Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
hidayah dan inayah-Nya sehingga dapat tersusun Buku Saku Pendampingan Kegiatan
Penguatan Intervensi Spesifik Gizi Dalam Percepatan Penurunan Stunting. Buku saku ini
merupakan panduan ringkas yang digunakan oleh personil atau pihak yang terlibat dalam
kegiatan pendampingan yang dilaksanakan oleh Direktorat Gizi Masyarakat Dirjen Kesmas
Kemenkes RI dan Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Vokasi Gizi Indonesia (AIPVOGI)
pada tahun 2021 pada 5 (lima) wilayah kabupaten di Propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan
Nusa Tenggara Barat.
Buku saku ini antara lain menjelaskan tentang maksud dan tujuan pendampingan,
pengorganisasian, pihak yang terlibat, uraian tugas dan teknis pelaksanaan pendampingan serta
dilengkapi dengan formulir-formulir yang digunakan oleh setiap personil pendamping dalam
melaksanakan tugasnya. Buku saku ini disusun secara ringkas, menggunakan bahasa yang jelas
dan sederhana sehingga mudah dan praktis untuk dipahami serta digunakan. Harapan kami
dengan pelaksanaan pendampingan ini akan mendukung program pemerintah dalam
percepatan penurunan masalah stunting yang ditetapkan angka stunting secara nasional harus
turun menjadi 14% pada tahun 2024.
Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang memberikan
masukan serta koreksi dalam proses penyusunan buku saku ini. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa membalas atas kebaikannya. Kami berharap pelaksanaan pendampingan dapat berjalan
lancar serta sesuai target sehingga dapat mendukung percepatan penurunan masalah stunting
di Indonesia.
Indonesia saat ini masih menjadi negara dengan prevalensi balita stunting kelima
terbesar di dunia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan angka
stunting secara nasional masih sebesar 30,8%. Angka tersebut memang mengalami
penurunan apabila dibandingkan Riskesdas tahun 2013 yakni sebesar 37,2%, namun jumlah
tersebut masih di atas batas maksimal (20%) yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO). Bahkan pemerintah juga telah menyatakan pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 yang menetapkan angka stunting secara
nasional harus turun menjadi 14%.
Pada tahun 2021 ini, Direktorat Gizi Masyarakat Ditjen Kesmas Kemenkes RI dan
Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Vokasi Gizi Indonesia (AIPVOGI) melakukan
kegiatan kerjasama dalam Pendampingan Kegiatan Penguatan Intervensi Spesifik Gizi
dalam Percepatan Penurunan Stunting pada 5 (lima) wilayah kabupaten di Provinsi Jawa
Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Pendampingan tersebut melibatkan unsur
AIPVOGI, dosen pendidikan tinggi vokasi gizi (Poltekkes Kemenkes), dan
mahasiswa/lulusan pendidikan tinggi vokasi gizi (Poltekkes Kemenkes) di lokasi
pendampingan.
Untuk memberikan panduan dalam melaksanakan pendampingan, maka disusun Buku
Saku Pendampingan Kegiatan Penguatan Intervensi Spesifik Gizi Dalam Percepatan
Penurunan Stunting. Buku saku ini sangat jelas karena menjelaskan tentang
pengorganisasian, pihak yang terlibat, uraian tugas, dan teknis pelaksanaan pendampingan
serta disusun secara ringkas dan sederhana sehingga mudah dan praktis untuk digunakan
personil pendamping. Tim penulis buku ini merupakan personil expert dan berpengalaman
dalam mengembangkan pendampingan permasalahan gizi di masyarakat. Kami
mengucapkan terima kasih kepada para penyusun yang sudah berupaya untuk mewujudkan
buku saku ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas atas kebaikannya.
Akhir kata, semoga buku saku ini dapat dimanfaatkan secara baik bagi para
pendamping. Semoga kegiatan pendampingan tersebut dapat menjadi role model sebagai
salah satu bentuk penanggulangan stunting di Indonesia, serta dapat sebagai bentuk aksi
nyata dalam percepatan penurunan masalah stunting. Aamiin.
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan prevalensi balita stunting kelima terbesar di
dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan 2018, meslipun
angka stunting nasional sudah mengalami penurunan dari 37,2% menjadi 30,8 %, angka
tersebut masih di atas batas maksimal (20%) kriteria masalah kesehatan masyarakat yang
ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, pemerintah telah menetapkan upaya
perbaikan gizi masyarakat sebagai salah satu program prioritas dengan indikator target
capaian terjadinya penurunan prevalensi stunting sampai mencapai 14%.
Masalah stunting berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak,
sehingga akan menurunkan sumber daya manusia. Oleh sebab itu stunting harus
ditanggulangi dengan tepat dan efektif. Upaya perbaikan yang sudah dilakukan untuk
menanggulangi stunting meliputi upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara
langsung (intervensi gizi spesifik) dan upaya untuk mencegah dan memperbaiki faktor yang
secara tidak langsung berpengaruh terhadap stunting (intervensi gizi sensitif). Intervensi gizi
spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan, namun hanya berkontribusi 30%,
sedangkan 70% merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif yang melibatkan berbagai
sector selain kesehatan.
Menurut The Lancet (2021) penanggulangan stunting melalui intervensi gizi spesifik
pada seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) terbukti efektif dapat mencegah terjadinya
stunting jika cakupannya mencapai minimal 90%. Intervensi gizi spesifik pada 1000 HPK
meliputi: suplementasi zat gizi mikro pada ibu hamil, pemberian makanan tambahan untuk
ibu hamil dengan masalah gizi, konseling dan promosi PMBA (Pemberian Makan Bayi dan
Anak), suplementasi zat gizi mikro pada balita, penanganan anak dengan masalah gizi akut
(gizi buruk), dan pemantauan pertumbuhan (Keats dkk., 2021).
