Anda di halaman 1dari 8

59

Bhernama

ANALISIS KARAKTERISTIK KARAGINAN Eucheuma cottonii ASAL


ACEH JAYA MENGGUNAKAN PELARUT ALKALI (KOH DAN NaOH)

Bhayu Gita Bhernama1*


1
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

*E-mail : deta.chavez1678@gmail.com

Abstract: Indonesia is an archipelago that is rich in natural marine potential.


One of the provinces in Indonesia that is rich in natural marine potential is Aceh.
Aceh, which is rich in seaweed, has good prospects to improve the economy of
its people. One of the seaweed cultivated in Aceh is Eucheuma cottonii, which
has carrageenan content. In the process of carrageenan processing from
seaweed alkali is needed which aims to produce carrageenan granules.
Precipitation of carrageenan was carried out by heat extraction method which
varied alkaline solvents namely NaOH and KOH and than do FTIR and SEM
analysis. From the results of FTIR in the absorption area of 1010-1080 cm-1
showed the absorption of glycosidik bonds and at 849-850 cm-1 uptake was
absorption from galactose-4-phosphate bonds. In wavelength is a type of
carrageenan kappa. SEM results show different and uneven carrageenan
surfaces.

Keyword: Seaweed (Eucheuma cottonii), alkalyne, carrageenan

Abstrak: Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan potensi


alam laut. Salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan potensi alam laut
adalah Aceh. Aceh yang kaya akan dengan rumput laut nya memiliki prospek
yang cukup baik untuk meningkatkan perekonomian masyarakatnya. Salah
satu rumput laut yang dibudidayakan di aceh adalah Eucheuma cottonii, yang
memiliki kandungan karaginan. Dalam proses ekstraksi karaginan dari rumput
laut dibutuhkan alkali yang bertujuan untuk menghasilkan butiran-butiran
karaginan. Pengendapan karaginan dilakukan dengan metoda ekstraksi panas
yang menvariasikan pelarut alkali yaitu NaOH dan KOH yang kemudian
dilakukan uji FTIR dan SEM. Dari hasil uji FTIR pada daerah serapan 1010-
1080 cm-1 menunjukan adanya serapan dari ikatan glikosidik dan pada serapan
849-850 cm-1 merupakan serapan dari ikatan galaktosa-4-pospat. Dimana
panjang gelombang tersebut merupakan jenis kappa karaginan. Hasil SEM
terlihat struktur permukaan karaginan yang berbeda dan tidak rata.

Kata Kunci: Rumput laut (Eucheuma cottonii), alkali, karaginan

AMINA 1 (2) 2019 | Analisis karakteristik karaginan Eucheuma cottonii asal aceh jaya menggunakan pelarut
alkali (KOH dan NaOH)

