Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP CIJAKU
Jl. Sukamaju - Pasarkupa Km.01, Desa Cijaku, Kecamatan Cijaku Kode Pos 42395

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP CIJAKU


NOMOR : 440/………/SK/PKM-CJK/I/2023

TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM IDENTIFIKASI PASIEN UPTD PUSKESMAS
RAWAT INAP CIJAKU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP CIJAKU,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu layanan klinis dan


keselamatan pasien di UPTD Puskesmas Rawat Inap Cijaku,
pedoman pelaksanaan system identifikasi pasien guna mencegah
terjadinya kekeliruan dalam proses pemberian pelayanan;
b. bahwa agar pelaksanaan system identifikasi pasien dapat berjalan
dengan baik dan lancar maka diperlukan pedoman pelaksanaan;
c. bahwa Keputusan Nomor :
Tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Identtifikasi Pasien di
UPTD Puskesmas Rawat Inap Cijaku disesuaikan dengan
kebijakan yang baru;
d. bahwa sehubungan dengan huruf a, b, dan c tersebut diatas perlu
ditetapkan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Rawat Inap
Cijaku Tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Identtifikasi Pasien
UPTD Puskesmas Rawat Inap Cijaku.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas;
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 31 Tahun 2019 tentang Sistem
Informasi Puskesmas;
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2019 tentang
Puskesmas;
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2022 tetang Akreditasi
Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan,
Unit Transfusi Darah, Tempat Praktek Mandiri Dokter, dan
Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP


CIJAKU TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM
IDENTIFIKASI PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP
CIJAKU.
Kesatu : Pedoman Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien UPTD Puskesmas
Rawat Inap Cijaku sebagaimana tercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.
Kedua : Keputusan Nomor :
Tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien UPTD
Puskesmas Rawat Inap Cijaku disesuaikan dengan kebijakan yang
baru.
Ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Cijaku
Pada Tanggal : 4 Januari 2022

KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT


INAP CIJAKU

SUSILO SUPRIYANTO

LAMPIRAN 1
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP CIJAKU
NOMOR : 440/………/SK/PKM-CJK/II/2023
TENTANG : TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM IDENTIFIKASI PASIEN UPTD
PUSKESMAS RAWAT INAP CIJAKU.

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM IDENTIFIKASI PASIEN


UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP CIJAKU

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselematan Pasien Puskesmas
pada Bab IV Sasaran Keselamatan Pasien Puskesmas pasal 8, berbunyi ayat (1) Setiap rumah
sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan pasien, ayat (2) Sasaran
Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tercapainya hal-hal sebagai
berikut : Ketepatan identifikasi pasien, Peningkatan komunikasi yang efektif, Peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi, Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan Pengurangan resiko pasien
jatuh.
Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit,
maksud dari sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan
pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari consensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.
Diakui bahwa desain system yang baik secara intrinsik adalah memberikan pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran umum diifokuskan pada solusi-solusi
yang menyeluruh..dari keenam sasaran keselamatan pasien point pertama sasaran tersebut adalah
ketepatan identifikasi pasien, maka rumah sakit harus mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki / meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Maksud dan tujuan ketepatan identifikasi pasien adalah kesalahan karena keliru dalam
mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hamper semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan.
Kesalahan identifikasi pasien bias terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi,
mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit, adanya
kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali
pengecekan yaitu; pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap
individu tersebut, maka Puskesmas perlu membuat kebijakan dan atau prosedur secara kolaboratif
dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan specimen
lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang
pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien. Nomor
kamar pasien atau lokasi tidak bias digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan atau prosedur
juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di rumah sakit seperti
di pelayanan rawat jalan, unit pelayanan gawat darurat atau ruang operasi termasuk identifikasi
pasien pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk
mengembangkan kebijakan dan atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi
untuk dapat diindentifikasi.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Rekam Medis
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselematan Pasien Puskesmas
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 749a/MENKES/PER/XII/1989
tentang Rekam Medis/Medical Records
5. Surat Keputusan Dirjen Pelayanan Medis No. 78/Yan. Med/ RS UM/YMU/I/1991 tentang
Penyelenggaraan Rekam Medis
6. Keputusan Dirjen Pelayanan Rekam Medis Nomor MK 0006/1400744 tentang Pedoman
Sistem Pencatatan Rumah Sakit

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya,sehingga mempermudah
dalam proses pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien yanSg datang berobat dan
mencegah kesalahan dan kekeliruan dalam proses pemberian pelayanan ,pengobatan tindakan
atau prosedur.

