Anda di halaman 1dari 9

Laporan ini dibuat oleh Tuti Aritonang

Laporan Hasil Pembelajaran 5 Desa di Kab. Kebumen


Terkait Mitigasi Penurunan Angka Stunting &
Pengurangan Resiko Bencana

I. Pengantar
Salah satu masalah gizi yang ditemukan di Indonesia adalah stunting, sekitar 8,8 juta anak
Indonesia menderita stunting (tubuh pendek) karena kurang gizi. Persoalan stunting patut
menjadi perhatian untuk segera dituntaskan, tingginya prevalensi anak stunting telah
memposisikan Indonesia ke dalam lima besar dunia masalah stunting.

Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat
Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1/2023) dimana prevalensi stunting di Indonesia turun dari
24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022.

Menurut WHO, masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila prevalensi stunting
lebih dari 20%. Artinya, secara nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis,
terlebih lagi di 14 propinsi yang prevalensinya melebihi angka nasional.

Berdasarkan data dari Studi Survei Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi angka stunting Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2021 sebesar 37,8%. Angka tersebut menjadikan
Provinsi NTT sebagai penyumbang tertinggi anak stunting di Indonesia.

II. Kabupaten Kebumen

Pelaksanaan intervensi penurunan stunting di Kabupaten Kebumen, salah satunya dilakukan


dengan cara “Rembuk Stunting”. Target prevalensi stunting Indonesia tahun 2024 adalah 14
% dan prevalensi wasting (balita gizi kurang) tahun 2024 sebesar 7,0%. Sementara itu dari data
yang kami peroleh dari Dinas PMD Kab. Kebumen, bahwa prevalensi stunting Kabupaten
Kebumen telah mengalami penurunan dari 19,65% (tahun 2019) menjadi 15,34% (tahun 2020).
Angka prevalensi stunting atau kekurangan gizi kronis pada anak di Kebumen jumlahnya terus
menurun setiap tahun. Wakil Bupati Kebumen Ristawati Purwaningsih selaku Ketua Tim
Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kebumen menyampaikan, di tahun 2023 ini angka
stunting di Kebumen turun ke angka 10,9 persen. Angka ini turun dari prevalensi stunting per
Februari 2022 yang tercatat 11,93 persen.

Tabel Prevalensi Stunting di Kab. Kebumen


2019 2020 2021 2022 2023
19,65% 15,34% 12,13% 11,93% 10,9%

Tabel Prevalensi Stunting di Indonesia


2019 2020 2021 2022 2023
27,67% 29,92% 24,4% 21,6% Diharapkan
turun ke angka
Laporan ini dibuat oleh Tuti Aritonang

17%

III. Hasil Kunjungan Belajar ke Desa-Desa


1. Desa Bulus Pesantren Kecamatan Bulus Pesantren
Tim YTLM mengikuti kegiatan “Rembuk Stunting” di desa pada hari Senin, 27 Maret 2023 yang
diadakan oleh aparat pemerintah desa, pendamping desa, Bidan desa dan seluruh Kader
Kesehatan Masyarakat. Jumlah penduduk +1678 jiwa (2 Dusun). Kaur Perencanaan Ibu Ira
Desimawati sangat mensupport para Kader dengan menganggarkan alokasi biaya
kegiatan/program KKM di RKP desa.

Rembuk stunting ini merupakan salah satu rangkaian pramusyawarah desa untuk penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa tahun 2023 juga menjadi amanat Pemerintah Pusat dan
Kabupaten terhadap pemerintah desa agar memprioritaskan penggunaan dana desa tahun
2023 untuk pencegahan dan penanganan stunting.

