Anda di halaman 1dari 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI ISOLAT Actinomycetes DARI RIZOSFER

TANAMAN KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.) ASAL


GALESONG TERHADAP BAKTERI UJI
PENYEBAB INFEKSI KULIT

Safira Brigeeta Kinanti, Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Sulawesi Selatan.

ABSTRACT
Actinomycetes is one group of microorganisms capable of producing secondary metabolites that function
as antibacterials. Actinomycetes isolates used were isolated from the rhizosphere of the kasumba turate plant
(Carthamus tinctorius L.). The purpose of this study was to determine the antibacterial activity of Actinomycetes
isolates from the rhizosphere of kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) which is the largest and most against skin
infection bacteria. The results of the study obtained 2 isolates that are most active. IARK-6 obtained spot with Rf
value = 0.70 for Staphylococcus aureus bacteria, Rf1 = 0.70 and Rf2 = 0.38 for Staphylococcus epidermidis
bacteria, Rf = 0.70 for Pseudomonas aeruginosa bacteria. While the results of KLT-Bioautography testing for isolate
IARK-7 obtained spots with a value of Rf = 0.38 for Staphylococcus aureus bacteria, Rf = 0.70 for Staphylococcus
epidermidis bacteria, Rf = 0.38 for Pseudomonas aeruginosa bacteria.

Keywords: Antibacterial; Actinomycetes; kasumba turate rhizosphere; KLT-Bioautography; Carthamus tinctorius


L.

ABSTRAK
Actinomycetes merupakan salah satu kelompok mikroorganisme yang mampu menghasilkan metabolit
sekunder yang berfungsi sebagai antibakteri. Isolat Actinomycetes yang digunakan yaitu hasil isolasi dari rizosfer
tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan aktivitas
antibakteri isolat Actinomycetes dari rizosfer kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) yang paling besar dan paling
banyak terhadap bakteri infeksi kulit.. Hasil penelitian diperoleh 2 isolat yang paling aktif. IARK-6 diperoleh bercak
dengan nilai Rf = 0,70 untuk bakteri Staphylococcus aureus, Rf1 = 0,70 dan Rf2 = 0,38 untuk bakteri Staphylococcus
epidermidis, Rf = 0,70 untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan hasil pengujian KLT-Bioautografi untuk
isolat IARK-7 diperoleh bercak dengan nilai Rf = 0,38 untuk bakteri Staphylococcus aureus, Rf = 0,70 untuk bakteri
Staphylococcus epidermidis, Rf = 0,38 untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa.

Kata Kunci: Antibakteri; Actinomycetes; rizosfer kasumba turate; KLT-Bioautografi; Carthamus tinctorius L.

PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan faktor penyakit yang paling banyak di derita di negara maju
maupun negara berkembang, termasuk di Indonesia [1]. Salah satunya yaitu infeksi kulit,
kesehatan kulit sangatlah penting bagi manusia, tetapi masih banyak yang sering mengabaikan
dan menganggap remeh penyakit ini [2]. Penyakit kulit di Indonesia pada umumnya lebih banyak
disebabkan karena infeksi bakteri, jamur, virus, dan karena dasar alergi. Faktor lainnya yaitu
kebiasaan masyarakat dan lingkungan yang tidak bersih [3].
Untuk menanggulangi penyakit infeksi digunakan antibiotik, yaitu suatu zat yang dapat
menghambat pertumbuhan suatu mikroorganisme. Antibiotik yang awalnya peka terhadap
mikroorganisme bisa menjadi tidak peka atau disebut dengan resistensi, dimana disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti intensitas paparan pada suatu wilayah serta penggunaan antibiotik yang
tidak rasional [1]. Mikroba penghasil antibiotik kebanyakan diperoleh dari mikroba tanah, salah
satunya adalah Actinomycetes, yang dimana merupakan penghasil senyawa aktif terbanyak

