NOMOR: 211/DIR/SK/RSIA-RB/VI/2022
TENTANG
PEDOMAN PENGKAJIAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK RIZKI BUNDA
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK RIZKI
BUNDA TENTANG PANDUAN ASESMEN AWAL MEDIS DAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK RIZKI BUNDA.
KEDUA : Panduan asesmen awal pasien sebagaimana tersebut diatas
terdapat dalam lampiran keputusan ini
KETIGA : Monitoring dan Evaluasi terhadap Penyelenggaraan Asesmen
Awal pasien yang komprehensif dan rutin dilakukan oleh Kepala
Bidang Pelayanan.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku selama dua tahun sejak tanggal
ditetapkannya, dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Panduan “Pengkajian Pasien” ini dengan lancar. Penulisan panduan ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu penilaian akreditasi rumah sakit.
Panduan ini ditulis untuk memperlancar pelayanan yang ada di Rumah Sakit Ibu dan
Anak (RSIA) Rizki Bunda. Penulis berharap, dengan membaca panduan ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita
mengenai Panduan “Pengkajian Pasien”. Panduan ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
Pelaksanaan survei akredotaso rumah sakit tahun 2012 antara lain adalah
dengan telaah rekam medis tertutup mengenai asesmen dan rekam medis
lanjutan. Yang dimaksud dengan telaah rekam medis tertutup adalah analisis
terhadap berkas rekam medis pasien rawat inap yang telah pulang. Pada format
telaah rekam medis tertutup mengenai asesmen dan rekam medis lanujutan
memuat kelompok standar berfokus kepada pasien (APK, AP, PP, PAB, MPO, PPK)
dan kelompok standar manajemen rumah sakit menyediakan pencatatan balik ke
belakang (track record) dari rekam medis.
Proses asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang
pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan kebutuhan pengobatan
berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau pelayanan terencana, bahkan ketika
kondisi pasien berubah (Standar Akreditasi Rumah Sakit, 2012).
Semua proses asesmen pasien tersebut dicatat dalam berkas yang berisi
catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatanyang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh
dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada
pasien dalam rangka pelayanan kesehatan.
1.2 TUJUAN
Adapun maksud penyusunan pedoman agar tersedianya acuan atau panduan
bagi rumah sakit dan seluruh staf medik keperawatan dan professional kesehatan
lain dalam melakukan pengkajian pasien di RSIA Rizki Bunda.
1.3 SASARAN
Semua pasien yang dilayani di RSIA Rizki Bunda.
1. Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial, dan riwayat
kesehatan pasien
2. Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan Radiologi untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien.
3. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
teridentifikasi
Asesmen awal ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, rawat jalan, pasien
unit gawat darurat, dan pasien yang akan menjalani suatu prosedur. Pelaksanaan
panduan ini adalah para tenaga kesehatan yang kompeten sesuai perizinan, undang-
undang dan peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan assesmen (dokter,
perawat, bidan). Semua pasien rawat inap, UGD, dan yang akan menjalani suatu
prosedur harus di assesmen dengan benar saat masuk rumah sakit dan selama masa
perawatannya.
Seluruh data yang diperoleh dalam proses assesmen didokumentasikan dalam rekam
medis pasien
BAB II
DEFINISI
1. Assesmen pasien adalah serangkaian proses penilaian kondisi pasien sejak awal
sebelum masuk rumah sakit, saat di rumah sakit dan menentukan apa
kebutuhan pasien dan jenis pelayanan apa yang harus diberikan.
2. Assesmen rawat jalan adalah assesmen yang dilakukan oleh dokter, perawat
maupun tenaga kesehatan lainnya.pada pasien yang datang untuk mendapatkan
pelayanan rawat jalan
3. Assesmen rawat inap adalah assesmen yang dilakukan oleh dokter, perawat
maupun tenaga kesehatan lainnya pada pasien yang datang dan dilakukan
proses rawat inap
4. Assesmen awal adalah suatu proses assesmen yang dilakukan pada proses awal
pelayanan. Assesmen awal memberikan informasi untuk :
- Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
- Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
- Menetapkan diagnosis awal
- Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya
- Merujuk pasien jika layanan di RSUD Pesanggrahan tidak tersedia
5. Assesmen awal populasi tertentu atau assesmen individu adalah assesmen awal
yang dilakukan pada pasien dengan tipe dan populasi tertentu yang dimodifikasi
sehingga dapat mengidentifikasi kebutuhan pasien dengan tepat.