60 Bhernama

PENDAHULUAN datang, jikalau pengolahannya baik dan


terjamin. Jenis rumput laut yang banyak
diolah dan dibudidayakan di Indonesia
Ferdiansyah, dkk (2017), dalam salah satu nya adalah Eucheuma cottoni,
artikelnya mengatakan bahwa Indonesia spi atau dikenal sebagai Kappaphycus
adalah negara kepulauan, terdiri dari pulau alvarezii. Eucheuma cottonii sebagai
besar dan pulau kecil dan terbentang dari sumber karaginan. Keberhasilan budidaya
sabang hingga marauke dengan jumlah rumput laut tergantung pada lokasi yang
17.508 pulau. Indonesia memiliki panjang tepat, yang mempengaruhi daya hidupnya
garis pantai sekitar 81.000 km. Selain dan mutu kandungan karaginan. Wilayah
memiliki garis pantai yang besar, Indonesia pesisir yang terlindung dari angin dan
juga terletak digaris katulistiwa dengan ombak yang kuat (arus < 20-40 m/detik),
iklim tropis dan diapit oleh dua Samudera. dengan dasar bebas dari lumpur
Dengan diapitnya Indonesia oleh dua merupakan lokasi yang cocok bagi E.
Samudera tersebut, menjadikan Indonesia cottonii.Pada proses produksi karaginan
kaya akan potensi Sumber Daya Laut. dibutuhkan alkali yang bertujuan untuk
Salah satu sumber daya laut yang menghasilkan endapan butiran-butiran
terbanyak berada di Indonesia adalah serbuk karaginan (Setyobudiandi dkk.,
Sumber Daya Rumput Laut. 2009).
Selain itu, Widiastuti (2004) juga Hasil ekstrasi rumput laut
mengatakan bahwa Indonesia dikenal Eucheuma cottonii ini berupa serbuk
sebagai penghasil rumput laut dengan karaginan dengan berat molekul karaginan
kualitas yang baik dan sangat diminati oleh komersil menurut Distantina, dkk., (2010)
Industri. hal ini dikarenakan, rumput laut antara 400.000-600.000 Da. Meiyasa dkk.,
Indonesia banyak mengandung agar, (2018) menyebutkan bahwa proses
karaginan dan alginat. Kandungan tersebut ekstrasi rumput laut Eucheuma cottonii
sering digunakan di Industri makanan, es yang menghasilkan serbuk karaginan
krim, kosmetik dan obat-obatan. Selain itu, dilakukan dengan menggunakan larutan
rumput laut di Indonesia juga bisa alkali atau air panas. Hal ini dikarenakan,
digunakan sebagai bahan dasar dalam suasana alkalis dapat ditambahkan
pembuatan benang operasi, pembuatan KOH, NaOH atau Ca(OH)2. Penambahan
kertas dan kain, bahan dasar pengikat pelarut basa ini berfungsi untuk ekstrasi
warna dan sebagai bahan bakan bioful. polisakarida yang lebih sempurna dan
Menurut Junaidi dkk (2018) rumput mempercepat proses eliminasi 6-sulfat
laut merupakan salah satu jenis makro alga monomer menjadi 3,6-anhidro-D-galaktosa
atau ganggang yang tempat hidupnya di (Meiyasa dkk., 2018). Hal yang serupa juga
laut dan termasuk pada golongan dinyatakan oleh Distantina S., (2007)
thallophyta. Rumput laut golongan dimana larutan basa memiliki dua fungsi
thallophyta ini terbagi menjadi beberapa dalam hal mengekstrasi karaginan, yaitu
jenis berdasarkan sifat tanamannya, yaitu mengekstrasi polisakarida yang terdapat
rumput laut merah (Rhodophyta), rumput pada rumput laut dan mempercepat
laut hijau (Chlorophyta) dan rumput laut penghilangan gugus 6-sulfat menjadi 3,6-
coklat (Phaeophyta). Rumput laut memiliki anhidro galaktosa, sehingga menyebabkan
ciri spesifik berupa Thalus yang lunak terjadinya kenaikan sifat kekuatan gel
seperti gelatin (gelatinous), keras (Distantina S., 2007).
mengandung zat kapur (calcareous), lunak Beberapa penelitian mengenai
bagaikan tulang rawan (cartilagenous) dan proses ekstrasi rumput laut Eucheuma
berserabut (spongeous) (Junaidi, dkk., cottonii menjadi serbuk karaginan dengan
2018). menggunakan pelarut alkali telah banyak
Setyobudiandi,dkk., (2009) dalam dilakukan. Junaidi L, (2018) dalam
bukunya “Rumput Laut Indonesia, Upaya penelitiannya pengaruh konsentrasi KOH
dan Pemanfaatannya” menjelaskan bahwa dan waktu alkalisasi serta umur panen
dalam proses pengolahannya, rumput laut Kappaphycus alvarezii terhadap
menjadi komuditas ekspor pada masa akan karakteristik mutu karaginan menunjukan

AMINA 1 (2) 2019 | Analisis karakteristik karaginan Eucheuma cottonii asal aceh jaya menggunakan pelarut
alkali (KOH dan NaOH)

