Anda di halaman 1dari 75

KAJIAN KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN PEMBANGKIT

LISTRIK TENAGA MINIHIDRO RIORITA DI KABUPATEN KOLAKA


UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PADA PT PLN (PERSERO)
UNIT INDUK WILAYAH SULAWESI SELATAN, SULAWESI
TENGGARA DAN SULAWESI BARAT

RIZQI AMALIA BURHAN 03320190066


SRI RESKY MUCHTAR 03320190061

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Ir. H. Arif Jaya, MT.
Dr. Ir. H. Sugianto, MS.
Ir. Andi Syarifuddin, MT.

PROGRAM STRATA SATU


BIDANG KEAHLIAN TEKNIK LISTRIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


MAKASSAR
2021
ABSTRAK

Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan dasar yang pada saat ini sudah
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Energi listrik mempunyai sifat yang
fleksibel, sehingga pada masa sekarang ini dapat dengan mudah diubah menjadi energi
lain sesuai dengan kebutuhan manusia. Hampir semua peralatan yang digunakan manusia
untuk mempermudah pekerjaannya tidak dapat berfungsi tanpa energi listrik. Penelitian
ini dapat mendukung program pemerintah juga diharapkan dapat memperbaiki kondisi
sistem operasi kelistrikan di wilayah kerja PT PLN (Persero) UIW Sulselrabar, Makassar.

Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan pembangunan jaringan tenaga listrik


untuk evakuasi daya PLTM Riorita, untuk menghitung Biaya Investasi untuk
Pembangunan PLTM Riorita dan jaringan tenaga listrik untuk evakuasi daya dan untuk
mengetahui kelayakan Pembangunan PLTM Riorita secara finansial dan operasional.
Dalam menganalisa kelayakan Pembangunan PLTM Riorita, digunakan beberapa
parameter untuk mendapatkan sistem yang layak sehingga hasil analisa yang diperoleh
dapat diimplementasikan di lapangan. Parameter-parameter tersebut adalah Analisa Data,
Aplikasi ETAP, Studi Kelayakan Proyek dan Wawancara.

Pada perhitungan Kajian Kelayakan Operasi didapatkan bahwa susut teknis dapat
diturunkan dan tegangan pelayanan dapat ditingkatkan. Sedangkan berdasarkan hasil
Kajian Kelayakan Finansial diperolah nilai IRR, NPV dan B/C Ratio diatas standart yang
telah ditetapkan, serta diperoleh masa payback period selama 22 Tahun. Dari hasil
tersebut diatas menunjukkan bahwa Pembangunan PLTM Riorita pada Sistem GI
Lasusua telah memenuhi parameter yang disyaratkan sehingga dapat dinyatakan layak
secara operasi dan finansial.

Kata kunci : PLTM, ETAP, Analisa Data, Studi Kelayakan Proyek,

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dan dapat
diselesaikan dengan baik. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan
Akademik yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan Program Studi pada
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia. Adapun
judul tugas akhir kami adalah “KAJIAN KELAYAKAN PROYEK
PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO
RIORITA DI KABUPATEN KOLAKA UTARA PROVINSI SULAWESI
TENGGARA PADA PT PLN (PERSERO) UNIT INDUK WILAYAH
SULAWESI SELATAN, SULAWESI TENGGARA DAN SULAWESI
BARAT”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan penulis sebagai manusia
biasa tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
menerima dengan ikhlas dan senang hati segala koreksi serta perbaikan yang
diberikan agar bermanfaat. Skripsi ini terwujud berkat adanya bantuan, arahan,
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Orang tua dan suami penulis yang telah memberikan dukungan moral,
materiil, serta do’a.

2. Bapak Dr. Ir. H. Arif Jaya, MT, Bapak Dr. Ir. H. Sugianto, MT, Bapak Ir.
Andi Syarifuddin, MT selaku dosen pembimbing Skripsi kami, atas segala
kesabaran dan kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing.

3. Bapak Dr. Ir. H. Arif Jaya, M.T. selaku Kaprodi Teknik Elektro, FT - UMI.

ii
4. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai pada Fakultas Teknik Universitas
Muslim Indonesia atas segala waktunya telah mendidik dan melayani penulis
selama mengikuti proses belajar mengajar di Universitas Muslim Indonesia.

5. Bapak Dalmasius Nugroho A.P sebagai Manajer Perencanaan Pengusahaan


dan Muhammad Arham sebagai Manajer Perencanaan Sistem Kelistrikan di
PT PLN (Persero) UIW Sulselrabar yang telah membantu kami dalam proses
penelitian.

6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberi
dorongan dan bantuan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Semoga semua pihak tersebut diatas mendapat pahala yang berlipat ganda
di sisi Allah SWT dan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis,
rekan-rekan, masyarakat serta Bangsa dan Negara. Aamiin.

Makassar, Oktober 2021

Penulis

iii
Daftar Isi

BAB 1......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................................3
1.3 Batasan Masalah...........................................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.5 Tujuan Penelitian.........................................................................................................4
1.6 Manfaat Penelitian.......................................................................................................4
1.7 Hipotesis......................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
2.1 Telaah Peneliti Terdahulu............................................................................................6
2.2 Landasan Teori.............................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................31
3.1 Prosedur Penelitian.....................................................................................................33
3.2 Lokasi Penelitian........................................................................................................33
3.3 Metode Pengumpulan Data........................................................................................34
3.4 Metode Penelitian.......................................................................................................34
3.5 Times Schedule..........................................................................................................37

iv
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Potensi Energi Terbarukan (Tenaga Air) di Indonesia.......................................7


Tabel 2.2. Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro.................................................12
Tabel 2.3 Perhitungan NPV terhadap keputusan investasi...............................................22
Tabel 3.1. Times Schedule ................................................................................................24

v
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik...........................................................................................9


Gambar 3.1 Lokasi Pembangunan PLTM Riorita..................................................................33
Gambar 3.2 Flowchart Metode penelitian..............................................................................36

vi
Daftar Singkatan

MW : Mega Watt

KW : Kilo Watt

GW : Giga Watt

V : Volt

KV : Kilo Volt

MVA : Mega Volt Ampere

JTR : Jaringan Tegangan Rendah

JTM : Jaringan Tegangan Menengah

JTT : Jaringan Tengangan Tinggi

JDTM : Jaringan Distribusi Tegangan Menengah

JDTR : Jaringan Distribusi Tegangan Rendah

GI : Gardu Induk

GD : Gardu Distribusi

SR : Sambungan Rendah

APP : Alat Pembatasan dan Pengukur

PLTM : Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro atau Minihidro

PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air

PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap

PLTG : Pembangkit Listrik Tenaga Gas

PLTN : Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

PLTMH : Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

vii
viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan dasar yang pada saat ini

sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Energi listrik

mempunyai sifat yang fleksibel, sehingga pada masa sekarang ini dapat

dengan mudah diubah menjadi energi lain sesuai dengan kebutuhan manusia.

Hampir semua peralatan yang digunakan manusia untuk mempermudah

pekerjaannya tidak dapat berfungsi tanpa energi listrik.

Melihat begitu pentingnya peranan energi listrik dalam kehidupan

manusia, maka pemenuhan kebutuhan energi listrik yang andal, berkelanjutan

dan merata bagi masyarakat harus menjadi prioritas. Menjaga agar upaya

pemenuhan kebutuhan energi listrik tetap sejalan dengan kelestarian

lingkungan juga menjadi hal yang krusial. Sejalan dengan hal tersebut

pemerintah mencanangkan program peningkatan penggunaan pembangkit

Energi Baru dan Terbarukan sebesar 23 % di tahun 2025 (peraturan

pemerintah nomor 79 tahun 2014) guna mengurangi ketergantungan terhadap

bahan bakar fosil.

Dengan adanya amanah undang-undang sesuai Peraturan Pemerintah

nomor 79 tahun 2014 tersebut yang mengharuskan penggunaan energi baru

dan terbarukan sebesar 23% di tahun 2025 maka dirasa perlu untuk melakukan

Analisa terhadap potensi – potensi pembangunan pembangkit listrik dengan

penggerak mula berupa Energi Baru Terbarukan.

1
Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) merupakan salah satu

pembangkit dengan sumber energi baru terbarukan yang potensinya banyak

tersebar di provinsi Sulawesi Tenggara. Potensi-potensi PLTM tersebut dapat

menjadi bagian dari pemasok daya listrik di wilayah kerja PLN UIW

Sulselrabar dimana nantinya diharapkan selain dapat mendukung program

pemerintah juga diharapkan dapat memperbaiki kondisi sistem operasi

kelistrikan di wilayah kerja PLN UIW Sulselrabar.

Kecamatan Pakue Utara di Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi

Tenggaran memiliki sungai yang berpotensi digunakan sebagai sumber energi

untuk Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro. Dimana kecamatan tersebut juga

hanya di suplai dari satu Gardu Induk yang terkoneksi dengan Sistem

Sulawesi Bagian Selatan sehingga berpotensi terjadi drop tegangan.

