Tria Karina, Nidia Primastia, Nur Rahmatika, Mentari Rizki, Nani Purwati
1
Departemen Mikrobiologi FMIPA, Universitas Padjadjaran,
2
Departemen Mikrobiologi Klinik FK, Universitas Indonesia
Email: triakarinahasyim@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak jamur yang diisolasi dari alga coklat (Padina
sp.) dan karang lunak (Sinularia sp.) sebagai anti Mycobacterium tuberculosis. Kasus resistensi M.
tuberculosis yang kian meningkat setiap tahun menjadi alasan perlunya pencarian antibiotik baru
berbahan dasar dari alam. Jamur diisolasi, fermentasi selama 16 hari dan diekstraksi menggunakan
dua jenis pelarut, n-heksana dan etil asetat. Ekstrak jamur dibuat dalam tiga konsentrasi, yaitu 1,25%;
2,5%; dan 5%, kemudian diujikan pada M.tuberculosis. Ekstrak jamur terbaik berasal dari Sinularia
sp. Empat isolat (Penicillium sp., Curvularia sp., Aspergillus sp., dan Cladosporium sp.) menunjukkan
konsentrasi hambat terendah, yaitu sebesar 1,25% dan ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan
bakteri selama empat minggu inkubasi. Persentase resistensi keempat isolat menunjukkan angka kurang
dari 1% yang artinya bakteri sensitif terhadap ekstrak jamur. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jamur
dari Sinularia sp. lebih baik dibandingkan denngan jamur dari Padina sp. dalam menghambat
M.tuberculosis.
Kata kunci: Mycobacterium tuberculosis, Jamur, Padina sp., Sinularia sp., Laut
Isolat Tr1 dan Ni2 menunjukkan dengan kepolaran yang berbeda, yaitu n-
konsentrasi hambat minimum pada angka 5%, heksana dan etil asetat. Pelarut pertama
isolat Tr2 dan Ni1 menunjukkan pada angka digunakan untuk menarik senyawa yang
2,5%, sedangkan isolat Ni3 hingga Ni6 bersifat polar, sedangkan etil asetat berfungsi
menunjukkan konsentrasi hambat minimum untuk menarik senyawa yang bersifat semi
terendah dibandingkan yang lainnya, yaitu polar, seperti fenol, flavonoid, terpenoid, dan
sebesar 1,25%. Bakteri M. tuberculosis H37Rv steroid yang memiliki sifat antibakteri tertinggi
digunakan karena merupakan bakteri kontrol (Pambayun et al., 2007;Reskika, 2011).
yang masih peka terhadap OAT lini primer dan Beberapa faktor yang menyebabkan
resisten sedang terhadap streptomisin, lebih unggulnya isolat jamur asal karang lunak
rifampisin, isoniazid, dan etambutol (WHO, dalam menghambat M. tuberculosis
1997). Bakteri ini dinyatakan resisten terhadap dibandingkan dengan isolat jamur alga coklat,
isolat Tr1, Tr2, Ni1, dan Ni2. Hal ini ditentukan yaitu faktor lingkungan seperti kedalaman,
berdasarkan rumus perhitungan persentase cahaya matahari, arus, suhu air yang
resistensi, di mana jumlah bakteri yang tumbuh menyebabkan jamur mengeluarkan metabolit
pada ekstrak uji dibagi dengan jumlah bakteri yang lebih banyak untuk bertahan dalam
kontrol x 100% (Sjahrurachman, 2008). kondisi yang buruk atau ekstrim maupun dari
Apabila angka persentase <1% maka serangan mikroorganisme patogen (Rahman et
dinyatakan resisten, dan apabila >1% maka al, 2010). Karang lunak diambil pada
dinyatakan sensitif. kedalaman ± 12 meter, sedangkan alga coklat
Jamur difermentasi selama 16 hari dan diambil pada kedalaman ± 8 meter, sehingga
diekstraksi menggunakan dua jenis pelarut
kebutuhan akan faktor-faktor tersebut dinding sel bakteri yang akan mengakibatkan
