Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN PROGRAM GIZI

PENURUNAN STUNTING DAN WASTING


DI RSUD CICALENGKA

1
Daftar Isi

BAB I ................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................. 3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 3
B. TUJUAN ................................................................................................... 4
a. Tujuan Umum ........................................................................................ 4
b. Tujuan Khusus ...................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................... 7
STANDAR KETENAGAAN ................................................................................... 7
A. Kualifikasi Sumber daya manusia ........................................................ 7
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN .................................................................. 7
C. Pengaturan Jaga ..................................................................................... 7
BAB III .................................................................................................................. 8
TATA LAKSANA PENURUNAN STUNTING DAN WASTING ............................. 8
A. Tatalaksana Program Nasioanal Pemerintah Penurunan Stunting
dan Wasting............................................................................................. 8
B. Tatalaksana Program Penurunan Stunting dan wasting di RSUD
Cicalengka ............................................................................................. 11
C. PELAYANAN RUJUKAN ....................................................................... 15
BAB IV ................................................................................................................ 17
PENGENDALIAN MUTU ...................................................................................... 17
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 18

2
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
CICALENGKA

NOMOR : 445/SK/Sekr.180.22/RSUD
CCLK/VIII/2019 TANGGAL: 19 Agustus 2019
TENTANG : PEDOMAN PROGRAM GIZI PENURUNAN STUNTING DAN
WASTING DI RSUD CICALENGKA

