Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah gizi menjadi prioritas global sejak disepakatinya sasaran dan target
pembangunan milenium (Millenium Development Goals atau disingkat MDGs)
sampai tahun 2015. Kesepakatan tersebut telah berlanjut dan dimasukkan dalam
target Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Develpoment Goals atau disingkat
SDGs) sampai dengan tahun 2030.

Stunting (pendek) adalah satu dari tiga indikator pertumbuhan anak yang
paling sering digunakan. Indikator ini didasarkan pada tinggi badan menurut umur
dan jenis kelamin. Dua indikator lainnya adalah berat badan terhadap umur dan
berat badan terhadap tinggi badan. Stunting didefinisikan sebagai proporsi anak
umur bawah lima tahun (balita) yang memiliki tinggi badan terhadap umur di
bawah -2SD dari median standar tinggi badan terhadap umur pada populasi tertentu
menurut Standar Pertumbuhan Anak WHO (WHO Child Growth Standars).
Stunting merupakan manifestasi utama kekurangan gizi pada anak usia dini,
termasuk kekurangan gizi selama perkembangan janin yang dialami oleh ibu yang
kekurangan gizi. Stunting merupakan gambaran kekurangan gizi kronik. Sekali
stunting terjadi, maka ada kemungkinan untuk terjadi pula pada generasi
berikutnya.

Pemerintah telah meluncurkan rencana aksi nasional penanganan stunting


pada bulan Agustus 2017, yang menekankan pada kegiatan konvergensi di tingkat
Nasional, Daerah dan Desa, untuk memprioritaskan kegiatan intervensi Gizi
Spesifik dan Gizi Sensitif pada 1000 Hari Pertama Kehidupan hingga sampai
dengan usia 6 tahun. Kegiatan ini diprioritaskan pada 100 kabupaten/kota di tahun
2018. Kebijakan ini didukung melalui Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013
tentang percepatan perbaikan gizi, Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017 tentang
Gerakan Masyarakat Sehat serta Peraturan Presiden No.83 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi.

1
Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan
penurunan stunting salah satu prioritas kegiatan yang termuat dalam Rencana Aksi
Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) adalah pelaksanaan
pendampingan keluarga beresiko stunting, pendampingan semua calon
pengantin/calon pasangan usia subur (PUS) dan surveilans keluarga beresiko
stunting. Disinilah peran Tim Pendamping Keluarga sangat dibutuhkan.

Masalah stunting bagi balita di Indonesia tergolong kronis. Guna mengatasi


persoalan stunting ini, pemerintah terus menggencarkan target penurunan angka
prevalensi stunting di Indonesia menjadi 14 persen di tahun 2024. sebagai upaya
mencapai target itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) menggandeng sejumlah perguruan tinggi untuk dapat berperan
memberikan penjelasan pengarahan dan bantuan sekaligus penyelesaian masalah
stunting yang ada di masyarakat.

Berdasarkan hasil Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) yang dirilis
oleh Kementerian Republik Indonesia, pada tahun 2021 prevalensi stunting di
Kabupaten Rejang Lebong sebesar 26% (tertinggi di Provinsi Bengkulu). Namun,
berdasarkan survey Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat
(E-PPGBM) yang merupakan pencatatan dan pelaporan berbasis masyarakat
dengan teknologi elektronik prevalensi stunting di kabupaten rejang lebong sebesar
2,5 %.

Tingkat prevalensi stunting yang masih tinggi di Kabupaten Rejang Lebong


ini, perlu segera kita atasi bersama. Sesuai dengan strategi nasional dalam
penanggulangan stunting, telah ditetapkan 5 (lima) pilar pencegahan stunting
diantaranya : komitmen dan visi kepemimpinan nasional dan daerah; komunikasi
perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat; konvergensi intervensi spesifik
dan sensitif di pusat dan daerah dan ketahanan pangan dan gizi; serta penguatan
dan pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi.

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka dibentuklah inovasi dalam


penanganan stunting pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabuapten Rejang Lebong

2
yaitu inovasi Pendamping Calon Pengantin Peduli Stunting (Dampingin), dengan
harapan program inovasi ini dapat menurunkan angka stunting di Kabupaten
Rejang Lebong.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2019);

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

4. Peraturan Pemerintah nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan dan Masa
Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi dan Pelayanan Kesehatan Seksual;

6. Peraturan Bupati Rejang Lebong Nomor 16 Tahun 2017 tentang


Penyelenggaraan Kesehatan pada Masa Kehamilan, Persalinan, Bayi, Balita,
Remaja dan Reproduksi Terpadu;

7. Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pemantauan Pertumbuhan dan


