RINAWATI, S.Pd
ANGKATAN :
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
RINAWATI, S.Pd
……………., ………….2023
Mengetahui,
NURWATI, S.Pd.AUD
KATA PENGANTAR
ii
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
atas perkenan-NYA penyusunan Laporan Tugas Mandiri Diklat Berjenjang tingkat
Mahir ini dapat terselesaikan dengan baik.
DAFTAR ISI
iii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................
LAMPIRAN - LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini merupakan usia emas (golden age) bagi perkembangan baik
mental, moral maupun sipritualnya. Dimana pada usia ini menentukan
perkembangan karakter dan kepribadian seseorang. Keberhasilan perkembangan
anak selanjutnya sangat ditentukan oleh pola asuh pada usia emas ini.
Upaya yang dapat dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan
kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk
mengeksplorasi dan belajar secara aktif. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini
diarahkan dalam rangka pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing,
mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan
kemampuan dan ketrampilan pada anak. Pendidikan anak usia dini diyakini
memiliki efek komulatif yang akan terbawa dan mempengaruhi fisik dan mental
anak selama hidupnya. Dengan demikian, pendidikan anak usia dini adalah
membekali dan menyiapkan anak sejak dini untuk memperoleh kesempatan dan
pengamatan yang dapat membantu perkembangan kehidupan selanjutnya.
Namun kenyataannya, masih minimnya pengetahuan dan ketrampilan
mengajar PAUD. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidik PAUD
adalah dengan diadakannya diklat berjenjang tingkat dasar yang diharapkan
mampu membantu para pendidik PAUD dapat lebih meningkatkan kemampuan dan
pengetahan dalam mengasuh anak usia dini.
Adapun identitas lembaga penyusun adalah sebagai berikut:
Nama : Rinawati, S.Pd
Nama lembaga : TK Dharma Wanita Cerme
NoIjin operasional :
NPSN : 20572413
Alamat lembaga : JL. Rambutan 120 RT:19 RW: 05 Desa Cerme
Kecamatan. Grogol
Jumlah tenaga pendidik : 1 Kepala Sekolah
Jumlah pendidik : 2 Guru kelas
1
Jumlah murid : 35
Jumlah ruang : 4 (1 ruang bermain, 1 ruang kantor, 2 ruang
kelas)
Kondisi ruang : Baik
B. Tujuan
Tujuan di adakannya Diklat Mahir adalah agar mampu meningkatkan
kualitas dan mutu para pendidik PAUD khususnya di Kabupaten Kediri.
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari membuat laporan ini adalah :
1. Mendapat kesempatan untuk berperan aktif untuk mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan sendiri
2. Dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran
3. Dapat berkembang secara profesional karena dapat memperbaiki cara-cara
pembelajaran yang benar
2
BAB II
A. PELAKSANAAN PTK
BAB I
PENDAHULUAN
3
Membaca merupakan suatu proses rekonstruksi makna melalui interaksi
yang dinamis antara pengetahuan setiap pembaca, informasi yang tersaji dalam
bahasa tulis dan konteks bacaan Anthony (Mulyati 2009). Kemampuan membaca
memegang peranan penting bagi anak usia dini. Karena membaca merupakan
awal pengenalan bahasa kepada anak dengan tujuan untuk menambah kosa kata,
mengembangkan pola pikir kreatif dalam diri anak.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada anak kelompok B di TK
Dharma Wanita Cerme menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak masih
terbatas. Hal ini terlihat dari perkembangan kemampuan anak dalam membaca
dari 20 anak, 20 % belum meningkat, 55 % mulai meningkat dan 25% meningkat
sesuai harapan dalam kegiatan pembelajaran. Ketercapaian kemampuan anak
belum begitu tampak. Hal ini dikarenakan media pembelajaran yang digunakan
guru kurang bervariasi, selama ini guru hanya menggunakan media papan tulis
dalam pembelajaran, sehingga anak menjadi bosan dan tidak tertarik dalam
kegiatan pembelajaran.
Kurangnya sarana dan prasarana yang ada untuk dapat mendukung
pembelajaran dan pemahaman tentang membaca. Dalam pemanfaatan media,
guru cenderung kurang dapat memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Selain itu guru cenderung terhambat kreativitasnya karena sekolah lebih sering
memanfaatkan media yang sudah jadi seperti buku catak atau lembar kegiatan,
sehingga anak yang mengalami kekurangan dalam perkembangannya kurang
mampu merespon dengan cepat apa yang ingin disampaikan guru.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meningkatkan
kemampuan membaca anak melalui media puzzel. (Purnamasari 2006)
mengungkapkan puzzel merupakan salah satu media untuk meningkatkan
kemampuan bahasa anak terutama dalam membaca dengan keunggulan sebagai
berikut: Pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan, berpusat pada
anak. Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu bahan masukan pengajaran,
khususnya dalam pembelajaran kemampuan bahasa anak di pendidikan anak usia
dini melalui media yang dapat membangkitkan motivasi anak.
Dengan media puzzel diharapkan anak berperan aktif dalam proses
pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca. Oleh
4
sebab itu peneliti akan menggunakan media puzzel untuk meningkatkan
kemampuan anak dalam membaca. Berdasarkan paparkan diatas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna mencari solusi atas
permasalahan yang telah dipaparkan dengan judul ’’ Meningkatkan Kemampuan
Bahasa Melalui Membaca Dengan Media Puzzel Pada Anak Kelompok B TK
Dharma Wanita Cerme’’
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Kurangnya kemampuan membaca pada anak kelompok B TK Dharma Wanita
Cerme.
2. Media pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana meningkatkan kemampuan bahasa dengan metode membaca
melalui media puzzel pada anak kelompok B TK Dharma Wanita Cerme ?
5
sebagai berikut :
- Anak
Diharapkan dengan dilakukan penelitian tindakan kelas ini,
kemampuan membaca anak dapat meningkat dengan lebih baik anak
menjadi lebih termotivasi dan senang serta lebih kreatif dalam
pembelajaran.
- Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
pertimbangan dalam menetapkan kebijakan pengembangan
pembelajaran secara tepat bagi anak kelompok lima sampai enam
tahun, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
- Guru
Diharapkan guru mendapatkan pengalaman berharga dalam
meningkatkan kemampuan membaca anak usia dini dengan
menggunakan media puzzel sehingga guru menjadi lebih kreatif dan
dapat meningkatkan profesionalitas kerjanya.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1 Kemampuan Bahasa
a. Pengertian Kemampuan Bahasa
Bahasa merupakan bagian penting dari kehidupan, dengan adanya
bahasa, satu individu dengan individu lain akan berhubungan melalui
berbahasa badudu (Dhieni 2007). Mendefinisikan bahasa sebagai alat
penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri
dari individu – individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan
keinginannya. Hulit dan Howard (Hildayani 2007) menjelaskan bahwa
bahasa adalah ekspresi kemampuan manusia yang bersifat bawaan,
berupa simbo – simbol abstrak yang terdapat di otak.
Bahasa merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia, melalui
bahasa manusia dapat menyampaikan informasi sehingga terjalin
interaksi sosial dalam bergaul dan memenuhi kebutuhan sehari – hari.
Bahasa adalah suatu sarana penghubung rohani yang amat penting
dalam hidup bersama (Soejono). Ada dua pengertian bahasa
(Syamsusuddin) yaitu Bahasa sebagai alat yang dipakai untuk
membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan –
perbuatan alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi.
Selain itu bahasa juga sebagai tanda yang jelas dari kepribadian yang
baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa,
tanda yang jelas dari budi pekerti manusia. Bahasa memegang peran
penting dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan sarana dalam
berkomunkasi antara manusia. Melalui bahasa anak mampu
mengungkapkan pikiran, gagasan maupun persepsi mereka. Tanpa
adanya bahasa manusia akan sulit untuk menjalin komunikasi (Istarini,
2014).
Berdasarkan pernyataan menurut para ahli bahasa di atas dapat
disimpulkan bahwa bahasa merupakan alat yang sangat penting bagi
7
penterjemah komunikasi antar manusian untuk menyampaikan
informasi yang dapat dimengerti oleh orang banyak. Melalui bahasa
akan tercipta komunikasi dua arah yang baik agar tercipta kepahaman
dan pengertian yang sama agar tidak terjadi kesalah pahaman diantara
keduanya.
2 Kemampuan Membaca
a. Pengertian Kemampuan Membaca
Membaca merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat
reseptif. Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan
melibatkan berbagai keterampilan, jadi kegiatan membaca merupakan
suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa
kegiatan seperti menganali huruf dan kata – kata, menghubungkannya
dengan bunyi maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud
bacaan. Membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu
tulisan. Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian
kembali dan penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf,
kata ungkapan, frase, kalimat dan wacana serta menghubungkannya
dengan bunyi dan maknanya, Anderson (Dhieni 2007)
Kridalaksana (Dhieni 2007) juga mengemukakan bahwa membaca
adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk
urutan lambang – lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara
bermakna dalam bentuk pemahaman diam – diam atau pengujaran
keras – keras. Kegiatan membaca dapat bersuara, dan dapat pula tidak
bersuara.
(Mulyati 2009) Membaca merupakan suatu proses decoding,
yakni mengubah kode – kode atau lambang – lambang verbal yang
berupa rangkaian huruf – huruf menjadi bunyi – bunyi bahasa yang
dapat dipahami. Lambang – lambang verbal itu mengusung informasi.
Proses pengubahan lambang menjadi bunyi berarti itu disebut proses
pembacaan sandi.
Anthony (Mulyati 2009) Membaca merupakan suatu proses
rekonstruksi makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan
8
setiap pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa dan konteks.
Berdasarkan pernyataan menurut para ahli kemampuan
membaca di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca
adalah Kemampuan membaca yang bersifat reseptif dan bersifat
kompleks yang melibatkan fisik dan mental. Kemampuan membaca
akan memperluas wawasan dan pengetahuan anak sehingga anak pun
akan berkembang kreatifitas dan kecerdasannya.
b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca merupakan kegiatan yang kompleks,
artinya banyak segi dan banyak faktor yang mempengaruhinya.