PEDOMAN PROGRAM GIZI PENURUNAN STUNTING DAN WASTING


DI RSUD CICALENGKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah kekurangan
gizi yang masih cukup tinggi di Indonesia terutama masalah pendek (stunting)
dan kurus (wasting) pada balita serta masalah anemia dan kurang energi kronik
(KEK) pada ibu hamil. Masalah kekurangan gizi pada ibu hamil ini dapat
menyebabkan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan kekurangan gizi pada
balita, termasuk stunting. Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi
terutama pada saat 1000 HPK. Pemenuhan gizi dan pelayanan kesehatan pada
ibu hamil perlu mendapat perhatian untuk mencegah terjadinya stunting.
Stunting akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status
kesehatan pada saat dewasa. Akibat kekurangan gizi pada 1000 HPK bersifat
permanen dan sulit untuk diberikan .
Saat ini Indonesia dihadapkan pada Beban Gizi Ganda atau sering disebut
Double Burden, yang artinya pada saat kita masih terus bekerja keras mengatasi
masalah Kekurangan Gizi seperti kurus, stunting, dan anemia, namun pada saat
yang sama juga harus menghadapi masalah kelebihan gizi atau obesitas. Gizi
buruk adalah salah satu hal yang menjadi masalah global, termasuk di Indonesia.
Pemenuhan gizi yang belum tercukupi baik sejak dalam kandungan hingga bayi
lahir dapat menyebabkan terjadinya berbagai masalah kesehatan, baik pada ibu
maupun bayinya. Salah satu gangguan kesehatan yang berdampak pada bayi
yaitu stunting atau tubuh pendek akibat kurang gizi kronik. Stunting dapat
terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada saat 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK). Salah satu cara mencegah stunting adalah pemenuhan gizi dan
pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Upaya ini sangat diperlukan, mengingat
stunting akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status
kesehatan pada saat dewasa. Akibat kekurangan gizi pada 1000 HPK bersifat
permanen dan sulit diperbaiki. Anak stunting penyebab utamanya asupan gizi.
Tak satupun penelitian yang mengatakan keturunan memegang faktor yang lebih
penting daripada gizi dalam hal pertumbuhan fisik anak. Masyarakat, umumnya
menganggap pertumbuhan fisik sepenuhnya dipengaruhi faktor keturunan.
Pemahaman keliru itu kerap menghambat sosialisasi pencegahan stunting yang
semestinya dilakukan dengan upaya mencukupi kebutuhan gizi sejak anak dalam
kandungan hingga usia dua tahun. Sosialisasi terus dilakukan. Meski demikian,
diperlukan juga kemauan masyarakat untuk dapat menerima hal tersebut,
diikuti dengan kesadaran akan kewajiban menjaga kesehatan.
jumlah anak balita di Indonesia sekitar 22,4 juta. Setiap tahun, setidaknya
ada 5,2 juta perempuan di Indonesia yang hamil. Dari mereka, ratarata bayi yang
lahir setiap tahun berjumlah 4,9 juta anak. Tiga dari 10 balita di Indonesia
mengalami stunting atau memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar
usianya. Tak hanya bertubuh pendek, efek domino pada balita yang mengalami
stunting lebih kompleks. Selain persoalan fisik dan perkembangan kognitif, balita
stunting juga berpotensi menghadapi persoalan lain di luar itu. Stunting bukan
3
berarti gizi buruk yang ditandai dengan kondisi tubuh anak yang begitu kurus.
Yang sering kali terjadi, anak yang mengalami stunting tidak terlalu kentara
secara fisik. Anak atau balita stunting umumnya terlihat normal dan sehat.
Namun jika ditelisik lebih jauh ada aspek-aspek lain yang justru jadi persoalan.
Tidak hanya kognitif atau fisik, anak yang mengalami stunting cenderung
memiliki sistem metabolisme tubuh yang tidak optimal.
Komitmen pemerintah dalam upaya percepatan perbaikan gizi telah
dinyatakan melalui Perpres Nomor 42 Tahun 2013, tanggal 23 Mei 2013, tentang
Gerakan Nasional (Gernas) Percepatan Perbaikan Gizi yang merupakan upaya
bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi
dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi
untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada Seribu Hari
Pertama Kehidupan (1000 HPK). Melalui penetapan strategi utama Gernas
Percepatan Perbaikan Gizi yaitu:
a. Menjadikan perbaikan gizi sebagai arus utama pembangunan sumber daya
manusia, sosial budaya, dan perekonomian.
b. Peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia di semua
sektor baik, pemerintah maupun swasta.
c. Peningkatan intervensi berbasis bukti yang efektif pada berbagai tatanan yang
ada di masyarakat.
d. Peningkatan partisipasi masyarakat untuk penerapan norma-norma sosial
yang mendukung perilaku sadar gizi.
Dalam mengatasi permasalahan gizi terdapat dua solusi yang dapat
dilakukan, yaitu dengan intervensi spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik
diarahkan untuk mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung masalah gizi,
sedangkan intervensi sensitif diarahkan untuk mengatasi akar masalahnya dan
sifaya jangka panjang.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas pelayanan pasien dengan status gizi
atunting atau wasting melalui pedoman program gizi penurunan
stunting dan wasting sehingga dapat menurunkan angka prevalensi
stunting atau wasting.
b. Tujuan Khusus
i. Mewujudkan pelayanan medis, keperawatan, instalasi farmasi,
instalasi gizi, dan tim humas rumah sakit yang kompeten
untuk menurunkan prevalensi stunting dan wasting
ii. Tersedianya sumber daya yang bermutu dalam memberikan
pelayanan kesehatan penurunan prevalensi stunting dan
wasting
iii. Mewujudkan penguatan sistem survailans gizi dalam
tatalaksana gizi stunting dan wasting, pencatatan dan
pelaporan kasus masalah gizi dan melakukan evaluasi
pelayanan serta rujukan pasien stunting dan wasting.

4
C. RUANG LINGKUP
a. Skrining gizi Stunting dan wasting
b. Tatalaksana Stunting dan wasting
c. Sosialisasi dan edukasi stunting dan wasting
d. Pelayanan rujukan stunting dan wasting
e. Monitoring dan evaluasi Stunting dan wasting

D.BATASAN OPERASIONAL
Skrining gizi merupakan proses yang cepat dan sederhana untuk
mendeteksi pasien yang berisiko malnutrisi sebelum memasuki proses Nutrition
Care Process (NCP)/Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Skrining gizi terbukti
mampu mencegah penurunan status gizi yang biasa terjadi pada pasien yang
dirawat di rumah sakit. Skrining gizi juga bertujuan untuk mengidentifikasi
pasien atau klien yang berisiko atau tidak berisiko malnutrisi atau dalam
keadaan kondisi khusus.
Tatalaksana Stunting dan wasting merujuk pada 5 pilar
penanganan stunting, yakni: Pilar 1: Komitmen dan Visi Pemimpin Tertinggi
Negara Pilar 2: Kampanye Nasional Berfokus pada pemahaman, perubahan
perilaku, komitmen politik, dan akuntabilitas Pilar 3: Konvergensi, Koordinasi,
dan Konsolidasi Program Nasional, Daerah, dan Masyarakat Pilar 4: Mendorong
Kebijakan Nutritional Food Security Pilar 5: Pemantauan dan Evaluasi Lima pilar
penanganan stunting tersebut dilakukan melalui intervensi spesifik oleh sektor
kesehatan dan intervensi sensitif oleh lintas sektor terkait dengan target yang
akan dicapai yakni Tumbuh Kembang Anak Yang Maksimal (dengan kemampuan
emosional, sosial, dan fisik siap untuk belajar, berinovasi, dan berkompetisi).
Pelayanan rujukan adalah pelayanan rujuk masuk dan rujuk
keluar. Rujuk masuk adalah layanan rujukan yang bertujuan untuk
menerima rujukan dari fasilitas layanan kesehatan lain, sedangkan
rujuk keluar adalah pelayanan yang dilakukan untuk pasien yang
akan bepindah ke rumah sakit rujukan yang lain.
Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan untuk melihat
capaian apa yang telah tercapai dari program gizi untuk menurunkan
prevalensi stunting dan wasting.

