Anda di halaman 1dari 244

DASAR - DASAR PERENCANAAN PEMBANGKIT

SUHENDAR
LISTRIK TENAGA SURYA
DASAR – DASAR PERENCANAAN PEMBANGKIT

LISTRIK
TENAGA
SURYA

SUHENDAR
DASAR – DASAR PERENCANAAN PEMBANGKIT

LISTRIK TENAGA SURYA

Penulis : SUHENDAR
ISBN : 978-623-453-021-6
Editor : Dema Tesniyadi
Desain Sampul : Tim Desain Media Edukasi
Layout : Pitriyani

Cetakan Pertama, Maret 2022


v + 237 hlm. ; 15 x 23 cm

Penerbit:
Media Edukasi Indonesia (Anggota IKAPI)
Jalan Lingkar Caringin Cisoka Tangerang
Banten Kode Pos 15730
Email: indonesiamediaedukasi@gmail.com
WhatsApp Only: 087871944890

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun
juga tanpa izin tertulis dari penerbit.
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas hidayah dan kekuatan yang
diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ajar berjudul Dasar-
Dasar Perencanaan Pembangkitan Listrik Tenaga Surya. Tanpa karunia berupa
petunjuk, kekuatan, dan kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT, niscaya penulis
tidak akan mampu melakukan pengujian dan analisis untuk penelitian lebih lanjut
guna menyusun dan menuntaskan buku ini. Buku referensi ini lebih spesifik
bertujuan untuk melengkapi kebutuhan literatur pada beberapa matakuliah, yaitu
matakuliah Energi Baru Terbarukan, Perencanaan Instalasi Tenaga Listrik,
Pembangkit Tenaga Listrik, dan Manajemen Energi di Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) Banten. Buku ini
ditulis berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pengujian-pengujian di laboratorium.
Konsep dasar tentang energi surya, potensi dan pemanfaatannya yang disajikan
dalam buku ini akan memberikan pemahaman kepada para pengguna karena proses
analisisnya berbantu sistem komputasi menggunakan perangkat lunak HOMER dan
PvSyst. Materi ajar yang disampaikan dalam buku ini meliputi pengenalan tentang
energy surya, memahami konsep dasar perencanaan, penggunaan simulator HOMER
dan PvSyst, dan implementasi perhitungan menggunakan kedua perankat lunak
tersebut.
Para Mahasiswa dan Dosen dapat menggunakan buku ini sebagai
pelengkap referensi lain dalam beberapa matakuliah yang bersesuaian, sedangkan
bagi para pengguna umum atau praktisi dapat menggunakan buku ini sebagai bahan
untuk memperkaya pemahaman. Pendekatan yang digunakan dalam buku ini adalah
teoritis dan praktis. Pendekatan teoritis dikembangkan guna memberikan
pemahaman dasar kepada para pembaca tentang konsep energi surya dan
pemanfaatannya. Pendekatan teori yang menjelaskan tentang konsep dasar energy,
matahari, dan pemanfaatan energy surya sebagai pembangkit listrik, dibahas mulai
dari Bab 1 sampai dengan Bab 5. Desain perencanaan instalasi listrik dan kebutuhan
komponen lainnya disampaikan di dalam Bab 6. Sedangkan untuk memudahkan
melakukan analisis praktis dan simulasi, Bab 7 membekali para pembaca dengan
penggunaan perangkat simulator HOMER dan PvSyst. Sisa 4 bab terakhir lainnya,
membahas dan memberikan contoh implementasi potensi pemanfaatan energy surya
untuk pasokan listrik di gedung, laboratorium, serta di ruang terbuka dan perumahan
di wilayah Serang dan Cilegon Banten. Beberapa contoh implementasi ini
disampaikan dalam buku ini berdasarkan hasil-hasil penelitian dalam 4 tahun
terakhir yang telah dilakukan oleh penulis beserta tim yang melibatkan beberapa
orang dosen dan mahasiswa.

i KATA PENGANTAR | LISTRIK TENAGA SURYA


Untuk lebih memperdalam pemahaman para mahasiswa dan para pembaca,
maka dalam buku ini disajikan beberapa contoh analisis dan implemntasi model
komputasi menggunakan HOMER dan PvSyst. Pada setiap akhir bab dalam buku
ini dilengkapi juga dengan pertanyaan dan soal lanjutan untuk memperdalam
pemahaman lebih lanjut secara langsung oleh para mahasiswa dan para pembaca.
Akhirnya pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih kepada
Teman-teman Dosen dan para mahasiswa Jurusan Teknik Elektro UNTIRTA
Banten, terima kasih atas dukungannya. Kepada Susrini istriku tersayang dan anak-
anakku tercinta: Nazhmi, Naufal, Naila, Sultan, dan Puri Indah yang dengan sabar
senantiasa mendorong dan menyemangati Abi untuk menyelesaikan buku ini.
Semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan do’anya
dibalas oleh Allah SWT dengan pahala Surga-Nya, Amin.

Serang, Maret 2022

Penulis

LISTRIK TENAGA SURYA | KATA PENGANTAR ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB 1 SUMBER-SUMBER ENERGI TERBARUKAN DI


INDONESIA .................................................................................. 1
A. Gambaran Umum Kebutuhan Energi Di Indonesia ................. 1
B. Jenis-jenis Sumber Energi ........................................................ 2
C. Sumber Energi Terbarukan Di Indonesia................................. 6
D. Keunggulan Dan Kelemahan Energi Matahari Sebagai Energi
Terbarukan ............................................................................... 8

BAB 2 ENERGI MATAHARI ............................................................... 11


A. Potensi Matahari .................................................................... 11
B. Matahari Sebagai Sumber Energi .......................................... 12
C. Teknologi Pemanfaatan Energi Matahari .............................. 13
D. Pemanasan Air ....................................................................... 19
E. Pemanasan, Pendinginan, dan Ventilasi ................................ 20
F. Pengolahan Air ....................................................................... 21
G. Panas Proses ........................................................................... 22
H. Produksi Listrik ...................................................................... 23
I. Fotovoltaik ............................................................................. 24
J. Metode Penyimpanan Energi ................................................. 25

BAB 3 ENERGI SURYA SEBAGAI SUMBER LISTRIK ................. 27


A. Potensi Radiasi Energi Surya ................................................. 27
B. Sel Surya ................................................................................ 28
C. Potensi Surya sebagai Pembangkit Listrik ............................. 32

iii DAFTAR ISI | LISTRIK TENAGA SURYA


BAB 4 SISTEM LISTRIK TENAGA SURYA ..................................... 33
A. Komponen-komponen Listrik Tenaga Surya ......................... 33
B. Model Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ..... 43
C. Aspek Biaya ........................................................................... 45
D. Faktor Pemulihan Modal (Capital Recovery Factor) ............. 46
E. Teknik Analisis Kelayakan Investasi ..................................... 47

BAB 5 ANALISIS BIAYA SISTEM LISTRIK TENGA SURYA ...... 50


A. ASPEK-ASPEK BIAYA PLTS ............................................. 50
B. Teknik Analisis Kelayakan Investasi ..................................... 52
C. Faktor Pengoperasian Panel Surya ......................................... 54
D. Energi Listrik ......................................................................... 56
E. Langkah-Langkah Menghitung Biaya Pemasangan Listrik
Tenaga Surya.......................................................................... 57

BAB 6 DESAIN PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK ............... 61


A. Sistem Penerangan dan Armatur ............................................ 61
B. Model-model Sistem Penerangan .......................................... 67
C. Lampu Sebagai Penerangan ................................................... 69

BAB 7 PERANGKAT SIMULATOR HOMER & PVSYST .............. 73


A. Homer Energy ........................................................................ 73
B. Simulasi PLTS Menggunakan PVSYST ................................. 76

BAB 8 IMPLEMENTASI & PERHITUNGAN KEBUTUHAN


BEBAN LISTRIK ....................................................................... 83
A. Jenis-jenis Data Input Perhitungan ........................................ 83
B. Pengujian Pencahayaan dengan Parameter Berbeda .............. 86
C. Perbandingan Hasil Pengujian Program dan Manual ............ 93
D. Analisis Hasil ......................................................................... 97

BAB 9 PERENCANAAN & IMPLEMENTASI PLTS DI GEDUNG


LABORATORIUM ................................................................... 100
A. Profil Gedung Laboratorium ................................................ 100
B. Konsumsi Energi Listrik pada Gedung Baru FT. Untirta .... 103
C. Perancangan Komponen PLTS ............................................ 108
D. Pemasangan Panel Surya ..................................................... 118
E. Pengujian Sistem PLTS ....................................................... 120

LISTRIK TENAGA SURYA | DAFTAR ISI iv


F. Analisa Biaya PLTS ............................................................. 124

BAB 10 PERENCANAAN & IMPLEMENTASI PLTS DI THE


ROYALE HOTEL CILEGON................................................. 136
A. Potensi Energi Matahari ....................................................... 136
B. Menentukan Sistem PLTS ................................................... 138
C. Kapasitas Komponen PLTS ................................................. 141
D. Pemasangan Panel Surya ..................................................... 148
E. Pengujian Sistem PLTS ....................................................... 149
F. Analisis Aspek Biaya ........................................................... 152

BAB 11 PERENCANAAN & IMPLEMENTASI PLTS DI GEDUNG


PERKULIAHAN ....................................................................... 158
A. Gambaran Umum Gedung Perkuliahan FT UNTIRTA ....... 158
B. Simulasi PLTS ..................................................................... 169
C. Analisa Biaya Energi ........................................................... 172

BAB 12 PERENCANAAN & IMPLEMENTASI PLTS DI DI


KOMPLEK PERUMAHAN .................................................... 178
A. Pengukuran Energi Matahari ............................................... 178
B. Potensi Ruang Terbuka Area PLTS ..................................... 183
C. Sistem Kelistrikan Perumahan Serang Cilegon ................... 186
D. Potensi Energi Matahari sebagai Pembangkit Listrik .......... 186
E. PERHITUNGAN BIAYA PLTS ......................................... 200

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 231

v DAFTAR ISI | LISTRIK TENAGA SURYA


SUMBER-SUMBER ENERGI TERBARUKAN BAB
DI INDONESIA 1

KOMPETENSI DASAR

Setelah mengikuti pembahasan dalam bab ini, mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan tentang tingkat kebutuhan energi di Indonesia
2. Membedakan sumber-sumber energi terbarukan di Indonesia
3. Menyebutkan potensi energi surya untuk pasokan listrik di Indonesia
4. Membedakan keunggulan dan kelemahan energi matahari sebagai energi
alternatif terbarukan

A. Gambaran Umum Kebutuhan Energi Di Indonesia

Sejak tahun 2013, Kementerian ESDM menyampaikan telah informasi


bahwa kebutuhan energi meningkat akibat bertambahnya jumlah rumah, beragam
bangunan komersial serta industri.Terdapat empat sektor utama pengguna energi,
yaitu sektor rumah tangga, komersial, industri dan transportasi. Saat ini pengguna
energi terbesar adalah sektor industri dengan pangsa 44,2%. Konsumsi terbesar
berikutnya adalah sektor transportasi dengan pangsa 40,6%, diikuti dengan sektor
rumah tangga sebesar 11,4% dan sektor komersial sebesar 3,7%. Bahkan Indonesia
dituntut dan memiliki kepentingan untuk mengelola dan menggunakan energi se-
fektif dan se-efisien mungkin sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah
penduduk yang pesat,
Selain itu, salah satu misi dan sasaran kebijakan Energi Nasional
sebagaimana tertuang dalam Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2006–2015
adalah meningkatkan peran energi alternatif dan meningkatkan peran energi baru
terbarukan pada tahun 2025 sebesar 5%. Oleh karena itu, kondisi yang diharapkan
ke depan adalah menemukan cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi
melalui penciptaan energi alternatif maupun menerapkan pola manajemen
penghemetan pada masing-masing sektor pengguna energi. Sampai saat ini,
sumber energi yang digunakan sebagian besar masih berasal dari fosil, yaitu minyak
bumi sebesar 46,9%, batu bara sebanyak 26,4% dan gas alam sebesar 21,9%.
Sementara tenaga air (hidro) dan energi terbarukan lainnya hanya sekitar 4,8% dari
total sumber daya energi yang termanfaatkan.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 1 1


Permintaan energi dunia terus meningkat sepanjang sejarah peradaban umat
manusia.Proyeksi permintaan energi pada tahun 2050 hampir mencapai tiga kali
lipat. Tampaknya masalah energi akan tetap menjadi topik yang harus dicarikan
solusinya secara bersama-sama. Pemanfaatan energi telah berkembang dan
meningkat sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri.Usaha-usaha untuk
mendapatkan energy alternatif telah lama dilakukan untuk mengurangi
ketergantungan terhadap sumber daya minyak bumi. Pemanfaatan minyak bumi
diperkirakan akan habis dalam waktu yang tidak lama jika pola pemakaian seperti
sekarang ini yang justru semakin meningkat dengan meningkatnya industri maupun
transportasi. Selain itu dari berbagai penelitian telah didapat gambaran bahwa
kualitas udara telah semakin mengkawatirkan akibat pembakaran minyak bumi.
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya
energy dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada
daerahkhatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama 10-
12 jamdalam sehari. Potensi sumber energi matahari di Indonesia sebagai sumber
energi listrikalternatif sangat perlu dimanfaatkan mengingat, total intensitas
penyinaran rata-rata 4,5kWh per meter persegi perhari, matahari bersinar berkisar
2000 jam per tahun, sehingga tergolong kaya sumber energi matahari. Data Ditjen
Listrik dan Pengembangan Energi pada tahun 1997, kapasitas terpasang listrik
tenaga surya di Indonesia mencapai 0,88MW dari potensi yang tersedia 1,2 x 109
MW.
Oleh karena itu, optimalisasi pemanfaatan energi lokal termasuk energi
terbarukan di dalamnya diarahkan pada upaya:
1. Pengembangan Desa Mandiri Energi dan Pengembangan kawasan khusus
energi,
2. Pengembangan pemanfaatan energi untuk kegiatan ekonomi,
3. melakukan diversifikasi energi dengan memaksimalkan sumber daya energi
alternatif untuk transportasi, rumah tangga dan industri,
4. termasuk melakukan diversifikasi pembangkit tenaga listrik skala kecil dan
menengah dari sumber energi baru terbarukan.

B. Jenis-jenis Sumber Energi

1. Energi Minyak

Sumber energi lainnya adalah pembangkit listrik tenaga diesel dengan


menggunakan minyak sebagai bahan bakar. Pembangkit ini adalah pembangkit
listrik yang banyak digunakan di Indonesia. Negara Indonesia adalah salah satu
negara di dunia yang memiliki sumber minyak bumi yang berlimpah. Kelemahan
dari sumber energi minyak ini adalah pembangkit ini dapat menyebabkan asap yang
dapat menjadikan polusi udara. Walaupun sekarang ini ketersediaan minyak masih

2 BAB 1 | LISTRIK TENAGA SURYA


banyak, tetapi kita juga harus ingat bahwa minyak merupakan sumber alam yang
tidak bisa diperbarui. Dengan kondisi demikian penggunaan sumber energi
alternatif.

Gambar 1.1 Lokasi Kilang Minyak Lepas Pantai [3]

2. Energi Panas Bumi

Panas bumi dapat dijadikan sebagai salah satu sumber energi alternatif untuk
pembangkit listrik. Kelebihan menggunakan energi panas bumi ini adalah dapat
selalu digunakan dan tidakakan pernah habis. Hal ini tentunya berbeda dengan
penggunaan energi yang bersumber dari minyak dan batu bara. Hanya saja karena
berbagai sebab, tidak banyak tempat yang dibangun untuk pembangkit jenis ini.

Gambar 1.2 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) [3]

3. Energi Hidroelektrik

Hidroelektrik atau lebih sering disapa dengan energi bendungan memiliki


cara kerja dengan memutar turbin. Energi ini termasuk dalamjenis energi yang tidak
terbatas,yaitu dengan memanfaatkan air di bendungan untuk memutar turbin.
Kelemahan dari sumber energi ini, adalah sangat berisiko jika terjadi hujan lebat
yang dapat menimbulkan banjir besar. Selain itu, apabila kondisi iklim dan cuaca
sedang kemarau maka kekuatan air yang tersedia tidak akan mampu untuk memutar
turbin.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 1 3


Gambar 1.3 Energi Hidroelektrik [3]

4. Energi Gelombang

Energi gelombang dapat menjadi sumber energi listrik dengan memanfaatkan


kekuatan ombak. Dengan menggunakan sumber energi ini tentu tidak akan
menimbulkan polusi udara. Diperlukan pembangunan reaktor memperoleh energi
gelombang menjadi listrik. Adapun kekurangan dari sumber energi alternatif ini
biasanya gelombang yang datang tidak teratur, terkadang muncul dengan deras tetapi
ada kalanya lemah sehingga energi listrik yang dihasilkan menjadi tidak stabil.

5. Energi Angin

Memanfaatkan energi listrik yang berasal dari angin dapat menghemat


beberapa hal karena penggunaan pembangkit ini bisa dikatakan tidak membutuhkan
suatu bahan bakar. Angin adalah udara yang bergerak, sehingga tidak membutuhkan
biaya untuk memperolehnya. Hanya saja penggunaan dan pemanfaatan pembangkit
yang bersumber dari angin ini memerlukan areal atau daerah luas dan memiliki angin
kencang. Selain itu, untuk menghasilkan energi listrik yang besar, dibutuhkan
pembuatan turbin yang cukup banyak. Kekurangan dari sumber energi alternatif ini
adalah apabila angin tidak bertiup dengan kencang, maka energi listrik yang
dihasilkan pun akan sedikit. Sebagai salah satu sumber energi alternatif, angin dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan mendirikan turbin-turbin di daerah-
daerah Indonesia yang memiliki angin kencang.

Gambar 1.4 Energi dan Kincir Angin [3]

4 BAB 1 | LISTRIK TENAGA SURYA


6. Energi Biomassa

Sebagai negara agraris, negara Indonesia memiliki keragaman hayati yang


berlimpah. Perkebunan dan perladangan menjadi salah satu mata pencaharian
masyarakat Indonesia. Dengan keanekaragaman flora tersebut, maka ada beberapa
jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik. Dengan
memanfaatkan tanaman biomassa, kita dapat menghasilkan energi listrik. Selain itu,
tanaman ini dapat kita perbarui dengan cara menanam kembali sehingga apabila
habis dapat diganti dengan tanaman baru. Kekurangan pemanfaatan energi listrik
dari biomassa adalah apabila membakar tanaman ini, maka akan menghasilkan
polusi besar-besaran. Kemudian untuk pemeliharaannya diperlukan lahan yang
cukup luas untuk membangun kebun tanaman ini.

Gambar 1.5 Sumber Energi Biomassa [4]

7. Energi Pasang Surut


Sumber energi dari pasang surut air laut, adalah penghasil energi yang tidak
ada habisnya serta tidak mengakibatkan polusi udara. Kekurangan dari penggunaan
energy pasang surut ini karena pasang surut hanya terjadi dua kali dalam sehari maka
hanya pada waktu itulah energy dapat dihasilkan. Dampak buruk lainnya dari
penggunaan energi ini, adalah terganggunya ekosistem bawah laut.

Gambar 1.6 Pemanfaatan Energi Pasang Surut [4]

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 1 5


C. Sumber Energi Terbarukan Di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi energi


terbarukan (renewable energy) melimpah dan layak untuk dikembangkan. Sumber
energi terbarukan tersebut dapat memenuhi kebutuhan energi di Indonesia.
Walaupun pada kenyataannya belum seluruh potensi tersebut dapat dimanfaatkan
secara maksimal. Energi terbarukan adalah sumber energi yang cepat dipulihkan
kembali secara alami dan dapat diproses secara berkelanjutan. sumberdaya energi ini
secara alami tidak akan habis bahkan berkelanjutan (sustainable energy).
Konsep energi terbarukan mulai dikenal di dunia pada era 1970-an.
Pemanfaatan sumber energy ini muncul dan menjadi trend sebagai antitesis terhadap
pengembangan dan penggunaan energi berbahan fosil (batubara, minyak bumi, dan
gas alam) dan nuklir yang sangat terbatas dan akan segera habis dalam jangka waktu
tertentu. Selain dapat dipulihkan kembali, energi terbarukan diyakini lebih bersih
(ramah lingkungan), aman, dan terjangkau masyarakat. Penggunaan energi
terbarukan lebih ramah lingkungan karena mampu mengurangi pencemaran
lingkungan dan kerusakan lingkungan di banding energi non-terbarukan.