2. Tujuan Khusus
a. Mencegah Kesalahan atau kekeliruan pemberian pelayanan di unit rawat jalan, rawat
darurat, dan ruang operasi.
b. Mencegah Kesalahan atau kekeliruan sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
c. Mencegah Kesalahan atau kekeliruan sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinik.
d. Mengarahkan pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada semua situasi dan
lokas.

D. SASARAN
Sesuai dengan tujuan pelaksanaan ketepatan identifikasi yakni untuk membedakan pasien
satu dengan pasien yang lainnya dan mencegah kesalahan dan kekeliruan dalam proses pemberian
pelayanan pengobatan tindakan / prosedur. Maka sasaran identifikasi pasien tersebut dikaitkan
dengan pencapaian tujuan tersebut.
Sasaran ketepatan identifikasi adalah
1. Bayi baru lahir
2. Pasien sadar
3. Pasien tidak sadar ( kasus kecelakan, meninggal, koma )
4. Pasien rawat jalan,rawat darurat, rawat inap.
5. Pasien pada saat sebelum pemberian tindakan operasi.
6. Pasien pada saat sebelum pemberian obat
7. Pasien pada saat sebelum pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis
8. Pasien pada saat sebelum pemberian diet pasien.

E. RUANG LINGKUP
Dalam rangka mewujudkan keselamatan pasien (pasien safety) di UPTD Puskesmas
Rawat Inap Cijaku maka perlu disusun Pedoman-pedoman sebagai acuan petugas Puskesmas
dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu pedoman yang dibuat adalah pedoman pelaksanaan
system identifikasi pasien dengan tujuan sebagai acuan petugas identifikasi pasien secara benar
dan tepat dalam memberikan pelayanan pengobatan atau tindakan. Sehingga mencegah kesalahan
dalam penanganan pasien. Petugas identifikasi meliputi Keperawatan, Front Office, Rekam
Medis, Dokter, Farmasi, Rehab Medik, Penunjang Medik.

F. PENGERTIAN
1. Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas yang berdasarkan Surat Keputusan Bupati atau
Walikota menjalankan fungsi perawatan dan untuk menjalankan fungsinya diberikan
tambahan ruang dan fasilitas rawat inap yang sekaligus merupakan pusat rujukan antara.
2. Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa pencegahan kecacatan lebih lanjut.
3. Dalam Pereturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
tentang rekam medik disebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan pada pasien.
4. Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang mencakup nomor
rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan antara pasien satu
dengan pasien yang lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan
atau prosedur kepada pasien.
5. Pasien adalah setiap orang yang melakukan yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan , secara langsung dan tidak langsung
di rumah sakit.

BAB II
PELAKSANAAN SISTEM IDENTIFIKASI
A. PEMBERIAN IDENTITAS PASIEN
1. Sistem Penamaan Pasien
Sistem penamaan dalam pengidentifikasi pasien adalah tata cara penulisan nama seseorang
yang bertujuan untuk membedakan satu pasien dengan pasien lain dan untuk memudahkan
dalam pengindeksan data base pasien sebagai Indeks Utama Pasien (IUP) secara
komputeriasi. Sistem penamaan yang digunakan di UPTD Puskesmas Rawat Inap Cijaku
adalah dengan memberikan identitas kepada seorang pasien serta membedakan antara pasien
satu dengan pasien lainnya, sehingga mempermudah / memperlancar di dalam memberikan
pelayanan rekam medis kepada pasien yang datang berobat ke UPTD Puskesmas Rawat Inap
Cijaku. Prinsip utama yang harus ditaati oleh petugas identifikasi khususnya petugas
admissionadalah :
a. Nama pasien sendiri terdiri dari satu suku kata atau lebih
b. Penulisan nama sesuai dengan KTP/SIM/PAPSOR yang masih berlaku
c. Untuk keseragaman penulisan nama pasien digunakan ejaan baru yang disempurnakan
dengan menggunakan huruf cetak/capital.
d. Tidak diperkenankan adanya pencantuman title/jabatan/gelar
e. Perkataan Tuan, Saudara, Bapak, tidak dicantumkan dalam penulisan nama pasien
f. Apabila pasien berkewarganegaraan asing maka penulisan namanya harus disesuaikan
dengan paspor yang berlaku di Indonesia
g. Bila seorang bayi baru lahir hingga saat pulang belum mempunyai nama, maka penulisan
namanya adalah Bayi Ny. Xxx
h. Tulisan harus jelas dapat terbaca oleh orang lain dan tidak ada penghapusan Tip Ex jika
terjadi kesalahan pembetulannya diberi paraf dan tulisan yang diubah masih dapat dibaca.
i. Penulisan nama menggunakan nama asli pasien bukan nama samaran atau panggilan.

