DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP CIJAKU
Jl. Sukamaju - Pasarkupa Km.01, Desa Cijaku, Kecamatan Cijaku Kode Pos 42395
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM IDENTIFIKASI PASIEN UPTD PUSKESMAS
RAWAT INAP CIJAKU
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di : Cijaku
Pada Tanggal : 4 Januari 2022
SUSILO SUPRIYANTO
LAMPIRAN 1
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP CIJAKU
NOMOR : 440/………/SK/PKM-CJK/II/2023
TENTANG : TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM IDENTIFIKASI PASIEN UPTD
PUSKESMAS RAWAT INAP CIJAKU.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselematan Pasien Puskesmas
pada Bab IV Sasaran Keselamatan Pasien Puskesmas pasal 8, berbunyi ayat (1) Setiap rumah
sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan pasien, ayat (2) Sasaran
Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tercapainya hal-hal sebagai
berikut : Ketepatan identifikasi pasien, Peningkatan komunikasi yang efektif, Peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi, Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan Pengurangan resiko pasien
jatuh.
Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit,
maksud dari sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan
pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari consensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.
Diakui bahwa desain system yang baik secara intrinsik adalah memberikan pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran umum diifokuskan pada solusi-solusi
yang menyeluruh..dari keenam sasaran keselamatan pasien point pertama sasaran tersebut adalah
ketepatan identifikasi pasien, maka rumah sakit harus mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki / meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Maksud dan tujuan ketepatan identifikasi pasien adalah kesalahan karena keliru dalam
mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hamper semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan.
Kesalahan identifikasi pasien bias terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi,
mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit, adanya
kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali
pengecekan yaitu; pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap
individu tersebut, maka Puskesmas perlu membuat kebijakan dan atau prosedur secara kolaboratif
dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan specimen
lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang
pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien. Nomor
kamar pasien atau lokasi tidak bias digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan atau prosedur
juga menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di rumah sakit seperti
di pelayanan rawat jalan, unit pelayanan gawat darurat atau ruang operasi termasuk identifikasi
pasien pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk
mengembangkan kebijakan dan atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi
untuk dapat diindentifikasi.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Rekam Medis
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselematan Pasien Puskesmas
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 749a/MENKES/PER/XII/1989
tentang Rekam Medis/Medical Records
5. Surat Keputusan Dirjen Pelayanan Medis No. 78/Yan. Med/ RS UM/YMU/I/1991 tentang
Penyelenggaraan Rekam Medis
6. Keputusan Dirjen Pelayanan Rekam Medis Nomor MK 0006/1400744 tentang Pedoman
Sistem Pencatatan Rumah Sakit
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya,sehingga mempermudah
dalam proses pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien yanSg datang berobat dan
mencegah kesalahan dan kekeliruan dalam proses pemberian pelayanan ,pengobatan tindakan
atau prosedur.
2. Tujuan Khusus
a. Mencegah Kesalahan atau kekeliruan pemberian pelayanan di unit rawat jalan, rawat
darurat, dan ruang operasi.
b. Mencegah Kesalahan atau kekeliruan sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
c. Mencegah Kesalahan atau kekeliruan sebelum mengambil darah dan specimen lain untuk
pemeriksaan klinik.
d. Mengarahkan pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada semua situasi dan
lokas.
D. SASARAN
Sesuai dengan tujuan pelaksanaan ketepatan identifikasi yakni untuk membedakan pasien
satu dengan pasien yang lainnya dan mencegah kesalahan dan kekeliruan dalam proses pemberian
pelayanan pengobatan tindakan / prosedur. Maka sasaran identifikasi pasien tersebut dikaitkan
dengan pencapaian tujuan tersebut.
Sasaran ketepatan identifikasi adalah
1. Bayi baru lahir
2. Pasien sadar
3. Pasien tidak sadar ( kasus kecelakan, meninggal, koma )
4. Pasien rawat jalan,rawat darurat, rawat inap.
5. Pasien pada saat sebelum pemberian tindakan operasi.
6. Pasien pada saat sebelum pemberian obat
7. Pasien pada saat sebelum pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis
8. Pasien pada saat sebelum pemberian diet pasien.
E. RUANG LINGKUP
Dalam rangka mewujudkan keselamatan pasien (pasien safety) di UPTD Puskesmas
Rawat Inap Cijaku maka perlu disusun Pedoman-pedoman sebagai acuan petugas Puskesmas
dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu pedoman yang dibuat adalah pedoman pelaksanaan
system identifikasi pasien dengan tujuan sebagai acuan petugas identifikasi pasien secara benar
dan tepat dalam memberikan pelayanan pengobatan atau tindakan. Sehingga mencegah kesalahan
dalam penanganan pasien. Petugas identifikasi meliputi Keperawatan, Front Office, Rekam
Medis, Dokter, Farmasi, Rehab Medik, Penunjang Medik.
F. PENGERTIAN
1. Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas yang berdasarkan Surat Keputusan Bupati atau
Walikota menjalankan fungsi perawatan dan untuk menjalankan fungsinya diberikan
tambahan ruang dan fasilitas rawat inap yang sekaligus merupakan pusat rujukan antara.
2. Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa pencegahan kecacatan lebih lanjut.
3. Dalam Pereturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
tentang rekam medik disebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan pada pasien.
4. Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang mencakup nomor
rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan antara pasien satu
dengan pasien yang lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan
atau prosedur kepada pasien.
5. Pasien adalah setiap orang yang melakukan yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan , secara langsung dan tidak langsung
di rumah sakit.
BAB II
PELAKSANAAN SISTEM IDENTIFIKASI
A. PEMBERIAN IDENTITAS PASIEN
1. Sistem Penamaan Pasien
Sistem penamaan dalam pengidentifikasi pasien adalah tata cara penulisan nama seseorang
yang bertujuan untuk membedakan satu pasien dengan pasien lain dan untuk memudahkan
dalam pengindeksan data base pasien sebagai Indeks Utama Pasien (IUP) secara
komputeriasi. Sistem penamaan yang digunakan di UPTD Puskesmas Rawat Inap Cijaku
adalah dengan memberikan identitas kepada seorang pasien serta membedakan antara pasien
satu dengan pasien lainnya, sehingga mempermudah / memperlancar di dalam memberikan
pelayanan rekam medis kepada pasien yang datang berobat ke UPTD Puskesmas Rawat Inap
Cijaku. Prinsip utama yang harus ditaati oleh petugas identifikasi khususnya petugas
admissionadalah :
a. Nama pasien sendiri terdiri dari satu suku kata atau lebih
b. Penulisan nama sesuai dengan KTP/SIM/PAPSOR yang masih berlaku
c. Untuk keseragaman penulisan nama pasien digunakan ejaan baru yang disempurnakan
dengan menggunakan huruf cetak/capital.
d. Tidak diperkenankan adanya pencantuman title/jabatan/gelar
e. Perkataan Tuan, Saudara, Bapak, tidak dicantumkan dalam penulisan nama pasien
f. Apabila pasien berkewarganegaraan asing maka penulisan namanya harus disesuaikan
dengan paspor yang berlaku di Indonesia
g. Bila seorang bayi baru lahir hingga saat pulang belum mempunyai nama, maka penulisan
namanya adalah Bayi Ny. Xxx
h. Tulisan harus jelas dapat terbaca oleh orang lain dan tidak ada penghapusan Tip Ex jika
terjadi kesalahan pembetulannya diberi paraf dan tulisan yang diubah masih dapat dibaca.
i. Penulisan nama menggunakan nama asli pasien bukan nama samaran atau panggilan.
Nomor rekam medis perlu dipersiapkan dan diatur pendistribusiannya agar tidak
terjadi kerancuan atau penggandaan pemberian nomor, yang bertujuan untuk mengetahui
nomor rekam medis yang telah digunakan dan menghindari nomor yang ganda. Adapun
prosedur tetapnya adalah :
a. Nomor sudah disiapkan oleh petugas bank nomor.
b. Setiap pasien baru berkunjung petugas mencatat nomor pada buku bank nomor.
c. Setelah pergantian shift dilaporkan sampai nomor berapa yang telah terpakai.
Untuk Bayi baru lahir mempunyai nomor rekam medis tersendiri yang bertujuan agar
tidak terjadi kesalahan pada penomoran, ketentuannya adalah bayi baru lahir mempunyai
nomor rekam medis tersendiri tidak disamakan dengan nomor rekam medis ibunya.
Sistem penomoran yang digunakan di unit Rekam Medis Puskesmas Rawat Inap
Cijakumempergunakan nomor “ Unit Numbering System “ yaitu pada saat seorang penderita
berkunjung pertama kali ke Puskesmas apakah sebagai penderita berobat jalan ataupun untuk
dirawat, kepadanya diberikan satu nomor (Admitting Number) yang akan dipakai selamanya
untuk kunjungan seterusnya, sehingga rekam medis penderita tersebut hanya tersimpan
didalam satu berkasdibawah satu nomor. Satu problem yang biasa sering timbul dalam sistem
unit adalah bertambahnya satu rekam medis satu rekam medis menjadi berjilid-jilid karena
seringnya penderita tersebut mendapatkan pelayanan (dirawat) di Puskesmas. Dalam
penanganan dokumen rekam medis yang terlalu tebal, ketentuannya sebagai berikut :
a. Pada dokumen rekam medis yang terlalu tebal maka dibuatkan jilid yang baru
b. Pada saat dokumen rekam medis di jilid maka harus dibuatkan catatan nomor jilid dan
jumlah jilidnya, missal : Jilid 1 dari 2, Jilid 2 dari 2.
c. Dokumen yang dijilid masih menggunakan nomor rekam medis yang sama.
Indeks utama pasien di UPTD Puskesmas Rawat Inap Cijaku sudah menggunakan
system informasi manajemen rumah sakit (SIM RS) yang data dasar pasien diperoleh dari
petugas admission dan disimpan pada data base computer yang setiap harinya data tersebut di
back up melalui media penyimpanan lain. dengan adanya system komputeritasi memudahkan
dalam proses pelayanan dan perolehan data data dasar pasien secara cepat, efesien dan efektif.
