BAHAN AJAR
PERAN GURU PAUD DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
Merupakan bagian dari Bahan Ajar Diklat Teknis Stunting
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-
Nya Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan, Direktorat Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
dapat menyusun Pedoman dan Bahan Ajar Percepatan Pencegahan Stunting Bagi Guru PAUD
Dalam Diklat Teknis Melalui Guru Belajar dan Berbagi.
Kami berharap, pedoman dan Bahan Ajar ini dapat diimplementasikan sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dalam menyusun
pedoman dan Bahan Ajar ini, kami ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita semua. Aamiin.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 2
B. Tujuan ................................................................................................................................... 3
B. Peran Guru PAUD dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Anak Usia Dini ..................... 8
C. Peran Guru dan Tenaga Kependidikan dalam Percepatan Penurunan Stunting ............ 9
D. Pemberdayaan Orang Tua dalam Percepatan Penurunan Stunting oleh Guru PAUD .. 10
BAB III STRATEGI GURU PAUD DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING ................. 12
1. Definisi Kemitraan.......................................................................................................... 13
3. Kerja sama Guru dan Orang Tua untuk Percepatan Penurunan Stunting ................. 26
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jejaring Tema Makanan Sehat ............................................................................. 22
A. Latar Belakang
Stunting merupakan kondisi beresiko dari perkembangan anak yang memiliki
kesehatan yang buruk. Stunting menunjukkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya (ringkasan 100 kab/kota
prioritas untuk intervensi anak kerdil (stunting). Stunting memiliki dampak pada individu dan
masyarakat, termasuk menurunnya kemampuan kognitif dan perkembangan fisik,
menurunnya produktivitas dan kesehatan yang buruk, dan meningkatkan resiko penyakit yang
menurunkan daya tahan tubuh, seperti diabetes, serta memiliki konsekuensi ekonomi.
Menurut catatan WHO, jika kondisi saat ini berlanjut, maka diperkirakan terdapat sekitar 127
juta anak di bawah 5 tahun akan terkena stunting. (globaltargets_stunting_policybrief.pdf
(who.int))
Kondisi stunting ini juga terjadi di Indonesia, dan untuk itu dilakukan penanganan yang
komprehensif dan terintegrasi antara semua sektor dikoordinasikan oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKN), dengan membentuk Tim Percepatan
Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) – TP2AK. Prevalensi stunting saat ini (2021) adalah 27.7%
dan Setwapres mendorong untuk percepatan penurunan stunting agar prevalensi turun
hingga 14% pada tahun 2024.
Strategi nasional percepatan penurunan stunting dilakukan melalui 5 pilar dan 2
intervensi pencegahan stunting. Dalam penanganan stunting meliputi 2 intervensi, yaitu
intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik adalah intervensi yang
ditujukan kepada anak dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), umumnya dilakukan oleh
sektor kesehatan. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam
waktu relatif pendek. Adapun intervensi gizi sensitif ditujukan melalui berbagai kegiatan
pembangunan di luar sektor kesehatan, dan sasarannya adalah masyarakat umum dan tidak
khusus untuk 1000 HPK.
Intervensi yang dilakukan pada Satuan PAUD termasuk pada intervensi sensitif sebagai
sektor di luar sektor kesehatan dengan melakukan intervensi yang terintegrasi pada satuan
PAUD tersebut. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 tentang
Percepatan Penurunan Stunting, bahwa jenis kegiatan yang dapat dilakukan di satuan PAUD
yaitu melakukan penguatan kapasitas institusi dalam komunikasi perubahan perilaku untuk
penurunan stunting. Melalui keterlibatan satuan PAUD, luaran yang dihasilkan adalah guru
PAUD yang terlatih untuk penanganan stunting dan satuan PAUD menerapkan program PAUD
HI.
Keterlibatan satuan PAUD dalam upaya percepatan penurunan stunting sebagai
intervensi sensitif dengan menerapkan program Pengembangan Anak Usia Dini Holistik
Integratif (PAUD HI). Program PAUD HI adalah upaya pengembangan anak usia dini yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling secara
sistematis, dan terintegrasi. Secara khusus, tujuan PAUD HI adalah (1) terpenuhinya
kebutuhan esensial anak usia dini secara utuh yang meliputi kesehatan dan gizi, rangsangan
pendidikan, pembinaan moral emosional dan pengasuhan, sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai kelompok umur; (2) terlindunginya anak dari segala bentuk
kekerasan, penelantaran, perlakuan yang salah, dan eksploitasi dimanapun anak berada; (3)
terselenggaranya pelayanan anak usia dini secara terintegrasi dan selaras antar lembaga
layanan terkait, sesuai kondisi wilayah; (4) terwujudnya komitmen seluruh unsur terkait yaitu
orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah, dalam upaya
pengembangan anak usia dini holistik integratif. Melalui program PAUD HI menunjukkan
integrasi layanan kesehatan, stimulasi pendidikan, perlindungan anak yang melibatkan orang
tua, keluarga, masyarakat, dan pemerintah pada satuan PAUD dapat mengoptimalkan upaya
percepatan penurunan stunting.