Anderson (Dhieni 2007) mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kemampuan membaca adalah :
1. Motifasi
Faktor motifasi akan menjadi pendorong semangat anak
untuk membaca. ada dua faktor motifasi yaitu : motivasi intrinsik
bersumber pada pembaca itu sendiri dan motifasi ekstrinsik yang
bersumber terletak diluar pembaca.
2. Lingkungan Keluarga
Kemampuan membaca dipengaruhi oleh keluarga dalam hal :
a. Interaksi Interpersonal
Interaksi Interpersonal terdiri atas pengalaman – pengalaman
baca tulis bersama orang tua, saudara dan anggota keluarga
lain di rumah
b. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik mencakup bahan – bahan bacaan di rumah
c. Suasana yang penuh perasaan (emosional) dan memberikan
dorongan (motivasional) yang cukup hubungan antar individu di
rumah, terutama yang tercemin pada sikap membaca.
3. Bahan Bacaan
Bahan bacaan biasanya mengembangkan semua aspek
pengembangan bahasa, memberikan anak – anak kesenangan,
untuk anak usia dini penyajian bahan bacaan disertai dengan
9
gambar – gambar yang menarik gambar lebih dominan daripada
tulisan.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan, kemampuan
membaca merupakan kegiatan yang kompleks artinya banyak
faktor yang mempengaruhinya yaitu motivasi, lingkungan keluarga,
dan bahan bacaan. Motivasi haruslah selalu dibangkitkan agar anak
giat berusaha dan tidak menyerah dalam belajar membaca,
keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama
bagi anak.
c. Tahapan – Tahapan Kemampuan Membaca
Menurut Brewer (Dhieni 2007) perkembangan dasar kemampuan
membaca pada anak usia 4 – 6 tahun berlangsung dalam lima tahap
yaitu :
1. Fantasi
Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, melihat
dan membalik lembaran buku ataupun membawa buku
kesukaannya
2. Pembentukan Konsep Diri
Anak mulai memandang dirinya sebagai ‘pembaca’ dimana
anak berpura – pura membaca buku, memaknai gambar
berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya dan
menggunakan bahasa baku yang tidak sesuai dengan tulisannya.
3. Membaca Gambar
Anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan
menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya.
4. Pengenalan Bacaan
Anak mulai tertarik ada bacaan, dapat mengingat tulisan
dalam konteks tertentu.
5. Membaca Lancar
Anak dapat membaca berbagai jenis buku secara bebas.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan, bahwa
perkembangan kemampuan membaca yang perlu diketahui dan
10
dipahami oleh guru dan orang tua adalah bagaimana menstimulasi
potensi – potensi anak sehingga anak dapat berkembang secara
optimal.
d. Manfaat Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca akan bermanfaat dalam kehidupan anak
yaitu Leonhard (Dhieni 2007)
1. Memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal dan
membuat belajar anak lebih mudah.
2. Dapat membantu anak – anak untuk memiliki rasa kasih sayang.
3. Membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak.
4. Dapat mengembangkan pola berpikir kreatif dan kritis pada anak.
5. Menambah kosakata pada anak.
6. Membaca dapat mengembangkan kemandirian dan rasa percaya
diri pada anak.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan membaca pada anak dapat bermanfaat yaitu
Mengembangkan pola berpikir kreati, kritis, memberikan wawasan
yang lebih luas dalam segala hal dan membuat belajar anak lebih
mudah.
3 Media Untuk Mengembangkan Kemampuan Membaca
a. Pengertian Media
(Pahmadhi dan Sukardi 2008) Memandang media dalam konteks
karya seni dipahami sebagai bahan yang dapat digunakan untuk
menuangkan gagasan seseorang, seperti kertas, kanvas, kain atau
papan tripleks, keramik, kaleng plastik atau kertas, dan kardus bekas.
Dimana media merupakan bahan atau material dan alat untuk
menciptakan karya seni. Heinich (Zaman 2007) Media saluran
komunikasi, perantara sumber pesan dengan penerima pesan.
Media pembelajaran adalah Segala sesuatu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, pehatian
dan kemauan si belajar, sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali. Media pembelajaran
11
merupakan saluran komunikasi unruk menyampaikan pesan dari
sumber pesan kepada penerima pesan (Dhieni 2007)
b. Media Puzzel
1. Prosedur Pengembangan Media Puzzel
Puzzel merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzel berdasarkan pasangannya
menjadi bentuk utuh, yang terdapat bentuk gambar dan tulisan
yang sesuai kemudian anak dapat membaca gambar yang memiliki
kata atau kalimat, permainan yang menantang daya kreatifitas dan
ingatan anak lebih mendalam dikarenakan munculnya motifasi
untuk senantiasa mencoba.(Patmonodewo 2010).
2. Keterkaitan Kemampuan Membaca Dengan Media Puzzel
Bermain melalui media puzzel memberikan kesempatan
kepada anak menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah,
dengan cara menyenangkan akhirnya membentuk pengalaman,
melalui aktivitas dan pengalaman yang dilakukan anak akan
memiliki keterampilan dan kemampuan membaca Tedjasaputra
(Dhieni 2007).
3. Pemanfaatan Bahan Bekas sebagai media atau Alat Bermai Puzzel
Guru dapat memanfaatkan lingkungan yang terdekat dengan
anak sebagai sumber belajar. Demikian juga dengan media puzzel
dimana bahannya dapat dengan memanfaatkan bahan kardus
bekas.
Kelengkapan dan proses pembuatan media puzzel
Bahan media puzzel
1 Kardus bekas ukuran besar, 4 kardus bekas ukuran kecil,
Kertas marmer, Spidol, Lem
Alat
Gunting, Carter, Penggaris.
Proses pembuatan media puzzel
Untuk tempat kepingan puzzel, kardus bekas ukuran besar
12
dilubangi tengahnya bentuk segi empat dan dilapisi
permukaannya dengan kertas marmer. Untuk membuat
kepingan puzzel 4 kardus bekas ukuran kecil semua dilapisi
permukaannya dengan kertas marmer, semua sisi kepingan
puzzel dikasih gambar dan tulisan sesuai keinginan, pada
masing – masing sisi potongan berbeda sehingga keenam sisi
nya semua bisa disusun menjadi bentuk gambar yang utuh.
c. Manfaat Bermain Media Puzzel
Penggunaan media dalam pembelajaran mempunyai peran yang
sangat penting, karena akan mempengaruhibhasil belajar anak.
(Purnamasari 2007) manfaat bermain melalui media puzzel bagi anak
usia dini antara lain :
1. Pesan atau informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan
lebih jelas, menarik, konkret dan tidak hanya bentuk kata – kata
maupun tulisan.
2. Meningkatkan sikap aktif dan motivasi anak dalam belajar
3. Memungkinkan interaksi lebih langsung antara anak dengan
lingkungan dan kenyataan.
4. Memungkinkan anak menemukan sendiri pengetahuan akan
membaca
5. Melatih ketekunan, kesabaran untuk berpikir dalam menyelesaikan
tantangan.
6. Meningkatkan kemampuan anak menggunakan otot – otot kecilnya
khususnya tangan dan jari – jari tangan.
7. Memperluas pengetahuan anak akan belajar banyak hal, warna,
bentuk, angka dan huruf.
8. Memberikan kesempatan kepada anak untuk berpikir dan bertindak
imajinatif serta penuh daya khayal.
13
Melakukan penelitian berjudul ‘ Meningkatkan kemampuan membaca melalui
permainan teka – teki silang pada anak kelompok B TK Dharma Wanita
Sonorejo’ Hasil peningkatan sebelum penelitian dan sesudah penelitian
kemampuan membaca meningkat 80%. Dari hasil penelitian yang mengalami
peningkatan maka dapat disimpulkan, bahwa terdapat pengaruh positif
permainan teka – teki silang dan dapat meningkatkan kemampuan membaca
pada anak kelompok B TK Dharma Wanita Sonorejo.
Hasil Penelitian yang relevan untuk melengkapi penelitian tentang
peningkatan kemampuan membaca. Sriami (2017) melakukan penelitian
berjudul ‘Mengembangkan kemampuan membaca menggunakan media puzzel
pada anak kelompok B TK Dharma Wanita Grogol. Hasil peningkatan sebelum
penelitian dan sesudah penelitian kemampuan membaca meningkat 85%. Dari
hasil penelitian yang mengalami peningkatan maka dapat disimpulkan, bahwa
terdapat pengaruh positif bermain puzzel dan dapat mengembangkan
kemampuan membaca anak kelompok B TK Dharma Wanita Grogol.
C. KERANGKA BERPIKIR
Perencanaan sumber belajar yang dilakukan guru akan memberikan
manfaat apabila guru dapat menyampaikan dan memilih sumber belajar yang
sesuai dengan karakteristik, minat, dan tujuan pembelajaran anak yang hendak
dicapai. Telah dijelaskan pada kajian teori mengenai media puzzel, bahwa
penggunaan media puzzel ini melalui permainan yang menyenangkan yang
dapat menarik perhatian anak, dimana anak dapat memainkan dengan cara
dibongkar pasang kepingan puzzel berdasarkan pasanannya menjadi bentuk
utuh, yang terdapat bentuk gambar dan tulisan kata yang sesuai, kemudian
anak dapat membaca gambar yang memiliki kata sederhana, dengan demikian
akan terjadi proses belajar membaca pada diri anak.
Anak menjadi lebih mampu memecahkan masalah sederhana jauh lebih
cepat, serta memberikan kesempatan kepada anak untuk berpikir dan
bertindak imajinatif serta penuh daya khayal. Permainan menggunakan media
puzzel akan lebih menarikminat anak dan memperkaya pengalaman anak,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan bentuk PTK ( Penelitian
Tindakan Kelas ). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang menggnakan
refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh guru yang terlibat di dalamnya
serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Penelitian
Tindakan Kelas adalah Penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat ( Wardhani dan Wihardit,
2008).