Hal-hal yang dibahas dalam rembuk stunting sbb:


1. Pemaparan Hasil Kerja Kader Kesehatan Masyarakat (KKM)- dalam laporan tertulis dan
sangat detail. Stunting Tahun 2022 berjumlah 6 anak
2. Menyetujui program/kegiatan yang diusulkan oleh KKM untuk dimasukkan ke dalam
Draft Usulan RKP Desa

Poin-poin penting yang dianggap sebagai kelebihan/value dari KKM:


 Pemerintah Kabupaten baru-baru ini memberikan penghargaan 0 stunting kepada
pemerintah Desa Bulus Pesantren tahun 2023. Hal ini terjadi berkat kerja keras seluruh
komponen diantaranya Perangkat Desa, Bidan Desa & Kader Kesehatan Masyarakat
 KKM yang juga adalah anggota PKK (berjumlah 12) sebagian besar dari mereka adalah
istri dari perangkat desa i.e istri pak Kaur, istri Pak Dusun, istri Pak RT/RW juga
sebagai anggota PKK; sebagian kecil lainnya relawan. Status / posisi yang melekat
pada Kader ini menjadi motivasi tersendiri bagi Kader untuk bertanggungjawab secara
moral (Kader = PKK = Istri para perangkat desa) pada kesehatan masyarakat secara
umum.
 KKM adalah Kader untuk semua kegiatan yang ada di desa. Tidak hanya menangani
masalah gizi, stunting & Bumil tetapi seluruh aspek/factor yang berkontribusi secara
langsung/tidak langsung kepada kesehatan.
 KKM diberikan insentif Rp 50,00 – Rp 75,000/bulan sebagai uang transport dari DD.
Namun, jumlah ini tidak seberapa nilainya dibandingkan dengan kesediaan dan
tanggung jawab para Kader untuk bekerja.
 KKM sangat disupport oleh Perangkat Desa, Toma (NU, Muslimah). Setiap ada
kegiatan/acara di desa baik yg diprakarsai oleh pemerintah desa atau tokoh agama
(pengajian) para Kader diberikan ruang untuk memberikan sosialisasi stunting pada
kegiatan tersebut.
 Pendampingan KKM dimulai dari Calon Pengantin (Catin) – Ibu Hamil – Gizi Balita 0-5
Tahun – Lansia. Kader memberikan sosialisasi dan pendampingan yang menyasar
seluruh komponen yg ada di masyarakat agar menjadi satu gerakan bersama.
Laporan ini dibuat oleh Tuti Aritonang

 Motivasi “Sadar pemanfaatan makanan local” menjadi salah satu program andalan
kader. Kader memprioritaskan mengolah makanan yang ada/tersedia di dalam desa
dengan memotivasi para pokja untuk produktif menanam sayuran/hortikultura.
 KKM bekerja berdasarkan *data lapangan yang lengkap dan divalidasi oleh Bidan Desa.
i.e Dokumen Rekap Status Balita 0-5 tahun. Dengan adanya data bumil, anak kurang
gizi, stunting yang setiap bulan divalidasi, membuat Kader & Bidan bisa bergerak cepat
dalam menangani masalah.
 1 KKM menanggungjawabi 4 KK yg Bumil & balita 0-5 tahun. Pekerjaan setiap kader
terfokus dan ada laporan yang baik diberikan kepada ketua kelompok.
 Tugas dan peran KKM dibagi secara berkelompok. Selain penyuluhan gizi Bumil dan
Balita, juga melakukan survey air bersih, edukasi kebersihan lingkungan rumah tinggal
yang sehat dan sekitarnya, dll. *Penanganan Langsung berarti Kader bisa langsung
menangani permasalahan tersebut, sebaliknya *Penanganan Tidak Langsung
memerlukan bantuan dari Perangkat desa/Bidan Desa.
 KKM selalu melakukan sosialisasi Bina Pentingnya Gizi 0-2 tahun di bulan Posyandu dan
setiap melakukan kunjungan dari rumah ke rumah sasaran kegiatan
 KKM juga terlibat aktif dalam Rakor PKK setiap bulan serta pelatihan peningkatan
kapasitas dari Bidan desa kepada KKM diberikan setiap bulan.
 KKM menyampaikan undangan langsung kepada Bumil dan Orangtua Balita ketika
pengambilan data.
 Sudah ada *forum desa siaga aktif terkait mitigasi stunting
 KKM membuat *dapur sehat (pemanfaatan pekarangan kosong untuk ditanami sayuran)
 Pemerintah Desa bahkan memberikan subsidi di luar dari jaminan kesehatan untuk
anggota keluarga Bumil / yg sakit di Rumah Sakit/Klinik Kesehatan (disebut subsidi
wara/wiri)
 Desa Bulus Pesantren sudah mendirikan Bumdes dengan jenis usaha Internet Desa