Dalam rangka optimalisasi implementasi program intervensi gizi di lapangan
diperlukan adanya dukungan ,kerjasamadan kemitraan berbagai elemen terkait ,mulaidari
tingkat pusat dan daerah. Dalam kaitan dengan hal tersebut, Direktorat Gizi Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI dan Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Vokasi Gizi Indonesia
(AIPVOGI) pada tahun 2021 akan melakukan pendampingan keluarga beresiko stunting
khususnya untukprogram intervensi spesifik gizi : Suplementasi zat gizi mikro (tablet
tambah darah) pada ibu hamil, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Ibu hamil
Kurang Energi Kronik (KEK), Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi dan Anak Gizi
Kurang), pemberian ASI Eksklusif dan pemantauan pertumbuhan balita. Pendampingan
dilakukan dengan melibatkan Tim dari AIPVOGI, Dinas Kesehatan/puskesmas dan
perguruan tinggi vokasi gizi di wilayah setempat.
2. Tujuan Khusus
a) Melaksanakan pendampingan dan evaluasi konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
pada ibu hamil
b) Melaksanakan pendampingan dan evaluasi konsumsi PMT pada Ibu hamil dengan
status KEK (Kurang Energi Kronis).
c) Melaksanakan pendampingan dan evaluasi konsumsi PMT pada anak baduta
dengan status Gizi Kurang.
d) Melaksanakan pendampingan dan evaluasi pemberian ASI Eksklusif pada ibu
menyusui.
e) Melaksanakan pendampingan dan evaluasi partisipasi masyarakat (D/S) dalam
program pemantauan pertumbuhan.
C. Sasaran
Sasaran dari kegiatan pendampingan adalah keluarga yang berisiko dan atau terindikasi
memiliki masalah stunting yang terdiri dari:
1. Keluarga yang memiliki Ibu hamil untuk peningkatan cakupan konsumsi Tablet
Tambah Darah (TTD).
2. Keluarga yang memiliki ibu hamil yang Lingkar Lengan Atas nya dibawah 23,5 cm
atau disebut Kurang Energi Kronik (KEK) untuk konsumsi PMTnya.
3. Keluarga yang memiliki baduta (bawah dua tahun) gizi kurang (Berat Badan
berdasarkan Panjang Badannya dibawah -2SD standar BB/PB) untuk konsumsi
PMTnya.
4. Keluarga yang memiliki Ibu menyusui dengan bayi 0-6 bulan untuk pemberian ASI
eksklusif pada umur 0-6 bulan.
5. Keluarga yang memiliki anak di bawah dua tahun (baduta) dalam dalam proses
pemantauan pertumbuhan.
D. Ruang Lingkup
1. Wilayah kegiatan pendampingan meliputi masing-masing 2 (dua) Puskesmas pada:
a. Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, meliputi Puskesmas Cijeruk dan Bojong.
b. Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, meliputi Puskesmas Sukajadi dan
Ketapang.
c. Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat, meliputi Puskesmas Sidamulya dan
Karangsari.
d. Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur, meliputi Puskesmas Silo II dan Rambipuji.
e. Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat, meliputi Puskesmas Sikur
dan Denggen.
E. Indikator Keberhasilan
1. Bertambahnya ibu hamil yang patuh dalam mengkonsumsi TTD.
2. Bertambahnya ibu hamil KEK yang mengkonsumsi Biskuit PMT.
3. Bertambahnya anak baduta Gizi Kurang yang mengkonsumsi Biskuit PMT.
4. Bertambahnya ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif.
5. Bertambahnya ibu/keluarga yang menimbangkan anaknya (baduta) dalam kegiatan
penimbangan setiap bulan.
F. Manfaat
1. Bagi keluarga sasaran
Meningkatkan pengetahuan dan praktik pada keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi
pada masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) meliputi kepatuhan dalam
mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD), peningkatan pemberian ASI Eksklusif,
kepatuhan konsumsi PMT ibu hamil yang KEK, kepatuhan konsumsi PMT anak
dengan Gizi Kurang, dan meningkatkan ibu/keluarga yang menimbangkan anaknya
(baduta) dalam kegiatan penimbangan setiap bulan.
2. Para Dosen Pembimbing dan Tenaga pendamping (dosen dan mahasiswa/lulusan)
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penyelia dan tenaga pendamping dalam
mengelola upaya percepatan penurunan masalah stunting.
3. Pemerintah (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dam
Kepala Puskesmas)
Sebagai bahan masukan dalam rangka menyusun dan mengembangkan kebijakan dalam
penanggulangan masalah stunting.
5. Institusi Pendidikan Tinggi Vokasi Gizi (PTVG)
Mengaplikasikan ilmu dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi yang ketiga yaitu
pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan
penelitian dan pengembangan kurikulum sehingga dapat meningkatkan kualitas lulusan.
6. AIPVOGI
Mendayagunakan institusi pendidikan tinggi vokasi bidang gizi dalam upaya membantu
pembangunan kesehatan nasional khususnya dalam percepatan penurunan masalah
stunting.
Secara skematis, agenda kerja pendampingan program intervensi gizi spesifik di lapangan
dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
Gambar 4 menunjukan ruang lingkup dan jenis kegiatan yang menjadi agenda para pihak
terkait khususnya komponen AIPVOGI dalam melakukan pendampingan utamanya adalah
dosen dan mahasiswa pendamping. Pada level pelaksanaan Dosen pendamping harus bermitra
erat dengan kecamatan, puskesmas dan desa. Mahasiswa harus selalu bergandengan dengan
petugas gizi puskesmas dan bidan desa. Sehingga harapannya seluruh agenda dapat terlaksana
dan mencapai target/tujuan yang diharapkan. Penjelasan secara teknis agenda kegiatan tersebut
diuraikan secara rinci pada BAB Pelaksanaan Kegiatan Pendampingan.
