Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN PENERAPAN SASARAN

KESELAMATAN PASIEN

NOMOR : 058.b/PD/RS-BR/VII/2022

UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


LA PATARAIKABUPATEN BARRU
2022

i
PEMERINTAH KABUPATEN BARRU
DINAS KESEHATAN
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LA PATARAI
Jl. Lasawedi, Kel.Coppo, Kec.Barru, Kab.Barru, 90771, Telp./Fax. (0427) 21221
e-mail :barru.rsud@yahoo.co.id, Website : rsud.barrukab.go.id

PERATURAN DIREKTUR
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LA PATARAI KABUPATEN BARRU
NOMOR :058.b/PD/RSUD-BR/VII/2022

TENTANG
PEMBERLAKUANPEDOMAN PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN
PASIENUPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
LA PATARAI KABUPATEN BARRU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTURUPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LA PATARAI


KABUPATEN BARRU,

Menimbang : a. bahwadalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan


mewujudkan keselamatan pasien (pasien safety) di
rumah sakit, maka perlu dibuatkan tentang pedoman
Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) guna
mencegah insiden keselamatan pasien;
b. bahwa Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien dapat
berjalan dengan baik dan lancar maka diperlukan
pedoman pelaksanaan;
c. bahwa untuk maksud butir 1 dan 2 maka diperlukan
keputusan direktur tentang berlakunya pedoman
Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien di UPT
RumahSakitUmum Daerah La PataraiKabupatenBarru;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;

ii
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun 2014
tentang Klasifikasi dan perizinan rumah sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017
tentang keselamatan pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 749a/
MENKES/PER/XII/1989 tentang Rekam Medis / Medical
Record;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR UPT RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH LA PATARAI KABUPATEN BARRU TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PENERAPAN SASARAN
KESELAMATAN PASIEN DI UPT RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH LA PATARAI KABUPATEN BARRU
KESATU : Pedoman Tentang Penerapan Sasaran KeselamatanPasien
di Rumah Sakit Umum Daerah Barru merupakan acuan
bagi seluruh staf rumah sakit untuk melaksanakan
pelayanan berdasarkan keselamatan pasien (patient
safety)maka menjadi pedoman untuk pelaksanaan
Patient Safety
KEDUA : Pedoman Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien dalam
diktum KESATU di atas sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, bila di
kemudian hari ditemukan kekeliruan akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkandi :Barru
Padatanggal : 21 Juli 2022
DirekturUPT RSUD La PataraiKab. Barru

drg. Hj. ULFAH NURUL HUDA S., MARS


Pangkat :Penata Tk. 1, III/d
Nip. : 198709212015022002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, atas rahmat dan karunia-
Nya buku pedoman penerapan sasaran keselamatan pasien ini dapat
diselesaikan. Pedoman ini disusun dengan maksud menambah pengetahuan
bagi pembaca mengenai lingkup keselamatan pasien terkait identifikasi,
komunikasi, obat yang perlu diwaspadai, ketepatan operasi, kebersihan
tangan dan resiko pasien jatuh, sehingga memperlancar atau mempermudah
pemberian pelayanan kepada pasien sehingga dapat mencegah kejadian-
kejadian potensial cidera baik di ruang perawatan, poliknik dan tempat
lainnya di lingkungan UPT RumahSakit Umum Daerah La Patarai Kabupaten
Barru.

Uraian teori disertai penjelasan serta contoh praktis dikemukakan


dengan maksud agar pembaca memahami latar belakang penyusunan buku
panduan ini dan memudahkan terapannya dalam berbagai kondisi dan
situasi.

Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan panduan ini masih


jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
masukan, saran, kritik selama dalam penyusunan naskahbuku panduan ini.

Akhirnya kami berharap semoga panduan ini dapat menambah


khasanah pengembangan system identifikasi pasien sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di UPT Rumah Sakit
Umum Daerah La Patarai Kabupaten Barru. Masukan, saran, kritik sangat
diharapkan agar dapat lebih menyempurnakan pedoman ini.