Giat PKK
 PKK selalu bersinergi dengan Kader Kesehatan Masyarakat
 Dalam setiap pertemuan sosialisasi stunting selalu diberikan
 Memberikan penyuluhan yang terus menerus – edukasi bertahap dan berkelanjutan
 Konvergensi (spesifik di gizi & sensitive di air, pola asuh dan kebersihan). Konvergensi
adalah pendekatan penyampaian intervensi yang dilakukan secara terkoordinir,
terintegrasi, dan bersama-sama untuk mencegah stunting kepada sasaran prioritas

Tabel Kerja Kader per Kelompok/Group:


Tugas Kelompok I
Permasalahan yang ada tentang kesehatan ibu dan anak
1. Penimbangan dan pengukuran tinggi badan anak yang rewel
2. Pemeriksaan tidak sampai nifas
3. Pil FE menyebabkan mual
4. Pemeriksaan kehamilan tidak di wilayah
5. Perkembangan anak lambat karena HP
Penanganan Langsung Penanganan Tidak Langsung
Laporan ini dibuat oleh Tuti Aritonang

1. Pemberian pemahaman terhadap ibu 1. Penggunaan air minum yang lebih baik
hamil untuk melakukan pemeriksaan
dan pelaporan kehamilan di wilayah:1. 2. Peningkatan kesadaran pengasuhan
Pemberian pemahaman terhadap ibu terhadap anak
hamil untuk melakukan pemeriksaan
dan pelaporan kehamilan di wilayah 3. Peningkatan pemahaman orang tua terkait
gizi anak
2. Diberikan pilihan tablet FE yang lebih
baik (paten)

3. Pemberian sosialisasi pentingnya


pemeriksaan rutin sampai selesai
nifas; membutuhkan timbangan yang
lebih akurat

Tugas Kelompok 2
1. Pemahaman masyarakat umum terkait dengan kebutuhan gizi yang seimbang bagi anak
Penanganan Langsung Penanganan Tidak Langsung
1. Peningkatan fungsi BKB untuk 1. Penyuluhan tentang gizi (B2SA) untuk
pendampingan orang tua dalam ibu hamil dan anak melalui BKB dan
tumbuh kembang anak Posyandu

2. Pemberian makan tambahan untuk ibu 2. Penyuluhan ke rumah ibu hamil dan
hamil dan anak anak

3. Pemahaman terhadap masyarakat


yang memiliki anak setelah imunisasi
lengkap untuk datang ke posyandu

Tugas Kelompok 3
Penanganan Langsung Penanganan Tidak Langsung
1. Pemberian kaporit dan filtrasi 1. Pembangunan saluran pembuangan
limbah dari sumur/dapur secara
2. Pengurasan atau pemberian abate permanen

3. Menyediakan penampungan kotoran 2. Pembuatan penampungan air/toren


secara tertutup 3. Program pembuatan pupuk organic
secara masal

Tugas Kelompok 4
Permasalahan yang ada
1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang jaminan kesehatan
2. Banyaknya jaminan kesehatan yang tidak aktif
Penanganan Langsung Penanganan Tidak Langsung
1. Sosialisasi tentang pentingnya jaminan 1. Subsidi layanan kesehatan
kesehatan

