PLAN OF ACTION
Masalah : Angka Kematian Bayi
Intervensi : Non Fisik
Penanggung Indikator
Tujuan Kegiatan/Program Waktu Tempat Pelaksana Sasaran Target Anggaran Evaluasi
Jawab Keberhasilan
Menguatkan Penguatan kader 1. 1.Varadytha 2 Mei
Kantor Mahasisw Masyarak 100 Swadaya Terlaksanany PBL II
kelompok
posyandu dalam 2022,
masyarakat Indah Sari Camat a PBL I at yang Orang mahasisw a penyuluhan
dalam rangka 09.30
2. 2.Resky Sinjai Fakultas berada di a PBL I kepada
pencegahan
menurunkan AKB WITA-
peningkatan Nurul Tengah, Kesehatan Kel. Fakultas masyarakat
AKB Selesai
Hikmah Kel. Masyarak Samaenre Kesehatan yang ada di
3. 3.Nadhifah Samaenr at terutama Masyarak Kel.
Syadra e Universita Ibu dan at Samaenre
4. 4.Nur Iftitah s Calon Ibu Universita tentang
Ivan. P Hasanuddi s pentingnya
5. 5.Jefika Lisu n dan Hasanuddi pencegahan
Sarira Tenaga n peningkatan
6. Kesehatan AKB
Puskesma
s
Lappadata
TERM OF REFERENCE (TOR)
I. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajatkesehatan
suatu negara, selain dua indikator lainnya yaitu Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka
morbiditas beberapa penyakit. Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, AKB di
Indonesia termasuk tinggi, sehingga menjadi
perhatian Nasional maupun daerah, meskipun laporan SDKI menunjukkan telah terjadi p
enurunan AKB sejak tahun 1991(68 per 1000 kelahiran hidup) telah menurun pada tahun
2007 (34 per 1000 kelahiran hidup). Beberapa hal yang menyebabkan tingginya angka
kematian bayi antaralain keterlambatan dalam menegakkan diagnosa yang tepat,
kurangnya kesadaran keluarga dalam melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin
pada penyakit tertentu, masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mendukung
pemberian ASI eksklusif, belum semua petugas (bidan) mendapatkan pelatihan tentang
manajemen Asfiksia dan BBLR, serta keterlambatan dalam melakukan rujukan.Berbagai
upaya kesehatan telah dilakukan dalam rangka menurunkan AKB, di antaranya
melakukan persalinan di sarana pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan didukung
oleh tersedianya sarana kesehatan yang memadai sehingga dapat menangani komplikasi
yang mungkin terjadi yang membahayakan nyawa ibu dan bayi.
Kasus AKB pada 2020 telah mencapai 21 kematian per 100 ribu kelahiran, namun
dengan tren penurunan yang masih lambat diperkirakan juga tidak akan mencapai target
SDGs pada 2030 sebesar 12 kematian bayi per 100 ribu kelahiran. Upaya pemerintah
untuk menurunkan AKI dan AKB masih jauh dari harapan. Padahal kebutuhan untuk
menurunkan AKI dan AKB ini sudah sangat mendesak mengingat Indonesia termasuk 10
negara dengan kematian setelah persalinan (neonatal) tertinggi di dunia. Upaya
penurunan AKI dan AKB menjadi semakin berat akibat pandemi covid-19 yang
berkepanjangan yang melanda Indonesia. Setidaknya ada tiga penyebab potensi
peningkatan AKI dan AKB akibat pandemi covid-19; pertama, terjadinya penurunan
layanan imunisasi dasar bagi balita dan pemeriksaan kecukupan gizi dan balita. Hal ini
disebabkan oleh menurunnya penyelenggaraan posyandu di mana hampir 50%
puskesmas tidak mengadakan posyandu selama masa pandemi. Cukup banyak puskesmas
yang menutup layanan/operasional karena tenaga kesehatannya (nakes) terpapar covid-
19. Kedua, terjadinya penurunan pelayanan pemeriksaan kehamilan ritin bagi ibu hamil
akibat pandemi. Penurunan terjadi karena layanan puskesmas ataupun RSUD yang tutup
sementara akibat adanya nakes yang terpapar covid-19, maupun kekhawatiran ibu hamil
untuk datang memeriksakan kehamilan ke faskes untuk tertular virus ini. Data Kemenkes
misalnya menyebutkan 84% Pelayanan Kesehatan Terdampak dalam 6 bulan awal
pandemi. Di sisi lain 83,6% puskesmas mengalami penurunan kunjungan pasien. Ketiga,
potensi peningkatan AKB ini disebabkan adanya potensi peningkatan stunting akibat
pandemi covid-19 ini yang diperkirakan meningkat hingga 7 juta anak. Tantangan untuk
menekan atau menurunkan angka AKI dan AKB di Indonesia dengan wilayah yang
tersebar begitu luas dengan ribuan pulau yang dihuni dan dataran yang bervariasi
sangatlah berat. Dari mulai akses ke faskes yang sulit pada penduduk di daerah
pegunungan maupun pulau-pulau kecil, infrastruktur yang masih minim di pedalaman,
tenaga bidan dan dokter yang terbatas untuk untuk memenuhi kebutuhan di semua
wilayah dan jumlah penduduk yang besar sampai dengan tradisi yang masih
menghambat. Masih banyak masyarakat di pedesaan yang lebih percaya kepada
penolong kelahiran tradisional seperti dukun beranak, paraji, kepercayaan untuk
melahirkan di rumah atau bahkan di hutan, termasuk kurangnya kesadaran masyarakat
untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan. Di sisi lain banyak masyarakat yang juga
karena keadaan maupun tradisi juga melakukan nikah pada usia yang belia dan kemudian
juga melahirkan dalam usia muda yang berisiko.Untuk itu melalui kegiatan ini
diharapkan kedepannya masyarakat sudah bisa memahami lebih baik terkait masalah ini.
IV. Sasaran
Adapun sasaran dari penguatan kader posyandu yang akan dilakukan oleh
mahasiswa PBL I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar
adalah masyarakat yang ada di Kel. Samaenre, Kec. Sinjai Tengah terutama Ibu dan
Calon Ibu.
X. Penutup
Demikianlah Term of Reference (TOR) yang di buat oleh mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Posko 4 Kel. Samaenre, Kec. Sinjai
Tengah. Dengan adanya peguatan kader ini diharapkan bisa memberi manfaat dan
edukasi tambahan kepada masyarakat mengenai upaya penurunan AKB di Kel.
Samaenre, Kec. Sinjai Tengah.