juga berbeda. sel bakteri akan kekurangan nutrisi, sehingga
M. tuberculosis memiliki ciri khas yang pertumbuhan bakteri terhambat atau mati
membedakan dengan bakteri pada umumnya. (Cowan, 1999). Apabila jamur yang diisolasi
Dinding sel bakteri ini sangat kompleks, terdiri dari karang lunak juga menghasilkan terpenoid
atas lapisan lemak dengan persentase mencapai maka kemungkinan besar jamur tersebut akan
60%, asam mikolat, lilin kompleks, trehalosa lebih efektif dibandingkan jamur yang diisolasi
dimikolat, dan mycobacterial sulfolipids yang dari alga coklat karena senyawa terpenoid akan
berperan dalam virulensi Struktur dinding sel merusak sistem pertahanan bakteri yang
yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri pertama, yaitu membran sel tanpa tergantung
Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan kepada waktu pembelahan sel bakteri,
asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap sedangkan fenol akan bekerja jika bakteri dalam
tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tahap pembelahan sel di mana lapisan penyusun
tersebut dengan larutan asam alkohol (PDPI, dinding selnya belum terbentuk sempurna.
2002). Oleh karena itu diperlukan suatu zat
antibakteri yang mampu merusak komponen 4. KESIMPULAN
yang menyusun dinding sel bakteri tersebut.
Alga coklat memiliki kandungan Didapat empat isolat jamur yang
senyawa fenol paling berlimpah dibandingkan berpotensi menghambat pertumbuhan
dengan alga merah dan alga hijau. Selain M.tuberculosis, yaitu Curvularia sp.,
mengandung fenol, alga coklat juga Penicillium sp., Aspergillus sp., dan
mengandung steroid, terpenoid, dan saponin Cladosporium sp. yang berasal dari
yang baik untuk menghambat bakteri (Salosso Sinularia sp. Diperoleh konsentrasi
et al., 2011). Senyawa seperti fenol yang hambat terendah isolat jamur terpilih
merupakan senyawa semipolar diketahui sebesar 1,25%.
mampu melisiskan sel dengan berinteraksi
lewat dinding sel bakteri dan melalui proses 5. REFERENSI
adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen
(Bruneton, 1993). Fenol akan bekerja efektif Badria FA, Guirguis AN, Perovic S, Steffen R,
ketika bakteri dalam tahap pembelahan dimana Muller WEG, and Schroder HC. 1998.
lapisan fosfolipid di sekeliling sel dalam Sarcophytolide: a new neuroprotective
kondisi yang sangat tipis sehingga fenol dapat compound from soft coral Sarcophyton
dengan mudah merusak isi sel (Volk and glaucum. Toxicology, 131(3):133-143.
Wheller, 1984). Diduga jamur yang diisolasi Bansemir A, Blume M, Schröder S, Lindequist
dari alga coklat Padina sp. juga menghasilkan U. 2006. Screening of Cultivated
senyawa-senyawa tersebut, sehingga dapat Seaweeds for Antibacterial Activity
menghambat pertumbuhan M. tuberculosis. Against Fish Pathogenic Bacteria.
Begitu juga dengan karang lunak Aquaculture 252: 79-84.
Sinularia sp. yang kaya akan senyawa Bruneton, J. 1993. Pharmacognosy,
terpenoid, steroid, dan steroid glikosida yang Phytochemistry, Medical Plant. Lavoiser
memiliki aktivitas antijamur, inhibitor HIV, Publising Inc. 180-1. New York.
sitotoksik, dan termasuk antibakteri (Radhika, Bugni TS, Ireland CM. 2004.Marine-derived
2006). Terpenoid sebagai senyawa yang paling fungi: A Chemically and Biologically
banyak dihasilkan akan bereaksi dengan porin Diverse Group of Microorganisms.Nat.