C. SUBJEK PENELITAN
Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang menjadi subjek penelitian adalah
anak kelompok B dengan usia lima sampai dengan enam tahun yang berjumlah
20 anak terdiri dari 7 anak perempuan dan 13 anak laki – laki.
15
1. PERENCANAAN
3. PENGAMATAN
1 PERENCANAA
N
3. PENGAMATAN
16
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh pengamat, sambil melakukan
pengamatan guru pelaksana mencatat semua yang terjadi sehingga
memperoleh hasil yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan didiskusikan dengan
peneliti. Tujuannya adalah untuk memecahkan masalah yang ada dalam
memperbaiki proses belajar mengajar yang kurang tepat serta meningkatkan
prestasi anak khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya.
Berdasarkan paparan diatas, berikut adalah tahap-tahap penelitian
tindakan kelas yang dilakukan adalah sebagai berikut.
SIKLUS I
Masih banyak anak yang belum mampu mencapai indicator
keberhasilan pada kondisi awal, hal tersebut membuat peneliti berusaha
melakukan perbaikan melalui kegiatan pada siklus I
1. Tahap Perencanaan
Pada tahapini peneliti menemukan langkah-langkah pengembangan
seperti
a. Bekerjasama bersama observer menetapkan urutan materi
pembelajaran dan cakupannya.
b. Menetapkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran ini menggunakan
media puzzle
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM)
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
e. Membuat lembar penilaian unjuk kerja anak
f. Mendesain alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
yang telah direncanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian yang telah disusun. Guru melaksanakan kegiatan
17
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah
ditetapkan.
a. Kegiatan Awal
Guru mengkondisikan anak agar siap menerima pembelajaran
Guru membuka kegiatan dengan salam dan dilanjutkan dengan
memimpin doa
Guru menyampaikan apersepsi dengan menginformasikan tema
Guru membacakan cerita
Guru memfasilitasi kebutuhan belajar dan bermain
b. Kegiatan Inti
Bahasa
- Guru mengenalkan media puzzle kepada anak
- Guru memperagakan cara bermain melalui media puzzle
- Anak melaksanakan berman melalui media puzzle secara
bergantian
- Guru memberikan motivasi dan bimbingan pada anak agar
memperoleh
kegembiraan dan kepuasan saat bermain melalui media
puzzel
Aturan Permainan
- Anak harus menyusun bentuk yang utuh (bentuk gambar dan
bawahnya terdapat kata yang sesuai dengan gambarnya) saat
bermain melalui media puzzle
- Anak harus membaca kata yang ada dibawah gambar, saat
bermai melalui media puzzle
- Anak harus bergantian dengan temannya saat bermain
melalui media puzzle
Kognitif
- Guru menjelaskan cara menghitung tahu yang sudah dibuat
- Anak melaksanakan kegiatan
18
- Guru memberikan motivasi dan bimbingan pada anak agar
memperoleh kegembiraan dan kepuasaan saat belajar dan
bermain
Seni
- Guru menjelaskan cara membuat tahu bulat
- Anak melaksanakan kegiatan
- Guru memberikan motivasi dan bimbingan pada anak agar
memperoleh kegembiraan dan kepuasaan saat belajar dan
bermain
c. Kegiatan Akhir
Membicarakan kegiatan yang sudah dilaksanakan pada hari itu
Agar anak lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan selanjutnya,
maka guru memberikan motivasi yang menarik tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan pada hari berikutnya
Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan memimpin do’a
dan salam
Guru mengevaluasi anak didik dari kegiatan sehari
3. Tahap Pengamatan Tindakan
Pada tahap ini observasi atau pengamat melakukan observasi
terhadap pelaksanaan tindakan diri terhadap dengan menggunakan
lembar penilaian unjuk kerja untuk anak, untuk mengetahui kemampuan
membaca anak melalui media puzzle dan untuk mengetahui hambatan
yang dialami anak didik selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Tahap Repleksi
Setelah data observasi dianalisis, guru melakukan refleksi diri
terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini,
tim observasi dan guru berusaha untuk dapat mengetahui kemampuan
anak didik dalam pembelajaran yang dilakukan. Hasil tersebut digunakan
untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.
Adapun langkah-langkah dalam refleksi tindakan, sebagai berikut :
- Merinci dan menganalisis efektifitas pembelajaran yang
didasarkan pada hasil diskusi antara tim observasi terhadap
19
hasil pembelajaran, minat atau ketertarikan belajar anak
terhadap kegiatan bermain melalui media puzzle
- Mengidentifikasi permasalahan yang sudah ada dan belum
terpecahkan atau yang muncul selama pembelajaran
berlangsung, dengan mengajukan pertanyaan refleksi
terhadap komponen kegiatan belajar seperti
Apakah anak didik sudah memahami tentang membaca.
- Menentukan tindak lanjut dengan cara merencanakan
tindakan selanjutnya berdasarkan hasil refleksi yang
direncanakan.
SIKLUS II
Melihat keadaan dalam pelaksanaan siklus I masih belum memcapai
kreiteri ketuntasaan minimal 75 % maka perlu dilaksanakan tindakan
pembelajaran siklus II guna mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah
ditentukan.
Adapun langkah-langkah pembelajara sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
Diskusi dengan observer tentang permasalahan baru yang timbul pada
siklus I, hasil refleksi pada siklus I dijadikan dasar menyusun rencana
perbaikan pembelajaran di RPPH pada siklus II.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
yang telah direncanakan. Guru melaksanakan kegiatan dengan media
sama dengan siklus I, yaitu dengan menggunakan media puzzle.
Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada pelaksaan tindakan
kelas:
a. Kegiatan Awal
Guru mengkondisikan anak agar siap menerima pembelajaran
Guru membuka kegiatan dengan salam dan dilanjutkan dengan
memimpin doa
Guru menyampaikan apersepsi dengan menginformasikan tema
20
Guru membacakan cerita
Guru memfasilitasi kebutuhan belajar dan bermain
Guru menyediakan media pazzule setiap anak pada 1 kelompok
b. Kegiatan Inti
Bahasa
- Guru mengenalkan media puzzle kepada anak
- Guru memperagakan cara bermain melalui media puzzle
- Anak melaksanakan bermain melalui media puzzle
- Guru memberikan motivasi dan bimbingan pada anak agar
memperoleh
kegembiraan dan kepuasan saat bermain melalui media
puzzel
Aturan Permainan
- Anak harus menyusun bentuk yang utuh (bentuk gambar dan
bawahnya terdapat kata yang sesuai dengan gambarnya) saat
bermain melalui media puzzle
- Anak harus membaca kata yang ada dibawah gambar, saat
bermain melalui media puzzle ( tahu putih, tahu kuning, tahu
bulat, tahu goreng, bakso tahu, sayur tahu )
Kognitif
- Guru menjelaskan cara menghitung tahu yang sudah dibuat
- Anak melaksanakan kegiatan
- Guru memberikan motivasi dan bimbingan pada anak agar
memperoleh kegembiraan dan kepuasaan saat belajar dan
bermain
Seni
- Guru menjelaskan cara membuat tahu bulat
- Anak melaksanakan kegiatan
- Guru memberikan motivasi dan bimbingan pada anak agar
memperoleh kegembiraan dan kepuasaan saat belajar dan
bermain
c. Kegiatan Akhir
21
Membicarakan kegiatan yang sudah dilaksanakan pada hari itu
Agar anak lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan selanjutnya,
maka guru memberikan motivasi yang menarik tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan pada hari berikutnya
Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan memimpin do’a
dan salam
Guru mengevaluasi anak didik dari kegiatan sehari
3. Tahap Pengamatan atau Observasi
Peneliti melakukan pengamatan lebih tajam terhadap partisipasi anak
pada saat pembelajaran. Pada penelitian ini diliht perubahan yang terjadi
pada anak saat siklus I dan siklus II. Cara penilaian berdasarkan
kemampuan anak masing-masing pada siklus I dan ke siklus II bukan pada
kemampuan kelompoknya.
4. Tahap Refleksi
Setelah data observasi dianalisis, guru melakukan refleksi diri terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini tim
observer dan guru berusaha untuk dapat mengetahui kemampuan anak
didik dalam pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II.
22
Tabel 3.1 Instrumen Penilaian Kemampuan Membaca pada Anak Kelompok
B TK Dharma Wanita Cerme
Belum Tu
A
1 2 3 4 Tunta nta
n
s s
a
k
01 A
q
i
l
a
02 A
r
d
i
y
a
n
03 A
u
r
o
r
a
23
04 A
z
k
a
05 D
a
v
a
06 D
a
v
i
d
07 D
e
f
h
a
n
08 D
i
k
y
09 I
r
v
a
n
10 I
24
s
h
i
t
a
11 I
y
a
n
12 M
u
h
a
m
13 R
a
d
i
t
14 R
a
g
i
l
15 R
a
r
a
16 R
25
e
y
h
a
n
17 R
i
s
k
a
18 S
a
h
a
l
19 S
a
s
a
20 Z
a
h
r
a
J
u
m
l
a
26
h
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e
Keterangan
27
memperoleh bintang tiga dan bintang empat ) antara waktu sebelum dilakukan
tindakan siklus I dan siklus II
Langkah – langkah analisis data sebagai berikut:
1. Menghitung persentase anak yang mendapatkan bintang satu, bintang dua,
bintang tiga, dan bintang empat, dan menghitung distribusi frekuensi
perolehan tanda bintang dengan rumus.
f
P= x 100 %
N
28
BAB IV
01 Aqila P
02 Ardiyan L
03 Aurora P
04 Azka L
05 Dava L
06 David L
07 Defhan L
08 Diky L
09 Irvan L
10 Ishita P
11 Iyan L
12 Muham L
13 Radit L
29
14 Ragil L
15 Rara P
16 Reyhan L
17 Riska P
18 Sahal L
19 Sasa P
20 Zahra P
Keterangan :
L : Laki – Laki
P : Perempuan
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) Dilaksanakan di TK Dharma Wanita
Cerme , dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dan siklus II masing-masing
dilaksanakan dalam satu pertemuan. Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal
13 Maret Dan Siklus II pada hari Senin tanggal 20 Maret
30
bervariasi dan media papan tulis saja, sehingga anak bosan, lebih suka main
sendiri-sendiri dan kurang antusias saat guru memberi pembelajaran yang
berkaitan dengan pengembangan kemampuan membaca.