Adapun cara penulisannya adalah sebagai berikut :


a. Cara Penulisan Nama Pasien :
Nama pada KTP/SIM : DWI ADI MARSETO
Nama pada Kartu pasien : DWI ADI MARSETO
Nama pada IUP/data dasar pasien : DWI ADI MARSETO
Nama pada Gelang pasien : DWI ADI MARSETO

b. Cara Penulisan Nama Pasien Bayi :


Nama ibu : LINA WIDYAWATI
Nama pada bayi : By.Ny.LINA WIDYAWATI
Nama pada IUP/data dasar pasien : By.Ny.LINA WIDYAWATI
Nama pada gelang bayi : By.Ny.LINA WIDYAWATI
Apabila pada kunjungan selanjutnya bayi telah memiliki nama, maka nama yang
digunakan adalah namanya saat ini. Maka hanya petugas admission yang berwenang
dapat merubah nama bayi sesuai dengan namanya sekarang.
c. Petunjuk Silang
Dengan penulisan nama pasien sesuai dengan KTP/SIM/PASPOR serta diharapkan
seorang pasien hanya memiliki satu nomor pasien. Apabila ditemukan seorang pasien
memiliki lebih dari satu nomor rekam medis maka berkas medis tersebut harus
digabungkan menjadi satu nomor dimana berkas nomor tersebut juga digabung, biasanya
nomor yang digunakan adalah nomor rekam medis yang pertama. Tetapi terlebih dahulu
harus dicocokan antara tanggal lahir, alamat, serat identitas lainnya apakah benar-benar
sesuai anatar keduanya.
Contoh penggabungan nomor :
Nama pasien : SRI WAHYUNI
Nomor pasien -1 : 00-09-10
Nomor pasien -2 : 00-12-89

Setelah digabungkan maka pada :


Nomor pasien -1 : 00-09-10 (SRI WAHYUNI)
Nomor pasien -2 : 00-12-89  00-09-10

2. Sistem Pemberian Nomor Pasien


Pengidentifikasian pasiendengan menggunakan system penomoran yaitu tata cara
penulisan nomor rekam medis yang diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai
bagian dari identitas pribadi pasien yang bersangkutan. Pemberian nomor/numbering Sistem
pada pasien yang masuk rumah sakit baik rawat jalan, rawat darurat dengan cara : Unit
Numbering Sistem (setiap pasien hanya memiliki satu nomor rekam medis selama
berobat/dirawat) di Puskesmas Rawat Inap Cijaku. yang bertujuan agar nomor rekam medis
yang dipergunakan tidak terjadi penggandaan. Ketentuan pada sistem penomoran meliputi :
a. Pada pasien yang berobat jalan maupun rawat inap diberikan satu nomor rekam medis.
b. Nomor dokumen rekam medis terdiri atas 6 (enam) digit mulai dari 00 00 00 sd. 99 99 99.
c. Sebagai kendali nomor yang akan digunakan dibuatkan buku bank nomor.

Prosedur tetap pada sistem penomoran adalah :


a. Nomor rekam medis dicek terlebih dahulu di Buku Bank Nomor.
b. Nomor yang tertulis dalam buku bank nomor adalah nomor yang sudah digunakan.
c. Masing –masing buku bank nomor dipersiapkan menurut kegunaannya.

