Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PENGGERAK ELEKTRIK


(PENGUKURAN BESARAN LISTRIK)

Oleh:
Nama : Agung Nugraha Saputra
NPM : 213030017
Kelompok : 2 (Dua)

LABOLATORIUM SISTEM PENGGERAK ELEKTRIK


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 2


DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................... 3
DAFTAR TABLE.................................................................................................................................... 4
ABSTRAK .............................................................................................................................................. 5
BAB I ...................................................................................................................................................... 6
1. Latar Belakang ............................................................................................................................ 6
2. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 6
3. Batasan Masalah.......................................................................................................................... 6
4. Tujuan.......................................................................................................................................... 7
5. Manfaat ....................................................................................................................................... 7
6. Sistematika Penulisan .................................................................................................................. 7
BAB II ..................................................................................................................................................... 8
1. Atom............................................................................................................................................ 8
2. Elektron bebas ............................................................................................................................ 11
3. Klasifikasi Listrik ...................................................................................................................... 12
BAB III.................................................................................................................................................. 14
1. Alat dan Bahan .......................................................................................................................... 14
2. Prosedur Praktikum ................................................................................................................... 14
BAB IV ................................................................................................................................................. 15
1. Table hasil perhitungan ............................................................................................................. 15
BAB V ................................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 20
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model atom menurut John Dalton .......................................................................... 6


Gambar 2 Model atom menurut Joseph John Thomson .......................................................... 7
Gambar 3 Model atom menurut Ernest Rutherford ................................................................. 7
Gambar 4 Model atom menurut Neils Bohr ............................................................................ 8
Gambar 5 Model atom menurut Erwin Schrodinger ............................................................... 9
Gambar 6 Model atom elektron valensi berpindah ke atom lain yang berdekatan ................. 9
Gambar 7 Tingkat energi elektron valensi konduktur, semi konduktor, dan Insulator............ 10
Gambar 8 Arah arus listrik DC terhadap waktu ...................................................................... 11
Gambar 9 Arah arus listrik AC terhadap waktu ....................................................................... 11
DAFTAR TABLE

Table 1 Data Pengujian Lampu Pijar ..................................................................................................... 15

Table 2 Data Pengujian Lampu Neon.................................................................................................... 16

Table 3 Data Pengujian Batrai ............................................................................................................... 16

Table 4 Data Pengujian Termokopel ..................................................................................................... 17