Berdasarkan RUPTL 2019 – 2028, PLTM Riorita dengan potensi 1 MW

direncanakan dapat beroperasi pada tahun 2023 dengan harapan dengan

Pembangunan PLTM Riorita dapat meningkatkan kapasitas pada saat beban

puncak dan mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik berbahan‐

bakar minyak. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

mengambil judul “KAJIAN KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO RIORITA DI

KABUPATEN KOLAKA UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PADA PT PLN (PERSERO) UNIT INDUK WILAYAH SULAWESI

SELATAN, SULAWESI TENGGARA DAN SULAWESI BARAT”

2
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah yang

ditemukan oleh penulis adalah:

1. Perlunya analisis kondisi system ketenagalistrikan di Kabupaten Kolaka

Utara.

2. Perlunya analisis kebutuhan Biaya Investasi untuk Pembangunan PLTM

Riorita dan jaringan untuk evakuasi daya.

3. Perlunya analisis rencana pembangunan jaringan evakuasi daya PLTM

Riorita.

4. Perlunya kajian kelayakan proyek terhadap pembangunan PLTM Riorita

baik dari segi finansial maupun segi operasional.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menjaga meluasnya pembahasan dalam Tugas Akhir ini, maka

penulis membatasi masalah yang akan disajikan sebagai berikut :

1. Hanya membahas mengenai Perencanaan Pembangunan Jaringan untuk

Evakuasi Daya PLTM Riorita.

2. Hanya membahas prediksi Biaya Investasi untuk Pembangunan PLTM

Riorita dan jaringan untuk evakuasi daya.

3. Hanya membahas kelayakan proyek pembangunan PLTM Riorita dari segi

finansial dan operasional dan tidak membahas kelayakan proyek dari segi

dampak lingkungan.

3
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang

diangkat oleh penulis adalah:

1. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Jaringan untuk Evakuasi Daya

PLTM Riorita?

2. Berapa Biaya Investasi untuk membangun PLTM Riorita dan jaringan

untuk evakuasi daya?

3. Apakah proyek Pembangunan PLTM Riorita layak secara finansial dan

opersional?

1.5 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut maka dapat diketahui tujuan penulisan

laporan ini adalah :

1. Untuk merencanakan pembangunan jaringan tenaga listrik untuk evakuasi

daya PLTM Riorita.

2. Untuk menghitung Biaya Investasi untuk Pembangunan PLTM Riorita dan

jaringan tenaga listrik untuk evakuasi daya.

3. Untuk mengetahui kelayakan Pembangunan PLTM Riorita secara finansial

dan operasional.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Penulis dan semua pihak dapat memperoleh ilmu pengetahuan dalam

mengkaji kelayakan finansial dan operasional dari suatu proyek

4
pembangunan kelistrikan serta menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya.

2. Dapat memberikan informasi kepada pihak PT PLN (Persero) UIW

Sulselrabar Bagian Perencanaan terkait kajian kelayakan proyek

pembangunan PLTM Riorita.

1.7 Hipotesis

Dari latar belakang diatas dapat diambil hipotesis yaitu bahwa PLTM

Riorita di Kecamatan Pakue Utara Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi

Tenggara layak untuk dibangun karena susut teknis dapat diturunkan dan

tegangan pelayanan dapat ditingkatkan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Peneliti Terdahulu

a. Pugi Wasi Jatmika (2020), “Kajian Kelayakan Proyek Pembangunan

PLTM Lapai”, mengemukakan bahwa pembangan PLTMH dapat menjadi

bagian dari pemasok daya listrik di wilayah kerja PLN UIW Sulselrabar

dimana nantinya diharapkan selain dapat membantu menurunkan BPP,

penurunan susut, Pencapaian target penggunaan pembangkit EBT dan

diharapkan dapat memperbaiki kondisi system operasi kelistrikan.

b. Arie Widyastuti (2006), “Analisis Kelayakan Proyek Pembangkit Listrik

Energi Panas Bumi Dengan Menggunakan Capital Budgeting Technique”,

mengemukakan bahwa metode perhitungan NPV dan IRR dalam menguji

kelayakan investasi suatu proyek pembangunan dapat digunakan untuk

memperoleh scenario analysis pada kondisi moderat, optimis dan pesimis.

c. Cahayati (2009), “Analisa Aliran Daya Newton Raphson Menggunakan

Electrical Transient Analyzer Program (ETAP) Simulink (Aplikasi :

Sistem Sumbar-Riau-Jambi)”, mengemukakan bahwa metode Analisa

aliran daya menggunakan aplikasi ETAP dapat menggambarkan kondisi

sesaat dan dapat digunakan untuk mengambil langkah-langkah

pengembangan operasi dan perencanaan sistem agar keandalan dan

ketersedian sistem tenaga dapat tetap terjaga walaupun ada kenaikan

pemakaian beban oleh konsumen.

6
2.2 Landasan Teori

2.2.1 Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro di Indonesia

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, salah

satunya potensi energi terbarukan (air). Energi air merupakan sumber energi

terbarukan yang sangat potensial di Indonesia. Apabila pemanfaatan energi

tersebut dilakukan secara meluas di seluruh wilayah Indonesia maka

peluang untuk keluar dari krisis energi akan semakin besar. Menurut

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Pembangkit Listrik

Tenaga Mini/makro Hidro (PLTM/PLTMH) sebesar 770 MW dan Potensi

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Indonesia diperkirakan sebesar

75.000 Megawatt (MW). Dari potensi tersebut baru sekitar 6 persen yang

telah dikembangkan. Tabel di bawah menunjukkan potensi energi

terbarukan (tenaga air) di Indonesia.

Tabel 2.1 Potensi Energi Terbarukan (Tenaga Air) di Indonesia

No Pulau Potensi (MW)


1 Sumatera 15,600
2 Jawa 4,200
3 Kalimantan 21,600
4 Sulawesi 10,200
5 Bali-NTT-NTB 620
6 Maluku 430
7 Papua 22,350
Jumlah 75,000

Sumber : Kementrian Energi Dan Sumber Daya Mineral: 2014

7
2.2.2 Sistem Jaringan Tenaga Listrik

Salah satu cara paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan

energi adalah melalui bentuk energi listrik. Energi listrik dapat secara

kontinyu dikirimkan dari satu tempat ke tempat lain yang jaraknya

berjauhan dalam suatu sistem tenaga listrik. Sistem tenaga listrik merupakan

kumpulan dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator,

transformator, saluran transmisi, saluran distribusi, dan beban, yang

dihubung-hubungkan dan membentuk suatu sistem.

Industri tenaga listrik telah dimulai sejak tahun 1882 ketika pusat

pembangkit daya listrik pertama yang bernama Pearl Street Elestric Station

mulai beroperasi di kota New York, Amerika Serikat. Selanjutnya industri

tenaga listrik sangat pesat perkembangannya, dan stasiun-stasiun

pembangkitan dan jaringan transmisi dan distribusi telah bermunculan di

berbagai negara.

Energi listrik merupakan energi yang sangat bermanfaat. Tidak dapat

dipungkiri lagi bahwa manusia dewasa ini sudah demikian besar tingkat

ketergantungannya terhadap energi listrik. Sehingga energi listrik bagi

kebutuhan hidup manusia dewasa ini sudah hampir "setara" dengan oksigen.

Bahkan ukuran kemajuan suatu negara dapat diukur dari tingkat konsumsi

energi listriknya. Sebagai contoh Amerika Serikat yang merupakan negara

sebagai negara yang sangat maju pada tahun 2000 mempunyai kapasitas

terpasang pembangkit listrik total sekitar 1200 GW atau 1,2 x 1012 Watt.

Dapat dibandingkan dengan negara kita tercinta, Indonesia, yang masih

8
merupakan negara berkembang pada akhir tahun 2004 untuk sistem Jawa-

Bali mempunyai kapasitas terpasang pembangkit listrik sekitar 20 GW.

Konsumen listrik di Indonesia sebagian besar berada di Jawa-Bali, sehingga

sebagian besar pembangkit listriknya terpusat di pulau Jawa dan Bali.

Secara umum, definisi sistem tenaga listrik meliputi sistem

pembangkitan, sistem transmisi, dan sistem distribusi, yang secara garis

besar ditunjukkan pada gambar 2.1. Belakangan ini sistem distribusi jika

dilihat dari skala nasional, diperkirakan sama dengan biaya investasi

fasilitas pembangkitan. Sistem distribusi bersamasama dengan sistem

pembangkitan berdasarkan pengalaman biasanya menelan biaya investasi

hingga 80% dari total investasi yang dikeluarkan untuk sistem tenaga listrik.

Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik

Sumber : Buku Ajar Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik

Siklus aliran energi listrik pada sistem tenaga listrik dapat dijelaskan

sebagai berikut. Pada pusat pembangkit, sumber daya energi primer seperti

9
bahan bakar fosil (minyak, gas alam, dan batubara), hidro, panas bumi, dan

nuklir diubah menjadi energi listrik. Generator sinkron mengubah energi

mekanis yang dihasilkan pada poros turbin menjadi energi listrik tiga fasa.

Melalui transformator step-up, energi listrik ini kemudian dikirimkan

melalui saluran transmisi bertegangan tinggi menuju pusat-pusat beban.

Peningkatan tegangan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah arus

yang mengalir pada saluran transmisi. Dengan demikian saluran transmisi

bertegangan tinggi akan membawa aliran arus yang rendah dan berarti

mengurangi rugi panas (heat loss) I2R yang menyertainya. Ketika saluran

transmisi mencapai pusat beban, tegangan tersebut kembali diturunkan

menjadi tegangan menengah melalui transformator step-down. Di pusat-

pusat beban yang terhubung dengan saluran distribusi, energi listrik ini

diubah menjadi bentuk-bentuk energi terpakai lainnya seperti energi

mekanis (motor), penerangan, pemanas, pendingin, dan sebagainya.

Energi listrik dibangkitkan pada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik

seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga uap

(PLTU), pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), pembangkit listrik tenaga

nuklir (PLTN), dan lain-lain. Pusat-pusat pembangkit listrik tersebut

umumnya jauh dari daerah-daerah dimana energi listrik itu digunakan, yang

disebut sebagai pusat-pusat beban (load centres). Oleh karena itu, energi

listrik yang dibangkitkan harus disalurkan melalui suatu saluran transmisi.

Karena tegangan yang dihasilkan generator umumnya relatif rendah

(berkisar 6 kV hingga 24 kV), maka tegangan ini biasanya dinaikkan

10
dengan bantuan transformator daya ke tingkat tegangan yang lebih tinggi

antara 30 kV sampai 500 kV (di beberapa negara maju bahkan sudah sampai

1000 kV).

Tingkat tegangan yang lebih tinggi ini selain untuk memperbesar daya

hantar saluran yang berbanding lurus dengan kuadrat tegangan, juga untuk

memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran. Dengan

mempertinggi tegangan, maka timbul suatu persoalan lain yaitu tingkat

isolasi yang harus lebih tinggi, dengan demikian biaya peralatan juga

semakin tinggi. Penurunan tegangan dari tingkat tegangan transmisi

pertamatama dilakukan di gardu induk (GI), dimana tegangan diturunkan ke

tegangan yang lebih rendah misalnya dari 500 kV ke 150 kV, atau dari 150

kV ke 70 kV, dan sebagainya. Kemudian penurunan kedua dilakukan di

gardu induk distribusi dari 150 kV ke 20 kV atau dari 70 kV ke 20 kV.

Tegangan 20 kV ini disebut tegangan distribusi primer.

2.2.3 Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro

Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) adalah pembangkit

listrik yang memanfaatkan energi mekanik air untuk selanjutnya diubah

menjadi energi listrik dengan mempergunakan seluruh turbin air yang

terpasang pada generator listrik.

Air adalah sebuah sumber energi terbarukan dan merupakan

teknologi yang sudah lama dikenal terbukti handal. Air merupakan sumber

energi yang murah dan relatif mudah didapat, karena pada air tersimpan

11
energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air mengalir).

Tenaga air (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang

mengalir. Energi yang dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam

wujud energi mekanis maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air banyak

dilakukan dengan menggunakan kincir air atau turbin air yang

memanfaatkan adanya suatu air terjun atau aliran air di sungai.

Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro

Berikut ini disampaikan klasifikasi pembangkit listrik hidro secara

umum berdasarkan daya yang dihasilkannya.

Tabel 2.2. Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro

Klasifikasi Pembangkit Daya


Large Hydro > 100 MW
Medium Hydro 15 - 100 MW
Small Hydro 1 - 15 MW
Mini Hydro 100 kW < x < 1 MW
Micro Hydro 5 - 100 kW
Pico Hydro < 5 kW

Sumber : Firman Jamali, “Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga

Minihidro Berbantuan Program Turbnpro Di Desa Sinar Pekayau Kecamatan

Sepauk Kabupaten Sintang”

Keuntungan penggunaan turbin air (PLTMH) sebagai pembangkit

listrik antara lain:

12
1. Biaya operasional relatif murah karena berasal dari energi

terbarukan sehingga penggunaan turbin sangat menguntungkan

untuk penggunaan dalam waktu yang lama.

2. Turbin–turbin pada PLTMH dapat dioperasikan atau dihentikan

pengoperasiannya setiap saat.

3. Dengan perawatan yang baik, turbin dapat beroperasi dalam

waktu yang cukup lama.

4. Sumber energi yang digunakan adalah energi air sehingga tidak

mengakibatkan pencemaran udara dan air.

2.2.4 Jaringan Distribusi

Klasifikasi jaringan distribusi berdasarkan letak jaringan terhadap

posisi gardu distribusi dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu:

 Jaringan distribusi primer (jaringan distribusi tegangan

menengah).

 Jaringan distribusi sekunder (jaringan distribusi tegangan

rendah).

Jaringan distribusi primer (JDTM) merupakan suatu jaringan yang

letaknya sebelum gardu ditribusi berfungsi menyalurkan tenaga listrik

bertegangan menengah (misalnya 6 kV atau 20 kV). Hantaran dapat berupa

kabel dalam tanah atau saluran/kawat udara yang menghubungkan gardu

induk (sekunder trafo) dengan gardu distribusi atau gardu hubung (sisi

primer trafo didtribusi). Jaringan distribusi sekunder (JDTR) merupakan

13
suatu jaringan yang letaknya setelah gardu distribusi berfungsi menyalurkan

tenaga listrik bertagangan rendah (misalnya 220 V/380 V). Hantaran berupa

kabel tanah atau kawat udara yang menghubungkan dari gardu distribusi

(sisi sekunder trafo distribusi) ke tempat konsumen atau pemakai (misalnya

industri atau rumah – rumah). Sedangkan untuk gardu distribusi sendiri

adalah suatu tempat/ sarana, dimana terdapat transformator step down yaitu

transformator yang menurunkan tegangan dari tegangan menengah menajdi

tegangan rendah (sesuai kebutuhan konsumen). Berdasarkan konfigurasi

jaringan, maka sistem jaringan distribusi dapat dikelompokan menjadi 3

(tiga) macam, yaitu sistem jaringan distribusi radial, loop dan spindel.

2.2.5 Analisis Aliran Daya

Studi aliran daya pada sistem tenaga merupakan studi untuk

menghitung variabel listrik sistem yang menggambarkan kondisi awal dari

perencanaan operasi sistem yang akan digunakan untuk studi selanjutnya.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa sistem tenaga berada dalam keadaan

mantap (steady state) tanpa gangguan. Untuk mengetahui sistem dalam

keadaan mantap diperlukan perhitungan aliran daya. Dalam studi aliran daya

yang dihitung adalah nilai besaran tegangan, sudut phasa tegangan, daya

aktif dan reaktif pada setiap bus. Untuk sistem tenaga yang sederhana

perhitungan dapat diselesaikan dengan langsung, jika sistem sudah besar

terdiri dari beberapa bus diperlukan metoda untuk menyelesaikan

perhitungan.

14
Pada studi aliran daya pada system besar digunakan metoda Newton

Raphson. Dalam menyelesaikan aliran daya metode Newton Raphson

sebagai metode iterasi membagi persamaan daya menjadi dua persamaan

yaitu persamaan daya aktif dan daya reaktif yang dibuat dalam bentuk polar

atau rectangular. Penyederhanaan persamaan untuk mempersingkatan

iterasi, memudahkan perhitungan untuk sistem besar tanpa mengabaikan

akurasi hasil perhitungan. Sementara performansi sistem yang dibatasi dari

daya aktif dan reaktif, kompensasi daya reaktif, setting tap transformator

dan tegangan dari semua bus masih berada di dalam harga yang diizinkan.

Karena yang dihadapi menyangkut rugi-rugi daya dan perangkat reaktif,

maka permasalahan dapat dijabarkan sebagai fungsi objektif yang non-

separable (tidak dapat dipisahkan).

Untuk menyelesaikan aliran daya dengan metoda Newton Raphson

dengan memisahkan persamaan daya aktif dan reaktif, membuat matrik

jacobian dan membagi bus sistem dalam 3 fungsi. Bus sistem terdiri dari bus

swing (referensi), PV Bus dan PQ bus. Bus swing hanya ada satu dan dipilih

bus yang ada pembangkit mempunyai kapasitas terbesar dari bus

pembangkit yang lain dan pada bus ini yang dihitung daya aktif dan reaktif.