Keterlibatan satuan PAUD dalam percepatan penurunan stunting menunjukkan
keterlibatan guru dalam upaya tersebut. Peran guru sebagai pendidik di satuan PAUD menjadi
subjek pelaksana utama yang secara langsung berinteraksi dengan anak dan orang tua. Guru
PAUD dapat berperan dalam ekosistem pendidikan, kemitraan, dan merancang serta
mengimplementasikan berbagai upaya untuk percepatan penurunan stunting.
B. Tujuan
Tujuan materi peran satuan PAUD dalam percepatan penurunan stunting, yaitu:
1. Peserta diklat dapat memahami keterkaitan antara peran guru satuan PAUD, kemitraan
pada implementasi PAUD HI sebagai sinergi percepatan penurunan stunting.
2. Peserta diklat dapat menganalisis peran guru dalam ekosistem pendidikan untuk program
percepatan penurunan stunting.
3. Peserta diklat sebagai guru PAUD dapat merancang dan mengimplementasikan strategi
percepatan penurunan stunting pada satuan PAUD.
PAUD HI (pengembangan anak usia dini holistik integratif) ini dimaksudkan sebagai
upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan
esensial anak yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi
(Ghina Salamatu Sadiah, Nur Faizah Romadhona, 2020). Peraturan presiden no. 60 tahun
2013, PAUD holistik integratif adalah pengembangan anak usia dini yang dapat menjamin
terpenuhinya hak tumbuh kembang anak usia dini, setidaknya dalam 5 hal, yaitu 1) kesehatan,
gizi, perawatan, 2) pengasuhan, 3) perlindungan, 4) kesejahteraan dan 5) pendidikan anak
(Mahmudah & Yuliati, 2020). PAUD HI merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas sumber
daya manusia yang dimulai sejak dini. Anak yang sehat, cerdas, ceria dan berakhlak mulia
merupakan perwujudan untuk pengembangan anak usia dini holistik integratif. Anak sehat,
cerdas, ceria dan berakhlak mulia apabila terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini
secara utuh yakni Kesehatan, gizi, pendidikan, dan pengasuhan sesuai segmentasi usia anak.
Sasaran PAUD HI adalah orang tua dan keluarga, kader masyarakat, penyelenggaraan
pelayanan dan tenaga pelayanan, pemerintah (pusat dan daerah), perguruan tinggi, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, dunia usaha, mitra pembangunan
serta media massa.
Target capaian dengan tujuan khusus PAUD HI dikutip dari buku Rencana Aksi
Nasional PAUD HI 2020-2024 dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Korelasi Target Capaian dengan Tujuan Khusus PAUD-HI
2 Terlindungi anak dari Bidang Anak usia dini hidup sejahtera dan
segala bentuk Perlindungan bebas dari kekerasan
kekerasan,
penelantaran, perlakuan
yang salah, dan
eksploitasi di mana pun
anak berada
Analisis berdasarkan tabel tersebut, bidang layanan Kesehatan dan gizi, pendidikan,
pengasuhan dan kesejahteraan berkaitan erat dengan program percepatan penurunan
stunting yang diatur dalam Peraturan Presiden no. 72 tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting. Program essential dalam PAUD-HI berkaitan dengan intervensi gizi
sensitif.
B. Peran Guru PAUD dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua tahap berbeda yang tidak dapat
dipisahkan (Mulyati, 2017). Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif
yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Hal itu menunjukkan
bahwa manusia mengalami perubahan dalam beberapa hal, misalnya dalam hal tinggi dan
berat badan, perbendaharaan kata, dan kematangan berpikir. Akan tetapi, ada pula hal-hal
yang cenderung menetap, seperti temperamen dan kepribadian. peristiwa perkembangan
selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki
oleh organisme ini, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. pertumbuhan
adalah mengacu pada perubahan yang bersifat kuantitas, sedang perkembangan lebih
mengarah kepada kualitas. Artinya konsep pertumbuhan mengandung definisi sebagai
perubahan ukuran fisik yang bersifat pasti, akurat yakni dari kecil menjadi besar, dari sempit
menjadi lebar. Proses tumbuh kembang anak harus selalu diperhatikan, baik dalam lingkungan
sekolah maupun keluarga. Hasil observasi tumbuh kembang anak di lingkungan sekolah perlu
dilaporkan kepada orang tua secara berkala agar orang tua dapat menyelaraskan dan
menyesuaikan segala bentuk kegiatan yang berhubungan dalam proses mendidik dan
monitoring tumbuh kembang anak di rumah baik pertumbuhan fisik, motorik halus, motorik
kasar, bahasa, emosi maupun perilaku sosial anak.