A. Tujuan
Melaksanakan pendampingan dan evaluasi konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD pada ibu
hamil dalam
B. Sasaran
Mahasiswa/lulusan bersama kader melakukan pendampingan pada keluarga dengan Ibu
Hamil yang mendapat tablet tambah darah (TTD).
C. Indikator spesifik
Diminumnya tablet tambah darah (TTD) Ibu hamil selama minimal 90 hari selama
pendampingan.
D. Waktu kegiatan
Kegiatan dilakukan selama 3 (tiga) bulan dengan frekuensi pendampingan sebanyak 9
(sembilan) kali. Kegiatan pendampingan setiap bulan dilakukan 3 (tiga) kali dengan
perincian pendampingan I melakukan pendampingan pada kegiatan posyandu, serta
pendampingan II dan III melakukan monitoring dan evaluasi konsumsi tablet tambah darah
(TTD),
E. Kegiatan
a. Supervisor
1) Melaksanakan supervisi proses analisis situasi terkait capaian program suplementasi
TTD pda ibu hamil
2) Melaksanakan supervisi dalam penyusunan rencana kegiatan pendampingan progam
suplementasi TTD pada ibu hamil oleh dosen pendamping dan Dinas Kesehatan
kabupaten.
3) Melakukan advokasi lintas sektor untuk dukungan kegiatan pendampingan
progamsuplementasi TTD pada ibu hamil bersama Dinas Kesehatan
4) Memonitor pelaksanaan koordinasi dengan Puskesmas dan Pemerintah Desa yang
dilakukan dosen pendamping.
5) Memonitor pemantauan proses pendampingan pemberian TTD pada ibu hamil yang
dilakukan oleh dosen terhadap mahasiswa/lulusan dan kader.
b. Dosen Pendamping
1) Melaksanakan analisis situasi dan perencanaan kegiatan pendampingan suplementasi
TTD ibu hamil bersama Dinas Kesehatan Kabupaten.
2) Melakukan advokasi lintas sektor untuk dukungan kegiatan pendampingan bersama
Dinas Kesehatan.
3) Mendampingi pelaksanaan orientasi pada tenaga kesehatan.
BUKU SAKU PENDAMPINGAN INTERVENSI GIZI SPESIFIK 7
4) Melakukan koordinasi dengan Puskesmas dan Pemerintah Desa.
5) Memantau proses pendampingan yang dilakukan oleh mahasiswa/lulusan dan kader.
6) Melakukan evaluasi terhadap proses pendampingan.
c. Mahasiswa
1) Melakukan koordinasi bersama tenaga kesehatan di Puskesmas, Bidan Desa, dan
Kader untuk penyiapan pelaksanaan pendampingan pada ibu hamil dalam
mengkonsumsi TTD.
2) Melakukan sosialisasi rencana kegiatan pendampingan kepada lintas sektor di wilayah
kerja Puskesmas bersama tenaga kesehatan didampingi dosen khususnya pada Ibu
hamil dalam mengkonsumsi TTD.
3) Berperan aktif dalam kegiatan yang terintegrasi dengan intervensi gizi spesifik seperti
Posyandu, Kelas Ibu Hamil dan/atau Kelas Ibu Balita, serta menginisiasi kegiatan
tersebut apabila belum ada pada lokasi pendampingan.
4) Mendampingi kegiatan edukasi dan monitoring kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi TTD yang dilakukan oleh kader.
5) Melakukan kunjungan rumah untuk pendampingan pada ibu hamil dalam
mengkonsumsi TTD.
6) Memfasilitasi rujukan ke petugas kesehatan bila diperlukan.
7) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan edukasi dan monitoring kepatuhan
ibu hamil dalam mengkonsumsi TTD.
d. Kader
1) Mengidentifikasi keluarga dengan ibu hamil yang mendapat TTD.
2) Memberikan edukasi dan melakukan monitoring kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi
TTD.
3) Menggerakkan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
perbaikan gizi masyarakat khususnya ibu hamil.
4) Membantu masyarakat agar dapat mengakses pelayanan kesehatan dan gizi yang
dibutuhkan khususnya ibu hamil.
5) Merujuk sesuai kebutuhan apabila ditemukan masalah yang harus ditangani tenaga
kesehatan selama proses pendampingan.
F. Indikator
a. Indikator Input
Setiap mahasiswa/lulusan dan kader pendamping memiliki:
1) Buku Saku Pendampingan.
2) Media KIE tentang anemia dan TTD pada ibu hamil.
3) Formulir pencatatan pendampingan.
4) Data jumlah sasaran yaitu ibu hamil yang mendapat TTD.
5) Informasi masalah ibu hamil dan kaitannya dalam mengkonsumsi TTD.
6) Rencana kunjungan rumah dan pemberian edukasi gizi.
c. Indikator Output
Peningkatan Jumlah (%) ibu hamil yang mengkonsumsi TTD minimal 90 tablet.
A. Tujuan
Melaskaanakan pendampingan dan evaluasi konsumsi biskuit PMT ibu hamil KEK
B. Sasaran
Mahasiswa/lulusan bersama kader melakukan pendampingan pada keluarga dengan Ibu
Hamil KEK yang mendapat biskuit PMT.
C. Indikator spesifik
Dikonsumsinya biskuit PMT oleh Ibu hamil KEK minimal 90 hari selama pendampingan.
Aturan konsumsi biskuit PMT adalah 2 keping sehari untuk trimester I dan 3 keping untuk
trimester II dan ke III selama 90 hari. Setiap kemasan biskuit PMT berisi 3 keping dengan
berat 60 gram (20 gram per keping). Setiap kemasan mengandung 270 kilokalori, 6 gram
protein dan 12 gram lemak.