6. Assesmen lanjut adalah assesmen yang dilakukan pada interval tertentu dalam
menetapkan respon terhadap pengobatan dan untuk merencanakan
pengobatan atau untuk pemulangan pasien. Assesmen lanjut dilaksanakan dan
hasilnya dicatat dalam rekam medis ;
- Pada interval yang regular selama pelayanan (contoh: secara periodik
perawat tanda-tanda vital )
- Setiap hari oleh dokter pada pasien akut
- Sebagai respon terhadap perubahan kondisi pasien yang signifikan
- Bila diagnosis pasien telah berubah dan kebutuhan asuhan memerlukan
perubahan rencana
- Untuk menetapkan apakah obat-obatan dan pengobatan lain telah berhasil
dan pasien dapat dipindah atau dipulangkan.
7. Assesmen khusus adalah assesmen yang lebih mendetail, yang terbatas pada
kebutuhan tertentu yang sebelumnya telah teridentifikasi pada assesmen awal,
dengan melakukan assesmen individual terhadap pasien:
- Anak-anak
- Lanjut usia yang lemah
- Sakit terminal
- Pasien dengan rasa nyeri yang kronis dan intens
- Wanita dalam proses melahirkan
- Pasien dengan infeksi atau penyakit menular
- Pasien yang daya imunnya rendah.
- Pasien hemodialisis
- Pasien dengan tindakan/operasi
8. Assesmen gawat darurat adalah assesmen yang dilakukan oleh dokter dan
perawat pada pasien yang datang dengan kasus gawat darurat
9. Assesmen nyeri adalah assesmen terhadap rasa nyeri yang dirasakan oleh
pasien dengan menggunakan metode dan skala tertentu sesuai keadaan pasien
untuk selanjutnya dilakukan tatalaksana baik non farmakologis maupun
farmakologis
10. Assesmen jatuh adalah assesmen pada pasien untuk menentukan ada tidaknya
risiko jatuh pada pasien dengan metode tertentu dengan tujuan untuk
mencegah kejadian jatuh pada pasien dengan risiko tinggi
11. Assesmen pra anestesi adalah assesmen yang dilakukan oleh perawat dan
dokter spesialis anestesi saat pasien dilakukan pemeriksaan untuk
mempersiapkan tindakan anestesi sebagai bagian dari persiapan tindakan
operasi atau bedah.
12. Assesmen peri operasi kamar bedah adalah assesmen yang dilakukan pada
pasien yang akan dilakukan tindakan bedah baik yang sudah direncanakan
maupun sebagai tindakan darurat (cito).
4. Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial, dan riwayat
kesehatan pasien
5. Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan Radiologi untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien.
6. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
teridentifikasi
Asesmen awal ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, rawat jalan, pasien
unit gawat darurat, dan pasien yang akan menjalani suatu prosedur. Pelaksanaan
panduan ini adalah para tenaga kesehatan yang kompeten sesuai perizinan, undang-
undang dan peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan assesmen (dokter,
perawat, bidan). Semua pasien rawat inap, UGD, dan yang akan menjalani suatu
prosedur harus di assesmen dengan benar saat masuk rumah sakit dan selama masa
perawatannya.
Seluruh data yang diperoleh dalam proses assesmen didokumentasikan dalam rekam
medis pasien
BAB III
TATALAKSANA
Asesmen awal harus dilakukan pada saat kontak pertama dengan pasien. Asesmen
awal hendaknya dilakukan dengan cepat dan hanya memerlukan waktu beberapa detik
hingga satu menit. Asesmen awal yang cepat dan tepat akan menghasilkan diagnosa
awal yang dapat digunakan untuk menentukan penanganan yang diperlukan oleh
pasien.
Asesmen awal dan diagnosa awal menentukan apakah pasien membutuhkan
pelayanan segera-gawat darurat (label merah), sedang-gawat tidak darurat (label
kuning), ringan–darurat tidak gawat atau tidak gawat tidak darurat (label hijau). Selain
itu, asesmen awal dapat membantu menentukan apakah kondisi pasien kritis, tidak
stabil, berpotensi tidak stabil atau stabil.
