditentukan
3. Untuk penyelamatan sarana dan alat, dikeluarkan dari lokasi kebakaran
ke lokasi yang aman dan memungkinkan untuk diawasi.
b. Setelah kebakaran selesai
1. Koordinasi dengan polisi setempat guna pengamanan TKP
2. Waspada terhadap timbulnya api susulan dan ledakan

23
3. Mendata secara rinci kerugian akibat kejadian kebakaran yang dilakukan
oleh Supervisor unit kerja yang bersangkutan
4. Melaporkan hasil pendataan kepada Direktur Utama Rumah Sakit

F. Cara Penggunaan Hydrant


1. Menyiapkan kunci pillar/box Hydrant di tempat penyimpanan
2. Menyiapkan selang hydrant di tempat penyimpanan
3. Menyiapkan nosel Hydrant di tempat penyimpanan
4. Pasang slang Hydrant pada pillar Hydrant terdekat dengan lokasi
5. Tarik slang ke arah sasaran dengan posisi slang lurus ( jangan patah)
6. Pasang nosel ujung slang
7. Pemegang nosel minimal 2 (dua) orang dengan posisi kaki kuda-kuda
8. Buka air pada pilar Hydrant sedikit demi sedikit dengan posisi slang tetap lurus
9. Matikan air dengan menutup pilar Hydrant
10. Buang air dari slang dan kemudian slang digulung satu per satu, nosel dilepas
11. Kunci dan sleng pillar dan nosel siap untuk disimpan/dikembalikan ke tempat
semula
G. Komunikasikan Kejadian Kebakaran
1. Tujuan
a. Menghindari kecemasan dan kepanikan semua orang yang ada dilingkungan
Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir
b. Menumbuhkan sikap sigap dan tepat pada setiap langkah penanggulangan
bahaya kebakaran
c. Menjalin komunikasi pemberitahuan dan kesediaan untuk memeberi bantuan
penanggulangan bahaya kebakaran.
2. Ruang lingkup
a. Penanggulangan kebakaran
b. Evakuasi pasien, pengunjung, dan petugas yang berada di lokasi kebakaran
c. Evakuasi harta benda menurut prioritas.
3. Prosedur
a. Matikan jalur listrik dan matikan api bila mamapu
b. Hubungi Petugas Piket, beritahukan titik api secara tepat (lokasinya)
c. Mintalah bantuan kepada pihak yang sesuai dengan bidang dan tugasnya
24
d. Tenangkan semua orang yang cemas dan panik, beri petunjuk lokasi pintu
darurat/jalan keluar evakuasi.
e. Bertindak tenang dan sigap, pastikan titik api sudah diusahakan untuk dilakukan
pemadaman.
f. Pastikan dimana pesawat telepon dapat digunakan untuk menghubungi baik
keluar maupun kedalam rumah sakit, bicara secara jalas dan singkat dimana
lokasi terjadinya kebakaran, dan segera hubungi nomer-nomer telepon penting
dibawah ini:
g.
NO. NAMA NO. TELP KETERANGAN

1 Piketan Telepon Internal

2. IGD Telepon Internal

3. Sekretariat Tim Telepon Internal


K3

4. Direktur Telepon Internal

5. Polisi Telepon Eksternal

6. Pusbankees Telepon Eksternal

7. Polsek Telepon Eksternal

8. PMI Salatiga Telepon Eksternal

9. Dinas Kebakaran Telepon Eksternal


Kota

10. PLN Telepon Eksternal

BAB VII

KEAMANAN PASIEN, PENGUNJUNG DAN PETUGAS

A. Pengertian

25
1. Toilet yang memenuhi standart K3 adalah fasilitas kamar mandi yang didalamnya
terdapat pegangan/safety handle dan bel yang diperuntukan jika pasien lemah
2. Pintu dapat dibuka dari luar adalah daun pintu yang dapat membuka dan dibuka
oleh orang dari luar
3. Tempat tidur standart K3 adalah sarana tempat tidur yang mempunyai fasilias
pengaman berupa terali berjari-jari lebih kecil dari kepala anak.
4. Sumber listrik yang memenuhi syarat K3 adalah fasilitas box sumber listrik yang
memepunyai pengaman penutup.
5. Oksigen yang memenuhi standart K3 adalah pendistribusian dan persediaan yang
cukup untuk kebutuhan pasien
6. Alat penghisap dalam keadaan darurat (emergency suction) adalah alat untuk
pertolongan pasien yang memebutuhkan pengeluaran lender
7. Tenaga listrik cadangan adalah sumber listrik cadangan yang berfungsi untuk
cadangan jika sumber listrik PLN terdapat ganggua/mati.

B. Persyaratan Teknis
1. Pengaman Tangan
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan
sarana/prasarana pengaman berupa pegangan tangan yang diletakkan pada
dinding luar/dalam ruang dan dinding kamar mandi rawat inap

2. Bel pemanggil
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan
sarana/prasarana pengaman berupa bel pemanggil petugas yang diletakkan pada
dinding sebelah tempat tidur dan kamar mandi (terjangkau oleh pasien)

3. Dimensi pintu toilet


Pintu kamar mandi yang disyaratkan oleh K3 adalah pintu yang dapat
dibuka/ditutup dari luar untuk pengamanan pasien yang jika sewaktu-waktu pasien
yang berada di dalam kamar mandi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat
ditolong dari luar serta lebar pintu diisyaratkan sesuai lebar kursi roda/brankar.