D. Waktu kegiatan
Kegiatan dilakukan selama 3 (tiga) bulan dengan frekuensi pendampingan sebanyak 9
(sembilan) kali. Setiap bulan pendampingan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan
perincian pendampingan I melakukan pendampingan pada kegiatan posyandu, sedangkan
pendampingan II dan III melakukan monitoring dan evaluasi konsumsi biskuit PMT Ibu
Hamil KEK,
E. Kegiatan
a. Supervisor
1) Melaksanakan supervisi proses analisis situasi dan perencanaan kegiatan
pendampingan PMT ibu hamil KEK oleh Dinas Kesehatan Kabupaten bersama dosen
pendamping.
2) Melakukan supervise proses advokasi lintas sektor untuk dukungan kegiatan
pendampingan PMT ibu hamil KEK yang dilakukan oleh dosen pendamping bersama
Dinas Kesehatan.
3) Melakukan supervisi pelaksanaan orientasi pada tenaga kesehatan yang dilakukan
dosen dan mahasiswa.
4) Melakukan supervisi pelaksanaan koordinasi dengan Puskesmas dan Pemerintah Desa
yang dilakukan dosen pendamping.
5) Melakukan supervisi pemantauan proses pendampingan dilakukan oleh dosen
terhadap mahasiswa/lulusan dan kader pada kepatuhan Ibu hamil KEK dalam
mengonsumsi biskuit PMT.
b. Dosen Pendamping
c. Mahasiswa
1) Melakukan koordinasi bersama tenaga kesehatan di Puskesmas, Bidan Desa, dan
Kader untuk penyiapan pelaksanaan pendampingan pada ibu hamil KEK.
2) Melakukan sosialisasi rencana kegiatan pendampingan kepada lintas sektor di wilayah
kerja Puskesmas bersama tenaga kesehatan didampingi dosen khususnya pada Ibu
hamil KEK.
3) Berperan aktif dalam kegiatan yang terintegrasi dengan intervensi gizi spesifik seperti
Posyandu, Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita serta menginisiasi kegiatan tersebut
bila belum ada di wilayah pendampingan.
4) Mendampingi kegiatan edukasi dan monitoring kepatuhan sasaran yang dilakukan
oleh kader.
5) Melakukan kunjungan rumah untuk pendampingan pada Ibu Hamil KEK dalam
kepatuhan mengkonsumsi biskuit sesuai dengan trimester kehamilannya.
6) Memfasilitasi rujukan ke petugas kesehatan bila diperlukan.
7) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan edukasi dan monitoring kepatuhan
ibu hamil KEK melalui konsumsi biskuit.
d. Kader
1) Mengidentifikasi keluarga dengan ibu hamil yang KEK.
2) Memberikan edukasi dan melakukan monitoring kepatuhan ibu hamil KEK dalam
mengonsumsi biskuit sesuai trimester kehamilan yaitu: 2 keping biskuit setiap hari
pada kehamilan trimester pertama dan 3 biskuit per hari pada trimester 2 dan ke 3.
3) Menggerakkan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
perbaikan gizi masyarakat khususnya ibu hamil.
4) Membantu masyarakat agar dapat mengakses pelayanan kesehatan dan gizi yang
dibutuhkan khususnya ibu hamil.
5) Merujuk sesuai kebutuhan apabila ditemukan masalah yang harus ditangani tenaga
kesehatan selama proses pendampingan.
F. Indikator
a. Indikator Input
Setiap mahasiswa/lulusan dan kader pendamping memiliki:
1) Buku Saku Pendampingan
2) Media KIE tentang Pemberian PMT pada ibu hamil
3) Formulir pencatatan pendampingan
b. Indikator Proses
1) Dilaksanakannya Analisis Situasi jumlah ibu hamil KEK.
2) Dilaksanakannya Orientasi pada keluarga dengan ibu hamil KEK dalam
mengonsumsi biskuit.
3) Dilaksanakannya advokasi, sosialisasi dan koordinasi.
4) Dilaksanakannya proses pendampingan, yaitu:
a. Edukasi dan konseling.
b. Monitoring kepatuhan konsumsi biskuit sesuai trimester kehamilannya.
c. Rujukan jika diperlukan.
c. Indikator Output
Peningkatan Jumlah (%) ibu hamil yang mengkonsumsi biskuit 2 keping biskuit pada
kehamilan trimester pertama dan 3 biskuit pada trimester 2 dan ke 3.
A. Tujuan
Melaksanakan pendampingan dan evaluasi konsumsi biskuit PMT pada anak baduta gizi
kurang
B. Sasaran
Mahasiswa/lulusan bersama kader melakukan pendampingan pada keluarga dengan anak
baduta gizi kurang yang mendapat biskuit PMT.
C. Indikator spesifik
Dikonsumsinya biskuit PMT sebanyak 8 keping (dua bungkus) per hari oleh anak umur 6-
11 bulan yang mengalami gizi kurang dan 12 keping (3 bungkus) per hari oleh anak umur
12-59 bulan yang mengalami gizi kurang selama 90 hari. Setiap kemasan berisi 4 keping
berat 40 gram sehingga 1 keping biskuit berat 10 gram. Setiap 100 g biskuit mengandung
450 kkal energi, 9 g protein dan 14 g lemak.
D. Waktu kegiatan
Kegiatan dilakukan selama 3 (tiga) bulan dengan frekuensi pendampingan sebanyak 9
(sembilan) kali. Setiap bulan pendampingan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan
perincian pendampingan I melakukan pendampingan pada kegiatan posyandu, sedangkan
pendampingan II dan III melakukan monitoring dan evaluasi konsumsi biskuit PMT balita
gizi kurang,
E. Kegiatan
a. Supervisor
1) Melaksanakan analisis situasi dan perencanaan kegiatan bersama Dinas Kesehatan
Kabupaten bersama dosen pendamping.