Berdasarkan hasil penelitian awal, jumlah anak yang sudah mampu
mencapai indicator keberhasilan masih sedikit. Dari 20 anak hanya 5 anak yang
mampu membaca tanpa bantuan dari guru sedangkan 15 anak masih
memerlukan bantuan guru dalam membaca. Hal ini berarti kemapuan membaca
anak masih kurang, dapat dilihat dari table 4.2 berikut ini:
3 4
1 2
01 Aqila V
02 Ardiya V
n
03 Auror V
a
04 Azka V
05 Dava V
06 David V
07 Defha V
n
08 Diky V
09 Irvan V
31
10 Ishita V
11 Iyan V
12 Muha V
m
13 Radit V
14 Ragil V
15 Rara V
16 Reyha V
n
17 Riska V
18 Sahal V
19 Sasa V
20 Zahra V
Jumla 4 11 5 0
h
Prese 2 55 25 0
ntase 0 % %
%
4
1= x 100 % = 20%
20
11
2= x 100 % = 55%
20
5
3= x 100 % = 25%
20
32
Analisis data penelitian kegiatan pengembangan kemampuan pra
tindakan :
f
P= x 100 %
N
4+ 22+ 15+0
P= x 100 %
80
41
P= x 100 % = 51,25%
80
33
Rencana umum dalam pelaksanaan ini adalah dengan mempersiapkan :
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan ( RPPM )
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ( RPPH)
c. Lembar penilaian unjuk kerja untuk anak
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini menggunakan Kemmis dan
Tagart yang terdiri atas 2 siklus, yang setiap siklusnya memiliki 4 tahapan,
yaitu 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan, 3. Pengamatan dan 4. Refleksi. Dari
hasil refleksi dijadikan bahan dasar untuk menentukan keputusan perbaikan
pada siklus berikutnya dalam PTK ini penelitian menggunakan :
a. Siklus I
Topik : Kediriku
Sub Topik : Seni budaya
Sub – Sub Topik : Jaranan
Media : Puzzel
b. Siklus I
Topik : Kediriku
Sub Topik : Makanan Khas
Sub – Sub Topik : Tahu
Media : Puzzel
3. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I
Masih banyak anak yang belum mampu mencapai indicator keberhasilan
pada kondisi awal, hal tersebut membuat penelitian berusaha melakukan
perbaikan melalui kegiatan pada siklus I.
Kegiatan pada siklus I adalah sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dalam
satu kali pertemuaan yang meliputi:
- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan ( RPPM )
- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ( RPPH )
- Menetapkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran ini melalui
media puzzle
- Membuat lembar penilaian unjuk kerja untuk anak.
34
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penelitian siklus I, tugas peneliti adalah
mengamati, menilai dan mendokumentasikan semua kegiatan yang
dilakukan anak. Sedangkan tugas guru adalah melaksanakan kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan RPPH yang disusun oleh peneliti dan
telah didiskusikan sebelumnya. Adapun proses pelaksanaan tindakan
siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yang dilaksanakan pada
hari senin dengan topik Kediriku, sub topik Seni Budaya, sub – sub topik
Jaranan.
Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada pertemuan ini sebanyak
20 anak.
Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada pelaksaan tindakan
kelas:
Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
35
- Guru membagi jumlah anak menjadi tiga kelompok
- Anak melaksanakan bermain melalui media puzzle
- Guru memberikan motivasi dan bimbingan pada anak agar
memperoleh
kegembiraan dan kepuasan saat bermain melalui media
puzzel
Aturan Permainan
- Anak harus menyusun bentuk yang utuh (bentuk gambar dan
bawahnya terdapat kata yang sesuai dengan gambarnya) saat
bermain melalui media puzzle
- Anak harus membaca kata yang ada dibawah gambar, saat
bermain melalui media puzzle ( kepang, celeng, ganongan,
pecut )
Kognitif
- Guru menjelaskan cara menghitung gambar kepang yang
sudah dibuat
- Anak melaksanakan kegiatan
- Guru memberikan motivasi dan bimbingan pada anak agar
memperoleh kegembiraan dan kepuasaan saat belajar dan
bermain
Seni
- Guru menjelaskan cara kolase bentuk gambar kepang dengan
media rautan pensil
- Anak melaksanakan kegiatan
- Guru memberikan motivasi dan bimbingan pada anak agar
memperoleh kegembiraan dan kepuasaan saat belajar dan
bermain
Kegiatan Akhir
36
Agar anak lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan selanjutnya,
maka guru memberikan motivasi yang menarik tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan pada hari berikutnya.
Guru mengevaluasi anak didik dari kegiatan sehari
c. Tahap Observasi
01 Aqil v 1
a
02 Ardi v 1
yan
37
03 Auro v 1
ra
04 Azka v 1
05 Dav v 1
a
06 Davi v 1
d
07 Defh v 1
an
08 Diky v 1
09 Irva v 1
n
10 Ishit v 1
a
11 Iyan v 1
12 Muh v 1
am
13 Radi v 1
t
14 Ragil v 1
15 Rara v 1
16 Rey v 1
han
17 Risk v 1
a
38
18 Saha v 1
l
19 Sasa v 1
20 Zahr v 1
a
Juml 2 7 8 3 9 1
ah 1
Pres 1 3 40 15 4 5
enta 0 5 % % 5 0
se % % % %
SIKLUS I
2
1= x 100 % = 10%
20
7
2= x 100 % = 35%
20
8
3= x 100 % = 40%
20
3
4= x 100 % = 15%
20
Kriteria ketuntasan minimal 75% ( 3)
9
Belum Tuntas x 100 % = 45%
20
11
Tuntas x 100 % = 55%
20
Perhitungan hasil pengumpulan data kemampuan membaca anak dalam
melalui media puzzle.
39
2+ 14+24 +12
P= x 100 %
80
52
P= x 100 % = 65%
80
Berdasarkan table 4.3 menjelaskan bahwa persentase anak
yang mendapatkan bintang satu sebesar 10% atau sebanyak 2 anak,
persentase anak mendapatkan bintang dua sebesar 35% atau sebanyak 7
anak, sedangkan persentase anak yang mendapatkan bintang tiga
sebesar 40% atau sebanyak 8 anak dan sudah terdapat anak yang
mendapatkan bintang empat Yaitu sebesar sebanyak 3 anak.
Berdasarkan hasil analisa perhitungan kemampuan membaca
anak pada siklus I masih dalam kategori kurang meningkat atau masih
rendah yaitu dengan persentase rata – rata kemampuan membaca
sebesar 65% dan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu
sebesar 75%.
Kekurangan luasan ruangan yang disebabkan adanya meja dan
kursi untuk kegiatan pembelajaran juga sangat mempengaruhi partisipasi
anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran bermain melalui media
puzzle sehingga membuat sebagian anak lebih memilih bermain sendiri
dan belum dapat memusatkan perhatian pada kegiatan bermain melalui
media puzzle.
d. Tahap Refleksi.
Berdasarkan tabel 4.5 menjelaskan bahwa dari hasil observasi
penilaian unjuk kerja kemampuan membaca anak menunjukkan bahwa
ada 20 anak didik yang belum tuntas sebesar 45% atau sebanyak 9 ank,
dan yang sudah tuntas sebesar 55% atau sebanyak 11 anak.
40
Hasil Penilaian Jumlah Persentase
Perkembangan Anak
Tuntas 11 55%
Jumlah 20 100%
41
Meskipun ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan siklus I, terdapat kelebihan yaitu sebagian anak cukup
antusias dalam mengikuti kegiatan bermain melalui media puzzle dan
sebagian anak menjadi lebih tenang dan mudah diatur.
Berdasarkan penelitian, beberapa hal yang harus diperhatikan
pada tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut :
- Membagi jumlah anak menjadi empat kelompok, satu
kelompok lima anak dengan tiap anak satu media
- Mengatur waktu seefisien mungkin agar pembelajaran dapat
maksimal dan anak mempunyai banyak kesempatan untuk
bermain melalui media puzzle
42
dilakukan anak. Sedangkan tugas guru adalah melaksanakan kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan RPPH yang disusun oleh peneliti dan
telah didiskusikan sebelumnya. Adapun proses pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yang dilaksanakan pada
hari senin dengan topik Kediriku, sub topik Makanan Khas, sub – sub
topik Tahu.
Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada pertemuan ini sebanyak
20 anak.
Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada pelaksaan tindakan
kelas:
Kegiatan Awal
- Guru mengkondisikan anak agar siap menerima
pembelajaran
- Guru membuka kegiatan dengan salam dan dilanjutkan
dengan memimpin doa
- Guru menyampaikan apersepsi dengan menginformasikan
topik Kediriku, sub topik Makanan Khas, sub – sub topik
Tahu.