Gambar 1.7 Gambaran Umum Sumber Energi dan Listrik [4]

Sedikitnya terdapat 8 jenis sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan dan
dioptimalkan di Indonesia, seperti diuraikan pada sub bab berikut.

1. Biofuel
Biofuel atau bahan bakar hayati adalah sumber energi terbarukan berupa
bahan bakar (baik padat, cair, dan gas) yang dihasilkan dari bahan-bahan
organik.Sumber biofuel adalah tanaman yang memiliki kandungan gula tinggi
(seperti sorgum dan tebu) dan tanaman yang memiliki kandungan minyak nabati
tinggi (seperti jarak, ganggang, dan kelapa sawit).

6 BAB 1 | LISTRIK TENAGA SURYA


2. Biomassa
Biomassa adalah jenis energi terbarukan yang mengacu pada bahan biologis
yang berasal dari organisme yang hidup atau belum lama mati. Sumber biomassa
antara lain bahan bakar kayu, limbah dan alkohol. Pembangkit listrik biomassa di
Indonesia seperti PLTBM Pulubala di Gorontalo yang memanfaatkan tongkol
jagung.

3. Panas Bumi
Energi panas bumi atau geothermal adalah sumber energi terbarukan berupa
energi thermal (panas) yang dihasilkan dan disimpan di dalam bumi. Energi panas
bumi diyakini cukup ekonomis, berlimpah, berkelanjutan, dan ramah
lingkungan.Namun pemanfaatannya masih terkendala pada teknologi eksploitasi
yang hanya dapat menjangkau di sekitar lempeng tektonik. Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang dimiliki Indonesia antara lain: PLTP Sibayak di
Sumatera Utara, PLTP Salak (Jawa Barat), PLTP Dieng (Jawa Tengah), dan PLTP
Lahendong (Sulawesi Utara).
4. Air
Energi air adalah salah satu alternatif bahan bakar fosil yang paling umum.
Sumber energi ini didapatkan dengan memanfaatkan energi potensial dan energi
kinetik yang dimiliki air. Sat ini, sekitar 20% konsumsi listrik dunia dipenuhi dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Di Indonesia saja terdapat puluhan PLTA,
seperti: PLTA Singkarak (Sumatera Barat), PLTA Gajah Mungkur (Jawa Tengah),
PLTA Karangkates (Jawa Timur), PLTA Riam Kanan (Kalimantan Selatan), dan
PLTA Larona (Sulawesi Selatan).

5. Angin

Energi angin atau bayu adalah sumber energi terbarukan yang dihasilkan oleh
angin.Kincir angin digunakan untuk menangkap energi angin dan diubah menjadi
energi kinetik atau listrik.Pemanfaat energi angin menjadi listrik di Indonesia telah
dilakukan seperti pada Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTBayu) Samas di
Bantul, Yogyakarta.

6. Matahari

Energi matahari atau surya adalah energi terbarukan yang bersumber dari
radiasi sinar dan panas yang dipancarkan matahari. Pembankit Listrik Tenaga Surya
yang terdapat di Indonesia antara lain : PLTS Karangasem (Bali), PLTS Raijua,
PLTS Nule, dan PLTS Solor Barat (NTT).

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 1 7


7. Gelombang Laut

Energi gelombang laut atau ombak adalah energi terbarukan yang bersumber
dari dari tekanan naik turunnya gelombang air laut. Indonesia sebagai negara maritim
yang terletak diantara dua samudera berpotensi tinggi memanfaatkan sumber energi
dari gelombang laut.Sayangnya sumber energi alternatif ini masih dalam taraf
pengembangan di Indonesia.

8. Pasang Surut

Energi pasang surut air laut adalah energi terbarukan yang bersumber dari
proses pasang surut air laut. Terdapat dua jenis sumber energi pasang surut air laut,
pertama adalah perbedaan tinggi rendah air laut saat pasang dan surut. Yang kedua
adalah arus pasang surut terutama pada selat-selat yang kecil.Layaknya energi
gelombang laut, Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam pemanfaatan energi
pasang surut air laut.Sayangnya, sumber energi ini belum termanfaatkan.
Sumber energi terbarukan ternyata belum dimanfaatkan secara optimal di
Indonesia. Sebanyak 90% energi di Indonesia masih menggunakan energi berbahan
fosil (batubara, minyak bumi, dan gas alam) dan sisanya, kurang dari 10%, yang
memanfaatkan sumber energi terbarukan. Sebuah ironi mengingat Indonesia
mempunyai potensi yang tinggi akan sumber energi terbarukan.Dari berbagai
sumber energi terbarukan yang tersedia, baru energi air yang banyak
dimanfaatkan.Jumlah pembangkit listrik bersumber dari energi panas bumi, angin,
dan matahari pun masih bisa dihitung dengan jari, dengan kapasitas energi yang
sangat kecil.Apalagi sumber energi yang berasal dari laut, meski pun potensinya
sangat besar, nyatanya belum satupun yang berhasil dikembangkan.

D. Keunggulan dan Kelemahan Energi Matahari sebagai Energi Terbarukan

Energi surya disebut-sebut oleh banyak orang sebagai sumber energi utama
di masa depan, jadi mari kita melihat keuggulan dan kelemahan energi surya. Energi
surya memiliki keunggulan yang lebih banyak dibandingkan dengan kelemahannya,
tapi kelemahan ini masih merupakan batu sandungan utama untuk pemakaian energi
surya yang lebih luas. Pada saat ini pertama-tama kita akan membahas keunggulan
dari energi surya. Kita sudah mengetahui, bahwa energi surya merupakan sumber
energi terbarukan. Matahari hampir tak terbatas sebagai sumber energi, dan energi
surya tidak dapat habis, tidak seperti bahan bakar fosil yang akhirnya akan habis.
Setelah bahan bakar fosil habis, dunia akan memerlukan alternatif sumber energi
yang baik, dan energi surya jelas terlihat sebagai salah satu alternatif terbaik.
Energi surya merupakan sumber energi yang ramah lingkungan karena tidak
memancarkan emisi karbon berbahaya yang berkontribusi terhadap perubahan iklim
seperti pada bahan bakar fosil. Setiap watt energi yang dihasilkan dari matahari

8 BAB 1 | LISTRIK TENAGA SURYA


berarti kita telah mengurangi pemakaian bahan bakar fosil, dan dengan demikian kita
benar-benar telah mengurangi dampak perubahan iklim. Penelitian terbaru
melaporkan bahwa rata-rata sistem rumah surya mampu mengurangi 18 ton emisi
gas rumah kaca di lingkungan setiap tahunnya. Energi surya juga tidak memancarkan
oksida nitrogen atau sulfur dioksida yang berarti tidak menyebabkan hujan asam atau
kabut asap. Matahari merupakan sumber energi yang benar-benar bebas untuk
digunakan oleh setiap orang. Tidak ada yang memiliki Matahari, jadi setelah Anda
menutupi biaya investasi awal, pemakaian energi selanjutnya dapat dikatakan gratis.
Lebih banyak energi matahari yang kita gunakan maka semakin sedikit kita
bergantung pada bahan bakar fosil. Ini berarti akan meningkatkan ketahanan dan
keamanan energi, karena akan mengurangi kebutuhan impor minyak dari pihak
asing.
Dalam jangka panjang energi surya akan menghemat pengeluaran uang untuk
energi. Biaya awalnya memang cukup signifikan, namun setelah beberapa waktu
Anda akan memiliki akses ke energi yang benar-benar gratis, dan jika sistem rumah
tenaga surya menghasilkan energi yang lebih dari yang Anda butuhkan, di beberapa
negara perusahaan listrik dapat membelinya dari Anda, yang berarti ada potensi
keuntungan ekstra terlibat. Ada juga banyak negara yang menawarkan insentif
keuangan untuk menggunakan energi surya.
Panel surya beroperasi tanpa mengeluarkan suara (tidak seperti turbin angin
besar) sehingga tidak menyebabkan polusi suara. Panel surya biasanya memiliki
umur yang sangat lama, minimal 30 tahun, dan biaya pemeliharaannya sangat rendah
karena tidak ada bagian yang bergerak. Panel surya juga cukup mudah untuk diinstal.
Energi surya adalah salah satu pilihan energi terbaik untuk daerah-daerah terpencil,
bilamana jaringan distribusi listrik tidak praktis atau tidak memungkinkan untuk di-
instal. Kelemahan utama dari energi surya adalah biaya awal yang tinggi. Panel surya
terbuat dari bahan mahal, bahkan dengan penurunan harga yang terjadi hampir setiap
tahun, harganya tetap terasa mahal. Panel surya juga perlu untuk ditingkatkan
efisiensinya. Untuk mencapai tingkat efisiensi yang memadai dibutuhkan lokasi
instalasi yang luas, dan panel surya ini idealnya diarahkan ke matahari, tanpa
hambatan seperti pohon dan gedung tinggi, untuk mencapai tingkat efisiensi yang
diperlukan.
Banyak daerah di dunia yang tidak memiliki cukup sinar matahari untuk
menjadikan energi surya bernilai ekonomis. Karena itu, solusi ilmiah yang lebih
maju sangat diperlukan untuk membuat energi surya menjadi komersial di daerah-
daerah tersebut.
Seperti yang telah disebutkan di atas, energi surya benar-benar memiliki
banyak keunggulan dibandingkan dengan kekurangannya, tetapi biaya awal yang
tinggi dan masalah efisiensi tidak dapat diabaikan.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 1 9


PERTANYAAN

1. Jelaskan tentang tingkat kebutuhan energi di Indonesia !


2. Sebutkan sumber-sumber energi terbarukan di Indonesia !
3. Sejauhmana potensi energi surya untuk pasokan listrik di Indonesia ?
4. Jelaskan keunggulan dan kelemahan energi matahari sebagai energi alternatif
terbarukan !

SOAL LANJUTAN

Coba dipelajari tentang:


1. Potensi matahari sebagai sumber energi
2. Teknologi pemanfaatan energi matahari

10 BAB 1 | LISTRIK TENAGA SURYA


BAB
ENERGI MATAHARI
2

KOMPETENSI DASAR

Setelah mengikuti pokok bahasan di bab 2 ini, mahasiswa dapat:


1. Menjelaskan potensi matahari
2. Menyebutkan matahari sebagai sumber energi
3. Mengenal beberepa teknologi pemanfaatan energi matahari

A. Potensi Matahari

Besarnya ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar fosil, lambat laun


akan menyebabkan terjadinya krisis energi. Hal ini disebabkan bahwa bahan bakar
fosil merupakan sumber daya alam yang tidak dapat kita perbarui dan akan habis
dalam jangka waktu tertentu. OLeha karena itu, untuk mengatasi krissi energi masa
depan beberapa alternatif sumber energi mulai dikembangkan. Salah satunya ialah
memanfaatkan potensi energi matahari. Energi matahari yang biasanya digunakan
sebagai penerang dan sumber panas bagi kehidupan sehari-hari, ternyata energi ini
dapat dikembangkan menjadi sumber energi lainnya.
Sebagaimana kita ketahui, matahari adalah suatu bola gas (bintang) yang
bentuknya nyaris bulat sebagai pusat tata surya, diameternya sekitar 1.392.684 km
kira-kira 109 x diameter bumi dgn jarak rata-rata150.000.000km (93.026.724 mil)
dan massa 330.000 x massa bumi. Sedangkan bumi merupakan planet terdekat ketiga
dengan matahari. Letak bumi yang begitu strategis menyebabkan kondisinya tidak
terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Matahar terdiri dari inti dan tiga lapisan yaitu
fotosfer, kromoser dan korona, matahari bersinar melintas bumi sangat besar yaitu
mencapai 3x1024 Joule/tahun. Jika diukur kira-kira 10.000 x kebutuhan energi
dunia saat ini, energi yg besar itu jika dimanfaatkan menjadi energi listrik hanya
dengan menutup 0.1 % permukaan bumi dan difais dengan solar sell dengan efisiensi
10 %, cukup mampu memenuhi kebutuhan di seluruh dunia.
Matahari merupakan sumber energi terbesar bagi kehidupan di bumi. Sumber
energi yang langsung dapat dirasakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari
hari. Energi matahari juga pat disimpan dan dionversi ke dalam bentuk energi lain.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 2 11


Gambar 2.1 Matahari Diantara Planet Lainnya [4]

B. Matahari Sebagai Sumber Energi

Energi matahari telah dimanfaatkan oleh manusia sejak jutaan tahun yang
lalu, bahkan sejak matahari hadir di muka bumi ini. Matahari dimanfaatkan sebagai
penerang dan sumber panas dalam berbagai kehidupan manusia di bumi.

Gambar 2.2 Matahari Sebagai Sumber Panas Untuk Mengeringkan Cucian, Laut,
Dan Pertanian [13]

Matahari dapat juga dimanfaatkan untuk membantu proses fotosintesi. Proses


ini menghasilkan oksigen yg diperlukan manusia dan makluk lain untuk bernafas,
dan menghasilkan sumber makanan bagi makluk hidup.

Gambar 2.3 Matahari Dimanfaatkan Untuk Proses Fotosintesis [13]

12 BAB 2 | LISTRIK TENAGA SURYA


Salah satu penelitian membuktikan bahwa sinar matahari pagi antara pukul
09.00-10.00 sangat baik bagi kesehatan. Matahari pagi dapat mengubah pro-vitamin
D menjadi vitamin D yang baik bagi kesehatan gigi dan tulang. Proses ini terjadi
ketika berkas sinar ultraviolet disaring oleh kulit, maka akan terjadi proses mengubah
simpnan kolesterol di kulit menjadi vitamin D. Berjemur di bawah sinar matahari
pagi selama 5 menit dapat menghasilkan 400 unit vitamin D.

Gambar 2.4 Energi Matahari Bermanfaat Bagi Kesehatan [13]

Energi fosil pun yang sangat populer penggunaanya saat ini, ternyata merupakan
energi matahari yang tersimpan pada fosil hewan dan tanaman yang telah membusuk
jutaan tahun yang lalu. Proses pembusukan ini terjadi dan berlangsung jutaan tahun
yang lalu sehingga menghasilkan minyak,batubara, gas alam, dan bahan tambang
lainnya yang digunakan saat ini.

Gambar 2.5 Bahan Tambang Yang Berasal Dari Fosil Hewan Dan Tumbuhan
[18]

C. Teknologi Pemanfaatan Energi Matahari

Tenaga Matahari (Surya) sering disamakan dengan energi surya (matahari)


padahal menurut beberapa sumber tenaga surya memiliki pengertian yang berbeda
dengan energi surya, tenaga surya mempunyai pengertian proses perubahan atau
konversi sinar matahari menjadi energi listrik. Energi matahari (surya) meruapakan
sumber utama energi atmosfer yang penyebarannya merupakan pengendalian yang
besar terhadap cuaca dari iklim.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 2 13


Energi surya adalah energi berupa panas dan cahaya yang dipancarkan
matahari. Energi surya (matahari) merupakan salah satu sumber energi terbarukan
yang paling penting. Indonesia mempunyai potensi energi surya yang melimpah.
Namun melimpahnya sumber energi surya di Indonesia belum dimanfaatkan secara
optimal. Matahari adalah sumber energi yang memancarkan energi sangat besarnya
ke permukaan bumi. Permeter persegi permukaan bumi menerima hingga 1000 watt
energi matahari. Sekitar 30% energi tersebut dipantulkan kembali luar angkasa, dan
sisanya diserap oleh awan, lautan, dan daratan. Jumlah energi yang diserap oleh
atmosfer, lautan, dan daratan bumi sekitar 3.850.000 eksajoule (EJ) per tahun. Untuk
melukiskan besarnya potensi energi surya, energi surya yang diterima bumi dalam
waktu satu jam saja setara dengan jumlah energi yang digunakan dunia selama satu
tahun lebih.
Berbagai sumber energi terbarukan lainnya, semisal energi angin, biofuel,
air, dan biomassa, berasal dari energi surya. Bahkan sumber energi fosil pun
terbentuk lewat bantuan energi matahari. Hanya energi panas bumi dan pasang surut
saja yang relatif tidak memperoleh energi dari matahari.

Gambar 2.6 Potensi tenaga surya dunia [5]

Salah satu cara untuk memanen radiasi panas dan cahaya yang dipancarkan
matahari menjadi listrik adalah dengan memanfaatkan teknologi termal dan
teknologi sel surya atau sel photovoltaic. Teknologi termal biasanya digunakan
untuk mengeringkan hasil pertanian dan perikanan, memasak (kompor surya), dan
memanaskan air. Sedangkan sel surya merupakan alat untuk mengonversi cahaya
matahari menjadi energi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Dengan teknologi sel
surya (photovoltaic) energi surya diubah menjadi energi listrik yang bisa digunakan
untuk berbagai hal. Dengan potensinya yang sangat besar tersebut, energi surya
diyakini menjadi sumber energi utama di masa depan. Apalagi dengan beberapa
keunggulan energi surya seperti energi surya merupakan sumber yang hampir tak
terbatas dan ramah lingkungan. Yang hingga kini masih menjadi kendala adalah

14 BAB 2 | LISTRIK TENAGA SURYA


teknologi sel surya dan media penyimpanan yang masih sangat mahal dan memiliki
kemampuan yang terbatas.
Sebagai negara yang berada di kawasan khatulistiwa, potensi energi surya di
Indonesia sangat besar. Indonesia memiliki sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan
112.000 GWp energi surya. Sayangnya, seperti berbagai energi terbarukan lainnya,
energi surya ini belum dimanfaatkan secara optimal. Dari total potensi energi surya
tersebut, Indonesia baru memanfaatkan sekitar 10 MWp.

Gambar 2.7 PLTS Bangli, Bali, Terbesar di Indonesia [18]

Bagi Indonesia, energi surya menjadi salah satu alternatif energi terbaik.
Dengan potensinya yang besar akan mampu melepaskan Indonesia dari
ketergantungan terhadap sumber energi konvensional. Energi surya pun cocok
diterapkan pada daerah-daerah terpencil maupun pulau-pulau kecil di Indonesia.
Pemanfaatan energi surya menjadi salah satu sumber energi alternatif ini bisa
dilakukan dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) maupun
Solar Home System (SHS), yaitu pemanfaatan skala rumahan.
Beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia antara lain:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kabupaten Karangasem dan
Bangli, Bali dengan kapasitas masing-masing 1 MW
2. PLTS di pulau-pulau Nusa Tenggara Barat yang meliputi Pulau Gili Trawangan
berkapasitas 600 kWp, Pulau Gili Air (160 kWp), serta Pulau Gili Meno (60
kWp), dan di Pulau Medang, Sekotok, Moyo, Bajo Pulo, Maringkik, dan
Lantung dengan total kapasitas 900 kWp.
3. PLTS di Nusa Tenggara Timur yang meliputi PLTS Raijua (Kabupaten Sabu
Raijua) berkapasitas 150 kilo kWp, PLTS Nule (Kab. Alor) berkapasitas 250
kWp, PLTS Pura (Kab. Alor) berkapasitas 175 kWp, dan PLTS Solor Barat
(Kab. Flores Timur) berkapasitas 275 kWp.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 2 15


Terjadinya krisis energi dan listrik serta masih bergantungnya pada sumber
energi konvensional, padahal sumber bahan bakar fosil semakin habis, Indonesia
seharusnya mulai serius memanfaatkan energi surya. Mendorong penelitian-
penelitian untuk meningkatkan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya sehingga
potensi 112.000 GWp energi surya yang dimiliki oleh Indonesia dapat dimanfaatkan
untuk menyejahterakan rakyat Indonesia. Memanen energi surya menjadi energi
terbarukan yang murah, ramah lingkungan, dan menjangkau seluruh pelosok negeri.
Teknologi surya dikategorikan secara umum menjadi: teknologi pasif dan
teknologi aktif, tergantung pada cara penyerapan, konversi, dan penyaluran cahaya
matahari. Teknologi aktif meliputi penggunaan panel fotovoltaik, pompa, dan kipas
untuk mengubah energi surya ke bentuk yang berguna. Teknologi pasif meliputi
pemilihan bahan konstruksi yang memiliki sifat termal yang bagus, perancangan
ruangan dengan sirkulasi udara secara alami, dan menghadapkan bangunan ke
matahari. Teknologi aktif meningkatkan persediaan listrik dan disebut sebagai
teknologi sisi penawaran, sedangkan teknologi pasif mengurangi kebutuhan sumber
daya alam lain dan disebut sebagai teknologi sisi permintaan.

