Anda di halaman 1dari 32

RS GADING MEDIKA

Kesembuhan Dan Kepuasan Anda Adalah Kebanggaan Kami


Jl. Citandui No. 34 Lingkar Barat Kota Bengkulu Kode Pos 38221
Telp. (0736) 5500938 E-mail : gadingmedikars@gmail.com

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT GADING MEDIKA

NOMOR: 11/SK-DIR/RSGM/XV/JAN/2022

Tentang

SISTEM RUJUKAN PASIEN DENGAN KASUS STUNTING DAN WASTING

DI RUMAH SAKIT GADING MEDIKA

DIREKTUR RUMAH SAKIT GADING MEDIKA

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu dan pelayanan pasien khususnya


untuk mendapatakan perawatan dan pengobatan lebih lanjut ke
sarana pelayanan yang lebih lengkap, atau untuk memperoleh
pelayanan diagnostik yang lebih cepat maka perlu memberlakukan
panduan tentang sistem rujukan dengan kasus stunting dan wasting di
Rumah Sakit Gading Medika

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a, perlu menetapkan Sistem Rujukan dengan kasus Stunting
dan Wasting melalui keputusan Direktur RS Gading Medika.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;

2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga


Kesehatan;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986


tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik;

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333/ MENKES/ SK/ XII/


1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/ MENKES/ SK/ II/ 2009


tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang


Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan

9. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan


Ri Jakarta 2012 Tentang Pedoman Sistem Rujukan Nasional
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GADING MEDIKA TENTANG


SISTEM RUJUKAN DENGAN KASUS STUNTING DAN WASTING DI
RUMAH SAKIT GADING MEDIKA

KESATU : Memberlakukan Sistem Rujukan dengan kasus Stunting dan Wasting di


Rumah Sakit Gading Medika sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.

KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
bahwa apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diperbaiki kembali sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Bengkulu

Pada tanggal : 15 Januari 2022


LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GADING MEDIKA
Nomor : 11/SK-DIR/RSGM/XV/JAN/2022
Tanggal : 15 Januari 2022
Tentang : Panduan Sistem Rujukan dengan
kasus Stunting dan Wasting di Rumah Sakit Gading
Medika

PANDUAN SISTEM RUJUKAN DENGAN KASUS STUNTING DAN WASTING

DI RUMAH SAKIT GADING MEDIKA

RUMAH SAKIT GADING MEDIKA

Jl. Citandui No. 34 Lingkar Barat Kota Bengkulu 38221

Telp. (0736) 5500938 e-mail : gadingmedikars@gmail.com

TAHUN 2022
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................................................ 2
1.3 Dasar Hukum ..................................................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup................................................................................................................... 2
1.5 Batasan Operasional ......................................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................................................................... 4
TATA LAKSANA.......................................................................................................................... 4
2.1 Sistem Informasi Rujukan .................................................................................................. 4
2.2 Kegiatan rujukan meliputi pengiriman ................................................................................ 4
2.3 Pembagian wewenang & tanggungjawab .......................................................................... 5
A. Persiapan Rujukan ........................................................................................................ 5
B. Pendampingan Pasien Selama Transfer/rujukan........................................................... 6
C. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama
Transfer/rujukan,kompetensi staf yang melakukan monitor sesuai dengan kondisi pasien. .. 8
D. Pemantauan obat-obatan dan peralatan selama transfer pasien kritis ........................ 10
E. Kriteria Pasien yang dirujuk ......................................................................................... 12
F. Penanggung jawab pelayanan rujukan, Transportasi rujukan...................................... 12
BAB III ....................................................................................................................................... 13
ALUR RUJUKAN DETEKSI DINI MASALAH PERTUMBUHAN ANAK ...................................... 13
3.1 Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Anak ..................................................................... 13
A. Penimbangan Berat Badan (BB): ................................................................................... 14
B. Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) ............................................. 14
2.2 Pelaksanaan Deteksi Dini dan Rujukan Kasus ................................................................. 15
BAB IV ...................................................................................................................................... 18
ALUR DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA STUNTING DAN WASTING ................................... 18
BAB V ....................................................................................................................................... 22
DOKUMENTASI ........................................................................................................................ 22
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan
inahNya sehingga penyusunan Panduan Sistem Rujukan dengan kasus Stunting dan Wasting
dapat terselesaikan. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 29
menyebutkan bahwa Rumah Sakit berkewajiban untuk mematuhi hak pasien dan
mengedepankan kepuasan pasien. Oleh sebab itu disusunlah Panduan Sistem Rujukan untuk
kasus Stunting dan Wasting yang bertujuan untuk mengatur sistem rujukan pelayaan di Rumah
Sakit Gading Medika Bengkulu.
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaran pelayanan kesehatan
yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal. Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional lain yang
lebih ahli. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan
masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan timbal balik secara vertikal maupun
horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan
kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (Permenkes 922
tahun 2008).
Akhir kata semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi seluruh tenaga medis dalam
memberikan pelayanan yang aman dan bermutu menuju kepuasan pasien, Kritik dan Saran
yang membangun sangat kami harapapkan untuk perbaikan sehingga akan menambah
kesempurnaan penyusunan panduan dimasa mendatang.