Tim Penyusun

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................iv
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................v
BAB I.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Ketentuan Umum:.................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
KETETAPAN IDENTIFIKASI PASIEN................................................................................................2
BAB III.......................................................................................................................................................4
PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF.............................................................................4
Hasil Kritis Laboratorium................................................................................................................6
Hasil Kritis Radiologi........................................................................................................................6
BAB IV.......................................................................................................................................................7
PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI............................................7
(HIGH-ALERT MEDICATIONS).......................................................................................................................7
BAB VI.......................................................................................................................................................9
KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI.....................9
BAB VII...................................................................................................................................................11
PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN............................11
BAB VIII..................................................................................................................................................12
PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH.....................................................................................12
PENANGANAN PASIEN JATUH....................................................................................................13

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Ketentuan Umum:
1. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implemenetasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil ataupun lingkungan sekitar rumah sakit.
2. Sasaran Keselamatan Pasien meliputi
a. Ketetapan identifikasi pasien
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan risiko pasien jatuh
3. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri
dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak
Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.
4. Kejadian tidak diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah Insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien
5. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien.
6. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang
sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
7. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
8. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius.
9. Pelaporan insiden kesalamatan pasien yang selanjutnya disebut Pelaporan
insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran.

1
BAB II
KETETAPAN IDENTIFIKASI PASIEN

Bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang akan diberi layanan atau


pengobatan dan mencocokkan layanan atau perawatan dengan pasien tersebut
sehingga terhindar dari hal- hal yang tidak diiginkan seperti pemberian
prosedur/tindakan/pelayanan terhadap pasien yang salah.

1. Identifikasi pasien menggunakan: nama lengkap, tanggal lahir dan nomor rekam
medis (minimal 2 identitas).
2. Dilarang identifikasi dengan nomor kamar pasien.
3. Identifikasi pasien dilakukan oleh semua tenaga medis/paramedis/tenaga
penunjang medis dan tenaga penunjang non medis.
4. Pada gelang identifikasi pasien: Nama pasien harus ditulis lengkap sesuai e-KTP
bila tak ada gunaka KTP/kartu identitas lainnya, bila tak ada semuanya minta
pasien/keluarganya untuk menulis pada formulir identitas yang disediakan RS
dengan huruf kapital pada kotak huruf yang disediakan. Nama tidak boleh
disingkat, tak boleh salah ketik walaupun satu huruf.
5. Jika ada kesalahan dalam penulisan identitas pasien pada gelang identifikasi,
maka gelangnya harus di ganti (tidak boleh diperbaiki)
6. Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien harus di cetak, tulisan tangan
hanya boleh bila printer sedang rusak/tak ada fasilitas untuk itu dan harus
segera diganti bila printer sudah ada/berfungsi kembali
7. Identifikasi dengan cara verbal (menanyakan/mengkonfirmasi nama pasien) dan
visual (melihat gelang pasien). Pertemuan pertama secara verbal dan visual
pertemuan kedua bisa langsung secara visual.
8. Semua pasien harus di identifikasi secara benar sebelum dilakukan pemberian
obat, pemberian tranfusi/produk darah, pemberian prosedur/tindakan,
pengambilan sampel darah, urin atau cairan tubuh lainnya
9. Pasien dengan nama harus diberi tanda “HATI HATI PASIEN DENGAN NAMA
SAMA” pada rekam medik dan semua formulir permintaan penunjang.
10. Pasien yang akan diberikan gelang identitas pasien adalah pasien rawat inap,
observasi di Instalasi gawat darurat.
11. Warna gelang identifikasi:
a. Pasien perempuan : warna merah muda (pink)
b. Pasien laki-laki : warna biru muda
12. Semau pasien yang mempunyai risiko seperti risiko jatuh, alergi ataupun yang
tidak boleh diresusitasi akan diberikan gelang/penanda risiko yang disematkan
pada gelang identifikasinya
13. Warna gelang/penanda resiko:
a. Ident-Alertrtrisiko alergi : Warna merah