ABSTRAK

Pengukuran besaran listrik merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia teknologi dan
industri. Besaran listrik sendiri adalah besaran fisika yang digunakan untuk mengukur arus listrik,
tegangan listrik, dan daya listrik. Pengukuran besaran listrik dilakukan untuk memastikan bahwa
peralatan listrik berfungsi dengan baik dan aman, serta untuk memastikan bahwa sistem listrik bekerja
dengan efisien.Pengukuran besaran listrik dilakukan dengan menggunakan alat ukur listrik seperti
multimeter, oscilloscope, wattmeter, dan lain sebagainya. Alat-alat ini digunakan untuk mengukur
besaran listrik seperti arus, tegangan, frekuensi, dan daya listrik. Pengukuran besaran listrik juga dapat
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak khusus yang terhubung dengan peralatan
listrik.Pengukuran besaran listrik sangat penting dalam berbagai aplikasi, seperti dalam industri, rumah
tangga, dan transportasi. Dalam industri, pengukuran besaran listrik digunakan untuk memastikan
bahwa mesin dan peralatan listrik bekerja dengan baik dan aman. Dalam rumah tangga, pengukuran
besaran listrik digunakan untuk memastikan bahwa peralatan listrik seperti AC, kulkas, dan televisi
bekerja dengan baik dan efisien. Dalam transportasi, pengukuran besaran listrik digunakan untuk
memastikan bahwa kendaraan listrik bekerja dengan baik dan aman.Dalam kesimpulannya, pengukuran
besaran listrik sangat penting dalam dunia teknologi dan industri. Pengukuran ini dilakukan untuk
memastikan bahwa peralatan listrik bekerja dengan baik dan aman, serta untuk memastikan bahwa
sistem listrik bekerja dengan efisien. Alat ukur listrik seperti multimeter, oscilloscope, dan wattmeter
digunakan untuk melakukan pengukuran besaran listrik.pada praktikum sistem penggerak elektrik
modul satu mengenai pengukuran besaran listrik ini menggunakan 4 pengujian di antaranya lampu pijar,
lampu neon, batrai , dan alat ukur termokopel Dari hasil praktikum , dapat di simpulkan bahwa berbagai
jenis alat ukur Listrik dapat di gunakan untuk mengukur besaran besaran Listrik dengan Tingkat
ketelitian berbeda beda. Dan cara penggunaan alat alat Listrik harus sesuai dengan prosedur yang benar
agar hasil pengukuran akurat. Penting untuk memehami prinsip kerja alat ukur Listrik agar dapat
menggunakannya dengan tepat. Peraktikum pengukuran besaran Listrik memberikan pengalaman
berharga dalam memahami dan mempraktikan cara mengukur besaran besaran Listrik. Praktikum ini
juga membantu meningkatkan keterampilan praktikum dan Analisa data Berdasarkan praktikum yang
telah kami lakukan maka terdapat beberapa saran yang dapat kami sampaikan diantara lain sebagai
berikut: a. Ingatkan mahasiswa untuk selalu memperhatikan keselamatan saat menggunakan alat – alat
di Labolatorium Sistem Penggerak Elektrik b. Berikan pemahaman tentang alat ukur termokopel,
termasuk prinsip kerjanya, jenis-jenis termokopel yang umum digunakan, dan aplikasi praktisnya dalam
pengukuran suhu pada sistem penggerak elektrik. Latih mahasiswa dalam penggunaan alat ini dengan
tepat dan aman. c. Diskusikan hasil pengukuran mereka dan bantu mereka untuk menginterpretasikan
hasil tersebut dalam konteks aplikasi dunia nyata. d. Selain itu, fasilitasi diskusi kelompok tentang
pengalaman mereka, kesulitan yang mereka hadapi, dan cara mengatasi masalah teknis yang mungkin
muncul selama praktikum. e. Lakukan evaluasi pemahaman mahasiswa melalui pertanyaan terbuka, atau
tugas refleksi setelah praktikum. Ini dapat membantu mengidentifikasi area-area di mana pemahaman
mereka kuat dan di mana mereka memerlukan peningkatan lebih lanjut.
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengukuran besaran listrik merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia teknologi
dan industri. Besaran listrik sendiri adalah besaran fisika yang digunakan untuk mengukur arus
listrik, tegangan listrik, dan daya listrik. Pengukuran besaran listrik dilakukan untuk
memastikan bahwa peralatan listrik berfungsi dengan baik dan aman, serta untuk memastikan
bahwa sistem listrik bekerja dengan efisien.Pengukuran besaran listrik dilakukan dengan
menggunakan alat ukur listrik seperti multimeter, oscilloscope, wattmeter, dan lain sebagainya.

Alat-alat ini digunakan untuk mengukur besaran listrik seperti arus, tegangan, frekuensi, dan
daya listrik. Pengukuran besaran listrik juga dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak khusus yang terhubung dengan peralatan listrik.Pengukuran besaran listrik sangat penting
dalam berbagai aplikasi, seperti dalam industri, rumah tangga, dan transportasi. Dalam industri,
pengukuran besaran listrik digunakan untuk memastikan bahwa mesin dan peralatan listrik
bekerja dengan baik dan aman. Dalam rumah tangga, pengukuran besaran listrik digunakan
untuk memastikan bahwa peralatan listrik seperti AC, kulkas, dan televisi bekerja dengan baik
dan efisien. Dalam transportasi, pengukuran besaran listrik digunakan untuk memastikan
bahwa kendaraan listrik bekerja dengan baik dan aman.Dalam kesimpulannya, pengukuran
besaran listrik sangat penting dalam dunia teknologi dan industri. Pengukuran ini dilakukan
untuk memastikan bahwa peralatan listrik bekerja dengan baik dan aman, serta untuk
memastikan bahwa sistem listrik bekerja dengan efisien. Alat ukur listrik seperti multimeter,
oscilloscope, dan wattmeter digunakan untuk melakukan pengukuran besaran listrik.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka terdapat beberapa rumusan masalah
yang dapat dijabarkan, yaitu sebagai berikut:
a. Apa saja jenis besaran-besaran listrik.
b. Apa arti fisis energi dan besaran-besaran listrik.
c. Bagaimana prosedur pemakaian alat ukur listrik.
d. Apa saja jenis beban listrik dan pengaruhnya terhadap sumber tenaga listrik.