4. Dimensi tempat tidur

26
Tempat tidur pasien yang diisyaratkan K3 adalah tempat tidur yang mempunyai
fasilitas dan dilengkapi dengan penahan pada tepinya dengan jarak terali lebih
kecil dari pada kepala anak.

5. Pengaman sumber listrik


Sumber listrik yang diisyaratkan K3 adalah sumber listrik yang memepunyai
fasilitas Box

6. Pemasok oksigen
Pemasok oksigen yang diisyaratkan K3 adalah pemasok oksigen yang digunakan
untuk perawatan pasien dengan jumlah dan sirkulasi oksigen yang cukup.

7. Alat penghisap (emergency suction)


Alat penghisap yang diisyaratkan K3 adalah sarana/prasarana yang harus tersedia
di Instalasi Gawat darurat dengan jumlah yang cukup dan selalu siap jika sewaktu-
waktu digunakan

8. Tenaga listrik cadangan


Tenaga listrik cadangan yang diisyaratkan K3 adalah sumber listrik cadangan yang
berfungsi untuk cadangan listrik jika sumber listril PLN terdapat gangguan.

C. Program Promotif Meliputi


1. Pelatihan/penyelenggaraan K3
Agar upaya K3 di rumah sakit dapat dilaksankan maka perlu SDM yang memadai.

Untuk itu, petugas rumah sakit perlu mendapat bekal yang cukup mengenai K3.

Pembekalan yang diberikan dapat berupa pelattihan didalam maupun diluar rumah
sakit, penyegaran bagi petugas yang pernah dilatih, atau pun melalui pendidikan
formal yang berkelanjutan. Pelaksanaan perbekalan SDM ini dituangkan dalam
bentuk program pelatihan K3, mengikuti seminar atay symposium, dengan biaya
disesuaiakan dengan anggaran yang dibutuhkan maupun anggaran yang
tersedia.materi pelatihan disesuaiakan dengan resiko bahaya yang terdapat di
rumah sakit.

2. Penyuluhan kepada pasien, petugas dan pengunjung tentang K3


27
Penyuluhan K3 dimaksudkan agar upaya K3 di rumah sakit dapat dilaksankan atau
dipatuhi oleh semua orang yang berada dilingkungan rumah sakit, baik itu petugas,
pasien maupun pengunjung. Penyuluhan dapat diberikan melalui pertemuan atau
forum resmi maupun melalui forum/media yang lain. penyelenggaraan penyuluhan
bekerjasama dengan PKMRS.

3. Membuat, menyebarluaskan, dan memperbaiki protap-protap K3


Procedure tetap merupakan hal yang penting dalam K3. Untuk itu perlu ada protap-
protap yang berkaitan dengan K3 terutama ditempat-tempat dengan resiko
kecelakaan maupun penyakit akibat kerja yang cukup tinggi. Protap-protap yang
sudah atau perlu disebarluaskan dan dievaluasi kesesuaiannya dengan keadaan
terakhir yang ada dilapangan, baik dari segi metode pekerjaan, bahan dan alat
yang digunakan, dan tingkat resiko yang dihadapi oleh para ptugas maupun para
pengguna Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir Menyusun buku panduan/manual K3
yang berlaku di rumah sakit

Buku panduan atau manual diperlukan dalam melaksanakan K3 di rumah sakit.


Buku panduan ini merupakan pegangan bagi Tim K3 Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr.
Asmir untuk menjalankan tugasnya. Buku ini berisi petunjuk umum berbagai upaya
K3 yang harus diketahui dan dipatuhi oleh segenap pekerja yang berada disemua
lini dan jenis pekarjaan

D. Program Preventif Meliputi :


1. Pemeriksaan Prakarya, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus.
Untuk mengetahui dan menjaga status kesehatan petugas Rumah Sakit .IV
04.07.03 dr. Asmir maka perlu diadakan pemeriksaan prakarya, pemeriksaan
berkala, dan pemeeriksaan khusus bagi petugas sesuai dengan jenis pekerjaan
dan tempat kerjanya.

a. Pemeriksaan pra karya (pre-job)


1) Dilakukan pada waktu petugas rumah sakit akan memulai bekerja
(diterima) menjadi pegawai rumah sakit
2) Biaya dibebankan kepada calon pegawai
3) Hasil pemeriksaan kesehatannya disimpan di Tik K3 (dalam hal ini poli
Pegawai) dalam berkas tersendiri sebagai data awal kesehatan pegawai

28
b. Pemeriksaan Berkala
1) Dilakukan setiap tahun atau setiap dua tahun untuk seluruh pegawai rumah
sakit
2) Yang diperiksa meliputi kesehatan umum, Rontgent dan darah tepi
c. Pemeriksaan khusus
Dilakukan pada petugas rumah sakit yang beresiko terhadap paparan penyakit
akibat kerja yaitu :

1) Audiometric
Dilakukan pada petugas ditempat kerja yang kebisingannya melebihi 85
dB, yaitu di genset, ruang mesin IPAL, laundry, atau pada kejadian
terjadinya ledakan/alat yang meledak

2) Screening untuk hepatitis


Dilakukan pada petugas yang beresiko tinggi tertular hepatitis B, misalnya
analis laboratorium, perawat di bangsal, IBS, IGD, dll. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah screening HbsAg,SGOT dan SGPT bagi petugas. Bila
ada indikasi untuk dilakukan vaksinasi, maka segera dilakukan vaksinasi
hepatitis.