Bengkulu, 15 Januari 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat perlu


melakukan penataan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berjenjang dan
berkesinambungan melalui mekanisme alur rujukan yang efektif dan efisien, serta
berpedoman kepada sistem rujukan pelayanan kesehatan dan sistem rujukan pelayanan
kesehatan perlu diatur di dalam sebuah Peraturan sebagai pedoman bagi petugas
kesehatan, penjamin dan masyarakat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan, kewenangan pelayanan, serta mengoptimalkan sumber daya
yang dimiliki.
Penataan penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui pengaturan sistem rujukan
merupakan upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang dilakukan secara berjenjang,
berkesinambungan, efektif dan efisien. Dengan penataan sistem rujukan, masyarakat akan
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kebutuhan masing-masing
individu. Pengaturan sistem rujukan dimaksudkan untuk meminimalisir ketidaktepatan
tingkat pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan yang menyebabkan biaya tinggi di dalam
pemeliharaan kesehatan. Untuk memberikan tingkat pelayanan kesehatan yang sesuai
tersebut maka jenjang rujukan perlu diatur dan dilaksanakan secara baik. Dengan
pengaturan tersebut fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan dapat memberi pelayanan
terbaik dan cepat memberi penanganan terhadap pasien atau mengirim pasien ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
Rumah Sakit adalah lembaga pelayanan kesehatan yang menyelenggarkan
pelayanan kesehatan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, bidan, ahli gizi
dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Stunting dan Wasting adalah salah satu program priotitas nasional yang dijalankan
Rumah Sakit, dimana program pencegahan stunting ini terdiri dari kegiatan pelayanan gizi
di dalam gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat
berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan gizi di rumah sakit adalah
pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan
klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di
Rumah Sakit, di perlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status
gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Berdasarkan hasil Riskesdas prelavemsi balita stunting di Indonesia mengalami
penurunan dari 37,2% (Riskesdas, 2013) menjadi 30,8% (Riskesdas, 2018) dan menjadi
27,67% (SSGBI, 2019). Menurut WHO prevalensi stunting 20% - <30% masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan RPJMN
2020-2024, penurunan stunting tahun 2024 ditargetkan sebesar 14%.
Terjadinya stunting pada umumnya dimulai dari weight faltering (gagal tumbuh), jika
berlanjut tanpa intervensi akan menyebabkan terjadinya gizi kurang dan gizi buruk. Apabila
kekurangan gizi ini berlangsung kronis/lama maka perlambatan pertumbuhan linier dapat
berlanjut menjadi perawakan pendek (stunted) atau sangat pendek (very stunted).

1
Stunting berdampak pada rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Kemampuan belajar yang rendah, produktivitas dan pendapatan yang rendah pada saat
dewasa serta beresiko lebih tinggi menderita penyakit tidak menular pada saat dewasa,
seperti diabetes, obesitas, hipertensi, penyakit kardiovaskular dan osteoporosis.
Sehubung dengan hal tersebut diatas, Rumah Sakit Gading Medika menyusun
Panduan Sistem Rujukan untuk kasus Stunting dan Wasting sebagai acuan bagi Rumah
Sakit yang dapat digunakan dalam upaya Penanganan Stunting dan Wasting.

1.2 Tujuan

1) Tujuan Umum
Rumah sakit melaksanakan pelayanan sebagai pusat rujukan untuk kasus gangguan
gizi yang perlu penanganan lanjut.
2) Tujuan Khusus
a. Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting untuk memastikan kasus,
penyebab, dan tata laksana lanjut oleh dokter spesialis anak.
b. Rumah sakit sebagai pusat rujukan balita gizi buruk dengan komplikasi medis.
c. Rumah sakit dapat melaksanakan pendampingan klinis dan manajemen serta
penguat jejaring rujukan kepada rumah sakit dengan kelas dibawahnya dan Fasilitas
Tingkat Pertama (FKTP) di wilayahnya dalam tata laksana stunting dan gizi buruk.

1.3 Dasar Hukum

1) Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.


2) Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN Tahun 2020-2024
3) Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2019 tentang
Penanngulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit.
5) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
6) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
7) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan,
Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak
8) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang

1.4 Ruang Lingkup

Panduan bagi Rumah Sakit Gading Medika dalam melaksanakan intervensi penurunan
stunting dan wasting terintegrasi mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

1.5 Batasan Operasional

Dibawah ini defnisi operasional dari sejumlah istilah yang digunakan di dalam panduan ini.
1) Drop out : Istilah yang digunakan untuk balita gizi kurang/buruk yang tidak melanjutkan
pengonatan/rawat jalan, yang ditandai dengan absen dua kali berturut-turut

2
2) Edema : Pembengkakan yang disebebkan oleh penimbunan cairan tubuh di bawah kulit
akibat kekuranagn protein yang biasanya terjadi pada punggung kaki (edema minimal),
punggung tangan, atau bila berat ditemukan di seluruh tubuh.

3) Gizi buruk : Keadaan gizi balita yang ditandai oleh satu atau lebih tanda berikut : edema,
minimal pada kedua punggung kaki, BB/PB atau BB/TB kurang dari -3 Standar Deviasi,
lingkar lengan atas (LILA) < 11,5 cm pada balita 6-59 bulan.

4) Gizi kurang : Keadaan gizi balita yang ditandai oleh satu atau lebih tanda berikut : BB/TB
(BB/PB) berada di antara -3 sampai kurang -2 Standar Deviasi, lingkar lengan atas
(LILA) < 12,5 cm sampai 11,5 cm pada balita 6-59 bulan.

5) LILA : Lingkar Lengan Atas, digunakan sebagian indikator untuk gizi buruk, diperoleh
dengan cara mengukur lingkat lengan atas.

6) MTMB : Manajemen Terpadu Bayi Muda (0-2 bulan), meripakan bagian dari MTBS,
suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana bayi muda sehat dan sakit.