Asesmen awal dapat membantu menentukan apakah pasien membutuhkan
pelayanan kesehatan gawat darurat, rawat jalan ataupun rawat inap. Sehingga dengan
adanya asesmen awal ini, pelayanan kesehatan terhadap pasien dapat dilakukan secara
optimal.
2. SOSIAL
a. Situasi saat ini dan sejarah perpindahan: Latarbelakang pedesaan atau
perkotaan?Daerah asal? Jika pernah pindah apakah alasannya? Sudah
berapa lama mendiami tempat tinggal saat ini? Bagaimana keeterikatan
klien dengan tempat asalnya? Seberapa sering mengunjungi atau
berhubungan dengan orang disana? Tempat apa yang sangat penting
bagi klien? (dapat menggunakan peta). Kejadian kritis apa yang
menyebabkan dia akhirnya ditempatkan di panti asuhan? Siapa yang
ambil keputusan anak akan masuk ke panti? (kalau diketahui) Bagaimana
Jaringan dukungan saat itu membantu Klien? Apa yang paling disukai
oleh si anak tentang kehidupan sebelum masuk ke panti? Apa yang
paling tidak disukai? Mengapa? Pertanyaan sama tentang kehidupan di
panti jika anak tinggal di panti.
b. Pekerjaan dan Status Keuangan (Orang tua/pengasuh utama/wali):
Apapendapatannya, dari pemerintah atau dari sumber lain yang
diterima oleh klien? Siapa yang bekerja dalam keluarga? Apa
pekerjaannya? Apakah klien mendapatkan penghasilan yang cukup
untuk pemenuhan kebutuhan dasar? Bagaimana caranya mendukung
atau mengatasi masalah sehubungan dengan permasalahan yang
dirancang dalam rencana pelayanan? Apa kesulitan untuk mendapatkan
lebih banyak sumber penghasilan?
c. Hubungan dan Peran dalam Keluarga: Riwayat keluarga dan isu
signifikan yang dihadapioleh keluarga di masa lalu dan saat ini. Termasuk
status perkawinan yang formal dan informal, peran anggota keluarga
dan konflik antar peran, struktur keluarga, kompleksitas latar belakang
budaya dalam keluarga, riwayat perpisahan dalam keluarga, orang-‐
orang yang termasuk dalam keluarga, hubungan keterikatan/kelekatan
klien dengan keluarga atau dengan orang penting lainnya di luar
keluarga? Siapa dan seberapa sering anak berkomunikasi? Peran
anggota keluarga/orang penting lain dalam proses pengasuhan anak dan
perawatan, siapa yang lakukan apa dalam lingkungan keluarga.
d. Keberfungsian sekolah dan keberfungsian dari institusi
lainnya:bagaimana penampilantugas-‐tugas sehari-‐hari, bagaimana
kemampuan menghadapi stress/tekanan, pada setting-‐setting mana
saja pelaksanaan tugas-‐tugas itu berlangsung? Bagaimana keluarga
menjamin akses pendidikan anak-‐anak mereka? Apa saja yang dapat
menyebabkan anak tidak hadir di sekolah, atau proses belajar
terganggu?
e. Keberfungsian Rekan/Teman
Relasi anak dengan teman-‐temannya di kampung/ komunitas asal? Di
sekolah? Di Panti? Di komunitas sekitar panti/sekolah?
3. SPIRITUAL:
Data Spiritual dan Budaya: Apa identitas budaya klien? Apa agama yang
saat inidianutnya? Bagaimana agama menjadi pendukung atau hambatan
bagi klien? Apa sumber inspirasinya? Apa ada sesuatu yang memberi
makna kehidupan bagi klien? Bagaimana pandangan spiritual klien
terhadap situasi dan permasalahan yang dihadapinya serta terhadap masa
depannya?
C. EKONOMI
Asesmen ekonomi dinilai sebagai bagian dari asesmen sosial atau secara terpisah
bila pasien atau keluarganya yang bertanggung jawab terhadap seluruh biaya atau
sebagian dari biaya selama dirawat atau waktu keluar dari rumahsakit. Berbagai
staf yang berkualifikasi memadai dapat terlibat dalam proses asesmen ini. Faktor
terpenting adalah bahwa asesmen lengkap dan tersedia bagi mereka yang merawat
pasien. Asesmen ekonomis dapat dikaji melalui data sosial pasien yang mencakup
pekerjaan dan status pembiayaan (pribadi atau asuransi/perusahaan). Asesmen
psikososial ini dikaji terhadap pasien rawat jalan dan rawat inap dalam asesmen
awal keperawatan
Pada pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan Skala wajah (Wong baker Faces pain
Rating Scale), Numeric Scale, CRIES (pada nenonatus), behavior pain scale.