3) Screening untuk tuberculosis paru


Dilakukan pada petugas yang beresiko tertular tuberculosis potensial atau
TB paru, antara lain petugas poli penyakit dalam,dan petugas di bangsal.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah Ro.thorax minimal 2 tahun sekali dan
bila ada gejala klinik mendukung.

4) Anal Swab
Dilakukan pada petugas gizi yang mengolah makanan maupun yang
menyajikan makanan, tujuannya untuk mencegah penularan beberapa
penyakit melalui makanan. Dilakukan minimal setahun sekali.

d. Monitor paparan radiasi untuk petugas radiologi


1) Pemeriksaan klinik lengkap dilakukan pada pegawai baru
2) Pemeriksaan paparan dosis radiasi diperiksa dengan alat monitor
perorangan dengan menggunakan film badge. Tiap-tiap orang punya
paparan radiasi yang diterima
29
3) Pemeriksaan klinik yang perlu ditekankan antara lain adalah kondisi kulit
(eksim terutama dua tangan dan lengan) dan mata (katarak), dilakukan
setahun sekali
4) Pemeriksaan hematologis untuk pekerja radiasi yang perlu adalah darah
rutin dan morfologi darah tepi. Dilakukan setahun sekali.

2. Menyediakan alat pelindung diri untuk petugas rumah sakit


Rumah sakit berkewajiban menyediakan alat pelindung diri bagi petugas rumah
sakit sesuai dengan jenis pekerjaan da resiko pekerjaan yang dihadapi. Jumah dan
kualitasnya harus memadai.

3. Upaya penyehatan lingkungan kerja rumah sakit


Mengacu pada Permenkes 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan lingkungan Rumah Sakit. Penyehatan lingkungan Rumah Sakit adalah
segala upaya untu menyehatkan dan memelihara lingkungan rumah sakit dan
pengaruhnya terhadap manuasia. Tujuannya adalah untuk mencapai kondisi
lingkungan rumah sakit yang bersih, nyama, dan terlindunginya lingkungan dan
komunitas rumah sakit dari pencemaran fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif.
Upaya penyehatan lingkungan ini meliputi :

a. Penyehatan ruang dan bangunan


b. Penyehatan makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pemeriksaan limbah radioaktif
e. Penyehatan tempat cucian linen
f. Pengolahan limbah cair
g. Pengolahan limbah padat domestic dilakukan setiap hari
h. Pengolahan limbah padat medis dilakukan setiap hari
i. Pengendalian serangga dan tikus
j. Sterilisasi dan desinfeksi ruang
k. Penyuluhan kesehatan lingkungan
4. Pemantauan pemeliharaan alat dan sarana rumah sakit
Semua peralatan medis, non medis dan prasarana yang ada dan digunakan di
rumah sakit harus memenuhi persyaratan.

30
5. Perlindungan terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
a. Mencegah terjadinya kecelakaan
b. Laporan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
6. Penyediaan alat-alat untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran dan bencana
di rumah sakit
Untuk menvegah dan menaggulangi kebakaran dan bencana yang mungkin timbul
di rumah sakit maka dibentuk Tim Penanggulangan Kebakaran dan Bencana.

E. Program - Program Kuratif Meliputi :


1. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan berkala attau pemeriksaan khusus petugas
rumah sakit : memberikan terapi atau konsultasi ke dokter spesialis sesuai dengan
hasil pemeriksaan, memberikan imunisasi bagi petugas yang hasil
screeningnyanegatif
2. Menindak lanjuti hasil pantauan lingkungan kerja. Tempat kerja yang tidak sesuai
standar atau ergonomic dievaluasi dan direkomendasikan untuk ditindaklanjuti.
3. Mencermati kunjungan di poliklinik/poli pegawai. Kunjungan tersebut diharapkan
dapat memebrikan gambaran kasar kondisi kesehatan pegawai.
F. Program Rehabilitative Meliputi :
1. Penempatan kembali karyawan. Pegawai yang mengalami gangguan/penyakit
akibat kerja apabila tidak dapat kembali ke tempat kerja semula diupayakan untuk
dapat tetap bekerja di tempat kerja lain. penempatan kerja sesuai dengan
kemampuan pegawai.
2. Pemberian santunan bagi pekerja sesuai dengan peraturan jamsostek

BAB VIII

KESELAMATAN DAN KESEHATAN PEGAWAI

A. Pengertian
1. Upaya kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar
diperoleh produktifitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 pasal 23)