2) Melakukan advokasi lintas sektor untuk dukungan kegiatan pendampingan bersama
Dinas Kesehatan.
3) Melakukan monitoring pelaksanaan orientasi pada tenaga kesehatan yang dilakukan
dosen dan mahasiswa.
4) Melakukan monitoring pelaksanaan koordinasi dengan Puskesmas dan Desa yang
dilakukan dosen pendamping.
5) Melakukan monitoring pemantauan proses pendampingan dilakukan oleh dosen
terhadap mahasiswa dan kader pada kepatuhan anak baduta yang Gizi Kurang dalam
mengkonsumsi biskuit sesuai umurnya.
b. Dosen Pendamping
1) Melaksanakan analisis situasi dan perencanaan kegiatan bersama Dinas Kesehatan
Kabupaten.
c. Mahasiswa/Lulusan
1) Melakukan koordinasi bersama tenaga kesehatan di Puskesmas, Bidan Desa, dan
Kader untuk penyiapan pelaksanaan pendampingan pada baduta gizi kurang.
2) Melakukan sosialisasi rencana kegiatan pendampingan kepada lintas sektor di wilayah
kerja Puskesmas bersama tenaga kesehatan didampingi dosen khususnya pada baduta
gizi kurang.
3) Berperan aktif dalam kegiatan yang terintegrasi dengan intervensi gizi spesifik seperti
Posyandu, Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita, serta menginisiasi kegiatan tersebut
bila belum ada di wilayah pendampingan.
4) Mendampingi kegiatan edukasi dan monitoring kepatuhan pada baduta gizi kurang
yang dilakukan oleh kader.
5) Melakukan kunjungan rumah untuk pendampingan pada baduta gizi kurang dalam
kepatuhan mengkonsumsi biskuit PMT sesuai dengan umurnya.
6) Melakukan kunjungan rumah untuk pendampingan pada baduta gizi kurang dalam
memberikan edukasi mengenai MPASI.
7) Memfasilitasi rujukan ke petugas kesehatan bila diperlukan.
8) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan edukasi dan monitoring kepatuhan
pada baduta gizi kurang dalam kepatuhan mengkonsumsi biskuit PMT sesuai dengan
umurnya.
d. Kader
1) Mengidentifikasi keluarga dengan balita gizi kurang.
2) Memberikan edukasi dan melakukan monitoring kepatuhan anak baduta gizi kurang
dalam mengkonsumsi biskuit PMT sesuai umur anak yaitu:
a. Anak umur 6-11 bulan: 8 keping biskuit setiap hari (2 bungkus).
b. Anak umur 12-59 bulan: 12 keping per hari setiap hari (3 bungkus).
c. Setiap bungkus berisi 4 keping.
F. Indikator
a. Indikator Input
Setiap mahasiswa/lulusan dan kader pendamping memiliki:
1) Buku Saku Pendampingan.
2) Media KIE tentang Pemberian biskuit PMT pada anak baduta gizi kurang.
3) Formulir pencatatan pendampingan.
4) Data jumlah sasaran yaitu baduta gizi kurang.
7) Informasi masalah baduta gizi kurang dan kaitannya dalam mengkonsumsi biskuit
PMT.
8) Rencana kunjungan rumah dan pemberian edukasi gizi tentang MPASI dan keadaan
gizi kurang.
b. Indikator Proses
1) Dilaksanakannya analisis situasi jumlah balita gizi kurang.
2) Dilaksanakannya orientasi pada keluarga dengan pada anak baduta gizi kurang dalam
mengkonsumsi biskuit.
3) Dilaksanakannya advokasi, sosialisasi dan koordinasi.
4) Dilaksanakannya proses pendampingan, yaitu:
a. Edukasi dan konseling.
b. Monitoring kepatuhan konsumsi biskuit pada baduta gizi kurang.
c. Edukasi mengenai MPASI.
d. Rujukan jika diperlukan.
c. Indikator Output
meningkatnya Jumlah(%) anak gizi kurang berumur 6-24 bulan yang mengkonsumsi
biskuit PMT, dengan ketentuan anak umur 6-11 bulan mengkonsumsi 8 keping (2
bungkus) biskuit setiap hari dan anak umur 12-59 bulan sebanyak 12 keping (3
bungkus) per hari setiap hari.
A. Tujuan
Melaksanakan pendampingan dan evaluasi pemberian ASI Eksklusif pada keluarga dengan
ibu menyusui.
B. Sasaran
Mahasiswa/lulusan bersama kader melakukan pendampingan pada keluarga dengan ibu
menyusui
C. Indikator spesifik
Diberikannya ASI eksklusif pada bayinya sampai anak berusia 6 bulan dan tetap menyusui
pada saat anak mendapat MPASI sampai anak berusia 24 bulan.
D. Waktu kegiatan
Kegiatan dilakukan selama 3 (tiga) bulan dengan frekuensi pendampingan sebanyak 9
(sembilan) kali. Setiap bulan pendampingan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan
perincian pendampingan I melakukan pendampingan pada kegiatan posyandu, sedangkan
pendampingan II dan III melakukan monitoring dan evaluasi pemberian ASI Eksklusif.
E. Kegiatan
a. Supervisor
1) Melaksanakan supervisi analisis situasi dan perencanaan kegiatan pendampingan
pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
bersama dosen pendamping.
2) Melakukan supervise proses advokasi lintas sektor untuk dukungan kegiatan
pendampingan oleh dosen pendamping bersama Dinas Kesehatan.