- Guru membacakan cerita tentang makanan khas Kediri tahu
- Guru memfasilitasi kebutuhan belajar dan bermain
- Guru menyediakan media pazzule 5 untuk 1 kelompok
Kegiatan Inti
43
kegembiraan dan kepuasan saat bermain melalui media
puzzel
Aturan Permainan
- Anak harus menyusun bentuk yang utuh (bentuk gambar dan
bawahnya terdapat kata yang sesuai dengan gambarnya) saat
bermain melalui media puzzle
- Anak harus membaca kata yang ada dibawah gambar, saat
bermain melalui media puzzle ( tahu putih, tahu kuning, tahu
bulat, tahu goreng, bakso tahu, sayur tahu )
b. Kognitif
- Guru menjelaskan cara menghitung tahu yang sudah dibuat
- Anak melaksanakan kegiatan
- Guru memberikan motivasi dan bimbingan pada anak agar
memperoleh kegembiraan dan kepuasaan saat belajar dan
bermain
c. Seni
- Guru menjelaskan cara membuat bentuk tahu dengan media
tepung terigu
- Anak melaksanakan kegiatan
- Guru memberikan motivasi dan bimbingan pada anak agar
memperoleh kegembiraan dan kepuasaan saat belajar dan
bermain
Kegiatan Akhir
44
Obserevasi pelaksanaan tindakan pada siklus II dengan
menggunakan instrument lembar penilaian unjuk kerja untuk anak ada
Berikut adalah hasil observasi pelaksanaan tindakan pada siklus II.
Data kemampuan membaca anak
B T
1 2 3 4 e u
l n
u t
m a
s
T
u
n
t
a
s
01 Aqila v 1
02 Ardiya v 1
n
03 Auror v 1
a
04 Azka v 1
45
05 Dava v 1
06 David v 1
07 Defha v 1
n
08 Diky v 1
09 Irvan v 1
10 Ishita v 1
11 Iyan v 1
12 Muha v 1
m
13 Radit v 1
14 Ragil v 1
15 Rara v 1
16 Reyha v 1
n
17 Riska v 1
18 Sahal v 1
19 Sasa v 1
20 Zahra v 1
Jumla 3 6 11 3 1
h 7
Prese 15 30 55 5 8
ntase % % % 1 5
% %
46
SIKLUS II
3
2= x 100 % = 15%
20
6
3= x 100 % = 30%
20
11
4= x 100 % = 55%
20
Kriteria ketuntasan minimal 75% ( 3)
3
Belum Tuntas x 100 % = 15%
20
17
Tuntas x 100 % = 85%
20
Artinya sudah menjadi kebiasaan anak membaca kata pada media puzzle
secara benar dan lancer tanpa bantuan guru.
0+6+18+ 44
P= x 100 %
80
68
P= x 100 % = 85%
80
47
terdapat anak yang mendapatkan bintang empat sebesar 55% atau
sebanyak 11 anak.
d. Tahap Refleksi.
Berdasarkan tabel 4.7 menjelaskan bahwa dari hasil observasi
penilaian unjuk kerja kemampuan membaca anak menunjukkan bahwa
ada 20 anak didik yang belum tuntas sebesar 15% atau sebanyak 3 anak,
dan yang sudah tuntas sebesar 85% atau sebanyak 17 anak.
Tuntas 17 85%
Jumlah 20 100%
48
Setelah melihat kondisi pra tindakan kemampuan membaca anak yang masih
rendah, peneliti melakukan tindakan untuk memperbaiki pengembangan
membaca melalui media puzzle. Dalam pengembangan membaca anak
melalui media puzzle, peneliti melihat ketelitian anak ketika melakukan
kegiatan menyusun bentuk utuh kepingan puzzle, mereka melakukannya
dengan penuh semangat dan kegembiraan.
Berdasarkan tindakan penelitian siklus I dan siklus II dapat diuraikan
keberhasilan melaksanakan pengembangan membaca anak melalui media
puzzle pada aspek penilaian.
Untuk mencapai hasil kriteria ketuntasan pada siklus II peneliti merancang
pembelajaran yang lebih menarik dan memberikan keleluasaan bagi anak
untuk berkreasi dalam melakukan kegiatan bermain melalui media puzzle
guna untuk meningkatkan kemampuan membaca anak yaitu dengan
membagi jumlah anak dalam empat kelompok . Hal ini dimaksudkan supaya
anak lebih kreatif dan membangkitkan semangat anak. Karena dengan
bermain, anak merasakan kesenangan, dan kebebasan tersendiri, salah
satunya dengan bermain melalui media puzzle.
Penelusuran lebih jauh dalam pengembangan membaca yang dialami
oleh anak erat kaitannya dengan ketertarikan, keberanian serta percaya diri
anak dalam melakukan bermain melalui media puzzle. Ketertarikan anak
dengan kegiatan bermain melalui media puzzle dapat diartikan semakin tinggi
persentase kemampuan membaca anak dipicu suasana belajar sambil bermain
yang menyenangkan, suasana belajar yang menyenangkan telah memberikan
stimulus yang sangat baik terhadap fungsi otak dalam memproses informasi
sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca anak. Keberhasilan dalam
memberikan rangsangan kepada anak dalam proses pembelajaran agar
kemampuan membaca anak melalui kegiatan bermain melalui media puzzle
dapat meningkat dengan memberikan penguatan serta pujian kepada anak
supaya lebih bersemangat dalam belajar.
2. Pengambilan Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dapat dievaluasi bahwa langkah – langkah yang
telah diprogramkan dan telah dilaksanakan mampu mencapai tujuan yang
49
diharapkan dalam penelitian ini. Dengan demikian dalam proses mengajar,
khususnya dalam hal pengembangan kemampuan membaca dengan media
puzzle pada anak kelompok B TK Dharma Wanita Cerme dapat meningkat.
Dengan demikian penelitian ini dapat dikatakan berhasil atau mencapai
ketuntasan.
Seperti yang dijelaskan pada table 4.8 bahwa peningkatan persentase rata –
rata kemampuan membaca anak melalui kegiatan bermain melalui media
puzzle meningkat dari pra sebesar 51,25% Siklus I sebesar 65% dengan nilai
peningkatan sebesar 13,75% dan siklus II sebesar 85% dengan nilai
peningkatan antara siklus I dan siklus II sebesar 20%.
Tabel 4.7 Perbandingan Persentase Peningkatan Kemampuan Membaca Anak
antara Pra Tindakan sampai dengan Pelaksanaan Siklis II
Persentase
rata – rata 51,25% 65% 85% 13,75% 20%
kemampuan
membaca
50
1. Anak dibagi menjadi 3 kelompok, satu kelompok berjumlah 6 anak dengan 1
media puzzle, sehingga tidak setiap anak dapat bermain dengan maksimal.
2. Anak merasa bingung saat memainkan puzzle, hal ini dikarenakan media
puzzle yang masih baru bagi anak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
51
B. Hasil Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut bermain melalui media puzzle sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan membaca pada anak. Setelah
peneliti menyimpulkan dari hasil observasi, agar mendapatkan hasil yang
maksimal dalam mencapai tujuan pembelajaran yang lebih efektif lagi, maka
perlu adanya saran – saran dalam melalui media puzzle sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Bagi giru diharapkan dalam proses pembelajaran untuk menggunakan
media yang menarik sehingga dapat meningkatkan motivasi anak dalam
belajar, misalnya melalui media puzzle untuk meningkatkan kemampuan
membaca.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hendaknya setelah diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) peneliti
selanjutnya lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam menentukan media
pembelajaran di TK agar proses belajar mengajar semakin bervariasi dan
berkembang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah Siti. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anaka Usia Dini.
Jakarta : Universitas Terbuka
Arikunto Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta
Dhieni Nurbaiti dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka
52
Wardhani Igak dan Wihardit kuswaya 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Universitas Terbuka
Purnamasari. 2006 Manfaat bermain media puzzle bagi anak usia dini.
http://diniaanakcerdas.com/puzzle-2.html.
Zaman Badru.dkk. 2007. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta : Universitas Terbuka
I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada hal mutu layanan PAUD sangat ditentukan oleh keterlibatan
sektor-sektor lain di luar pendidikan sebagaimana dijelaskan di atas. Hal seperti
ini didukung lagi masih rendahnya kesadaran, partisipasi dan peran serta
masyarakat dan keluarga terhadap pentingnya pelayanan pendidikan bagi anak
53
usia dini, termasuk pelayanan kesehatan-gizi, pengasuhan, dan pemberian
perlindungan bagi anak usia dini. Kondisi ini menjadi salah satu faktor
pendukung mutu layanan PAUD masih jauh dari harapan. Berpijak dari kondisi
tersebut dan dalam rangka mendukung program layanan PAUD secara holistik
dan integratif sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden RI
Nomor 60 tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif
(PAUD-HI), maka kami selaku pengelola lembaga merasa terpanggil untuk ikut
bersama-sama menyukseskan pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini
Secara Holistik Integratif. Agar program Pendidikan Anak Usia Dini Holistik
Integratif dapat diimplementasikan secara lebih terarah di lapangan dan dapat
dilakukan pembinaan oleh berbagai pemangku kepentingan yang terkait dengan
pembinaan anak usia dini maka disusunlah Pedoman Penyelenggaraan Program
PAUD Holistik Integratif.
a. Tujuan Umum
Memperluas dan meningkatkan akses dan mutu layanan PAUD bagi anak usia
dini (0-6 tahun) melalui berbagai program PAUD (TK, KB, TPA, SPS) yang diselenggarakan
secara terpadu, holistik dan integratif dengan melibatkan pemangku kepentingan yang
terkait dengan layanan pendidikan, kesehatan gizi, pengasuhan dan perlindungan bagi
anak usia dini di lembaga-lembaga layanan PAUD.
b. Tujuan Khusus
- Meningkatkan kualitas layanan bagi anak usia dini di lembaga PAUD melalui
pelayanan pendidikan, kesehatan-gizi, pengasuhan dan perlindungan bagi anak usia dini.