3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam praktikum sistem penggerak elektrik yaitu menggunakan alat-alat yang
tersedia di laboratorium sistem penggerak elektrik, dan tidak menggunakan alat-alat di luar
percobaan praktikum, serta hanya membahas materi-materi yang terdapat di dalam modul 1
tentang pengukuran besaran listrik.
4. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka terdapat beberapa tujuan yang ingin
dicapai, yaitu sebagai berikut:
a. Mengetahui jenis besaran-besaran listrik.
b. Memahami arti fisis energi dan besaran-besaran listrik.
c. Mengetahui dan memahami bagaimana prosedur pemakaian alat ukur listrik.
d. Mengetahui jenis beban listrik dan pengaruhnya terhadap sumber tenaga listrik.

5. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui jenis besaran-besaran listrik, memahami
arti fisis energi dan besaran-besaran listrik, mengetahui jenis beban listrik dan pengaruhnya
terhadap sumber tenaga listrik, mengetahui dan memahami bagaimana prosedur pemakaian alat
ukur listrik.

6. Sistematika Penulisan
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
Di dalam bab ini membahas latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,
manfaat, dan sistematika penulisan.
BAB II REVIEW LITERATUR
Di dalam bab ini membahas materi tentang atom, elektron bebas, dan klasifikasi listrik.
BAB III PROSEDUR PRAKTIKUM
Di dalam bab ini membahas alat dan bahan, dan prosedur praktikum.
BAB IV PENGOLAHAN DATA
Di dalam bab ini membahas table hasil pengujian dan persamaan yang di gunakan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Di dalam bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
REVIEW LITERATUR

1. Atom
Suatu benda jika dibagi menjadi bagian-bagian terkecil tanpa meninggalkan sifat aslinya
disebut dengan molekul. Bagian terkecil dari molekul dinamakan atom. Atom terdiri dari inti
yang dikelilingi oleh partikel-partikel yang sangat kecil disebut dengan elektron. Elektron
berputar mengelilingi inti dengan orbit yang berbeda-beda. Inti terdiri dari proton dan neutron
dengan jumlah yang sama. Proton dan elektron mempunyai muatan listrik yaitu, muatan listrik
pada proton bernilai positif (+) dan muatan listrik pada elektron bernilai negatif (-). Sedangkan
untuk neutron tidak memiliki muatan listrik (netral), karena jumlah muatan listrik positif pada
proton dalam satu atom sama dengan jumlah muatan listrik negatif pada elektron, maka atom
tidak akan memiliki muatan atau netral.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu fisika, sudah ada banyak
ilmuwan yang meneliti dan menganalisis teori atom. Ilmuwan-ilmuwan tersebut adalah John
Dalton, J.J. Thompson, Ernest Rutherford, dan Neils Bohr.
a. Teori Atom Dalton
John Dalton merupakan seorang ilmuwan pertama yang mengembangkan teori atom pada
tahun 1830. Teori yang dikembangannya ini hasil dari eksperimen dalam mengembangkan
pemikiran atom Democritus. John Dalton beranggapan bahwa atom itu berbentuk seperti
bolat biliar. Menurut John Dalton, atom adalah partikel terkecil yang sudah tidak bisa
dibagi-bagi lagi. Dengan kata lain, unsur-unsur yang berada di dalam atom memiliki
komposisi yang tetap.