1. Perencanaan Arsitektur Dan Kota

Universitas Teknologi Darmstadt di Jerman memenangkan penghargaan


Solar Decathlon 2007 di Washington, D.C. dengan rancangan rumah berteknologi
pasif khusus untuk iklim lembab dan subtropis panas. Cahaya matahari telah
mempengaruhi rancang bangunan sejak permulaan sejarah arsitektur.[20] Arsitektur
surya yang maju dan rencana tata ruang kota pertama kali digunakan oleh bangsa
Yunani dan Cina, yang mengarahkan bangunan mereka menghadap selatan untuk
mendapatkan cahaya dan kehangatan

Gambar 2.8 Pemanfaatan Energi Matahari Pada Sistem Arsitektur Tata Kota [9]

16 BAB 2 | LISTRIK TENAGA SURYA


Fitur umum dari arsitektur surya pasif adalah arah bangunannya terhadap
matahari, ukuran bangunan yang tepat (rasio luas permukaan dengan volume yang
kecil), pemilihan penghalang (serambi), dan penggunaan massa termal.[20] Ketika
fitur-fitur ini digunakan bersama, dapat dihasilkan ruangan yang terang dan berada
pada temperatur nyaman. Rumah Megaron milik Socrates adalah contoh klasik
rancang bangunan teknologisurya pasif.[20] Perkembangan terakhir perancangan
rumah berteknologi surya menggunakan bantuan permodelan oleh komputer, yang
menggabungkan faktor pencahayan surya, pemanasan, dan sistem ventilasi dalam
satu paket rancangan surya.[22] Peralatan teknologi aktif surya seperti pompa, kipas,
dan jendela buka-tutup dapat melengkapi rancangan tekonologi pasif dan
meningkatkan daya kerja sistem.

2. Pertanian Dan Perkebunan

Teknologi di bidang pertanian dan perkebunan berusaha mengoptimalkan


penyerapan energi surya untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Teknik seperti
siklus penanaman yang diatur waktunya, mengatur orientasi barisan, tinggi antar
barisan yang berbeda, dan pencampuran varietas tanaman dapat meningkatkan
perolehan tanaman. Walau sinar matahari umumnya dianggap sumber daya alam
yang berlimpah, namun pentingnya matahari untuk pertanian ditunjukkan di daerah
dengan intensitas sinar matahari lebih sedikit. Selama pendeknya masa tanam pada
Zaman Es Kecil, petani Perancis dan Inggris menggunakan dinding buah untuk
memaksimalkan penyerapan energi surya. Dinding ini bertindak sebagai massa
termal dan mempercepat pematangan dengan menjaga tanaman tetap hangat.
Dinding buah awalnya dibuat tegak terhadap tanah menghadap selatan, kemudian,
dinding miring berkembang karena memanfaatkan sinar matahari lebih baik.
Pada tahun 1699, Nicolas Fatio de Duiller bahkan menyarankan
penggunaakan mekanisme lacak yang dapat memutar dinding mengikuti
matahari.[26] Penerapan energi surya, selain untuk menumbuhkan tanaman, meliputi
memompa air, mengeringkan panen, beternak ayam, dan mengeringkan kotoran
unggas. Teknologi surya juga digunakan oleh pembuat minuman anggur untuk
menjalankan mesin tekan anggur. Rumah kaca menggubah energi cahaya menjadi
energi panas, yang memperbolehkan produksi sepanjang tahun dan pertumbuhan
tanaman khusus (dalam lingkungan tertutup) dan tanaman lain yang tidak cocok
tumbuh untuk iklim lokal. Rumah kaca primitif pertama kali digunakan pada zaman
Romawi untuk memproduksi ketimun sepanjang tahun untuk kaisar romawi
Tiberius.[30] Rumah kaca modern pertama dibangun di Eropa pada abad ke-16 untuk
tanaman eksotik yang dibawa pulang dari wilayah yang dijelajahi.[31] Rumah kaca
tetap menjadi bagian penting dari perkebunan saat ini, dan materi plastik transparan
juga telah digunakan untuk efek yang mirip dengan terowongan plastik dan penutup
barisan.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 2 17


Gambar 2.9 Pemanfaatan Energi Matahari Pada Rumah Kaca Pertanian [9]

3. Transportasi Dan Penjelajahan

Perkembangan mobil tenaga surya telah menjadi target perteknikan sejak


tahun 1980an. Kompetisi World Solar Challenge adalah perlombaan mobil bertenaga
surya yang diadakan dua kali selama setahun, dan dalam ajang tersebut tim dari
universitas dan perusahaan berlomba sepanjang 3.021 kilometer (1.877 mil)
melewati Australia tengah mulai dari Darwin menuju Adelaide. Pada tahun 1987,
saat kompetisi ini pertama kali dibuka, kecepatan rata-rata pemenang kompetisi
adalah 67 kilometer per jam (42 mph), dan pada tahun 2007, kecepatan rata-rata
pemenang naik menjadi 90,87 kilometer per jam (56,46 mph). Kompetisi North
American Solar Challenge dan South African Solar Challenge yang sedang
direncanakan adalah kompetisi serupa yang menunjukkan minat internasional dalam
perteknikan dan perkembangan kenderaan bertenaga surya.
Beberapa kendaraan menggunakan panel surya untuk tenaga pembantu,
seperti untuk penyejuk udara, sehingga menggurangi konsumsi bahan bakar. Pada
tahun 1975, perahu bertenaga surya pertama kali dibangun di Inggris. Menjelang
tahun 1995, Kapal penumpang yang menggunakan panel surya mulai bermunculan,
dan sekarang ini digunakan secara luas. Pada tahun 1996, Kenichi Horie melintasi
samudra Pasifik menggunakan perahu surya, dan kapal tenaga surya berlambung dua
bernama sun21 melewati samudra Atlantik pada musim dingin 2006-2007. Pada Mei
2012, Tûranor PlanetSolar menjadi kendaraan elektrik surya pertama yang
mengelilingi dunia.

Gambar 2.10 Mobil Surya Seperti Nuna3 Berpacu Dari Darwin [22]

18 BAB 2 | LISTRIK TENAGA SURYA


Pada tahun 1974, pesawat tanpa awak AstroFlight Sunrise melakukan
penerbangan perdana menggunakan tenaga surya. Pada tanggal 29 April 1979, Solar
Riser melakukan penerbangan perdana menggunakan tenaga surya, dengan kendali
penuh dan mampu mengangkat seseorang mencapai ketinggian 40 kaki (12 m). Pada
tahun 1980, Gossamer Penguin melakukan penerbangan perdana bertenaga surya
dengan pilot yang ditenagai hanya dengan sel fotovoltaik. Penerbangan ini dengan
cepat diikuti oleh Solar Challenger yang melintasi terusan Inggris pada bulan Juli
1981. Pada tahun 1990, Eric Scott Raymond terbang dari California menuju Carolina
Utara mennggunakan tenaga surya. Perkembangan pesawat tenaga surya kembali ke
model pesawat tanpa awak dengan model Pathfinder (tahun 1997) dan rancangan
selanjutnya, yang menghasilkan model Helios yang berhasil mengukir rekor
ketinggian untuk pesawat tanpa roket pada ketinggian 29.524 meter (96.864 kaki)
pada tahun 2001. Pesawat Zephyr yang dikembangkan oleh BAE Systems adalah
pesawat terbaru yang menembus rekor penerbangan bertenaga surya, dengan terbang
selama 54 jam pada tahun 2007, dan penerbangan selama sebulan direncanakan pada
tahun 2010.

Gambar 2.11 Pesawat Tanpa Awak Helios UAV Tenaga Surya [22]

4. Termal Surya

Teknologi termal surya dapat digunakan untuk memanaskan air,


memanaskan ruangan, mendinginkan ruangan, dan menghasilkan panas.

D. Pemanasan Air

Sistem air panas surya menggunakan sinar matahari untuk memanaskan air.
Di daerah dengan lintang bujur geografis rendah (di bawah 40 derajat), 60% - 70%
air panas untuk keperluan rumah tangga dengan temperatur sampai dengan 60 °C
dapat diperoleh dengan menggunakan sistem pemanasan surya.[46] Jenis pemanas air
surya yang umum digunakan adalah kolektor buluh (44%) dan plat datar dengan kaca
(34%) untuk kebutuhan air panas rumah tangga; kolektor plastik tanpa kaca (21%)
digunakan untuk memanaskan kolam renang.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 2 19


Gambar 2.12 Pemanas Air Surya Untuk Memaksimalkan Penyerapan [23]

Sampai dengan tahun 2007, kapasitas total terpasang dari sistem air panas
surya adalah sekitar 154 GW. Tiongkok memimpin dalam hal ini dengan kapasitas
terpasang 70 GW sampai dengan tahun 2006 dan memiliki target jangka panjang 210
GW menjelang tahun 2020. Israel dan Siprus merupakan negara dengan tingkat
penggunaan sistem air panas surya per kapita tertinggi, dengan lebih dari 90% rumah
menggunakannya. Di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia, pemanasan kolam
renang adalah aplikasi utama air panas surya dengan kapasitas terpasang 18 GW
sampai dengan tahun 2005.

E. Pemanasan, Pendinginan, dan Ventilasi

Di Amerika Serikat, sistem pemanasan, ventilasi, dan penyejuk udara


(HVAC) memakai 30% (4,65 EJ) dari energi yang digunakan untuk bangunan
komersil dan hampir 50% (10,1 EJ) energi yang digunakan untuk perumahan.
Teknologi pemanasan, pendinginan, dan ventilasi surya dapat digunakan untuk
mengganti sebagian dari energi ini. Massa termal adalah materi yang digunakan
untuk menyimpan panas, termasuk dari Matahari. Materi massa termal yang umum
meliputi batu, semen, dan air. Menurut sejarah, materi-materi ini telah digunakan di
daerah dengan iklim kering atau hangat untuk menjaga bangunan tetap sejuk dengan
menyerap energi surya sepanjang hari dan memancarkan energi yang disimpan ke
atmosfer yang lebih dingin di malam hari. Namun, materi ini juga dapat digunakan
di daerah dingin untuk mempertahankan kehangatan. Ukuran dan penempatan massa
termal tergantung pada beberapa faktor, seperti iklim, pencahayaan, dan kondisi
bayangan. Saat faktor-faktor ini dipertimbangkan secara baik, massa termal
mempertahankan temperatur ruangan dalam rentang nyaman dan mengurangi
peralatan pemanasan dan pendinginan tambahan.
Cerobong surya (atau cerobong termal, dalam konteks ini) adalah sistem
ventilasi surya pasif, yang terdiri dari terowongan vertikal yang menghubungkan
bagian dalam dengan bagian luar dari bangunan. Saat cerobong mulai hangat, udara
di dalamnya memanas dan menyebabkan udara bergerak ke atas dan menarik udara
melewati bangunan. Performansi dapat ditingkatkan dengan menggunakan kaca dan

20 BAB 2 | LISTRIK TENAGA SURYA


materi massa termal untuk meniru rumah kaca. Pohon dan tanaman musiman telah
digunakan sebagai cara mengendalikan pemanasan dan pendinginan surya. Ketika
tanaman ditanam pada bagian selatan bangunan, daun tanaman akan berfungsi
sebagai peneduh pada musim panas, dan pada musim dingin, daun tanaman akan
rontok dan cahaya dapat lewat lebih banyak. Saat gugur, pohon tak berdaun
menghalangi 1/3 sampai 1/2 radiasi surya yang datang, ada keseimbangan antara
manfaat teduh saat musim panas dan pemanasan akibat daun gugur saat musim
dingin.

Gambar 2.13 Rumah Surya Pertama Institut Teknologi Massachusetts, Amerika


[23]

F. Pengolahan Air

Disinfeksi air surya dilakukan dengan memaparkan botol plastik polietilena


tereftalat (PET) berisikan air ke cahaya matahari selama beberapa jam. Durasi
pemaparan tergantung pada cuaca dan iklim dari minimal 6 jam hingga 2 hari selama
kondisi berawan. Metode ini direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
sebagai metode yang cocok untuk pengolahan air rumah tangga dan penyimpanan
aman. Lebih dari 2 juta manusia di negara berkembang menggunakan metode ini
untuk air minum sehari-hari mereka.

Gambar 2.14 Disinfeksi Air Surya Di Indonesia [30]

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 2 21


Distilasi surya dapat digunakan untuk membuat air asin atau air payau dapat
diminum. Penggunaan pertama yang tercatat dari distilasi ini oleh alkimiawan Arab
abad ke 16. Proyek distilasi surya skala besar pertama kali dibangun pada tahun 1872
di kota tambang Las Salinas di Chile. Proyek ini memiliki area pengumpulan energi
surya seluas 4.700 m2 dan dapat memproduksi hingga 22.700 L per hari dan
beroperasi selama 40 tahun. Jenis rancangan penyuling meliputi miringan tunggal,
miringan ganda (atau tipe rumah kaca), vertikal, kerucut, peredam terbalik, multi
sumbu dan multi efek. Penyuling-penyuling ini dapat beroperasi dalam kondisi pasif,
aktif, atau gabungan. Penyuling miringan ganda paling ekonomis untuk penggunaan
rumah tangga di pelosok, sedangkan penyuling aktif multi efek lebih cocok untuk
aplikasi skala besar.

Gambar 2.15 Pengolahan Air Limbah Tenaga Surya Berskala Kecil [30]

G. Panas Proses

Teknologi pemusatan energi surya seperti piringan parabola, cekung


parabola, dan pemantul Scheffler dapat menyediakan panas proses untuk aplikasi
komersil dan industri. Sistem komersil pertama adalah proyek Solar Total Energy
Project (STEP) di Shenodoah, Georgia, Amerika Serikat. Dalam proyek tersebut,
satu lapangan berisikan 114 piringan parabola menyedikan 50% kebutuhan energi
untuk pemanasan proses, penyejuk udara, dan listrik untuk pabrik kain. Sistem
kogenerasi yang terhubung dengan saluran listrik ini menyediakan 400 kW listrik
ditambah energi termal dalam bentuk uap 401 kW dan air dingjn 468 kW, dan
memiliki penyimpanan termal untuk beban puncak selama satu jam.
Kolam evaporasi adalah kolam dangkal yang meningkatkankan kadar
padatan terlarut melalui penguapan. Penggunaan kolam evaporasi untuk
memperoleh garam dari air laut adalah contoh aplikasi tertua dari energi surya.
Penggunaan modern meliputi peningkatkan kadar larutan garam yang digunakan
dalam penambangan ekstraksi dan memisahkan padatan terlarut dari aliran limbah.
Jemuran berbentuk tali, penyangga, atau rak mengeringkan pakaian tanpa
menggunakan listrik atau gas. Di beberapa negara bagian Amerika Serikat, "hak
menjemur pakaian" dilindungi.

22 BAB 2 | LISTRIK TENAGA SURYA


Gambar 2.16 Mangkuk Konsentrat Surya Di Auroville, India [32]

Kolektor udara panas tak berkaca (unglazed transpired collectors/UTC)


adalah dinding berlubang yang menghadap matahari yang digunakan untuk
memanaskan dulu udara ventilasi. UTC dapat digunakan untuk menaikkan
temperatur udara yang masuk hingga 22 °C dan menghasilkan temperatur keluaran
45–60 °C. Periode balik modal yang singkat dari kolektor udara panas ini adalah
alternatif yang lebih efektif dari segi biaya dibandingkan dengan sistem kolektor
berkaca. Sampai tahun 2003, lebih dari 80 sistem dengan total luas permukaan
kolektor 35.000 m2 telah dipasang di seluruh dunia, termasuk kolektor seluas 860 m2
di Kosta Rika yang digunakan untuk menggeringkan biji kopi dan kolektor seluas
1.300 m2 di Coimbatore, India yang digunakan untuk mengeringkan marigold.

H. Produksi Listrik

Pembangkit CSP komersial pertama kali dikembangkan pada tahun 1980an.


Sejak tahun 1985, pemasangan SEGS CSP berkapasitas 354 MW di gurun Mojave,
California adalah pembangkit listrik surya terbesar di dunia. Pembangkit listrik CSP
lain meliputi pembangkit listrik tenaga surya Solnova berkapasitas 150 MW dan
pembangkit listrik tenaga surya Andasol berkapasitas 100 MW; keduanya berada di
Spanyol. Proyek Surya Agua Caliente berkapasitas 250 MW di Amerika Serikat dan
Lahan Surya Charanka berkapasitas 221 MW di India adalah pembangkit fotovoltaik
terbesar di dunia.

Gambar 2.17 Pemandangan Sistem Pembangkit Listrik Surya Ivanpah dari jalan
Yates Well, wilayah San Bernadino, California [32]

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 2 23


Proyek surya melebihi 1 GW sedang dikerjakan, tapi kebanyakan fotovoltaik
dipasang di atap-atap dengan ukuran kapasitas kecil, yakni kurang dari 5 kW, yang
terhubung dengan saluran listrik menggunakan meteran net dan/atau tarif feed-in.
Sistem tenaga surya terpusat (concentrated surya power, CSP) menggunakan lensa
atau cermin dan sistem lacak untuk memfokuskan paparan sinar matahari yang luas
menjadi seberkas cahaya kecil. Seberkas cahaya tersebut kemudian digunakan
sebagai sumber panas untuk pembangkit listrik konvensional. Terdapat sejumlah
besar teknologi pemusatan; yang paling berkembang adalah cekungan parabola,
pemantul fresnel linear, piringan Stirling, dan menara tenaga surya. Di sistem-sistem
ini, fluida kerja dipanaskan oleh cahaya matahari yang dipusatkan, dan fluida kerja
ini kemudian digunakan untuk membangkitkan listrik atau sebagai penyimpan
energi.[74]

I. Fotovoltaik

Sel surya, atau sel fotovoltaik, adalah peralatan yang menggubah cahaya
menjadi aliran listrik dengan menggunakan efek fotovoltaik. Sel fotovoltaik pertama
dibuat oleh Charles Fritts pada tahun 1880an. Pada tahun 1931, seorang insinyur
Jerman, Dr. Bruno Lange, membuat sel fotovoltaik menggunakan perak selenida
ketimbang tembaga oksida. Walaupun sel selenium purwa rupa ini mengubah kurang
dari 1% cahaya yang masuk menjadi listrik, Ernst Werner von Siemens dan James
Clerk Maxwell melihat pentingnya penemuan ini. Dengan mengikuti kerja Russel
Ohl pada tahun 1940an, peneliti Gerald Pearson, Calvin Fuller, dan Daryl Chapin
membuat sel surya silikon pada tahun 1954. Biaya sel surya ini 286 dollar AS per
watt dan mencapai efisiensi 4,5 - 6 %. Menjelang tahun 2012, efisiensi yang tersedia
melebihi 20% dan efisiensi maksimum fotovoltaik penelitian melebihi 40%.