31
2. Kecelakaan kerja dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja atau kembali dari tempat kerja atau diluar tempat kerja dan
kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan menuju tempat kerja atau kembali
dari tempat kerja atau diluar tempat kerja yang masih berhubungan dengan
pekerjaan
3. Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
(Permenakertrans Nomor: 01/Men/1981.Pasal 1 ayat a)
4. Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (Kepres Nomor: 22 tahun 2003 tentang penyakit
yang timbul akibat hubungan kerja)
5. Tempat beresiko adalah tempat kerja di lingkungan Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr.
Asmir yang karena jenis maupun proses kegiatan di tempat tersebut dapat
menyebabkan lingkungan kerjanya menimbulkan resiko terjadi kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja dan atau gangguan kesehatan lainnya bagi pekerja yang ada
di dalam tempat kerja tersebut.
6. Tempat beresiko dibedakan menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan jenis
resiko yang dapat menyababkan kecelakaan maupun penyakit. Di dalam denah
masing-masing kelompok diberi tanda dengan warna yang berbeda.
7. Alat pelindung diri adalah alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari bahaya
yang ditimbulkan oleh pekerjaan yang dilakukan. Hal ini dijelaskan dalam UU
Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
8. Alat Pelindung diri digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan
pekerjaan beresiko sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan, cidera
akibat kerja atau menekan seminimal mungkin akibat kecelakaan kerja
B. Kecelakaan Kerja
1. Penggolongan kecelakaan kerja
a. Kecelakaan di tempat kerja
Kecelakaan di tempat kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada pekerja di
tempat kerja selama dalam jam kerja, baik yang disebabkan oleh proses kerja,
alat-alat kerja maupun lingkungan

b. Kecelakaan dalam perjalanan


Kecelakaan dalam perjalanan adalah kecelakaan yang terjadi pada pekerja
selama dalam perjalanan dari rumah tinggak perkerja menuju ke tempat kerja
32
atau dari tempat kerja pulang menuju tempat tinggal pekerja dengan jalur yang
biasa dilauli oleh pekerja dan masih dalam tenggang waktu yang wajar atau
kecelakaan yang terjadi saat pekerja dalam perjalanan pergi dan pulang menuju
ke suatu tempat yang masih berhubungan dengan pekerjaanya

2. Biaya pengobatan
Biaya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja pengobatannya ditanggung oleh
Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir dengan memperhatikan jaminan atau asuransi
yang diberikan kepada pekerja yang bersangkutan.

Jenis dan status kepegawaian bagi pekerja yang bekerja di RS. Tk.IV 04.07.03 dr.
ASMIR SALATIGA mengacu pada ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit .IV
04.07.03 dr. Asmir. Bagi pekerja dari pihak ketiga (out sourching) yang
melaksanakan pekerjaan di Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir adalah menjadi
tanggung jawab pihak ketiga dan tidak masuk dalam ketentuan ini.

Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan dan merupakan kecelakaan lalu
lintas yang dinyatakan oleh instansi yang berwenang, biaya
perawatan/pengobatannya diklaimkan kepada BPJS sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Dalam hal ini Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir hanya membantu
sesuai ketentuan yang berlaku untuk itu.

Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja biaya pengobatan di klaimkan


kepada BPJS sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Penerimaan gaji selama pengobatan


Bila selama pengobatan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tidak dapat
masuk kerja, maka gaji uang kesejahteraan diterimakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

4. Ganti rugi cacat


Bila setelah pengobatan akibat kecelakaan kerja ini ternyata timbul cacat
permanen, maka pekerja tersebut berhak mendapat santunan cacat sesuai dengan
ketentuan peraturan di BPJS

5. Santunan Kematian

33
Santunan kematian akibat kecelakaan kerja dibayarkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di BPJS dan Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir.

6. Pelaporan kecelakaan kerja


Sistem pelaporan kecelakaan kerja diatur dalam pedoman pelaporan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.

7. Pengawasan dan evaluasi


Monitoring dan evaluasi kecelakaan kerja dilakukan ileh Tim K-3 minimal satu
tahun sekali, disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir.

C. Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja dapat ditemukan melalui dua jalan, yaitu melalui pelayanan rawat
inap maupun rawat jalan pada saat pekerja mengalami sakit dan melalui pemeriksaan
berkala. Karena penyakit akibat kerja mempunyai manifestasi yang sama dengan
penyakti lain, maka perlu cara khusus untuk menegakkan diagnose. Langkah-langkah
untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja adalah dengan penunjang lainnya,
riwayat pekerjaan dan menentukan sumber pemaparan.

1. Anamnesa
Anamnesa merupakan langkah terpenting dalam menegakkan diagnosis.
Anamnesa yang tidak tepat akan mengurangi kemungkinan ditemukannya penyakit
akibat kerja. Bila dalam anamnesa dicurigai adanya penyakit akibat kerja, perlu
dilengkapi dengan data-data pekerjaan yang rinci

2. Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani untuk menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja
perlu kecermatan dan ketelitian, serta meliputi seluruh tubuh. Kadang-kadang
pekerja tidak mengeluh pada bagian tubuh tertentu karena dianggap hal itu tidak
berbahaya, padahal bagi dokter merupakan tanda yang khas untuk penyakit akibat
kejadian tertentu.