Gambar 1 Model atom menurut John Dalton


Secara garis besar, teori atom Dalton dapat disimpulkan menjadi beberapa hal, yaitu atom
adalah bagian terkecil dari suatu materi yang sudah tidak bisa dibagi-bagi. Partikel-partikel
penyusun atom mempunyai zat yang sama. Atom unsur tertentu tidak bisa berubah menjadi
atom unsur lain. Dua atom atau lebih dapat bereaksi membentuk molekul. Dalam reaksi
kimia perbandingan antara atom-atom penyusun memiliki perbandingan tertentu dan
sederhana.
b. Teori Atom Thomson
Pada tahun 1987, teori atom Dalton tentang bentuk atom seperti bola biliar telah dipatahkan
dengan teori atom yang diciptakan oleh Joseph John Thomson. Pada teori atom Thomson,
atom digambarkan seperti roti kismis, karena ia beranggapan bahwa atom yang memiliki
muatan positif dikelilingi oleh partikel elektron yang bermuatan negatif. Penemuan partikel
sub-atom bermuatan negatif yang dilakukan oleh Thomson dapat mematahkan teori atom
Dalton terutama tentang atom tidak memiliki sub-atom.

Gambar 2 Model atom menurut Joseph John Thomson


Secara garis besar, teori atom Thomson dapat disimpulkan menjadi beberapa hal, yaitu
atom bukan bagian terkecil dari suatu partikel. Secara keseluruhan atom memiliki sifat
yang netral. Massa elektron lebih kecil daripada massa atom. Atom yang bermuatan positif
akan tersebar ke seluruh atom, lalu dinetralkan oleh elektron yang bermuatan negatif. Atom
yang bermuatan netral memiliki muatan positif dan muatan negatif yang sama, sehingga
tidak ada muatan positif dan muatan negatif yang belebihan dalam satu atom.
c. Teori Atom Rutherford
Ernest Rutherford adalah seorang fisikawan dari Selandia Baru yang merupakan murid
Joseph John Thomson. Dengan penelitian yang dilakukan olehnya, ia mampu menjawab
semua kelemahan yang ada pada teori atom sebelumnya, yakni teori atom Thomson. Pada
tahun 1910, Rutherford berhasil menemukan inti atom yang memiliki jari-jari yang lebih
kecil dari atomnya. Teori ini berasal dari eksperimen penembakan inti atom lempengan
emas dengan partikel alfa (partikel dengan massa empat kali massa atom hidrogen dan
muatan positif sebesar dua kali).

Gambar 3 Model atom menurut Ernest Rutherford


Secara garis besar, teori atom Rutherford dapat disimpulkan menjadi beberapa hal, yaitu
atom tersusun dari inti atom dan elektron yang mengitarinya. Muatan positif atau massa
atom berpusat di dalam inti atom. Atom bersifat netral, karena jumlah muatan yang ada
pada inti atom sama dengan jumlah muatan elektron. Penyebaran partikel alfa tidak
dipengaruhi oleh awan elektron. Sebagian besar volume atom adalah sebuah tuang kosong
karena jari-jari inti atom jauh lebih kecil dari jari-jari atom.
d. Teori Atom Bohr
Pada saat itu, para ilmuwan sepakat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rutherford. Hal yang disetujui para ilmuwan yaitu atom terdiri dari inti atom dan elektron
yang mengitarinya. Tetapi, karena pada teori lintasan elektron yang diterapkan oleh
Rutherford masih terdapat kekurangan, maka seorang fisikawan asal Denmark bernama
Neils Bohr memperbaiki teori atom Rutherford.