E. DASAR HUKUM

Peraturan perundangan-undangan terkait dengan program


pencegahan dan pengendalian HIV AIDS, diantaranya :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang


Kesehatan;

b. Undang Undang Nomor 44 tahun 2OO9 tentang Rumah Sakit;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2O2l tentang Penyelenggaraan


5
Bidang Perumahsakitan;

d. Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional


Percepatan Pebaikan Gizi;

e. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1045/MENKES/PER lxll2006


Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit;

f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 034 Tahun 2O17


Tentang Akreditasi Rumah Sakit sebagai pengganti Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2O12 Tentang Akreditasi Rumah Sakit;

g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2OL9


tentang Klasifikasi Rumah Sakit di lingkungan Kementrian Kesehatan;

h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor O3 /Menkes/Per


/I/2O2O tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

i. Keputusan Menteri Kesehatan 129 /Menkes/SK/II /2OO8 Tentang


Pelayanan Minimat Rumah Sakit;

j. Keputusan Menteri Kesehatan RI HK.01.O7lMenkes/ lL28 12022 Tentang


Akreditasi Rumah Sakit;

k. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.


O2.O2?l/ll3Ol2O22 Tentang Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit;

l. Peraturan Bupati Bandung Nomor 65 Tatrun 2Ol4 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan BLUD RSUD Kabupaten Bandung;

m. Peraturan Bupati Bandung Nomor 120 Tahun 2O2O tentang Perubahan


Ketiga atas Peraturan Bupati Bandung Nomor 40 Tahun 2Ol8 tentang Unit
Pelayanan Teknis di Lingkungan Pemerintah Daerah;

n. Peraturan Bupati Bandung Nomor 134 Tahun 2O21 tentang Pedoman


tugas, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Bandung;

o. Peraturan Bupati Bandung Nomor 1 Tahun 2022 tentang Kedudukan dan


Susunan Perangkat Daeratr (Berita Daerah Kabupaten Bandung Tahun
2022 Nomor 1);

p. Peraturan Bupati Bandung Nomor 38 Tahun 2022 tentang tugas, Fungsi


dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Cicalengka (Raden Dewi
Sartika);

6
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber daya manusia


1. Ketua tim stunting dan wasing yaitu seorang dokter RSUD
Cicalengka
2. Satu orang dokter spesialis kandungan
3. Satu orang dokter umum
4. Dua orang ahli gizi
5. Satu orang petugas farmasi
6. Dua orang perawat
7. Satu orang bidan
8. Satu orang petugas humas RSUD cicalengka

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Instalasi Gawat darurat
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat jalan

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal jaga dilakukan setiap hari senin - sabtu, mulai dari
jam 08.00 – 14.00 wib

7
BAB III
TATA LAKSANA PENURUNAN STUNTING DAN WASTING

A. Tatalaksana Program Nasioanal Pemerintah Penurunan Stunting dan


Wasting

1. Sasaran Prioritas
Ibu hamil dan anak usia 0-2 tahuan atau rumah tangga 1000 HPK

2. Intervensi Prioritas

Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi gizi, yaitu intervensi
spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik merupakan kegiatan yang
langsung mengatasi penyebab terjadinya dan umumnya diberikan oleh sektor
kesehatan seperti asupan makanan, pencegahan infeksi, status gizi ibu, penyakit
menular dan kesehatan lingkungan. Sementara itu, intervensi sensitif merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung stunting yang
umumnya berada di luar kewenangaementerian Kesehatan.