7) MTBS : Manajamen Terpadu Balita Sakit adalah pendekatan terpadu dalam tata laksana
balita sakit di fasilitas kesehatan tingkat pelayanan dasar terhadap penyakit pneumonia,
diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif-preventif
(imunisasi, pemberian vitamin A, dan konseling pemberian makan) yang bertujuan
menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi/balita.

8) Pelacakan bayi kurang gizi : Kegiatan penelusuran faktor resiko kasus kekurangan gizi
pada balita di suatu wilayah, dan penemuan kasus lainnya di wilayah tersebut.

9) Pendampingan balita gizi kurang/buruk: Kegiatan penyukuhan dan atau konseling


melalui kunjungan rumah oleh kader terlatih/petugas gizi kepada keluarga yang
mempunyai balita gizi kurang/buruk

10) Pendampingan balita gizi kurang/buruk : Kegiatan penyuluhan dan/atau konseling


melalui kunjungan rumah oleh kader terlatih/ petugas gizi kepada keluarga yang
mempunyai balita gizi kurang/ buruk

11) Prevalensi balita buruk : Persentase balita dengan gizi buruk terhadap seluruh balia gizi
buruk sesuai standar WHO

12) Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) : Setiap orang yang memberikan pelayanan gizi berupa
upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan makanan, dietetik masyarakat, kelompok,
atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan
dietetik dalam rangka mencapai setatus kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau
sakit.

3
BAB II

TATA LAKSANA

Rujukan terhadap pasien dilakukan dalam hal fasilitas pelayanan kesehatan memastikan
tidak mampu memberikan pelayanan yang dibutuhkan pasien berdasarkan hasil pemeriksaan
awal secara fisik atau berdasar pemeriksaan penunjang medis; dan/atau setelah memperoleh
pelayanan keperawatan dan pengobatan ternyata pasien memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

2.1 Sistem Informasi Rujukan

1. Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan dicatat
dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan, yang berisikan
antara lain : nomor surat, tanggal dan jam pengiriman, status jaminan kesehatan yang
dimiliki pasien baik pemerintah atau swasta, tujuan rujukan penerima, nama dan
identitas pasien, resume hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa, tindakan dan
obat yang telah diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang diagnostik, kemajuan
pengobatan, nama dan tanda tangan dokter/bidan yang memberikan pelayanan serta
keterangan tambahan yang dipandang perlu.
2. Informasi rujukan spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan mengisi surat rujukan
spesimen, yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal, status jaminan kesehatan
yang dimiliki, tujuan rujukan penerima, jenis/bahan/asal spesimen, nomor spesimen
yang dikirim, tanggal pengambilan spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta, nama
dan identitas pasien, serta diagnosis klinis. Informasi balasan hasil pemeriksaan bahan
/ spesimen yang dirujuk dibuat oleh pihak laboratorium penerima dan segera
disampaikan pada pihak pengirim dengan menggunakan format yang berlaku di
laboratorium yang bersangkutan.

2.2 Kegiatan rujukan meliputi pengiriman

1. Rujukan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap


a. Prosedur standar merujuk pasien
1) Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja.
2) Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan.
3) Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing
pihak.

b. Prosedur klinis
1) Melakukan anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik
untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
2) Memberikan instruksi tindakan pra rujukan sesuai kasus. Instruksi mencakup
kapan mendapatkan pelayaann yang mendesak.
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas medis / paramedis yang
berkompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.

4
5) Apabila pasien diantar dengan kendaraan puskesmas keliling atau ambulans,
agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di UGD tujuan sampai ada
kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap
atau rawat jalan.
6) Selama proses rujukan secara langsung semua pasien selalu dimonitor dan
kompetensi staf yang melakukan monitor sesuai dengan kondisi pasien.
c. Prosedur Administratif
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2) Membuat catatan rekam medis pasien.
3) Memberi informed consent (persetujuan / penolakan rujukan).
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 lembar pertama dikirim ke tempat
rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai
arsip. Mencatat identitas pasien pada buku regist rujukan pasien.
5) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi
dengan tempat rujukan.
6) Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi
yang bersangkutan.

2.3 Pembagian wewenang & tanggungjawab

1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya


kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut
dokter tersebut tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

A. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah :
1) Melakukan pertolongan pertama dan atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai
indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien
selama pelaksanaan rujukan
2) Persiapan tenaga kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi oleh minimal
dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang kompeten.
3) Persiapan keluarga, beritahu keluarga pasien tentang kondisi terakhir pasien, serta
alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus ikut mengantar
pasien ke tempat rujukan.
4) Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas pasien,
alasan rujukan, tindakan dan obat-obatan yang telah diberikanpada pasien.
5) Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.

5
6) Persiapan Obat, membawa obat-obatan esensial yang diperlukan selama
perjalananmerujuk.
7) Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang memungkinkan
pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan
secepatnya. Kelengkapan ambulance, alat, dan bahan yang diperlukan.
8) Persiapan biaya, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah cukup untuk
membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan.
9) Persiapan donor danar, siapkan kantung darah sesuai golongan darah pasien atau
calon pendonor darah dari keluarga yang berjaga - jaga dari kemungkinan kasus
yang memerlukan donor darah.

Rujukan berupa spesimen atau penunjang diagnostik lainnya dan Rujukan bahan
pemeriksaan laboratorium
a) Pemberi Pelayanan Kesehatan/Petugas Kesehatan wajib mengirimkan rujukan
berupa spesimen atau penunjang diagnostik lainnya jika memerlukan pemeriksaan
laboratorium, peralatan medik/tehnik, dan/atau penunjang diagnostik yang lebih
tepat, mampu, dan lengkap.
b) Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya dapat dikirim dan diperiksa dengan
atau tanpa disertai pasien yang bersangkutan.
c) Jika sebagian spesimen telah diperiksa di laboratorium pelayanan kesehatan asal
laboratorum rujukan dapat memeriksa ulang dan memberi validasi hasil pemeriksaan
pertama.
d) Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan spesimen atau penunjang
diagnostik lainnya wajib mengirimkan laporan hasil pemeriksaan atas spesimen atau
penunjang diagnostik lainnya yang telah diperiksa ke fasilitas pelayanan kesehatan
asal.