F. RESIKO JATUH
Asesmen awal resiko jatuh dilakukan dengan m\enggunakan formulir resiko jatuh.
Untuk pasien dewasa menggunakan skala morse dengan penilaian
Keterangan
No Parameter Skrining Jawaban
Nilai
Apakah pasien datang kerumah Salah satu
Ya/Tidak
1 Riwayat Jatuh sakit karena jatuh? jawaban
Jika tidak,apakah pasien
mengalami jatuh dalam 2 bulan Ya/Tidak ya= 6
terakhir ini?
Apakah pasien delirium? Tidak Salah satu
Ya/Tidak
2 Status Mental dapat membuat keputusan, pola jawaban
pikir tidak terorganisir, gangguan
daya ingat ) Ya = 14
Apakah pasien disorientasi? ( salah
Ya/Tidak
menyebutkan waktu,
tempat atau orang )
Apakah pasien mengalami agitasi?
Ya/Tidak
(ketakutan, gelisah, dan
cemas?
Apakah pasien memakai Salah satu
Ya/Tidak
3 Penglihatan kacamata? jawaban
Apakah pasien mengeluh adanya
Ya/Tidak
penglihatan buram? Ya = 1
Apakah pasien mempunyai
Glaukoma? Katarak/ degenerasi Ya/Tidak
makula?
Kebiasaan Apakah terdapat perubahan
Ya/Tidak
4 berkemih perilaku berkemih? ( frekuensi, Ya = 2
urgensi, inkontinensia, nokturia )
Transfer ( dari Mandiri ( boleh memakai alat
5 tempat bantu jalan ) 0 Jumlah nilai
tidur ke kursi Memerlukan sedikit bantuan ( 1
dan kembali orang) / dalam pengawasan 1 transfer
lagi ke tempat Memerlukkan bantuan yang nyata ( dan
tidur) 2 orang) 2 mobilitas.
Tidak dapat duduk dengan
seimbang, perlu bantuan total 3 jika nilai
6 Mobilitas Mandiri ( Boleh menggunakkan alat 0 total 0 - 3
maka skor =
bantu jalan) 0.
berjalan dengan bantuan 1 orang jika nilai
( verbal/ fisik ) 1 total
4 - 6, maka
menggunakan kursi roda 2 skor = 7
imobilisasi 3
- Resikorendah 0-5
- Resikosedang 6-16
- Resikotinggi 17-30
Setelah ditentukan tingkat resiko dan memenuhi angka resiko tinggi dan sedang
maka beri tanda gelang resiko jatuh warna kuning, menaikkan pengaman tempat
tidur, kunci roda tempat tidur dan kemudian dilakukan monitoring.
G. ASESMEN FUNGSIONAL
Informasi yang di dapat pada asesmen awal melalui penerapan kriteria
skrining/penyaringan dapat memberi indikasi bahwa pasien membutuhkan
asesmen lebih lanjut atau lebih mendalam tentang status fungsional. Asesmen lebih
mendalam ini mungkin penting untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan
pelayanan rehabilitasi medis atau pelayanan lain terkait dengan kemampuan fungsi
yang independen atau pada kondisi potensial yang terbaik.Untuk itu dikembangkan
suatu instrumen skrining untuk status fungsional pasien. Status fungsional adalah
pengkajian terhadap kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-sehari.
Rumah sakit Ibu Anak rizki bunda menggunakan barthel index untuk skrining status
fungsional pasien.
1. Perawat menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien (atau orang yang
dapat mewakili pasien).
2. Perawat memberitahu bahwa akan menanyakan beberapa hal berkaitan
dengan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari. Perawat ingin mengetahui
apakah pasien mampu untuk melakukan kegiatan-kegiatan itu secara mandiri
tanpa bantuan, dengan bantuan atau bahkan sama sekali tidak bisa melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut sama sekali sesuai dengan kondisi pasien saat ini.
3. Perawat akan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan melakukan penilaian
sesuai dengan yang ditetapkan di bawah ini
4. jika didapatkan total skor <dari 90 maka perawat mengkonsulkan dengan DPJP
apakah pasien perlu dirujuk ke bagian rehab medik atau layanan terkait
kemampuan berfungsi mandiri.