54
3. Target dan Sasaran Target dan sasaran Program PAUD Holistik Integratif adalah :
a. Meningkatnya kualitas layanan bagi anak usia dini di lembaga PAUD melalui
pemberian layanan pendidikan, pengasuhan, kesehatan-gizi dan perlindungan bagi anak
usia dini
55
b. Bersifat menyeluruh, terpadu dan holistik integratif, yang mencakup aspek layanan
beragam meliputi pendidikan, kesehatan-gizi, pengasuhan, psikososial dan pemberian
perlindungan bagi anak usia dini
c. Dilaksanakan bagi semua anak usia dini secara adil tanpa memandang perbedaan
jenis kelamin, suku bangsa, warna kulit, agama, dan status sosial anak
e. Menempatkan anak sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan kemampuan diri
untuk tumbuh dan berkembang melalui lingkungan yang disiapkan secara sadar dan
terencana.
f. Pelaksanaan PAUD mengakar pada nilai-nilai moral serta budaya lokal dan nasional.
b. Dilaksanakan melalui kegiatan bermain yang merangsang anak untuk aktif, kreatif,
dan eksploratif.
c. Berfokus pada anak secara individu sesuai dengan minat, potensi, dan tahap
perkembangan yang dicapai.
d. Mendorong terjadinya interaksi di antara anak dengan anak lainnya, anak dengan
orang dewasa, dan anak dengan lingkungannya dalam suasana yang alami.
56
(2) Setiap Lembaga PAUD Holistik Integratif berkewajiban
c. Menyelenggarakan penyuluhan bagi para orang tua dan keluarga tentang gizi dan
praktek kesehatan yang baik.
d. Secara bergotong royong penyelenggaraan satuan PAUD bersama orang tua dan
masyarakat dalam penyediaan makanan tambahan (bergizi) dan kebutuhan suplemen
(vitamin) yang dibutuhkan anak.
Dalam penyelenggaraan PAUD Holistik ada 5 (lima) aspek layanan program PAUD HI di
satuan PAUD, antara lain :
57
belajar dengan baik bila mereka berada dalam derajat kesehatan yang rendah. Dan
derajat kesehatan seorang anak sangat dipengaruhi oleh adanya asupan gizi yang
seimbang.
Tujuan Pendidikan/pembelajaran
a. Tujuan Umum
Pendidikan atau pembelajaran bertujuan untuk menggali serta
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk
masa depannya dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui perkembangan para peserta didik maka struktur
pembelajaran diarahkan pada proses aktualisasi potensi aspek perkembangan
anak sesuai dengan tahap perkembangan masing-masing yang berdasarkan atas
6 (enam) aspek perkembangan seperti berikut :
1) Moral dan agama, misalnya anak mampu mengenal dan percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, melakukan ibadah, mengenal ciptaan Tuhan, memiliki
budi pekerti yang baik serta mencintai sesama.
2) Pisik motoric, misalnya anak mampu mengelola dan mengontrol
keterampilan tubuh termasuk gerakan halus dan gerakan kasar serta mampu
menerima rangsangan sensorik.
3) Kognitif, misalnya anak mampu berpikir logis, kritis, kreatif, memberi alasan,
memecahkan dan menemukan sebab akibat.
4) Bahasa, anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif
dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan
belajar.
5) Sosial emosional, anak mampu mengenal lingkungannya (lingkungan alam,
lingkungan sosial dan masyarakat) dan menghargai keragaman sosial dan
budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri, rasa memiliki dan
mengembangkan sikap positif terhadap sesuatu hal.
6) Seni, Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi,
bertepuk tangan, kreatif dalam berkarya serta menghargai hasil karya
temannya.
58
2) Perencanaan Program Pembelajaran
Untuk memulai kegiatan awal tahun ajaran baru, antara lain penyusunan jadwal dan
pengadaan fasilitas yang diperlukan demi kelancaran pelaksanaan program kegiatan
peserta didik. Kegiatan semester antara lain menyiapkan buku-buku untuk program
kegiatan mingguan dan harian serta pembelajaran fasilitas-fasilitas keperluan semester.
b. Satuan kegiatan mingguan dan harian disusun oleh pendidik yang mengacu pada
Acuan Menu Pembelajaran yang berdasarkan aspek-aspek perkembangan anak
sesuai dengan usia dan kemampuan anak.
59
d. Kegiatan Main. Kegiatan main untuk anak usia 2-3 tahun mencakup main
sensorimotor dan main peran. Kegiatan main untuk anak usia 4-6 tahun mencakup
main sensorimotor, main peran dan main pembangunan.
Layanan kesehatan, gizi dan perawatan dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk
kegiatan rutin dalam satuan pendidikan, misalnya pemeriksaan kesehatan anak secara
terjadwal, pengukuran berat dan tinggi badan, pengukuran lingkar kepala, pemeriksaan
kesehatan gigi serta pemberian makanan tambahan. Program ini bisa dilaksanakan
dengan melakukan kerjasama dengan instansi teknis terkait secara berkelanjutan
(Puskesmas, Dinas kesehatan) yang diujudkan dalam bentuk MOU.
Dalam layanan pengasuhan di satuan PAUD dapat bekerja sama dengan orang tua
melalui program parenting yang dapat diisi dengan berbagai kegiatan atau program
seperti :
(a) KPO (kelompok pertemuan orang tua) seperti penyuluhan, diskusi, seminar
tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, pengenalan makanan lokal yang
sehat, pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pencegahan penyakit
menular, penggunaan garam beryodium dan lain-lain.
(b) Keterlibatan orang tua di klas dalam proses pendampingan anak misalnya
membantu guru menata lingkungan bermain sesuai sentra, menyiapkan APE serta
membuat media pembelajaran dengan bahan-bahan bekas.
(c) Keterlibatan orang tua dalam menyediakan program makanan anak-anak
dengan pemenuhan gizi seimbang sesuai rekomendasi ahli gizi.
(d) Mengambil langkah dengan tepat bila ada anak anak mengalami gangguan
kesehatan/pencernaan saat anak-anak sedang dalam proses pendampingan di klas
(Guru harus pertama yang mengambil tindakan dengan mengajak anak misalnya ke
UKS atau ke toilet/toilet training)
60
(e) Keterlibatan orang tua di luar klas misalnya menjadi panitia dalam even-even
tertentu di acara luar sekolah seperti kunjungan ke panti-panti sosial, kebun
binatang dan lain-lain
4. Layanan Perlindungan
Perlindungan anak wajib dilakukan lembaga selama anak berada dalam lingkungan
sekolah selama jam pembelajaran. Anak-anak harus dapat dipastikan terhindar dari
tindakan kekerasan baik fisik maupun nonfisik selama anak berada dalam jam-jam
pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan upaya-upaya :
(a) Memastikan alat-alat bermain anak dalam kondisi aman, nyaman serta
menyenangkan
(b) Memastikan tidak ada anak yang terkena bully atau kekerasan fisik ataupun yang
berupa ucapan atau lontaran kata-kata yang bernada menekan yang dilakukan baik
oleh guru, teman atau orang dewasa di sekitar satuan PAUD.
(c) Mengenalkan kepada anak bagian tubuh yang boleh disentuh dan yang tidak
boleh disentuh.
5. Layanan Kesejahteraan
a. Membantu keluarga yang anaknya belum memiliki akta kelahiran dengan cara
melaporkan ke kelurahan agar dapat diproses pembuatan aktanya.
61
e. Membiasakan untuk memberikan penghargaan kepada anak atas usaha yang
telah dikerjakan di sekolah.
A. PENGERTIAN SENI
62
Seni adalah sebuah proses penyaluran diri melalui ekspresi dan kreatifitas. Seni
bagi anak usia dini merupakan media untuk mengetahui dan memahami dunia
sekelilingnya. Melalui seni, anak memiliki kesempatan penuh untuk terlibat aktif dengan
cara menggali, mengekspresikan dan mendatangkan pemahaman mereka melalui cara
yang menyenangka. Kebebasan anak berekspresi inilah kunci utama yang mendukung
tumbuhnya kreatifitas. Sehingga harus dipastikan bahwa guru / orang tua tidak terlalu
banyak memberi instruksi. Biarkan anak menghasilkan karya secara bebas sesuai dengan
ide dan kreativitasnya. . Anak-anak yang kaya dengan pengalaman seni memiliki
kemampuan berpikir imajinatif, pendengaran, bahasa, fisik, kreativitas, kecerdasan akan
ruang dan social emosinya berkembang optimal. Kebebasan anak berekspresi juga
mendukung tumbuhnya kreativitas. Namun sebaliknya jika guru/ orang tua terlalu
banyak memberikan instruksi yang harus diikuti anak-anak, kebebasan itupun tidak akan
ada, bahkan akan menghilangkan dan memotong imajinasi serta kreativitas mereka.
B. SENI KRIYA
1. Pengertian Seni Kriya
Seni kriya adalah kegiatan menghasilkan karya seni menggunakan tangan melalui
beragam media – media seni. Melalui seni kriya ini, anak mengidentifikasi,
membangun dan menghubungkan antara pengetahuan, minat dan pengalaman
dan kemudian mengekspresikannya melalui sebuah karya.
Kegiatan seni kriya memberikan kesempatan yang sangat luas bagi anak
berekplorasi, bereksperimen dan mencari tahu dengan menggunakan seluruh
inderanya. Seni kriya memberikan pengaruh positif untuk seluruh aspek,
perkembangan termasuk pengembangan konsep diri, kemampuan kerjasama,
kolaborasi, identitas budaya dan apresiasi. Hasil karya yang dibuat anak adalah
refleksi dari ide, imaginasi, kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah,
pengetahuan dan pengalamannya.
63
b. Mengembangkan kemampuan motoric sebagai bekal untuk kemampuan
menulis, koordinasi anggota tubuhnya, kelenturan dan gerakan – gerakan
yang dapat mendukung tumbuh kembangnya.
c. Sebagai salah satu cara berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan
dan emosi.
d. Mengembangkan kemampuan Bahasa
e. Membangun kemampuan kerjasama dan apresiasi.