B. Pendampingan Pasien Selama Transfer/rujukan


Selama proses rujukan secara langsung semua pasien selalu dimonitor,adapun
proses tersebut adalah :
1) Pasien dengan sakit berat/ kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga
medis.
2) Kebutuhan akan jumlah tenaga medis / petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi/ situasi klinis dari tiap kasus (tingkat / derajat beratnya
penyakit / kondisi pasien).
3) Dokter ruangan (dr DPJP), bertugas untuk membuat keputusan dalam menentukan
siapa saja yang harus mendampingi pasien selama transfer berlangsung.
4) Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan
mengerti akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan
proses transfer.
5) Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dr
Ruangan/DPJP selama proses transfer/rujukan antar-rumah sakit berlangsung.
6) Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan tidak
membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
7) Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ (DNR)

6
8) Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana intervensi
anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
9) Perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat / derajat kebutuhan
perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh dokter Ruangan/DPJP)
a. Derajat 0:
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit/
rumah sakit yang dituju; biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat, atau
paramedis (selama transfer).
b. Derajat 1:
Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang sebelumnya
menjalani perawatan di Intensif Care Unit (ICU); di mana membutuhkan perawatan
di ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan
kritis; dapat didampingi oleh perawat, petugas ambulan, dan atau dokter (selama
transfer).
c. Derajat 2:
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk
penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan
pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh petugas yang
kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter dan perawat / paramedis
lainnya).
d. Derajat 3:
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced respiratory
support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support) dengan
dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-pasien yang
membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ; harus didampingi oleh petugas
yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (biasanya dokter anestesi dan
perawat ruang intensif / UGD atau paramedis lainnya).
10) Saat dokter ruangan/ DPJP di Rumah Sakit Gading Medika tidak dapat menjamin
terlaksananya bantuan / dukungan anestesiologi yang aman selama proses transfer;
pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan risiko terkait
transfer.
11) Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit berat /
kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
12) Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transfer
berlangsung yang berisi nomor telphon Rumah Sakit Gading Medika dan rumah sakit
tujuan.
13) Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.

7
C. Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama
Transfer/rujukan,kompetensi staf yang melakukan monitor sesuai dengan
kondisi pasien.
1) Kompetensi SDM untuk transfer/rujukan intra Rumah Sakit Gading Medika
Pasien Petugas keterampilan yang dibutuhkan Peralatan Utama
pendamping
(minimal)
Derajat 0 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
Keamanan
Derajat 0,5 TPK/ Petugas Bantuan hidup dasar
(orang Keamanan
tua/delirium)
Derajat 1 Perawat/Petugas  Bantuan hidup dasar  Oksigen
yang  Pelatihan tabung gas  Suction
berpengalaman  Pemberian obat-obatan  Tiang infus
(sesuai dengan  Kenal akan tanda deteriorasi portabel
kebutuhan  Keterampilan trakeostomi dan  Pompa infus
pasien) suction dengan baterai
 Oksimetri denyut
Derajat 2 Perawat dan  Semua ketrampilan di atas,  Semua peralatan
Petugas ditambah; di atas, ditambah;
keamanan/ TPK  Dua tahun pengalaman dalam  Monitor EKG dan
perawatan intensif (oksigenasi, tekanan darah
sungkup pernapasan,  Defibrillator
defibrillator, monitor)
Derajat 3 Dokter, perawat, Standar kompetensi dokter  Monitor ICU
dan TPK/ harus di atas standar minimal portabel yang
Petugas Dokter: lengkap
keamanan  Minimal 6 bulan pengalaman  Ventilator dan
mengenai perawatan pasien peralatan transfer
intensif dan bekerja di ICU yang memenuhi
 Keterampilan bantuan hidup standar minimal.
dasar dan lanjut
 Keterampilan menangani
permasalahan jalan napas dan
pernapasan, minimal level ST
3 atau sederajat.
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
Perawat:
 Minimal 2 tahun bekerja di ICU
 Keterampilan bantuan hidup
dasar dan lanjut

8
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)

TRANSFER INTRA-RUMAH SAKIT

1) Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang berpengalaman;


diaplikasikan pada transfer intra- dan antar-rumah sakit
2) Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya.
3) Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.
4) Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen sentral
digunakan selama perawatan di unit tujuan.
5) Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus paham akan
bahaya potensial yang ada.
6) Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien
1. Kompetensi SDM untuk transfer/rujukan antar rumah sakit
Pasien Petugas keterampilan yang Peralatan Utama dan
pendamping dibutuhkan Jenis Kendaraan
(minimal)
Derajat 0 petugas Bantuan hidup dasar (BHD) Kendaraan High
ambulan Dependency Service
(HDS)/ Ambulan
Derajat 0,5 petugas Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/
(orang ambulan dan Ambulan
tua/delirium) paramedic
Derajat 1 Petugas  Bantuan hidup dasar  Kendaraan HDS/
ambulan dan  Pemberian oksigen Ambulan
perawat  Pemberian obat-obatan  Oksigen
 Kenal akan tanda deteriorasi  Suction
 Keterampilan perawatan  Tiang infus portabel
trakeostomi dan suction  Infus pump dengan
baterai
 Oksimetri
Derajat 2 Dokter,  Semua ketrampilan di atas,  Ambulans EMS
perawat,dan ditambah; Mercedes 515
petugas  Penggunaan alat  Semua peralatan di
ambulans pernapasan atas, ditambah;
 Bantuan hidup lanjut  Monitor EKG dan
 Penggunaan kantong tekanan darah
pernapasan (bag-valve  Defibrillatorbila
mask) diperlukan
 Penggunaan defibrillator
 Penggunaan monitor intensif