1. Pengusulan pengaktifan jaminan


Laporan ini dibuat oleh Tuti Aritonang

kesehatan

2. Desa Pajengkolan
Poin-poin penting yang dianggap sebagai kelebihan/value dari KKM
o Jumlah penduduk +1138 jiwa (+350 KK)
o KKM berjumlah 24 (Perempuan) + 1 Remaja (Laki-Laki)
o Per Maret 2023 stunting berjumlah 3 orang
o Program KKM (mengikuti program Posyandu) mulai dari Balita – Remaja Perempuan –
Pendampingan Calon Pengantin, Pendampingan orang tua melalui Posbindu.
o Posyandu Balita – pemeriksaan ibu hamil dan balita (0-5 tahun) berdasarkan data. Anak
yang terkena stunting akan diberikan PMT menggunakan dana desa dan dibelikan
protein hewani. Namun tahun ini Kader Posyandu memiliki inovasi dalam pemberian
PMT dengan menu makan siang yang berbeda-beda dengan gizi yang seimbang.
o Pemberian PMT sesuai dengan ketersediaan alam (tidak selalu harus membeli bahan
makanan dari luar, dengan memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar rumah juga
sangat membantu keluarga yang kurang mampu)
o Posyandu Remaja Perempuan – pemberian suplemen tambah darah. Sosialisasi
*Dampak Buruk pernikahan dini dilakukan pada setiap kegiatan Posyandu Remaja.
o Posyandu Lansia setiap bulan untuk memotivasi para orangtua / nenek / kakek
terhadap pernikahan dini dan keseimbangan gizi balita & ibu hamil. Pendekatan ini
dilakukan karena kebiasaan orangtua menitipkan anak mereka kepada nenek –
memberi makan anak yang penting kenyang -
o Posbindu untuk deteksi penyakit menular catin, ibu hamil, lansia (usia 015 – 59)
o Semua Kader wajib membuat laporan kegiatan (proses kegiatan & masalah-masalah
yang ditemui) kepada Bidan Desa.
o Bidan desa akan melakukan kaji ulang laporan kader, untuk ditindaklanjuti dalam
kegiatan capacity building kepada kader, diberikan pada saat *pertemuan kader
o 1 Kader menanggungjawabi 16 – 18 KK Binaan (yg ada ibu hamil, balita & lansia) –
menurut mereka semua memiliki potensi resiko menciptakan stunting dan gizi buruk
o Tidak hanya pola makanan, pola asuh, kesehatan lingkungan terus dipantau melalui
Kunjungan rumah dilakukan kader 1 x / 4 bulan. Dalam kunjungan rumah diamati hal-
hal seperti: kebersihan rumah, ventilasi rumah, ternak dan kotoran yang berserakan di
sekitaran rumah, bak mandi yang airnya kotor, dll
o Kaur Perencanaan, Pak Turyanto mengalokasikan sekitar 80 juta untuk mitigasi
stunting pada tahun 2023.
o Kader diberikan uang transport 75.000 setiap bulan.

3. Desa Pekuncen
Poin-poin penting yang dianggap sebagai kelebihan/value dari KKM
o Jumlah penduduk desa Pekuncen 2807 jiwa, 900an KK, merupakan desa kecil dengan
luas 2,1 KM2.
o Mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian teknis dan non teknis.
Laporan ini dibuat oleh Tuti Aritonang

o Ada sebagian wilayah yang mengalami kekeringan, tapi melalui program pansimas
kasus ini dapat terselesaikan.
o Angka stunting 4 orang yang disebabkan oleh masalah sanitasi lingkungan bukan karena
kurang gizi (rumah lantai tanah, ternak dekat denga n rumah tinggal, dan kurangnya
air bersih).
o Program posyandu remaja PMT khusus dengan menu protein hewani, kelas ibu hamil,
kelas balita, kelas calon pengantin (Bekerja sama lintas sektor dinkes dan BKKBN).
o Kader jumlah 24 orang berasal dari unsur pkk dan masayarakat.
o Hasil penimbangan perbulan divalidasi oleh bidan dan kooridnator petugas gizi di
puskesmas.
o Bayi stunting diberikan PMT 3 bulan, bersumber dari dana desa (15/hari).
o Edukasi stunting: mengajak peran masyarakat untuk peduli terhadap masalah stunting.
o Kerja sama dengan univeristas Muhamadiyah Gombang, jurusan kesehatan untuk
edukasi stunting di desa.
o Suport anggaran dari dana desa kurang lebih 100 juta.
o Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk memberikan pemahaman kepada ibu
hamil yang tidak mau pergi ke posyandu.
o Metode pelatihan untuk kader yaitu; bidan mengajari kader, setelah itu membuat
jadwal bergantian bagi kader untuk membawakan materi sosialisasi pada pertemuan
posyandu untuk menumbuhkan rasa percaya diri dari para kader.
o Pemerintah desa mencari akar masalah penyebab stunting dengan melakukan kajian
bekerja sama dengan Universitas Muhamadiyah Gombang.
o Intervensi spesifik: Gizi, intervensi senistif: sanitasi dan air.
o Metode pemilihan kader diutamakan orang yang mau bekerja dengan sukarela.
o Tersedia posyandu lansia dan orang-orang terlantar.