64
Seni Tari adalah Gerak tubuh yang ritmis sebagai ungkapan ekspresi jiwa pencipta
gerak sehingga menghasilkan unsur keindahan dan makna yang mendalam. Unsur –
unsur tari yang sanagt berpengaruh terhadap tari adalah gerakan, busana ( kostum),
ekspresi, musik ( iringan) dan properti. Seni tari merupakan seni yang paling akrab bagi
anak usia dini karena sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini
terlihat pada penggunaan irama, aksen dan dinamika pada waktu berbahasa dan
berbicara. Beberapa penelitian mempercayai bahwa seni tari memiliki peran yang
penting dalam mengembangkan seluruh potensi anak. Seni tari memfasilitasi anak untuk
mampu berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Kegiatan ini juga sebagai media
untuk mengekspresikan diri serta mengomunikasikan emosi, ide, dan perasaan
65
Guru mengajarkan tari “jaranan”, karena tari “jaranan” merupakan tari
permainan tradisional, yang mana sudah hampir luntur. Dengan mengajarkan tari
“jaranan” , maka sekaligus juga mencegah atau meningkatkan budaya lokal supaya
tidak luntur dengan masuknya budaya asing. Sebenarnya pembelajaran seni gerak
atau tari bisa membentuk aspek aspek perkembangan di tahun-tahun awal anak
usia dini. Pengembangan budaya lokal dimana dapat membantu pendidikan PAUD
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang pengembangan
program pembelajaran PAUD. Di samping itu juga memberikan acuan bagi pendidik
PAUD dalam memahami dan mengembangkan PAUD juga dapat mempersiapkan
anak yang berwawasan multikultural.
66
LEMBAR PENGAMATAN PEMBELAJARAN
Hasil Tindak
No Deskripsi Pengamatan
Lanjut
Ya Tidak
67
Apakah terlihat penataan lingkungan
main anak sebelum anak datang ? V
Apakah penataan di dan dalam ruangan
memungkinkan anak bergerak melakukan V
eksplorasi ?
Apakah terlihat pajangan di kelas yang
merupakan karya anak ? V
Apakah terlihat perangkat computer,
perangkat audio yang bisa digunakan V
anak berkegiatan
Pada hasil observasi yang saya lakukan semua indikator memiliki jawaban ya,
artinya sekolah benar benar menyediakan dan menyuguhkan lingkungan
belajar yang baik dan sangat memadai untuk anak.
Saran:
Cat pada APE luar sudah pudar, agar lebih bersemangat bermain hendaknya
di cat ulang.
Hasil Tindak
No Deskripsi Pengamatan
Lanjut
Ya Tidak
A. Penyambuatan
68
antara guru dan pengantar V
anak ?
C. Pembukaan
69
D. Inti
11 Apakah anak belajar melalui bermain
dengan menggunakan materi lepasan V
dan atau APE ?
12 Apakah terlihat anak bekerja dalam
kelompok ? V
- Kelompok kecil : 2 – 3 anak
- Kelompok sedang : 4 – 6 anak
- Kelompok besar : 7 – 8 anak
13 Apakah terlihat interaksi antara :
- Anak dengan guru V
- Anak dengan anak
- Anak dengan material
14 Apakah pembelajaran menstimulasi
semua aspek perkembangan anak ? V
15 Apakah guru memperkenalkan konsep
– konsep dasar keaksaraan yang V
terkait dengan kehidupan nyata
anak ?
16 Apakah guru memperkenalkan konsep
– konsep dasar matematika V
menggunakan kehidupan nyata anak ?
17 Apakah terlihat pembelajaran dengan
pendekatan saintifik ? V
E. Istirahat / Makan
18 Apakah terlihat anak melakukan
persiapan makan ? V
- Mencuci tangan
- Mengambil kotak makanan
- Berbagi makanan
70
- Menikmati makanan
- Membereskan mainan
19 Apakah saat makan guru membangun
interaksi dengan anak ? V
- Bercakap – cakap tentang
makanan sehat yang anak bawa
- Membantu seperlunya bagi anak
yang memerlukan bantuan
20 Apakah guru bercakap – cakap dengan
anak saat anak bermain bebas ? V
F. Penutup
21 Apakah guru mengajak anak terlihat
dalam membereskan mainan ? V
22 Apakah guru mengajak anak
berkumpul untuk mengulas V
pembelajar yang telah berlangsung ?
23 Apakah terlihat penghargaan guru
terhadap anak secara spesifik ? V
24 Apakah anak mendapatkan
kesempatan untuk membaca buku V
secara bebas
25 - memastikan kelas rapi dan bersih
kembali
- Pesan – pesan V
- Berdoa
- Mengantar anak dijemput orang
tua
71
Hasil Tindak
No Deskripsi Pengamatan
Lanjut
Ya Tidak
C. Sikap Guru
72
saat bekerja bersama anak, tanpa V
membedakan jenis kelamin, suku,
agama, ekonomi, kemampuan, dsb ?
Hasil Tindak
No Deskripsi Pengamatan
Lanjut
Ya Tidak
A. Pengamatan
B. Kesimpulan
C. Saran
73
Guru profesional adalah guru yang ahli dalam bidangnya, ahli dan terampil
dalam menyampaikan bidang ilmunya kepada para peserta didik, memiliki kepribadian
yang dapat ditauladani oleh masyarakat lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah,
dan dapat hidup bermasyarakat dengan atasan, teman sejawat, para peserta didik, dan
masyarakat. Untuk meningkatkan keahlian dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,
guru wajib belajar terus-menerus melalui berbagai cara, termasuk melakukan penelitian,
khususnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Pengertian Penelitian tindakan kelas adalah penelitian dari, oleh, dan untuk
guru dengan tujuan untuk meningkatkan keprofesionalan guru. PTK dapat pula diartikan
sebagai “penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas
secara lebih professional”. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelas atau di sekolah tempat guru mengajar dengan tujuan perbaikan
dan/atau peningkatan kualitas proses dan praktik pembelajaran. Untuk meningkatkan
keahlian dalam pembelajaran bidang studi, guru diseyogyakan selalu melakukan PTK.
Masalah yang diteliti adalah masalah yang memang penting, menarik perhatian, dalam
jangkauan peneliti dari segi kemampuan, waktu, biaya, dan tenaga. Lingkup penelitian
dapat berkisar pada kurikulum, peserta didik, guru, sarana/ prasarana, dan penilaian.
Masalah pendidikan bidang studi biasanya bersegi banyak, dapat berupa salah satu atau
kombinasi masalah di atas, dan untuk memecahkannya melalui penelitian masalah
tersebut harus dipilah-pilah menjadi sub masalah dan diteliti satu-persatu. Masalah-
masalah yang timbul dalam proses pembelajaran dapat diatasi oleh guru dengan
melakukan PTK.
B. PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN KELAS ADA 7 (TUJUH) PRINSIP PTK (TIM PUDI
DIKDASMEN LEMLIT UNY, 2007: 1-2), yaitu:
2. Metodologi yang digunakan harus terencana dengan cermat sehingga tindakan dapat
dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan.
74
3. Masalah yang dipilih harus menarik, nyata, tidak menyulitkan, dapat dipecahkan,
berada dalam jangkauan peneliti untuk melakukan perubahan dan peneliti merasa
terpanggil untuk meningkatkan diri.
5. Metode dan teknik yang digunakan tidak terlalu menuntut baik dari kemampuan
guru itu sendiri ataupun segi waktu.
b. Merupakan upaya kolaboratif antara guru dengan peserta didiknya atau antara guru
dengan kepala sekolah, yaitu suatu kerja sama dengan perspektif berbeda.
c. Bersifat self-evaluatif yaitu kegiatan yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam
proses, dan bertujuan untuk perbaikan dan/atau peningkatan praktek pembelajaran.
d. Bersifat luwes dan selalu dapat disesuaikan. e. Mengutamakan data pengamatan dan
perilaku empiris pembelajaran
75
a. Untuk perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses dan praktik pembelajaran
secara berkesinambungan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan refleksi, yaitu
melakukan analisis, sintesis, interpretasi, eksplanasi, dan kesimpulan
a. Guru makin profesional oleh karena guru terbiasa melakukan penelitian sehingga
guru makin percaya diri, mandiri, dan berani mengambil risiko dalam melakukan
pembaharuan. b. Guru lebih berani dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yaitu silabus dan Rencana Pembelajaran Pembelajaran (RPP) mata
pelajaran yang diampu dan lebih bersifat mandiri.
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang bertujuan memperbaiki dan/atau
meningkatkan kualitas proses dan praktik pendidikan dan pembelajaran. Penelitian
tindakan kelas bukan penelitian eksperimen (experimental research), bukan penelitian
deskriptif (descriptive research), dan bukan penelitian pengembangan (developmental
research).
3. Keprofesional Pendidikan
1. Model Penelitian Tindakan Kelas Pada prinsipnya penelitian tindakan kelas (TPK) atau
classroom action research (CAR) bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang
terdapat di dalam kelas. Berikut model yang dapat diterapkan:
76
a. Model Kurt Lewin Model ini merupakan dasar model PTK lain, karena beliau yang
memperkenalkan untuk pertama kalinya penelitian tindakan kelas. Menurut model ini,
PTK terdiri atas empat komponen atau tahap, yaitu (1) perencanaan (planning), (2)
tindakan (action), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
b. Model Kemmis dan McTaggart Model ini merupakan pengembangan model pertama,
dalam model ini komponen tindakan dan pengamatan dijadikan satu, dengan alasan
keduanya dalam praktik tidak dapat dipisahkan.
Model ini terdiri atas untaian-untaian yang masing-masing terdiri atas kegiatan
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Satu untaian yang terdiri atas empat
kegiatan di atas disebut satu siklus. Penelitian tindakan umumnya terdiri atas beberapa
siklus.