Selain itu pendidik perlu melakukan deteksi dini terhadap anak untuk mengantisipasi
hal–hal yang tidak diinginkan terjadi pada diri anak. Program Deteksi Dini merupakan salah
satu program pemeriksaan kesehatan yang bertujuan untuk menemukan penyimpangan
perkembangan pada anak usia prasekolah secara dini, menyeluruh dan terkoordinasi
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan
anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga swadaya
masyarakat) dengan tenaga profesional (Ulfa, 2018). Dengan ditemukan secara dini
penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah
dilakukan dan tenaga kesehatan juga memiliki “waktu” dalam membuat rencana tindakan
yang tepat sehingga hasilnya akan maksimal (Ummah & , Lilin Turlina, 2016).
menjadi perhatian bagi guru dan para tenaga kependidikan anak usia dini. Saat ini angka
kekurangan gizi pada usia ini masih menjadi masalah, hal ini terbukti dari tingginya prevalensi
stunting di Indonesia (Linda Riski Sefrina, 2020).
Sebagai seorang guru PAUD dalam rangka percepatan penurunan stunting dapat
memberikan materi pembelajaran tentang kesehatan dan gizi yang dikemas dengan cara yang
menyenangkan. Diantaranya, memperkenalkan perilaku kesehatan yang dapat diberikan
kepada anak dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu, memberikan perilaku
pemeliharaan kesehatan (health maintenance) yang terdiri dari, perilaku pencegahan
penyakit, perilaku penyembuhan penyakit bilamana sakit. Seperti guru dapat memberikan
pengertian kepada anak ketika sakit harus melaporkannya kepada orang tua dan jangan
makan sembarangan serta makan makanan yang sehat. Yang kedua perilaku pencarian dan
penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan
(health seeking behaviour). Dan terakhir yaitu perilaku yang menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini
dimulai dari mengobati sendiri (self-treatment) sampai mencari pengobatan di luar. (Ghina
Salamatu Sadiah, Nur Faizah Romadhona, 2020).
Sampai saat ini Indonesia masih mengalami krisis asupan gizi seimbang, yang mana
menyebabkan banyak sekali balita dan anak usia dini yang mengalami kurang gizi hingga
berujung pada stunting. Peran dari berbagai aspek keluarga, pendidikan dan kesehatan sangat
dibutuhkan dalam rangka percepatan penurunan stunting. Stunting menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2005 adalah salah salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai
dengan tinggi badan menurut umur diukur dengan standar deviasi referensi. Stunting terjadi
mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun (Himawaty,
2020). Indonesia termasuk dalam 17 negara di antara 117 negara yang mempunyai prevalensi
tinggi stunting, wasting dan overweight pada balita yaitu masing-masing 37,2%; 12,1%; 11,9%
(Martony et al., 2020). Stunting disebabkan oleh tiga hal mendasar yaitu faktor lingkungan,
akses pangan dan pola pengasuhan (Pawestuti et al., 2021). Faktor – faktor tersebut tidak
lepas dari peran orang tua sebagai kerabat terdekat anak.
Memberikan asupan gizi yang cukup dan seimbang merupakan keberhasilan tumbuh
kembang anak yang optimal. Asupan gizi yang baik dan tercukupi diperlukan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak (Handika et al., 2020). Orang tua memiliki peran yang
sangat penting karena mayoritas balita dan anak usia dini masih bergantung kepada orang tua
(Aryani et al., 2021). Oleh sebab itu orang tua memerlukan pengetahuan serta pelatihan –
pelatihan mengenai kesehatan dan asupan gizi anak agar dapat menerapkannya di kehidupan
sehari – hari. Salah satu yang dapat diterapkan adalah dengan pemberian makanan tambahan
(PMT). Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan kepa da
balita berbentuk makanan ringan yang aman dan bermutu serta kegiatan pendukung lainnya
dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang
sesuai dengan kebutuhan anak (Novita et al., 2020).
1. Definisi Kemitraan
Epstein mendefinisikan kemitraan sekolah sebagai hubungan antara sekolah yang
dalam ini satuan PAUD dengan anggota masyarakat, keluarga, organisasi, lembaga lainnya
yang terencana sungguh-sungguh yang secara langsung atau tidak langsung agar mampu
mendorong perkembangan sosial, emosi, fisik, dan intelektual peserta didik (Epstein, Sanders,
and Simon, 2002). Satuan PAUD bukan merupakan satu-satunya pranata sosial yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran untuk stimulasi tumbuh kembang
anak. Keluarga, masyarakat, organisasi dan lembaga lainnya dapat memberikan kontribusi
positif dan membangun dengan mengembangkan menjalin kerja sama dan menyelaraskan
nilai, memperkaya pengetahuan anak serta memberikan dukungan terhadap pelaksanaan
pendidikan pada satuan PAUD. Secara umum program kemitraan sekolah bertujuan untuk
menjalin kerja sama serta keselarasan program pendidikan di sekolah, keluarga, dan
masyarakat sebagai Tri Sentra pendidikan yang ditujukan untuk menumbuhkembangkan
karakter dan optimalisasi perkembangan anak. Secara khusus tujuan dari program kemitraan
sekolah dapat dijabarkan menjadi tiga, di antaranya:
Pendidikan bagi orang tua (parenting) adalah bentuk kemitraan ini ditujukan untuk
membangun kesadaran akan pentingnya pendidikan anak melalui pengasuhan yang tepat
oleh orang tua/wali. Dengan adanya bentuk kemitraan ini, keluarga diharapkan dapat
mengembangkan lingkungan positif di rumah yang kondusif. Parenting merupakan
bentuk dari kelas orang tua dengan tujuan memberikan informasi dan pendidikan untuk
orang tua dengan mengangkat tema-tema sesuai kebutuhan. Pendidikan bagi orang tua
dapat direncanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Satuan PAUD yakni tim guru PAUD merencanakan program kelas orang tua
(parenting) di awal semester.