Pemeriksaan jasmani yang perlu dilakukan adalah:

34
a. Keadaan umum : Penurunan
berat badan
Penampilan cushingoid

Nadi dan tekanan darah

b. Kulit : Kanker kulit


Dermatitis

c. Mata, telinga, hidung dan tenggorokan : Katarak


Penurunan pendengaran

d. Paru-paru dan jantung : Wheezing,


suara abnormal
Oedema paru

Gangguan pada jantung dan pembuluh


darah

e. Abdomen : Kolik
abdomen
Pembesaran hepar, asites, dll

f. Urogenita : Gangguan
kencing
Penyakit-penyakit ginjal

Infertilitas

g. Sistem musculoskeletal : Nyeri punggung,


LBP, gangguan sendi
h. Neuropsikiatrik : Neuropati,
neutiris, psikosis
i. Hematologi : Pucat, pendarahan gusi,
hematom,dll

3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain

35
a. Pemeriksaan laboratorium rutin dan penunjang lain diperlukan untuk
menegakkan penyakit
b. Pemeriksaan kandungan zat-zat tertentu dalam tubuh diperlukan untuk
menegakkan penyakit akibat kerja bila ada dugaan terjadi paparan terhadap zat
kimia di lingkungan kerja. Macam pemeriksaan tergantung zat kimia apa yang
akan dibuktikan sebagai penyebab penyakit akibat kerja.
4. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan merupakan bagian penting untuk dapat menegakkan diagnose
penyakit akibat kerja. Untuk itu perlu diperoleh data lengkap dan rinci mengenai
pekerjaan, baik pekerjaan sekarang maupun pekerjaan sebelumnya.

5. Menetukan sumber pemaparan


Dari hasil pemeriksaan di atas, dokter pemeriksa membuat dugaan sumber
pemaparan. Kemudian dokter meminta Instalasi Penyehatan dan Pemeliharaan
Sarana Medis Lingkungan Rumah Sakit untuk melakukan pemeriksaan lingkungan
kerja, dokter dapat menetukan apakah karyawan bersangkutan menderita penyakit
akibat kerja atau bukan penyakit akibat kerja

6. Pengobatan dan rehabilitasi


Pengobatan pada pekerja yang mengalami penyakit akibat kerja sesuai dengan
keadaan penyakitnya dan mengacu pada standar pelayanan medis di Rumah Sakit
.IV 04.07.03 dr. Asmir. Biaya pengobatan adalah dengan memanfaatkan asuransi
takaful yang berlaku di Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir.

Bila selama pengobatan atau setelah pengobatan ada kemungkinan akan terjadi
kekambuhan penyakit ketika karyawan kembali bekerja di tempat semula, maka
dokter akan membuat rekomendasi agar karyawan tersebut di alihkan ke tempat
kerja yang lain yang resiko kerjanya lebih kecil.

7. Pengkajian pengobatan
Bila selama pengobatan karyawan mengalami penyakit akibat kerja tidak dapat
masuk kerja maka gajinya tetap diterimakan sesuai dengan gaji yang diterima
setiap bulan.

D. Pemeriksaan Kesehatan

36
Pemeriksaan kesehatan untuk Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir dapat dikategorikan
menjadi 3 jenis pemeriksaan kesehatan yang digunakan sebagai dasar memantau
tingkat kesehatan karyawan, yaitu:

1. Pemeriksaan kesehatan prakarya/sebelum bekerja


Pemeriksaan kesehatan prakarya/sebelum bekerja adalah pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan untuk karyawan baru atau karyawan lama yang akan dimutasikan
ke tempat g, bekerja di tempat tersebut. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
melakukan seleksi karyawan sesuai dengan tuntutan pekerjaan, menempatkan
karyawan sesuai dengan faktor resiko, kapasitas kerja dan keterbatasan pekerjaan,
serta untuk membuat data dasar kesehatan karyawan.

Pemeriksaan kesehatan pekarya meliputi:

a. Pemeriksaan klinis dan penunjang secara umum


b. Pemeriksaan khusus disesuaikan dengan resiko penyakit yang dapat
ditimbulkan oleh lingkungan kerja maupun proses kerja di tempat kerja tertentu

2. Pemeriksaan kesehatan berkala


Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan untuk karyawan
yang dilakukan secara berkala minimal 1 tahun sekali, dalam hal ini karyawan yang
berada di tempat kerja beresiko sesuai dengan jenis dan tingkat resiko yang
dihadapi. Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mendeteksi secara
dini gangguan-gangguan kesehatan yang mungkin terjadi akibat resiko yang
ditimbulkan akibat pekerjaannya maupun lingkungan kerjanya.

3. Pemeriksaan kesehatan khusus


Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
untuk karyawan yang mengalami Kecelakaan Kerja (KK), penyakit akibat kerja
(PAK) atau yang hasil pemeriksaan berkala menunjukkan perubahan kearah resiko
terkena penyakit akibat kerja. Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala khusus
adalah untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dari

37
kemungkinan terjadi penyakit akibat kerja dan rekomendasi pelaporan untuk
karyawan yang mengalami kecelakaan kerja selama bekerja dan menganalisa
perjalanan penyakit akibat kerja untuk menempatkan kembali karyawan yang
sembuh dari sakit.