Perkembangan Tumbuh Kembang Anak, Penanggulangan Stunting dan
Perbaikan Gizi Masyarakat;

8. Keputusan Bupati Nomor 180.514.XI Tahun 2021 tentang Pembentukan Tim


Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Rejang Lebong;

3
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan warrahmah melalui pemberian


bekal pengetahun, peningkatan pemahaman dan keterampilan tentang
kehidupan rumah tangga dan keluarga.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat


serta memperoleh bayi yang sehat.

b. Untuk meningkatkan pengetahun calon pengantin dalam pemberdayaan


keluarga, penganggulangan masalah gizi, membangun keluarga sehat dan
dukungan terhadap kesejahteraan keluarga.

c. Untuk mengetahui tingkat kesehatan dan kesiapan calon pengantin dalam


menghadapi pernikahan.

D. SASARAN
1. Sasaran Langsung

a. Calon Pengantin

b. Keluarga

2. Sasaran Tidak Langsung

a. Tenaga Kesehatan

b. Petugas KUA

c. Kader PPK

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TELAAH PUSTAKA
1. Calon Pengantin

Menurut Kemenkes RI, calon pengantin adalah pasangan yang akan


melangsungkan pernikahan. Calon pengantin dapat dikatakan sebagai pasangan
yang belum mempunyai ikatan, baik secara hukum, agama ataupun negara dan
pasangan tersebut berproses menuju pernikahan serta proses memenuhi
persyaratan dalam melengkapi data-data yang diperlukan untuk pernikahan.
Calon pengantin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan istilah
yang digunakan pada wanita usia subur yang mempunyai kondisi sehat serta
calon pengantin laki-laki yang akan diperkenalkan dengan permasalahan
kesehatan reproduksi dirinya serta pasangan yang akan dinikahinya.

2. Pendamping

Damping menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menemani, menyertai


dekat-dekat (menemani secara dekat). Adapun pendampingan merupakan suatu
proses perjumpaan pertolongan antara pendamping dan orang yang didampingi.
Perjumpaan itu bertujuan untuk menolong orang yang didampingi agar dapat
menghayati keberadaannya dan mengalami pengalamannya secara penuh dan
utuh, sehingga dapat menggunakan sumber-sumber yang tersedia untuk berubah,
bertumbuh, dan berfungi penuh secara fisik, mental, spiritual dan sosial.
Sehingga Pendamping dapat disimpulkan adalah orang yang menemani orang
yang didampingi, guna mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Stunting

Stunting merupakan kondisi malnutrisi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang dalam waktu cukup lama, umumnya karena pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam
kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

5
3.1 Gejala Stunting :

a. Postur anak lebih pendek dari usianya

b. Proporsi tubuh cenderung normal, tetapi anak tampak lebih muda atua
kecil untuk usianya

c. Berat badan rendah untuk segala usianya

d. Pertumbuhan tulang tertunda

3.2 Faktor penyebab Stunting :

a. Faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita

b. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan


pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan

c. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal


Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal
Care dan pembelajaran dini yang berkualitas

 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan Anak


Usia Dini (PAUD)

 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang


memadai

 Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di


2007 menjadi 64% di 2013)

 Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi

d. Masih kurangnya akses kepada makanan bergizi

 1 dari 3 ibu hamil anemia

 Makanan begizi mahal

6
e. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi

 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka

 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih

B. SITUASI SAAT INI


Dalam melakukan peran mereka sebagai pasangan, seorang suami dan istri
haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu indikasi bahwa
calon pengantin yang sehat adalah bahwa kesehatan reproduksinya berada pada
kondisi yang baik. Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang menunjukan
kondisi kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi
dan proses reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau
kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut. Dalam kesehatan
reproduksi pembagian peran sosial perempuan dan laki-laki mempunyai pengaruh
besar terhadap kesehatan perempuan dan laki-laki. Peran sosial laki-laki dan
perempuan itu semakin dirasakan dalam kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan
reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia, misalnya masalah
pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja, aborsi yang tidak aman,
kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi. Status/posisi perempuan
dimasyarakat merupakan penyebab utama masalah kesehatan reproduksi yang
dihadapi perempuan karena menyebabkan perempuan kehilangan kendali terhadap
kesehatan, tubuh, dan fertilitasnya, perempuan lebih rentan dalam menghadapi
resiko kesehatan reproduksi seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak
aman, dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya,
perempuan lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan IMS,
termasuk HIV-AIDS.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting melalui pendampingan keluarga beresiko stunting, salah
satunya kegiatan yang dilakukan adalah pendampingan semua calon pengantin,
berupa konseling dan pemeriksaan kesehatan pada calon pengantin, yangmana