Nomor rekam medis perlu dipersiapkan dan diatur pendistribusiannya agar tidak
terjadi kerancuan atau penggandaan pemberian nomor, yang bertujuan untuk mengetahui
nomor rekam medis yang telah digunakan dan menghindari nomor yang ganda. Adapun
prosedur tetapnya adalah :
a. Nomor sudah disiapkan oleh petugas bank nomor.
b. Setiap pasien baru berkunjung petugas mencatat nomor pada buku bank nomor.
c. Setelah pergantian shift dilaporkan sampai nomor berapa yang telah terpakai.

Untuk Bayi baru lahir mempunyai nomor rekam medis tersendiri yang bertujuan agar
tidak terjadi kesalahan pada penomoran, ketentuannya adalah bayi baru lahir mempunyai
nomor rekam medis tersendiri tidak disamakan dengan nomor rekam medis ibunya.

Sistem penomoran yang digunakan di unit Rekam Medis Puskesmas Rawat Inap
Cijakumempergunakan nomor “ Unit Numbering System “ yaitu pada saat seorang penderita
berkunjung pertama kali ke Puskesmas apakah sebagai penderita berobat jalan ataupun untuk
dirawat, kepadanya diberikan satu nomor (Admitting Number) yang akan dipakai selamanya
untuk kunjungan seterusnya, sehingga rekam medis penderita tersebut hanya tersimpan
didalam satu berkasdibawah satu nomor. Satu problem yang biasa sering timbul dalam sistem
unit adalah bertambahnya satu rekam medis satu rekam medis menjadi berjilid-jilid karena
seringnya penderita tersebut mendapatkan pelayanan (dirawat) di Puskesmas. Dalam
penanganan dokumen rekam medis yang terlalu tebal, ketentuannya sebagai berikut :
a. Pada dokumen rekam medis yang terlalu tebal maka dibuatkan jilid yang baru
b. Pada saat dokumen rekam medis di jilid maka harus dibuatkan catatan nomor jilid dan
jumlah jilidnya, missal : Jilid 1 dari 2, Jilid 2 dari 2.
c. Dokumen yang dijilid masih menggunakan nomor rekam medis yang sama.

3. Data Base Pasien Sebagai Indeks Utama Pasien.


Indeks utama pasien adalah salah satu cara menunjang kelancaran pelayanan terhadap
pasien, karena apabila seorang pasien lupa membawa kartu berobat
maka indeks utama pasien yang tersimpan dalam database computer akan membantu untuk
mencarikan data pasien yang diperlukan. Indeks utama pasien merupakan kunci utama bagi
setiap pasien baru yang disimpan selamanya. Indeks utama pasien disimpan berdasarkan atas
ringkasan klinik yang diperoleh dari tempat penerimaan pasien. Karena IUP merupakan
sumber data yang selamanya harus disimpan, maka harus dibuat selengkap mungkin. Dalam
IUP memuar data identitas pasien yang harus dibuat secara terperinci dan lengkap, antara
lain :
a. Nama lengkap pasien
b. Nomor rekam medis
c. Tempat/ Tanggal lahir
d. Jenis kelamin
e. Alamat lengkap
f. Nama Ayah
g. Nama Ibu
h. Nama Suami / Istri
i. Agama
j. Pekerjaan
k. Status
l. Penanggung jawab
m. Tanggal Kunjungan awal

Indeks utama pasien di UPTD Puskesmas Rawat Inap Cijaku sudah menggunakan
system informasi manajemen rumah sakit (SIM RS) yang data dasar pasien diperoleh dari
petugas admission dan disimpan pada data base computer yang setiap harinya data tersebut di
back up melalui media penyimpanan lain. dengan adanya system komputeritasi memudahkan
dalam proses pelayanan dan perolehan data data dasar pasien secara cepat, efesien dan efektif.
Bila seorang pasien berganti nama, pekerjaan, ataupun alamat maka petugas pendaftaran
harus segera merubah data tersebut agar selalu menghasilkan data yang up to date.Yang
dimaksud dengan penyimpanan IUP adalah penyimpanan data pasien yang berisikan nama,
nomor rekam medis, umur, alamat dan identitas lain yang disimpan dalam data base komputer
dengan sistem alfabert agar nomor rekam medis dapat ditemukan pada saat pasien tidak
membawa kartu berobat. Yang bertujuan memudahkan pencarian status apabila pasien lama
kehilangan / tidak membawa kartu berobat.