E. Tempat-Tempat Beresiko
Upaya pencegahan terjadinya gangguan kesehatan, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat berupa pengendalian lingkungan kerja, prosedur kerja yang baik,
penggunaan alat pelindung diri maupun pemeriksaan kesehatan berkala dengan
mempertimbangkan prioritas pada tempat-tempat yang resikonya lebih tinggi

Pengendalian lingkungan kerja untuk tempat-tempat beresiko mengikuti ketentuan


yang ditetapkan oleh rumah sakit mengacu pada permenkes
No.1204/Menkes/Per/XI/2004 tentang persyaratan Lingkungan Kerja Rumah Sakit dan
keputusan Dirjen PPM & PLP No.HK.00.06.6.44 tahun 1993 Tata cara dan petunjuk
teknis penyehatan lingkungan rumah sakit

Prosedur kerja di tempat beresiko memperhatikan keselamatan dan kesehatan para


petugas yang bekerja, sesuai dengan jenis kegiatan maupun resiko masing-masing.

Tempat beresiko dan tanda warna pada denah

No Jenis Resiko Tanda

1. Penyimpanan bahan mudah menguap dan Merah


mudah terbakar

2. Tekanan tinggi Orange

3. Infeksius atau adanya paparan tinggi Kuning


penyakit menular

4. Lingkungan fisik atau melebihi Nilai Ambang Biru


Batas (NAB): suhu, kelembapan, kebisingan,
getaran, elektrik

Di tempat beresiko tersebut diberi rambu-rambu sesuai dengan ketentuan yang


ditetapkan oleh rumah sakit.

F. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

38
Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir adalah
wajib dipergunakan oleh semua petugas/pekerja yang akan mengerjakan pekerjaan
beresiko, baik resiko terhadap penularan penyakit, keterpaparan obat beracun
ataupun resiko cedera.

APD digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan pekerjaan beresiko
sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan, cedera akibat kerja atau
menekan seminimal mungkin akibat kecelakaan kerja. Semua jenis APD diinvestaris
dan dirawat oleh masing-masing instalasi/unit.

Penggunaan APD dipergunakan di semua instalasi yang mempunyai resiko terhadap


kecelakaan akibat kerja, antara lain : Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi
Radilogi, IPSMLRS, Rawat Inap, Sanitasi, Linen/Laundry, CSSD, Pemeluharaan,
Laboratorium, IGD.

1. Pelindung mata
Adalah perlengkapan pelindung organ mata yang digunakan oleh petugas pada
saat bekerja yang bertujuan untuk melindungi mata dari resiko akibat kerja. Jenis
Goggles (kacamata menutup rapat seperti untuk menyelam).

2. Pelindung kepala dan wajah


Adalah perlengkapan pelindung kepala dan wajah ketika melakukan pekerjaan.
Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melindungi diri dari terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada petugas rumah sakit di dalam
mengerjakan pekerjaan yang beresiko. Jenisnya kaca pelindung wajah
(faceshield), topi pelindung kepala (industri safety helmet), topi penutup rambut

3. Pelindung telinga
Merupakan alat untuk melibdungi telinga ketika melakukan pekerjaan di tempat
yang mempunyai intensitas kebisingan yang mengganggu kenyamanan kerja,
bahkan dapat merusak organ pendengaran. Tujuan digunakannya alat ini untuk
menjaga keselamatan kerja, melindungi cedera terutama pada organ pendengaran.
Jenisnya, ear mufflers (pelindung telinga dengan daun telinga tertutup rapat)

4. Pelindung tangan
39
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua belah
tangan, baik hanya meliputi telapak tangan ,maupun sampai bagian lengan ketika
melakukan pekerjaan. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melundungi
kedua tangan dari cedera maupun dari terkenanya bahan kimia, cairan tubuh dan
panas, yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Jenisnya, sarung tangan
pelindung bahan kimia, sarung tangan pelindung tergores, sarung tahan biasa,
sarung tangan pelindung panas.

5. Pelindung badan
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi badan bagian
depan, pakaian dan tubuh seluruhnya. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk
melindungi badan bagian depan, pakaian, tubuh seluruhnya dari ceceran,
tumpahan dan percikan dari bahan cair, gas, hembusan uap, radiasi atau partikel-
partikel yang dapat merusak kesehatan. Jenisnya pakaian kerja, pakaian pelindung
biasa, pakaian radiasi/apron.

6. Pelindung kaki
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua belah kaki,
baik hanya sampai pergelangan kaki maupun sampai bagian bawah lutut. Tujuan
digunakannya alat ini adalah untuk melindungi kedua kaki dari cedera atau terkena
bahan kimia. Jenisnya, sepatu pelindung biasa dan boots.