3) Melakukan monitoring pelaksanaan orientasi pada tenaga kesehatan yang dilakukan
dosen dan mahasiswa/lulusan.
4) Memonitor pelaksanaan koordinasi dengan Puskesmas dan Pemerintah Desa yang
dilakukan dosen pendamping.
5) Memonitor pemantauan proses pendampingan dilakukan oleh dosen terhadap
mahasiswa/lulusan dan kader pada keluarga dengan ibu menyusui dalam memberikan
ASI eksklusif pada anak berumur 0-6 bulan dan meneruskan pemberian ASI setelah
anak diberi MAPSI sampai anak berumur 24 bulan.
b. Dosen Pendamping
1) Melaksanakan analisis situasi dan perencanaan kegiatan bersama Dinas Kesehatan
Kabupaten.
c. Mahasiswa/Lulusan
1) Melakukan koordinasi bersama tenaga kesehatan di Puskesmas, Bidan Desa, dan
Kader untuk penyiapan pelaksanaan pendampingan pada ibu menyusui dalam
memberikan ASI eksklusif.
2) Melakukan sosialisasi rencana kegiatan pendampingan kepada lintas sektor di wilayah
kerja Puskesmas bersama tenaga kesehatan didampingi dosen khususnya keluarga
dengan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif pada anak umur 0-6 bulan.
3) Berperan aktif dalam kegiatan yang terintegrasi dengan intervensi gizi spesifik seperti
Posyandu, Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita, serta menginisiasi kegiatan tersebut
bila belum ada di wilayah pendampingan.
4) Mendampingi kegiatan edukasi dan monitoring pemberian ASI eksklusif pada ibu
menyusui sampai anak pada umur 0-6 bulan.
5) Melakukan kunjungan rumah untuk pendampingan pada keluarga dengan ibu
menyusui dalam memberikan ASI eksklusif pada anak umur 0-6 bulan.
6) Memfasilitasi rujukan ke petugas kesehatan bila diperlukan.
7) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan edukasi dan monitoring pada
keluarga dengan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif pada anak usia 0-6
bulan dan meneruskan pemberian ASI saat MPASI diberikan sampai anak berumur
24 bulan.
d. Kader
1) Mengidentifikasi keluarga dengan ibu yang menyusui eksklusif.
2) Memberikan edukasi dan melakukan monitoring pada keluarga dengan ibu menyusui
dalam memberikan ASI eksklusif pada anak berumur 0-6 bulan dan meneruskan
pemberian ASI saat MPASI diberikan sampai anak berumur 24 bulan.
3) Memberikan edukasi mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif. pada bayi umur
0-6 bulan.
4) Memberikan edukasi mengenai pentingnya tetap meneruskan memberikan ASI setelah
diberikannya MPASI sampai anak berumur 24 bulan.
5) Menggerakkan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
perbaikan gizi masyarakat khususnya pada keluarga dengan ibu menyusui eksklusif
F. Indikator
a. Indikator Input
Setiap mahasiswa/lulusan dan kader pendamping memiliki:
1) Buku Saku Pendampingan
2) Media KIE tentang ASI Eksklusif
3) Media KIE tentang MPASI pada anak 6-24 bulan
4) Formulir pencatatan pendampingan
5) Data jumlah sasaran yaitu ibu yang menyusui eksklusif
6) Informasi masalah ibu yang menyusui eksklusif
7) Rencana kunjungan rumah dan pemberian edukasi gizi tentang MPASI dan keadaan
Gizi Kurang
b. Indikator Proses
1) Dilaksanakannya analisis situasi jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif.
2) Dilaksanakannya orientasi pada keluarga yang memiliki ibu menyusui.
3) Dilaksanakannya advokasi, sosialisasi dan koordinasi.
4) Dilaksanakannya proses pendampingan, yaitu:
a. Edukasi dan konseling.
b. Monitoring pada ibu yang memberikan ASI eksklusif.
c. Edukasi mengenai menyusui eksklusif.
d. Rujukan jika diperlukan.
c. Indikator Output
bertambahnya jumlah (%) ibu menyusui yang memberikan ASI Eksklusif.
A. Tujuan
Melaksanakan pendampingan dan evaluasi partisipasi masyarakat(D/S) pada program
pemantauan pertumbuhan dalam bentuk penimbangan berat badan baduta.
B. Sasaran
Mahasiswa/lulusan bersama kader melakukan pendampingan pada keluarga yang memiliki
baduta.
C. Indikator spesifik
Ditimbangnya anak baduta setiap bulan secara teratur dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat
(KMS).
D. Waktu kegiatan
Kegiatan dilakukan selama 3 (tiga) bulan dengan frekuensi pendampingan sebanyak 9
(sembilan) kali. Setiap bulan pendampingan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan
perincian pendampingan I melakukan pendampingan pada kegiatan posyandu, sedangkan
pendampingan II dan III melakukan transfer pengetahuan kepada keluarga anak baduta
dalam pemantauan pertumbuhan (BB/U).
E. Kegiatan
a. Supervisor
1) Melaksanakan supervisi analisis situasi dan perencanaan kegiatan pendampingan
pemantauan pertumbuhan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten bersama dosen
pendamping.
2) Melakukan supervisi terhadap proses advokasi lintas sektor untuk dukungan kegiatan
pendampingan oleh dosen pembimbing bersama Dinas Kesehatan.
3) Melakukan monitoring pelaksanaan orientasi pada tenaga kesehatan yang dilakukan
dosen dan mahasiswa/lulusan.
4) Memonitor pelaksanaan koordinasi dengan Puskesmas dan Pemerintah Desa yang
dilakukan dosen pendamping.
