Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Actinobacteria
Order
: Actinomycetales
Suborder
: Corynebacterineae
Family
: Mycobacteriaceae
Genus
: Mycobacterium
Mycobacterium
adalah
genus
dari
Actinobacteria,
familinya
aerobik
bakteri
dan
nonmotile
(kecuali
untuk
spesies
M. Szulgai
M. leprae
M. tuberculosis
M. marinum
M. avium-intra-cellulare
M. Simiae
M. bovis
M. scrofulaceum
M. ulcerans
M. gordonae
M. fortuitum
M. xenopi
M. chelonae
Patogenisitas
Mikobakteri dapat menjajah tuan rumah mereka tanpa host menunjukkan
tanda-tanda yang merugikan. Misalnya, miliaran orang di seluruh dunia memiliki
infeksi asimtomatik M. TBC .
Infeksi mikobakteri adalah sangat sulit untuk mengobati. Organisme yang
hardy karena dinding sel mereka, yang tidak benar-benar Gram negatif atau
positif . Selain itu, mereka secara alami resisten terhadap beberapa antibiotik
yang mengganggu dinding sel biosintesis, seperti penisilin . Karena dinding sel
unik mereka, mereka dapat bertahan hidup paparan lama untuk asam, alkali,
deterjen, semburan oksidatif, lisis oleh komplemen , dan banyak antibiotik .
Kebanyakan mikobakteri rentan terhadap antibiotik klaritromisin dan rifamycin ,
namun strain resisten antibiotik telah muncul.
Seperti bakteri patogen lainnya, permukaan dan protein disekresikan dari M.
tuberkulosis berkontribusi signifikan terhadap virulensi organisme ini. Ada daftar
meningkatnya protein extracytoplasmic terbukti memiliki fungsi dalam virulensi
M. TBC.
Mikobakteri dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok besar beberapa tujuan
diagnosis dan pengobatan: M. TB kompleks, yang dapat menyebabkan
tuberkulosis : M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, dan M. microti; M. leprae,
yang menyebabkan penyakit Hansen atau kusta, Nontuberculous mycobacteria
(NTM) adalah semua mikobakteri lainnya, yang dapat menyebabkan penyakit
paru menyerupai tuberkulosis, limfadenitis, penyakit kulit, atau penyakit
disebarluaskan.
Medium agar padat Lowenstein-Jensen banyak digunakan untuk perbenihan
genus Mycobacterium, bakteri ini dapat tumbuh walaupun dalam waktu relatif
lama kecuali jenis atipik golongan rapid growers dapat tumbuh dalam 3-7 hari.
1.1 Mycobacterium tubercolosis
Spesies
ini
adalah
patogen
manusia
yang
intrasel
fakultatif
dan
urban padat sehingga menjadi masalah utama diantara kaum miskin karena
meningkatnya kemungkinan penyebaran melalui pernapasan dan adanya
pasien-pasien yang tidak diobati.
1. Biakan
Media standar yang digunakan meliputi Lowenstein-Jensen, Middlebrook,
dankaldu untuk sistem otomatis cepat. Bakteri ini menghasilkan niasin (sebagian
besar mikroba lain tidak). Selain itu, ia juga memiliki katalase yang peka
terhadap panas sehingga dalam uji katalase standar yang dilakukan pada suhu
680 C bersifat negatif-katalase. Diketahui bahwa PH optimal pertumbuhannya
adalah antara 6,8-8,0. Untuk memelihara virulensinya harus dipertahankan
kondisi pertumbuhannya
pada
pH
6,8. Sedangkan
untuk merangsang
pandang
10-99 BTA dalam 100 lapang pandang
1+
1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, 2+
periksa minimal 50 lapang pandang
>10 BTA dalam 1 lapang pandang, 3+
periksa minimal 20 lapang pandang
5. Uji Biokimia
Uji biokimia yang sering digunakan untuk membedakan M.tubercolosis
dengan spesies lain adalah uji niasin dan nitrat. Mycobacterium tubercolosis
memberikan hasil uji positif serta ia juga mereduksi nitrat. Marmot merupakan
hewan yang peka terhadap M. Tubercolosis, maka dari itu ia sering digunakan
sebagai hewan percobaan. Bila marmot disuntik dengan kuman M.tubercolosis,
maka 10 hari kemudian akan nampak pembengkakan ditempat suntikan diikuti
pembengkakan kelenjar limfe serta penyebaran kuman tersebut
1.2 Mycobacterium avium-intracellulare
Mycobacterium avium adalah penyebab
kadang-kadang babi, tetapi tidak patogen bagi marmot. Kuman ini dapat pula
menyerang manusia dan menimbulkan penyakit yang sulit diobati, karena
kuman ini dapat dikatakan resisten terhadap hampir semua jenis obat anti
tubercolosis kecuali rimfampisin. Pada anak-anak kuman ini menimbulkan
limfadenitis servikalis
Bentuk kuman ini agak lebih kecil dari M. Tubercolosis. Koloninya halus
berwarna putih dan tumbuh optimal pada suhu 41 oC dimana spesies lain tidak
dapat tumbuh
Mycobacterium avium hanya memproduksi sedikit katalase. Uji niasin
memberikan hasil negatif. Untuk membedakannya dengan spesies lain
dilakukan uji telurit dimana M.avium mereduksi telurit dalam waktu 3 hari.
1.3 Mycobacterium leprae
Armaurer Hansen (1873) adalah orang yang pertama kali menemukan
kuman penyebab kusta, yaitu Mycobacterium leprae yang bersifat tahan asam.
Mycobacterium leprae, juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri yang
menyebabkan penyakit kusta (penyakit Hansen). Bakteri ini merupakan bakteri
intraselular. M. leprae merupakan gram-positif berbentuk tongkat.