61 Bhernama

bahwa variasi konsentrasi KOH hingga menjadi bubuk (tepung), Kemudian


memberikan pengaruh nyata terhadap ditimbang.
mutu karaginan, dimana penggunaan
karaginan terbaik terdapat pada Ujian Skrining Fitokimia
konsentrasi KOH 8% dengan waktu
alkalisasi 2 jam dan umur panen 30 hari Sampel Rumput Laut Merah
(Junaidi, dkk., 2018). Selain itu, Jessica E. (Eucheuma cottonii) yang telah dihaluskan
Pangabean (2018) dalam artikelnya menjadi serbuk sebanyak 15 gram
ekstraksi karaginan rumput laut merah dilakukan maserasi dengan 100 ml metanol
Kappaphycus alvarezii dengan perlakukan (p.a) selama 24 jam. Filtrat dipekatkan
perendaman dalam larutan basa menggunakan rotary evaporator dengan
menghasilkan bahwa semakin tinggi suhu 40oC Ekstrak metanol yang telah
jumlah alkali semakin besar rendemen kental ditambahkan metanol : air (2:1) agar
yang didapatkan, pH yang didapatkan filtrat tersuspensi. Kemudian dilakukan
semakin tinggi dan kemampuan alkali evaporasi kembali pada suhu 30-40oC
dalam proses ekstraksi semakin besar hingga didapatkan ekstrak yang kental.
(Panggabean dkk., 2018). Ekstrak yang sudah dipekatkan kemudian
Berdasarkan permasalahan yang dianalisis melalui uji skrining fitokimia
diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk terhadap flavonoid, fenolik, saponin,
melakukan penelitian tentang penggunaan alkaloid, triterpenoid, dan steroid.
alkali KOH dan NaOH terhadap hasil
ekstrak rumput laut Eucheuma cottonii
yang berasal dari Aceh Jaya. Tujuan dari Pembuatan Tepung Karaginan
penelitian ini untuk mengkarakteristik
karaginan dari rumput laut merah Penelitian ini dilakukan dengan
Eucheuma cottonii dengan mengunakan membuat karaginan dari rumput laut merah
variasi alkali (KOH dan NaOH). jenis Eucheuma cottonii Proses pembuatan
karaginan ini dilakukan dengan ekstraksi
panas dengan penambahan basa dan
METODE pengendapan tepung karaginan dengan
menggunakan isopropil alkohol (IPA).
Penelitian ini dilakukan dalam Proses pengolahan rumput laut Eucheuma
beberapa tahapan, yaitu: a) Preparasi cottonii sp, menjadi karaginan diuraikan
Sampel, b) Uji Fitokimia terhadap Rumput sebagi berikut :
Laut Eucheuma cottonii, c) Pembuatan Rumput laut kering diblender
Tepung Karaginan d) Analisis senyawa dan menjadi tepung rumput laut, direbus
morfologi Karaginan menggunakan FTIR (diekstraksi) menggunakan air sebanyak
dan SEM. Penelitian ini menggunakan alat 40-50 kali berat rumput laut kering selama
berupa peralatan gelas, neraca analitik, 1 jam pada suhu 80-90°C dan pH larutan
FTIR dan SEM. Bahan yang digunakan diatur (pH 8) dengan menambahkan
antara lain Rumput Laut merah Eucheuma larutan NaOH 0,1 N. Hasil ekstraksi
cottonii, isopropil alkohol (IPA), NaOH p.a disaring dengan kain saring yang bersih
(merk), KOH (merk), NaCl 10% (merk). dan cairan filtratnya ditampung dalam
wadah. Cairan filtrat itu ditambah larutan
Preparasi Sampel NaCl 10% sebanyak 5% dari volume filtrat,
dipanaskan sampai suhu 60°C, kemudian
Sampel Rumput Laut Merah dituang ke wadah berisi cairan IPA
(Eucheuma cottonii) yang berasal dari sebanyak 2 kali volume filtrat untuk
Aceh Jaya terlebih dahulu dibersihkan dari diendapkan dengan cara diaduk selama
berbagai kotoran yang menempel (kotoran 10-15 menit sehingga terbentuk endapan
lumpur, tali rafia, pasir) kemudian karaginan. Endapan karaginan itu ditiriskan
dikeringkan hingga kering 91-2 hari). dan direndam dalam IPA sampai diperoleh
Rumput Laut Merah (Eucheuma cottonii) serat karaginan yang lebih kaku. Serat
yang sudah kering, dihaluskan (blender) karaginan dibentuk tipis-tipis, diletakkan