PV bus atau bus pembangkit yang pada bus ini ada pembangkit dan yang

dihitung adalah daya reaktif dan sudut phasa tegangan. PQ bus atau bus

beban pada bus ini hanya ada beban aktif dan reaktif yang dihitung pada bus

ini adalah besaran tegangan dan sudut phasa tegangan.

15
Penggunaan metoda Newton Raphson untuk menyelesaikan aliran

daya terdapat pada program Electrical Transient Analyzer Program (ETAP).

Program ini dapat menyelesaikan aliran beban dengan mendisain model

system tenaga dalam system satu garis (single line) dan memasukan data-

data komponen yang ada pada system. Program sangat teliti sehingga jika

data masukan yang dibutuhkan belum lengkap maka program tidak dapat

memproses dan memberitahukan data yang kurang. Studi Aliran Daya

dengan ETAP dapat digunakan untuk suatu teknik pemograman yang secara

otomatis melakukan penyesuaian dan menyelesaikan perhitungan aliran

daya. Metode Newton-Rhapson menghasilkan sebuah kombinasi-kombinasi

khas yang menarik, yang didapatkan dari beberapa keuntungan yang ada

pada metoda ini, sebut saja dari segi kecepatan, keandalan, penyederhanaan

dan penyimpanan, untuk solusi aliran beban yang lazim digunakan.

Algoritma dasar tidak akan mengalami perubahan untuk variasi-variasi

aplikasi yang berbeda. Memberikan sebuah pengaturan untuk rutinitas

urutan eliminasi yang baik, program dasar mudah untuk diterapkan dengan

efisien, dan kebutuhan akan kecepatan dan penyimpanan dalam solusi,

sangat proposional untuk ukuran sistem.

Untuk mempermudah perhitungan pada sistem tenaga listrik biasanya

dipakai nilai-nilai dalam per-unit. Besaran per-unit didefenisikan sebagai

besaran yang sebenarnya dibagi dengan besaran dasar dengan dimensi yang

sama.

16
Dengan demikian nilai dari besaran per-unit merupakan nilai yang

telah di normalisasikan terhadap besaran dasar yang telah dipilih. Terdapat

empat besaran yang sering diperhitungkan di dalam menganalisis sistem

tenaga listrik, yaitu : daya, tegangan, arus, dan impedansi. Dengan memilih

dua buah besaran secara sembarang (misalnya daya dan tegangan) sebagai

besaran dasar, secara langsung dapat diperoleh besaran-besaran dasar yang

lain. Dalam perhitungan aliran daya sistem tenaga listrik, tegangan nominal

saluran serta peralatan selalu diketahui, oleh sebab itu dipilih sebagai

besaran dasar. Besaran dasar yang kedua yang biasa dipilih sebagai

pedoman adalah daya (MVA).

2.2.6 ETAP

ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu

perangkat lunak yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini

mampu bekerja dalam keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, online

untuk pengelolaan data real-time atau digunakan untuk mengendalikan

sistem secara real-time. Fitur yang terdapat di dalamnya pun bermacam-

macam antara lain fitur yang digunakan untuk menganalisa pembangkitan

tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem distribusi tenaga listrik.

ETAP ini awalnya dibuat dan dikembangkan untuk meningkatkan

kualitas keamanan fasilitas nuklir di Amerika Serikat yang selanjutnya

dikembangkan menjadi sistem monitor manajemen energi secara real time,

simulasi, kontrol, dan optimasi sistem tenaga listrik, (Awaluddin, 2007).

17
ETAP dapat digunakan untuk membuat proyek sistem tenaga listrik

dalam bentuk diagram satu garis (one line diagram) dan jalur sistem

pentanahan untuk berbagai bentuk analisis, antara lain: aliran daya, hubung

singkat, starting motor, trancient stability, koordinasi relay proteksi dan

sistem harmonisasi. Proyek sistem tenaga listrik memiliki masing-masing

elemen rangkaian yang dapat diedit langsung dari diagram satu garis dan

atau jalur sistem pentanahan. Untuk kemudahan hasil perhitungan analisis

dapat ditampilkan pada diagram satu garis.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja dengan ETAP

adalah :

1. One Line Diagram, menunjukkan hubungan antar

komponen/peralatan listrik sehingga membentuk suatu system

kelistrikan.

2. Library, informasi mengenai semua peralatan yang akan dipakai

dalam system kelistrikan. Data elektris maupun mekanis dari

peralatan yang detail/lengkap dapat mempermudah dan

memperbaiki hasil simulasi/Analisa.

3. Standar yang dipakai, biasanya mengacu pada standar IEC atau

ANSII, frekuensi system dan metode-metode yang dipakai.

4. Study Case, berisikan parameter-parameter yang berhubungan

dengan metode studi yang akan dilakukan dan format hasil

Analisa.

18
2.2.7 Studi Kelayakan Proyek

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya

suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan

berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-

beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, ada juga yang

mengertikan dalam artian luas. Artinya yang lebih terbatas, terutama

dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat

ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah atau Lembaga

non profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relative.

Mungkin mempertimbangkan berbagai faktor seperti manfaat bagi

masyarakat luas yang bisa terwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan

sumber daya yang melimpah di tempat tersebut dan sebagainya. Bisa juga

dikaitkan dengan misalnya penghematan devisa atau pun penambahan

devisa yang diperlukan oleh pemerintah.

Pertanyaan mendasar dari dijalankannya studi kelayakan proyek

adalah apakah sebuah kesempatan investasi dapat dimanfaatkan secara

ekonomis atau apakah dapat diperoleh tingkat keuntungan yang layak dari

sebuah proyek.

Proyek yang diteliti bisa berupa proyek raksasa seperti pembangunan

proyek listrik tenaga nuklir, sampai dengan proyek sederhana seperti

membuka usaha jasa foto copy. Tentu saja semakin besar proyek yang akan

dijalankan, semakin luas dampak yang terjadi. Dampak ini bisa berupa

dampak ekonomis maupun operasional. Karena itu ada yang melengkapi

19
studi kelayakan ini dengan Analisa Kelayakan Finansial maupun Analisa

Kelayakan Operasional.

Dengan demikian, pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan

terdiri dari :

1. Studi kelayakan finansial, yang berarti apakah proyek itu

dipandang cukup menguntungkan jika dibandingkan dengan

biaya yang dikeluarkan.

2. Studi kelayakan operasional, yang menunjukkan apakah proyek

itu dapat memberikan manfaat dari segi operasional.

Di PT PLN (Persero) UIW Sulselrabar suatu proyek dikatakan layak

secara finansial apabila memenuhi persyaratan berikut :

IRR = ≥ 9,24 %

NPV = > Rp. 0

BCR =>1

2.2.8 Payback Period

Metode payback period merupakan sebuah perhitungan atau

penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutup initial

investment dari suatu proyek dengan menggunakan cash flow yang

dihasilkan oleh proyek tersebut.

20
”The payback period is the number of years required for a firm to

recover its initial investment required by a project from the cash flows it

generates” (Ross 902: 2005)

”The payback period of a project is found by counting the number of

years it takes before the cumulative forecasted cash flows equal initial

investment” (Brealey Myers 94: 2004)

Perhitungan payback period suatu proyek dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Initial Investment
Payback Period =
Cash Inflow

dengan :

Initial Investment = Nilai Investasi

Cash in Flow = Kas Masuk Bersih

Payback period merefleksikan tingkat likuiditas (kecepatan dalam

menutup kembali modal yang diinvestasikan), dan dengan demikian

memberikan gambaran tentang risiko untuk dapat segera menutup kembali

investasi dengan cash flow yang dihasilkan oleh investasi tersebut.

2.2.9 Net Present Value

Net Present Value sebuah proposal investasi merupakan selisih

antara arus kas masuk (cash inflow) uang, didiskontokan pada tingkat

pengembalian minimum (cost of capital/ discount rate/ required return/

opportunity cost), dikurangi dengan nilai investasi, sehingga didapatkan

perhitungan mengenai nilai bersih investasi dengan menggunakan nilai

21
uang pada saat sekarang. Metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa

nilai dari asset adalah nilai sekarang dari perkiraan arus kas yang akan

dihasilkan oleh asset tersebut pada masa yang akan datang

Net Present Value dapat diekspresikan sebagai berikut:


t=n
Bt Ct
NPV =∑ ❑− ,
t=0 (1+i) (1+i)n

dengan :

Bt = Benefit

Ct = Cost

i = Suku Bunga

Pada tabel berikut ditunjukkan arti dari perhitungan NPV terhadap

keputusan investasi yang akan dilakukan.