Gambar 2.18 Lahan Surya 19 MW Di Jerman [32]

24 BAB 2 | LISTRIK TENAGA SURYA


J. Metode Penyimpanan Energi

Pembangkit listrik tenaga surya Andasol yang berkapasitas 150 MW adalah


pembangkit listrik termal surya komersil berlokasi di Spanyol yang menggunakan
cekungan parabola. Pembangkit Andasol menggunakan lelehan garam untuk
menyimpan energi surya agar pembangkit tetap dapat memproduksi listrik saat
matahari tidak tampak. Sistem massa termal dapat menyimpan energi surya dalam
bentuk panas pada temperatur yang cocok untuk penggunaan sehari-hari atau
musiman. Sistem penyimpanan panas umumnya menggunakan materi yang sudah
tersedia dengan kapasitas panas tinggi seperti air, tanah, dan batu. Sistem yang
dirancang dengan baik dapat menurunkan kebutuhan puncak, menggeser waktu
penggunaan ke waktu senggang, dan mengurangi kebutuhan pemanasan dan
pendinginan.
Energi surya dapat disimpan pada temperatur tinggi dengan menggunakan
lelehan garam. Garam adalah media penyimpan yang efektif karena harganya murah,
memiliki kapasitas panas yang tinggi, dan dapat menghasilkan panas pada
temperatur yang cocok dengan sistem pembangkit konvensional. Solar Two
menggunakan metode penyimpanan ini dan dapat menyimpan 1,44 TJ di tangki
penyimpanan sebesar 68 m3 dengan efisiensi penyimpanan tahunan sekitar 99%.
Sistem fotovoltaik yang tidak terhubung dengan saluran listrik biasanya
menggunakan baterei yang bisa diisi ulang untuk menyimpan listrik berlebih.
Dengan sistem yang terhubung dengan saluran listrik, listrik berlebih dapat
dikirimkan ke transmisi listrik. Saat produksi listrik kurang, listrik dari saluran listrik
dapat digunakan. Program meteran net memberikan kredit untuk rumah tangga yang
menyalurkan listrik ke saluran listrik. Hal ini dilakukan dengan memutar terbalik
meteran listrik saat rumah memproduksi lebih banyak listrik ketimbang
menggunakannya. Jika penggunaan netto listrik di bawah nol, maka kredit yang
dihasilkan akan dilimpahkan ke bulan depan. Cara lain menggunakan dua meteran,
satu untuk mengukur listrik yang digunakan, satu lagi untuk mengukur listrik yang
diproduksi. Cara ini tidak umum digunakan karena biaya tambahan akibat
pemasangan meteran listrik kedua. Kebanyakan meteran baku secara akurat
mengukur di kedua arah sehingga meteran kedua tidak diperlukan.
Penyimpanan energi dengan pompa di pembangkit listrik tenaga air
menyimpan energi dalam bentuk potensial ketinggian, yaitu dengan memompa air
dari tempat rendah ke tempat tinggi. Energi dapat diambil kembali saat dibutuhkan
dengan mengalirkan air ke pembangkit listrik. Perkembangan teknologi energi surya
yang terjangkau, tidak habis, dan bersih akan memberikan keuntungan jangka
panjang yang besar. Perkembangan ini akan meningkatkan keamanan energi negara-
negara melalui pemanfaatan sumber energi yang sudah ada, tidak habis, dan tidak
tergantung pada impor, meningkatkan kesinambungan, mengurangi polusi,
mengurangi biaya mitigasi perubahan iklim, dan menjaga harga bahan bakar fosil
tetap rendah dari sebelumnya. Keuntungan-keuntungan ini berlaku global.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 2 25


Pada tahun 2011, Badan Energi Internasional mengatakan teknologi energi
surya seperti papan fotovoltaik, pemanas air surya, dan pembangkit listrik dengan
cermin dapat menyediakan sepertiga energi dunia pada tahun 2060 jika politikus mau
mengatasi perubahan iklim. Energi dari matahari dapat memainkan peran penting
dalam de-karbonisasi ekonomi global bersamaan dengan pengembangan efisiensi
energi dan menerapkan biaya pada produsen gas rumah kaca. "Kekuatan dari
teknologi surya adalah varietasnya yang luas dan fleksibilitas dari aplikasinya, mulai
dari skala kecil hingga ke skala besar".

Gambar 2.19 Sistem Penyimpan Energi Surya [32]

PERTANYAAN

1. Jelaskan potensi-potensi matahari !


2. Jelaskan bahwa matahari sebagai sumber energy terbesar di dunia !
3. Sebutkan beberepa teknologi pemanfaatan energi matahari !

SOAL LANJUTAN

Coba dipelajari tentang:


1. Potensi energi surya sebagai pembangkit listrik
2. Sel surya
3. Komponen pembangkit tenaga surya

26 BAB 2 | LISTRIK TENAGA SURYA


ENERGI SURYA SEBAGAI SUMBER BAB
LISTRIK 3

KOMPETENSI DASAR

Setelah mengikuti dan mempelajari bab 3 ini, mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan potensi energi surya
2. Mengenal dan mengerti tentang sel surya
3. Mengetahi dan dapat menjelaskan kembali beberepa teknologi pemanfaatan
energi matahari

A. Potensi Radiasi Energi Surya

Radiasi adalah suatu bentuk energi yang dipancarkan oleh setiap benda yang
mempunyai suhu diatas nol mutlak, dan merupakan satu-satunya bentuk energi yang
dapat menjalar di dalam vakum angkasa luar. Karateristik atau ciri dasar radiasi
adalah panjang gelombang penjalarannya. Semua benda memancarkan radiasi
dengan berbagai panjang gelombang ini disebut spektrum elektromagnetik [25].
Energi radiasi yang dipancarkan oleh sinar matahri mempunyai besaran yang
tetap (konstan), tetapi karena perderan bumi mengelilingi matahari dalam bentuk
elips maka besaran konstan matahari bervariasi antar 1308 w/m2 dan 1398 w/m2
[12]. Radiasi matahri yang tersedia diluar atmosfer bumi atau sering disebut
konstanta matahari bervariasi sebesar 1353 w/m2 dikurangi intensitas oleh
penyerapan dan pemantulan oleh atmosfer sebelum mencapai permukaan bumi.
Ozon di atmosfer menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek (ultraviolet)
sedangkan karbondioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang
gelombang yang lebih panjang (infra merah). Selain pengurangan radiasi bumi yang
langsung oleh penyerapan tersebut, masih ada radiasi yang terpisah-pisah oleh
molekul-molekul gas, debu dan uap air dalam atmosfer sebelum mencapai bumi yang
disebut radiasi sebaran.
Menurut [8] ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan radiasi
matahari di bumi:

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 3 27


1. Sudut datang sinar matahari. Sinar datang tegak lurus akan memberikan energi
sinar yang lebih besar dibanding yang datangnya condong, karena sinar tegak
lurus akan menyinari wilayah yang lebih sempit dibanding sinar yang datang
condong.
2. Panjang hari, bergantung pada musim dan letak lintang suatu tempat.
3. Pengaruh atmosfer. Kejernihan atmosfer memberikan energi radiasi yang kuat,
semakin banyak bahan penyerapan sinar di atmosfer energi radiasi semakin
turun.
Konversi energi yang digunakan dari lux ke w/m2 yaitu:
1 lux = 0,0079 w/m2
Menurut [23] data histori yang dikumpulkan selama beberapa periode waktu
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui karakteristik radiasi matahari, dilakukan
untuk mempelajari hubungan karakteristik radiasi matahari dengan energi output
panel surya. Nilai radiasi matahari dapat digunakan untuk menghitung output dari
sebuah skema PLTS yang digunakan.

B. Sel Surya

Sel surya dapat menyerap gelombang elektromagnetik dan mengubah energi


foton yang diserapnya menjadi energi listrik. Bagian terbesar sel surya adalah sebuah
dioda. Dioda terbuat dari suatu semikonduktor dengan jurang energi (Ec – Ev).
Ketika energi foton yang datang lebih besar dari jurang energi ini, foton akan diserap
oleh semikonduktor untuk membentuk pasangan elektron-hole. Elektron dan hole
kemudian ditarik oleh medan listrik sehingga menimbulkan photocurrent
(photocurrent bisa juga dinamakan sebagai arus yang dihasilkan oleh cahaya) [21].
Menurut [18] Sel surya mengubah cahaya menjadi listrik disebut surya,
karena matahari merupakan sumber cahaya terkuat yang dapat dimanfaatkan. Sel
surya sering kali disebut sel photovoltaic, photovoltaic dapat diartikan sebagai
"cahaya-listrik". Sel surya atau sel PV bergantung pada efek photovoltaic untuk
menyerap energi matahari dan menyebabkan arus mengalir antara dua lapisan
bermuatan yang berlawanan. Gambar 3.1 menunjukkan desain sel surya secara
umum

Gambar 3.1 Contoh Sel Surya [18]

28 BAB 3 | LISTRIK TENAGA SURYA


Besarnya pasangan elektron dan hole yang dihasilkan, atau besarnya arus
yang dihasilkan tergantung pada intensitas cahaya maupun panjang gelombang
cahaya yang jatuh pada sel surya. Intensitas cahaya menentukan jumlah foton, makin
besar intensitas cahaya yang mengenai permukaan sel surya makin besar pula foton
yang dimiliki sehingga makin banyak pasangan elektron dan hole yang dihasilkan
yang akan mengakibatkan besarnya arus yang mengalir. Makin pendek panjang
gelombang cahaya maka makin tinggi energi fotonnya sehingga makin besar energi
elektron yang dihasilkan, dan juga berimplikasi pada makin besarnya arus yang
mengalir. Prinsip kerja sel surya adalah sebagai berikut: Cahaya yang jatuh pada
sel surya menghasilkan elektron yang bermuatan positif dan hole yang bermuatan
negatif kemudian elektron dan hole mengalir membentuk arus listrik. Prinsip ini di
kenal sebagai prinsip photoelectric [16].
Secara sederhana sel surya terdiri dari sambungan bahan semikonduktor
bertipe p dan n (p-n junction semiconductor) yang jika tertimpa sinar matahari maka
akan terjadi aliran elektron, aliran elektron inilah yang disebut sebagai aliran arus
listrik. Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan
elektron sehingga kelebihan muatan negatif (n = negatif), sedangkan semikonduktor
jenis p memiliki kelebihan hole sehingga kelebihan muatan positif (p = positif).
Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah absorber
(penyerap), meskipun demikian masing-masing lapisan juga sangat berpengaruh
terhadap efisiensi dari sel surya. Sinar matahari terdiri dari bermacam-macam jenis
gelombang elektromagnetik sesuai dengan sprektumnya, oleh karena itu maka
absorber diharapkan dapat menyerap sebanyak mungkin radiasi matahari yang
berasal dari cahaya matahari.
Lebih detail lagi bisa dijelaskan bahwa sesaat setelah dua jenis
semikonduktor ini disambung, terjadi perpindahan elektron-elektron dari
semikonduktor n menuju semikonduktor p, dan perpindahan hole dari
semikonduktor p menuju semikonduktor n. Perpindahan elektron maupun hole ini
hanya sampai pada jarak tertentu dari batas sambungan awal. Tahap selanjutnya,
elektron dari semikonduktor n bersatu dengan hole pada semikonduktor p dan
elektron dari semikonduktor p bersatu dengan hole pada semikonduktor n. Daerah
perpindahan elektron ini akhirnya akan berubah menjadi lebih positif dan negatif.
Daerah negatif dan positif ini disebut dengan deplesi (ditandai dengan huruf W pada
Gambar 3.2 sedangkan tingkat energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan elektron
dari ikatan kovalennya sampai terjadi aliran arus listrik disebut energi band-gap.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 3 29


Gambar 3.2 Proses Konversi Energi Cahaya Menjadi
Energi Listrik [18]

Pada Gambar 3.2, ketika energi cahaya (hc) sedikit lebih besar di atas dari
pada energi band-gap maka elektron akan terbebas dari ikatan kovalennya. Jika
cahaya terlalu besar dari pada energi band-gap, maka energi lebih tersebut akan
diubah dalam bentuk panas pada sel surya. Adanya perbedaan muatan positif dan
negatif di daerah deplesi, menyebabkan medan listrik internal (E) dari sisi negatif
terbentuk dengan sendirinya dan mencoba menarik kembali hole ke semikonduktor
p dan elektron ke semikonduktor n. Medan listrik ini cenderung berlawanan dengan
perpindahan hole maupun elektron pada awal terjadinya daerah deplesi.
Adanya medan listrik mengakibatkan sambungan p-n berada pada titik
setimbang, yakni saat jumlah hole yang berpindah dari semikonduktor p ke n
dikompensasi dengan jumlah hole yang tertarik kembali kearah semikonduktor p
akibat medan listrik E. Medan listrik E tersebut akan mencegah seluruh elektron dan
hole berpindah dari semikonduktor yang satu ke semikonduktor yang lain.
Sambungan p-n inilah proses konversi cahaya menjadi listrik terjadi. Agar efisiensi
dari sel surya bisa tinggi maka cahaya yang berasal dari sinar matahari harus bisa
diserap sebanyak-banyaknya, kemudian memperkecil refleksi dan rekombinasi serta
memperbesar konduktivitas dari bahannya agar cahaya yang diserap dapat sebanyak-
banyaknya, maka absorber harus memiliki energi band-gap dengan range yang
lebar, sehingga memungkinkan untuk bisa menyerap sinar matahari yang
mempunyai energi bermacam-macam tersebut.
Pemanfaatan energi terbarukan diantaranya dengan tenaga radiasi matahari
dengan menggunanan sel surya sebagai pengkonversi energi radiasi matahari
menjadi energi listrik. Sel surya menerima penyinaran matahari dalam satu hari
sangat bervariasi. Hal ini dikarenakan sinar matahari memiliki intensitas yang besar
ketika siang hari dibandingkan dengan pagi hari [24]
Menurut [17] Sebuah Sel Surya dalam menghasilkan energi listrik (energi
sinar matahari menjadi photon) tidak tergantung pada besaran luas bidang Silikon,
dan secara konstan akan menghasilkan energi berkisar ± 0,5 volt sampai max. 600
mV, dengan kekuatan radias solar matahari 1000 W/m2 = ”1 Sun” akan
menghasilkan arus listrik (I) sekitar 30 mA/cm2 per sel surya.

30 BAB 3 | LISTRIK TENAGA SURYA


Gambar 3.3 Kurva grafik I-V [17]

Pada gambar 3.3 grafik I-V Curve yang menggambarkan keadaan sebuah Sel
Surya beroperasi secara normal. Sel Surya akan menghasilkan energi maximum jika
nilai Vm dan Im juga maximum. Sedangkan Isc adalah arus listrik maximum pada
nilai tegangan = nol, Isc berbanding langsung dengan tersedianya sinar matahari.
Voc adalah tegangan maximum pada nila arus nol, Voc naik secara logaritma dengan
peningkatan sinar matahari, karakter ini yang memungkinkan Sel Surya untuk
mengisi aki.
Hasil pengukuran arus (I) dan tegangan (V) ini dapat digambarkan dalam
sebuah grafik yang disebut kurva I-V seperti ditunjukan pada Gambar 2.4. Kurva I-
V tersebut menunjukan hal-hal yang penting, yaitu:
1. Maksimum Power Point (Vmp dan Imp) pada kurva I-V adalah titik operasi
yang menunjukan daya maksimum yang dihasilkan oleh panel surya.
2. Open Circuit Voltage (Voc) adalah kapasitas tegangan maksimum yang dapat
dicapai pada saat tidak adanya arus.
3. Short Circuit Current (Isc) adalah maksimum arus keluaran dari panel sel surya
yang dapat dikeluarkan di bawah kondisi dengan tidak ada resistansi atau
hubung singkat.

Menurut Efendi (2011) susunan sel surya didisain berdasarkan pada


perkiraan banyaknya energi sel surya yang dapat dihasilkan dari suatu lokasi
pada waktu tertentu. Dalam menghitung beberapa besar energi susunan sel surya
yang didapat, perlu diperhatikan faktor-faktor yaitu:
1. Radiasi surya rata-rata harian.
2. Efisiensi modul.
3. Faktor koreksi efisiensi temperatur.
4. Faktor packing susunan sel surya.
5. Luas total modul.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 3 31


C. Potensi Surya sebagai Pembangkit Listrik

Pemanfaatan tenaga matahari untuk pembangkitan listrik sebenarnya sudah


dilakukan sejak cukup lama yaitu sejak awal dekade 80-an namun aplikasinya masih
terbatas pada sistem berdaya kecil atau yang lebih dikenal dengan solar home system
(SHS). Sistem SHS biasanya memiliki kapasitas antara 25 sampai 50W sehingga
kemampuannya untuk mencatu beban-beban listrik sangat terbatas. Umumnya,
sistem ini digunakan oleh masyarakat pedesaan yang belum terjangkau jaringan
listrik PLN. Penduduk desa menggunakan SHS sebagai lampu penerangan untuk
menggantikan lampu tradisional yang berbahan bakar minyak tanah. Penggunaan
SHS tentu saja sangat bermanfaat karena mengurangi penggunaan minyak tanah,
mengurangi emisi karbon, lebih mudah digunakan, lebih aman [45]
Menurut [29] PLTS atau lebih dikenal dengan sel surya akan lebih diminati
karena dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang relevan dan di berbagai
tempat seperti perkantoran, pabrik, perumahan, dan lainnya. Di Indonesia yang
merupakan daerah tropis mempunyai potensi energi matahari sangat besar dengan
insolasi harian rata-rata 4,5 sampai 4,8 kWh/m²/hari. Energi listrik yang dihasilkan
sel surya sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang diterima oleh
sistem. Ketersediaan listrik dan pemanfaatan energi listrik sel surya secara maksimal
sangat diperlukan hibridasi dengan jala-jala listrik PLN.
PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan listrik DC (direct
current), yang dapat diubah menjadi listrik AC (Alternating current) apabila
diperlukan. PLTS pada dasarnya adalah pecatu daya dan dapat dirancang untuk
mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar, baik secara mandiri,
maupun hybrid [44].

PERTANYAAN

1. Menjelaskan potensi energi surya


2. Mengenal dan mengerti tentang sel surya
3. Mengetahi dan dapata menjelaskan kembali beberepa teknologi pemanfaatan
energi matahari

SOAL LANJUTAN

Coba dipelajari tentang komponen pembangkit tenaga surya !

32 BAB 3 | LISTRIK TENAGA SURYA


BAB
SISTEM LISTRIK TENAGA SURYA 4

KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari bab 4 ini, mahasiswa mampu:


1. Menyebutkan komponen-komponen listrik tenaga surya
2. Menjelaskan model sistem pembangkit listrik tenaga surya
3. Menghitung aspek-aspek biaya
4. Menganalisis beberapa faktor pemulihan modal
5. Menyebutkan teknik analisis kelayakan investasi

A. Komponen-komponen Listrik Tenaga Surya

PLTS adalah suatu pembangkit yang mengkonversikan energi foton dari


surya menjadi energi listrik.Konversi ini terjadi pada panel surya yang terdiri dari
sel-sel surya.PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan listrik DC
(Direct Current), yang dapat diubah menjadi listrik AC (Alternating Current)
apabila diperlukan.PLTS pada dasarnya adalah pencatu daya dan dapat dirancang
untuk mencatu kebutuhan listrik dari yang kecil sampai dengan yang besar, baik
secara mandiri maupun hibrida [4].

1. Sel Surya

Sel surya tersusun dari dua lapisan semikonduktor dengan muatan yang
berbeda. Lapisan atas sel surya bermuatan negatif sedangkan lapisan bawahnya
bermuatan positif. Silikon adalah bahan semikonduktor yang paling umum
digunakan untuk sel surya. Ketika cahaya mengenai permukaan sel surya, beberapa
foton dari cahaya diserap oleh atom semikonduktor untuk membebaskan elektron
dari ikatan atomnya sehingga menjadi elektron yang bergerak bebas. Adanya
perpindahan elektron-elektron inilah yang menyebabkan terjadinya arus listrik.
Struktur dari sel surya ditunjukkan seperti Gambar 2.5 sebagai berikut :

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 4 33


Gambar 4.1 Struktur Sel Surya [4]

Secara umum perkembangan sel surya dibagi menjadi beberapa jenis, antara
lain sebagai berikut:
a. Monokristal (Si)
Merupakan sel surya yang memiliki susunan kristal teratur. Dibuat dari
silikon kristal tunggal yang didapat dari peleburan silikon dalam bentuk bujur.
Monokristal dapat dibuat setebal 200 mikron, dengan nilai efisiensi sekitar
24%.Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat
yang cahaya mataharinya kurang, efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca
berawanatau mendung [5].
b. Polikristal (Si)
Merupakan sel surya yang memiliki susunan kristal acak. Dibuat dari
peleburan silikon dalam tungku keramik, kemudian pendinginan dilakukan
secara perlahan untuk mendapatkan bahan campuran silikon yang akan timbul
diatas lapisan silikon Sel surya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah
dibandingkan tipe monokristal (sekitar 18%), sehingga memiliki harga yang
cenderung lebih rendah [5].
c. Amorphous Silicon
Amorphous Silicon telah digunakan sebagai bahan sel surya photovoltaic
pada kalkulator.tipe panel dengan harga yang paling murah akan tetapi
efisiensinya paling rendah, yaitu antara 9-10,4% [6].
d. Sel surya silikon terpadu (Thin Film Cells)
Merupakan panel surya (dua lapisan) dengan struktur lapisan tipis
mikrokristal silicon dan amorphous dengan efisiensi modul hingga 8,5%
sehingga untuk luas permukaan yang diperlukan per watt daya yang dihasilkan
lebih besar daripada monokristal dan polikristal. Inovasi terbaru adalah thin film
triple junction PV dapat berfungsi sangat efisien dalam udara yang sangat
berawan dan dapat menghasilkan daya listrik sampai 45% [5].