AMINA 1 (2) 2019 | Analisis karakteristik karaginan Eucheuma cottonii asal aceh jaya menggunakan pelarut
alkali (KOH dan NaOH)

62 Bhernama

dalam wadah tahan panas, dikeringkan Saponin Air/HCl(p) - Terbentuk


dalam cabinet drier selama 12 jam pada busa
suhu 50-60°C. Selanjutnya diblender dan Alkaloid Mayer - Terbentuk
diayak menjadi tepung berukuran 80 mesh, endapan
kemudian ditimbang tepung karaginan dan putih
dikemas dalam botol serta diberi label. Triterpe- Lieberman- + Larutan
noid Burchard merah-
Dilakukan hal yang sama untuk alkali yang
ungu
berbeda yaitu KOH 0,1 N
Steroid Lieberman- - Larutan
Burchard hijau-biru
Pengujian Struktur Gugus Fungsi
Senyawa Karaginan
Fevita Maharany dkk (2017) dalam
Tepung yang sudah diperoleh akan penelitiannya “Kandungan Senyawa
diuji struktur gugus fungsinya dengan Bioaktif Rumut Laut Padina autralis dan
menggunakan instrument Fourier Eucheuma cottonii sebagai Bahan Baku
Transform Infra Red (FTIR) untuk Tabir Surya” didapatkan senyawa fitokimia
menentukan jenis gugus fungsi yang berupa flavonoid, hidrokuinon dan
terbentuk didalamnya. Lalu dikarakterisasi triterpenoid. Akan tetapi dari hasil
hasil pembacaan spektrum. penelitian yang didapatkan positif uji
triterpenoid pada sampel rumput laut
merah Eucheuma cottonii. Hal ini
Pengujian Morfologi karaginan disebabkan pada proses pengeringan
rumput laut Eucheuma cottonii yang tidak
Karaginan yang dihasilkan akan sempurna. Pengeringan dilakukan dibawah
dilakukan uji morfologi dengan sinar matahari langsung tanpa adanya
menggunakan Scanning Electron perantara sehingga senyawa metabolit
Microscope (SEM) untuk menentukan sekunder yang dihasilkan hanya
tingkat kerapatannya. triterpenoid (Maharany, dkk., 2017).

Proses Ekstraksi Rumput Laut Menjadi


HASIL DAN PEMBAHASAN Karaginan
Uji Fitokimia
Hasil ekstrasi rumput laut merah
Analisis fitokimia dilakukan pada jenis Eucheuma cottonii menjadi karaginan
penelitian ini bertujuan untuk melihat dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :
senyawa bioaktif yang terkandung dalam
rumput laut merah jenis Eucheuma cottonii
Analisis fitokimia yang dilakukan antara
lain, flavonoid, fenolik, saponin, alkaloid,
triterpenoid, dan steroid. Hasil analisis
fitokimia yang dilakukan dapat dilihat pada
tabel 1.

Tabel 1. Hasil analisis fitokimia rumput laut


merah jenis Eucheuma cottonii

Uji Penga Hasil Uji


Pereaksi
Fitokimia matan Positif
Flavonoid Bubuk - Larutan
Mg/HCl merah- Gambar 1. Hasil ekstrasi rumput laut merah
jingga Eucheuma cottonii menjadi karaginan
Fenolik FeCl3 - Larutan berdasarkan variasi pelarut alkali
biru/hitam

AMINA 1 (2) 2019 | Analisis karakteristik karaginan Eucheuma cottonii asal aceh jaya menggunakan pelarut
alkali (KOH dan NaOH)