Tabel 2.3 Perhitungan NPV terhadap keputusan investasi

Sumber : PT PLN (Persero) Pusdiklat

22
2.2.10 Benefit Cost Ratio (BCR)

Perhitungan BCR melibatkan perhitungan komponen biaya dan

komponen manfaat. Komponen biaya sendiri meliputi biaya pengadaan

(procurement cost), biaya persiapan operasi (start-up cost), biaya proyek

(project cost), dan biaya operasi serta perawatan (on going and

maintenance cost).

Biaya pengadaan diperhitungkan di awal tahun (tahun ke-0) dan

masuk dalam capital cost. Komponen yang masuk dalam biaya pengadaan

yaitu biaya konsultasi pengadaan perangkat keras, biaya pembelian atau

sewa (leasing) perangkat keras, biaya instalasi perangkat keras, biaya

fasilitasi ruangan, biaya modal pengadaan perangkat keras, dan biaya

manajemen dan staf selama proses pengadaan.

Biaya persiapan operasi, didalamnya terdapat biaya pembelian

perangkat lunak, biaya instalasi peralatan komunikasi, biaya persiapan

personil, biaya reorganisasi, biaya manajemen dan staf selama proses

persiapan. Biaya proyek berhubungan dengan biaya untuk

mengembangkan sistem yang meliputi biaya tahap analisis sistem, biaya

tahap desain sistem, dan biaya tahap penerapan sistem. Biaya operasi serta

perawatan dikeluarkan setelah tahun ke-0 meliputi operasi dan perawatan

perangkat keras, perangkat lunak, dan fasilitas. Biaya tersebut meliputi

biaya personil, biaya overhead, biaya perawatan perangkat keras, biaya

23
perawatan perangkat lunak, biaya manajemen yang terlibat, dan biaya

penyusutan (depresiasi).

Sedangkan komponen manfaat dapat dikelompokan pada manfaat

mengurangi kesalahan (error reduction, ER), manfaat mengurangi biaya

(cost reduction or avoidance, CR), manfaat meningkatkan kecepatan

aktivitas (increased speed of activity, IS), dan manfaat meningkatkan

perencanaan dan pengendalian manajemen (improved in management

planning or control, MC).

Metode BCR ini memberikan penekanan terhadap nilai

perbandingan antara aspek manfaat (benefit) yang akan diperoleh dengan

aspek biaya dan kerugian yang akan ditanggung (cost). Jika BCR ≥1 maka

investasi akan menguntungkan/layak, sedangkan jika BCR <1 maka

investasi tidak menguntungkan/tidak layak. Rumus BCR dapat ditulis

sebagai berikut :

PWB
BCR=
PWC

dengan :

BCR = perbandingan manfaat terhadap biaya (benefit cost ratio)

PWB = Present Worth of Benefit atau nilai sekarang benefit

PWC = Present Worth of Cost

2.2.11 Internal Rate Return

Internal Rate of Return didefinisikan sebagai discount rate atau

tingkat bunga yang menyamakan present value arus kas proyek yang

24
diharapkan dengan pengeluaran awal proyek (NPV = 0). Secara

matemastis tingkat pengembalian internal didefinisikan dalam persamaan

berikut:

NPV 1
IRR=i1 (i 2−i 2)
( NPV 1−NPV 2)

dengan :

NPV1 = Net Present Value bernilai positif

NPV2 = Net Present Value bernilai positif

i1 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+

i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-

Kriteria keputusan dengan menggunakan Internal Rate of Return

(IRR) ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

IRR ≥ tingkat pengembalian yang diisyaratkan: Terima

IRR < tingkat pengembalian yang diisyaratkan: Tolak

Jika NPV positif maka IRR pasti akan lebih besar dari tingkat

pengembalian yang diisyaratkan.

2.2.12 Anggaran Investasi

Umumnya, PLN Wilayah/Distribusi melakukan investasi bertujuan

untuk :

1. Memperluas pangsa pasar agar dapat meningkatkan penjualan

listrik dari pelanggan baru/penambahan daya.

2. Meningkatkan efisiensi peralatan terpasang.

25
3. Penguatan sistem guna meningkatkan kontinuitas dan keandalan

pelayanan listrik kepada pelanggan.

Suatu kegiatan dimasukkan dalam anggaran investasi apabila dana

yang dikeluarkan menambah jumlah asset perusahaan, baik jenis maupun

volumenya. Kegiatan investasi tersebut dilaksanakan dalam berbagai bentuk

proyek, yang secara garis besar digolongkan menjadi dua alternatif proyek:

1. Mutually Exclusive Project, yaitu apabila dua atau lebih proyek

dilaksanakan dapat meniadakan kemungkinan proyek yang lainnya.

Mutually exclusive project ini dilaksanakan apabila dana yang tersedia

tidak cukup untuk membiayai lebih dari satu peluang investasi, proyek-

proyek tersebut pada hakikatnya merupakan proyek yang menghasilkan

jenis barang atau sasaran tertentu yang sama.

2. Non Mutually Exclusive Projec, yaitu apabila suatu proyek tidak

merupakan alternative terhadap proyek yang lain, baik dalam hal

penggunaan sumber-sumber maupun pencapaian sasaran yang

diharapkan. Proyek seperti ini dapat mempunyai sasaran yang berbeda

jenisnya.

2.2.13 Susut (Losses)

Pada dasarnya pengertian tentang kebocoran atau kerugian

listrik adalah selisih antara jumlah energi listrik yang di bangkitkan

dibandingkan dengan jumlah rekening listrik yang ditangguhkan atau

terjual ke pelanggan PLN. Pengertian susut (losses) menurut Sofyan Syafri

26
Harahap dalam bukunya yang berjudul “Teori Akuntansi”,

mendefinisikan bahwa : “Losses adalah turunya nilai ekuitas dari

transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entitas dan

dari seluruh transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama

periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya atau pemberian

kepada pemilik (prive)”.

Susut (losses) menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan

Nomor: 431/KMK.06/2002, mendefinisikan bahwa : “Susut (losses)

adalah sejumlah energi yang hilang dalam proses pengaliran energi listrik

mulai dari Gardu Induk sampai dengan konsumen. Apabila tidak

terdapat gardu induk, susut (losses) dimulai dari gardu distribusi sampai

dengan konsumen”.

Susut (losses) adalah sejumlah energi yang hilang dalam proses

pengaliran energi listrik mulai dari Gardu Induk sampai dengan konsumen.

Apabila tidak terdapat gardu induk, susut (losses) dimulai dari gardu

distribusi sampai dengan konsumen.

Dari penjelasan diatas susut (losses) adalah suatu bentuk kehilangan

energi listrik yang berasal dari selisih sejumlah energi listrik yang

tersedia dengan sejumlah energi listrik yang terjual. Susut (losses) ini

diakibatkan oleh dua faktor yaitu faktor teknis yang berupa masalah

jaringan dan faktor non teknis yaitu ketidakserempakan dalam

pencatatan pemakaian atau dalam perhitungan kWh. Dalam istilah

ekonomi losses ini erat kaitannya dalam masalah biaya efisiensi,

27
sehingga bisa ditarik kesimpulan semakin tidak efisien (biaya tinggi)

maka akan semakin kecil keuntungan dari pendapatan yang diperoleh.

Ketidakefesienan biaya yang terjadi dalam aliran energi listrik erat

kaitannya dengan permasalahan dalam segi teknologi dan peranan sumber

daya manusia.

Menurut Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) No.217-

1.K/DIR/2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Neraca Energi

(Kwh), Jenis susut (losses) energi listrik dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu :

1. Berdasarkan sifatnya, Susut teknis dan non teknis

2. Berdasarkan tempat terjadinya, Susut transmisi dan susut distribusi.

Berdasarkan kutipan diatas maka penjelasannya adalah sebagai

berikut:

1. Berdasarkan sifatnya :

a. Susut Teknis adalah hilangnya energi listrik yang dibangkitkan

pada saat disalurkan karena berubah terjadi energi panas. Susut

teknis ini tidak dapat dihilangkan (fenomena alam).

b. Susut Non Teknis adalah hilang energi listrik yang dikonsumsi

pelanggan maupun non pelanggan karena tidak tercatat dalam

penjualan.

2. Berdasarkan tempat terjadinya :

a. Susut Transmisi adalah hilangnya energi listrik yang dibangkitkan

pada saat disalurkan melalui jaringan transmisi ke gardu induk.

28
b. Susut Distribusi adalah hilangnya energi listrik yang

didistribusikan dari gardu induk melalui jaringan distribusi ke

pelanggan.

Sedangkan menurut Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor.