Bila seorang pasien berganti nama, pekerjaan, ataupun alamat maka petugas pendaftaran
harus segera merubah data tersebut agar selalu menghasilkan data yang up to date.Yang
dimaksud dengan penyimpanan IUP adalah penyimpanan data pasien yang berisikan nama,
nomor rekam medis, umur, alamat dan identitas lain yang disimpan dalam data base komputer
dengan sistem alfabert agar nomor rekam medis dapat ditemukan pada saat pasien tidak
membawa kartu berobat. Yang bertujuan memudahkan pencarian status apabila pasien lama
kehilangan / tidak membawa kartu berobat.
4. Indeks Penyakit
Yang dimaksud adalah indeks tentang jenis penyakit tertentu yang telah ditetapkan
diagnosis penyakitnya oleh dokter dan kode diagnosis penyakitnya oleh rekam medis. Indeks
penyakit di Puskesmas Rawat Inap Cijaku menggunakan indeks penyakit rawat jalan dan
rawat inap.
Indeks peyakit dibuat oleh petugas koding dan indeksing dengan ketetuan penulisan :
Satu kartu untuk satu jenis penyakit
Setiap nama penyakit diikuti dengan penulisan kode ICD 10
5. Indeks Operasi
Disebut juga indeks tindakan atau indeks prosedur medis yaitu indeks tentang
tindakan medis tertentu sesuai dengan tindakan yang dilakukan dokter pada pelayanan rawat
jalan maupun rawat inap.
Indeks operasi yang ada di Puskesmas Rawat Inap Cijakuhanya menggunakan indeks operasi
rawat inap, yang dibuat oleh petugas koding dan indeksing dengan ketentuan penulisan :
Satu kartu untuk satu jenis operasi
Setiap nama operasi diikuti dengan penulisan Kode ICD 9.
6. Indeks Kematian
Adalah indeks tentang sebab kematian penyakit tertentu sebagai hasil pelayanan
pasien di rawat jalan, gawat darurat atau rawat inap. Indeks ini di Puskesmas Rawat Inap
Cijaku digunakan dengan tidak dipisahkan antara indeks kematian rawat jalan dan rawat inap.
Indeks kematian dibuat oleh petugas koding dan indeksing dengan ketentuan penulisan :
Satu kartu untuk satu jenis operasi
Setiap sebab kematian diikuti dengan penulisankode ICD 10.
Dalam mewujudkan pencapaian ketepatan identifikasi pada pasien guna mencegah kesalahan dan
kekeliruan pemberian pelayanan atau pengobatan maka perlu diadakan Langkah - langkah untuk
tercapainya tujuan tersebut. Salah satu langkah dalam mewujudkan ketepatan identifikasi pasien
adalah dengan cara memberikan gelang pada setiap pasien dengan kriteria tertentu. Dengan
adanya pemberian gelang pasien maka akan memudahkan dan mencegah terjadinya kesalahan
pada petugas pemberi pelayanan. Gelang pasien juga harus memiliki berbagai warna yang
disesuaikan dengan jenis kelamin dan kondisi derajat kesehatan pasien. Setiap petugas rumah
sakit harus memahami maksud warna gelang tersebut, guna mencegah terjadinya angka kejadian
yang tidak diharapkan. Kriteria pada gelang gelang pasien tersebut meliputi antara lain
BAB III
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
DENGAN MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN INSIDEN
Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka harus dirancang proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitoring dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien. Dengan cara membangun komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang
keselamatan pasien di rumah sakit.Dalam memonitoring system tersebut maka harus ada pelaporan
dilaporkan setiap bulannya tentang insiden kejadian tidak diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera
(KTC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC).
Pelaporan insiden adalah suatu system untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran. Dengan adanya pelaporan tersebut maka
rumah sakit mampu mengevaluasi sejauh mana tingkat kesukesan system identifikasi pasien ini
diterapkan.
BAB IV
PENUTUP
Telah disusun Pedoman Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien diPuskesmas Rawat Inap
Cijaku yang dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi seluruh petugas identifikasi dalam
memberikan pelayanan,pengobatan dan tindakan, dengan tujuan mencegah kesalahan pemberian
penanganan pada pasien sehingga meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan meningkatkan
spesifik dalam keselamatan pasien.
Pedoman Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien ini masih perlu untuk disempurnakan,
oleh sebab itu diharapkan partisipasi dari berbagai pihak untuk ikut memberikan sumbang saran demi
perbaikan dan penyempurnaan system ini.
Harapan kami pedoman ini dapat menjadi alat bagi Puskesmas Rawat Inap Cijaku dalam
upaya meningkatkan keselamatan pasien. Semoga Allah Subhanahu wata’ala selalu meridhloi dan
memberi petunjuk pada setiap langkah kegiatan kita.
Kepala
UPTD Puskesmas Rawat Inap Cijaku Cijaku