7
merupakan kegiatan dalam inovasi Dampingin ini.
Di Kabupaten Rejang Lebong terdapat 15 kecamatan yang sudah
melaksanakan pelayanan Pendamping Calon Pengantin Peduli Stunting
(Dampingin) yang sudah bekerja sama antara Dinas Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Kelurga Berencana, Dinas
Kesehatan dan Kementerian Agama Kabupaten Rejang Lebong di Kecamatan
masing-masing. Dalam Dampingin ini Kementerian Agama dalam hal ini sebagai
pelaksana adalah KUA (Kantor Urusan Agama) berperan memberikan konseling
bimbingan penasehatan pembinaan dan pelestarian perkawinan melalui (BP4)
dan melakukan kegiatan kursus calon pengantin (SUSCATIN) dan
merekomendasikan semua catin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan
menjadikan hasil pemeriksaan sebagai kelengkapan berkas pernikahan.
Untuk tim Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk dan Kelurga Berencana dalam hal ini dilakukan oleh
Petugas Keluarga Berencana (PKB) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) dengan melakukan konseling persiapan berkeluarga, kesiapan punya
anak, kesehatan reproduksi, serta persiapan berkeluarga berencana (KB).
Untuk dinas kesehatan berperan melaksanakan pelayanan kesehatan pada
calon pengantin (CATIN) meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
pemberian imunisasi, suplemen gizi, konsultasi kesehatan dan pelayanan
kesehatan lainnya.
Pada tahun 2021 jumlah calon pengantin yang sudah mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi sebanyak 819 orang, calon pengantin anemia
sebanyak 10 orang dan calon pengantin kurang gizi sebanyak 10 orang. Kepada
calon pengantin yang mengalami anemia dan kurang gizi, intervensi yang
dilakukan yaitu pemberian tablet tambah darah dan konseling gizi, diharapkan
setelah menikah tunda kehamilan sampai status gizi membaik dan tetap
dilakukan pemantauan. Data sampai bulan juni 2022 ada 356 calon pengantin
yang mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi, calon pengantin anemia
sebanyak 3 orang, calon pengantin kurang gizi sebanyak 7 orang dan calon
pengantin usia <19 tahun ada 28 orang.

8
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. OPD KB

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Kabupaten Rejang Lebong sebagai salah satu instansi tim percepatan penurunan
stunting, dalam hal ini dilakukan oleh Petugas Keluarga Berencana (PKB) dan
Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dengan melakukan konseling
persiapan berkeluarga, kesiapan punya anak, kesehatan reproduksi, serta
persiapan berkeluarga berencana (KB).
2. Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan selaku bidang pelayanan intervensi spesifik dalam tim
percepatan penurunan stunting, bertugas mengkoordinasikan proses rujukan
pelayanan dan pendampingan terhadap sasaran penurunan stunting agar dapat
berjalan dengan baik di tingkat kabupaten/kota. Dalam pelaksanaannya
melibatkan puskesmas, dalam implementasinya dimana bertugas melakukan
pemeriksaan kesehatan kepada calon pengantin, meliputi :

a. pemeriksaan darah lengkap meliputi : tes golongan darah, tes


hemoglobin (HB) dan tes gula darah

b. Tes urine antenatal

c. Ultrasonografi (USG)

d. Berat badan

e. Lingkar LILA.

3. Kementerian Agama

Kementerian agama selaku bidang perubahan perilaku dan pendampingan


keluarga dalam tim percepatan penurunan stunting, bertugas memfasilitasi dan
mengawal penyusunan strategi komunikasi perubahan perilaku penurunan

9
stunting tingkat kabupaten/kota sebagai acuan untuk mengadvokasi pemerintah
desa/kelurahan dan melakukan komunikasi, informasi dan edukasi bagi calon
pengantin. Dalam pelaksanaannya Kantor Urusan Agama (KUA) diberikan
tugas untuk memberikan informasi dan edukasi dalam persiapan pernikahan
meliputi : memberikan pendampingan untuk membentuk keluarga sakinah
mawaddah warahmah dalam hal agama.

10
BAB III

PENUTUP

Inovasi Dampingin ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan calon


pengantin dalam pemberdayaan keluarga, penanggulangan masalah gizi, membangun
keluarga sehat dan dukungan terhadap kesejahteraan keluarga, mempersiapkan
kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat dan
bebas stunting.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana
Kabupaten Rejang Lebong

ZULFAN EFENDI, SE
NIP. 19670416 199301 1 001

11

Anda mungkin juga menyukai