2
b. Ident-Alert risiko jatuh : warna kuning
c. Ident-Alert risiko DNR (DoNot Resusite): Warna ungu
14. Pemasangan gelang pasien dilakukan oleh dokter, tenaga perawat ataupun
tenaga rekam medis.
15. Pemasangan gelang tambahan seperti gelang rresiko jatuh, alergi dan do not
resucitate dilakukan oleh dokter, tenaga perawat ataupun tenaga bidan
16. Pemasangan gelang identifikasi bisa dilakukan di IGD, Perawatan.

3
BAB III
PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif diantara petugas


kesehatan (dokter, perawat, petugaskesehatan lain) dan petugas kesehatan dengan
pelanggan, yang bertujuan agar pemberian pelayanan dan perawatan semakin efektif.
Komunikasi yang efektif, yang efektif, yang terstruktur, akurat, lengkap, jelas, tepat
waktu dan dapat dipahami penerima, akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan
perbaikan keselamatan pasien.

1. Komunikasi dapat secara:


a. Langsung : Lisan langsung (berhadapan), Lisan lewat telepon.
b. Tidak langsung : Melalui pesan elektronik (sms), melalui buku serah
terima, buku pelaporan hasil kritis/buku Instruksi.
2. Untuk permintan obat kemoterapi dan narkotika tidak dapat dilakukan
dengan perinth lisan/verbal
3. Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi.
4. Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama
penerima perintah dan tanda tangan, nama pemebri perintah dan tanda
tangan (pada kesempatan berikutnya)
5. Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA, maka
nama obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM ( Nama Obat Rupa
Ucapan Mirip) harus dieja satu persatu hurufnya menggunakan alphabet
phonetic.
6. Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat LASA (Look alike sound alike)/
NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)
7. Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setalah pemberian
perintah mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran
pembacaan secara lisan misal”ya sudah benar”. Konfirmasi tertulis dengan
tanda tangan pemberi perintah yang harus diminta pada kesempatan
kunjungan berikutnya.
8. Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu
dicatat, misal pemebri perintah tak mau tanda tangan.
9. Lembar penulisan instruksi via telepon/hasil kritis diikutsertakan ke dalam
rekam medis pasien.
10. Untuk komunikasi Langsung:
a. Pada saat menerima instruksi via Lisan terapkan TBAK yang artinya Tulis
Baca dan Konfirmasi Kembali.
b. Jika ada kata yang kurang jelas maka diwajibkan mengejanya dengan
menggunakan alphabet fonetik