Dengan
NO Kriteria Barthel Index Mandiri
Bantuan
1 Makan 5 10
2 Aktifitas i Toilet 5 10
3 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur / 5-10 15
sebaliknya, termasuk duduk di tempat tidur
5 Mandi 0 5
8 Berpakaian 5 10
9 Mengontrol defekasi 5 10
10 Mengontrol berkemih 5 10
TOTAL
H. RISIKO NUTRISIONAL
Melakukan konseling gizi pada pasien dan keluarga dengan melakukan skrining gizi
yang bertujuan mengidentifikasi pasien beresiko, tidak beresiko, malnutrisi atau
kondisi khusus lainnya.Skrining dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah
pasien masuk RS. Bila hasil skrining menunjukkan pasien beresiko malnutrisi, maka
dilakukan pengkajian/assessment gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah
proses asuhan gizi terstandar.
Tidak 0
1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
>15 kg 4
Ya 0
Tidak 1
Total skor
Asesmen Gizi:
Pengukuran alternatif:
a. Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran panjang lengan
bawah (ulna) untuk memperkirakan tinggi badan dengan menggunakan
tabel dibawah ini.
Pengukuran dimulai dari siku (olekranon) hingga titik tengah prosesus
stiloideus (penonjolan tulang di pergelangan tangan), jika memungkinkan,
gunakanlah tangan kiri.
b. Untuk memperkirakan IMT, dapat menggunakan pengukuran lingkar lengan
atas (LLA)
1) Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90 terhadap siku, dengan
lengan atas paralel di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang
bahu (akromion) dengan siku (olekranon). Tandai titik tengahnya.
2) Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar
lengan atas di titik tengah, pastikan pita pengukur tidak terlalu
menempel terlalu ketat
c. Adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita pasien, dan berikan
skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien sedang mengalami
penyakit akut dan sangat sedikit/tidak terdapat asupan makanan > 5 hari,
diberikan skor 2
d. Tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2 dan 3 untuk menilai
adanya risiko malnutrisi :
1) Skor 0 = risiko rendah
2) Skor 1 = risiko sedang
3) Skor ≥ 2 = risiko tinggi
e. Gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi keperawatan
berikut
1) Risiko rendah
Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien di rumah sakit (tiap
minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum
dengan usia > 75 (tiap tahun).
2) Risiko sedang
Observasi:
– Catat asupan makanan selama 3 hari
– Jika asupan adekuat, ulangi skrining : pasien di rumah sakit (tiap
minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum
(tiap 2-3 bulan).
– Jika tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan
peningkatan asupan nutrisi, pantau dan kaji ulang program
pemberian nutrisi secara teratur
3) Risiko tinggi
Tatalaksana:
– Rujuk ke ahli gizi
– Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi
– Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: Pada pasien di
rumah sakit (tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan),
masyarakat umum (tiap bulan).
4) Untuk semua kategori:
Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam pemilihan
jenis makanan
Catat katagori risiko malnutrisi
Catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti kebijakan setempat
□ Ya
1
Apakah pasien tampak kurus ? □ Tidak
0
ada atau penilaian subjektif orang tua pasien atau untuk bayi < 1 □ Tidak 0
tahun berat badab tidak naik selama 3 bulan terakhir )
Klasifikasi % IBW :
- Obesitas : > 120 % BB Ideal
- Overweight : > 110 % - 120 % BB Ideal
- Gizi Normal : 90 % - 110 % BB ideal
- Gizi Kurang : 70 % - 90 % BB Ideal
- Gizi Buruk : < 70 % BB Ideal
I. KEBUTUHAN EDUKASI
Melakukan pengkajian oleh staf rumah sakit untuk mengidentifikasi kebutuhan
pengetahuan pengetahuan masing-masing pasien dan keluarga berdasarkan
elemen:
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan
3. Hambatan emosional dan motivasi
4. Keterbasan fisik dan kognitif
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi
Pencatatan hasil pengkajian kebutuhan edukasi pasien didokumentasikan
dalam lembar informasi dan edukasi pada rekam medis pasien
J. DISCHARGE PLANNING
Discharge planning dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit. Pengkajian awal
dilakukan untuk menentukan kompleksitas kebutuhan pasien saat akan
dipulangkan sehingga dapat menyusun rencana asuhan pasien, termasuk perkiraan
lamanya dirawat (Length of Stay/LOS) dan perkiraan hari pulang (Estimate
Discharge Date / EDD).