4. Desa Jatinegara
Poin-poin penting yang dianggap sebagai kelebihan/value dari KKM
o Jumlah penduduk: 5800an jiwa.
o Balita 258, stunting 2 orang. Semua anak wajib ditimbang setiap bulan. Jika ada yang
tidak hadir maka akan dikunjungi oleh kader.
o Program pemerintah untuk menangani stunting menggunakan alokasi anggaran DD 20%
ketahanan pangan. Contoh program; irigasi, bantuan peternakan, perikanan, air
bersih.
o Jumlah kader yakni: 29 orang berasal dari unsur PKK dan masyarakat.
o Kader dilatih oleh bidan 3 bulan sekali.
o PPK (tim pendamping keluarga) melaksanakan program:
 Capin (calon pengantin)
 Ibu hamil (4 kali kunjungan)
 Ibu nifas (2 kali kunjungan)
o 1 kader bertanggung jawab pada 1 RT (sekitar 70 KK)
Laporan ini dibuat oleh Tuti Aritonang

o PMT untuk Balita, Ibu hamil, usia PAUD dan Lansia


o Kader membantu program KB, termasuk memfasilitasi warga yang ingin memasang alat
KB ke Puskesmas
o Balita PAUD: Bunda PAUD secara aktif mengingatkan/mengedukasi orang tua siswa
untuk membawa bekal/makanan sehat (ada daftar makanan yang boleh dan yang tidak
boleh dibawa seperti makanan ringan). Menu sehat didiskusikan dengan orang tua. Ada
larangan dari PAUD untuk menjual snack pabrik di sekitaran sekolah PAUD.
o Kader Pembangunan Manusia (KPM) juga ikut memantau perkembangan ibu hamil,
balita, dan lansia.
o Ada program dana tabungan posyandu – dana ini digunakan jika anggaran stunting
belum bisa cair, sedangkan ada anak yang terdeteksi/dipastikan stunting oleh bidan.

5. Desa Seboro – Desa Tangguh Bencana


Desa Seboro berada di lereng pegunungan/perbukitan yang rawan longsor. Hampir setiap
tahun, desa Seboro dilanda bencana longsor yang menyebabkan kerugian materiil pada warga
desa. Desa Seboro salah satu desa terluas dari 7 desa di kecamatan Sadang Kabupaten
Kebumen dengan jumlah penduduk +9000 jiwa (+3700KK) ; 7 Dusun 9 RW 50 RT.

Desa ini juga dilabeli sebagai salah satu desa *termiskin di Jawa Tengah dimana +1051 orang
terkategori miskin. Kepala Desa Seboro, pak Adi Subarkah S.T mengatakan bahwa desa Seboro
sebagai desa “vulnerable” (rentan kemiskinan dan rentan bencana). Karena itu, Gubernur
Propinsi Jawa Tengah mencanangkan desa Seboro masuk dalam intervensi *pengentasan desa
miskin dan karena itu cukup banyak program pemerintah dilaksanakan di desa ini termasuk
salah satunya adalah Destana. BNPK tingkat propinsi sendiri diterjunkan ke desa Seboro untuk
memberikan pelatihan PRB yg disebut di sana “Relawan Mitigasi Bencana”.

Sekalipun desa ini terkategori miskin, namun desa sudah memiliki Bumdes dan sudah berjalan
dengan baik. Usaha Bumdes yaitu perdagangan (pertamina desa, atk, kelontong), jasa,
kontruksi yaitu lapangan futsal yang dikelola oleh Karang Taruna. Lapangan futsal ini telah
menyumbangkan sejumlah uang untuk PAD Seboro sebesar 30% setiap tahun.

Sementara itu angka stunting di desa Seboro mencapai 16 orang anak dengan dukungan
program PMT dari Dana Desa sekitar 19 juta untuk tahun 2023, 68 juta tahun 2022, 30 juta
tahun 2021. Selain dana desa, desa Seboro juga mendapatkan dana CSR dari Bupati Kebumen
untuk program percepatan pengurangan stunting & deteksi dini.

Desa Seboro memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan, seperti wisata khusus (ahli
geologi)/umum *Embung – agrowisata & geopark dimana banyak lembaga penelitian dari/luar
Indonesia yang datang untuk melakukan penelitian taman bumi dimana tidak banyak
ditemukan di Kab Kebumen selain di desa Seboro.