BAB IX

KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

Upaya penyehatan lingkungan Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir di


implementasikan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai kondisi rumah sakit yang
bersih, sehat, nyaman dan terlindunginya lingkungan komunitas rumah sakit dari

40
pencemaran fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Adapun pedoman upaya
penyehatan lingkungan Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir meliputi:

A. Penyehatan Ruang dan Bangunan


1. Meliputi semua ruang/unit kerja yang berada di dalam batas/pagar rumah sakit
(bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan, kegiatan rumah sakit.
2. Pemeliharaan ruang dan bangunan:
a. Kegiatan pembersihan ruang perawatan dilakukan pagi, siang dan sore. Ruang
perkantoran/poliklinik dibersihkan pagi dan sore
b. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, setelah jam kunjungan pasien
pagi dan sore serta sewaktu-waktu apabila diperlukan.
c. Pembersihan lantai menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan
pembersih yang memenuhi syarat dan antiseptic yang tepat.
d. Pembersihan lantai dimulai dari ruangan yang paling dalam dan bergerak
menuju ke arah luar.
e. Sewaktu membersihkan lantai, semua perabotan ruang seperti meja, kursi,
tempat tidur dan lain-lain, harus diangkat/digeser, agar pembersihan lantai lebih
sempurna
f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal dua kali setahun.
g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera
dibersihkan dengan antiseptik
2. Pencahayaan
a. Pencahayaan alam maupun buatan diusahakan agar tidak menimbulkan silau
dan intensitsnya sesuai dengan peruntukannya
b. Penempatan bola lampu sedemikian rupa sehingga menghasilkan penyinaran
yang optimum dan lampu sering dibersihkan
c. Bola lampu yang mulai berfungsi tidak baik, segera diperiksa kondisinya untuk
menjamin keamanannya.
3. Pengkondisisan udara
a. Pengkondisian ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi
dibandingkan ruang-ruang lain dari menggunakan AC

41
b. Untuk pengkondisian udara yang menggunakan exhause fan, letaknya pada
ketinggian minimal 2 meter dari atas lantai atau minimal 40 cm dari langit-langit
c. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang, dilakukan fogging sesuai
dengan jadwal rutin dan kebutuhan
d. Untuk memantau kualitas udara, minimal dua kali setahun dilakukan
pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman)
4. Kebisingan
Sumber bising yang berasal dari mesin-mesin, dilakukan pemeliharaan secara rutin
atau sesuai dengan kebutuhan.

B. Penyehatan Makanan dan Minuman


1. Bahan makanan dan makanan jadi
a. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari Unit Gizi secara periodik
diperiksa, diambil sampelnya dan diperiksa di laboratorium, untuk mengetahui
ada tidaknya kuman yang membahayakan kesehatan.
b. Apabila menggunakan bahan makanan tambang (bahan pewarna, pemanis
buatan dan lain-lain) sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku
2. Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
a. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terpelihara dan dalam keadaan
bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan
lainnya.
b. Bahan makanan dan makanan jadi disimpan dalam tempat yang terpisah
3. Penyajian makanan
a. Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan
menggunakan kereta dorong khusus)
b. Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien

4. Tempat pengolahan makanan


a. Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan
dengan antiseptik
b. Asap dikeluarkan melalui cerobong asap
5. Penjamah makanan
a. Penjamah makanan harus sehat dan diperiksa kesehatannya secara berkala.

42
b. Penjamah makanan tidak boleh menderita atau menjadi sumber penularan
penyakit (carier) berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
c. Penjamah makanan harus menggunakan perlengkapan pelindung (celemek,
penutup rambut, alas kaki yang tidak licin)
d. Selama melakukan kontak dengan makanan jadi, harus terlindungi dari kontak
langsung dengan tubuh (menggunakan sarung tangan plastik, penjepit
makanan, sendok, garpu dan sejenisnya)
e. Penjamah makanan selama bekerja: tidak merokok, makan dan mengunyah,
tidak memakai perhiasan, tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang
bukan untuk keperluannya, selalu mencuci tangan sebelum dan setelah bekerja
dan setelah keluar dari kamar mandi/kamar kecil, selalu memakai pakaian kerja
yang bersih dan perlengkapan pelindung dengan benar serta tidak dipakai
diluar dapur.
6. Peralatan
a. Peralatan agar segera dicuci setelah digunakan, selanjutnya dikeringkan dan
tidak boleh dilap dengan kain.
b. Peralatan yang sudah bersih disimpan dalam keadaan kering dan tidak lembab,
tertutup/terlindungi dari pencemaran dan binatang pengganggu
C. Perlindungan Bahaya Radiasi
1. Tindakan pengamanan terhadap bahan yang memancarkan
radiasi mencakup perancangan instalasi yang memenuhi persyaratan proteksi
radiasi, penyediaan perlindungan radiasi (container lapis timbale)
2. Pelindung radiasi harus mampu menurunkan laju dosis
peparan.
3. Untuk memantau dosis radiasi yang diterima pekerja,
disediakan sarana film badge, dosimeter saku dan TLD

43
BAB X

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

A. Pendahuluan
Dalam upaya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan, Keterampilan,
dan pengalaman pegawai rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan /unsur-unsur K3
maka dipandang perlu untuk melaksanakan pendidikan dan latihan K3.