4
c. Serah terima pasien (antar shift dokter/perawat), transfer pasien antar
ruangan menggunakan S-BAR (Situation-Background-Assesment-
Recommendation).
d. Untuk melapokan kondisi pasien menggunakan teknik S-BAR.
11. Untuk Tidak Langsung : ( Pesan elektrolit/sms ; Buku Operan Shift ;
Buku Instruksi/Laporan Hasil Krisis)
a. Menuliskan secara jelas dan lengkap pada lembar/buku yang telah
disediakan.
b. Menggunakan singkatan terstandar di RSUD Kab.Barru dan menuliskan
kata dengan lengkap bila tidak ada dalam daftar singkatan.
c. Untuk serah terima pasien (antar shift dokter/perawat), transfer pasien
antar ruangan menggunakn Teknik SBAR (Situation- Background-
Assesment- Recommendation)
d. Komunikasi lewat sms digunakan jika komunikasi lisan/verbal tidak bisa
dilakukan atau ada hal-hal yang dipertimbangkan.
e. Sebelum memberikan instruksi via sms, maka pengirim instruksi wajib
memastikan nomor handphone yang dituju aktif dengan cara menelpon
nomor tersebut dan menginformasikan bahwa akan dikirim sms instruksi.
Jika konfirmasi lewat sms wajib menunggu balasan sms dari penerima
yang menandakan nomor yang dituju aktif. Setelah menerima sms
instruksi maka penerima sms wajib membalas sms tersebut dengan
menuliskan bahwa instruksi telah diterma/dibaca.
12. Pelaporan Hasil Kritis
a. Pelaporan hasil kritis yang dimaksud adalah segala hasil pemeriksaan
penunjang medis yang sifatnya kritis berupa hasil Laboratorium, Hasil
Radiologi, yang sifatnya internal rumah sakit dan hanya digunakan dalam
lingkup RSUD Kab.Barru
b. Untuk hasil kritis Radiologi dan Laboratorium maka petugas
Lab/Radiologi boleh menginformasikan ke bagian pengirim sambil
menunggu hasil lab/radiologi yang tertulis dikirim.
c. Dokter/perawat wajib melaporkan hasil kritis tersebut kepada DPJP nya/
dokter yang meminta pemeriksaan.
d. Mengimplementasikan mekanisme pelaporan hasil tes kritis saat
menerima pesan verbal dan saat menerima hasil tes kritis terapkan TBAK
(Tulis Baca dan Konfirmasi Kembali)
e. Hasil tes kritis harus segera disampaikan dalam waktu< 30 menit kepada
DPJP/Dokter yang diberi kewenangan menangani pasien.

5
Hasil Kritis Laboratorium:

No PARAMETER BATAS SATUAN BATAS BATAS


USIA ATAS BAWAH
1 Hemoglobin Neonatus >24.0 6.0
Pediatric gr/dL >20.0 6.0
Adult - 7.0
2 Trombosit ALL gr/dL >800 30
3 Glukosa Darah Neonatus > 250 50
Sewaktu
Pediatric / mg/dL >400 50
Adult

4 Kreatinin Neonatus > 1.5 --


Pediatric mg/dL > 2.5 --
Adult > 10 --
5 Bilirubin Neonatus mg/dL > 15 --
6 Natrium ALL mmol/L >160 <120
7 Kalium ALL mmol/L > 6.0 < 2.5
8 Clorida ALL mmol/L < 80 >120
9 Analisa Gas ALL < 7.1 >7.6
Darah (pH)
10 FT4 ALL ng/dL >6.0 --

Hasil Kritis Radiologi

Jenis Pemeriksaan Hasil Kritis


Foto Thorakx Pneumotoraks
Efusi Pleura Masif
Foto polos Abdomen Pneumoperitonium
Ileus obstruktif
Foto Ekstrimitas Fraktur Femur
USG Perdarahan organ intra abdomen
Appendisitis

6
BAB IV
PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
(HIGH-ALERT MEDICATIONS)

Bertujuan untuk meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai


guna memastikan keselamatan pasien di UPT Rumah Sakit Umum Daerah La Patarai
Kabupaten Barru, sehingga pengelolaan obat yang tepat menjadi sangat penting. Obat
berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang bermakna bila digunakan secara
salah

1. Cairan elektrolit pekat tidak disimpan di ruang perawatan pasien, kecuali di


IGD, OK, dan ruang Intensive care, dengan akses terbatas (restricts acces)
untuk mencegah penggunaan yang tidak seharusnya.
2. Penetapan penempatan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert) yang
diizinkan dengan penyimpanan pada akses terbatas adalah:
- Di Depo farmasi rwat inap untuk pelayanan gawat darurat, OK, ICU
- Di Depo farmasi rawat jalan untuk pelayanan rawat jalan
3. Semua obat High alert diberi label berwarna merah dan disimpan di tempat
dengan akses terbatas.
4. Pemberian obat dengan menerapkan 7 Benar: benar obat, benar dosis, benar
rute, benar waktu, benar pasien, benar informasi,dan benar dokumentasi.
5. Tersedia daftar obat LASA (Look alike sound alike) i unit pelayanan obat.