Gambar 4 Model atom menurut Neils Bohr


Secara garis besar, teori atom Bohr dapat disimpulkan menjadi beberapa hal, yaitu adanya
lintasan stasioner yang memiliki energi tertentu. Tidak ada energi dalam bentuk radiasi
yang dipancarkan atau diserap ketika elektron berada dalam lintasan statsioner. Apabila
elektron menyerap energi dari luar, maka elektron akan naik ke kulit yang lebih tinggi, lalu
kembali pada kulit semula dengan memancarkan energi radiasi. Elektron dapat berpindah
dari satu lintasan ke lintasan lainnya. Salah satu kelemahan pada teori atom Bohr adalah
tidak dapat menjelaskan spektrum atom yang lebih besar daripada hidrogen dan tidak bisa
menjelaskan spektrum atom yang lebih rumit jika atom diletakkan pada medan magnet.

e. Teori Mekanika Kuantum


Kelemahan yang ada pada teori atom Bohr dapat disempurnakan oleh seorang fisikawan
dari Australia bernama Erwin Schrodinger. Ia membuat teori mekanika kuantum atau lebih
dikenal dengan model atom modern. Teori atom ini menggambarkan sifat pergerakkan
serta posisi elektron berdasarkan pada hipotesis Broglie dan Werner Heisenberg. Menurut
Louis de Broglie, elektron memiliki sifat dualisme, yakni bukan hanya sebagai partikel,
tetapi sebagai gelombang. Sedangkan hipotesis Erner Heisenberg adalah ketidakpastian
sifat elektron. Dengan hipotesis Broglie dan Heisenberg, maka Erwin berhasil menemukan
suatu persamaan gelombang gerakkan elektron dalam suatu atom. Persamaan ini dapat
menerangkan bahwa lintasan elektron berupa ruang bukan berupa garis.
Gambar 5 Model atom menurut Erwin Schrodinger
Secara garis besar, teori atom mekanika kuantum dapat disimpulkan menjadi beberapa hal,
yaitu atom memiliki kulit. Lintasan elektron berupa ruang bukan berupa garis. Gelombang
adalah pergerakkan elektron dalam lintasannya. Kedudukan elektron tidak dapat ditentukan
secara pasti. Kecepatan pancaran gelombang disebabkan oleh osilator-osilator yang
menentukan pancaran foton oleh sumbernya. Atom-atom yang bergerak sebagai osilator
akan menghasilkan gelombang elektromagnetik yang dibarengi dengan frekuensi
gelombang yang khusus bagi atom bersangkutan.

2. Elektron bebas
Elektron dengan orbit paling jauh dari inti atom disebut elektron valensi. Elektron yang
memiliki orbit paling jauh dari inti atom maka gaya tariknya lemah, sehingga elektron ini
memiliki potensi untuk keluar dari orbitnya dan berpindah ke atom lain. Dengan memberikan
beda potensial yang sangat kecil saja antara atom dengan atom, maka akan menyebabkan
elektron paling jauh dari inti atom atau elektron valensi dapat berpindah dengan mudah. Jika
terdapat elektron valensi berpindah dari satu atom ke atom yang lain berarti terjadi perpindahan
muatan listrik. Teori ini yang menjadi dasar, mengapa material yang ikatan antar atomnya
merupakan ikatan logam dapat menghantarkan listrik.

Gambar 6 Model atom dimana elektron valensi berpindah ke atom lain yang berdekatan
Apabila dilihat lebih mendalam, saat ini tidak hanya logam yang dapat menjadi penghantar
listrik, akan tetapi polimer dan keramik juga dapat dimanfaatkan sebagai penghantar listrik. Hal
tersebut dapat diketahui dengan berkembangnya suatu material yang disebut sebagai material
superkonduktor. Material superkonduktor tidak terbuat dari logam tetapi terbuat dari campuran
keramik. Sedangkan material semikonduktor dibuat dengan oksida yang memanipulasi partikel
lain ke dalam material tersebut, sehingga dapat mengatur laju aliran elektron sesuai dengan
kebutuhan. Dengan cara menggunakan material semikonduktor berdasarkan tingkat kelajuan
elektron-elektron.
Berdasarkan ilmu fisika kuantum, disebutkan bahwa elektron-elektron yang berada di sekeliling
inti atom memiliki tingkatan energi yang disebut orbital. Tingkatan energi tersebut bukan
merupakan garis lintasan elektron secara fisik, tetapi merupakan daerah yang membentuk awan
elektron. Oleh karena itu, elektron valensi akan membentuk tingkatan energi dengan nilai di
dalam jarak tertentu yang disebut dengan pita valensi. Sedangkan tingkatan energi yang
memiliki peran sebagai penghantar listrik disebut dengan pita konduksi. Pita valensi dan pita
konduksi berada pada tingkatan energi paling tinggi terhadap inti atom. Setiap pita tingkatan
energi ini dipisahkan oleh celah energi. Apabila elektron valensi berhimpitan di antara pita
valensi dan pita konduksi, maka material tersebut dapat disebut sebagai konduktor atau
penghantar listrik yang baik.