34 BAB 4 | LISTRIK TENAGA SURYA


2. Karakteristik Sel Surya

Total pengeluaran listrik (Watt) dari sel surya adalah sama dengan tegangan
(V) operasi dikalikan dengan arus (I) operasi. Tegangan serta arus keluaran yang
dihasilkan ketika sel surya memperoleh penyinaran merupakan karakteristik yang
disajikan dalam bentuk kurva I-V pada Gambar 2.6. Kurva ini menunjukkan bahwa
pada saat arus dan tegangan berada pada titik kerja maksimal (Maximum Power
Point) maka akan menghasilkan daya keluaran maksimum (PMPP). Tegangan di
Maximum Power Point (MPP) VMPP, lebih kecil dari tegangan rangkaian terbuka
(Voc) dan arus saat MPP IMPP, adalah lebih rendah dari arus short circuit (Isc) [4].
Berikut karakteristik dari sel surya :
a. Short Circuit Current (Isc) : terjadi pada suatu titik dimana tegangannya adalah
nol, sehingga pada saat ini, daya keluaran adalah nol.
b. Open Circuit Voltage (Voc) : terjadi pada suatu titik dimana arusnya adalah nol,
sehingga pada saat ini pun daya keluaran adalah nol.
c. Maximum Power Point (MPP) : adalah titik daya output maksimum, yang sering
dinyatakan sebagai ”knee” dari kurva I-V.

Gambar 4.2 Kurva I-V [4]

Berdasarkan ketiga parameter tersebut, maka daya keluaran dari sel surya
dapat diperoleh dengan persamaan [8] :

𝑷𝒐𝒖𝒕 = 𝑽𝒐𝒄 × 𝑰𝒔𝒄 × 𝑭𝑭 (4.1)

Dengan:
Pout = daya keluaran sel surya (W)
Voc = tegangan open circuit (V)
Isc = arus short circuit (A)
FF = fill factor

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 4 35


FF (Fill Factor) merupakan parameter yang menentukan daya maksimum
dari panel sel surya. Besarnya FF dapat dihitung dengan persamaan [8].
𝑽𝒎𝒑 × 𝑰𝒎𝒑 𝑷𝒎𝒑
𝑭𝑭 = 𝑽 × 𝑰 atau 𝑭𝑭 = 𝑽 (4.2)
𝒐𝒄 𝒔𝒄 𝒐𝒄 × 𝑰𝒔𝒄

Efisiensi konversi energi cahaya menjadi energi listrik diperoleh dari


perbandingan antara daya keluaran dengan daya masukan. Daya masukan sel surya
secara matematis dapat dituliskan dengan persamaan [8]:

𝑷𝒊𝒏 = 𝑮 × 𝑨 (4.3)

Sehingga besarnya nilai efisiensi diperoleh dengan menggunakan persamaan


sebagai berikut [8] :

𝑷
𝜼 = 𝑷𝒐𝒖𝒕 (4.4)
𝒊𝒏

Dengan: Vmp = tegangan maksimum (V)


Imp = arus maksimum (A)
Pmp = daya maksimum (W)
η = efisiensi (%)
Pin = daya masukan sel surya (W)
G = intensitas cahaya (W/m2)
A = luas panel surya (m2)

3. Panel Surya

Panel surya merupakan komponen yang berfungsi untuk mengubah energi


sinar matahari menjadi energi listrik.Panel ini tersusun dari beberapa sel surya yang
dihubungkan secara seri maupun paralel.Gabungan daripanel-panel ini akan
membentuk suatu “Array” [4]. Usia dari panel surya dapar mencapai 25 tahun sesuai
garansi yang diberikan produsen panel surya [5].

Gambar 4.3 Hubungan Sel Surya, Panel Surya dan Array [4]

36 BAB 4 | LISTRIK TENAGA SURYA


Kapasitas panel surya dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Panel Surya

Kapasitas Panel Harga


100 Wp Rp. 1.452.200
150 Wp Rp. 1.558.200
200 Wp Rp. 2.014.000
300 Wp Rp.3.106.800
Sumber : Rekasurya.com

Pengoperasian maksimum panel surya sangat tergantung pada faktor-faktor


sebagai berikut [4] :

a. Temperatur
Sebuah panel surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperatur
yang diterimanya tetap normal pada temperatur 25⁰C. Kenaikan temperatur dari
temperatur normal pada panel surya akan melemahkan tegangan (Voc) yang
dihasilkan. Setiap kenaikan temperatur panel surya 1⁰C dari 25⁰C akan
mengakibatkan berkurang sekitar 0,5% daya yang dihasilkan. Untuk
menghitung besarnya daya yang berkurang pada saat temperature mengalami
kenaikan ⁰C dari temperatur standarnya, dipergunakan persamaan sebagai
berikut [10] :

𝑷𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒏𝒂𝒊𝒌 𝒕 ⁰
𝑪
= 𝟎, 𝟓% / ⁰𝑪 × 𝑷𝑴𝑷𝑷 × 𝒌𝒆𝒏𝒂𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒖𝒓( ⁰𝑪) (4.5)

Dengan:
Psaat t naiko C = daya pada saat temperatur naik oC dari
temperatur standar.
PMPP = daya keluaran maksimum panel surya.

Daya keluaran maksimum panel surya saat temperaturnya naik menjadi


toC dari temperatur standar diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut
[10] :

𝑷𝑴𝑷𝑷 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒏𝒂𝒊𝒌𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒕 ⁰𝑪 = 𝑷𝑴𝑷𝑷 − 𝑷𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒏𝒂𝒊𝒌 𝒕 ⁰𝑪 (4.6)

Dengan:
PMPPsaat naik menjadi t ⁰C = keluaran maksimum panel surya saat
temperatur naik menjadi t⁰C dari temperatur standar.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 4 37


TCF (Temperature Correction Factor) adalah perbandingan antara daya
keluaran maksimum panel surya pada saat temperatur di sekitar panel surya naik
menjadi t⁰C dari temperatur standarnya dengan daya keluaran maksimum panel
surya. Besarnya TCF diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut [10] :

𝑷𝒎𝒑𝒑 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒊𝒔𝒊𝒉 𝒕 ⁰


𝑻𝑪𝑭 = 𝑪 (4.
𝑷𝒎𝒑𝒑

Gambar 4.4 Pengaruh Temperatur terhadap Panel Surya [4]

b. Radiasi Matahari (Insolation)


Intensitas radiasi matahari akan berpengaruh pada daya keluaran panel
surya. Semakin rendah intensitas cahaya yang diterima oleh panel surya maka
arus (Isc) akan semakin rendah. Hal ini membuat titik Maximum Power Point
berada pada titik yang semakin rendah.

Gambar 4.5 Pengaruh Intensitas Radiasi terhadap Panel Surya [4]


c. Kecepatan Angin

38 BAB 4 | LISTRIK TENAGA SURYA


Kecepatan tiup angin disekitar lokasi panel surya dapat membantu
mendinginkan permukaan temperatur kaca-kaca panel surya yang terkena panas
sinar matahari.
d. Keadaan Atmosfir Bumi
Keadaan atmosfer bumi seperti berawan, mendung, partikel debu udara,
asap uap air udara, kabut dan polusi sangat menentukan hasil maksimum arus
listrik dari deretan modul surya.
e. Sudut Orientasi Matahari (Tilt Angle) dan Peletakan Panel Surya
Agar energi tetap berada pada nilai yang optimal maka permukaan panel
surya harus dipertahankan tegak lurus terhadap sinar matahari yang jatuh ke
permukaan panel surya, oleh karena itu penentuan tilt angle sangat penting
untuk mempertahankan energi matahari yang dihasilkan. Ada berbagai cara
peletakan panel surya yaitu [5]:
1) Fixed array
Deretan panel sel surya diletakan pada struktur penyangga sel surya
(rangka tersendiri) atau menyatu ke struktur atap.Pemasangan secara tetap
sering dilakukan karena paling mudah dalam pelaksanaan dan biaya sedikit.
2) Seasonally adjusted tilting
Deretan modul sel surya dapat dirubah secara manual sesuai waktu
yang dikehendaki untuk pengoptimalan tilt angle. Lokasi yang terletak pada
midlatitude dapat mengubah sudut sel surya setiap 3 bulan, dan akan
meningkatkan produksi energi surya +5%.
3) One axis tracking
Panel modul sel surya dapat mengikuti lintasan pergerakan matahari
dari timur ke barat secara otomatis, akan meningkatkan efisiensi +20%
dibandingkan fixed arrays.
4) Two axis tracking
Panel modul sel surya dapat mengikuti lintasan pergerakan matahari
dari timur ke barat serta orientasi utara-selatan secara otomatis, akan
meningkatkan efisiensi +40% dibandingkan fixed arrays.

Sistem PLTS yang menggunakan peralatan baru terdapat asumsi


kerugian (losses) sebesar 15%, maka kebutuhan energi listrik dijumlahkan
dengan asumsi kerugian (losses)pada sistem.Hal ini dilakukan agar energi suplai
PLTS dapat memenuhi kebutuhan energi listrik yang dibutuhkan.Untuk
mengetahui daya yang dibangkitkan PLTS dan jumlah panel dapat dihitung
dengan persamaan berikut [10] :

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 4 39


𝑬𝑳
𝑷𝑽 𝒂𝒓𝒆𝒂 = 𝑮𝒂𝒗×𝜼𝒑𝒗×𝑻𝑪𝑭×𝜼𝒐𝒖𝒕 (4.8)

Dengan:
EL = pemakaian energi (kWh/hari).
Gav = insolasi harian matahari rata-rata (kWh/m2/hari).
ηPV = efisiensi panel surya.
TCF =temperature correction factor.
𝜂𝑜𝑢𝑡 = efisiensi baterai × efisiensi inverter

Dari perhitungan PV area, maka besar daya yang dibangkitkan PLTS


(Watt peak) dapat diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut [10] :

𝑷𝑾𝒂𝒕𝒕 𝒑𝒆𝒂𝒌 = 𝑨𝒓𝒆𝒂 𝑨𝒓𝒓𝒂𝒚 × 𝑷𝑺𝑰 × 𝜼𝑷𝑽 (4.9)

Dengan :
PSI (Peak Solar Insolation) = 1000 W/m2.

Selanjutnya berdasarkan besar daya yang akan dibangkitkan (Wpeak),


maka jumlah panel surya yang diperlukan, diperhitungkan dengan persamaan
sebagai berikut [10]:

𝑷𝒘𝒂𝒕𝒕 𝒑𝒆𝒂𝒌
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑷𝒂𝒏𝒆𝒍 𝑺𝒖𝒓𝒚𝒂 = (4.10)
𝑷𝑴𝑷𝑷

Dengan:
PWatt Peak = Daya yang dibangkitkan (Wp).
PMPP = Daya maksimum keluaran (output) panel surya (W).

Untuk memperoleh besar tegangan, arus dan daya yang sesuai dengan
kebutuhan, maka panel-panel surya tersebut harus dikombinasikan secara seri
dan paralel dengan aturan sebagai berikut :
1) Untuk memperoleh tegangan keluaran yang lebih besar dari tegangan
keluaran panel surya, maka dua buah (lebih) panel surya harus dihubungkan
secara seri.
2) Untuk memperoleh arus keluaran yang lebih besar dari arus keluaran panel
surya, maka dua buah (lebih) panel surya harus dihubungkan secara paralel.
3) Untuk memperoleh daya keluaran yang lebih besar dari daya keluaran panel
surya dengan tegangan yang konstan maka panel-panel surya harus
dihubungkan secara seri dan pararel.

40 BAB 4 | LISTRIK TENAGA SURYA


Gambar 4.6 Hubungan Panel Surya [4]

4. Inverter

Inverter adalah peralatan elektronika yang berfungsi untuk mengubah arus


listrik searah (direct current) dari panel surya atau baterai menjadi arus listrik bolak-
balik (alternating current) dengan frekuensi 50Hz/60Hz. Pemilihan inverter yang
tepat untuk aplikasi tertentu, tergantung pada kebutuhan beban dan juga tergantung
pada apakah inverter akan menjadi bagian dari sistem yang terhubung ke jaringan
listrik atau sistem yang berdiri sendiri.
Inverter dikelompokkan menjadi tiga yaitu inverter dengan gelombang
keluaran berbentuksquare,modified dan true sine wave. Inverter yang terbaik adalah
yang mampumenghasilkan gelombang sinusoidal murni atau true sine wave yaitu
bentukgelombang yang sama dengan bentuk gelombang dari jaringan listrik (grid
utility). Pada pemilihan inverter, diupayakan kapasitas kerjanya mendekati kapasitas
daya yang dilayani, agar efisiensi kerja inverter menjadi maksimal [4].

5. Baterai

Baterai adalah komponen PLTS yang berfungsi menyimpan energi listrik


yang dihasilkan oleh panel surya pada siang hari, untuk kemudian dipergunakan pada
malam hari dan pada saat cuaca mendung. Baterai yang dipergunakan pada PLTS
mengalami proses siklus mengisi (Charging) dan mengosongkan (Discharging),
tergantung pada ada atau tidaknya sinar matahari. Selama ada sinar matahari, panel
surya akan menghasilkan energi listrik. Apabila energi listrik yang dihasilkan
tersebut melebihi kebutuhan bebannya, maka energi listrik tersebut akan segera
dipergunakan untuk mengisi baterai. Sebaliknya selama matahari tidak ada,
permintaan energi listrik akan disuplai oleh baterai. Proses pengisian dan
pengosongan ini disebut satu siklus baterai [4].
Tingkat kedalaman pengosongan (Depth of Discharge) baterai biasanya
dinyatakan dalam persentase. Misalnya, suatu baterai memiliki DOD 80%, ini berarti

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 4 41


bahwa hanya 80% dari energi yang tersedia dapat dipergunakan dan 20% tetap
berada dalam cadangan. Pengaturan DOD berperan dalam menjaga usia pakai dari
baterai tersebut. Semakin dalam DOD yang diberlakukan pada suatu baterai maka
semakin pendek pula siklus hidup dari baterai tersebut. Gambar 2.11, menunjukkan
hubungan antara DOD dengan siklus hidup baterai [4].

Gambar 4.6 Hubungan DOD dengan Siklus Hidup Baterai [4]


Besar kapasitas baterai yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi energi
harian, dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut [5]:

𝑬𝒕
𝑨𝑯 = (4.11)
𝑽𝒔

𝑨𝑯 𝒙 𝑨𝑫
𝑪𝒃 = (4.12)
% 𝑫𝑶𝑫

Dengan:
Et = pemakaian energi listrik (Wh) Vs = tegangan sistem (V)
% DOD = presentasi nilai DOD maksimum yang dapat digunakan
TCF = faktor koreksi temperature AD = autonomy days

Berikut ini merupakan jenis baterai yang ada dipasaran Sumber (cahaya-led.com):
Tabel 4.2 Baterai
Baterai VLRA AGM Harga Satuan
12V 65Ah Rp. 1.500.000
12V 100Ah Rp. 2.000.000
12V 120Ah Rp. 2.450.000
12V 150Ah Rp. 2.750.000
12V 200Ah Rp. 4.350.000
12V 250Ah Rp. 5.500.000
6. Charge Controller

42 BAB 4 | LISTRIK TENAGA SURYA


Charge controller adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk
mengatur pengisian arus searah dari panel surya ke baterai dan mengatur penyaluran
arus dari baterai ke peralatan listrik (beban). Charge controller mempunyai
kemampuan untuk mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai sudah penuh terisi
maka secara otomatis pengisian arus dari panel surya berhenti.
Charge controller akan mengisi baterai sampai level tegangan tertentu,
kemudian apabila level tegangan turun, maka baterai akan diisi kembali.
Chargecontroller memiliki 2 operasi kerja, yaitu charging mode dan operation
mode. Charging mode merupakan suatu mode kerja charge controller saat pengisian
baterai. Umumnya baterai diisi dengan metode three stage charging yaitu [5]:
a. Fase bulk: yaitu baterai akan diisi sesuai dengan tegangan setup dan arus diambil
secara maksimum dari panel surya. Umumnya tegangan setup bulk adalah 14,4V
sampai 14,6V.Pada saat baterai sudah pada tegangan setup bulk dimulailah fase
absorption.
b. Fase absorption : pada fase ini, tegangan baterai akan dijaga sesuai dengan
tegangan bulk, sampai tegangan solar charge controller tercapai, arus yang
dialirkan akan menurun sampai tercapai kapasitas dari baterai.
c. Fase float: baterai akan dijaga pada tegangan float setting (umumnya 13,4V
sampai 13,7V). Beban yang terhubung ke baterai dapat menggunakan arus
maksimum dari panel surya pada tahapan ini.

Charge controller dilengkapi dengan diode protection yang menghindarkan


arus DC dari baterai agar tidak masuk ke panel surya lagi. Perhitungan kapasitas
charge controller dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut [8] :

𝑷
𝑰𝒎𝒂𝒙 = 𝒎𝒂𝒌𝒔 (4.13)
𝑽𝒔

Dengan : Imax = arus yang mengalir pada charge controller


Pmax = beban maksimal
Vs = tegangan sistem pada baterai

B. Model Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

1. PLTS-Grid Connected

Sistem PLTS-Grid Connected pada dasarnya adalah menggabungkan PLTS


dengan jaringan listrik PLN. Komponen utama dalam sistem ini adalah inverter, atau
Power Conditioning Unit (PCU).Inverter inilah yang berfungsi untuk mengubah
daya DC yang dihasilkan oleh PLTS menjadi daya AC sesuai dengan persyaratan
dari jaringan listrik yang terhubung (utility grid).

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 4 43


Gambar 4.7 Diagram Sistem PLTS-Grid Connected [4]

2. PLTS Berdiri Sendiri (Stand- Alone)

Sistem PLTS yang berdiri sendiri (Stand-Alone) dirancang beroperasi


mandiri untuk memasok beban DC atau AC. Jenis sistem ini dapat diaktifkan oleh
array photovoltaic saja, atau dapat menggunakan sumber tambahan energi lain,
seperti: air, angin dan mesin diesel. Baterai digunakan pada kebanyakan sistem
PLTS yang berdiri sendiri untuk penyimpanan energi. Gambar 2.19 menunjukkan
diagram dari PLTS yang berdiri sendiri.

Gambar 4.8 Diagram Sistem PLTS Berdiri Sendiri dengan Baterai [4]

Pada Gambar 2.13 dapat dilihat daya DC yang dihasilkan oleh PV array
PLTS dikirim ke charger controller untuk melakukan charging ke baterai dan
melayani beban DC, charger controller juga mengatur overcharging atau kelebihan
pengisian karena baterai sudah penuh. Untuk memenuhi kebutuhan beban AC
digunakan baterai yang telah di charge oleh PV array, dan arus searah DC yang
berasal dari baterai telah dikonversi oleh inverter menjadi arus listrik bolak balik
(AC) sehingga dapat memenuhi kebutuhan beban AC.

44 BAB 4 | LISTRIK TENAGA SURYA


C. Aspek Biaya

1. Biaya Siklus Hidup (Life Cycle Cost)

Pada sistem PLTS, biaya siklus hidup (LCC) ditentukan oleh nilai sekarang
dari biaya total sistem PLTS yang terdiri dari biaya investasi awal, biaya jangka
panjang untuk pemeliharaan dan operasional. Biaya siklus hidup (LCC)
diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut[4]:

𝑳𝑪𝑪 = 𝑪 + 𝑴𝑷𝑾 + 𝑹𝑷𝑾 (4.14)

Dengan:
LCC = Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost).
C = Biaya investasi awal adalah biaya awal yang dikeluarkan untuk
pembelian komponen-komponen PLTS, biaya instalasi dan biaya
lainnya misalnya biaya untuk rak penyangga.
MPW = Biaya nilai sekarang untuk total biaya pemeliharaan dan operasional
selama n tahun atau selama umur proyek.
RPW = Biaya nilai sekarang untuk biaya penggantian yang harus dikeluarkan
selama umur proyek. Contohnya adalah biaya untuk penggantian baterai.