4. Indeks Penyakit
Yang dimaksud adalah indeks tentang jenis penyakit tertentu yang telah ditetapkan
diagnosis penyakitnya oleh dokter dan kode diagnosis penyakitnya oleh rekam medis. Indeks
penyakit di Puskesmas Rawat Inap Cijaku menggunakan indeks penyakit rawat jalan dan
rawat inap.
Indeks peyakit dibuat oleh petugas koding dan indeksing dengan ketetuan penulisan :
 Satu kartu untuk satu jenis penyakit
 Setiap nama penyakit diikuti dengan penulisan kode ICD 10
5. Indeks Operasi
Disebut juga indeks tindakan atau indeks prosedur medis yaitu indeks tentang
tindakan medis tertentu sesuai dengan tindakan yang dilakukan dokter pada pelayanan rawat
jalan maupun rawat inap.
Indeks operasi yang ada di Puskesmas Rawat Inap Cijakuhanya menggunakan indeks operasi
rawat inap, yang dibuat oleh petugas koding dan indeksing dengan ketentuan penulisan :
Satu kartu untuk satu jenis operasi
Setiap nama operasi diikuti dengan penulisan Kode ICD 9.

6. Indeks Kematian
Adalah indeks tentang sebab kematian penyakit tertentu sebagai hasil pelayanan
pasien di rawat jalan, gawat darurat atau rawat inap. Indeks ini di Puskesmas Rawat Inap
Cijaku digunakan dengan tidak dipisahkan antara indeks kematian rawat jalan dan rawat inap.

Indeks kematian dibuat oleh petugas koding dan indeksing dengan ketentuan penulisan :
 Satu kartu untuk satu jenis operasi
 Setiap sebab kematian diikuti dengan penulisankode ICD 10.

B. PEMBERIAN GELANG PADA PASIEN

Dalam mewujudkan pencapaian ketepatan identifikasi pada pasien guna mencegah kesalahan dan
kekeliruan pemberian pelayanan atau pengobatan maka perlu diadakan Langkah - langkah untuk
tercapainya tujuan tersebut. Salah satu langkah dalam mewujudkan ketepatan identifikasi pasien
adalah dengan cara memberikan gelang pada setiap pasien dengan kriteria tertentu. Dengan
adanya pemberian gelang pasien maka akan memudahkan dan mencegah terjadinya kesalahan
pada petugas pemberi pelayanan. Gelang pasien juga harus memiliki berbagai warna yang
disesuaikan dengan jenis kelamin dan kondisi derajat kesehatan pasien. Setiap petugas rumah
sakit harus memahami maksud warna gelang tersebut, guna mencegah terjadinya angka kejadian
yang tidak diharapkan. Kriteria pada gelang gelang pasien tersebut meliputi antara lain

1. Pemberian identitas pada gelang pasien


Agar memudahkan petugas kesehatan membedakan pasien satu dengan yang lain maka
gelang pasien harus tercantum identitas si pasien tersebut.antara lain nama lengkap pasien,
nomor rekam medis, tanggal lahir, alamat. Adapun prosedur tetap dalam pemberian identitas
pada gelang pasien sebagai berikut :
a. Gelang pasien dipakai pada tangan kiri pasien
b. Pada gelang pasien tertulis nama lengkap pasien
c. Pada gelang pasien tertulis nomor rekam medis pasien
d. Pada gelang pasien tertulis tanggal lahir pasien dan umur
e. Pada gelang pasien tertulis alamat pasien
f. Pada gelang pasien tertulis dokter penanggung jawab pasien
g. Pada gelang pasien tertulis nomor registrasi.
Petugas admission harus benar-benar menuliskan data identitas pada gelang pasien secara
lengkap,benar, jelas dan terbaca. Adapun kriteria warna gelang untuk membedakan kondisi
pasien dengan yang lain, antara lain :
a. Gelang berwarna biru digunakan untuk pasien berjenis kelamin laki-laki
b. Gelang berwarna pink digunakan untuk pasien berjenis kelamin perempuan
c. Gelang berwarna kuning digunakan untuk pasien resiko jatuh
d. Gelang berwarna merah digunakan untuk pasien alergi

