Anda di halaman 1dari 5

MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyebab penyakit tuberkulosa (TBC) (Wikipedia, 2010).
Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP). Mikroba yang
termasuk kelompok ini bersifat tahan asam, berbentuk batang halus, tidak bergerak, tidak membentuk
spora dan bersifat aerobic. Penguraian karbohidrat dilaksanakan melalui proses oksidasi.

1. Komponen Mycobacterium Tuberculosis

Mikroba ini tidak menghasilkan eksotoksin. Kandungan lipidnya sangat tinggi (20-40% dari berat kering)
bahan ini diduga sebagai penyebab resistensi pertahanan humoral, desinfektans, larutan asam dan basa.

Dinding sel yang tebal dari mycobacterium kaya akan asam mikolat dan asam lemak lainnya, sehingga
menyebabkan mikroba ini bersifat hidrofobik dan bersifat impermeable terhadap zat warna.

Lipida yang terdapat pada mycobacterium ialah :

 Asam Mikolat

 LIlin D

 Mikosida

 Glikolipida

2. Mekanisme Infeksi Mycobacterium tuberculosis

Mikroba dikeluarkan melalui sputum dan saluran pernafasan. Infeksi terjadi melalui muntahan atau
saluran pernafasan. Lesion utama terjadi pada paru-paru dan limfoglandula.

3. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Tuberkulosis

 Kepadatan jumlah hewan dalam satu kandang.

 Faktor genetic

 Kekebalan alami dan kekebalan perolehan

Gambar Penyebaran Tuberculosis:


4. Patogenesis

Manifestasi penyakit tergantung pada masuknya mikroba. Jika terjadi melalui inhalasi, maka paru-paru
dan limfoglandula tracheobronchial yang terserang. Jika melalui ingesti, maka jalur infeksi terjadi melalui
limfoglandula mesenterium, dinding usus dan hati melalui sistem portal. Mikroba dari limfoglandula
dapat mencapai duktus thorasikus melalui infeksi umum. Hipersensitivitas dan kekebalan seluler digertak
disertai dengan penghambatan perkembangbiakan dan penyebaran mikroba. “Delayed hypersensitivity”
yang disebabkan jumlah antigen yang banyak menyebabkan kerusakan jaringan. Pada umumnya lokus
infeksi bersifat mikroskopik dan dapat menghilang dengan sendirinya. Namun, beberapa mikroorganisme
dapat bertahan sehingga mengakibatkan tuberkel yang bersifat karakteristik.

5. Patogenitas Mycobacterium tuberculosis

Mikroba ini dapat menginfeksi manusia, primata dan kera. Primata


dan kera dapat ditulari oleh manusia. Ternak disensitisasi oleh manusia.
Pada babi infeksi terjadi melalui sisa makanan tercemar, gejala
terlihat pada limfoglandula di daerah kepala. Ayam jarang
terinfeksi. Anjing dan kucing dapat terinfeksi. Hewan percobaan, marmot bersifat peka terhadap infeksi
Mycobacterium tuberculosis.

6. Cara Pemeriksaan

Perlakuan pada bahan terduga harus hati-hati karena kemungkinan penularan. Pemeriksaan langsung
pada bahan tersangka dilakukan dengan pewarnaan tahan-asam.
7. Isolasi dan Inokulasi Mycobacterium Tuberculosis

 Isolasi

Dua ml contoh dahak di masukkan kedalam tabung sentrifuse plastic berskala, tambahkan
kedalamnya 2 ml NaOH 2% (yang mengandung indicator brom thimol blue 0,0004%) sebagai
bahan pembunuh kontaminan (dekontaminan) . Campuran yang berwarna biru muda ini
homogenkan dan biarkan 15 menit.Kemudian kedalamnya tambahkan tetes demi tetes larutan
asam ortho fosfat (H 3PO4) 10% yang juga mengandung indikator brom thimol blue, sehingga
warna berubah menjadi kekuning-kuningan, perubahan warna ini menunjukkan bahwa NaOH
telah dinetralisir oleh H 3P04. Campuran disentrifuse dengan putaran 3000 putaran per menit
(rpm) selama 10 menit, cairan jernih diatas (supernatan) dibuang dan endapannya (deposit)
dipupuk pada media Lowenstein Jensen dan Stonebrink, lalu diinkubasikan pada suhu 37°C, dan
diamati sampai 8 minggu.

Sedimen ini kemudian diinokulasikan ke medium LOewenstein-jensen dan diinkubasikan pada


37ºC selama 6-8 minggu. Untuk pemeriksaan secara langsung (direct), dari endapan dibuat
preparat, diwarnai dengan pewarnaan tahan asam (Ziehl Neelsen), diperiksa dibawah mikroskop
dengan pembesaran 8 x 100 .

 Pemeriksaan Inokulasi

Bakteri yang tumbuh pada media Lowenstein Jensen dan Stonebrink dibuat preparat, warnai
dengan pewarnaan tahan asam . Pupukan murni bakteri tahan asam dipupuk kembali pada media
Lowenstein Jensen dan Stonebrink untuk memperoleh pertumbuhan yang subur (banyak) kemudian diuji
reaksi biokimianya meliputi uji reduksi nitrat, niasin, pirazinamidase,urease, reduksi telurit, hidrolisa
tween 80 dan aril sulfase (Anonim 1988, Kent PT dkk. 1985) .