Parasit intrasel obligat ini (tidak dapat dikultur) menyerang kulit, saraf perifer,
dan lepra lepromatosa, mukosa saluran naps atas dan hidung. Manusia adalah
satu-satunya reservoir yang penting.
. Mycobacterium leprae merupakan pathogen intrasel obligat sehingga
belum dapat dibiakkan invitro (media tak hidup). Bakteri sering ditemukan pada
sel endothelial pembuluh darah atau sel mononuclear (makrofag) sebagai
lingkungan yang baik untuk bertahan hidup dan perkembangbiakan. Perkiraan
waktu bagi bakteri ini bereplikasi adalah 10-12 hari.
Basil lepra ini tahan terhadap degradasi intraseluler oleh makrofag, mungkin
karena kemampuannya keluar dari fagosom ke sitoplasma makrofag dan
berakumulasi hingga mencapai 1010 basil/gram jaringan pada kasus lepratype
lepromatus. Kerusakan syaraf perifer yang terjadi merupakan sebuah respon
dari system imun Karena adanya basil ini sebagai antigen. Pada lepra type
tuberkuloid, terjadi granuloma yang sembuh dengan sendirinya bersifar berisi
sedikit basil tahan asam.
Morfologi
Bakteri mycobacterium leprae berbentuk batang, langsing atau sedikit
membengkok dengan kedua ujung bakteri tumpul, tidak bergerak, tidak memiliki
spora dan tidak berselubung. Sel-sel panjang, ada kecenderungan untuk
bercabang.
Berukuran 1-7 x 0,2-0,5m, bersifat gram positif, tahan asam, letak susunan
bakteri tunggal atau sering bergerombol serupa tumpukan cerutu sehingga
sering disebut packed of cigarette, atau merupakan kelompok padat sehingga
tidak dapat dibedakan antara bakteri yang satu dengan yang lainnya, kadangkadang terdapat granula.
Patogenesis
Gejala Klinis
Diagnosis penyakit kusta didasarkan pada gambaran klinis, Bakterioskopis,
Hispatologis, diantara ketiganya, diagnosis secara klinislah yang terpenting yang
paling sederhana, hasil bakterioskopis memerlukan waktu paling sedikit 15-30
menit, sedang Hispatologis memerlukan 3-7 hari. Kalau masih memungkinkan,
baiknya juga dilakukan tes Lepromim (mitsuda) untuk membantu penentuan tipe,
yang hasilnya baru diketahui setelah 3-4 minggu tidak cukup hanya sampai
diagnosis kusta saja, tetapi perlu ditentukan tipenya, sebab penting untuk
terapinya.
Setelah basil M.Leprae masuk kedalam tubuh, bergantung pada kerentanan
orang tersebut, kalau tidak rentan tidak akan sakit dan sebaliknya jika rentan
setelah masa tunasnya dilampaui akan timbul gejala penyakitnya. Untuk
selanjutnya tipe apa yang akan terjadi pada derita C.M.I (Cellmediated
Immunity) penderita terhadap M.Leprae yang Intraseluler Obligat itu, kalau C.M.I
tinggi kearah Lepromatosa, agar proses selanjunya lebih jelas.
Kusta terkenal sebagai penyakit yang paling ditakuti karena Deformitar atau
cacat tubuh orang awampun dengan mudah dapat menduga kearah penyakit
kusta. Yang penting bagi kita sebagai dokter dan ahli kesehatan lainnya, bahkan
barang kali para ahli kecantikan, adalah dapat mendiagnosis, setidaknya
menduga kearah penyakit kusta terutama bagi kelainan kulit yang masih berupa
Makula yang Hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dan Eritematosa. Kelainan kulit
yang tanpa komplikasi pada penyakit kusta dapat hanya berbentuk Makula saja,
Infiltrat saja, atau keduanya. Harus berhati-hati dan buatlah diagnosis banding
dengan banyak pennyakit kulit lainnya yang hampir menyerupainya. Sebab
penyakit kusta ini mendapat julukan The Greatest Immitator pada ilmu penyakit
kulit. Penyakit kulit lain yang harus diperhatikan sebagai diagnosis banding
antara
lain
Pitiriasisalba,
adalah
dermatitis
Dermatofitosis,
seboroika,
Tinea,
Granuloma
versikolor,
Pitiriasisrosea,
Anulare,
Xantomatosis,
Bentuk utuh (solid); dinding sel bakteri tidak terputus, mengambil zat warna
secara sempurna. Jika terdapat daerah kosong/transparan ditengahnya juga
dapat dikatakan solid
2.
Bentuk globus ; adalah bentuk solid yang membentuk kelompok, dapat dibagi
2, yaitu :
a.
b.
3.
4.
2.
Cairan hidung
3.
Cairan telinga
4.
Darah
5.
Sputum
Cara pengambilan dan preparasi sampel
1.
Bersihkan cuping telinga dengan kapas alcohol 70% atau 96%, biarkan
kering. Jepit dengan jari telunjuk dan ibu jari keras-keras
b.
d.
e.
Interpretasi hasil : BTA : warna merah dan Non BTA : warna biru
Pembacaan hasil dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD sebagai
berikut :
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : Negatif
Ditemukan 1-9 BTA/ 100 lapangan pandang : Ditulis jumlah kuman yang
ditemukan.
Ditemukan 10-99 BTA/ 100 lapangan pandang : + (1+)
Ditemukan 1-10 BTA/ 1 lapangan pandang : ++ (2+)
Ditemukan > 10 BTA/ 1 lapangan pandang : +++ (3+)
Uji Lepromin