2) Perencanaan meliputi tema/judul parenting, waktu pelaksanaan, bentuk
pelaksanaan, narasumber dan peserta parenting.
3) Tema-tema yang dapat dipergunakan:
a) Edukasi gizi seimbangi dan perilaku hidup bersih sehat bekerja sama dengan
puskesmas mengundang dokter atau bidan.
b) Pengolahan makanan sehat bergizi dengan mengundang orang tua sebagai
narasumber yang mempunyai pengetahuan atau kemampuan dalam
mengolah makanan sehat,
c) Deteksi dini tumbuh kembang anak dengan mengundang dokter anak
ataupun narasumber yang menguasai tumbuh kembang anak.
Komunikasi dua arah harus dilakukan oleh guru paud dan orang tua. Hal semacam ini
ditujukan agar guru maupun orang tua dapat mengetahui informasi terkait tumbuh
kembang anak serta program kegiatan dan kebutuhan satuan PAUD berkaitan dengan
pembelajaran. Komunikasi dua arah juga mengakomodir keaktifan kontribusi orang tua
di satuan PAUD. Bentuk komunikasi dua arah bisa melalui buku penghubung, group-group
seperti WaG (whatsapp group), telegram, pembagian rapport (minimal 2 kali dalam 1
tahun) atau bentuk lainnya sesuai potensi dan kondisi di wilayah masing-masing.
Penguatan komunikasi dua arah merupakan wadah komunikasi antara guru dan orang tua
secara berkesinambungan dalam memastikan kesamaan pemahaman dan melakukan
pemantauan tumbuh kembang anak sehingga anak terdeteksi dengan baik pertumbuhan
dan perkembangannya. Hal yang penting untuk diperhatikan dikarenakan komunikasi
yang dilaksanakan bersifat dua arah maka baik guru maupun orang tua harus dengan aktif
dan intens dalam memberikan informasi hal-hal yang berkaitan di sekolah dan di rumah.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung dan membantu guru PAUD melaksanakan
pembelajaran dan kemajuan program satuan PAUD. Sasaran pada kegiatan sukarela
adalah anak melalui penyaluran aspirasi oleh masing-masing pihak baik orang tua
maupun masyarakat. Keterlibatan dalam kegiatan kerelawanan dalam bentuk kegiatan:
dan masyarakat untuk ikut serta dalam terlibat dalam program sekolah yang akan
dijalankan. Implementasi PAUD HI merupakan ruang orang tua dan masyarakat terlibat
dalam program yang dikembangkan satuan PAUD. Dengan demikian guru dapat mengajak
orang tua untuk memberikan masukan ataupun berdiskusi bersama dalam rangka
penyelenggaraan pembelajaran sebagaimana contoh berikut:
f. Kolaborasi dengan masyarakat (collaborating with community) guru dan orang tua
mendeteksi potensi-potensi kerja sama satuan paud dengan lingkungannya misalnya
kerja sama dgn satuan paud dengan kepala desa dan lain-lain.
Kemitraan antar lembaga juga dapat dikelompokkan menjadi empat, diantaranya yaitu:
1) Kemitraan formal, bentuk kerja sama adanya kesepakatan satuan PAUD dengan
mitra yang bersifat mengikat dan dituangkan dalam dokumen kerja sama. Kemitraan
formal dilakukan dengan pihak luar negeri maupun institusi pendidikan dan
pelatihan.
2) Kemitraan informal, bentuk kerja sama yang terjadi melalui kesepakatan yang tidak
mengikat dan tidak dituangkan dalam dokumen kerja sama. Kemitraan jenis ini
dilandasi dengan asas saling menghargai, dan menghormati keberadaan antar
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dapat menjadi salah satu program satuan
yang dilakukan dengan tujuan untuk (dalam ringkasan eksekutif Evaluasi Program
Pemberian Makanan Tambahan bagi Anak Sekolah):
Pangan jajanan anak sekolah (PJAS) merupakan salah satu hal yang menjadi
perhatian sekolah untuk dicermati. Anak cenderung menyukai pangan jajanan karena di
lingkungannya, khususnya sekolah, cukup banyak tawaran jajanan yang menarik untuk
dibeli oleh anak. Karakteristik anak menunjukkan ketertarikan pada jajanan yang disukai
tanpa mengetahui kandungan yang terdapat dalam makanan tersebut, sehingga belum
mampu untuk memilih jajanan yang sehat dan sesuai untuk usianya (Nur’aini dkk, 2019).