Tujuan diselenggarakankannya diklat K3 adalah untuk membentuk karyawan


yang peka, tanggap dan waspada terhadap K3 sehingga mempunyai kesadaran dan
kemauam untuk melakukankegiatan-kegiatan K3.

Bentuk atau jenis pengembangan SDM tersebut antara lain berupa pendidikan
formal ahli K3, pelatihan-pelatihan internal maupun eksternal, kegiatan ilmiah dan studi
banding.

B. Tujuan
Tujuan pengembangan /peningkatan kemampuan SDM ini diarahkan untuk:

1. Mempersiapkan tenaga/SDM bidang K3 agar memenuhi kebutuhan rumah sakit


baik dalam jumlah maupun kualitas/kemampuan yang diperlukan sesuai dengan
standar
2. Meningkatkan kualitas/kemampuan tenaga yang sudah ada agar mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan maupun mengikuti perkembangan masyarakat
dan dunia khususnya dibidang K3
3. Mempersiapkan keahlian khussu bidang K3 bagi tenaga yang sudah ada untuk
mengadakan refreshing, penyegaran, pengetahuan ketrampilan, bisa dengan cara
bekerja dama dengan pihak ketiga

C. Pengertian
Yang dimaksud dengan pengembangan/peningkatan kemampuan SDM meliputi:

1. Pendidikan formal ahli K3


2. Pelatihan baik teknis/fungsional/manajemen

44
3. Kegiatan ilmiah seperti seminar
4. Studi banding
D. Peserta
Peserta adalah SDM Rumah Sakit .IV 04.07.03 dr. Asmir yang terdiri dari:

1. Medis
2. Paramedis
3. Non medis
E. Jenis Pendidikan
1. Pelatihan formal: Pendidikan ahli K3, pelatihan K3 (inhouse atau exhouse training)
2. Non Formal: seminar,pelatihan oleh instalasi terkait

BAB XI
PENGUMPULAN DAN PELAPORAN DATA

A. Catatan Keselamatan, Kesehatan Kerja, Kebakaran Bencana


1. Rumah sakit mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,
mengarsip, memelihara dan menyimpan catatan keselamatan, kesehatan kerja,
kebakaran dan bencana
2. Undang-undang, peraturan dan pedoman teknis relevan dipelihara pada tempat
yang mudah didapat
3. Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga kerahasiaan
catatan
4. Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara
5. Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan catatan rehabilitasi kesehatan
dipelihara.
B. Data dan Laporan Keselamatan, Kesehatan Kerja, Kebakaran Bencana
1. Data keselamatan, kesehatan kerja, kebakara dan bencana yang terbaru
dikumpulkan dan dianalisa
2. Laporan rutin kenerja keselamatan, kesehatan kerja, kebakara dan bencana dibuat
dan disebarluaskan dalam rumah sakit

45
C. Audit Internal Sistem Manajemen K3

1. Audit SMK3 yang terjadwal dilaksanakan untuk memeriksa kesesuaian kegiatan


perencanaan dan untuk menentukan apakah kegiatan tersebut efektif
2. Audir internal SMK3 dilakukan ileh petugas yang berkompeten dan independen di
rumah sakit
3. Laporan audit didistribusikan kepada manajemen dan petugas lain yang
berkepentingan
4. Kekurangan yang ditemukan pada saat audit diprioritaskan dan dipantai untuk
menjamin dilakukan tindakan perbaikan

BAB XII

SISTEM EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Latar Belakang
Evaluasi dan pelaporan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
sebuah kegiatan, baik yang bersifat rutin maupun yang tidak terjadwal.

Evaluasi bertujuan untuk menganalisa hasil kegiatan yang telah dilakukan


sekaligus memberikan penilaian apakah kegiatan yang dilakukan telah mencapai
sasaran yang diharapkan atau hasil kegiatan belum memenuhi harapan sehingga
perlu dilakukan tindak lanjut sehingga dicapai sasarayang diharapkan.

B. Pengertian
Evaluasi merupakan hasil pelaksanaan kegiatan dari rencana kegiatan - kegiatan atau
yang telah dibuat.

Pelaporan adalah kegiatan membuat analisa dan rekomendasi dari hasil pelaksanaan
kegiatan atau evaluasi.

46
C. Kegiatan
1. Pengumpulan data dari pelaksanaan kegiatan dari unsur – unsur K3 rumah sakit.
2. Mengadakan pertemuan 6 (enam) bulanan guna membahas hasil pelaksanaan
kegiatan K3.
3. Melakukan analisa dan membuat rekomendasi
4. Membuat laporan hasil evaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada direktur
rumah sakit.

BAB XII

PENUTUP

Demikian Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja ini disusun untuk
dapat digunakan sebagai pedoman dan pegangan oleh seluruh karyawan di Rumah Sakit
.IV 04.07.03 dr. Asmir untuk pelaksanaan program-program K3 dimasing-masing unit
kerja.

Adapun secara teknis penerapan dari pedoman ini, dijabarkan di dalam ketentuan-
ketentuan keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana.

Salatiga, ................20.....

Mengetahui,

Kepala Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03

Agung Siswanto, drg., Sp.KGA


Mayor Ckm NRP 11010014670275

47

Anda mungkin juga menyukai