1
dibandingkan dengan bakteri atau kapang, seperti senyawa antimikroba, antikanker, antivirus,
maupun antikokesterol [4].
Beberapa penelitian telah berhasil mengisolasi Actinomycetes dari rizosfer yang berpotensi
sebagai penghasil antibiotik dan mampu menghambat bakteri infeksi kulit. Diantaranya adalah
Ambarwati et al, 2010 berhasil mengisolasi Streptomyces dari rizosfer jagung (Zea mays) dan
berhasil menemukan 23 isolat, 5 diantaranya mampu menghambat Staphylococcis aureus.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian aktivitas antibakteri isolat Actinomycetes
dari rizosfer tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap bakteri uji penyebab
infeksi kulit [5].

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimental laboratorium dengan


menguji aktivitas antibakteri isolat Actinomycetes dari rizosfer tanaman kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.) terhadap bakteri uji penyebab infeksi kulit dengan metode KLT-
Bioautografi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Program Studi
Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) dan sampel yang
digunakan yaitu rizosfer tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) yang berasal dari
Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Alat yang digunakan

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat gelas kimia (Iwaky Pyrex),
autoklaf (SIMC Model YX280 B), cawan petri (Normax), rotavapor, inkubator (Memmert),
sendok stainless stell, erlenmeyer (Iwaki Pyrex), jangka sorong, Laminar Air Flow (LAF),
mikroskop, oven (Memmert), rotary shaker, timbangan analitik (Chyo), tabung reaksi, corong
pisah, gelas objek, lampu UV 254 nm dan 366 nm, pipa kapiler, chamber, lampu spiritus, dan
vial.
Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain aquades, bakteri uji Staphylococcus
aureus (ATCC 25923), Staphylococcus epidermidis (ATCC 14990), Pseudomonas aeruginosa
(ATCC 27853), etanol 70%, etil asetat, lempeng KLT, metanol, SNA (Starch Nitrite Agar), SNB
(Starch Nitrite Broth), NA (Nutrien Agar), disc blank, cat Gram A (Kristal Violet, cat Gram B
(Iodium), cat Gram C (Alkohol 96%), cat Gram D (Safranin) dan sampel rizosfer tanaman
kasumba turate (Carthamus tinctorius L.).

HASIL DAN DISKUSI


Isolat Actinomycetes yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil isolasi dari
rizosfer tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) untuk mengetahui aktivitas
antibakterinya terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan
Pseudomonas aeruginosa. Isolat Actinomycetes kemudian diremajakan pada medium Starch
Nitrate Agar (SNA). SNA merupakan medium selektif yang digunakan untuk isolasi
Actinomycetes dan dapat meminimalisir kontaminasi bakteri lain [6]. Peremajaan bakteri
Actinomycetes dilakukan pada inkubator pada suhu 37ºC selama 3 x 24 jam.