9
Derajat 3 Dokter, Dokter:  Ambulans lengkap/
perawat, dan  Minimal 6 bulan pengalaman AGD 118
petugas mengenai perawatan pasien  Monitor ICU portabel
ambulan intensif dan bekerja di ICU yang lengkap
 Keterampilan bantuan hidup  Ventilator dan
dasar dan lanjut peralatan transfer
 Keterampilan menangani yang memenuhi
permasalahan jalan napas standar minimal.
dan pernapasan, minimal
level ST 3 atau sederajat.
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
Perawat:
 Minimal 2 tahun bekerja di
ICU
 Keterampilan bantuan hidup
dasar dan lanjut
 Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis
(lengkapnya lihat Lampiran 1)

D. Pemantauan obat-obatan dan peralatan selama transfer pasien kritis


1) Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama proses
transfer.
2) Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya harus sebaik
pelayanan di Rumah Sakit Gading Medika / RS tujuan.
3) Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer
dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain:
a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer
b. EKG continue
c. Pemantauan tekanan darah (non-invasif)
d. Saturasi oksigen (oksimetri denyut)
e. Terpasangnya jalur intravena
f. Terkadang memerlukan akses ke vena sentral
g. Peralatan untuk memantau cardiac output
h. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas
i. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus (untuk mencegah terjadinya
hipotermia atau hipertermia)1
4) Pengukuran tekanan darah non-invasif intermiten, sensitif terhadap gerakan dan tidak
dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup menghabiskan
baterai monitor.
5) Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu (melalui kanula arteri) disarankan.

10
6) Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekanan darah secara
invasif selama transfer (wajib pada pasien dengan cedera otak akut; pasien dengan
tekanan darah tidak stabil atau berpotensi menjadi tidak stabil; atau pada pasien
dengan inotropik).
7) Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling status (status
volume pembuluh darah) pasien sebelum transfer. Akses vena sentral diperlukan
dalam pemberian obat inotropic dan vasopressor.
8) Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien tertentu.
9) Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang
diperlukan, antara lain: (sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di dalam jarum
suntik)
a. Obat resusitasi dasar: epinefrin, anti-aritmia3
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropic
10) Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses
terhadap pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik.
11) Semua infus harus diberikan melalui syringe pumps.
12) Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik.
13) Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di ambulans.
14) Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama transfer.
15) Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.
16) Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat tidak
disambungkan dengan stop kontak/listrik).
17) Baterai tambahan harus dibawa (untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik)
18) Monitor yang portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan dapat
memperlihatkan elektrokardiogram (EKG), saturasi oksigen arteri, pengukuran
tekanan darah (non-invasif), dan temperatur.
19) Pengukuran tekanan darah non-invasif pada monitor portabel dapat dengan cepat
menguras baterai dan tidak dapat diandalkan saat terdapat pergerakan ekternal /
vibrasi (getaran).
20) Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
21) Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses transfer
yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi / obat-obatan.
22) Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana yang
diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus dilengkapi
selama transfer.
23) Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di lembar
pemantauan.
24) Monitor dan pompa harus terlihat sepanjang waktu oleh petugas dan harus dalam
posisi aman di bawah level pasien.

11
E. Kriteria Pasien yang dirujuk
Rencana pemulangan pasien mempertimbangkan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis. Rumah sakit mengidentifikasi organisasi dan individu
penyedia pelayanan kesehatan di lingkungannya yang sangat berhubungan dengan
pelayanan yang ada di ruma h sakit serta populasi pasien. Apabila memungkinkan
rujukan keluar rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik dan badan dari
mana pasien berasal. Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk
dirujuk
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari
1) Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2) Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu
diatasi dan apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
3) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan
harus disertai pasien yang bersangkutan.
4) Mencantumkan terapi sementara.
5) Mencantumkan tindakan yang telah diberikan.
6) Mencantumkan alasan merujuk, apabila memungkinkan rujukan dibuat untuk
pelayanan penunjang.
7) Mencantumkan tanda tangan dokter yang merujuk.
8) Pasien di dampingi tenaga kesehatan saat merujuk kecuali untuk rujukan rawat jalan.
9) Menggunakan ambulance transport kecuali untuk rujukan rawat jalan.
10) Keluarga diberikan intruksi untuk pelayanan bila diperlukan berkenaan dengan kondisi
pasien
11) Memberikan edukasi pada pasien tentang proses rujukan dan instruksi untuk tindak
lanjut diberikan dalam bentuk dan cara yang mudah dimengerti pasien dan
keluarganya serta instruksi mencakup kapan kembali untuk pelayanan tindak lanjut
12) Komunikasi dengan RS yang akan menjadi tujuan rujukan sebelum mengirim pasien
Kecuali untuk rujukan rawat jalan dan kasus gawat darurat KIA.

F. Penanggung jawab pelayanan rujukan, Transportasi rujukan


Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama
perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :
a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan infus,
oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu
b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan ( dokter atau perawat) yang kompeten dan
mahir tindakan kegawat daruratan
c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem komunikasi
d. Petugas Ambulans harus mampu mengoperasionalkan ambulans dengan baik,
mengerti aturan jalan raya dalam mengendalikan ambulans serta memiliki
kemampuan dalam membantu penanganan pasien gawat daruratan.