2. Manfaat dan bahaya jika menolak menggunakan gelang


Untuk mengantisipasi dan mencegah hal yang tidak diharapkan pada pasien maka petugas
khususnya yang merawat pasien perlu menjelaskan manfaat dan bahaya jika pasien menolak
menggunakan gelang, dan perlu juga dibuat peraturan rumah sakit yang mewajibkan setiap
pasien yang dirawat harus menggunakan gelang pasien. Adapun prosedur tetap dalam
menjelaskan manfaat dan bahaya jika menolak menggunakan gelang yaitu :
a. Setiap hari petugas pendaftaranrawat inap menyiapkan gelang pasien
b. Setelah dokter/perawat menganamnesa pasien dan menegakan diagnose masuk di unit
gawat darurat, perawat menginformasikan kepada petugas pendaftaranrawat inap jika
pasien memiliki kondisi alergi atau resiko jatuh.
c. Petugas mengisi identitas pada gelang pasien. Pemilihan warna gelang disesuaikan
dengan jenis kelamin serta kondisi pasien jika pasien tersebut beresiko jatuh atau alergi
obat.
d. Gelang pasien diserahkan ke petugas keperawatan agar gelang tersebut segera
dipasangkan di tangan kiri pasien.
e. Sebelum pemasangan gelang, perawat menjelaskan manfaat dan bahaya jika pasien /
keluarganya menolak menggunakan gelang
f. Perawat juga harus menyampaikan atau mengingatkan pasien ketika perawat atau dokter
atau petugas lainnya agar mengidentifikasi terlebih dahulu sebelum memberikan
pelayanan.
g. Penjelasan manfaat dan bahaya jika pasien menolak menggunakan gelang sebagai berikut
:
 Manfaat pemasangan gelang, meliputi ;
- Petugas dapat mengidentifikasi pasien dengan mudah sebelum memberikan
pelayanan,pengobatan atau tindakan
- Petugas mampu menemukenali pasien dengan pasien yang beresiko jatuh dan
mempunyai indikasi alergi obat, yang dilihat dari warna gelang
- Mencegah terjadinya kesalahan dan kekeliruan pada saat pemberian
pelayanan,pengobatan dan tindakan.

 Bahaya jika pasien menolak menggunakan gelang


- Petugas mengalami kesulitan dalam proses indentifikasi
- Petugas maupun pasien mempunyai resiko besar terjadinya kesalahan dalam
pemberian pelayanan.
- Dapat menimbulkan peningkatkan angka kejadian yang tidak diharapkan (KTD)
di rumah sakit.
Pemilihan gelang juga memerlukan perhatian khusus oleh rumah sakit .spesifikasi gelang
yang baik antara lain ;
a. Gelang tidak mudah terlepas, yang dimaksud adalah gelang digunakan satu kali pakai dan
tidak bisa dilepas.kecuali dengan cara kanibal.
b. Identitas yang tercantum pada gelang pasien tidak mudah terhapus atau sifatnya
permanen.
c. Jenis gelang juga harus nyaman ketika dipakai oleh pasien,dan berbahan lentur tanpa
melukai tangan pasien.

C. IDENTIFIKASI PADA BAYI BARU LAHIR


Dalam penanganan identifikasi pada bayi baru lahir maka perlu dibuatkan prosedur yang
benar dengan tujuan memberi kejelasan,danmenerangkan langkah identifikasi bayi baru lahir agar
tidak terjadi bayi tertukar atau hilang dan kesalahan dalam pemberian pelayanan. Adapun
prosedur tetapnya sebagai berikut :
1. Prosedur Indetifikasi bayi baru lahir
a. Setelah bayi lahir, bila keadaan ibu/bayi memungkinkan segera disusulkan pada ibu dan
ditunjukkan keadaan dan jenis kelamin bayi oleh petugas penolong kelahiran bayi.
b. Bayi lahir dirumah sakit dibuat nomor rekam medis baru.
c. Tulis tanggal dan jam lahir, jenis kelamin, panjang bayi, berat bayi, ciri-ciri yang ada,
nama ibu, nama ayah, alamat serta anak ke.....
d. Beri gelang bayi yang berisi identitas, nama ibu, berat bayi, dan panjang bayi serta no.
Reg gelang bayi.
e. Gelang tersebut dipasang pada pergelangan tangan kanan bayi.
f. Gelang merah untuk bayi perempuan dan gelang biru untuk bayi laki-laki.
g. Pada RM.20 dibubuhkan :
 Cap ibu jari tangan kanan ibu.
 Cap ibu tangan kiri bayi.
 Cap kedua telapak kaki bayi.
 Dan terisi secara lengkap dan benar
h. Dibox tempat bayi diruang perinatologi dipasang kartu identitas yang meliputi : nama
bayi/ibu, berat badan, hari/ tanggal/jam lahir, jenis kelamin.
i. Pada waktu penderita pulang, ibu (keluarga yang mewakili) agar menandatangani
pernyataan penyerahan bayi disaksikan oleh petugas yang menyerahkan.