Biaya pemeliharaan dan operasional per tahun untuk PLTS umumnya


diperhitungkan sebesar 1-2%. Adapun besar biaya pemeliharaan dan operasional (M)
per tahun untuk PLTS yang akan dikembangkan dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut[4]:

𝑴 = 𝟏% × 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑰𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 (4.15)


Nilai sekarang biaya tahunan yang akan dikeluarkan beberapa waktu
mendatang (selama umur proyek) dengan jumlah pengeluaran yang tetap, dihitung
dengan persamaan sebagai berikut[4]:
𝒏
(𝟏+𝒊)
𝑷=𝑨 𝒏 (4.16
𝒊(𝟏+𝒊)
Dengan:
P = Nilai sekarang biaya tahunan selama umur proyek.
A = Biaya tahunan.
i = Tingkat diskonto.
n = Umur proyek.
2. Faktor Diskonto

Faktor diskonto (Discount factor) adalah faktor yang digunakan untuk


nilaipenerimaan-penerimaan di masa mendatang sehingga dapat dibandingkan
dengan pengeluran pada masa sekarang.Sedangkan tingkat diskonto yang digunakan

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 4 45


untuk penerimaan-penerimaantersebut dapat berupa tingkat suku bunga pasar
(tingkat suku bunga bank).Adapun persamaan faktor diskonto adalah sebagai
berikut[4]:
𝟏
𝑫𝑭 = 𝒏 (4.17)
(𝟏+𝒊)

Dengan:
DF = Faktor diskonto.
i = Tingkat diskonto.
n = Periode dalam tahun (umur investasi).

3. Biaya Energi (Cost of Energy)

Biaya energi merupakan perbandingan antara biaya total per tahun dari sistem
dengan energi yang dihasilkannya selama periode yang sama. Dilihat dari sisi
ekonomi, biaya energi PLTS berbeda dari biaya energi untuk pembangkit
konvensional. Hal ini karena biaya energi PLTS, dipengaruhi oleh biaya seperti [4]:
a. Biaya awal (biaya modal) yang tinggi;
b. Biaya pemeliharaan dan operasional rendah;
c. Biaya penggantian rendah (terutama hanya untuk baterai).

Perhitungan biaya energi suatu PLTS ditentukan oleh biaya siklus hidup
(LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan AkWh produksi tahunan PLTS.
Perhitungan biaya energi PLTS dihitung dengan persamaan sebagai berikut [4] :

𝑳𝑪𝑪×𝑪𝑹𝑭
𝑪𝑶𝑬 = (4.1)
𝑨𝒌𝑾𝒉

Dengan:
COE = Cost of Energy atau Biaya Energi (Rp/kWh).
CRF = Faktor pemulihan modal.
A kWh = Energi yang dibangkitkan tahunan (kWh/tahun).
D. Faktor Pemulihan Modal (Capital Recovery Factor)

Faktor pemulihan modal adalah faktor yang dipergunakan untuk


mengkonversikan semua arus kas biaya siklus hidup (LCC) menjadi serangkaian
pembayaran atau biaya tahunan dengan jumlah yang sama. Faktor pemulihan modal
diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut [4]:
𝒏
𝒊(𝟏+𝒊)
𝑪𝑹𝑭 = 𝒏 (4.19)
(𝟏+𝒊) −𝟏

Dengan:

46 BAB 4 | LISTRIK TENAGA SURYA


CRF = Faktor pemulihan modal.
i = Tingkat diskonto.
n = Periode dalam tahun (umur investasi).

Sedangkan untuk kWh produksi tahunan PLTS diperhitungkan dengan


persamaan sebagai berikut [4]:

𝑨𝒌𝑾𝒉 = 𝒌𝑾𝒉 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 𝒉𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏 × 𝟑𝟔𝟓 (4.10)

E. Teknik Analisis Kelayakan Investasi

1. Net Present Value (NPV)


Net Present Value menyatakan bahwa seluruh aliran kas bersih
dinilaisekarangkan atas dasar faktor diskonto (discount factor).Teknik ini
menghitung selisih antara seluruh kas bersih nilai sekarang dengan investasi awal
yang ditanamkan. Untuk menghitung Net Present Value dipergunakan persamaan
sebagai berikut [4]:

𝑵𝑪𝑭𝒕
𝑵𝑷𝑽 = ∑𝒏
𝒕=𝟏 (𝟏+𝒊)𝒕 − 𝑰𝑰 (4.21)

Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima atau


layak ditolak adalah sebagai berikut :
a. Investasi dinilai layak, apabila NPV bernilai positif (> 0).
b. Investasi dinilai tidak layak, apabila NPV bernilai negatif (< 0).

2. Profitability Index (PI)

Profitability Index merupakan perbandingan antara seluruh kas bersih nilai


sekarang dengan investasi awal. Teknik ini juga sering disebut dengan model rasio
manfaat biaya (benefit cost ratio). Teknik Profitability Index dihitung dengan
persamaan sebagai berikut [4]:

𝒏 −𝒕
∑ 𝑵𝑪𝑭𝒕 (𝟏+𝒊)
𝑷𝑰 = 𝒕=𝟏 (4.22)
𝑰𝑰

Dengan:
NCFt = Net Cash Flow periode tahun ke-1 sampai tahun
ke-n.
II = Investasi awal (Initial Investment).

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 4 47


i = Tingkat diskonto.
n = Periode dalam tahun (umur investasi).

Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima atau


layak ditolak adalah sebagai berikut.
a. Investasi dinilai layak, apabila PI bernilai lebih besar dari satu (>1).
b. Investasi dinilai tidak layak, apabila PI bernilai lebih kecil dari satu (< 1).

3. Discounted Payback Period (DPP)

Payback Period adalah periode lamanya waktu yang dibutuhkan untuk


mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh
proyek (investasi).Sedangkan Discounted Payback Period adalah periode
pengembalian yang didiskontokan.Discounted Payback Period dapat dicari dengan
menghitung berapa tahun kas bersih nilai sekarang (PVNCF) kumulatif yang ditaksir
akan sama dengan investasi awal.
Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima atau
layak ditolak adalah :
a. Investasi dinilai layak, apabila DPP memiliki periode waktu lebih pendek dari
umur proyek (periode cutoff).
b. Investasi dinilai tidak layak, apabila DPP memiliki periode waktu lebih panjang
dari umur proyek (periode cutoff).

PERTANYAAN

1. Sebutkan komponen-komponen listrik tenaga surya !


2. Jelaskan model sistem pembangkit listrik tenaga surya !
3. Hitunglah beberapa aspek-aspek biaya pembangkitan listrik tenaga surya !
4. Jelaskan system analisis faktor pemulihan modal !
5. Sebutkan teknik analisis kelayakan investasi !
SOAL LANJUTAN

1. Analisis biaya system listrik tenaga surya


2. Menghitung aspek-aspek biaya PLTS surya
3. Mengenal model-model sistem PLTS surya

48 BAB 4 | LISTRIK TENAGA SURYA


LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 4 49
ANALISIS BIAYA SISTEM LISTRIK BAB
TENGA SURYA 5

KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari bab 5 ini, mahasiswa mampu:


1. Menghitung aspek-aspek biaya PLTS surya
2. Mengenal model-model sistem PLTS surya
3. Mengenal factor pengoperasioan panel surya
4. Menghitung biaya pemasangan PLTS
5. Menjelaskan langkah-langkah perhitungan biaya pembangunan PLTS

A. ASPEK-ASPEK BIAYA PLTS

1. Biaya Siklus Hidup (Life Cycle Cost)

Pada sistem PLTS, biaya siklus hidup (LCC) ditentukan oleh nilai sekarang
dari biaya total sistem PLTS yang terdiri dari biaya investasi awal, biaya jangka
panjang untuk pemeliharaan dan operasional. Biaya siklus hidup (LCC)
diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut[47]:

𝑳𝑪𝑪 = 𝑪 + 𝑴𝑷𝑾 + 𝑹𝑷𝑾 (5.1)

Dengan:
LCC = Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost).
C = Biaya investasi awal adalah biaya awal yang dikeluarkan untuk
pembelian komponen-komponen PLTS, biaya instalasi dan biaya
lainnya misalnya biaya untuk rak penyangga.
MPW = Biaya nilai sekarang untuk total biaya pemeliharaan dan operasional
selama n tahun atau selama umur proyek.
RPW = Biaya nilai sekarang untuk biaya penggantian yang harus
dikeluarkan selama umur proyek. Contohnya adalah biaya untuk
penggantian baterai.

50 BAB 5 | LISTRIK TENAGA SURYA


Biaya pemeliharaan dan operasional per tahun untuk PLTS umumnya
diperhitungkan sebesar 1-2%. Adapun besar biaya pemeliharaan dan operasional (M)
per tahun untuk PLTS yang akan dikembangkan dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut [47]:

𝑴 = 𝟏% × 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑰𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 (5.2)

Nilai sekarang biaya tahunan yang akan dikeluarkan beberapa waktu


mendatang (selama umur proyek) dengan jumlah pengeluaran yang tetap, dihitung
dengan persamaan sebagai berikut [47]:
𝒏
(𝟏+𝒊)
𝑷=𝑨 𝒏 (5.3)
𝒊(𝟏+𝒊)

Dengan:
P = Nilai sekarang biaya tahunan selama umur proyek.
A = Biaya tahunan.
i = Tingkat diskonto.
n = Umur proyek.

2. Faktor Diskonto

Faktor diskonto (Discount factor) adalah faktor yang digunakan untuk


nilaipenerimaan-penerimaan di masa mendatang sehingga dapat dibandingkan
dengan pengeluran pada masa sekarang.Sedangkan tingkat diskonto yang digunakan
untuk penerimaan-penerimaantersebut dapat berupa tingkat suku bunga pasar
(tingkat suku bunga bank).Adapun persamaan faktor diskonto adalah sebagai berikut
[47]:
𝟏
𝑫𝑭 = 𝒏 (5.4)
(𝟏+𝒊)

Dengan:
DF = Faktor diskonto.
i = Tingkat diskonto.
n = Periode dalam tahun (umur investasi).

3. Biaya Energi (Cost of Energy)

Biaya energi merupakan perbandingan antara biaya total per tahun dari sistem
dengan energi yang dihasilkannya selama periode yang sama. Dilihat dari sisi
ekonomi, biaya energi PLTS berbeda dari biaya energi untuk pembangkit
konvensional. Hal ini karena biaya energi PLTS, dipengaruhi oleh biaya seperti [47]:

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 5 51


a. Biaya awal (biaya modal) yang tinggi;
b. Biaya pemeliharaan dan operasional rendah;
c. Biaya penggantian rendah (terutama hanya untuk baterai).

Perhitungan biaya energi suatu PLTS ditentukan oleh biaya siklus hidup
(LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan AkWh produksi tahunan PLTS.
Perhitungan biaya energi PLTS dihitung dengan persamaan sebagai berikut [47] :
𝑳𝑪𝑪×𝑪𝑹𝑭
𝑪𝑶𝑬 = (5.5)
𝑨𝒌𝑾𝒉

Dengan:
COE = Cost of Energy atau Biaya Energi (Rp/kWh).
CRF = Faktor pemulihan modal.
A kWh = Energi yang dibangkitkan tahunan (kWh/tahun).

4. Faktor Pemulihan Modal (Capital Recovery Factor)

Faktor pemulihan modal adalah faktor yang dipergunakan untuk


mengkonversikan semua arus kas biaya siklus hidup (LCC) menjadi serangkaian
pembayaran atau biaya tahunan dengan jumlah yang sama. Faktor pemulihan modal
diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut [47]:
𝒏
𝒊(𝟏+𝒊)
𝑪𝑹𝑭 = 𝒏 (5.6)
(𝟏+𝒊) −𝟏

Dengan:
CRF = Faktor pemulihan modal.
i = Tingkat diskonto.
n = Periode dalam tahun (umur investasi).

Sedangkan untuk kWh produksi tahunan PLTS diperhitungkan dengan


persamaan sebagai berikut [47]:

𝑨𝒌𝑾𝒉 = 𝒌𝑾𝒉 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 𝒉𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏 × 𝟑𝟔𝟓 (5.7)

B. Teknik Analisis Kelayakan Investasi

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value menyatakan bahwa seluruh aliran kas bersih


dinilaisekarangkan atas dasar faktor diskonto (discount factor).Teknik ini
menghitung selisih antara seluruh kas bersih nilai sekarang dengan investasi awal

52 BAB 5 | LISTRIK TENAGA SURYA


yang ditanamkan. Untuk menghitung Net Present Value dipergunakan persamaan
sebagai berikut [47]:

𝑵𝑪𝑭𝒕
𝑵𝑷𝑽 = ∑𝒏
𝒕=𝟏 (𝟏+𝒊)𝒕 − 𝑰𝑰 (5.8)

Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima atau


layak ditolak adalah sebagai berikut :
a. Investasi dinilai layak, apabila NPV bernilai positif (> 0).
b. Investasi dinilai tidak layak, apabila NPV bernilai negatif (< 0).

2. Profitability Index (PI)

Profitability Index merupakan perbandingan antara seluruh kas bersih nilai


sekarang dengan investasi awal. Teknik ini juga sering disebut dengan model rasio
manfaat biaya (benefit cost ratio). Teknik Profitability Index dihitung dengan
persamaan sebagai berikut [47]:

𝒏 −𝒕
∑ 𝑵𝑪𝑭𝒕 (𝟏+𝒊)
𝑷𝑰 = 𝒕=𝟏 (5.9)
𝑰𝑰

Dengan:
NCFt = Net Cash Flow periode tahun ke-1 sampai tahun
ke-n.
II = Investasi awal (Initial Investment).
i = Tingkat diskonto.
n = Periode dalam tahun (umur investasi).

Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima atau


layak ditolak adalah sebagai berikut :
a. Investasi dinilai layak, apabila PI bernilai lebih besar dari satu (>1).
b. Investasi dinilai tidak layak, apabila PI bernilai lebih kecil dari satu (< 1).

3. Discounted Payback Period (DPP)

Payback Period adalah periode lamanya waktu yang dibutuhkan untuk


mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh
proyek (investasi). Sedangkan Discounted Payback Period adalah periode
pengembalian yang didiskontokan.Discounted Payback Period dapat dicari dengan
menghitung berapa tahun kas bersih nilai sekarang (PVNCF) kumulatif yang ditaksir
akan sama dengan investasi awal.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 5 53


Kriteria pengambilan keputusan apakah usulan investasi layak diterima atau
layak ditolak adalah :
a. Investasi dinilai layak, apabila DPP memiliki periode waktu lebih pendek dari
umur proyek (periode cutoff).
b. Investasi dinilai tidak layak, apabila DPP memiliki periode waktu lebih panjang
dari umur proyek (periode cutoff).

C. Faktor Pengoperasian Panel Surya

Pengoperasian panel surya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.


1. Ambient Air Temperature

Panel surya dapat bekerja secara maksimal apabila temperatur permukaan


panel surya tetap pada kondisi standar (untuk standar pada 25 derajat celcius). Setiap
kenaikan temperatur permukaan panel surya akan menurunkan tegangan keluaran
yang dihasilkan. Kenaikan temperatur permukaan akan menyebabkan penurunan
daya sebesar 0,5% untuk setiap kenaikan 10C. Penurunan daya keluaran panel surya
tersebut dapat dihitung dengan persamaan [31] sebagai berikut:

𝑃saat suhu naik t0C = 0,5 % / 0𝐶 𝑥 𝑃MPP 𝑥 𝑡0C (5.10)

Keterangan:
Psaat t naik0C = Daya keluaran saat temperatur
naik 0C dari STC (Watt)
PMPP = Daya keluaran maksimum panel
surya (Watt)

Berdasarkan persamaan tersebut dapat diperoleh daya keluaran maksimum


panel surya pada saat temperaturnya mengalami kenaikan menjadi t0C dari
temperatur kondisi standarnya yang dapat diperoleh dengan persamaan [31] sebagai
berikut:
𝑃MPPsaat naik menjadi t0C = 𝑃MPP − 𝑃 saat naik 0C (5.11)

Keterangan:
PMPP saat naik menjadi t0C = Daya keluaran maksimum panel surya saat
temperatur panel surya mengalami kenaikan t0C

Temperatur Correction Factor pada panel surya dapat diperoleh dengan


persamaan [10] sebagai berikut:

PMPP saat naik menjadi t0C


𝑇𝐹𝐶 = (5.12)
PMPP

54 BAB 5 | LISTRIK TENAGA SURYA


Keterangan :
TFC = Faktor koreksi temperatur.
PMPP = Daya MPP panel surya (Watt peak)

2. Radiasi Solar Matahari (Insolation)

Radiasi solar matahari di bumi dan berbagai lokasi bervariasi dan sangat
tergantung keadaan spketrum solar ke bumi.Insolation solar matahari berpengaruh
banyak terhadap arus dan sedikit terhadap tegangan (Mintorogo, 2000).

Gambar 5.1 Kurva Karakteristik Arus - Tegangan dalam Berbagai Temperatur


Cell dan Tingkat Radiasi [32]

3. Kecepatan Angin Bertiup

Kecepatan tiup angin di sekitar panel surya akan membantu pendinginan


temperatur permukaan panel surya. [17].

4. Keadaan Atmosfir Bumi

Keadaan atmosfer bumi seperti berawan, mendung, partikel debu udara, asap
uap air udara, kabut dan polusi sangat menentukan keluaran maksimum arus listrik
dari deretan modul surya [17].

5. Peletakan Modul Solar Cell

Penempatan panel surya yang optimal diperlukan untuk memperoleh


penyerapan energi surya yang optimal. Penempatan tersebut terdiri atas 5 cara, yaitu:

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 5 55


a. Fixed Array
Penempatan dengan fixed array dilakukan dengan menempatkan panel
surya pada penyangga panel ataupun menyatu pada struktur atap. Penempatan
ini banyak digunakan karena kemudahan dalam instalasi maupun hemat biaya.
Pada cara ini diperlukan perhitungan sudut kemiringan (tilt angle) yang tepat
yangdisesuaikan terhadap lokasi pemasangan. Latitude optimum pada 21 maret
dan 21 September (Solstices).Perhitungan tersebut dengan menambahkan 230
pada sudut latitude lokasi penempatan panel surya. Sudut altitude matahari juga
berubah secara konstan, untuk itu diperlukan perhitungan sudut deklinasi untuk
posisi matahari [17] yaitu:
Desember 21 = - 23.45 derajat
Maret 21 = 0 derajat
Juni 21 = + 23.45 derajat
September 21 = 0 derajat.

b. Seasonally Adjusted Tilting


Tilt angle pada cara penempatan ini dapat dirubah secara manual sesuai
sudut yang optimal tiap waktu. Peningkatan produksi energi dapat mencapai ±
5% dengan merubah tilt angle setiap 3 bulan untuk daerah yang terletak pada
Mid-latitude (Mintorogo, 2000).

c. One Axis Tracking


Penempatan panel surya dengan pengerak otomatis dengan mengikuti
pergerakan matahari dari timur ke barat secara otomatis.Peningkatan efisiensi
daya keluaran panel surya mencapai 20% dibandingkan Fixed Arrays [17].

d. Two Axis Tracking


Penempatan panel surya dengan pengerak otomatis dengan mengikuti
pergerakan matahari dari timur ke barat dan utara ke selatan secara
otomatis.Peningkatan efisiensi daya keluaran panel surya mencapai ±40%
dibandingkan Fixed Arrays [17].

D. Energi Listrik

Energi atau tenaga adalah kemampuan suatu benda untuk melakukan usaha
atau kerja.Menurut hukum kekekalan energi, energi tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan.Persamaan hukum kekekalan energi adalah sebagai berikut [38].
Ein = Eout (5.13)

Keterangan:

56 BAB 5 | LISTRIK TENAGA SURYA


Ein = Energi masuk (Joule)
Eout = Energi keluar (Joule)

Energi hanya dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain.
Sebuah penghantar yang diberi beda potensial V, kuat arus I, dalam waktu t,
berdasarkan persamaan ketiga variabel tersebut merupakan bagian dari konsep usaha
atau energi listrik. Usaha yang dilakukan dalam satuan waktu disebut daya
(P).Persamaan daya listrik dapat ditulis sebagai berikut [32].

𝑷=𝑽𝒙𝑰 (5.13)

Keterangan :
P = Daya (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)

Daya listrik merupakan bagian dari besarnya beda potensial, kuat arus,
hambatan dan waktu. Satuan daya adalah joule/sekon atau volt × ampere atau disebut
watt. Watt merupakan satuan Sistem Internasional dan joule merupakan satuan
Sistem Internasionalenergi listrik, tetapi dalam kehidupan sehari-hari energi listrik
biasa dinyatakan dalam satuan kWh (kilowatt-hour) [32], sehingga persamaannya
sebagai berikut [17].