2
Setelah proses peremajaan selanjutnya dilakukan pengamatan secara mikroskopik, ini
bertujuan untuk melihat bentuk sel dan sifat Gram dengan membuat preparat dari masing-masing
isolat murni sampel bakteri kemudian melakukan pewarnaan [7]. Dilakukan pengecatan /
pewarnaan Gram untuk mewarnai mikroorganisme ataupun latar belakangnya karena
mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya karena tidak mengadsorpsi ataupun
membiaskan cahaya. Pewarnaan Gram juga bertujuan untuk mengetahui bakteri endofit bersifat
Gram positif atau Gram negatif [8]. Hasil uji mikroskopik dengan pengecatan Gram dapat dilihat
pada tabel 1 gambar 2.
Isolat yang didapatkan selanjutnya dilakukan uji antagonis terhadap bakteri
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa dengan cara
diinokulasikan pada medium Nutrient Agar (NA) yang telah diinokulasi dengan bakteri uji
kemudian diamati aktivitasnya. Hasil uji antagonis dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 3
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengujian antagonis isolat antibakteri
Actinomycetes rizosfer kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap bakteri uji, kode
IARK-6 dan IARK-7 memberikan aktivitas zona hambat yang paling tinggi terhadap bakteri uji.
Zona hambat merupakan daerah jernih di sekeliling media pertumbuhan bakteri uji yang tidak
ditumbuhi bakteri [9]. Kriteria kekuatan daya antibakteri sebagai berikut: diameter zona hambat
5 mm atau kurang dikategorikan sebagai lemah, diameter 5-10 mm dikategorikan sebagai
sedang, diameter 10-20 mm dikategorikan sebagai kuat dan terakhir diameter 20 mm atau lebih
dikategorikan sebagai sangat kuat [10]. Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan maka daya
antibakteri isolat dengan kode IARK-6 dan IARK-7 terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa termasuk dalam katogeri kuat.
Selanjutnya dilakukan proses fermentasi isolat dengan zona hambat yang paling tinggi
yaitu IARK-6 dan IARK-7 dengan menggunakan medium Starch Nitrate Broth (SNB) pada suhu
ruang selama 14 hari dengan kecepatan penggojokan 150 rpm. Penggunaan SNB sebagai
medium karena kaya akan kandungan karbon dan mineral. Media pertumbuhan yang baik yaitu
media yang mampu menyediakan sumber karbon dan mineral-mineral lain yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme [11]. Sumber karbon SNB berasal dari soluble
starch yang mengandung unsur C yang beragam dari pati dan gliserol [12]. Medium SNB juga
mengandung KNO3 sebagai sumber anorganik dan kaya akan mineral-mineral seperti
magnesium, natrium, besi, dan kalium.
Setelah proses fermentasi dilakukan selanjutnya fermentat disaring menggunakan kertas
saring agar terpisah biomassa dan supernatan. Kemudian supernatan diekstraksi dengan metode
ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut etil asetat dengan perbandingan 1:1. Pelarut etil asetat
mampu menarik metabolit sekunder paling banyak dan memiliki aktivitas paling tinggi
dibandingkan dengan ekstrak lainnya [13]. Setelah digojok selama 30 menit dan didiamkan
sebentar, setelah itu akan terbentuk 2 lapisan pada corong pisah, lapisan atas diuapkan hingga
didapatkan ekstrak isolat fermentat kemudian dilakukan pengujian berikutnya.
Selanjutnya uji identifikasi Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Ekstrak fermentat etil asetat IARK-
6 dan IARK-7 ditotolkan ke lempeng KLT setelah itu di elusikan menggunakan eluen
kloroform : metanol (5 : 1). Untuk melihat pola pemisahan noda kromatografi dideteksi dengan
deteksi visible yaitu dengan mata langsung, dibawah lampu UV 254 nm dan 366 nm.
Pada pengujian KLT-Bioautografi digunakan metode kontak karena lebih mudah,
sederhana, dan paling umum digunakan . Metode ini juga dapat terjadi perpindahan senyawa
aktif ke medium agar yang dimana dapat menghasilkan daya hambat yang lebih besar
dibandingkan dengan metode bioautografi direct (langsung) yang mudah terkontaminasi dan

