DI PUSKESMAS LEKSONO 1
“LEKSONO SACETING”
LEKSONO SIGAP AKTIF CEGAH STUNTING
KECAMATAN LEKSONO
KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 202
KATA PENGANTAR
A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan (Bab VIII)
mengamanatkan bahwa Upaya Perbaikan Gizi bertujuan untuk meningkatkan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola
konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan
mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi. Upaya pembinaan gizi dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan sesuai dengan perkembangan masalah gizi, penahapan dan
prioritas pembangunan nasional.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020 –
2024, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan
menurunkan prevalensi balita gizi kurus dan sangat kurus (wasting) menjadi
7,8% dan prevalensi balita pendek dan sangat pendek (stunting) menjadi
21,1% pada Tahun 2021. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama,
sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi
badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Pandemi COVID-19 di Indonesia memberikan dampak terhadap
berbagai sektor baik perekonomian, pendidikan, dan kehidupan sosial
masyarakat lainnya termasuk kepada permasalahan Kesehatan. Walau cukup
berat beban di sektor Kesehatan tetapi dengan berbagai upaya yang telah
pemerintah lakukan dalam mengantisipasi dampak pandemi COVID-19,
khususnya pada kelompok rentan seperti ibu hamil maupun balita,
memberikan hasil yang cukup menggembirakan karena selama 2 tahun
terakhir permasalahan stunting di Indonesia menunjukkan terjadinya
penurunan.
Pada tahun 2021, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Biro
Pusat Statistik (BPS) dengan dukungan Tim Percepatan Pencegahan Anak
Kerdil (Stunting) Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia melakukan
Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) dengan mengumpulkan data di 34
provinsi dan 514 kabupaten/kota dengan jumlah blok sensus (BS) sebanyak
14.889 Blok Sensus (BS) dan 153.228 balita.
Berdasarkan hasil SSGI tahun 2021 angka stunting secara nasional
mengalami penurunan sebesar 1,6 persen per tahun dari 27.7 persen tahun
2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021. Hampir sebagian besar dari 34
provinsi menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2019 dan hanya 5
provinsi yang menunjukkan kenaikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
implementasi dari kebijakan pemerintah mendorong percepatan penurunan
stunting di Indonesia telah memberi hasil yang cukup baik.
SSGI 2021 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan tidak hanya memberikan gambaran status
gizi balita saja tetapi juga dapat digunakan sebagai instrumen untuk
monitoring dan evaluasi capaian indikator intervensi spesifik maupun
intervensi sensitif baik di tingkat nasional maupun kabupaten/kota yang telah
dilakukan sejak 2019 dan hingga tahun 2024.
Penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah
rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan stunting menitik
beratkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang
berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan
bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian
makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan
untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan
yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan).
Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu
dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat
mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
Pencegahan stunting dilakukan melalui intervensi gizi yang terpadu,
mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global
menunjukkan bahwa penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk
menyasar kelompok prioritas di lokasi prioritas merupakan kunci
keberhasilan perbaikan gizi, tumbuh kembang anak, dan pencegahan stunting.
Upaya percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila intervensi
gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif dilakukan secara konvergen.
Konvergensi penyampaian layanan membutuhkan keterpaduan proses
perencanaan, penganggaran, dan pemantauan program/kegiatan pemerintah
secara lintas sektor untuk memastikan tersedianya setiap layanan intervensi
gizi spesifik kepada keluarga sasaran prioritas dan intervensi gizi sensitif
untuk semua kelompok masyarakat, terutama masyarakat miskin.
Dengan kata lain, konvergensi didefinisikan sebagai sebuah pendekatan
intervensi yang dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama
pada target sasaran wilayah geografis dan rumah tangga prioritas untuk
mencegah stunting. Penyelenggaraan intervensi secara konvergen dilakukan
dengan menggabungkan atau mengintegrasikan berbagai sumberdaya untuk
mencapai tujuan bersama.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kasus stunting di Kecamatan Leksono menjadi
14% pada tahun 2022.