8
9
10
B. Tatalaksana Program Penurunan Stunting dan wasting di RSUD
Cicalengka
Tatalaksana gizi buruk merupakan komponen dari upaya Pengelolaan Gizi Buruk
Terintegrasi, yang terdiri atas rawat jalan dan rawat inap

Alur Tata Laksan

Rawat jalan: untuk balita usia 6-59 bulan dengan gizi buruk tanpa komplikasi.
Layanan ini dilakukan di fasilitas kesehatan primer/puskesmas. Rawat inap untuk:
bayi < 6 bulan dengan gizi buruk (dengan atau tanpa komplikasi); Balita gizi buruk
usia 6-59 bulan dengan komplikasi dan/atau penyakit penyerta yang diduga dapat
menyebabkan gizi buruk, seperti TB dan HIV; Semua bayi berusia di atas 6 bulan
dengan berat badan kurang dari 4 kg10. Rawat inap dilakukan di puskesmas
perawatan yang mampu memberi pelayanan balita gizi buruk dengan komplikasi
(kecuali pada bayi < 6 bulan harus di rumah sakit), Therapeutic Feeding Centre, RS
pratama, serta RS tipe C, B dan A. .
Pada rawat inap, keluarga tetap berperan mendampingi balita yang dirawat.
Penemuan dini kasus kekurangan gizi dilakukan sedini mungkin, dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang yang mungkin timbul. Karena itu,
penapisan sekaligus dilakukan untuk gizi kurang dan gizi buruk.

1. Rawat Jalan
1) Konfirmasi status gizi
11
a. Penjelasan kepada keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan.
b. Pengukuran BB, PB atau TB, dan LiLA. Pengukuran ini untuk
memastikan status gizinya berdasarkan BB/PB atau BB/TB, LiLA dan
TB/U. Selain itu, dilakukan juga pengukuran lingkar kepala. Semua
hasil pengukuran dicatat di Buku KIA.
c. Periksa apakah ada edema bilateral dan tentukan derajatnya (+1, +2
atau +3).
d. Pengelompokan kasus.
2) Pelayanan rawat jalan
i. Setiap balita yang berobat ke tenaga medis atau berkunjung di
fasilitas kesehatan diperiksa dengan pendekatan MTBS, agar balita
terlayani secara komprehensif.
ii. Prosedur yang dilakukan (jelaskan kepada keluarga, juga tentang
kondisi balita):
- Anamnesis riwayat kesehatan balita: riwayat kelahiran, imunisasi,
menyusui dan makan (termasuk nafsu makan), penyakit dan
riwayat keluarga.
- Pemeriksaan fisik umum: kesadaran, suhu tubuh, pernafasan,
nadi.
- Pemeriksaan fisik khusus: seperti tercantum pada formulir MTBS.
- Pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan.
- Pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan
- Kebutuhan gizi untuk balita gizi buruk tanpa komplikasi dapat
dilakukan dengan pemberian F100 :
Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari.
Protein: 4-6 g/kgBB/hari.
Cairan: 150-200 ml/kgBB/hari
- Melakukan konseling
- Melakukan Pencatatan hasil layanan dalam rekam medis
-
2. Rawat Inap
1) Penilaian ketika masuk ke layanan rawat inap
a. Penegakan diagnosis komplikasi/penyakit penyerta yang mengancam
jiwa dan segera lakukan layanan darurat untuk mengatasinya.
b. Konfirmasi status gizi buruk dengan pengukuran BB, PB atau TB,
dan LiLA sebagai data awal untuk pemantauan selanjutnya. Setelah
itu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap serta
tindakan lainnya berdasarkan 10 langkah tatalaksana gizi buruk.
c. Hasil pemeriksaan dicatat pada rekam medis pasien
2) Tiga fase dalam terapi rawat inap
a. Fase Stabilisasi;
- Makanan rendah osmolaritas, rendah laktosa, diberikan dalam
jumlah sedikit tetapi sering.