63 Bhernama

Dari gambar 1 terlihat hasil menyatakan selain rendemen, kekuatan


karaginan dengan pelarut KOH dan NaOH gel juga mempengaruhi struktur yang
berwarna putih kecoklatan dengan struktur terbentuk dari kedua pelarut alkali tersebut.
yang berbeda. Proses ekstraksi Gel yang terbentuk pada karaginan
menggunakan pelarut alkali KOH terlihat dipengaruhi oleh crosslinking rantai helix
struktur karaginan yang berbentuk yang berada didekat sulfat. Proses
gumpalan, padat, tidak halus dan keras pembentukan gel ini juga dipengaruhi oleh
seperti gel, apabila dilakukan penggerusan berat molekul ion Kalium dan ion Natrium.
tidak tergerus secara sempurna. Lain Pada penelitian ini diamati struktur dari
halnya dengan struktur karaginan yang serat karaginan yang dihasilkan dari kedua
terbentuk menggunakan pelarut alkali pelarut basa tersebut. Serat karaginan
NaOH berbentuk serbuk halus dan tidak yang dihasilkan oleh pelarut NaOH lebih
keras seperti gel, apabila dilakukan halus dibandingkan pelarut KOH. Sehingga
penggerusan, mudah tergerus.. untuk mengamati sifat dan kekuatan gel
Menurut Destantina S, dkk., (2012), serat karaginan yang diekstrasi
perbedaan ini disebabkan karena pada menggunakan NaOH tidak bisa dilakukan
proses ekstrasi selain adanya proses karena tidak mampu membentuk gel.
pelarutan karaginan, juga terjadi reaksi Untuk analisis kadar sulfat
antara karaginan dengan pelarut alkali, didapatkan pada penelitian ini dengan
yaitu KOH dan NaOH. Dimana reaksi yang penggunaan pelarut KOH sebesar 12,8%
terjadi adalah reaksi pertukaran ion. Kation dan menggunakan NaOH sebesar 27,6%.
yang ada dalam pelarut alkali Hidayah (2013) menyebutkan bahwa
menggantikan ion sulfat pada karaginan. semakin kecil kadar sulfat semakin besar
Berat molekul pada kalium pada basa KOH kekuatan gel yang terbentuk (Hidayah,
lebih besar dibandingkan dengan berat 2013). Dari data hasil data penelitian ini
molekul Na pada basa NaOH sehingga didapatkan penggunaan pelarut KOH
rendemen yang dihasilkan KOH lebih tinggi mampu membentuk gel, akan tetapi
dibandingkan KOH. penggunaan pelarut NaOH tidak mampu
membentuk gel. Selain itu, kadar air juga
Tabel 2. Data hasil uji parameter dari ekstraksi berpengaruh terhadap proses
rumput laut merah Eucheuma cottonii pembentukan gel pada karaginan, hal ini
disebabkan oleh terionisasinya kation yang
Hasil terdapat dalam karaginan tersebut. Pada
Parameter Uji penelitian ini kadar air yang didapatkan
KOH 0,1 N NaOH 0,1 N dengan menggunakan pelarut KOH
Rendemen 43,56% 31,5% sebesar 9,36% dan menggunakan pelarut
NaOH sebesar 11,92% dimana kadar air ini
Kadar Sufat 12,8% 27,6% hampir mendekati standar FAO mengenai
karaginan ±12% sedangkan untuk
Kadar Air 9,36% 11,92%
kekuatan gel dari penggunaan pelarut KOH
Kekuatan Gel 127,63 Tidak dapat 0,1 N sebesar 127,63 g/cm2 dan
2
g/cm dilakukan penggunaan NaOH 0,1 N tidak dapat
pengukuran dilakukan pengukuran kekuatan gel
dikarenakan hasil ekstrak karaginan yang
Data hasil analisis penelitian ini terbentuk berbentuk serbuk. Hasil uji
didapatkan rendemen untuk penggunaan parameter dari ekstraksi rumput laut merah
pelarut KOH 43,56% sedangkan untuk Eucheuma cottonii dapat dilihat pada tabel
penggunaan pelarut NaOH 31,5%. Dari 2.
data tersebut terlihat bahwa rendemen dari Uy dkk. (2005) menyatakan ada
ektraksi rumput laut Eucheuma cottonii asal dua reaksi yang terjadi pada proses
Aceh Jaya ini dengan menggunakan pembentukan gel yang dilakukan oleh
pelarut KOH lebih besar dibandingkan Alkali. Yang pertama terjadinya
dengan penggunaan pelarut NaOH. transformasi gugus sulfat terhadap gugus
Destantina, S, dkk., (2012) juga galaktosa oleh ion Na+ dan K+ dengan