H. LANGKAH-LANGKAH PTK
Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru, kebanyakan menggunakan model pertama
atau kedua, oleh karena model tersebut sederhana dan telah memenuhi keperluan yang
dituju. Langkah-langkah yang seharusnya diikuti adalah
a. Prasurvei atau temuan awal Prasurvei perlu dilakukan bila guru akan melaksakan PTK
di sekolah lain yang bukan di kelas yang selama ini diajar. Dalam hal PTK dilakukan di
kelasnya sendiri guru tidak perlu melakukan prasurvei. Guru sudah memahami betul
situasi dan kondisi kelasnya sendiri. Masalah-masalah yang berkaitan dengan kemajuan
belajar peserta didik, sarana/ prasarana, dan sikap peserta didiknya guru sudah paham
benar.
b. Diagnosis Guru yang akan melakukan PTK di kelas lain di sekolahnya perlu melakukan
diagnosis, yaitu menentukan kelemahan-kelemahan apa yang terjadi di kelas tersebut,
dalam kaitannya dengan PTK yang akan dilakukan. Guru yang akan melaksanakan PTK di
kelasnya hal ini tidak pertlu.
c. Perencanaan Ada dua jenis perencanaan, yaitu perencanaan umum dan perencanaan
khusus. Perencanaan umum berkaitan dengan rencana pelaksanaan PTK secara
menyeluruh. Pelaksanaan khusus berkaitan dengan rencana kegiatan setiap siklus, yang
tiap kali harus dilakukan perencanaan ulang. Perencanaan khusus yaitu rencana pada
77
setiap sklus berkaitan dengan rencana pembelajaran di kelas, seperti metode
pembelajaran, media pembelajaran, materi pembelajaran, dsb. Dalam hal ini guru perlu
menyiapkan silabus dan Rencana Pelaksanaa Pembelajaran (RPP).
e. Observasi Observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh guru atau
kolaborator. Hal yang harus dicatat saat observasi atau monitoring adalah semua hal
yang terjadi di kelas penelitian, seperti mengenali kinerja guru, situasi kelas, perilaku
dan sikap peserta didik, penyajian materi, dan penyerapan peserta didik terhadap
materi. Pencatatan dilakukan dengan instrumen penelitian yang telah disiapka.
f. Refleksi Refleksi adalah upaya evaluasi yang dilakukan oleh kolaborator atau partisipan
yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Refleksi dilakukan dengan
carakolabotatif, yaitu dengan melakukan distusi terhadap berbagai masalah yang terjadi
di kelas peneliti-an. Refleksi dilakukan setelah implementasi tindakan dan hasil
observasi. Berdasarkan refleksi ini dilakukan perbaikan tindakan (replanning) untuk
siklus berikutnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
78
Pendidikan Anak Usia Dini dilakukan dengan tujuan memberikan konsep
yang bermakna bagi anak didik melalui pengalaman nyata dan bermakna. Hanya
melalui pengalaman nyata dan bermaknalah anak didik menunjukkan aktivitas
dan rasa ingin tahu (curiousity) secara optimal dan menempatkan posisi guru
sebagai pendamping. Pembimbing serta fasilitator bagi anak didik, menghindari
bentuk pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak guru menempatkan
anak secara pasif dan guru menjadi dominan.
Pendidikan anak usia dini sangatlah penting bagi anak usia 0-6 tahun karena
masa ini adalah masa keemasan untuk kecerdasan untuk anak agar anak siap
memahirkan pendidikan lebih mahir.Untuk itu melalui diklat berjenjang tingkat
mahir yang telah diselenggarakan, para guru banyak mendapatkan ilmu untuk
bekal dalam mendidik anak usia dini ke arah yang lebih baik dari yang sebelumnya
dan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan PAUD
agar menjadi pendidik dan kependidikan yang bermutu.
Dan laporan tugas mandiri ini merupakan tindak lanjut dari diklat berjenjang
tingkat mahir yang telah dilaksanakan dan menjadi kewajiban bagi peserta untuk
menyusun setiap kegiatan di lembaga PAUD tempat tugas guru melaksanakan
tugas mandiri.
B. Saran
Suatu program terencana dengan baik akan menuntun pelaksanaan
program (guru) dalam melaksanakan bimbingan akan lebih baik lagi. Tetapi
perencanaan program yang telah disusun dengan baik akan berarti apapun jika
tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
79
JURNAL HARIAN TUGAS MANDIRI PESERTA
DIKLAT BERJENJANG TINGKAT MAHIR BAGI GURU PAUD
80
NAMA PESERTA : RINAWATI
LEMBAGA : TK DHARMA WANITA CERME
ALAMAT : JL. RAMBUTAN 120 DS. CERME KEC. GROGOL
-Jadwal kegiatan
-PTK BAB 1
Identifikasi
masalah
-PTK BAB 1
pemecahan
masalah
-PTK BAB 1
hipotesis
tindakan
-BAB II Kajian
teori kemampuan
81
motorik kasar
-BAB II Kajian
teori permainan
tradisional
82
8 14 Maret Melaksanakan PTK -BAB V
2023 Kesimpulan dan
saran
-Laporan PTK di
setujui
83
Multikultural multikultural
84
gugus
-Hasil laporan
notulensi di
setujui
LAMPIRAN
85
Semester/ minggu/ hari ke : II / 09 / 1
Hari/tgl : senin 13 maret 2023
Kelompok / usia : B / 5-6 tahun
Tema/sub tema/ sub sub tema : kediriku / seni budaya / jaranan
Alokasi waktu : 07.00-10.00 wib
KD : 3.1-4.1, 2.5, 3.3-4.3, 6.3-6.4, 3.10-4.10,
3.15-4.15
Materi pembelajaran
- Melakukan kegiatan beribadah sehari - hari ( nam 3.1 – 4.1 )
- Bangga terhadap hasil karya sendiri ( se 2.5 )
- Memahami dan menunjukkan bahasa reseptif (menyimak dan
membaca) ( bhs 3.10 – 4.10 )
- Membilang ( mengenal konsep bilangan dengan benda – benda ) sampai
20 ( kog 6.3 – 6.4 )
- Membuat karya seni ( seni 15.3 – 15.4 )
- Menggunakan anggota tubuh untuk pengembangan motorik kasar dan
halus secara terkontrol dan seimbang ( fm 3.3 – 4.3 )
Tujuan pembelajaran
- Anak mampu menirukan doa sebelum dan sesudah belajar
- Anak mampu menunjukkan hasil karyanya
- Anak mampu membaca kata pada media puzzle
- Anak mampu menghitung gambar kepang yang sudah dibuat
- Anak mampu membuat kolase bentuk kepang dengan media rautan
pensil
- Anak mampu menirukan gerakan tari jaranan
Materi pembiasaan
- Bersyukur sebagai ciptaan tuhan
- Mengucap salam
- Doa sebelum melaksanakan kegiatan
- Mencuci tangan
86
Media dan bahan
- Puzzle
- Rautan pensil
- Lem
- Gambar kepang
Pembukaan
- Mengucap salam
- Berdoa sebelum belajar
- Bercerita tentang seni budaya di kediri jaranan
1. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang di gunakan bermain
Kegiatan inti
Kegiatan 1
Bermain media puzzle tentang seni budaya kediri jaranan
Kegiatan 2
Menghitung gambar kepang yang sudah dibuat
Kegiatan 3
Membuat kolase bentuk gambar kepang dengan media rautan pensil
Istirahat
Penutup
87
- Salam
B. Instrumen penilaian
88
Seni 3.15-4.15 Anak mampu membuat
kolase bentuk gambar
kepang dengan media
rautan pensil
DOKUMEN SIKLUS I
89
MEDIA PUZZEL
90
Semester/ minggu/ hari ke : II/ 10 / 1
Hari/tgl : Senin 20 maret 2023
Kelompok / usia : B / 5-6 tahun
Tema/sub tema/ sub sub tema : Kediriku / makanan khas / tahu
Alokasi waktu : 07.00-10.00 wib
Kd : 2.5, 3.1-4.1, 3.3-4.3, 3.6-4.6, 3.10-4.10,
3.15-4.15
Materi pembelajaran
- Melakukan kegiatan beribadah sehari - hari ( nam 3.1 – 4.1 )
- Bangga terhadap hasil karya sendiri ( se 2.5 )
- Memahami dan menunjukkan bahasa reseptif (menyimak dan
membaca) ( bhs 3.10 – 4.10 )
- Membilang ( mengenal konsep bilangan dengan benda – benda ) sampai
20 ( kog 6.3 – 6.4 )
- Membuat karya seni ( seni 15.3 – 15.4 )
- Menggunakan anggota tubuh untuk pengembangan motorik kasar dan
halus secara terkontrol dan seimbang ( fm 3.3 – 4.3 )
Tujuan pembelajaran
Materi pembiasaan
91
- Doa sebelum melaksanakan kegiatan
- Mencuci tangan
- Puzzle
- Tepung terigu
- Minyak goreng
- Air hangat
- Garam
- Piring
Pembukaan
2. Mengucap salam
3. Berdoa sebelum belajar
4. Bercerita tentang makanan khas kediri tahu
5. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang di gunakan bermain
Kegiatan inti
Kegiatan 1
Bermain media puzzle tentang makanan khas kediri tahu
Kegiatan 2
Menghitung tahu bulat yang sudah dibuat
Kegiatan 3
Membuat bentuk tahu bulat dengan media tepung terigu
C. Istirahat
- Berdoa sebelum dan sesudah makan dan minum
- Makan bersama
- Bermain bebas
Penutup
92
1. Menanyakan perasaan hari ini
2. Berdiskusi tentang kegiatan yang sudah di mainkan hari ini,
menanyakan mainan apa yang paling anak sukai
3. Informasi kegiatan besok
4. Berdoa pulang
5. Salam
E. Instrumen penilaian
93
( tahu bulat, tahu putih
dll )
94
DOKUMEN SIKLUS II
MEDIA PUZZEL
95
DOKUMENTASI IMPLEMENTASI PAUD HI
96
KERJASAMA DENGAN PIHAK KESEHATAN (POLINDES)
97
KEGIATAN OLAH RAGA
98
PROSES PEMBUATAN TAHU BULAT
99
LAMPIRAN DOKUMENTASI KUNJUNGAN BELAJAR LOKAL
100
KEGIATAN UPACARA BENDERA
KEGIATAN KBM
101
KEGIAATAN KBM
KEGIATAN KBM
LAMPIRAN
102
DOKUMENTASI PENGIMBASAN GUGUS
103