Gambar 7 Tingkatan energi elektron valensi material konduktur, semi konduktor, dan
Insulator
Pada gambar 2, dapat dilihat bahwa pada material konduktor, pita valensi dan pita konduksi
berhimpitan, artinya celah energi (Eg) sama dengan nol. Sehingga, beda tegangan yang sangat
kecil saja dapat mengakibatkan arus mengalir. Sedangkan untuk material semikonduktor, pita
valensi dan pita konduksi dipisahkan oleh celah energi, dimana celah energi untuk material
semi konduktor memiliki tiga nilai berdasarkan jenis materialnya. Nilai celah energi untuk
material semikonduktor yaitu 0.67 eV (Ge), 1.1 eV (Si), dan 1.43 eV (GaAs). Dengan adanya
celah energi yang memisahkan pita valensi dan pita konduksi, maka dibutuhkan beda tegangan
yang cukup besar agar dapat melintasi celah energi untuk setiap elektron-elektron valensi.
Sedangkan untuk material insulator, pita valensi dan pita konduksi dipisahkan oleh celah energi
dengan nilai > 5 eV. Dengan nilai celah energi yang tinggi, maka untuk material insulator
dibutuhkan beda tegangan yang sangat besar agar setiap elektron-elektron valensinya dapat
melintasi celah energi.

3. Klasifikasi Listrik
Terdapat dua jenis listrik yaitu listrik statis dan listrik dinamis. Listrik dinamis dibagi lagi
menjadi dua jenis yaitu listrik arus searah (DC) dan listrik arus bolak-balik (AC).
a. Listrik statis
Listrik statis adalah listrik yang diam atau listrik yang tersimpan dalam bentuk muatan
listrik. Contohnya pada kapasitor dapat menyimpan muatan dalam zat dielektriknya. Proses
penyimpanan ini terjadi secara fisika bukan secara kimia.
Apabila sebatang kaca digosokkan pada kain, maka permukaan batang dan permukaan kain
akan menjadi muatan listrik. Permukaan satu memiliki muatan positif dan permukaan yang
lainnya memiliki muatan negatif. Tanpa menghubungkan kedua benda tersebut, muatan
listrik akan tetap berada pada permukaan batang kaca dan kain, karena tidak terjadi
gerakkan muatan maka tipe kelistrikkan ini disebut dengan listrik statis.
Dalam ilmu fisika, listrik statis adalah suatu keadaan dimana elektron valensi sudah
berpisah dari atomnya masin-masing, akan tetapi tidak bergerak dan hanya berkumpul di
atas permukaan benda.
b. Listrik dinamis
Listrik dinamis adalah listrik yang mengalir atau suatu keadaan dimana terdapat elektron
bebas yang berasal dari elektron yang sudah terpisah dari atomnya masing-masing dan
bergerak melalui suatu benda yang sifatnya mengahantarkan listrik (material konduktor).
Listrik mengalir dari tempat dengan potensial tinggi ke tempat dengan potensial rendah.
Besarnya arus listrik yang mengalir melalui konduktor sama dengan jumlar elektron
valensi yang mengalir melalui penampang konduktor persatuan waktu.
Listrik dinamis dimana besar dan arah arusnya tetap disebut dengan listrik DC (direct
current), sedangkan listrik dinamis dengan besar dan arah arus bervariasi secara periodik
terhadap waktu disebut listrik AC (alternating current).