Untuk itu satuan PAUD dapat melakukan sosialisasi jajanan sehat untuk mengontrol
jajanan anak dan juga menjadi pengetahuan bagi orang tua. Kriteria jajanan yang sehat
bagi anak, yaitu (repository.unimus.ac.id):
1) Bebas dari bahan kimia berbahaya seperti boraks, formalin, zat pengawet, zat
pewarna, dan pemanis buatan;
2) Bebas dari lalat, semut, atau kecoak serta binatang lain yang dapat membawa
kuman penyakit;
4) makanan yang dikukus, direbus, atau digoreng menggunakan panas yang cukup
sehingga matang;
5) Disajikan dengan menggunakan wadah yang bersih dan sudah dicuci terlebih dahulu
sebelum digunakan atau dibungkus dengan plastik atau daun yang bersih;
Bagi anak usia dini di satuan PAUD, biasanya makanan atau cemilan yang disantap
di sekolah merupakan bekal yang disiapkan oleh orang tua dari rumah. Bekal yang
disiapkan untuk anak perlu memenuhi kriteria bekal yang sehat dan bergizi, sehingga
pendidik dan orang tua perlu memahami tentang bekal sehat dan pentingnya bekal sehat
bagi anak usia dini. Bekal sehat yang diberikan pada anak merupakan upaya untuk
pemenuhan gizi anak dan secara berkelanjutan dapat membantu program percepatan
pencegahan stunting.
Untuk mempersiapkan bekal sehat bagi anak usia dini, perlu memperhatikan
proporsi kandungan dari makanan bekal sehat, yaitu buah dan sayur, karbohidrat, protein
dan lemak. Adapun kriteria bekal sehat untuk anak usia dini adalah;
Untuk membuat materi sosialisasi bekal sehat terdiri dari penjelasan tentang
pengertian bekal sehat, pentingnya bekas sehat, komposisi bekal sehat, dan kriteria bekal
sehat untuk anak usia dini. Sosialisasi tentang bekal sehat dapat disampaikan dengan
membuat poster bekal sehat dan dipasang di satuan sehingga dapat dibaca setiap orang.
Sosialisasi bekal sehat juga dapat dibuat dalam bentuk pamflet/brosur yang dapat
dibagikan kepada pendidik atau orang tua.
a) Memasukkan tema/sub tema hidup dan makanan sehat dalam kegiatan belajar di
satuan PAUD
Tema atau sub tema dalam kegiatan belajar anak di satuan PAUD adalah topik untuk
mengintegrasikan seluruh konsep dan muatan pembelajaran melalui kegiatan main
dalam mencapai kompetensi dan tingkat perkembangan yang diharapkan. Tema atau sub
tema pada kegiatan belajar anak dapat mengenalkan dan memberikan pemahaman
kepada anak usia dini tentang hidup sehat dan makanan sehat. Pengenalan hidup sehat
dan makanan sehat pada anak dapat menjadi bekal bagi anak untuk dapat
mengaplikasikan di lingkungan hidupnya sehari-hari.
Berikut contoh tema/sub tema hidup sehat dan makanan sehat pada kegiatan
belajar anak di satuan PAUD.
Vitam Lema
in k
Perlengkapan mencuci
tangan
Cara mencuci tangan
Potong
ç
Buang kuku
sampa
h Alat potong kuku
Tempat pembuangan Members
sampah ihkan Cara memotong kuku
Cara megolah sampah telinga
Alat membersihkan
telinga
Cara membersihkan
telinga
Gambar 2. Jejaring Tema Hidup Sehat
b) Materi tentang hidup dan makanan sehat dalam Kegiatan Belajar di Satuan PAUD
Hidup sehat dan makanan sehat menjadi materi yang diberikan dalam kegiatan
belajar anak, hal ini dikarenakan anak usia dini sedang mengalami masa pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat. Kesehatan dan gizi anak sangat mempengaruhi proses
tumbuh kembang. Oleh karena itu perawatan kesehatan dan gizi sangat diperlukan untuk
mengoptimalkan perkembangan anak.
1) Materi tentang makanan sehat (mengenalkan buah dan sayur sebagai materi dan
media pembelajaran), gizi seimbang, pola hidup bersih sehat (cuci tangan,
kebersihan toilet, potong kuku, membersihkan telinga, buang sampah, pemilahan
sampah).
Dalam kegiatan belajar, guru dapat mengajak anak untuk berdiskusi tentang tema
makanan sehat.
2) Lauk Pauk, guru mendiskusikan variasi lauk pauk yang dapat dikonsumsi anak di
mana mengandung protein baik nabati (tempe, tahu, kacang-kacangan) maupun
hewani (ikan dan hasil laut lainnya, daging, ayam, susu dan produk olahan, telur dan
daging sapi).
Selain itu membiasakan minum air 8 gelas sehari, aktivitas fisik 30 menit per hari dan
mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir.