5) Memonitor pemantauan proses pendampingan dilakukan oleh dosen terhadap
mahasiswa/lulusan dan kader pada keluarga yang memiliki anak baduta dalam
pemantauan pertumbuhan berdasarkan berat badan dan mencatatnya pada KMS.
c. Mahasiswa/Lulusan
1) Melakukan koordinasi bersama tenaga kesehatan di Puskesmas, Bidan Desa, dan
Kader untuk penyiapan pelaksanaan pendampingan pada baduta dalam pemantauan
pertumbuhan dan mencatatnya dalam KMS.
2) Melakukan sosialisasi rencana kegiatan pendampingan kepada lintas sektor di wilayah
kerja Puskesmas bersama tenaga kesehatan didampingi dosen khususnya pada
keluarga dengan baduta dalam pemantauan pertumbuhannya setiap bulan.
3) Berperan aktif dalam kegiatan yang terintegrasi dengan intervensi gizi spesifik seperti
Posyandu, Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita, serta menginisiasi kegiatan tersebut
bila belum ada di wilayah pendampingan.
4) Mendampingi kegiatan edukasi dan monitoring pemantauan pertumbuhan anak
baduta berumur 0-24 bulan.
5) Melakukan kunjungan rumah untuk pendampingan pada keluarga dengan baduta
dalam pemantauan pertumbuhannya setiap bulan dan mencatatnya dalam KMS.
6) Memfasilitasi rujukan ke petugas kesehatan bila diperlukan.
7) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan edukasi dan monitoring pada
keluarga baduta dalam pemantauan pertumbuhannya dan mencatatnya dalam KMS.
8) Memberikan edukasi pengukuran panjang badan baduta kepada kader dengan baik
dan benar.
d. Kader
1) Mengidentifikasi keluarga yang mempunyai baduta.
2) Memberikan edukasi dan melakukan monitoring pada keluarga yang memiliki baduta
dalam pemantauan pertumbuhannya secara rutin.
3) Memberikan edukasi mengenai pentingnya penimbangan bulanan pada baduta.
4) Memberikan edukasi mengenai pentingnya catatan berat badan anak.
5) Menggerakkan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
perbaikan gizi masyarakat khususnya pada keluarga baduta dalam pemantauan
pertumbuhan anak.
F. Indikator
a. Indikator Input
Setiap mahasiswa/lulusan dan kader pendamping memiliki:
1) Buku Saku Pendampingan.
2) Media KIE tentang pemantauan Pertumbuhan anak pada KMS.
3) Media KIE tentang penimbangan anak.
4) Media KIE tentang pengukuran Panjang badan anak.
5) Formulir pencatatan pendampingan.
6) Data jumlah sasaran yaitu baduta.
7) Informasi masalah pemantauan pertumbuhan anak.
8) Rencana kunjungan rumah dan pemberian edukasi gizi tentang Pemantauan
Pertumbuhan anak.
b. Indikator Proses
5) Dilaksanakannya analisis situasi jumlah anak baduta.
6) Dilaksanakannya orientasi pada keluarga yang memiliki anak baduta.
7) Dilaksanakannya advokasi, sosialisasi dan koordinasi.
8) Dilaksanakannya proses pendampingan, yaitu:
e. Edukasi dan konseling.
f. Monitoring pada kegiatan pemantauan pertumbuhan anak.
g. Edukasi mengenai pentingnya pemantauan pertumbuhan anak yang rutin.
h. Rujukan jika diperlukan.
c. Indikator Output
Jumlah balita yang ditimbang berat badannya (dipantau pertumbuhannya) secara rutin
setiap bulan.
Buku saku pendampingan kegiatan penguatan intervensi spesifik gizi dalam percepatan
penurunan stunting ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga pendamping (supervisor,
dosen, dan mahasiswa/lulusan) dalam melakukan pendampingan terhadap kader dan
masyarakat sasaran. Kegiatan pendampingan meliputi konsumsi TTD pada ibu hamil,
pemberian PMT bagi Ibu KEK dan balita kurang gizi, pemberian ASI eksklusif. dan
pemantauan pertumbuhan pada baduta.
Agar Buku Saku ini dapat diimplementasikan dengan baik, perlu dilakukan koordinasi dan
penyamaan persepsi terlebih dahulu pada semua pihak yang terlibat. Dalam proses penyusunan
Buku Saku ini tidak menutup kemungkinan adanya ketidaksempurnaan, sehingga masukan,
koreksi dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga Buku Saku ini dapat
bermanfaat dalam implementasi program intervensi spesifik gizi penurunan masalah stunting.
Achadi, Endang L; Achadi, Anhari, Aninditha, Tiara. 2020. Pencegahan Stunting, Pentingnya
Peran 1000 Hari Pertama Kehidupan. Depok: PT RAJAGRAFIDO PERSADA.
Keats, E.C., Das, J.K., Salam, R.A., Lassi, Z.S., Imdad, A., Black, R/E, dan Bhutta, Z.A. 2021.
Effective interventions to address maternal and child malnutrition: an update of the
evidence. Lancet Child Adolesc Health 2021. www.thelancet.com/child-adolescent
Published online March 7, 2021 https://doi.org/10.1016/S2352-4642 (20)30274-1
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Situasi Balita Pendek. Buletin Jendela data dan informasi.
September 2018. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.
JENIS
NO KEGIATAN YA TIDAK
PENDAMPINGAN
A Konsumsi TTD 1 Melaksanakan analisis situasi dan perencanaan kegiatan
bagi Ibu Hamil bersama Dinas Kesehatan Kabupaten dan dosen
pendamping.
JENIS
NO KEGIATAN YA TIDAK
PENDAMPINGAN
A Konsumsi TTD 1 Melaksanakan analisis situasi dan perencanaan kegiatan
bagi Ibu Hamil bersama Dinas Kesehatan Kabupaten.