12
BAB III

ALUR RUJUKAN DETEKSI DINI MASALAH PERTUMBUHAN ANAK

3.1 Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Anak

Deteksi dini gangguan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun


Pelaksanaan dan alat yang digunakan sebagai berikut :

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat & Bahan yang Yang dipantau


digunakan
Keluarga, masyarakat  Orang tua  Buku KIA  Berat badan
 Kader Posyandu  Timbangan dacin
 Timbangan digital
 Alat ukur tinggi
badan/panjang
badan
Puskesmas/Rumah Tenaga kesehatan  Buku KIA  Panjang/Tinggi
Sakit  Dokter  Tabel/Grafik BB/TB Badan
 Bidan  Tabel/Grafik TB/U  Berat Badan
 Perawat  Timbangan  Lingkar kepala
 Ahli Gizi  Alat ukur tinggi
 Tenaga Kesehatan badan/panjang
lainnya badan
 Pita pengukur
lingkar kepala
Penentuan Status Gizi Anak sebagai berikut :
a. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB /TB) untuk menentukan status
gizi anak usia dibawah 5 tahun, apakah normal, kurus, sangat kurus atau gemuk.
b. Pengukuran Panjang Badan terhadap umur atau Tinggi Badan terhadap umur (PB/U
atau TB/U) untuk menentukan status gizi anak, apakah normal, pendek atau sangat
pendek.
Untuk pemantauan pertumbuhan dengan menggunakan berat badan menurut umur
dilaksanakan secara rutin di posyandu setiap bulan. Apabila ditemukan anak dengan berat
badan tidak naik dua kali berturut-turut atau anak dengan berat badan di bawah garis merah,
kader merujuk ke petugas kesehatan untuk dilakukan konfirmasi dengan menggunakan
indikator berat badan menurut panjang badan/tinggi badan. Jadwal pengukuran BB/TB
disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita. Pengukuran dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan atau non kesehatan terlatih. Untuk penilaian BB/TB hanya dilakukan
oleh tenaga kesehatan.

Penentuan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir. Umur
dihitung dalam bulan penuh.
Contoh:
 Anak usia 6 bulan 12 hari umur anak dibualatkan menjadi 6 bulan.
 Anak usia 2 bulan 28 hari, umur anak dibulatkan menjadi 2 bulan.

13
A. Penimbangan Berat Badan (BB):
 Menggunakan timbangan bayi.
a) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau
selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
b) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
c) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
d) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
e) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
f) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
g) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
h) Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengahtengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.
 Menggunakan timbangan dacin
a) Pastikan dacin masih layak digunakan, perikasa dan letakkan banul geser pada
angka nol. Jika ujung kedua paku dacin tidak dalam posisi lurus, maka timbangan
tidak layak digunakan dan harus dikalibrasi.
b) Masukan Balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal mungkin dan
geser bandul sampai jarum tegak lurus.
c) Baca berat badan Balita dengan melihat angka di ujung bandul geser.
d) Catat hasil penimbangan dengan benar
e) Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan Balita dari sarung timbang.
 Menggunakan timbangan injak (timbangan digital).
a) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak.
b) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
c) Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
d) Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
e) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
f) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
g) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

B. Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)


Pengukuran Panjang Badan untuk anak 0 - 24 bulan Cara mengukur dengan posisi
berbaring :
a) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
b) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
c) Kepala bayi menempel pada pembatas angka.
d) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada
pembatas angka 0 (pembatas kepala).
e) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas
kaki ke telapak kaki.
f) Petugas 2 membaca angka di tepi diluar pengukur.
g) Jika Anak umur 0 - 24 bulan diukur berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi
dengan menambahkan 0,7 cm.

14
2.2 Pelaksanaan Deteksi Dini dan Rujukan Kasus

Deteksi dini kasus :


1. Secara aktif, dilakukan oleh :
a. Anggota masyarakat, khusus anggota masyarakat yang terlatih di setiap waktu dan
setiap kesempatan
Kader didampingi oleh petugas kesehatan, melakukan sweeping dan kunjungan rumah
untuk balita yang tidak hadir pada hari Posyandu.
Deteksi dini kasus ini dapat dilakukan dengan :
 Menimbang berat badan balita
 Mengukur lingkat lengan atas (LiLA) balita usia 6-59 bulan dengan menggunakan pita
LiLA berwarna
 Mengidentifikasi balita yang terlihat sama kurus
 Mengidentifikasi kemungkinan adanya pitting edema bilateral
 Mengidentifikasi bayi <6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
Balita yang perlu dirujuk :
 Balita yang terindikasi mengalami hambatan pertumbuhan
 Balita (6-59 bulan dengan LiLA di warna kuning (LiLA 11,5 cm - <12,5 cm) atau warna
merah (<11,5 cm)
 Balita (6-59 bulan) dengan LiLA di warna hijau namun terlihat sangat kurus
 Balita yang teridentifikasi adanya pitting edema bilateral
 Mengidentifikasi bayi <6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
2. Secara Pasif, saat kegiatan pemantauan pertumbuhan di Posyandu dan saat
berkunjung ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes).
Deteksi Dini kasus dengan :
 Mengidentifikasi balita dengan hambaan pertumbuhan atau berisiko hambatan
pertumbuhan menggunakan grafik pertumbuhan anak di KMS dan Buku KIA
 Mengukur lingkar lengan atas (LiLA) balita usia 6-59 bulan dengan menggunakan pita
LiLa berwarna untuk semua balita yang datang ke Posyandu
 Pemeriksaan pitting edema bilateral
 Mengidentifikasi bayi <6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu

15
Balita yang perlu dirujuk :

 Balita teridentifikasi mengalami hambatan pertumbuhan berdasarkan grafik


pertumbuhan anak di KMS dan Buku KIA :
a) Garis Pertumbuhan anak memotong salah satu garis Z-score
b) Garis Pertumbuhan anak meningkat atau menurun secara tajam
c) Garis Pertumbuhan anak terus mendatar, misalna tidak ada kenaikan berat badan
 Balita (6-59 bulan dengan LiLA di warna kuning (LiLA 11,5 cm - <12,5 cm) atau warna
merah (<11,5 cm)
 Balita (6-59 bulan) dengan LiLA di warna hijau namun terlihat sangat kurus
 Balita yang teridentifikasi adanya pitting edema bilateral
 Mengidentifikasi bayi <6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu

Bagan 1. Alur Pemeriksaan Anak Gizi Buruk

16
Bagan 2. Alur Pelayanan Anak Gizi Buruk di Rumah Sakit/Puskesmas Perawatan

17
BAB IV

ALUR DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA STUNTING DAN WASTING

PERAWAKAN PENDEK

 Anamesis
 Pemeriksaan Fisik

 Sesuai Kurva Pertumbuhannya


 Riwayat keluarga : perawakan
pendek atau pubertas terlambat

Tidak Ya

 Usia tulang + Usia Tulang


 Darah lengkap
 LED
 Klinis darah
 Urinalisis
 T4 bebas/TSH
 IGF-1  Riwayat keluarga :  Riwayat keluarga :
 perawakan perawakan
pendek pendek
 Perkembangan  Perkembangan
purbertas normal purbertas
Rasio BB/TB  Usia tulang normal terlambat
 Usia tulang
terlambat

BB/TB Normal BB/U > TB/U BB/U < TB/U

 Penyakit kronis Endokrinopati Malnutrisi


 Gangguan gizi penyakit kronis
 Hipoirodisme
kronis  Inflamantory
 Defisiensi bowel disease
growth  Celiac disease
hormone  Disfungsi ginjal
 Diabetes  Asma
 Thalasemia
melitus, dll
 Penyakit
jantung bawaan

Bagan 3.1 Alogaritma diagnosis dan Tata Laksana dengan perawakan pendek
Sumber : PMK No.66 Tahun 2014 Tentang pemantauan pertumbuhan perkembangan dan gangguan tumbuh
kembang anak.

18
19
20
21
BAB V

DOKUMENTASI
Dokumentasi rujukan pasien meliputi:

1. Pengkajian secara keseluruhan terhadap pasien, menegakkan diagnosa, menyusun


intervensi, melakukan implementasi dan membuat evaluasi akhir dari pelayanan yang
telah kita berikan kepadan pasien tersebut.
2. Mencantumkan pada surat rujukan tentang anamnesa pasien, terapi yang telah diberikan,
pemeriksaan apa yang telah diberkan serta mencantumkan tanda tangan dokter yang
merujuk.
3. Blanko rujukan pasien didokumentasikan dalam Rekam Medis pasien

22
RS GADING MEDIKA
Kesembuhan Dan Kepuasan Anda Adalah Kebanggaan Kami
Jl. Citandui No. 34 Lingkar Barat Kota Bengkulu Kode Pos 38221
Telp. (0736) 5500938 E-mail : gadingmedikars@gmail.com

ALUR SISTEM RUJUKAN UNTUK KASUS STUNTING DAN


WASTING DI RUMAH SAKIT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
08//SPO/RSGM/XV/JAN/2022 00 1/3

Ditetapkan,
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR 15 Januari 2022
OPERASIONAL

PENGERTIAN Suatu prosedur alur sistem rujukan kasus stunting dan wasting di
rumah sakit
TUJUAN Sebagain acuan penerapan langkah-langkah untuk merujuk pasien-
pasien yang ditemukan mengalami stunting dan wasting
KEBIJAKAN Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RS Gading Medika Nomor
11/SK-PED/DIR.RSGM/VII/2022 tentang Sistem rujukan untuk kasus
Stunting dan Wasting di Rumah Sakit
A. Anak dengan kasus stunting baru atau dicurigai stunting atau
kasus stunting lama di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP)
yang tidak mengalami perbaikan setelah dilakukan pendampingan
dirujuk ke RS Gading Medika untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut oleh dokter spesialis anak
PROSEDUR B. Alur Pendaftaran di RS adalah sebagai berikut :
1. Jika anak kondisi stabil :
a. Pasien anak di dampingi oleh orang tua keluarga datang ke
loket pendaftaran
b. Petugas melakukan identifikasi masalah
c. Petugas melakukan pelayanan sesuai hasil pemeriksaan
umpan balik dan dari puskesmas
d. Pasien diperiksa dari poli anak oleh dokter spesialis anak
e. Dokter, perawat dn ahli gizi memeriksa dan melakukan
screening anak yang ditemukan mengalami stunting dan
wasting anak yang ditemukan mengalami stunting dan
wasting dengan kriteria :
1) Balita (6-59 bulan) yang terindikasi mengalami