Gambar 8 Arah arus listrik DC terhadap waktu

Gambar 9 Arah arus listrik AC terhadap waktu


BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum sistem penggerak elektrik modul 1
ini, yaitu sebagai berikut:
a. Lampu bohlam 100 watt
b. Lampu neon 100 watt
c. Kapasitor 8.5 μF

2. Prosedur Praktikum
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka terdapat beberapa rumusan masalah
yang dapat dijabarkan, yaitu sebagai berikut:
a. Siapkan semua alat ukur yang telah ada di meja terutama kelengkapannya,
b. Identifikasi semua alat ukur serta catat spesifikasinya,
c. Pastikan semua alat ukur berfungsi dengan baik,
d. Pelajari bagaimana menggunakan semua alat ukur yang disediakan,
e. Lakukan pengukuran listrik dari jala-jala listrik mulai dengan besaran tegangan, arus,
daya listrik, frekuensi dalam kondisi tanpa beban,
f. Lakukan pengukuran listrik dari jala-jala listrik mulai dengan besaran tegangan, arus,
daya listrik, frekuensi dalam kondisi dengan beban motor listrik 3 (tiga) phasa,
g. Lakukan pengukuran yang sama untuk beban lampu bohlam 100 watt,
h. Lakukan pengukuran yang sama untuk beban lampu neon 100 watt,
i. Lakukan pengukuran yang sama untuk beban lampu neon 100 watt yang diparalelkan
dengan kapasitor 8.5 μF,
j. Lakukan pengukuran pemakaian listrik dengan kWh meter untuk beban lampu neon
100 watt tanpa kapasiotr 8.5 μF.
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

1. Table hasil perhitungan

Table 1 Data Pengujian Lampu Pijar

Pengukuran Pengukuran
Pengujian Beban Besaran Digital ΔX Analog ΔX
V 231 0.5 220 0.5
I 0.91 0.005 0.6 0.05
F 50 0.5 50 0.5
1 2 COS 0.99 0.005 0.99 0.005
P 208.11 0.005 130.68 0.005
E 0.14 0.005 0.14 0.005
IDR 202.16 0.005 202.16 0.005
V 231 0.5 220 0.5
I 1.31 0.005 1 0.5
F 50 0.5 50 0.5
2 3 COS 0.99 0.005 0.99 0.005
P 299.58 0.005 130.68 0.005
E 0.14 0.005 0.14 0.005
IDR 202.16 0.005 202.16 0.005
V 230 0.5 220 0.5
I 2.24 0.005 1.8 0.005
F 50 0.5 50 0.5
3 5 COS 0.99 0.005 0.99 0.005
P 510.05 0.005 392.04 0.005
E 0.14 0.005 0.14 0.005
IDR 202.16 0.005 202.16 0.005
V 230 0.5 220 0.5
I 3.11 0.005 2.6 0.05
F 50 0.5 50 0.5
4 7 COS 0.99 0.005 0.99 0.005
P 708.15 0.005 566.28 0.005
E 0.14 0.005 0.14 0.005
IDR 202.16 0.005 202.16 0.005
Table 2 Data Pengujian Lampu Neon

Pengujian Pengukuran
beban Besaran Δx Pengukuran Analog Δx
Ke Digital
Tegangan(V) 231 0.5 220 0.5
Arus(I) 0.34 0.005 0.2 0.05
Frekuensi(f) 50 Hz 0.5 50 Hz 0.5
Tanpa
1 Cos 0.49 0.005 0.49 0.01
Kapasitor
Daya(P) 38.4846 0.005 21.56 0.005
Energi (E) 0.14 0.005 0.14 0.005
IDR 202.16 0.005 202.16 0.005
Tegangan(V) 230 0.5 220 0.5
Arus(I) 0.2 0.05 0.1 0.05
Frekuensi(f) 50 Hz 0.5 50 Hz 0.5
Tanpa
2 Cos 0.84 0.005 0.84 0.005
Kapasitor
Daya(P) 38.64 0.005 18.48 0.005
Energi (E) 0.14 0.005 0.14 0.005
IDR 202.16 0.005 202.16 0.005