Perawat melakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga sesegera mungkin
mengenai rencana tempat yang akan dituju pasien setelah dipulangkan dari Rumah
Sakit. Perawat juga memberikan edukasi tentang kondisi klinis, rencana asuhan
pasien, dan rencana pemulangan sesuai dengan yang diperlukan. Diskusikan
dengan pasien dan care giver sejak pasien masuk sebagai pasien rawat inap.
1. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan
berhubungan dengan bagaimana memberikan terapi di rumah, penggunaan
alat-alat kesehatan di rumah, larangan/batasan akibat gangguan kesehatan,
kemungkinan terjadinya komplikasi.
2. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga kondisi lingkungan rumah
yang mungkin menghambat perawatan pasien.
3. Berdiskusi dengan dokter dan profesi kesehatan lainnya tentang perawatan
di rumah.
4. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan di luar
rumah sakit.
5. Kaji penerimaan pasien terhadap batasan akibat masalah kesehatan.
6. Kaji kebutuhan pasien setelah pemulangan dengan tim kesehatan
K. RESIKO DEKUBITUS
Dekubitus adalah area jaringan nekrosis yang muncul ketika jaringan lunak tertekan
antara tulang yang menonjol dan permukaan eksternal (tempat berbaring) dalam
waktu yang lama (Potter & Perry, 1997).
Faktor risiko terjadinya dekubitus antara lain, yaitu :
1. Mobilitas dan aktivitas
2. Penurunan sensori persepsi
3. Kelembaban
4. Tenaga yang merobek ( shear )
5. Pergesekan ( friction)
6. Nutrisi
7. Usia
8. Tekanan arteriolar yang rendah
9. Stress emosional
10.Merokok
11.Temperatur kulit
Baik 4
Kondisi Fisik Cukup baik 3
Buruk 2
Sangat buruk 1
Waspada / Compos mentis 4
Apatis 3
Status mental Confuse / Delirium / kacau 2
Stupor / coma 1
Bergerak bebas / aktif berjalan 4
Aktivitas Jalan dengan bantuan / dipapah 3
Dengan kursi roda / sangat terbatas 2
Tidak bisa bergerak / tirah baring 1
Mobilitas Penuh 4
Agak terbatas 3
Sangat terbatas 2
Immobilitas 1
Tidak ada 4
Inkontinensia Kadang kala 3
Sering 2
Selalu 1
TOTAL SKOR :
Resikorendah:
1. Atur posisi pasien senyaman mungkin
2. Bantu/ dorong perawatan diri (seperti mandi)
3. Beri kebutuhan nutrisi sesuai terapi diri pasien
4. Jaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Resikosedang
1. Lakukan semua pedoman pencegahan dekubitus resiko rendah
2. Ubah posisi pasien setiap 2jam sekali
3. Lakukan perawatan kulit pasien (beri lotion, massage bila perlu)
5. Terapikan prinsip pencegahan luka
Resikotinggi
1. Lakukan semua pencegahan dekubitus resiko rendah dan sedang
2. Anjurkan tindakan pencegahan luka dekubitus (kasur angin/kasur air)
3. Libatkan keluarga untuk mengawasi pasien
ResikoSangatTinggi
5. Lakukan semua pedoman pencegahan dekubitus resiko rendah, sedang, dan
tinggi
6. Kunjungi dan monitor setiap 2 jam
7. Rawat luka dengan tehnil aseptic (bila muncul tanda dekubitus)
8. Tempatkan pasien dengan kamar yang dekat dengan nurse stasion (bila
mungkin)
1. Rumah sakit menetapkan bahwa asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi
faktor fisik, psikologis, sosial dan ekonomi, riwayat kesehatan pasien, riwayat
alergi, asesmen nyeri, risiko jatuh, asesmen fungsional, risiko nutritional,
kebutuhan edukasi, dan perencanaan pemulangan pasien (discharge planning)
2. Pelaksanaan asesmen awal keperawatan dan medis rawat jalan menghasilkan
diagnosis dan masalah kesehatan pasien.