23
hambatan pertumbuhan, dengan LiLA di warna kuning
(LiLA 11,5 cm - < 12,5 cm) atau warna merah (< 11,5
cm)
2) Balita (6-59 bulan) dengan LiLA di warna hijau namun
terlihat sangat kurus
3) Balita yang terindentifikasi adanya pitting edema
bilateral
4) Bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
5) Pengukuran antropometri TB/U atau PB/U sesuai
kategori WHO yang termasuk ke dalam kategori
stunting dan wasting
f. Petugas melakukan pencatatn ke dalam status rekam
medik pasien
g. Balita dengan satu atau lebih tanda berikut : LiLA antara
11,5 cm sampai dengan <12,5 cm (balita usia 6-59 bulan),
atau pengukuran antropometri TB/U atau PB/U sesuai
kategori WHO yang termasuk ke dalam kategori gizi
kurang, tidak ada edema, diidentifikasi sebagai gizi kurang,
diberikan PMT pemulihan, penimbangan rutin,
edukasi/konseling gizi seimbang sesuai usia anak.
h. Balita dengan satu atau lebih tanda berikut : edema
minimal pada kedua punggung kaki/tangan, LiLA <11,5 cm
(balita usia 6-59 bulan) atau pengukuran antropometri TB/U
atau PB/U sesuai kategori WHO yang termasuk ke dalam
kategori gizi buruk diidentifikasi sebagai gizi buruk, jika
tanpa komplikasi medis, rawat jalan. Jika dengan
komplikasi medis, rawat inap.
i. Balita dengan satu atau lebih tanda berikut : ada edema,
terlalu lemah untuk menyusu, BB tidak naik atau terlalu
lemah untuk menyusu, BB tidak naik atau turun, terdapat
tanda-tanda klinis komplikasi medis, di identifikasi untuk
rawat inap
j. Kasus stunting dan wasting berat yang tidak dapat
ditangani di RS Gading Medika dirujuk ke RS lain yang
tipennya lebih tinggi atau dirujuk sesuai rekomendasikan
dokter spesialis anak
2. Jika anak kondisi tidak stabil :
a. Pasien anak didampingi oleh orang tua/keluarfa diarahkan
langusng ke IGD
b. Perawat melakukan identifikasi maslaah
c. Perawat melakukan pelayanan sesuai hasil pemeriksaan
dan umpan balik dari puskesmas
d. Pasien anak diperiksa di IGD oleh dokter jaga IGD
e. Orang tua/keluarga daftar di loket pendaftaran
f. Dokter dan perawat memeriksa dan memberi terapi anak

24
yang mengalami stunting dan wasting sesuai arahan dari
dokter spesiaslis anak
g. Dokter dan perawat melakukan pencatatan kedalam status
rekam medis pasien
h. Kasus stunting dan wasting berat yang tidak dapat
ditangani di RS Gading Medika dirujuk ke RS lain yang
tipenya lebih tinggi atau dirujuk sesuai rekomendasikan
dokter spesialis anak
UNIT KERJA 1. Instalasi Gizi
2. IGD
3. Ruang Rawat Inap
4. Ruang Rawat Jalan

25
RS GADING MEDIKA
Kesembuhan Dan Kepuasan Anda Adalah Kebanggaan Kami
Jl. Citandui No. 34 Lingkar Barat Kota Bengkulu Kode Pos 38221
Telp. (0736) 5500938 E-mail : gadingmedikars@gmail.com

SISTEM RUJUKAN TERINTEGRASI (SISRUTE)


No. Dokumen No. Revisi Halaman
09/SPO/RSGM/XV/JAN/2022 00 1/2

Ditetapkan,
STANDAR Tanggal Terbit
PROSEDUR 15 Januari 2022
OPERASIONAL

PENGERTIAN Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) adalah merupakan


penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengantur pelimpahan
tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertical maupun horizontal, dimana seluruh proses rujukan
dilakukan secara terintegrasi
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan
rujukan menggunakan aplikasi SISRUTE
KEBIJAKAN Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RS Gading Medika Nomor
11/SK-DIR/RSGM/XV/JAN/2022
PERSIAPAN Alat dan Bahan :
1. Komputer / Laptop
2. Internet
3. Aplikasi SISRUTE
1. Dokter jaga memastikan bahwa pasien harus di Rujuk ke RS
lain dengan penangganan lebih lanjut
2. Petugas melakukan pengentrian data pasien di SIM-RS
3. Petugas membuka alamat web rujukan Rumah Sakit melalui
https://sisrute.kemkes.go.id/
PROSEDUR

4. Petugas melaukan log in dengan memassukan username


dan password

26
5. Petugas mengklik icon rujuk
6. Petugas menginput data pasien yang akan dirujuk (Nomor
RM, Nama, Nomor Kontak, Alamat, Tempat dan tanggal lahir,
No. JKN bila ada), kemudian klik simpan
7. Petugas memilih tujuan rujukan yang akan di tuju setelah
berkoordinasi dengan pasien dan keluarga
8. Petugas memilih tujuan rujukan yang akan dituju setelah
berkoordinasi dengan pasien dan keluarga
9. Petugas menginput Riwayat penyakit dan data-data
penunjang medis yang diperlukan
10. Petugas mengklik simpan / kirim rujukan
11. Petugas menungu konfirmasi ACC dari RS rujukan
12. Jika RS rujukan sudah memberikan izin rujuk, petugas
menghubungi IGD RS rujukan untuk mengabarkan bahwa
pasien di rujuk
13. Kirim pesan dengan menggunakan ambulan dengan
observasi selama perjalanan
14. Serah terima pasien di RS
DIAGRAM ALIR
Dokter memutuskan pasien di rujuk

Petugas melakukan pengentrin data


di SIM-RS

Petugas melakukan pengentrian data


di SISRUTE

Petugas menunggu konfirmasi ACC


rujuk dari RS rujukan

Melakukan konfrimasi ke RS rujukan


via Telepon

Pasien di rujuk dengan Ambulan

Serah terima pasien di RS

UNIT TERKAIT 1. Poli Anak


2. Rawat Inap
3. Instalasi Gizi

27

Anda mungkin juga menyukai