217-1.K/DIR/2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Neraca Energi

(Kwh), susut (losses) diperinci sebagai berikut :

a. Susut Energi, adalah jumlah energi kwh yang hilang atau

menyusut terjadi karena sebab-sebab teknik maupun non teknik

pada waktu penyediaan dan penyaluran energi.

b. Susut Teknik, adalah susut yang terjadi karena alasan tenik

dimana energi menyusut berubah menjadi panas pada JTT, GI,

JTM, GD, JTR, SR, dan APP.

c. Susut Non Teknik, adalah selisih antara susut energi dan susut

teknik.

d. Susut Tansmisi, adalah susut teknik yang terjadi pada jaringan

transmisi, yang meliputi susut pada Jaringan Tegangan Tinggi

(JTT) dan pada Gardu Induk (GI).

e. Susut Distribusi, adalah susut teknik dan non teknik yang

terjadi pada jaringan distribusi yang meliputi susut pada Jaringan

Tengah Menengah (JTM), Gardu Distribusi (GD), Jaringan Tenaga

Rendah (JTR), Sambungan Rumah (SR) serta Alat Pembatas dan

Pengukur (APP) pada pelanggan TT, TM dan TR. Bila terdapat

Jaringan Tegangan Tinggi yang berfungsi sebagai jaringan

29
distribusi maka susut jaringan ini dimasukkan sebagai Susut

Distribusi.

f. Susut TT, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada sisi

TT, yang merupakan penjumlahan susut pada JTT, GI, dan APP

TT.

g. Susut TM, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi

pada sisi TM, yang merupakan penjumlahan susut pada JTM, GD,

dan APP TM.

h. Susut TR, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada sisi

TR, yang merupakan penjumlahan susut pada JTR, SR dan APP

TR.

i. Susut Jaringan, adalah jumlah energi dalam kwh yang hilang

pada jaringan transmisi dan distribusi, atau merupakan

penjumlahan antara Susut Transmisi dan Susut Distribusi.

Dengan demikian PT. PLN (Persero) dapat menghitung susut

(losses) distribusi energi listrik dengan cara membandingkan antara

energi listrik yang tersedia dengan energi yang terjaul, sehingga rasio

susut dapat dihitung secara singkat dengan formula :

Biaya TTL+ Pembelian TL


Susut= x kWh Susut
k Wh Beli

Sumber: PT PLN (Persero) DJBB

dengan :

kWh Beli = Jumlah energi listrik yang tersedia

30
kWh Jual = Penjualan energi

Apabila hasil perhitungan susut (losses) diatas 10%, maka selisih

lebih susut (losses) tersebut diperhitungkan sebagai penambahan

volume penjualan tenaga listrik dan pengurangan subsidi listrik dari

pemerintah kepada PT. PLN (Persero).

2.2.14 Biaya Pokok Penyediaan (BPP)

Definisi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) adalah total biaya yang

diperlukan untk membangkitkan tiap kWh energi listrik atau menyalurkan

tiap kVA atau menjual tiap kWh energi listrik besarnya tingkat

pengembalian dari investasi pada periode berjalan. Tujuannya adalah

untuk mengukur biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan tiap kWh

energi listrik. Satuannya yaitu Rp/kWh.

Jumlah Biaya Usaha+ Beban Bunga


BPP=
kWh Penjualan Tenaga Listrik

Sumber : Petunjuk teknis KPI Manajemen PT PLN (Persero) Direktorat


Bisnis Regional Tahun 2021

dengan:

Biaya Usaha = Biaya bahan bakar dan pelumas, biaya pembelian tenaga
listrik dan sewa pembangkit, biaya pemeliharaan, biaya
pokok kepegawaian, biaya penyusutan dan biaya
administrasi.

31
Sedangkan Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor.
117/PMK.02/2005 tentang Tata Cara Perhitungan dan Pembayaran Subsidi
Listrik Tahun Anggaran 2005 diperinci sebagai berikut :

1. Golongan Tarif adalah golongan tarif sebagaimana dimaksud dalam


Keputusan Presiden yang mengatur mengenai Harga Jual Tenaga
Listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT.
Perusahaan Listrik Negara.
2. Biaya Pokok Penyediaan (BPP) adalah biaya penyediaan tenaga Listrik
oleh PT PLN (Persero) untuk melaksanakan kegiatan operasi di
pembangkitan, penyaluran (transmisi), dan pendistribusian tenaga
listrik ke pelanggan dibagi dengan total kwh jual.
3. Volume penjualan adalah hasil penjualan tenaga listrik (kWh) dari
masing-masing golongan tarif, dimana :
a. Subsidi listrik diberikan kepada pelanggan dengan golongan tarif
yang harga jual tenaga listrik rata-ratanya lebih rendah dari BPP
tenaga listrik pada tegangan di golongan tarif tersebut.
b. Pemberian subsidi listrik sebagaimana dimaksud pada poin a
dilaksanakan melalui PT PLN (Persero).

Besarnya subsidi listrik dihitung dari selisih negatif antara harga jual
tenaga listrik rata-rata (Rp/kWh) dari masing-masing golongan tarif
dikurangi BPP (Rp/kWh) pada tegangan di masing-masing golongan tarif
tersebut dikalikan volume penjualan (kWh) untuk setiap golongan tarif.

32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Prosedur Penelitian

Prosedur yang kami lalui untuk mendapatkan data yang diperlukan

ialah meminta surat izin penelitian dan pengambilan data mulai dari tingkat

Jurusan, Fakultas, sampai ke instansi terkait.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Kecamatan Pakue Utara

Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun Lokasi

penelitian tersebut ditunjukkan pada gambar 3.1

33
Gambar 3.1 Lokasi Pembangunan PLTM Riorita

Sumber : PT PLN (Persero) UIW Sulselrabar

3.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi atau penelitian dilakukan di PT PLN (Persero) UIW

Sulselrabar. Dalam observasi ini diperoleh informasi data yang

diperlukan untuk perhitungan aliran daya dan akan digunakan untuk

keperluan eksperimen.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu informasi yang diperoleh dengan membaca,

mencatat sistematis yang berkaitan dengan perhitungan aliran daya

yang diperoleh dari sumber tertentu.

3. Wawancara

34
Wawancara dilakukan kepada pegawai di PT PLN (Persero) UIW

Sulselrabar bagian Perencanaan Sistem. Hasil dari wawancara

digunakan untuk melengkapi data yang telah diperoleh sebelumnya.

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah dengan melakukan kajian kelayakan

operasi dengan analisis aliran daya menggunakan software ETAP dengan

menggunakan pendekatan kualitatif dan juga kajian kelayak investasi

menggunakan perhitungan Net Present Value, Internal Rate Return ,Payback

Period dan Benefit Cost Ratio .

Metode analisis data menggunakan metode deskriptif sebagai kegiatan

yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau

menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan yang sedang berjalan dari

pokok suatu penelitian.

Dibawah ini adalah flowchart rancangan penelitian yang akan

dilakukan.

35
Gambar 3.2 Flowchart Metode penelitian

36
3.5 Times Schedule

Berikut Tabel Times Schedule Penelitian ditunjukkan pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Times Schedule

WAKTU PENELITIAN (Tahun 2021)


Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4
NO JENIS KEGIATAN

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Pembuatan / Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Pengumpulan Data
4 Analisis dan Penafsiran Data
5 Penyusunan Tugas Akhir
6 Seminar (Uji) Hasil Penelitian
7 Perbaikan Hasil Seminar Penelitian

37
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kajian Kelayakan Operasi

Kajian operasi dilakukan dengan menggunakan program Software

Distribusi (ETAP), yaitu software yang dipakai dalam melakukan analisa

aliran daya untuk jaringan distribusi di asuhan GI Lasusua dengan

memperhitungkan kondisi eksisting dan pembangunan PLTM Riorita

dalam simulasi Kajian operasi ini.

4.1.1 Analisis Pengaruh Proyek pada Sistem Kelistrikan

A. Analisis Aliran Daya

Analisis aliran daya dilakukan simulasi pada beberapa kondisi

system di asuhan GI Lasusua yaitu :

 Kondisi Eksisting

Kondisi beban sistem GI Lasusua tahun 2021 dengan

kondisi eksisting. Pada kondisi ini, susut teknis pada sistem

GI lasusua sebesar 7,68%. Tegangan pelayanan terendah

sebesar 16,553 kV terjadi di Penyulang Kota Lasusua,

asuhan GH Laha Baru, jurusan Laha Baru.

38
39
Gambar 4.1 Konsisi Eksisting GI Lasusua pada Simulasi ETAP

 Kondisi 1 (satu)

Kondisi 1 adalah Kondisi beban sistem GI Lasusua tahun

2021 dengan kondisi PLTM Riorita beroperasi pada

jaringan eksisting pada jurusan Laha Baru dengan jarak 1

KMS. Pada kondisi ini, susut teknis pada sistem GI

Lasusua sebesar 5,62%. Tegangan pelayanan terendah

sebesar 18,725 kV terjadi di asuhan GH Laha Baru jurusan

Laha Baru hal ini dikarenakan luas penampang pada

jurusan tersebut masih menggunakan penampang AAAC 35

mm2 dan AAAC 70 mm2.