Apa saja yang telah Desa Seboro lakukan terkait PRB – pendampingan dari BNPB Propinsi &
Dinas Pendidikan:
Laporan ini dibuat oleh Tuti Aritonang

 Desa Destana (Desa Tangguh Bencana) dilengkapi dengan SK Desa kepada Tim PRB &
P3B. Seboro mengikuti perlombaan destana tingkat kabupaten Kebumen pada tahun
2022 namun tidak juara (alasan Kadis PMD – karena Seboro kurang lengkap informasi
foto dokumentasi Destana ke dalam website desa)
 Desa sudah memiliki Sistim Peringatan Dini di tempat-tempat rawan longsor, Jalur
Evakuasi Dini, Dapur Umum, Genset, Radio HT, Grup WA Desa (Perangkat desa + Tim
PRB + P3B & Relawan)
 Desa memiliki Tim PRB, P3B (Penanganan Pertolongan Pertama Bencana), dibentuk
tahun 2018 oleh Kabupaten, 2019 mulai didampingi langsung oleh BNPB Propinsi &
Dinas Pendidikann dan dilatih.
 Setiap tahun Tim PRB, P3B melakukan simulasi kebencanaan / mitigasi longsor
 Relawan Desa berjumlah 50 orang terdiri dari pemuda, ibu PKK, KKM, RT/RW, BPD,
lembaga yang ada di desa
 Ketua Destana, Pak Sutarno adalah warga masyarakat yang terpilih sebagai ketua
Destana Desa Seboro, berperan aktif melakukan pertemuan untuk membahas
pendekatan mitigasi bencana terkini sekaligus memotivasi para relawan untuk terlibat
bersama-sama ketika bencana terjadi.
 Salah satu relawan yang kami wawancara (namanya Arifin) mengatakan bahwa sebagai
relawan dia sama sekali tidak menerima bayaran apapun. Benar-benar murni
termotivasi dengan hati yang sedia & ikhlas menolong warga yang tertimpa bencana.

Wawancara Pak Sutarno, Ketua Destana Desa Seboro:

Awal mula saya terpilih menjadi ketua Destana karna dari dulu sebelum terbentuk Destana di Desa
Seboro saya sudah aktif membantu pekerjaan Desa, salah satunya seperti kegiatan perlombaan HUT RI
atau kegiatan2 yang lain dalam konteks Sosial bersama teman2 Karang taruna.

Di thn 2017 Desa kami Terpilih oleh BPBD Kabupaten mendapat pelatihan tentang cara menangani atau
mencegah terjadinya suatu bencana.

Kenapa Desa kami Terpilih mendapat pelatihan tentang kebencaan, karna di Desa Seboro itu sering
banget terjadi Bencana Tanah longsor mba Tuti,

Jumlah anggota Destana pada waktu di latih ada 50 Orang yang terdiri dari Karang Taruna ( pemuda ),
Ormas, Perangkat Desa, Kaum Disabilitas, dan masyarakat.

Pelatihan di selenggarakan selama 7 hari setelah hari terakhir di adakan pembentukan Kepengurusan
Destana, yang di sebut FPRB ( forum pengurangan resiko bencana ) dan alhmdllh saya mendapat
amanah dari teman2 Destana terpilih secara foting untuk menjadi ketua Destana.

Dan alhmdllh nya lagi selang 2 thn pelatihan Destana dari BPBD Kabupaten. Di thn 2019 kami juga
mendapat pelatihan peningkatan kapasitas dari BPBD Provinsi selama 7 hari juga, pada waktu itu kami
juga mendapat bantuan SARPRAS seperti Tenda pengungsi, Genset, dan alat dapur umum dari provinsi.”
Laporan ini dibuat oleh Tuti Aritonang

Waktu Pelaksanaan
Study banding ini dilaksanakan pada tanggal 26 – 31 Maret 2023 kurang lebih 1 minggu.

Peserta Study Banding


Yang telah melakukan study banding adalah :
1. Freand Neno – Kepala Bagian Advokasi Desa
2. Tuti Aritonang – Kepala Bagian Wirausaha

Anda mungkin juga menyukai