3
bioautografi overlay (pencelupan) yang sukar diamati zona hambatnya [14]. Hasil dari uji
aktivitas antibakteri isolat Actinomycetes rizosfer kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)
secara KLT-Bioautografi dapat dilihat pada tabel 3 gambar 4 sampai gambar 9
Hasil pengujian KLT-Bioautografi untuk isolat dengan IARK-6 diperoleh bercak dengan nilai Rf
= 0,70 untuk bakteri Staphylococcus aureus, Rf1 = 0,70 dan Rf2 = 0,38 untuk bakteri
Staphylococcus epidermidis, Rf = 0,70 untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan hasil
pengujian KLT-Bioautografi untuk isolat IARK-7 diperoleh bercak dengan nilai Rf = 0,38 untuk
bakteri Staphylococcus aureus, Rf = 0,70 untuk bakteri Staphylococcus epidermidis, Rf = 0,38
untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa. Nilai Rf yang telah memenuhi ketentuan nilai Rf yang
baik yaitu antara 0,2-0,8 [15].
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dua isolat Actinomycetes rizosfer
kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) yaitu IARK-6 dan IARK-7 yang memiliki aktivitas
antibakteri sehingga berpotensi sebagai antibakteri.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian aktivitas antibakteri isolat Actinomycetes dari rizosfer
tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap bakteri uji penyebab infeksi kulit
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: Isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer
kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) sebanyak tujuh isolat, dimana dua diantaranya yaitu
IARK-6 dan IARK-7 memiliki aktivitas antibakteri yang paling besar dalam menghambat
pertumbuhan bakteri uji penyebab infeksi kulit yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, dan Pseudomonas aeruginosa.
Profil bioautogram dari fermentat isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.) IARK-6 diperoleh bercak dengan nilai Rf = 0,70 untuk bakteri
Staphylococcus aureus, Rf1 = 0,70 dan Rf2 = 0,38 untuk bakteri Staphylococcus epidermidis, Rf =
0,70 untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Hasil pengujian KLT-Bioautografi untuk isolat IARK-7 diperoleh bercak dengan nilai Rf
= 0,38 untuk bakteri Staphylococcus aureus, Rf = 0,70 untuk bakteri Staphylococcus
epidermidis, Rf = 0,38 untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa.

REFERENSI
[1]. Rusli., Kosman R., & Melinda, P. Penelusuran Fungsi Endofit pada Daun Kopasanda
(Chromolaena odorata L.) yang Berpotensi Sebagai Penghasil Antibakteri Terhadap
Bateri Penyebab Infeksi Kulit. As-Syifaa Jurnal Farmasi. 2020.
[2]. Djata, I. M. R., Setyobudy, A., & Hinga, I. A. T. Gambaran Sanitasi Lingkungan dan
Hygiene Perseorangan dengan Kejadian Penyakit Kulit di Lapas Anak Kota
Kupang. SEHATMAS: Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat. 2022.
[3]. Agustina, D., Mustafidah, H., & Purbowati, M. R. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit
Akibat Infeksi Jamur. JUITA: Jurnal Informatika. 2017.
[4]. Fitriana & Rusli. Penentuan Waktu Optimum Produksi Metabolit Sekunder Isolat Bakteri
Actinomycetes Dari Tanah Rhizosfer Akar Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas. L)
Terhadap Bakteri Patogen. Jurnal Ilmiah As-Syifaa. 2018.
[5]. Ambarwati A., C.J, Soegihardjo & Sembiring, L. Isolasi dan Identifikasi Streptomycetes
dari Rizosfer Jagung (Zea mays L.) yang Berpotensi Sebagai Penghasil Antibiotik: Jurnal
Biota. 2010.

4
[6]. Riyanti, Aziz, S., Sabdono, A., dan Radjasa, K. Deteksi Gen NPRS Aktinomisetes
Simbion Rumput Laut dan Karang Lunak. Prosiding Seminar Nasional. Pengembangan
Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II. 2012.
[7]. Oka Suyasa, I. B. ISOLASI DAN KARAKTERISASI MORFOLOGI KOLONI
BAKTERI PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN KERAPU (Cephalopholis
miniata) DARI PERAIRAN KABUPATEN KLUNGKUNG BALI. Meditory: The
Journal of Medical Laboratory. 2019.
[8]. Dwijoseputro, D. Dasar – dasar Mikrobiologi Pangan. PT Raja Grafindo Persada :
Jakarta. 1998.
[9]. Putri, V. A., Posangi, J., Nangoy, E., & Bara, R. A. Uji daya hambat jamur endofit
rimpang lengkuas (Alpinia galanga l.) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. EBiomedik. 2016.
[10]. Davis, W. W. & T. R. Stout. Disc plate methods of microbiological antibiotic assay.
Microbiology. 1971.
[11]. Todar K. Online Textbook of Microbiology. Madison. Wisconsin. 2009.
[12]. Ali A. Skrining dan Karakterisasi Persial Senyawa Antifungi dari Actinomycetes Asal
Limbah Padat Sagu Terdekomposisi. Berk Penel Hayati. 2009.
[13]. Sulistyani N dan Akbar, A. N. Aktivitas Isolat Actinomycetes dari Rumput Laut
(Eucheuma cottoni) sebagai Penghasil Antibiotik terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 2014.
[14]. Djide, M.N., & Sartini. Analisis Mikrobiologi Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi
Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin:
Makassar. 2008
[15]. Rohman A. Kromatografi untuk Analisis Obat. Graha Ilmu: Yogyakarta. 2009.