Table 3 Data Pengujian Batrai

pengujian jenis pengukuran pengukuran


besaran delta X2 delta X1 delta X2
ke batrai digital analog
2 1.55
1 1.55
1 A2 V _
2 1.5
2 0.57143 1.55 0.03252
2 1.54
2 1.54
2 A3 V _
2 1.52
2 0 1.52 0.013072
7 6
7 5.8
3 9V V _
7 5.8
7 0 5.8 0.034188
Table 4 Data Pengujian Termokopel

pengujian jenis pengukuran


ke pengujian besaran digital Δ x2
0.23
suhu 0.23
1 v
tubuh 0.22
0.23 0.043956
0.95
0.95
2 air panas v
0.95
0.95 0

2. Persamaan yang digunakan

P = V I COSφ (1)

Keterangan :
P = Daya (W)
V = Tegangan (V)
I = Arus (A)
IDR = 1.444 E (2)
Keterangan :
IDR = indonesia rupiah
144 = harga listrik /kWH
E = Energi
𝑋 max − 𝑋 𝑚𝑖𝑛
Δx2= 𝑋
(3)

Keterangan :
Δx2 = ketidakpastian tegangan
Xmax = tegangan maksimum
Xmin = tegangan minimum
X = rata rata
3. Analisa
Berikut adalah beberapa poin analisis dari hasil praktikum di lab sistem penggerak
elektrik dengan fokus pada pengukuran besaran listrik menggunakan lampu pijar, lampu
neon, baterai, dan alat ukur termokopel:

• Dari hasil pengukuran, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tegangan, arus, dan
daya pada lampu pijar dan lampu neon adalah linier.
• Lampu neon memiliki tegangan starting yang lebih tinggi dibandingkan dengan lampu
pijar.
• Tegangan baterai akan menurun ketika dihubungkan dengan beban.
• Termokopel dapat digunakan untuk mengukur temperatur dengan rentang yang luas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum , dapat di simpulkan bahwa berbagai jenis alat ukur Listrik dapat di
gunakan untuk mengukur besaran besaran Listrik dengan Tingkat ketelitian berbeda beda. Dan
cara penggunaan alat alat Listrik harus sesuai dengan prosedur yang benar agar hasil
pengukuran akurat. Penting untuk memehami prinsip kerja alat ukur Listrik agar dapat
menggunakannya dengan tepat. Peraktikum pengukuran besaran Listrik memberikan
pengalaman berharga dalam memahami dan mempraktikan cara mengukur besaran besaran
Listrik. Praktikum ini juga membantu meningkatkan keterampilan praktikum dan Analisa data

2. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan maka terdapat beberapa saran yang dapat kami
sampaikan diantara lain sebagai berikut:
a. Ingatkan mahasiswa untuk selalu memperhatikan keselamatan saat menggunakan alat –
alat di Labolatorium Sistem Penggerak Elektrik
b. Berikan pemahaman tentang alat ukur termokopel, termasuk prinsip kerjanya, jenis-jenis
termokopel yang umum digunakan, dan aplikasi praktisnya dalam pengukuran suhu pada
sistem penggerak elektrik. Latih mahasiswa dalam penggunaan alat ini dengan tepat dan
aman.
c. Diskusikan hasil pengukuran mereka dan bantu mereka untuk menginterpretasikan hasil
tersebut dalam konteks aplikasi dunia nyata.
d. Selain itu, fasilitasi diskusi kelompok tentang pengalaman mereka, kesulitan yang mereka
hadapi, dan cara mengatasi masalah teknis yang mungkin muncul selama praktikum.
e. Lakukan evaluasi pemahaman mahasiswa melalui pertanyaan terbuka, atau tugas refleksi
setelah praktikum. Ini dapat membantu mengidentifikasi area-area di mana pemahaman
mereka kuat dan di mana mereka memerlukan peningkatan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Zuhal and Zhanggischan, “Prinsip Dasar Elektronika”, Modul Elektrotek., vol. 7, no. 1,
p. 631, 1995.
[2] Theraja B. L., “Text book of Electrical Technology”, S. Chand & Company Ltd, New
Delhi, 1977

Anda mungkin juga menyukai