40
41
 Kondisi 2 (dua)

Kondisi 2 adalah Kondisi beban sistem GI Lasusua tahun

2020 dengan kondisi PLTM Riorita beroperasi pada

jaringan eksisting pada asuhan penyulang Laha Baru

dengan asumsi melakukan pembangunan penyulang

ekspres menuju GH Laha Baru dengan dengan konduktor

AAACS 150 mm2 dengan jarak 30 KMS. Pada kondisi ini,

susut teknis pada sistem GI Lasusua sebesar 5.70%.

Tegangan pelayanan terendah sebesar 18.343 kV terjadi di

asuhan penyulang Laha Baru.

42
43
 Kondisi 3 (tiga)

Kondisi beban sistem GI Lasusua tahun 2020 dengan

kondisi PLTM Riorita beroperasi pada jaringan eksisting

pada asuhan penyulang Laha Baru dengan asumsi telah

dilakukan uprating jaringan tegangan menangah dari 35

mm2 dan 70 mm2 menjadi AAACS 150 mm2 dengan jarak

29 KMS. Pada kondisi ini, susut teknis pada sistem GI

Lasusua sebesar 5.10%. Tegangan pelayanan terendah

sebesar 18.659 kV terjadi di asuhan penyulang Laha Baru.

44
45
Keempat kondisi di atas dapat digambarkan melalui tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Hasil Simulasi Aliran Daya

Data tegangan ujung


No Kondisi Susut Ket
kV Penyulang

Kondisi Jaringan
1 Eksisting 7,68% 16,553 F Lahabaru
Eksisting

PLTM
Riorita 1 Konek dengan Jaringan
2 5,62% 18,725 F Lahabaru
MW Eksisting 1 KMS
beroperasi

PLTM
Riorita 1 Konek GH Lahabaru JTM
3 5,70% 18,343 F Lahabaru
MW Ekspres 150 mm 30 KMS
beroperasi

PLTM
Konek dengan Jaringan
Riorita 1
4 5,10% 18,659 F Lahabaru Eksisting 1 KMS dan
MW
Uprating 29 KMS
beroperasi

Dari hasil simulasi tersebut di atas terlihat bahwa masuknya PLTM Riorita

dengan beban 1 MW akan menyebabkan penurunan susut teknis di sistem GI

Lasusua. Selain itu akan membantu menaikkan tegangan pelayanan di daerah

asuhan GH Laha Baru jurusan Laha Baru.

B. Analisis Hubung Singkat

Analisis hubungan singkat dilakukan pada 2 (dua) kondisi

yaitu:

46
1. Kondisi eksisting beroperasi pada sistem GI Lasusua.

Hasil simulasi pada kondisi ini menunjukkan bahwa arus

gangguan hubung singkat terbesar berada di bus GI

Lasusua yaitu sebesar 6,8 kA dan di bus GH Lahabaru yaitu

sebesar 0,637 kA.

2. Kondisi PLTM Riorita yang beroperasi pada sistem GI

Lasusua.

Hasil simulasi pada kondisi ini menunjukkan bahwa arus

gangguan hubung singkat terbesar berada di bus GI Lasusua

yaitu sebesar 6,8 kA dan di bus GH Lahabaru yaitu sebesar

0,745 kA.

47
Arus hubung singkat pada ke-dua kondisi tersebut di atas

masih berada di rating capacity peralatan distribusi yang

terpasang.

4.1.2 Kesimpulan Kajian Kelayakan Operasi

Dari Kajian Kelayakan Operasi yang telah dipaparkan di atas

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

 Masuknya PLTM Riorita akan menurunkan susut teknis di

system GI Lasusua dan dapat membantu menaikkan

tegangan pelayanan di asuhan penyulang Laha Baru.

 Untuk mendukung penurunan susut teknis dan

peningkatan keandalan system khususnya dalam rangka

48
mendukung masuknya PLTM Riorita diperlukan uprating

jaringan tegangan menengah pada jurusan Laha Baru

sampai ke GH Laha Baru.

4.2 Kajian Kelayakan Finansial

Pada kajian kelayakan finansial ini investasi/pembangunan pembangkit

akan dilaksanakan oleh PLN. Perhitungan finansial dilakukan dengan

menghitung nilai investasi pembangunan PLTM dan Uprating dan

rekonstruksi JTM dengan konduktor 35 mm dan 70 mm menjadi 150 mm

sepanjang 29 KMS dibandingkan dengan Penjualan Tenaga Listrik.

4.2.1 Asumsi yang Digunakan

Tabel 4.2 Asumsi Kelayakan Finansial

N
URAIAN SATUAN NILAI KET
O

Investment Cost
1 Biaya Investasi Rp. Juta 46.109,37 (Technology Data for the
Indonesian Power Sector)

2 Discount Rate % 9,24 Asumsi

3 Eskalasi % 2,00 Asumsi

4 Kurs US $ Rp/US$ 14.200,00 Asumsi RKAP 2021

Asumsi (Technology Data


Biaya O&M
5 % 1,66% for the Indonesian Power
(terhadap investasi)
Sector)

Pajak Permukaan
6 Rp/kWh 5,00 Asumsi
Air

7 Harga Jual Rata Rp/kWh 1.150 Realisasi Tul III-09 UP3

49
Rata Kendari Desember 2020

Sesuai capacity balance


8 Pertumbuhan Beban % 5,86
RUPTL 2019-2028

9 Kapasitas MW 1,00 RUPTL 2019-2023

10 Produksi MWh 5.431,20 Asumsi FS

11 Capacity Factor % 62,00 Asumsi FS

12 Susut Distribusi % 5,10 Asumsi dari load flow Etap

Umur Ekonomis Sesuai Perdir Masa Manfaat


13 Tahun 40,00
Proyek 0299/2016

Kenaikan biaya investasi


14 Sensitivitas
proyek

4.2.2 Analisis Kajian Kelayakan Finansial

Net benefit dalam perhitungan kajian kelayakan finansial

pembanguna PLTM Riorita 2.67 MW didapat dari seliaisi dari

total biaya (jumlah biaya investasi pembangunan infrastruktur

ditambah dengan biaya PPA dan Biaya O&M) dengan penjualan

kWh yang dibangkitkan oleh PLTM Riorita.

Hasil analisa IRR, NPV, dan B/C untuk pembangunan PLTM

Riorita 1 MW dapat dilihat pada tabel berikut.

50
Tabel 4.3 Perhitungan Finansial Biaya Investasi
Penyediaan Energi Penjualan kWh
Net Benefit PV Net ∑PV Net
Tahun Kap CF Energy Biaya O& M Penjualan
Tahun PPA Jumlah loses kWh Jual Alt. 1-2 Factor PV Benefit Benefit
Ke - (MW) (%) Produksi Investasi Cost Energi
(M Rp) (M Rp) (MWh) (MWh) (M Rp) (M Rp) (M Rp)
(MWh) (M Rp) (M Rp) (M Rp)
-1 2021 - - - 11.53 - - 11.53 - - - (11.53) 1.000 (11.53) (11.53)
0 2022 - - - 34.58 - - 34.58 - - - (34.58) 0.893 (30.88) (42.40)
1 2023 1.00 62.00 5,431.2 - 0.028 0.77 0.80 276.99 5,154.21 6.17 5.37 0.797 4.28 (38.13)
2 2024 1.00 62.00 5,431.2 - 0.029 0.77 0.80 276.99 5,154.21 6.29 5.49 0.712 3.91 (34.22)
3 2025 1.00 62.00 5,431.2 - 0.029 0.77 0.80 276.99 5,154.21 6.42 5.61 0.636 3.57 (30.65)
4 2026 1.00 62.00 5,431.2 - 0.030 0.77 0.80 276.99 5,154.21 6.54 5.74 0.567 3.26 (27.39)
5 2027 1.00 62.00 5,431.2 - 0.031 0.77 0.80 276.99 5,154.21 6.68 5.87 0.507 2.98 (24.42)
6 2028 1.00 62.00 5,431.2 - 0.031 0.77 0.80 276.99 5,154.21 6.81 6.01 0.452 2.72 (21.70)
7 2029 1.00 62.00 5,431.2 - 0.032 0.77 0.80 276.99 5,154.21 6.94 6.14 0.404 2.48 (19.22)
8 2030 1.00 62.00 5,431.2 - 0.032 0.77 0.80 276.99 5,154.21 7.08 6.28 0.361 2.26 (16.96)
9 2031 1.00 62.00 5,431.2 - 0.033 0.77 0.81 276.99 5,154.21 7.23 6.42 0.322 2.07 (14.89)
10 2032 1.00 62.00 5,431.2 - 0.034 0.77 0.81 276.99 5,154.21 7.37 6.56 0.287 1.89 (13.00)
11 2033 1.00 62.00 5,431.2 - 0.034 0.77 0.81 276.99 5,154.21 7.52 6.71 0.257 1.72 (11.28)
12 2034 1.00 62.00 5,431.2 - 0.035 0.77 0.81 276.99 5,154.21 7.67 6.86 0.229 1.57 (9.71)
13 2035 1.00 62.00 5,431.2 - 0.036 0.77 0.81 276.99 5,154.21 7.82 7.01 0.205 1.44 (8.27)
14 2036 1.00 62.00 5,431.2 - 0.037 0.77 0.81 276.99 5,154.21 7.98 7.17 0.183 1.31 (6.96)
15 2037 1.00 62.00 5,431.2 - 0.037 0.77 0.81 276.99 5,154.21 8.14 7.33 0.163 1.20 (5.77)
16 2038 1.00 62.00 5,431.2 - 0.038 0.77 0.81 276.99 5,154.21 8.30 7.49 0.146 1.09 (4.68)
17 2039 1.00 62.00 5,431.2 - 0.039 0.77 0.81 276.99 5,154.21 8.47 7.65 0.130 1.00 (3.68)
18 2040 1.00 62.00 5,431.2 - 0.040 0.77 0.81 276.99 5,154.21 8.64 7.82 0.116 0.91 (2.77)
19 2041 1.00 62.00 5,431.2 - 0.040 0.77 0.81 276.99 5,154.21 8.81 8.00 0.104 0.83 (1.94)
20 2042 1.00 62.00 5,431.2 - 0.041 0.77 0.81 276.99 5,154.21 8.98 8.17 0.093 0.76 (1.19)
21 2043 1.00 62.00 5,431.2 - 0.042 0.77 0.81 276.99 5,154.21 9.16 8.35 0.083 0.69 (0.50)
22 2044 1.00 62.00 5,431.2 - 0.043 0.77 0.81 276.99 5,154.21 9.35 8.53 0.074 0.63 0.13
23 2045 1.00 62.00 5,431.2 - 0.044 0.77 0.82 276.99 5,154.21 9.53 8.72 0.066 0.57 0.71
24 2046 1.00 62.00 5,431.2 - 0.045 0.77 0.82 276.99 5,154.21 9.72 8.91 0.059 0.52 1.23
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
… … … … … … … … … … … … … … … …
48 2070 1.00 62.00 5,431.2 - 0.072 0.77 0.84 276.99 5,154.21 15.64 14.80 0.004 0.06 6.07
49 2071 1.00 62.00 5,431.2 - 0.073 0.77 0.85 276.99 5,154.21 15.95 15.11 0.003 0.05 6.12
50 2072 1.00 62.00 5,431.2 - 0.075 0.77 0.85 276.99 5,154.21 16.27 15.43 0.003 0.05 6.17