JENIS
NO KEGIATAN YA TIDAK
PENDAMPINGAN
A Konsumsi TTD 1 Melakukan koordinasi bersama tenaga kesehatan di
bagi Ibu Hamil Puskesmas, Bidan Desa, dan Kader untuk penyiapan
pelaksanaan pendampingan pada ibu hamil dalam
mengkonsumsi TTD.
JENIS
NO KEGIATAN YA TIDAK
PENDAMPINGAN
A Konsumsi TTD 1 Mengidentifikasi keluarga dengan ibu hamil yang mendapat
bagi Ibu Hamil TTD.
3 Wakil Ketua 1. Dr. Kun Aristiati, BSc., M.Kes Anggota Bid. Litbang Poltekkes Kemenkes Semarang
2. Dr. Gusnedi, STP, MPHCN Anggota Bid. Litbang Poltekkes Kemenkes Padang
7 Anggota 1. Sartono, SKM, M.Kes. Anggota Bid. Litbang Poltekkes Kemenkes Palembang
2. Rijanti Abdurrachim, DCN, M.Kes Anggota Bid. Litbang Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
3. Dr. Nur Rahman, STP, MP. Anggota Bid. Litbang Poltekkes Kemenkes Malang
4. Priyo Sulistiono, SKM, MKM Anggota Bid. TI Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
5. Dr. Waryana, SKM, M.Kes. Anggota Bid. Penjamu Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
6. Dr. Judiono, MPS. Anggota Bid. Kurikulum Poltekkes Kemenkes Bandung
7. Tapriadi, SKM, M.Pd. Koor Bid. Kerjasama Poltekkes Kemenkes Malang
8. Sugeng Iwan Setyobudi, STP, Korwil Jawa & Nusa Tenggara Poltekkes Kemenkes Malang
MKes.
9. Nur Hidayat, SKM, M.Kes Anggota Bid. Ukom Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
10. Wiwik Wijaningsih, STP, MSi. Bendahara Poltekkes Kemenkes Semarang
11. I Gde Narda Widiada, STP, M.Si. Anggota Poltekkes Kemenkes Mataram
POSYANDU : ____________________________
PUSKESMAS: ____________________________
TANGGAL PENDAMPINGAN:
POSYANDU : ____________________________
PUSKESMAS: ____________________________
TANGGAL PENDAMPINGAN:
Keterangan:
Konsumsi Cookies PMT dinyatakan “YA” apabila Ibu Hamil KEK mengkonsumsi jumlah cookies yang sesuai dengan umur kehamilannya.
POSYANDU : ____________________________
PUSKESMAS: ____________________________
TANGGAL PENDAMPINGAN:
Keterangan:
Konsumsi Biskuit PMT dinyatakan “YA” apabila Anak Baduta Gizi Kurang mengkonsumsi jumlah biskuit yang sesuai dengan umurnya.
POSYANDU : ____________________________
PUSKESMAS: ____________________________
TANGGAL PENDAMPINGAN:
POSYANDU : ____________________________
PUSKESMAS: ____________________________
TANGGAL PENDAMPINGAN:
Keterangan:
*) = TANDA BINTANG = adalah bulan pendampingan.
NAMA : _________________________________
ALAMAT : _________________________________
Cara pengisian kartu aksi:
1. Tuliskan tanggal yang sesuai pada saat pemberian biskuit PMT.
2. Tuliskan jumlah biskuit (keping) yang dikonsumsi per hari.
3. Apabila diperlukan tuliskan informasi lain pada kolom keterangan (misalnya: biskuit diolah dengan modifikasi resep, lupa tidak makan biskuit, atau keterangan lainnya).
TRIMESTER I
(Konsumsi yang dianjurkan sebanyak 2 (dua) keping per hari).
NAMA : _________________________________
ALAMAT : _________________________________
Cara pengisian kartu aksi:
1. Tuliskan tanggal yang sesuai pada saat pemberian biskuit PMT.
2. Tuliskan jumlah biskuit (keping) yang dikonsumsi per hari.
3. Apabila diperlukan tuliskan informasi lain pada kolom keterangan (misalnya: biskuit diolah dengan modifikasi resep, lupa tidak makan biskuit, atau keterangan lainnya).
TRIMESTER II
(Konsumsi yang dianjurkan sebanyak 3 (tiga) keping per hari).
NAMA : _________________________________
ALAMAT : _________________________________
Cara pengisian kartu aksi:
1. Tuliskan tanggal yang sesuai pada saat pemberian biskuit PMT.
2. Tuliskan jumlah biskuit (keping) yang dikonsumsi per hari.
3. Apabila diperlukan tuliskan informasi lain pada kolom keterangan (misalnya: biskuit diolah dengan modifikasi resep, lupa tidak makan biskuit, atau keterangan lainnya).
TRIMESTER III
(Konsumsi yang dianjurkan sebanyak 3 (tiga) keping per hari).
NAMA : _________________________________
ALAMAT : _________________________________
Cara pengisian kartu aksi:
1. Tuliskan tanggal yang sesuai pada saat pemberian biskuit PMT.
2. Tuliskan jumlah biskuit (keping) yang dikonsumsi per hari.
3. Apabila diperlukan tuliskan informasi lain pada kolom keterangan (misalnya: biskuit diolah dengan modifikasi resep, lupa tidak makan biskuit, atau keterangan lainnya).
TRIMESTER III
(Konsumsi yang dianjurkan sebanyak 3 (tiga) keping per hari).
BALITA USIA 6-11 BULAN : Konsumsi yang dianjurkan sebanyak 8 (delapan) keping per hari
BALITA USIA 12-59 BULAN : Konsumsi yang dianjurkan sebanyak 12 (duabelas) keping per hari