3. Pelaksanaan asesmen awal keperawatan dan medis rawat jalan menghasilkan
rencana asuhan yang tepat sesuai dengan masalah kesehatan pasien.
4. Kebutuhan pelayanan medis dan keperawatan ditetapkan berdasarkan asesmen
awal dan dicatat pada rekam medis.
5. Asesmen awal medis dan keperawatan harus lengkap dalam waktu 1x2 jam
setelah pasien masuk rawat jalan atau lebih cepat tergantung kondisi pasien.
6. Pasien diskrining untuk status gizi dan kebutuhan fungsional serta dikonsul
untuk asesmen lebih lanjut dan pengobatan apabila dibutuhkan.
7. Semua pasien rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan dilakukan asesmen
apabila ada rasa nyerinya.
8. Asesmen awal pada pasien rawat jalan dengan penyakit akut/non kronis
diperbaharui setelah 1 bulan, dan pasien kronis setelah 3 bulan.
9. Rumah sakitmenetapkan staf yang kompeten melaksanakan asesmen.
10. Staf medis, keperawatan dan staf lain yang bertanggung jawab atas pelayanan
pasien, bekerja sama dalam menganalisis dan mengintegrasikan asesmen
pasien.
11. Kebutuhan pelayanan paling mendesak (penting)lebih didahulukan untuk
dilakukan asesmen.
12. paling mendesak (penting)lebih didahulukan untuk dilakukan asesmen.
1. Triage, meliputi:
a. Level Triage (1 – 5)
Catatan gawat darurat digunakan untuk pasien dengan level triage 1 – 3
sedangkan pasien dengan level triage 4 dan 5 menggunakan catatan medis
rawat jalan
b. Data obyektif
Data obyektif yang harus diperoleh adalah: keadaan umum, tanda vital,
saturasi oksigen, dan berat badan,
Tanda tangan dan nama lengkap perawat dicantumkan di bagian akhir dari
assesmen perawat pada catatan gawat darurat
4. Pemeriksaan Dokter, meliputi:
a. Anamnesis
b. Data obyektif
c. Diagnosa kerja
d. Diagnosa banding
e. Tata laksana dan pengobatan
f. Tindak lanjut
Tanda tangan dan nama lengkap dokter dicantumkan di bagian akhir dari
assesmen dokter.
ASSEMBLING (PERAKITAN)
Assembling atau perakitan adalah kegiatan yang harus ada di dalam system
penyelenggaraan rekam medis. Kegiatan Assembling dapat dikategorikan sebagai
kegiatan dalam proses penyelenggaraan rekam medis dan dapat juga dikategorikan
sebagai kegiatan dalam proses pengolahan rekam medis. Kegiatan yang termasuk dalam
proses penyelenggaraan rekam medis adalah kegiatan perakitan berkas rekam medis
yaitu menyiapkan berkas rawat jalan dan menyiapkan berkas rawat inap.
Tujuan penyusunan berkas rekam medis adalah agar rekam medis tertata dengan
rapi sehingga diharapkan fungsi dan kegunaan rekam medis dapat berguna lebih optimal.
Selain penyusunan berkas rekam medis juga dilakukan evaluasi mengenai kelengkapan
berkas rekam medis, evaluasi tersebut antara lain ;
1. Clear/Jelas artinya pengisian setiap lembaran rekam medis adalah jelas dan
mudah dibaca
2. Clean/Bersih artinya setiap lembaran tidak ada coretan yang tidak pada
tempatnya
3. Complite/Lengkap artinya berkas rekam medis terisi dengan lengkap
4. Correct/Benar artinya isian di dalam berkas rekam medis adalah benar dan
sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku (Juknis dan SOP)
Petunjuk teknis tentang proses evaluasi diatas sesuai dengan pembahasan serta
petunjuk teknis dalam proses penyelenggaraan pengembalian berkas rekam medis.
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua assesmen pasien yang telah dibuat, baik assesmen medis, keperawatan
dan asesmen lainnya didokumentasikan dalam berkas rekam medis rawat inap, rawat
jalan dan formulir – formulir yang telah ditetapkan oleh staf Rekam Medis. Cara
pengisian berkas rekam medis mengacu pada Panduan Penerapan Berkas Rekam Medis
Tunggal dan Terpadu.
Ditetapkan di : Lubuk Basung
Padatanggal : 19 Juni 2022
RSIA RIZKI BUNDA
Direktur,