12
- Makanan diberikan secara oral atau melalui NGT dengan jumlah
dan frekuensi bertahap
- Pemberian makanan parenteral dihindari. Pemberian makan
dengan menggunakan NGT dilakukan jika balita menghabiskan F-
75 kurang dari 80% dari jumlah yang diberikan dalam dua kali
pemberian makan.
- Jumlah energi/kalori: 100 kkal/kgBB/hari dan protein: 1-1.5
g/kgBB/hari.
- Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat maka diberi 100
ml/kgBB/hari).
- Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa
balita menghabiskan F-75 sesuai dengan jumlah yang telah
ditentukan.
- Gunakan cangkir untuk memberi makan balita. Pada balita gizi
buruk yang sangat lemah, gunakan sendok, semprit atau syringe
b. Fase Transisi;
- Transisi dilakukan secara bertahap dari F-75 ke F-100 selama 2-3
hari, sesuai dengan kondisi balita.
- Formula F-75 diganti menjadi F-100 dalam volume yang sama
seperti pemberian F-75 yang terakhir selama 2 hari. Berikan
formula tumbuh kejar (F-100) yang mengandung 100 kkal/100 ml
dan 2,9 g protein/100 ml.
- Pada hari ke-3: Bila menggunakan F-100, jumlah F-100 dinaikkan
sebanyak 10 ml/kali pemberian sampai balita tidak mampu
menghabiskan/tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika
pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari. Setelah transisi
bertahap, berikan dalam frekuensi yang sering, dengan jumlah
kalori: 150-220 kkal/kgBB/hari dan protein: 4-6 g/ kgBB/hari.
- Bila balita masih mendapat ASI, maka pemberian ASI dilanjutkan,
dengan memastikan bahwa balita terlebih dahulu menghabiskan
F-100 atau RUTF sesuai jumlah yang telah ditentukan
c. Fase Rehabilitasi.
- Kebutuhan zat gizi pada Fase Rehabilitasi adalah: Energi : 150-
220 kkal/kgBB/hari Protein : 4-6 g/kgBB/hari
- Diberikan F100

Dalam ketiga fase itu terdapat 10 tindakan pelayanan rawat inap


untuk balita gizi buruk yang perlu dilakukan

13
Resep Formula WHO F75 dan F100

14
3) Penilaian Kemajuan
a. Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan.
Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam
gram/kgBB/hari.
b. Bila kenaikan berat badan:
- kurang, yaitu bila kenaikan berat badan kurang dari 5 g/kg
BB/hari, balita membutuhkan penilaian ulang lengkap;
- sedang, yaitu bila kenaikan berat badan 5-10 g/kg BB/hari), perlu
diperiksa apakah target asupan terpenuhi, atau mungkin ada
infeksi yang tidak terdeteksi;
- baik, yaitu bila kenaikan berat badan lebih dari 10 g/kg BB/hari.
ATAU kurang, yaitu bila kenaikan berat badan kurang dari 50 g/kg
BB/per minggu, maka balita membutuhkan penilaian ulang
lengkap; baik, yaitu bila kenaikan berat badan ≥ 50 g/kg BB/per
minggu

C. PELAYANAN RUJUKAN
Sistem rujukan di RSUD Cicalengka, meliputi :
1. Pasien stunting dan wasting akan dirujuk ke fasilitas kesehatan/ Rumah sakit
tingkat diatasnya, ketika ada situasi pemberat atau ada kondisi yang tidak bisa
ditangani di RSUD Cicalengka
2. Pasien stunting dan wasting yang sudah memasuki fase perbaikan akan
dirujuk kembali ke FKTP untuk mendapatkan intervensi lanjytan di rumah
tangga

15
16
BAB IV

PENGENDALIAN MUTU

Ada pertemuan khusus secara formal antara pimpinan dan staf


pelaksana di lapangan. mengenai rencana kegiatan,dan evaluasi, yang
dilakukan setiap 6 bulan. Mutu dinilai dari penemuan kasus, angka
keberhasilan, dan angka rujukan.

17
BAB V
PENUTUP

Pedoman ini dibuat sebagai acuan dalam memberikan pelayanan


program gizi penurunan stunting dan wasting di RSUD CICALENGKA agar
dapat meningkatkan mutu dan dapat menurunkan angka stunting dan
wasting. Dengan demikian pedoman ini harus di laksanakan dengan disertai
tekad dan kemauan yang kuat guna meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di RSUD CICALENGKA Bandung

Ditetapkan di : Bandung
Pada Tanggal :

Direktur RSUD Cicalengka

dr. H. Yani Sumpena, M.SH, MH. Kes


NIP 19671102200212100

47

Anda mungkin juga menyukai