AMINA 1 (2) 2019 | Analisis karakteristik karaginan Eucheuma cottonii asal aceh jaya menggunakan pelarut
alkali (KOH dan NaOH)

64 Bhernama

membentuk garamnya dalam larutan. merupakan serapan dari ikatan Sulfat ester
Kedua terjadinya proses dehidrasi molekul (S=O) untuk semua jenis karaginan. Pada
air membentuk polimer anhidrous daerah serapan 1010-1080 cm-1
galaktosa, dimana alkali bereaksi dengan menunjukan adanya serapan dari ikatan
atom H menghasilkan senyawa karaginan glycosidik dan pada serapan 840-850
dan air (Uy dkk, 2005). merupakan serapan dari ikatan galaktosa-
4-pospat, ikatan galaktosa4-pospat ini
memperlihatkan jenis kappa karginan dan
Analisis Gugus Fungsi Senyawa
Karaginan Menggunakan FTIR pada serapan 800-805 cm-1 merupakan
serapan 3,6-anhidrogalaktosa-2-sulfat.
Hasil analisis gugus fungsi senyawa Ikatan 3,6-anhidrogalaktosa-2-sulfat
karaginan dengan menggunakan memperlihatkan jenis iota karaginan. Dari
pengendap alkali berupa KOH 0,1 N dan data spektrum analisis FTIR pada
NaOH 0,1 N sebagaimana disajikan pada penelitian ini terdapat ikatan Sulfat ester
gambar 2, terdapat perbandingan antara (S=O) pada serapan 1228,81 cm-1 dengan
karaginan yang diendapkan menggunakan pelarut KOH 0,1N dan 1229,71 cm-1
KOH 0,1 N dan NaOH 0,1 N. dengan pengendap NaOH 0,1 N yang
Pengendapan karaginan menggunakan diperlihatkan dengan puncak serapan yang
KOH 10% memperlihatkan yang berbeda tajam. Pada puncak serapan 1047,23 cm-1
pada panjang gelombang 1500-1700 cm-1. dengan penggunaan pelarut KOH 0,1N dan
1047,12 cm-1 penggunaan pelarut NaOH
Pengendapan karaginan menggunakan
0,1N memperlihatkan adanya ikatan
KOH 10% memperlihatkan perbedaan glikosidik. Ikatan galaktosa-4-sulfat
pada panjang gelombang 1500-1700 diperlihatkan pada spektrum serapan
cm-1. 849,43 cm-1 dengan pelarut KOH 0,1 N
sedangkan dengan pelarut NaOH 0,1 N
diperlihatkan pada puncak serapan 849,78
cm-1.

Tabel 3. Data spektrum FTIR Karaginan dari


Rumput laut Eucheuma cottonii menggunakan
pelarut KOH 0,1N dan NaOH 0,1N

Panjang Gelombang
(λ) Serapan Karaginan
Gugus Kimia -1
(cm )
Karaginan
KOH NaOH
0,1 N 0,1 N
Ester sulfat 1228,81 1229,71
Galaktosa-4-sulfat 849,43 849,78
3,6- - -
anhidrogalaktosa
Glikosidik 1047,23 1047,12