5
TABEL
Tabel 1. Hasil uji mikroskopik isolat Actinomycetes rizosfer kasumba turate (Carthamus
tinctorius L.) dengan pengecatan Gram.

Kode Isolat Pewarnaan Gram


IARK -1 Gram Positif
IARK - 2 Gram Positif
IARK - 3 Gram Positif
IARK - 4 Gram Positif
IARK - 5 Gram Positif
IARK - 6 Gram Positif
IARK - 7 Gram Positif

Tabel 2. Hasil uji antagonis isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.)

Kode Diameter Zona Hambat (mm)


Isolat SA SE PA
IARK - 1 17,69 16,45 13,39
IARK - 2 12,30 13,19 15,94
IARK - 3 16,67 10,67 16,34
IARK - 4 16,71 17,51 14,26
IARK - 5 16,85 17,67 15,18
IARK - 6 17,00 17,68 17,80
IARK - 7 17,16 17,52 17,75

Tabel 3. Hasil uji aktivitas antibakteri isolat Actinomycetes rizosfer kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.) secara KLT-Bioautografi dengan menggunakan eluen
kloroform : metanol (5:1)

Kode Bakteri Bercak Rf Warna penampak


Isolat bercak
UV 254 UV 366 nm
nm
Staphylococcus 1 0,70 Biru Ungu
aureus
Staphylococcus 1 0,70 Biru Ungu
epidermidis 2 0,38 Biru Ungu
IARK 6 berpendar berpendar
Pseudomonas 1 0.70 Biru Ungu
aeruginosa
Staphylococcus 1 0,38 Biru Ungu
aureus berpendar berpendar
Staphylococcus 1 0,70 Biru Ungu
IARK 7 epidermidis
Pseudomonas 61 0,38 Biru Ungu
aeruginosa berpendar berpendar
Keterangan :
IARK = Isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer kasumba turate
SA = Staphylococcus aureus
SE = Staphylococcus epidermidis
PA = Pseudomonas aeruginosa

GAMBAR

7
Gambar 1. Rizosfer kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

IARK -1 IARK -2 IARK -3 IARK -4

IARK -5 IARK -6 IARK -7

Gambar 2. Foto Hasil Pemeriksaan Mikroskopik pada Isolat Actinomycetes Rizosfer Kasumba
Turate (Carthamus tinctorius L.)

SA 1-7

8
Gambar 3. Uji antagonis isolat antibakteri Actinomycetes rizosfer kasumba turate (Carthamus
tinctorius L.)

9
Staphylococcus aureus 6
Gambar 4. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes Rizosfer Kasumba Turate
(Carthamus tinctorius L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus 7
Gambar 5. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes Rizosfer Kasumba Turate
(Carthamus tinctorius L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus

10
Staphylococcus epidermidis 6
Gambar 6. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes Rizosfer Kasumba Turate
(Carthamus tinctorius L.) terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis.

Staphylococcus epidermidis 7
Gambar 7. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes Rizosfer Kasumba Turate
(Carthamus tinctorius L.) terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis

11
Pseudomonas aeruginosa 6
Gambar 8. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes Rizosfer Kasumba Turate
(Carthamus tinctorius L.) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa 7
Gambar 9. Hasil Pengujian Aktivitas Isolat Antibakteri Actinomycetes Rizosfer Kasumba Turate
(Carthamus tinctorius L.) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.

12

Anda mungkin juga menyukai