8. Analisis Mycobacterium tuberculosis

 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium untuk identifikasi Mycobacterium tuberculosis dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan mikroskopis dan cara kultur.

1. Pemeriksaan Mikroskopis

Bahan pemeriksaan dibuat sediaan pada obyek glass yang baru dan bersih. Sediaan yang sudah kering
difiksasi dan dilakukan pengecatan Ziehl Neelsen atau Kinjoun Gabbet. Setelah dicuci dan kering
diperiksa di bawah mikroskop 1000 X dengan bantuan minyak imersi. Basil Tahan Asam (BTA) akan
tampak bentuk batang, lurus atau bengkok, sendiri-sendiri atau bergerombol, berwarna merah diatas
dasar biru, kemudian dibaca menurut skala IUAT (International Unit Againt Tuberculosis).

2. Pemeriksaan secara Kultur Media


Untuk kultur bakteri Mycobacterium tuberculosis biasanya menggunakan media kudoh atau media
ogawa atau media Louwenstein – Jensen. Cara kultur merupakan cara yang paling sensitif untuk
mendiagnosis tuberkulosis terutama untuk dahak yang sedikit bakterinya dan sulit ditemukan dengan
cara mikroskopis. Pembiakan juga penting untuk dapat melakukan tes kepekaan bakteri terhadap obat-
obatan. Hambatannya adalah waktu yag cukup lama untuk menunggu pertumbuhan yaitu mencapai 6
minggu. Sebelum dilakukan kultur harus dihomogenisasi dahulu dengan H2SO4 4 % atau NaOH 4
%.Tujuannya homogenisasi adalah untuk mencernakan sputum sehingga BTA yang terperangkap dapat
lepas dari jaringan pada sputum. Kultur dianggap negatif apabila tidak ada pertumbuhan sampai akhir
pengamatan yaitu 8 minggu dan jika ada pertmbuhan koloni yang berwarna kuning susu atau krem,
bergerombol seperti bunga kol berarti kultur dianggap positif ( Tasso et al 2003 )

 Identifikasi Fenotipe

Identifikasi fenotip Mycobacterium sp. didasarkan pada karakteristik bakteri secara biokimia, dan terdiri
dari berbagai macam tes , beberapa di antaranya adalah dilakukan dalam rangka untuk mencari
mikroorganisme ke dalam dua kelompok besar :

- Spesies yang terdiri dari kompleks Mycobacterium tuberculosis.

- Spesies non tuberculosis mycobacterium

Tes dan pengamatan fenotipik mengidentifikasi kompleks ini : kecepatan pertumbuhan, morfologi
koloni , produksi pigmen , uji niasin , reduksi nitrat , uji katalase, uji urease , uji pyrazinamidase ,
pertumbuhan adanya asam p - nitrobenzoic , dan , pertumbuhan di hadapan hydrazide tiofena - Asam 2 -
karboksilat . ( Brosch et al, 2002 )

 Kecepatan Pertumbuhan

Mycobacterium sp. dikelompokkan berdasarkan kecepatan pertumbuhan baik lambat atau cepat .
Mycobacterium yang mengembangkan koloni , terlihat dengan penglihatan , dalam medium kultur
dalam waktu kurang dari 7 hari diklasifikasikan sebagai pertumbuhan yang cepat, yang memerlukan
lebih dari 7 hari untuk membentuk koloni terlihat ditetapkan sebagai pertumbuhan yang lambat. ( Tasso
et al 2003 ) .

Mycobacterium umumnya muncul sebagai dua jenis koloni : kasar atau halus , dan dengan aspek
mengkilap atau buram. ( Tasso et al 2003 )

9. Sifat Biakan

Koloni terlihat kering, berbutir, dan subur. Permukaan koloni terlihat kasar dan bewarna kuning.
Pertumbuhan pada media padat dengan suhu inkubasi 37ºC terlihat setelah 2 minggu.

10. Resistensi

Pada umumnya mycobacteria bersifat resisten terhadap berbagai faktor fisik dan desinfektan kimia.
Resisten ini disebabkan oleh kandungan lipida dalam dinding sel. Bahan yang mengandung tuberkulosis
tetap hidup dalam karkas yang membusuk dan tanah lembab selam 1-4 tahun. Dalam tinja sapi yang
kering mikroba ini dapat bertahan selam 150 hari. Pembekuan tidak mempengaruhi daya shidup
mikroba. Kekeringan mempengaruhi daya hidup mikroba bila dilakukan bersamaan dengan sinar
matahari. Mikroba ini resisten terhadap asam dan basa, namun fenol (5%), lisol (3%), dan kresol berdya
kerja sedang.

11. Pengobatan

Penggunaan obat mungkin tidak dapat diterapkan pada hewan. Obat yang paling ampuh dalam
pengobatan tuberculosis adalah isoniazid. Obat ini digunakan bersama para-aminosalisilat atau
ethambutol dan kadangkala bersama dengan streptomycin merupakan “triple therapy”. Pengobatan
dapat diberikan selama 3 tahun, namun untuk streptomycin pengobatan dilakukan untuk beberapa
bulan saja.

http://taufiqasharii.blogspot.com/2013/12/isolasi-dan-identifikasi-mycobacterium.html?m=1

https://www.google.com/amp/s/aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/26/bakteri-patogen-pada-
saluran-pernafasan/amp/

Anda mungkin juga menyukai