𝑾 = 𝑷𝒕 (5.13)

Keterangan :
W = Energi (kWh)
t = Waktu (jam)

E. Langkah-Langkah Menghitung Biaya Pemasangan Listrik Tenaga Surya

1. Langkah Membangun PLTS

Gambar 5.2 Model Instalasi PLTS untuk Bangunan Rumah [31]

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 5 57


Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membangun PLTS untuk
kebutuhan rumah tangga :
a. Langkah pertama, hitung berapa watt daya yang dibutuhkan oleh masing-masing
peralatan dirumah dan berapa jam dipergunakan per hari. Hasil dari perhitungan
tersebut akan menghasilkan daya dalam satuan watt jam perhari.
b. Langkah kedua,hitung jumlah aki yang dibutuhkan sesuai dengan hasil
perhitungan daya yang dipergunakan per hari.Langkah ketiga, hitung berapa
watt panel surya yang diperlukan untuk pengisian sejumlah aki yang diperoleh
dari hasil perhitungan jumlah aki.
c. Langkah keempat, hitung berapa amper kapasitas charge kontroler yang
dibutuhkan.Langkah kelima, hitung berapa watt kapasitas inverter DC to AC
yang diperlukan.
d. Langkah terakhir, hitung berapa biaya yang harus anda keluarkan.

2. Perhitungan Daya Listrik Terpakai Per Hari

a. Lampu 10 bh x 10 watt x 12 jam : 1200 watt hour,


b. Televisi 1 bh x 100 watt x 8 jam : 600 watt hour,
c. Kulkas 1 bh x 125 watt x 24 jam : 1000 watt hour (1/3 dari total watt karena
kompresor tidak selalu berputar)
d. Lain-lain 100 watt x 5 jam : 500 watt hour,Total pemakaian per hari : 3300
watt hour.

3. Perhitungan Jumlah Aki yang Diperlukan :

a. Aki 12 volt 100 Amp Hour.


b. Kebutuhan aki harus juga mempertimbangkan hari-hari dimana sinar
matahari tidak bisa keluar sempurna karena cuaca misalnya mendung
selama 2 hari berturut-turut, dimana panel surya tidak dapat mengkonversi
sinar matahari menjadi energi listrik selama 2 hari, untuk itu kebutuhan
daya perhari harus dikalikan dengan 2. Disamping itu juga harus
diperhitungkan faktor efesiensi aki dan pada saat pemakaian aki tidak boleh
dipakai sampai semua daya habis.Sebaiknya menggunakan aki jenis MF
(Maintenace Free).
c. Jumlah Aki yang dibutuhkan = (Total Daya : Voltase Aki : Ah Aki) = 3300
Watt hour : 12 volt : 100 Ah= 2,75 dibulatkan 3 bh aki 100 Ah
d. Sebaiknya aki dipergunakan hanya 50% dari kapasitas, maka : Jumlah aki
yang diperlukan = 2 x 12 Volt 100 Ah = 6 bh aki.
e. Apabila terjadi cuaca ekstrim (mendung/tidak ada sinar matahari) selama 3
hari berturut-turut, maka : Jumlah aki yang diperlukan = 2 x 6 = 12 bh aki
100 Ah.

58 BAB 5 | LISTRIK TENAGA SURYA


4. Perhitungan Jumlah Panel Surya Yang Dibutuhkan

a. Panel surya 100 watt peak.Di Indonesia rata rata maksimum energi surya
yang dapat diserap oleh panel surya dan dikonversi menjadi energi listrik
rata-rata adalah 5 jam perhari (pkl. 9.00 s.d 14.00).
b. Jumlah kebutuhan panel surya : (3300 Watt Hour : 5 jam) : 100 Watt Peak
= 6,6 (7) unit panel surya 100 Watt Peak (sebaiknya 8 unit 100 Wp).

5. Perhitungan Besarnya Ampere Charge Control Yang Dibutuhkan :

Ukuran (atau rating) untuk alat pengontrol arus masuk dan keluar dari aki
ditentukan dalam satuan Ampere.Untuk menghitung kebutuhan charge controller,
maka kita harus mengetahui dulu karakteristik dan spesifikasi dari panel surya,
biasanya pada bagian belakang panel surya terdapat spesifikasi teknis, misalnya :
a. Maximum power (Pmax) 100W.
b. Type cell monocrystalline.
c. Voltage at Pmax (Vmp) 17.4V Current at Pmax (Imp) 5.75A
d. Short circuit current (Isc) 6.33A
e. Open circuit voltage (Voc) 21.6VMaximum system voltage 1000V

Yang harus diperhatikan adalah angka Isc (short circuit current), nilainya dikalikan
dengan jumlah panel surya, hasilnya merupakan nilai berapa nilai minimal dari
charge controller yang dibutuhkan :
7 x 6,33 = 44,31 Ampere (sebaiknya gunakan 60A).

6. Kapasitas Inverter yang Dibutuhkan

Besarnya watt inverter DC to AC yang diperlukan adalah :Jumlah pemakaian


listrik (lihat angka 1) = 425 watt (sebaiknya menggunakan inverter sine wave 1000
watt) :

7. Hitung Biaya yang Dibutuhkan

Perhitungan kasar biaya yang dibutuhkan untuk dapat membackup


peggunaan listrik dirumah sebesar 425 watt :
a) 7 unit panel surya x 100 watt x Rp. 25.000 per watt = Rp. 17.500.000,-
b) 12 buah aki Delcor N100 (100 Ah) x Rp. 1.400.000,- = Rp. 16.800.000,-
c) Charge controller 60 Ampere (40 A Rp. 2.500.000,-) = Rp. 3.000.000,-
d) Inverter 1000 watt 12 volt (modified sine wave) = Rp.2.250.000,-
e) Total biaya = Rp.39.550.000,-

Biaya tersebut diatas belum termasuk biaya pemasangan, kabel dan lain-lain.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 5 59


PERTANYAAN

1. Hitunglah aspek-aspek biaya PLTS surya


2. Sebutkan model-model sistem PLTS surya
3. Tuliskan faktor pengoperasioan panel surya
4. Hitunglah biaya pemasangan PLTS
5. Jelaskan langkah - langkah perhitungan biaya pembangunan PLTS

SOAL LANJUTAN

Pelajari tentang disain perencanaan instalasi listrik

60 BAB 5 | LISTRIK TENAGA SURYA


DESAIN PERENCANAAN INSTALASI BAB
LISTRIK 6

KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari bab 6 ini, mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan system penerangan dan armature
2. Mengenal model-model sistem penerangan
3. Mengenal jenis-jenis lampu penerangan

A. Sistem Penerangan dan Armatur

Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi


sumber itu sendiri dan pada konstruksi armatur yang digunakan. Konstruksi
armaturnya antara lain ditentukan oleh :
1. Cara pemasangan pada dinding atau langit-langit
2. Cara pemasangan fiting atau fiting-fiting di dalam armatur
3. Perlindungan sumber cahayanya.
4. Penyesuaian bentuknya dalam lingkungan
5. Penyebaran cahaya

Sebagaian besar dari cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak datang langsung
dari sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan. Karena besarnya
luminasi sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dari sumber cahaya
biasanya akan menyilaukan mata. Karena itu bahan-bahan armaturnya harus dipilih
demikian rupa sehingga sumber cahayanya terlindungi dan cahayanya terbagi tepat.
Berdasarkan pembagian flux cahayanya oleh sumber cahaya dan armatur
yang digunakan, dapat dibedakan sistem-sistem penerangan menjadi :

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 6 61


Tabel 6.1 Pembagian Flux Cahaya

Sistem penerangan Langsung kebidang kerja


Penerangan langsung 90 - 100 %
Terutama penerangan langsung 60 – 90 %
Penerangan campuran atau penerangan baur
40 – 60 %
(difusi)
Terutama penerangan tak langsung 10 – 40 %
Penerangan tak langsung 0 – 10 %

Cahaya yang diarahkan ke bawah, dianggap sebagai diarahkan langsung


kebidang kerja.Armatur yang terutama dimaksudkan sebagai hiasan, disebut
ornamen.

1. Armatur

Armatur lampu dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu :


a. Berdasarkan sifat penerangannya, atas armatur untuk penerangan langsung,
sebagian besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan tak langsung.
b. Berdasarkan konstruksinya, atas armatur biasa, kedap tetesan air, kedap air,
kedap letupan debu dan kedap letupan gas.
c. Berdasarkan penggunaannya, atas armatur untuk penerangan dalam, penerangan
luar, peneranan industri, penerangan dekorasi, dan armatur yang ditanam di
dinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam.
d. Berdasarkan bentuknya, atas armatur balon, pinggan, “rok”, gelang, armatur
pancaran lebar dan pancaran terbatas, kemudian armatur kandil, palung, dan
armatur-armatur jenis lain untuk lampu-lampu bentuk tabung.
e. Berdasarkan cara pemasangannya, atas armatur langit-langit, dinding, gantung,
berdiri, armatur gantung memakai pipa dan armatur gantung memakai kabel.

Bentuk sumber cahaya dan armatur harus sedemikian rupa sehingga tidak
menyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab bayang-bayang ini diperlukan
untuk dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi bayang-bayang itu tidak
boleh terlalu tajam.
Selain itu konstruksi armatur harus sedemikian rupa sehingga ada cukup ada
sirkulasi udara untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber cahaya.
Karena itu harus ada cukup banyak lubang di bagian bawah dan bagian atas armatur.

2. Perhitungan Penerangan Dalam

62 BAB 6 | LISTRIK TENAGA SURYA


Penerangan yang baik memberi keuntungan-keuntungan antara lain :
a. Peningkatan produksi
b. Peningkatan kecermatan
c. Kesehatan yang lebih baik
d. Suasana kerja yang lebih nyaman
e. Keselamatan kerja yang lebih baik

Gambar 6.1 Jenis-jenis Armatur [26]

Penerangan suatau ruangan kerja pertama-tama harus tidak melelahkan mata


tanpa guna. Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara
bidang kerja dan sekelilingnya, harus dihindari, karena akan memerlukan daya
penyesuaian mata yang terlalu besar sehingga melelahkan.
Usia dari orang-orang yang bekerja dalam ruangan yang akan diberi
penerangan pun harus diperhitungkan. Untuk dapat bekerja dengan nyaman, seorang
berusia 60 tahun memerlukan kira-kira 15 kali lebih banyak cahaya daripada yang
diperlukan seorang anak berusia 10 tahun.

3. Intesistas Penerangan

Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat di mana pekerjaannya akan


dilakukan. Bidang kerja umumnya 80 cm di atas lantai. Bidang kerja ini mungkin
sebuah meja atau bangu kerja, atau juga suatu bidang horizontal khayal, 80 cm di
atas lantai. Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat
pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu bagian mekanik halus misalnya, akan
memerlukan intensitas penerangan yang jauh lebih besar dari pada yg diperlukan
suatu galangan kapal.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 6 63


Juga jangka waktu kerja mempengaruh intensitas penerangan yang
diperlukan. Pekerjaan yang lama dengan penerangan buatan, juga memerlukan
intensitas penerangan yang lebih besar. Tabel 2.2 mencantumkan intensitas
penerangan yang baik.
Intesitas penerangan E dinyatakan dalam satuan lux, sama dengan jumlah
lm/m2. Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja seluas A m2 ialah:
𝚽 = 𝑬 × 𝑨𝒍𝒎 (6.1)

Keterangan :
Φ = Flux cahaya diperlukan
E = Intensitas penerangan
A = Luas bidang kerja

Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai


bidang kerja. Sebagian flux cahaya itu akan dipancarkan ke dinding dan langit-langit.
Karena itu untuk menentukan flux cahaya yang diperlukan harus diperhitungkan
efisiensi atau rendemennya.
𝚽𝒈
𝜼= (6.2)
𝚽𝒐

Keterangan :
η = Efisiensi
Φg = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua
sumber cahaya yang ada dalam ruangan.
Φo = flux cahaya berguna yang mencapai bidang
kerja, langsung atau tak langsung setelah dipantulkan oleh dinding
atau langit-langit.

4. Efisiensi Penerangan

Dari persamaan (2.1) dan (2.2), didapat rumus cahaya sebagai berikut :

𝑬×𝑨𝒍𝒎
𝚽𝒐 = (6.3)
𝜼

Keterangan :
A = Luas Bidang kerja dalam m2;
E = Intensitas penerangan yang diperlukan di bidang
kerja.

64 BAB 6 | LISTRIK TENAGA SURYA


Efisiensi atau rendemen penerangannya ditentukan dari tabel-tabel. Setiap
tabel hanya berlaku untuk suatu armatur tertentu dengan jenis lampu tertentu dalam
ruangan tertentu pula. Untuk menentukan efisiensi penerangannya harus
diperhitungkan :
a) Efisisensi atau rendemen armaturnya (v)
b) Faktor refleksi dindingnya (rw), faktor refleksi langit-langitnya (rp), dan faktor
refleksi bidang pengukurnya (rm)
c) Indeks ruangannya.

5. Efisiensi Armatur

Efisiensi atau rendemen armatur v ialah :

𝒇𝒍𝒖𝒙 𝒄𝒂𝒉𝒂𝒚𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒂𝒓𝒎𝒂𝒕𝒖𝒓


𝒗= (6.4)
𝒇𝒍𝒖𝒙 𝒄𝒂𝒉𝒂𝒚𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒔𝒖𝒎𝒃𝒆𝒓 𝒄𝒂𝒉𝒚𝒂

Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksinya dan bahan yang


digunakan. Efisiensi penerangan selalu sudah diperhitungkan efisiensi armaturnya.

6. Faktor-faktor Refleksi

Faktor-faktor refleksi rw dan rp masing-masing menyatakan bagian yang


dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit, dan
kemudian mencapai bidang kerja.
Faktor refleksi semu bidang penngukuran atau bidang kerja rm, ditentukan
oleh refleksi lantai dan bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnya
untuk rm diambil 0,1. Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-
70%, dan yang berwarna gelap 10-20%.
Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh
lebih kecil dari pada pengaruhnya pada sistem-sitem peneragan lainnya. Sebab
cahaya yang jatuh pada langit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux
cahaya.
Dalam tabel-tabel efisiensi penerangannya diberikan untuk tiga nilai rp yang
berbeda. Pada setiap nilai rp terdapat tiga nilai rw. Untuk faktor refleksi dinding rw
ini dipilih suatu nilai rata-rata, sebab pengaruh gorden dan sebagainya sangat besar.
Silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara
berikut :
a. Menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja.
b. Menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya luas dan
luminasinya rendah.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 6 65


c. Penempatan sumber cahaya yang tepat.

7. Indeks Ruangan atau Indeks Bentuk

Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara


ukuran-ukuran utama suatau ruangan berbentuk bujur sangkar :
𝒑∙𝒍
𝒌 = 𝒉(𝒑+𝒍) (6.5)

Keteragan :
P = Panjang ruangan dalam m;
L = Lebar ruangan dalam m;
h = Tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja,
dinyatakan dalam m.

Bidang kerja adalah suatu bidang khayalan umumnya 0,8 m di atas lantai.
Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi penerangannya
dapat ditentukan dengan interpolasi. Kalau misalnya k = 4,5 maka untuk η diambil
nilai tengah antara nilai-nilai untuk k = 4 dan k = 5.
Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai η untuk k = 5, sebab untuk k diatas
5, efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi.

Tabel 6.2 Intensitas Penerangan yang Dibutuhkan Berdasarkan Sifat Pekerjaan

Penerangan Penerangan
Sifat Pekerjaan
sangat baik baik
Kantor
Ruang gambar 2000 1000
Ruang kantor 1000 500
Ruang yang tidak digunakan terus menerus 250 150
Ruang sekolah
Ruang kelas 500 250
Ruang gambar 1000 500
Ruang untuk pelajaran jahit-menjahit 1000 500
Industri
Pekerjaan yang sangat halus (pembuatan jam
5000 2500
tangan, instrumen kecil, mengukir)
Pekerjaan halus (pekerjaan pemasangan halus,
2000 1000
penyetelan mesin bubut halus, kempa halus, poles)

66 BAB 6 | LISTRIK TENAGA SURYA


Pekerjaan biasa (bor, bubut kasar, pemasangan
1000 500
biasa)
Pekerjaan kasar (menempa, menggiling) 500 250
Toko
Ruang jual dan pamer :
Toko-toko besar 1000 500
Toko-toko lain 500 250
Etalase :
Toko-toko besar 2000 1000
Toko-toko lain 1000 500
Masjid, gereja, dan sebagainya 250 125
Rumah tinggal
Kamar tamu
Penerangan setempat (bidang kerja) 1000 500
Penerangan umum, suasana 100 50
Dapur
Penerangan setempat 500 250
Penerangan umum 250 125
Ruangan-ruangan lain
Kamar tidur, kamar mandi, kamar rias
500 250
(penerangan setempat)
Gang, tangga, gudang, garasi 250 125
Penerangan setempat untuk pekerjaan ringan
500 250
(hobi, dan sebagainya)
Penerangan umum 250 125

B. Model-model Sistem Penerangan

Ada tiga jenis sistem penerangan seperti dijelaskan berikut.


1. Sistem Penerangan Merata

Memberikan intensitas penerangan yang seragam pada seluruh ruangan,


penggunaannya pada ruang-ruang yang tidak memerlukan tempat untuk
mengerjakan pekerjaan visual khusus.
Intensitas penerangan dikatakan merata, apabila pada titik pengukuran
terendah nilainya lebih besar dibandingkan dengan intensitas penerangan minimum,
sebaliknya intensitas penerangan dikatakan tidak merata, apabila pada titik

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 6 67


pengukuran terendah nilainya lebih kecil dibandingkan dengan intensitas penerangan
minimum.

2. Sistem Penerangan Terarah

Cahaya diarahkan kejurusan tertentu dalam ruangan, digunakan untuk


menerangi suatu objek tertentu agar kelihatan menonjol, misal pada penggung atau
pada ruangan untuk pameran.Pada sistem ini dapat menggunakan lampu dan
reflektor yang diarahkan atau spotligh dengan reflektor bersudut lebar.

3. Sistem Penerangan Setempat

Cahaya dikonsentrasikan pada tempat mengerjakan pekerjaan visual khusus.


Sistem ini digunakan untuk:
a. Pekerjaan visual yang presisi;
b. Pengamatan bentuk atau susunan benda dari arah tertentu;
c. Melengkapi penerangan umum yang mungkin terhalang;
d. Membantu menambah daya lihat;
e. Menunjang pekerjaan visual.

4. Intensitas Penerangan (E)

Intensitas penerangan harus ditentukan berdasarkan fungsi ruangan dan jenis


pekerjaan yang dilakukan agar sistem penerangan berjalan pada fungsinya. Bidang
kerja umumnya diambil 80 cm di atas lantai.Bidang kerja ini mungkin sebuah meja
atau bangku kerja atau juga suatu bidang horizontal khayalan, 80 cm di atas lantai
[1].
Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat pekerjaan
yang harus dilakukan. Suatu bagian mekanik halus misalnya, akan memerlukan
intensitas penerangan yang jauh lebih besar daripada yang diperlukan suatu galangan
kapal. Dan panjangnya waktu mempengaruhi intensitas penerangan yang diperlukan.
Pekerjaan yang lama dengan penerangan buatan,memerlukaninensitas penerangan
yang lebih besar.
Tabel 6.3 Kelompok Pencahayan Minimum dan Radensi Warna [26]
Fungsi ruangan Tingkat Pencahayaan (lux)
Ruang kelas 250
Perpustakaan 300
Laboratorium 500
Ruang gambar 750

68 BAB 6 | LISTRIK TENAGA SURYA


Kantin 200
Lobby, koridor 100
Toilet 100
Ruang sidang 200
Ruang komputer 350
kantin 200
Sumber : SNI 03-6575-2001

5. Menghitung Jumlah Titik Lampu

Dalam menentukan kebutuhan lampu dalam ruangan harus diketahui terlebih


dahulu fungsi ruangan tersebut, apakah untuk kegiatan bekerja, tempat santai atau
fungsi lainnya.Tujuannya adalah untuk memberikan kenyamanan pencahayaan
sesuai dengan fungsi ruangan tersebut ketika dipergunakan terutama pada saat lampu
dinyalakan. Kenyamanan penerangan ini tentu saja akan mengurangi beberapa
masalah pencahayaan seperti silau atau cahaya yang kurang terang. Dalam
menghitung jumlah lampu pada suatu ruangan dapat digunakan persamaan sebagai
berikut [26]:
𝑬×𝑨
𝑵 = 𝑭×𝑼𝑭×𝑳𝑳𝑭 (6.6)

Dengan:
N = Jumlah lampu
E = Tingkat lux yang diperlukan ruangan (sesuai tabel 2.1)
A = Luas ruangan (m2)
F = Flux total (lumen)
UF = Faktor penggunaan dari tabel produk (dianggap sebesar 0.7)
LLF = Faktor kehilangan cahaya
Misalnya:Pada industri kotor sebesar 0,6
Pada industri bersih sebesar 0,7
Pada kantor ber-AC sebesar 0,8

C. Lampu Sebagai Penerangan

1. Lampu Fluorescent atau Lampu Tabung (Lampu TL)

Lampu TL tidak bekerja berdasarkan pemijaranfilamen tetapi menghasilkan


cahaya berdasarkan terjadinya pelepasan elektron dalam tabung lampu.Pada kedua
ujung tabung terdapat filamen tungsten yang dilapisi suatu bahan yang dapat
beremisi. Untuk lampu TL, filamen ini disebut juga elektroda. Salah satu dari kedua
filamen yang ada pada ujung tabung berfungsi sebagaianoda dan yang satunya

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 6 69


berfungsi sebagai katoda,dibutuhkan daya aktif (watt) pada lampu TL.Lampu TL
memiliki kelebihan dari lampu TL, yaitu mempunyai efikasi lebih tinggi dari pada
lampu pijar sehingga lebih ekonomis, cahaya dipancarkan lebih terang dari pada
lampu pijar pada daya yang sama, dan umur pemakaian lebih lama yaitu 8.000-
20.000 jam sedangkan kekurangan dari lampu lampu TL, yaitu mempunyai CRI
(Color Rendering Index) yang rendah dan efek cahaya dihasilkan terhadap objek
terlihat tidak seperti warna aslinya.