JUMLAH 217,248 Total Cost 48.33 Total Benefit 53.75 5.42


IRR 13.32%
NPV 5.42
B/C 1.11
PP 22 Tahun

Berdasarkan perhitungan Analisa finansial/keekonomian

pembangunan PLTM Riorita 1 MW diperoleh hasil sebagai berikut

 IRR = 13,32% (≥ 9,24%)

 NPV = Rp 5,42 Milyar (> Rp.0)

 B/C = 1,11 (> 1)

 PP = 22 Tahun

4.2.3 Analisis Sensitivitas

51
Analisis sensitivitas dilakukan dengan menaikkan nilai investasi

dari 10% sampai dengan 20%. Tabel di bawah menunjukkan hasil

Analisa sensitivitas terhadap pembangunan PLTM Riorita 1 MW.

Tabel 4.4 Analisis Sensitivitas

Uraian NPV IRR B/C PP

Base 5,42 13,32% 1,11% 22 Tahun

EPC Naik 10% 0,61 12,14% 1,01% 36 Tahun

>100
EPC Naik 20% -4,20 11,13% 0,93%
Tahun

Berdasarkan perhitungan analisa sensitivitas untuk pembangunan

PLTM Riorita 1 MW diatas dengan menaikkan nilai investasi dari

10% sampai dengan 20% sehinggga indikator-indikator dasar yang

digunakan untuk analisis kelayakan finansial/keekonomian menjadi

semakin rendah dikarenakan kenaikkan nilai investasi EPC. Namun

apabila kenaikan nilai investasi EPC melebihi 11% maka

pembangunan PLTM Riorita 1 MW tidak layak dikarenakan nilai

NPV minus, IRR dibawah Discount Rate dan BC rasio kurang dari

1.

4.2.4 Kesimpulan Kajian Kelayakan Finansial

Sesuai Analisa finansial di atas maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

52
1. Berdasarkan analisa Finansial dengan membandingkan

biaya investasi terhadap pendapatan penjualan kWh dapat

disimpulkan Indikator analisa keekonomian sebesar IRR

13,32% diatas 9,24%, NPV 5,42 Milyar Rupiah bernilai

positif, B/C Ratio 1,11 diatas 1 dan Payback periode 22

tahun.

2. Berdasarkan analisa sensitivitas akibat naiknya nilai

investasi dari 10% sampai dengan 20% dapat menurunkan

Payback Period, IRR, NPV, dan B/C ratio.

53
BAB V

SARAN DAN KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil kajian kelayakan operasi dengan beroperasinya

PLTM Riorita pada sistem GI Lasusua, susut teknis dapat diturunkan

dan tegangan pelayanan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu,

Pembangunan PLTM Riorita pada Sistem GI Lasusua dinyatakan layak

secara operasi.

2. Berdasarkan hasil kajian kelayakan finansial dengan membandingkan

biaya investasi terhadap pendapatan penjualan kWh Listrik, diperoleh

nilai IRR, NPV dan B/C Ratio diatas standard yang telah ditetapkan.

Serta diperoleh masa payback period selama 22 Tahun. Oleh karena

itu, Pembangunan PLTM Riorita pada Sistem GI Lasusua dapat

dinyatakan layak secara finansial.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian, analisis dan kesimpulan di atas, penulis memberikan

saran sebagai berikut :

54
1. Demi mengoptimalkan peningkatan keandalan jaringan distribusi

dengan masuknya PLTM Riorita, penulis menyarankan agar dilakukan

uprating jaringan tegangan menengah terhadap penyulang pada

Jurusan Laha Baru sampai dengan GH Laha Baru.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar peneliti dapat

menganalisis kapasitas maksimal untuk PLTM Riorita selain yang

telah ditetapkan pada RUPTL 2019 – 2028.

55
DAFTAR PUSTAKA

Pugi Wasi Jatmika. 2020. Kajian Kelayakan Proyek Pembangunan PLTM Lapai
1 (2 x 2,0 MW). Makassar : PT PLN (Persero) UIW Sulselrabar
Arie Widyastuti. 2006. Analisis Kelayakan Proyek Pembangkit Listrik Energi
Panas Bumi Dengan Menggunakan Capital Budgeting Technique.
Bandung : Universitan Padjajaran
Cahayati. 2009. Analisa Aliran Daya Newton Raphson Menggunakan Electrical
Transient Analyzer Program (ETAP) Simulink (Aplikasi : Sistem
Sumbar-Riau-Jambi).
Padang : Universitan Bung Hatta
Dr. Ramadoni syahputra. 2017. Buku Ajar Transmisi Dan Distribusi Tenaga
Listrik.
Yogyakarta : LP3M UMY Yogyakarta
Badaruddin dan Heri Kiswanto. 2015. Studi Analisa Perencanaan Instalasi
Distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah (Sutm) 20 KV
Jakarta : Universitas Mercu Buana
PT PLN (Persero) Pusdiklat. Manajemen Anggaran
Jakarta : PT PLN (Persero) Pusdiklat
Blogspot.com.2014.Definisi Susut.
https://teranginegeriku.blogspot.com/2014/12/susut-definisi.html
Jakarta. Terangi Negeriku
PT PLN (Persero). 2005. Pedoman Penyusunan Laporan Neraca Energi (kWh).
Jakarta. PT PLN (Persero) Kantor Pusat
PT PLN (Persero) Direktorat Bisnis Regional. 2021. Petunjuk Teknis KPI
Manajemen PT PLN (Persero) Tahun 2021.
Jakarta. PT PLN (Persero) Kantor Pusat.
Daya Mandiri Survey. 2018. Topographic Survey Report Riorita SHPP Design
Extension. Sulawesi Tenggara. JV Lahmeyer International and
NEWJWC in Association with Connusa Energindo.

56
LAMPIRAN

57
58
Annex 4.8 Geological Map of Riorita

59
Topographic Survey Report Riorita SHPP Design Extension

60
Riorita SHPP locatin data

61
Lokasi Projek Riorita

62
Area to be mapped as described in the scope of work.

63
Survei pengintaian bendung atas Riorita, gambar searah jarum jam. Kondisi dalam daerah
hulu bendung 2016.

64
Pengukuran detail sungai bending hulu Riorita.

65
Pengukuran penampang sungai bending hulu Riorita.

66

Anda mungkin juga menyukai