2. Lembar identifikasi bayi baru lahir ( RM.20)


Seorang bayi haruslah dianggap sebagai individu yang mempunyai catatan tersendiri
dan seyogyanya catatan tersebut disimpan dalam berkas masing-masing terpisah dengan
berkas rekam medis ibunya. Karena itu merupakan hal yang penting untuk mengetahui semua
keterangan pengenal bayi yang termuat pada berkas rekam medis bayi. Salah satu
pengidentifikasian pada bayi baru lahir adalah dengan membuat atau mencatat secara
lembaran identifikasi bayi baru lahir secara lengkap, benar dan jelas pada setiap elemen
komponen lembaran tersebut. Adapun prosedur tetap dalam pengisian lembar identifikasi bayi
baru lahir, antara lain :
a. Kolom nama ibu, nama ayah dan nomr rekam medik ibu diisi dengan lengkap, benar, dan
mudah dibaca
b. Kolom nama bayi diisi nama ibu ( By Ny ................ )
c. Kolom No. RM diisi dengan nomor rekam medis bayi
d. Kolom dokter / bidan penolong diisi sesuai dengan dokter / bidan yang menolong
e. Tanggal lahir bayi, jam, dan jenis kelamin diisi pada kolom yang tersedia dengan benar
jelas dan terbaca
f. Warna kulit diisi sesuai dengan warna kulit bayi
g. Berat badan dan panjang badan diisi oleh bidan sesuai dengan pengukuran
h. Kolom cap jari tangan kanan ibu diisi dengan cara menempelkan ibu jari tangan kanan
ibu ke bak busa yang telah diberi tinta cap kemudian ibu jari tangan kanan tersebut
ditempelkan pada kolom yang tersedia
i. Kolom tanda tangan dan nama terang ibu diisi dengan cara ibu membubuhi tanda tangan
dan menulis nama terang pada kolom yang tersedia
j. Kolom cap telapak kaki kanan bayi diisi dengan cara menempelkan telapak kaki kanan
bayi ke bak busa yang sudah diberi tinta cap kemudian telapak kaki kanan bayi tersebut
ditempelkan pada kolom yang tersedia
k. Kolom cap telapak kaki kiri bayi diisi dengan cara menempelkan telapak kaki kiri bayi ke
bak busa yang sudah diberi tinta cap kemudian telapak kaki kiri bayi tersebut ditempelkan
pada kolom yang tersedia
l. Kolom tanda tangan orang yang menentukan jenis kelamin, tanda tangan dokter / bidan,
tanda tangan perawat kamar bersalin dan tanda tangan perawat ruang bayi diisi nama dan
ditandatangani semua sesuai kolom yang tersedia
m. Pengecekan nomor pada gelang bayi dan nomor pengenalnya dilakukan oleh ibu bayi
dan perawat atau bidan yang bertugas waktu itu dengan menandatangani serah terima
antara perawat / bidan dengan ibu bayi tersebut pada kolom surat pernyataan waktu
pulang
n. Pada isian kontak menyusui, rawat gabung, pemberian ASI, pemberian susu formula,
cairan lain diisi sesuai dengan hasil pengawasan perawat / bidan pada bayi tersebut.