Dari data analisis yang terdapat


Gambar 2. Spektrum FTIR Karaginan dari pada tabel 3 diatas terlihat bahwa spektrum
rumut laut Eucheuma cottonii gelombang yang dihasilkan dari hasil
ektraksi menggunakan alkali NaOH 0,1N
Menurut Distantina, S, dkk (2007), dan KOH 0,1N sesuai dengan literatur,
spektrum serapan pada spektrofotometer walaupun hanya sedikit pergeseran
FTIR menunjukan adanya serapan yang perbedaan panjang gelombang yang
kuat pada 1210 – 1260 cm-1 yang terjadi antara penggunaan KOH 0,1N dan

AMINA 1 (2) 2019 | Analisis karakteristik karaginan Eucheuma cottonii asal aceh jaya menggunakan pelarut
alkali (KOH dan NaOH)

65 Bhernama

NaOH 0,1N. Dimana hasil analisis gumpalan gel, sedangkan gambar 4


berdasarkan spektrum FTIR, karaginan memperlihatkan karaginan menggunakan
yang diekstrak dari Eucheuma cottonii pengendap alkali NaOH 0,1 N struktur
merupakan karaginan jenis kappa. permukaan yang rata, dimana permukaan
yang halus seperti serbuk. Dari Scanning
Analisis SEM Electron Microscope (SEM) tersebut,
menggunakan pengendap alkali NaOH 0,1
Analisis permukaan karaginan N menghasilkan permukaan karaginan
dengan menggunakan Scanning Electron yang lebih halus daripada pengendap alkali
Microscope (SEM) dapat dilihat pada KOH 0,1 N. Hal ini menurut Winarno (1990)
gambar 3 dan 4 dibawah ini. disebabkan karena pelarut kalium
Hasil analisis Scanning Electron hidroksida dan natrium hidroksida
Microscope (SEM) dengan perbesaran mempunyai pengaruh besar terhadap hasil
2000 kali yang terlihat pada gambar 3 dan ekstraksi rumput laut Eucheuma cottonii
4 tersebut memperlihatkan struktur menjadi karaginan, dimana ion K+ dan Na+
permukaan yang berbeda. Gambar 3 mempunyai peranan yang berbeda pada
memperlihatkan permukaan karaginan sifat kekuatan gelnya. Ion K+ menghasilkan
yang menggunakan pengendap alkali KOH struktur permukaan karaginan yang lebih
0,1 N menghasilkan struktur permukaan bagus dibandingkan ion Na+.
yang tidak rata seperti adanya gumpalan-
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulan :


1. Pada uji fitokimia terdapat senyawa
triterpenoid
2. Dari hasil uji Scanning Electron
Microscope (SEM) didapatkan
perbedaan pada permukaan
karaginan yaitu permukaan
karaginan yang tidak rata, dimana
pada penggunaan pelarut KOH 0,1
N permukaan karaginan seperti gel
sedangkan penggunaan pelarut
NaOH 0,1 N permukaan karaginan
Gambar 3. Karaginan dengan KOH 0,1N halus.
3. Pada uji FTIR dapat dilihat adanya
senyawa karaginan pada panjang
gelombang yaitu pada daerah
serapan 1010-1080 cm-1
menunjukan adanya serapan dari
ikatan glycosidik dan pada serapan
840-850 merupakan serapan dari
ikatan galaktosa-4-pospat. Yang
termasuk pada jenis karaginan
Kappa Karaginan.

DAFTAR RUJUKAN

Distantina S, Dyartanti Er., 2007. Ekstraksi


Eucheuma cottonii menggunakan
Gambar 4. Karaginan dengan NaOH 0,1N pelarut NaOH. Prosiding Seminar
Nasiona rekayasa Kimia dan Proses.

AMINA 1 (2) 2019 | Analisis karakteristik karaginan Eucheuma cottonii asal aceh jaya menggunakan pelarut
alkali (KOH dan NaOH)

66 Bhernama

Distantina, S., Fadilah, Fahrurrozi, Moh. Maharany, F., Nurjanah, R. Suwandi, E.