Contoh pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan oleh guru bersama anak bersama
dengan tujuan pembelajaran sebagai berikut:
1) Sikap: Memiliki sikap menghargai dan mensyukuri atas makanan yang diciptakan
Allah SWT.
c) Pembiasaan dengan Hidup dan Makanan Sehat dalam Kegiatan Belajar di Satuan PAUD
Pembiasaan dalam kegiatan belajar di satuan PAUD merupakan persiapan anak
untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pembiasaan
merupakan bagian penting dalam tahap perkembangan anak. Oleh karena itu, peran
orang tua dan guru dalam mengembangkan pembiasaan perilaku sebagaimana yang
diinginkan dapat dilakukan melalui pemberian contoh dan tindakan. Pembiasaan dalam
menjaga kesehatan perlu dilatih setiap hari, seperti memotong kuku setiap minggu,
menggosok gigi setiap hari, mencuci tangan, dan melatih untuk mandi sendiri.
1) Pembiasaan (mulai dari mengenalkan sampai melakukan, membuat bento).
2) Guru dapat membiasakan anak membawa bekal sehat dari rumah dengan menu
yang bervariasi.
3) Guru menyarankan orang tua untuk membawakan bekal anak dengan menu yang
sehat gizi seimbang.
4) Sekolah membuat jadwal makan bersama dengan menu sehat gizi seimbang dan
bervariasi.
5) Guru membuat aktivitas dengan anak, dengan tema bahaya jajan sembarangan
melalui: bercerita/ dongeng, memutar film, bermain peran dan permainan
interaktif.
6) Guru menerapkan perilaku hidup sehat yaitu mencuci tangan selama 60 detik,
mengonsumsi air putih 8 gelas sehari dengan mengingatkan anak-anak selama
proses pembelajaran serta kegiatan pengembangan motorik kasar dan halus setiap
hari seperti berlari, melempar bola, melompat, senam dan lain-lain
.
Gambar 3. Pembiasaan Bekal Sehat Untuk Anak Gambar 4. Mencuci Tangan Selama 60 detik
Sumber gambar :
https://promkes.kemkes.go.id/leaflet-informasi-isi-piringku
3. Kerja sama Guru dan Orang Tua untuk Percepatan Penurunan Stunting
Orang tua, anak dan program sekolah semuanya merupakan bagian dari suatu proses
pembelajaran. Anak usia dini yang hanya belajar di sekolah saja, tanpa dukungan dan
dorongan dari keluarga di rumah, tentu kurang mendapatkan pelayanan pendidikan yang
optimal. Morrison (1988) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keterlibatan orang tua
merupakan sebuah proses di mana orang tua menggunakan segala kemampuan mereka, guna
kebermanfaatan bagi diri mereka sendiri, anak-anak dan program yang dijalankan oleh anak.
Selanjutnya, Morrison (1988) menyatakan tentang tiga kemungkinan keterlibatan orang tua
terhadap sekolah antara lain: (1) orientasi pada tugas, (2) orientasi pada proses, (3) orientasi
pada perkembangan. Orientasi pada tugas merupakan tugas yang paling sering diharapkan
oleh sekolah kepada orang tua, yaitu sebagai staf pengajar, staf administrasi, sebagai tutor,
melakukan monitoring, membantu mengumpulkan dana, membantu mengawasi anak apabila
anak-anak melakukan kunjungan ke luar. Sementara orientasi pada proses lebih menekankan
pada partisipasi orang tua yang dititikberatkan pada proses pendidikan, seperti perencanaan
kurikulum, memilih buku yang diperlukan sekolah, seleksi guru dan membantu menentukan
standar perilaku yang diharapkan pada anak. Adapun orientasi pada perkembangan adalah
orientasi yang membantu para orang tua untuk mengembangkan keterampilan yang berguna
bagi mereka sendiri, anak-anak, sekolah, guru yang pada saat yang bersamaan akan
meningkatkan keterlibatan orang tua.
Kerja sama guru dan orang tua sangat penting untuk percepatan penurunan stunting.
Orang tua adalah utama dalam peletakan dasar untuk pemenuhan kebutuhan anak baik
stimulasi aspek perkembangan maupun gizi. Dalam rangka penanganan percepatan
penurunan stunting, guru dan orang tua dapat melakukan kerja sama yang terprogram di
satuan PAUD. Program yang dapat dilaksanakan guru dan orang tua sebagai berikut:
a) Program Pendidikan Keluarga/Kelas orang tua/Parenting
b) Pemantauan pemeriksaan pertumbuhan anak yakni tinggi badan, berat badan, lingkar
kepala dan lingkar lengan.
c) Pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK).
d) Implementasi edukasi makanan sehat untuk anak.