2. Tujuan khusus
a. Diperolehnya gambaran perkembangan stunting di Kecamatan
Leksono
b. Intervensi yang tepat dalam penurunan permasalahan stunting di
Kecamatan Leksono
c. Terumuskan kesepakatan pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam
mencegah dan mengurangi permasalahan stunting dari lintas
sektoral
BAB II
SITUASI STUNTING DI KECAMATAN LEKSONO
B. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strenghts Weaknesess Oppurtunities Threats)
digunakan untuk menganalisis situasi dengan cara mengidentifikasi berbagai
faktor secara sistematis agar dapat merumuskan startegi pemecahan maasalah
di Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo. Analisa ini didasarkan pada
hubungan atau interaksi antara unsur-unsur internal, terhadap unsur-unsur
eksternal yaitu :
1. Kekuatan
a. Ada PMT ibu hamil dan balita
b. Ada zink
c. Mempunyai bidan desa
d. Mempunyai Kelompok Genre
e. Mempunyai kader posyandu, kader pendamping ibu hamil dan kader
pembangunan manusia
f. Sudah ada kelas ibu hamil
g. Sudah terbentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) Balita Stunting
2. Kelemahan
a. PMT yang diberikan belum maksimal penggunaannya
b. Beberapa Posyandu tidak tersedia PMT Penyuluhan
c. Pengukuran yang kurang teliti
d. Alat ukur belum memadai (Microtoise, Alat Ukur Panjang Badan)
e. Jumlah posyandu belum memadai, Sebagian besar berupa pos
penimbangan di tiap dusun dan 1-2 posyandu di Desa/Kelurahan
3. Peluang
a. Ada PMT ibu hamil dan balita
b. Ada zink
c. Tersedia anggaran untuk kegiatan Penanggulangan Stunting dengan
ADD
d. Ada koordinasi dengan lintas sektor
e. Pelaporan di Sebagian Posyandu sudah menggunakan aplikasi
4. Ancaman
a. Masih lemahnya konvergensi penanganan masalah stunting
b. Belum ada satu sumber data balita dan ibu hamil
c. Metode pencatatan dan pelaporan belum disepakati Bersama
d. Kegiatan penanggulangan stunting belum terkoordinasi
e. Perbedaan pengganggaran untuk kegiatan penanggulangan stunting
f. Jumlah Kader Posyandu kurang
Lingkungan SDM
Gambar 1. Diagram Tulang Ikan
BAB III
RENCANA KEGIATAN
A. Rembug Stunting
1. Nama kegiatan : Rembug Stunting
2. Tujuan :
a. Menyampaikan hasil analisis situasi dan rancangan rencana kegiatan
intervensi penurunan stunting di Kecamatan Leksono
b. Terumuskan kesepakatan pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam
mencegah dan mengurangi permasalahan stunting dari lintas sektoral
c. Membangun komitmen publik dalam kegiatan pencegahan dan
penurunan stunting secara terintegrasi di Kecamatan Leksono
3. Sasaran : Lintas Sektoral Lingkup Kecamatan Leksono
4. Materi :
a. Data Konvergensi Stunting
b. Kebijakan dan strategi dalam pencegahan dan penanganan stunting
di Kecamatan Leksono ( Keris Mbah Seno)
5. Mekanisme pelaksanaan :
a. Penanggung jawab : Camat Leksono
b. Peserta : Lintas Sektoral
c. Jumlah peserta : 15-20 orang
d. Tempat : Aula Kecamatan Leksono
e. Waktu : Bulan Juni
f. Metode : Musyawarah
g. Biaya : Rp 3.750.000
h. Sumber dana : BOK
B. PMT Pemulihan
1. Nama kegiatan : PMT Pemulihan
2. Tujuan :
a. Memberikan makanan tambahan untuk balita gizi buruk dan gizi
kurang
3. Sasaran : balita gizi buruk dan gizi kurang
4. Materi :
a. Pemberian PMT Pemulihan 90 hari
b. Pemantauan konsumsi PMT
c. Pengisian ceklist konsumsi PMT
5. Mekanisme pelaksanaan :
a. Penanggung jawab : TP PKK Kecamatan Leksono
b. Peserta : balita
c. Jumlah peserta : 15-20 orang
d. Waktu : Bulan Juli s/d September
e. Metode : Pemberian PMT
f. Biaya : Rp 3.750.000
g. Sumber dana : BOK
E. Pelatihan Antropometri
1. Nama kegiatan : Pelatihan Antropometri
2. Tujuan :
a. Pelatihan antropometri untuk kader
3. Sasaran : Kader
4. Materi :
a. Pelatihan antropometri
b. Praktek antropometri
5. Mekanisme pelaksanaan :
a. Penanggung jawab : Kepala Puskesmas Leksono 1 dan 2
b. Peserta : Kader
c. Jumlah peserta : 15-20 orang
d. Tempat : Aula Kecamatan Leksono
e. Waktu : Bulan Juli
f. Metode : Pelatihan
g. Biaya : Rp 3.750.000
h. Sumber dana : BOK
A. Kesimpulan
1. Upaya percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila
intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif dilakukan secara
konvergensi.
2. Menurunkanprevalensistunting dengan kerja sama lintas sektoral.
B. Saran
Rencana kegiatan Keris Mbah Seno antara lain :
1. Rembug Stunting
2. Pelatihan Antropometri
3. Pelatihan Kader Pembangunan Manusia
4. Penimbangan Serentak (Setiap Februari dan Agustus)
5. Pemberian Makan Tambahan (PMT) Pemulihan
6. Pemberian Tablet Tambah Darah Remaja Putri
7. Aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Berbasis Masyarakat
8. Evaluasi