Rochmadi, & Wiratni., 2010. Proses Anwar, dan T. H., 2017. Kandungan
Ekstraksi Karaginan Dari Eucheuma senyawa bioaktif rumput laut Padina
cottonii. Seminar Rekayasa Kimia Dan australis dan Eucheuma cottonii
Proses,.1–6. sebagai bahan baku krim tabir surya.
Distantina, S., Fahrurrozi, M., Rochmadi., Jphpi, 2,1, , 10–17.
2011. Carrageenan Properties https://doi.org/10.17844/jphpi.2017.20
Extracted from Eucheuma cottonii, .1.10
Indonesia. International Journal of Meiyasa, F., & Tarigan, N., 2018. Peranan
Chemical Molecular, Nuclear, Kalium Hidroksida ( KOH ) Terhadap
Materials and Mettallurgical Mutu Karaginan Eucheuma Peranan
Engineering. 5, 6. Kalium Hidroksida ( KOH ) Terhadap
Distantina, S., Rochmadi, Wiratni, & Moh. Mutu Karaginan Eucheuma Cottonii Di
Fahrurrozi., 2012. Mekanisme Proses Indonesia. (January).
Tahap Ekstraksi Karaginan dari Panggabean, J. E., Dotulong, V.,
Eucheuma cottonii menggunakan Montolalu, R. I., Damongilala, L.,
Pelarut Alkali. Agritech, 32,4, 397– Harikedua, S. D., & Makapedua, D.
402. M., 2018. Ekstraksi Karaginan
https://doi.org/10.14260/jemds/2014/3 Rumput Laut Merah (Kappaphycus
445 alvarezii) dengan Perlakuan
Ferdiansyah, R., C, A. Y., & Abdassah, M., Perendaman dalam Larutan Basa.
(2007). Karakterisasi Kappa Jurnal Media Teknologi Hasil
Karaginan Dari Eucheuma Cottonii Perikanan, 6(3), 258–263.
Asal Perairan Kepulauan Natuna Dan Sjahriza, A., Sugiarti, S., Pratiwi., N. (2012).
Aplikasinya Sebagai Matriks Tablet Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut
Apung. Indonesian Journal of Eucheuma cottonii Menggunakan Dua
Pharmaceutical Science and Metoda Ekstraksi. Prosiding Seminar
Technology, 6,(6) 783-790. Nasional Sains V. Bogor.
Isdrajad Setyobudiandi dkk., (2009). Widiastuti., 2004. Pengaruh Konsentrasi
Rumput Laut Indonesia : Jenis dan NaOH Terhadap Sifa-sifat Karaginan
Upaya Pemanfaatannya (Vol. 3). Eucheuma cottonii dari Karimun Jawa
Hidayah, R., Harlia, Gusrizal, Sapar, A., dan Madura (pp. 204–209)., 204–209.
2013. Optimasi Konsentrasi Kalium Setyobudiandi, I., Soekandarsi, E., Juariah,
Hidroksida Pada Ekstraksi Karaginan U., Bachtiar., Hari, H., 2009. UNHALU
dari Alga Merah (Kappaphycus Press, Kendari.
alvarezii) Asal Pulau Lemukutan. Uy, FS., Easteal AJ., Fard MM., 2005.
JKK, 2, 2. 78-83. Seaweed Processing Using Industrial
Junaidi, et, A., 2018. Pengaruh Konsentrasi Singel-Mode Cavity Microwave
KOH dan Waktu Alkalisasi serta Umur Heating: a Preliminary Investigation.
Panen Kappaphycus alvarezii Carbohydrtae Research 340: 13.
Terhadap Karakteristik Mutu Winarno, F.G, 1990. Teknologi Pengolahan
Karaginan Murni. Warta Industri Hasil Rumput Laut. Edisi 1. Pustaka Sinar
Pertanian, 35,1, , 20-28. Harapan, Jakarta.
https://doi.org/10.32765/wartaihp.v35i
1.3793

AMINA 1 (2) 2019 | Analisis karakteristik karaginan Eucheuma cottonii asal aceh jaya menggunakan pelarut
alkali (KOH dan NaOH)

Anda mungkin juga menyukai