(protein transmembran) pada membran luar Prod. Rep., 21:143-63.
dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer Cowan, M., 1999, Plant Product as
yang kuat, sehingga mengakibatkan rusaknya Antimicrobial Agent, Clinical
porin yang merupakan pintu keluar masuknya Microbiology Reviews, 12 (4), hal. 564-
senyawa akan mengurangi permeabilitas 582.
Ebel, R. 2010. Terpenes from Marine Derived University of Aberdeen, Meston Walk,
Fungi. Marine Biodiscovery Centre, Aberdeen, AB24 3UE, Scotland.
Harvell CD, Mitchell CE, Ward JR, Altizer S, Reskika, A. 2011. Evaluasi Potensi Rumput
Dobson AP, Ostfeld RS, Samuel MD. Laut Coklat (Phaeophyceae) Dan Rumput
2002. Climate warming and disease risks Laut Hijau (Chlorophyceae) Asal Perairan
for terrestrial and marine biota. Science Takalar Sebagai Antibakteri Vibrio Spp.
296:2158–2162 Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan
Kohlmeyer J, Kohlmeyer E . 1979. Marine Dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
mycology: The Higher Fungi. Academic Makassar
Press, New York. Salosso, Y, Prajitno A, Abadi A.L dan
Kulik, M. 1995 .The Potential For Using Aullanni’am. 2011. Kajian Potensi Padina
Cyanobacteria (Blue-Green Algae) and australis Sebagai Antibakteri Alami dalam
Algae in The Biological Control of Plant Pengendalian Bakteri Vibrio alginolitycus
Pathogenic Bacteria and Fungi.Soybean Pada Budidaya Ikan Kerapu Tikus
and Alfalfa Research Laboratory, (Cromeleptus altivelis). Fakultas
Agricultural Research Service, United Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
States Department of Agriculture, Sjahrurachman, A. 2008. Modul: Kultur dan Uji
Beltsville. Kepekaan M. tuberculosis Terhadap Obat
Leary D, Vierros M, Hamon G, Arico S, Anti Tuberkulosis Lini Pertama.
Monagle C. 2009. marine genetic Perpustakaan Bagian Mikrobiologi FK UI.
resources: a review of scientific and Jakarta.
commercial interest. Mar. Policy, 33: 183- Susi.2007. Pola Resistensi Mycobacterium
194. tuberculosis Pada Narapidana di
McConnell, OJ, Longley, RE, and Koehn, FE. Lembaga Permasyarakatan Kelas 1 Pria
1994.The discovery of marine natural Tanjung Gusta Medan Periode Juli-
products with therapeutic potential. In Desember 2007. Universitas Sumatera
Gullo V. P. (ed.) The Discovery of Marine Utara. Medan.
Natural Products With Therapeutic Volk and Wheller, 1984, Mikrobiologi Dasar,
Potential. Boston, Butterworth- diterjemahkan oleh Soenartono
Heineman.pp.109-174. Adisoemarto, hal. 137-138, Erlangga,
Pambayun, R, Gardjito, M, Sudarmadji, S, and Jakarta.
Kuswanto, KR. 2007. Kandungan Fenol WHO. 1997. Treatment of tuberculosis:
dan Sifat Antibakteri dari Berbagai Jenis guidelines for national programmes.
Ekstrak Produk Gambir (Uncaria gambir WHO. Geneva.
Roxb). Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
.Palembang.
PDPI, Tuberkulosis. 2002. Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Radhika P. 2006. Chemical Constituens and
Biological Activities of The Soft Coral of
Genus Cladiella: A Review Biochemical
Syctematics and Ecological 34:781-789
Rahman H, Austin B, Mitchell WJ, Morris PC,
Jamieson AJ, Adams DR, Spragg AM,
Schweizer M. 2010. Novel anti-infective
compounds from marine bacteria. Mar.
Drugs. 8:498-518.