Penanganan obat high alert di Instalasi Farmasi UPT Rumah Sakit Umum Daerah La
Patarai Kabupaten Barru

1. Setiap unit pelayanan obat harus tersedia daftar obat high alert, Obat LASA,
Elektrolit Konsentrat, serta panduan penatalaksanaan obat high alert
2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penatalaksanaan obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas.
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan emegensi, atau
nama obat harus di eja perhuruf.

Penyimpanan obat high alert di instalasi farmasi UPT Rumah Sakit Umum Daerah La
Patarai Kabupaten Barru

1. Terdapat stiker obat high alert pada setiap dos obat


2. Terdapat stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan
diserahkan kepada perawat
3. Obat high alert tersimpan terpisah dengan obat lain dalam kontainer khusus
4. Obat sitostatika tersimpan secara terpisah dari obat lainnya.
5. Obat Narkotika tersimpan secara terpisah dalam lemari terkunci double, setiap
penegeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan dicatat, setiap

7
ganti shift harus tercatat dalam buku serah terima lengkap dengan jumlahnya
dan di tanda tangani
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk
memastikan tak ada salah pasien dan salah dosis (double check).
7. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa infus,
tempel stiker-label, nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan catatan
sesuai ketentuan.

8
BAB VI
KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI

Bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan lokasi/area operasi,


kesalahan prosedur, kesalahan pasien operasi, denganmelakukan komunikasi yang
efektif antara anggota tim bedah, dan melibatkan pasien untuk pemberian tanda pada
lokasi pembedahan, dan melaksanakan prosedur Universal Protocol terdiri dari:

1. Pelaksanaan proses Universal Protocol untuk pasien yang akan dilakukan


tindakan operasi terdiri dari 3 langkah yaitu penandaan (Mark Site), Proses
preverifikasi, Sign In-Time Out-Sign Out.
2. Penandaan (Mark Site) daerah operasi/tindakan invasif:
a. Penandaan dilakukan oleh doketr yang akan melakukan tindakan.
b. Penandaan menggunakan spidol permanen tak mudah luntur terkena
air/alkohol/betadine dengan menuliskan tanda check list “√” oleh
dokter operator,
c. Penandaan dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
kemungkinan, dan harus terlihat sampai saat akan di sayat.
d. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (lateralitty),
multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipellevel
(tulang belakang).
e. Penandaan tidak dilakukan pada kondisi: Operasi Jantung, pada bayi
yang diduga bisa menyebabkan penandaan tidak bisa hilang
selamanya.
f. Penandaan daerah operasi dilakukan minimal 4 jam sebelum
dilakukan operasi kecuali operasi cito/emergency,
g. Penandaan dilakukan bisa dilakukan di ruang perawatan ataupun
diruang persiapan operasi
3. Semua tindakan operasi wajib mengisi surgical safety check list(WHO
2009) dan mengikuti langkah-langkah yang tertera didalamnya.
4. Verifikasi preoperative
a. Dilakukan dengan memakai lembaran surgical safety check list
(WHO 2009)
b. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yan benar
c. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label dan dipampang dengan baik.
d. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant 2 implant
yang di butuhkan
e. Tahap Time out:
 Memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruang diselesaikan

9
 Dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
 Melibatkan seluruh tim operasi

10
BAB VII

PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

Bertujuan mengurangi risiko infeksi akibat perawatan. Kesehatan merupakan


bagian penting dalam pelayanan kesehatan, kebersihan tangan, yang memadai peran
penting dalam usaha menurunkan risiko infeksi rumah sakit, terdiri dari:

1. Semua pegawai dan masyarakat UPT Rumah Sakit Umum Daerah La Patarai
Kabupaten Barruwajib melakukan kebersihan tangan sesuai standard WHO
2. Semua pegawai dan masyarakat UPT Rumah Sakit Umum Daerah La Patarai
Kabupaten Barru mengetahui dan melakukan Five moment kebersihan tanan
sesuai standard WHO
3. Semua pegawai dan masyarakat UPT Rumah Sakit Umum Daerah La Patarai
Kabupaten Barru mengetahui dan melakukan cara hard rub dengan berbahan
dasar alkohol sesuai dengan standard WHO
4. Semua pegawai dan masyarakat UPT Rumah Sakit Umum Daerah La Patarai
Kabupaten Barruwajib mengetahui dan melakukan cara cuci tangan dengan
berbahan dasar sabun dengan standard WHO
5. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sat melakukan tindakan medis
ataupun tindakan yang beresiko resiko terkena cairan kimia/cairan dari tubuh
pasien seperti handscoen, celemek, kacamata dsb.

11
BAB VIII
PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH

Bertujuan untuk mengurangi risiko cedera pada pasien akibat jatuh,


berdasarkan prosedur yang tepat dengan memantau dampak yang tidak diinginkan
dari tindakan yang dilakukan, terdiridari:

1. UPT RumahSakitUmum Daerah La PataraiKabupatenBarru menerapkan


pengurangan risiko pasien jatuh
2. Penilaian Risiko Jatuh pada pasien UPT Rumah Sakit Umum Daerah La
Patarai Kabupaten Barru menggunakan formulir Morse Foll scale (MFS) pada
pasien dewasa, dan formulir Humpty Dumpty pada pasien anak
3. Untuk pasien di IGD maka wajib untuk dinilai resiko jatuhnya dan
mengikutsertakan lembar penilaian dengan ke dalam status rekam medis
pasien.
4. Untuk pasien rawat inap maka penilaian dilakukan setiap hari dan
mecatatnya di lembaran yang telah di sediakan.
5. Penilaian diulang dilakukan jika diindikasikan terjadi perubahan kondisi
pasien atau pengobatan, dan lainnya.
6. Semua pasien resiko jatuh di pasangkan gelang/penanda tambahan warna
kuning di gelang identifikasinya.
7. Penilaian risiko jatuh diimplementasikan untuk menurunkan risiko jatuh dan
dampak cedera akibat jatuh maupun akibat tak terduga lainnya.
8. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindaklanjuti sesuai derajat risiko jatuh
guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak trduga lainnya.

Pelaksanaan system pelaporan insiden pasien jatuh dan intevensi serta


pencegahannya

Langkah penerapan pencegahan pasien resiko jatuh:

Pencegahan secara umum:

 Edukasi pasien dan keluarganya tentang resiko jatuh.


 Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
 Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
 Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan dan terang
 Pastikan lorong bebas hambatan
 Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman, dan segera
laporkan untuk perbaikan
 Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah
diagnostik atau terapi

12
 Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard/tempat tidur, posisi bedside
rel dalam keadaan terpasang
 Informasikan dan mendidik pasien dan/ atau anggota keluarga mengenai
rencana perawatan untuk mencegah jatuh
 Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk memberikan bantuan yang
dibutuhkan
 Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang mempengaruhi tingkat
kesadaran.