Contoh partisipasi orang tua dalam kegiatan di satuan PAUD untuk percepatan penurunan
stunting:
a) Membantu dalam program kegiatan pembiasaan hidup dan makanan sehat.
b) Menjadi Guru Tamu atau Nara Sumber bagi orang tua lain untuk berbagi pengetahuan
tentang kesehatan dan gizi anak.
c) Membantu merencanakan kurikulum satuan untuk penguatan gizi dan kesehatan anak.
d) Membantu dalam perencanaan dan evaluasi program sekolah berkaitan dengan materi
gizi dan kesehatan anak
e) Menjadi anggota /pengurus komite sekolah atau perkumpulan orang tua anak di satuan
PAUD untuk memudahkan komunikasi antara orang tua dan guru atau antara orang tua
dan orang tua.
f) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan Parenting / Seminar yang diadakan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, A., Indriyati1, & Linda1, R. P. D. M. (2021). PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU MELALUI
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN STUNTING PADA ANAK. 14(1), 13–19.
Cahyani, Rieke Regita. Program Kemitraan Sekolah Dalam Mengembangkan Ketrampilan Abad
21 Di SD Islam Al-Muttaqin Driyoreho Gresik. 2020.
Epstein, Sanders, and Simon, School, Family, and Community Partnerships: Your Handbook for
Action, 20
Mahmudah, U., & Yuliati, E. (2020). DI KECAMATAN PUNDONG , KABUPATEN BANTUL. 464–
470.
Mulyati, A. & S. (2017). Perancangan Sistem Informasi Monitoring Tumbuh Kembang Anak
pada Sekolah PAUD Tunas Khomsiyah.
Ulfa, M. (2018). Analisa Deteksi Dini dan Stimulasi Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,Hal 200-209, 6(3), 200–209.
Ummah, F., & , Lilin Turlina, D. K. (2016). IbM OPTIMALISASI PERAN GURU PAUD UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS TUMBUH KEMBANG ANAK PRASEKOLAH. RAKERNAS AIPKEMA
2016 “Temu Ilmiah Hasil Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat,” 147–154.
Linda Riski Sefrina, dan M. E. (2020). PELATIHAN PENILAIAN STATUS GIZI PADA GURU DALAM
RANGKA DETEKSI SISWA STUNTING DI SEKOLAH DASAR. 9(1), 4–7.
Handika, D. O., Masyarakat, S. K., Masyarakat, F. K., & Diponegoro, U. (2020). Keluarga Peduli
Stunting Sebagai Family Empowerment Strategy Dalam Penurunan Kasus Stunting di
Kabupaten Blora. 4(4), 685–692.
Martony, O., Lestrina, D., & Amri, Z. (2020). PEMBERDAYAAN IBU UNTUK PERBAIKAN POLA
KONSUMSI IKAN TERHADAP PENINGKATAN ASUPAN PROTEIN, KALSIUM, ZINK DAN Z-SCORE
TINGGI BADAN MENURUT UMUR PADA ANAK STUNTING. 3, 672–686.
Pawestuti, R., Sumanto, A., & Astuti, H. P. (2021). Edukasi Deteksi Dini Stunting Bagi Bunda
PAUD Di Gugus Durian Kota Semarang. 5, 189–194.
Rohima, Ira Endah, Kajian Program Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah (PMT-AS) di
Bandung, Jurnal Infomatex volume 18 Nomor 1, 2016, hal. 17-26.
Morrison, George W. Early Childhood Education Today, 10 th edition, New Jersey: Pearson
Merrill Prentice Hall, 2007.
Lampiran 1
2. Buatlah rancangan kegiatan yang melibatkan orang tua dalam rangka percepatan
penurunan stunting.
Nama kegiatan :
Tujuan kegiatan :
Komponen yang terlibat :
Waktu kegiatan :
Deskripsi kegiatan :
Kebutuhan kegiatan :
Langkah pelaksanaan :
Lampiran 2
Rubrik RTL 1: Rancangan Program Kemitraan
Lampiran 3
2. Dalam penanganan stunting, intervensi yang dilakukan pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) adalah intervensi: (A)
a. Intervensi gizi spesifik
b. Intervensi gizi sensitif
c. Intervensi gizi seimbang
d. Intervensi gizi lengkap
e. Intervensi edukasi gizi
Intervensi gizi spesifik adalah intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1000 HPK,
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti penyediaan vitamin, makanan
tambahan, ASI dan sebagainya.
untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling secara sistematis
serta terintegrasi. Implementasi program PAUD HI merupakan intervensi ..................
untuk penanganan stunting. (E)
a. Intervensi gizi spesifik
b. Intervensi gizi seimbang
c. Intervensi gizi lengkap
d. Intervensi edukasi gizi
e. Intervensi gizi sensitif
Intervensi gizi sensitif adalah dilakukan sektor non kesehatan seperti penyediaan sarana
air bersih, ketahanan pangan, jaminan kesehatan dan perlindungan terhadap anak dan
sebagainya. Penerapan program PAUD HI merupakan salah satu bentuk intervensi gizi
sensitif.
