Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR PENGESAHAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

KADARZI

DI UPTD PKM CIBOLANG

Nomor Dokumen : KAK/KADARZI/2018/002

Tanggal Terbit : 21 Maret 2018

Nomor Revisi :0

Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh : Disahkan Oleh :

Yang Membuat Penanggung jawab UKM Kepala Puskesmas

Wawan Setiawan, SP Tanti Banurea AMKeb Teti Suryati, SKM.MM


Nip. 196603301991031002 Nip. Nip. 19780730200812004
PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS CIBOLANG
Jalan Veteran Cibolang Km. 04 Kode Pos 431536
e-mail: cibolang puskesmas@gmail.com.

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


PEMBINAAN KADARZI TINGKAT KECAMATAN
DI UPTD PUSKESMAS CIBOLANG TAHUN 2018

1. Pendahuluan
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan
investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar
untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Oleh karena itu,
menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan
masyarakat.
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi
terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan
(janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama
kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi yang
terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan
walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi.
Gambaran status gizi balita diawali dengan banyaknya bayi berat
lahir rendah (BBLR) sebagai cerminan tingginya masalah gizi dan
kesehatan ibu hamil. Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita
kurang energi kronis (KEK), yang bila hamil dapat meningkatkan risiko
melahirkan BBLR. Setiap tahun, diperkirakan sekitar 350 ribu bayi yang
BBLR (≤ 2500 gram), sebagai salah satu penyebab utama tingginya
angka gizi kurang dan kematian balita. Pada tahun 2005 terdapat
sekitar 5 juta balita gizi kurang; 1,7 juta diantaranya menderita gizi
buruk. Pada usia sekolah, sekitar 11 juta anak tergolong pendek sebagai
akibat dari gizi kurang pada masa balita. Masalah kurang gizi lainnya
yaitu Anemia Gizi Besi (AGB) yang diderita oleh 8,1 juta anak balita, 10
juta anak usia sekolah, 3,5 juta remaja putri dan 2 juta ibu hamil.
Masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) diderita oleh sekitar
3,4 juta anak usia sekolah dan sekitar 10 juta balita menderita Kurang
vitamin A (KVA).

2. Latar Belakang
Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak
dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode
dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada
masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak
dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya
terpenuhi.

Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kurang energi kronis


(KEK), yang bila hamil dapat meningkatkan risiko melahirkan BBLR.
Setiap tahun, diperkirakan sekitar 350 ribu bayi BBLR (≤ 2500 gram),
sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka gizi kurang dan
kematian balita. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 5 juta balita gizi
kurang; 1,7 juta diantaranya menderita gizi buruk. Pada usia sekolah,
sekitar 11 juta anak tergolong pendek sebagai akibat dari gizi kurang
pada masa balita.

Anemia Gizi Besi (AGB) diderita oleh 8,1 juta anak balita, 10 juta
anak usia sekolah, 3,5 juta remaja putri dan 2 juta ibu hamil. Sekitar
3,4 juta anak usia sekolah menderita Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY).

Sementara masalah gizi kurang dan gizi buruk masih tinggi, ada
kecenderungan peningkatan masalah gizi lebih sejak beberapa tahun
terakhir. Hasil pemetaan gizi lebih di wilayah perkotaan di Indonesia
menunjukkan bahwa sekitar 12 % penduduk dewasa menderita gizi
lebih.

Salah satu sasaran dari strategi Departemen Kesehatan adalah


seluruh Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), sebagaimana tertuang dalam
Kepmenkes RI No. 564/Menkes/SK/VIII/2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga.

Kadarzi adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah


dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya. Suatu keluarga
disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik secara terus
menerus. Perilaku sadar gizi yang diharapkan terwujud minimal adalah :
1. Menimbang berat badan secara teratur.
2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai
umur enam bulan (ASI Eksklusif).
3. Makan beranekaragam.
4. Menggunakan garam beryodium.
5. Minum suplemen gizi sesuai anjuran.
Selama ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi mencakup promosi
gizi seimbang termasuk penyuluhan gizi di posyandu, fortifikasi pangan,
pemberian makanan tambahan termasuk MP-ASI, pemberian suplemen
gizi (kapsul vitamin A dan Tablet Tambah Darah/TTD), pemantauan dan
penanggulangan gizi buruk. Kenyataannya masih banyak keluarga yang
belum berperilaku gizi yang baik sehingga penurunan masalah gizi
berjalan lamban.

Masih banyaknya kasus gizi kurang menunjukkan bahwa asuhan


gizi di tingkat keluarga belum memadai. Oleh sebab itu diperlukan
upaya pemberdayaan melalui pendampingan. Pendampingan keluarga
Kadarzi adalah proses mendorong, menyemangati, membimbing dan
memberikan kemudahan oleh Kader pendamping kepada keluarga guna
mengatasi masalah gizi yang dialami. Untuk meningkatkan kemampuan
kader posyandu di tingkat lapangan dalam melakukan pendampingan
keluarga Kadarzi maka perlu dilakukan sosialisasi kegiatan KADARZI di
tingkat Puskesmas

3. TUJUAN
Tujuan Umum :
Melakukan pembekalan pendampingan keluarga Kadarzi pada Kader
Kadarzi.

Tujuan Khusus :
 Meningkatnya pemahaman kader terhadap proses pendampingan
keluarga Kadarzi.
 Meningkatnya kemampuan kader dalam melakukan pendampingan
keluarga agar berperilaku sadar gizi.
 Meningkatnya kemampuan kader dalam melakukan KIE pada keluarga
agar berperilaku sadar gizi.
 Meningkatnya kemudahan keluarga dan masyarakat dalam
memperoleh informasi mengenai Kadarzi dan pelayanan gizi yang
berkualitas.
4. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan Pembekalan Kader Kadarzi Tingkat Puskesmas Cibolang
pada Bulan Oktober s/d Desember 2018

5. PELAKSANA

- Tim Fasilitator : UPTD Puskesmas Cibolang


- Panitia : Pelaksana Gizi

6. BIAYA
Kegiatan Kadarzi Tingkat Kecamatan dibebankan pada keuangan
BOK tahun anggaran 2018.

7. PENUTUP
Demikianlah kerangka acuan kegiatan perbaikan gizi Puskesmas
ini kami buat yang di pergunakan sebagai acuan kami dalam
melasanakan kegiatan tersebut, dengan harapan semoga dapat berguna
dan bermanfaat serta dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas Cibolang

Anda mungkin juga menyukai