PENANGANAN PASIEN JATUH


1. Defenisi dan Klafikasi
a. Kejadian jatuh tak di sengaja : Kejadian jatuh yang terjatuh secara tidak
sengaja (misalnya terpeleset, tersandung). Pasien yang berisiko mengalami
kejadian ini tidak dapat di identifikasi sebelum mengalami jatuh dan
umumnya tidak di kategorikan dalam risiko jatuh. Kejadian jatuh jenis ini
dapat di cegah dengan menyediakan lingkungan yang aman.
b. Kejadian jatuh yang tidak diantisipasi: Kejadian jatuh yang ketika penyebab
fisik tidak dapat diidentifikasi.
c. Kejadian jatuh yang dapat diantisipasi (diperkirakan): Kejadian jatuh yang
terjadi pada pasien yang memang berisiko mengalami jatuh (berdasarkan
skor asesmen risiko jatuh)
2. Tujuan
Tujuan penanganan pasien jatuh adalah untuk menurunkan risiko cidera
jatuh pada pasien, serta bekerja sama dalam memberikan interfensi yang
sesuai prosedur karna keselamatan pasien merupakan tanggung jawab seluruh
petugas.
3. Manajemen setelah kejadian jatuh
Pada pasien yang mengalami kejadian jatuh, prosedur berikut akan segera di
lakukan:
a. Perawat segera memeriksa pasien (apakah terdapat cidera, pemeriksaan
tanda-tanda vital)
b. Dokter yang bertugas akan segera di beritahu untuk melakukan evalusi
lebih lanjut
c. Perawat akan mengikuti tatalaksana yang diberikn oleh dokter
d. Jika pasien menunjukkan adanya gangguan koknitif dapat di
pertimbangkan untuk menggunakan tali pengaman
e. Pasien yang di perbolehkan untuk turun dari tempat tidur harus ditemani
oleh petugas/keluarga lalu di lakukan asesmen ulang
f. Dengan izin dari pasien keluarga akan diberitaukan jika pasien mengalami
kejadian jatuh, termasuk cidera yang ditimbulkan
g. Yang menyaksikan kejadian jatuh atau menemukan pasien jatuh akan
mengisi

13
Intervensi Pasien resiko Jatuh Dewasa

Intervensi Resiko Rendah/Tidak beresiko

 Edukasi pasien dan keluarganya tentang resiko jatuh.


 Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip.
 Anjurkan pasien memint bantuan yang di perlukan.
 Pasang Bedside rel
 Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur

Intervensi Pasien dengan resiko jatuh tinggi:

 Edukasi pasien dan keluarganya tentang resiko jatuh.


 Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
 Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan.
 Pasang Bedside rel.
 Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur.
 Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur pasien.
 Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam jangkauan pasien.
 Tidak membiarkan pasien berkeliaran sendiri dilingkungan rumah sakit.

Intervensi Pencegahan Jatuh Pasien Anak:

Standar resiko Rendah (skor 7-11)

1. Orientasi ruangan
2. Posisikan tempat tidur rendah dan ada remnya
3. Ada pengaman samping tempat tidur
4. Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang dapat berjalan
5. Bila kemampuan untuk ke kamar mandi dan bantu bila di butuhkan
6. Akses untuk menghubungi petugas kesehatan mudah di jangkau
7. Lingkungan harus bebas dari peralatan yan mengandung resiko
8. Penanganan lampu harus cukup

Standar Resiko Tinggi (skor >12 )

1. Pakaikan gelang resiko jatuh berwarna kuning


2. Terdapat tanda peringatan pasien resiko jatuh
3. Cek pasien minimal setiap satu jam
4. Temani pasien pada saat mobilisasi
5. Tempat tidur pasien harus disesuaikan dengan perkembangan tubuh pasien
6. Evaluasi terapi yang sesuai. Pindahkan semua peralatan yang tidak
dibutuhkan keluar ruangan
7. Tempatkan pasien pada posisi tempat tiduryang rendah

14
Laporan kejadian/insiden
a. Berikan edukasi mengenai risiko jatuh dan upaya pencegahannya kepada
pasien dan keluarga
b. Resiko jatuh pasien akan dinilai ulang menggunakan esesmen risiko jatuh
harian lalu akan di tentukan dan pemilihan alat pengaman yang sesuai

Ditetapkan di : Barru
Pada tanggal : 21 Juli 2022
Direktur UPT RSUD La Patarai Kab. Barru

drg. Hj. ULFAH NURUL HUDA S., MARS


Pangkat : Penata Tk. 1, III/d
Nip. : 198709212015022002

15

Anda mungkin juga menyukai