D. IDENTIFIKASI PADA PASIEN TIDAK SADAR


Dalam pemenuhan tujuan sasaran keselamatan pasien (pasien safety) pada sasaran
pertama yaitu ketetapan identifikasi pasien juga harus melihat kondisi pasien tersebut guna
mencegah kesalahan dalam penanganan pada pasien. Kesalahan identifikasi pasien bias terjadi
pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorentasi, tidak sadar.
Maka UPTD Puskesmas Rawat Inap Cijaku membuat prosedur tetap dalam penanganan
identifikasi pasien yang datang dengan kondisi tidak sadar, sebagai contoh meninggal,
kecelakaan, koma/pingsan/terbius. Adapun prosedur tetapnya sebagai berikut ;
1. Identifikasi pasien meninggal,prosedurnya meliputi ;
 Jenazah diidentifikasi oleh dokter pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan luar dicatat
pada lembar gawat darurat (RM 1A).
 Pemeriksaan luar yang dimaksud pada poin 1 memuat hal-hal yang merupakan keadaan
umum yang ada pada jenazah serta menemukan penanda-penanda tertentu yang
merupakan ciri-ciri fisik secara khusus yang ditemukan pada saat pemeriksaan.
 Berikan nomor rekam medis
 Nama pasien ditulis NN.
 Koordinasikan dengan pihak kepolisian untuk menghubungi keluarga.
 Data sosial pasien ditulis menunggu sampai ada keluarga yang datang.
 Buatkan surat kematian rangkap dua, lembar pertama untuk disimpan sebagai rekam
medis, rangkap dua digunakan untuk keluarga pasien.
.
2. Identifikasi pasien kecelakan, prosedurnya meliputi ;
 Pasien dibuatkan rekam medis IGD dan diberi nomor rekam medis dengan dicatat tentang
:
- Identitas pasien meliputi :
Nama, Umur, Agama, Jenis Kelamin, status Perkawinan, Alamat, Pekerjaan dan
Nomor Telepon.
- Identitas pengantar meliputi :
Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan dan Nomor Telepon.
- Kejadian meliputi :
Tempat, waktu kejadian, Macam kendaraan yang telah menyebabkan kecelakaan.
 Pada pasien tak sadar barang miliknya dicatat dan diamankan untuk diserahkan pada
keluarganya dengan identitas lengkap penerima barang tersebut.
 Dibuatkan berita acara.
 Pasien yang tak ada pengantarnya atau diantar oleh orang lain agar dilaporkan ke
kepolisian terdekat.

3. Identifikasi pasien tak sadar pada saat dirawat di Puskesmas.


 Sebelum memberikan penangan, perawat/dokter harus menemukenali pasien dengan cara
melihat gelang pasien dan rekam medis pasien.
 Menganamnesa keluarga pasien bahwa benar pasienlah yang akan diberikan penanganan.
 Perawat harus benar-benar cermat dan teliti sebelum memberikan penanganan pada
pasien.
 Catatlah segala kegiatan pemeriksaan,pengobatan ataupun tindakan pada lembara rekam
medis secara lengkap, benar dan jelas dan diberi nama terang dan tanda tangan.

BAB III
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
DENGAN MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN INSIDEN

Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka harus dirancang proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitoring dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien. Dengan cara membangun komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang
keselamatan pasien di rumah sakit.Dalam memonitoring system tersebut maka harus ada pelaporan
dilaporkan setiap bulannya tentang insiden kejadian tidak diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera
(KTC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC).
Pelaporan insiden adalah suatu system untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran. Dengan adanya pelaporan tersebut maka
rumah sakit mampu mengevaluasi sejauh mana tingkat kesukesan system identifikasi pasien ini
diterapkan.
BAB IV
PENUTUP

Telah disusun Pedoman Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien diPuskesmas Rawat Inap
Cijaku yang dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi seluruh petugas identifikasi dalam
memberikan pelayanan,pengobatan dan tindakan, dengan tujuan mencegah kesalahan pemberian
penanganan pada pasien sehingga meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan meningkatkan
spesifik dalam keselamatan pasien.

Pedoman Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien ini masih perlu untuk disempurnakan,
oleh sebab itu diharapkan partisipasi dari berbagai pihak untuk ikut memberikan sumbang saran demi
perbaikan dan penyempurnaan system ini.

Harapan kami pedoman ini dapat menjadi alat bagi Puskesmas Rawat Inap Cijaku dalam
upaya meningkatkan keselamatan pasien. Semoga Allah Subhanahu wata’ala selalu meridhloi dan
memberi petunjuk pada setiap langkah kegiatan kita.

Kepala
UPTD Puskesmas Rawat Inap Cijaku Cijaku

Susilo Supriyanto, S.IP


NIP. 19690920 199101 1 001

Anda mungkin juga menyukai