4. Berikut yang bukan merupakan tujuan khusus Program Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik Integratif (PAUD HI) adalah: (C)
a. Layanan kesehatan
b. Perlindungan Anak
c. Kemampuan orang tua untuk melaksanakan PAUD HI di keluarga
d. Komitmen unsur terkait yakni orang keluarga, masyarakat, pemerintah daerah dan
pemerintah pusat
e. Pelayanan AUD secara terintegrasi dan selaras antar lembaga sesuai kondisi wilayah
PAUD HI adalah program pengembangan anak usia dini yang dilaksanakan oleh satuan
PAUD dengan integrasi layanan kesehatan, stimulasi pendidikan, perlindungan anak yang
melibatkan orang tua, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian bukan
kewajiban orang tua untuk melaksanakan PAUD HI.
5. Salah satu bentuk upaya guru untuk percepatan penurunan stunting dilakukan adalah
pembelajaran menyenangkan di kelas. Guru bersama anak mendiskusikan makanan sehat
dan tidak sehat serta anak merancang apa saja makanan yang sehat yang dikonsumsi,
merupakan pembelajaran untuk memperkenalkan perilaku kesehatan: (D)
a. Perilaku mengobati diri sendiri
6. Guru berdiskusi bersama orang tua untuk mencari solusi berkaitan kesulitan anak
mengkonsumsi makanan sehat merupakan salah satu bentuk kemitraan: (B)
a. Kegiatan Sukarela
b. Penguatan komunikasi dua arah
c. Parenting/pendidikan bagi orang tua
d. Belajar di rumah
e. Pengambilan keputusan
Penguatan komunikasi dua arah antara guru dan orang tua ditujukan untuk kedua belah
pihak mendapatkan informasi terkait kebutuhan dan perkembangan anak serta kendala
baik di rumah maupun di sekolah.
7. Guru PAUD melaksanakan pengukuran tinggi dan berat badan serta melakukan
pencatatan di buku KIA. Berdasarkan hasil tersebut terindikasi 1 anak mengalami stunting.
Guru berkomunikasi dengan orang tua dan merujuknya ke puskesmas yang sudah bekerja
sama dengan sekolah. Bentuk kemitraan tersebut adalah: (D)
a. Penguatan komunikasi dua arah
b. Belajar di rumah
c. Pengambilan keputusan
d. Kolaborasi dengan masyarakat/institusi
e. Kegiatan sukarela
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis yang berfungsi sebagai pusat pembangunan
8. Kerja sama guru dan orang tua untuk percepatan penurunan stunting sangat penting
karena baik guru maupun orang tua memiliki peranan sangat penting dan orang dewasa
terdekat anak. Bentuk kegiatan program kemitraan antara orang tua dan guru yang dapat
direncanakan dalam rangka percepatan penurunan stunting adalah: (B)
a. Meminta puskesmas untuk melakukan pemeriksaan tumbuh kembang anak
b. Praktek pengolahan makanan sehat bergizi di sekolah
c. Kunjungan ke peternakan
d. Pelaksanaan pentas seni
e. Bermain di RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak)
Praktek pengolahan makanan sehat di sekolah merupakan bentuk kegiatan program
kemitraan antara guru dan orang tua yang terprogramkan di setiap semester dengan
tujuan mengedukasi orang tua mengenai makanan sehat bergizi.
9. Program kemitraan adalah program koneksi antara sekolah dan anggota masyarakat,
keluarga, organisasi dan lembaga bisnis yang terencana untuk mendorong aspek
perkembangan anak. Kebermanfaatan program kemitraan yang dilaksanakan satuan
PAUD adalah: (A)
a. Mendukung keberhasilan pendidikan di sekolah dan rumah
b. Meningkatkan pamor sekolah di masyarakat
c. Mendukung akreditasi satuan PAUD
d. Meringankan tugas dan beban Satuan PAUD atau guru
e. Memudahkan satuan PAUD menjalankan tugas
Program kemitraan bertujuan untuk mendukung lingkungan belajar yang dapat
mengembangkan potensi peserta didik dengan menguatkan jalinan kemitraan sekolah
bersama keluarga dan masyarakat, mendukung keberhasilan pendidikan di rumah dan di
sekolah serta mendukung program pendidikan melalui peran serta masyarakat.
10. Guru bercerita menggunakan gambar berseri dan menunjukkan gambar anak
yang tidak mau makan sayur dengan alasan tidak enak. Selanjutnya guru bersama anak
mendiskusikan gambar tersebut. Pernyataan yang tepat untuk mendeskripsikan kegiatan
pembelajaran dalam rangka mendukung percepatan penurunan stunting adalah : (B)
a. Pembelajaran inovatif
b. Integrasi materi pembelajaran dengan kesehatan gizi anak usia dini
c. Guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
d. Pembelajaran mengandung unsur HOTS
e. Guru memperhatikan tumbuh kembang anak.
Peran guru dalam percepatan penurunan stunting dapat dilakukan melalui integrasi
materi pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan buat anak. Bercerita adalah
kegiatan di mana guru dapat menyisipkan pesan moral yang bertujuan untuk menstimulasi
perubahan sikap dan perilaku anak.