Gambar 6.2 Lampu Fluorescent (Lampu TL) [26]

Tabel 6.1 Spesifikasi Lampu TL

Jenis Lampu Daya (Watt) Lumen Lumen/Watt


TL 10W/54 10 390 39
TL 15W/54 15 725 48
TL 18W/54 18 1025 57
TL 30W/54 30 1825 61
TL 36W/54 36 2500 69
Sumber : lighting.philips.co.id

2. Lampu LED (Light Emitting Diode)

Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber cahaya yang
efisien energinya. Lampu LED memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan
dengan lampu jenis lain. Adapun kelebihan dari lampu dari lampu LED, yaitu
memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lampu lain, dimana
LED lebih hemat energi 80 % sampai 90 % dibandingkan lampu lain, memilki waktu
penggunaan yang lebih lama hingga mencapai 100 ribu jam, cahaya keluaran dari
LED bersifat dingin atau cool (tidak ada sinar UV atau energi panas) dan ramah
lingkungan sebab tidak mengandung merkuri sedangkan kekurangan dari lampu
lampu LED yaitu, suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan
elektrik pada LED, harga LED per lumen lebih tinggi dibandingkan dengan lampu
lain.

70 BAB 6 | LISTRIK TENAGA SURYA


Gambar 6.3 Lampu LED [26]

Kualitas cahaya yang memang berbeda dibandingkan dengan lampu TL atau


lampu lainnya. Tingkat pencahayaan LED dalam ruangan memang tidak lebih terang
dengan lampu neon, ini sebabnya LED dianggap belum layak dipakai secara luas.
Beruntung para Ilmuan di University of Glasgow menemukan cara untuk membuat
LED bersinar lebih terang. Solusinya adalah dengan membuat lubang mikroskopis
pada permukaan LED sehingga lampu bisa menyala lebih terang tanpa menggunakan
tambahan energi apapun. Pelubangan tersebut menerapkan sistem nano-imprint
litography yang sampai saat ini proyeknya masih dikembangkan bersama-sama
dengan institute of photonics.Jika dihitung secara seksama memang bisa diakui
bahwa lampu LED menggunakan daya yang lebih hemat daripada lampu TL.
Spesifikasi lampu LED dapat dilihat pada tabel 6.3 berikut ini.

Tabel 6.3 Spesifikasi lampu LED

Daya
Jenis lampu Lumen Lumen/Watt
(Watt)
LED tube T88W 8 720 90
LED tube T818W 18 1800 100
LED tube T820W 20 1900 95
Sumber :cahaya-led.com

3. Lampu CFL (Compact Fluorescent Lamp)

Lampu ini digunakan untuk menggantikan lampu incandencent tanpa harus


mengubah luminer, tapi menghasilkan efisiensi yang tinggi (4 kali lebih tinggi).Suhu
warna sekitar 2700 K dan color rendering Index 82.Balas lampu ini bisa dalam unit
tersebut dan juga dapat terpisah dengan lampunya.Umur balas yang terpisah lebih
tinggi beberapa tahun dari umur lampu yang sekitar 12,000 jam. Balas yang dipakai
bisa magnetik atau elektrik .

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 6 71


Gambar 6.4 Compact Fluorescent Lamp (CFL) [48]

4. Lampu Downlight

Lampu down light bisa berfungsi sebagai penerangan utama atau sebagai
penerangan khusus pada titik-titik tertentu (spot light). Sedangkan untuk lampu down
light 1 watt menghasilkan 65 lumen, digunakan untuk penerangan utama, tentunya
dibutuhkan lampu yang cukup banyak sampai sudut sinar dari satu lampu bertemu
atau tumpang tindih dengan sudut sinar lampu lainnya. Dengan demikian tidak ada
area yang gelap karena tidak terkena sinar lampu. Lampu downlight memiliki umur
lampu 7 – 25.000 jam.

Gambar 6.5 Lampu Down Light [48]

PERTANYAAN

1. Jelaskan system penerangan dan armature !


2. Sebutkan model-model sistem penerangan !
3. Sebutkan jenis-jenis lampu penerangan

SOAL LANJUTAN

Pelajari tentang perangkat simulator PvSyst

72 BAB 6 | LISTRIK TENAGA SURYA


PERANGKAT SIMULATOR HOMER & BAB
PVSYST 7

KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari bab 7 ini, mahasiswa mampu:


1. Menerapkan simulator HOMER
2. Menerapkan Simulator PVSYST

A. Homer Energy

Dikembangkan oleh National Renewable Energy Laboratory (NREL).


Hybrid Optimization Model for Electric Renewables (HOMER) lebih banyak
digunakan untuk perancangan sistem hibrida atau sistem yang mengkombinasikan
dua atau lebih sumber energi, misalnya: fotovoltaik-generator diesel, fotovoltaik-
angin-generator diesel, fotovoltaik-mikrohidro-angin-generator diesel, dan
seterusnya. HOMER mensimulasikan dan mengoptimalkan sistem pembangkit
listrik baik stand-alone maupun grid-connected yang dapat terdiri dari kombinasi
turbin angin, photovolaic, mikrohidro, biomassa, generator (diesel/bensin),
microturbine, fuel-cell, baterai, dan penyimpanan hidrogen, melayani beban listrik
maupun termal.Keunggulan HOMER adalah optimasi dan sizing dengan
mengeksekusi berulang-ulang secara otomatis kombinasi komponen yang
dimasukkan sebagai input. Parameter utama adalah: profil beban dan data
meteorologi dari lokasi implementasi. Setelah itu baru memasukkan input
komponen-komponen yang akan digunakan, misalnya panel surya, diesel generator,
turbin angin, baterai, inverter, dan sebagainya. Dengan memberikan input ekonomi
dari masing-masing komponen, HOMER akan menunjukkan konfigurasi sistem
sebagai hasil optimasi, yang diurut berdasarkan fisibilitas dan cost-effectiveness
[44].
HOMER mensimulasikan operasi sistem dengan menyediakan perhitungan
energy balance untuk setiap 8,760 jam dalam setahun. Jika sistem mengandung
baterai dan generator diesel/bensin, HOMER juga dapat memutuskan, untuk setiap
jam, apakah generator diesel/bensin beroperasi dan apakah baterai diisi atau
dikosongkan. Selanjutnya HOMER menentukan konfigurasi terbaik sistem dan

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 7 73


kemudian memperkirakan biaya instalasi dan operasi sistem selama masa operasinya
(life time costs) seperti biaya awal, biaya penggantian komponen-komponen, biaya
O&M, biaya bahan bakar, dan lain-lain. Saat melakukan simulasi, HOMER
menentukan semua konfigurasi sistem yang mungkin, kemudian ditampilkan
berurutan menurut net presents costs - NPC (atau disebut juga life cycle costs). Jika
analisa sensitivitas diperlukan, HOMER akan mengulangi proses simulasi untuk
setiap variabel sensitivitas yang ditetapkan. Error relatif tahunan sekitar 3% dan error
relative bulanan sekitar 10%. Gambar 2.23 menunjukan tampilan software HOMER
ENERGY 2.68 Beta.

Gambar 7.1 Tampilan HOMER [44]

1. KlikStart → All program → HOMER 2.68 BETA, maka akan tampil halaman
utama dari program HOMER 2.68 BETA seperti pada Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 7.2 Tampilan Awal HOMER ENERGY Beta 2.6 [44]

74 BAB 7 | LISTRIK TENAGA SURYA


2. Setelah halaman awal terbuka, maka dilanjutkan dengan meng-klik tab New →
Add/Remove → pilih komponen dan sistem yang di pakai→ Ok.

Gambar 7.3 Menu Pemilihan Komponen dan Sistem Konfigurasi [44]

3. Setelah komponen dan sistem ditambahkan pada simulasi, maka diberikan nilai
parameter yang digunakan dengan cara double-click tab komponen yang
digunakan.
4.

Gambar 7.4 Tampilan Parameter Inverter [44]

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 7 75


B. Simulasi PLTS Menggunakan PVSYST

Dalam penelitian ini menggunakan desain sistem PLTS Grid-Connected (On-


Grid).SistemGrid-Connected lebih cocok karena sistem ini langsung terhubung
(interkoneksi) pada jaringan jala-jala listrik PLN. Untuk lebih mengetahui berapa
hasil daya output pada Sistem Grid-Connected PLTS maka dilakukanlah simulasi
dengan Software Pvsyst 5.74 dengan memasukan nilai spesifikasi alat dan radiasi
matahari yang sudah ditentukan. Perancangan yang disimulasikan pada software
pvsyst, pertama harus memilih project design yang akan kita buat lalu kemudian pilih
sistem grid-connected karena pada penelitian ini menggunakan sistem grid-
connected. Proses perancangan tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.5.

Gambar 7.5 Bentuk dari Software Pvsyst Untuk Menentukan Project Design [50]

Gambar 7.6 Tampilan Untuk Membuat Project PLTS Pada Sofware Pvsyst [50]

Pada Gambar 7.5 yang harus dilakukan adalah memilih project design yang
akan dikembangkan yaitu grid-connected. Setelah memilih project
designSelanjutnyaakan keluar menu tampilan ditunjukkan pada Gambar 7.6. Pada
tampilan ini banyak menu yang harus di pilih, untuk simulasi pada sistem ini.

76 BAB 7 | LISTRIK TENAGA SURYA


Langkah pertama yang harus di lakukan adalah dengan memilih menu project
yang di dalamnya harus mengisi nama project, setalah mengisi nama project dan
kolom tanggal (date) terisi secara otomatis kapan kita melakukan simulasi ini.
Tampilan langkah pertama dapat dilihat pada Gambar 7.7.Menu-menu yang terlihat
pada gambar tersebut adalah project, orientation, horizon, near shadings, system,
module layout, simulation, exit. Dari setiap masing – masing menu ada fungsinya
masing-masing. pada langkah pertama ini yang harus dilakukan adalah memilih
menu project. Setelah memilih menu projectkeluarlah tampilan yang dapat dilihat
pada Gambar 7.7.

Gambar 7.7 Tampilan Pada Menu Project [50]

Langkah kedua mengisi radiasi matahari dan data geografis dari lokasi
penelitian dengan memilih menu site and meteo pada menu project. Data radiasi
matahari dan suhu di dapat dari data BMKG, untuk simulasi ini radiasi matahari
dihitung berdasarkan jumlah hari dalam tiap bulannya. Sebagai salah satu contoh
pada bulan Januari untuk radiasi matahari dilihat dari data BMKG bernilai 3,75
kWh/m2/Hari dikali dengan jumlah hari selama 31 hari pada bulan Januari maka
nilai radiasi matahari pada bulan Januari didapat sebesar 116,3 kWh/m2/Bulan.
Perhitungan tersebut hanya sampai bulan Oktober sajah karena untuk bulan
November dan Desember data Radiasi matahari didapat dari sofware pvsyst
berdasarkan prediksi NASSA. Selanjutnya untuk menginput data geographical
coordinates di input berdasarkan letak geografis kampus UNTIRTA yang berada
pada 6,12 Lintang Selatan (lattitude) dan 106,19 Bujur Timur. Tampilan untuk
langkah kedua dapat dilihat pada Gambar 7.8, Gambar 7.9 dan Gambar 7.10.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 7 77


Gambar 7.8 Tampilan Pada Menu siteand meteo [50]

Gambar 7.9 Tampilan Menu Untuk Mengisi Radiasi Matahari [50]

Gambar 7.8 adalah tampilan sebelum kita menginput data radiasi matahari
dan letak geografis dari lokasi penelitian, pada menu tersebut kita harus mengisi
country, site, meteofile yang sudah ada datanya. Selanjutnya untuk menginput data

78 BAB 7 | LISTRIK TENAGA SURYA


radiasi matahari, suhu, dan letak geografis pilihlah menu generate dan nanti akan
keluar tampilan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.9.

Gambar 7.10 Menu Tampilan Geographical Coordinates [50]

Langkah ke Tiga setelah radiasi matahari di input pada menu project


selanjutnya pilih menu orientation untuk menginput type field yang di gunakan
selanjutnya menginput parametersfield yaitu tilt plane dan azimuth. Pada sistem ini
digunakan type field fixed tilted plane karena pada sistem ini menggunakan atap
gedung. Nilai tilt plane sebesar 15° dikarenakan lokasi geografis UNTIRTA berada
pada 6,122 Lintang Selatan, untuk melihat posisi kemiringan pada panel surya yang
optimal berdasarkan letak geografis lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.1.
Sedangkan orientasi sudutazimuth panel pada penelitian ini menggunakan
hasilpenelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian mengenai solar tracker
didapatkan sudut azimuth optimal untuk studi kasus wilayah Serang dan
Sekitarnyapada posisi -15° dari Barat. Tampilan menu pada langkah ke dua ini dapat
dilihat pada Gambar 7.8.
Tabel 7.1 Posisi Kemiringan Panel Surya [22].

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 7 79


Gambar 7.11 Tampilan Pada Menu Orientation [50]

Langkah ke tiga selanjutnya memilih menu system, dimana pada menu


system ini harus menginput parameter-parameter yang sesuai seperti luas area yang
digunakan, jenis panel surya dan jenis inverter yang digunakan. Luas Area yang
digunakan pada simulasi ini adalah 289,51 m2 dan 257,27 m2 tetapi ketika di input
pada simulasi nilai tersebut di bulatkan secara otomatis menjadi 290 m2 dan 257 m2,
panel surya yang digunakan adalah Panel Surya 110 Wp (Zytech Solar
Polycrystalline), dan grid tie inverter yang digunakan adalah Ge Solar Inverter 3300
Watt Grid Tie Inverter.Dalam menu ini jika salah satu parameter ada yang tidak
sinkron maka akan keluar tulisan merah pada kotak yang tersedia.

Gambar 7.12 Tampilan Pada Menu System Simulasi untuk Gedung A [50]

80 BAB 7 | LISTRIK TENAGA SURYA


Gambar 7.13 Tampilan Pada Menu System Simulasi untuk Gedung B [50]

Langkah ke empat yaitu memilih menu simulation untuk mendapatkan hasil


simulasi setelah menginput semua parameter pada software pvsyst. Pada tampilan
selanjutnya memilih menu simulation agar mendapatkan hasil akhir yang
diinginkan. Tampilan menu ini dapat dilihat pada Gambar 7.14.

Gambar 7.14 Tampilan Pada Menu Simulation [50]

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 7 81


SOAL LANJUTAN

Carilah contoh studi kasus perencanaan PLTS untuk bangunan gedung


menggunakan simulasi Homer dan PvSyst!

82 BAB 7 | LISTRIK TENAGA SURYA


IMPLEMENTASI & PERHITUNGAN BAB
KEBUTUHAN BEBAN LISTRIK 8

KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari bab 8 ini, mahasiswa mampu:


1. Menyebutkan jenis-jenis data input untuk perhitungan
2. Menguji kebutuhan pencahayaan
3. Membandingkan hasil program dengan perhitungan manual
4. Menjelaskan hasil analisis

A. Jenis-jenis Data Input Perhitungan

Bagian ini berisikan hasil yang telah diperoleh dari pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui tingkat akurasi dan perbandingan sistem yang telah dibangun
dengan hasil perhitungan kebutuhan pencahayaan secara manual. Pengujian yang
dilakukan pada penelitian meliputi perbandingan kebutuhan pencahayaan dengan
parameter yang berbeda-beda, dan perbandingan kebutuhan pencahayaan yang
dihitung oleh sistem dengan perhitungan manual.
Sebagai contoh perhitungan manual, diinginkan sebuah ruangan gambar
dengan panjang 8 m, lebar 5, dan tinggi 3,2, menggunakan jenis lampu Osram
Lumilux T5 HO 49W 2 lampu per armatur, dinding dan langit-langit berwarna cerah.
Dengan data yang telah disebutkan, kebutuhan titik pencahayaan untuk ruangan
tersebut dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.
Kegunaan ruangan : Ruang Gambar = 1000 Lux
Merek, Tipe lampu : Osram Lumilux T5 HO 49W = 4900 Lumen
Jumlah per titik : 2 Lampu per titik = 4900 x 2 = 9800 Lumen
Faktor refleksi : rp = 0,7; rw = 0,5; rm = 0,1
Ukuran ruang : Panjang = 8 m, Lebar = 5 m,
Tinggi =3,2 m
Bidang kerja umumnya 0,8 m

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 8 83


Tentukan Indeks Bentuk Ruangan (k) :
𝑝∙𝑙
𝑘=
ℎ(𝑝 + 𝑙)
8∙5 40
𝑘= 𝑘= = 1,2820
2,4(8 + 5) 31,2

Tentukan Efisiensi Penerangan (ɳ), ditentukan menggunakan interpolasi :


k = 1,2 : ɳ = 0,52
k = 1,5 : ɳ = 0,56

1,282 − 1,2 0.082


ɳ = 0,52 + (0,56 − 0,52)ɳ = 0,52 + (0,04)ɳ
1,5 − 1,2 0,03

= 0,52 + 0,2733(0,04)ɳ = 0,5309

Jadi titik lampu yang dibutuhkan dapat dicari dengan :


E = 1000 Lux A = 40 m2
d = 0,8 ϕ armatur = 9800 Lumen
ɳ = 0,5309
𝐸.𝐴 1000.40 40000
sehingga : 𝑛= = = = 9,6101
𝜙.ɳ.𝑑 9800 .0,5309 .0,8 4162,256

Jadi kebutuhan titik lampu adalah 10 buah titik.


Perangkat lunak yang dibangun dalam penelitian ini terdiri dari dua halaman
utama, halaman input data, dan halaman hasil. Pada halaman utama teradapat
beberapa parameter yang dapat dirubah sesusai keinginan user. Halaman pertama
user diminta untuk memilih kegunaan ruangan, merek lampu yang ingin digunakan,
dan juga jumlah lampu per titik armatur dapat dilihat pada gambar 9.1.

Gambar 8.1 Halaman Jenis Ruang dan Merek Lampu [49]

84 BAB 8 | LISTRIK TENAGA SURYA


Halaman berikutnya user memilih faktor refleksi ruangan berdasarkan warna
langit-langit dan dinding ruangan. Selanjutnya masukan ukuran ruangan yang
meliputi, panjang, lebar, dan tinggi ruangan, dilanjutkan dengan penghitungan
efisiensi dapat dilihat pada gambar 4.2. Halaman ketiga hanya berisi rangkuman dari
data yang telah diisi pada halaman sebelumnya, tampilan halaman dapat dilihat pada
gambar 8.2.

Gambar 8.2 Halaman Faktor Refleksi, Indeks Bentuk, dan Efisiensi [49]

Gambar 8.3 Halaman Kesimpulan Data [49]

Halaman terakhir menampilkan tabel yang berisi tipe lampu dan kebutuhan
titik lampu, pada tabel data titik lampu tertulis hasil perhitungan tanpa pembulatan,
jika ingin mengetahui nilai pembulatan user bisa memilih salah satu tipe lampu.
Pada halaman ini user juga dapat menyimpan tabel tersebut kedalam sebuah
file excel, tampilan halaman dapat dilihat pada gambar 9.4.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 8 85


Gambar 8.4 Halaman Hasil [49]

Jika user ingin menambahkan jenis atau tipe lampu baru, perangkat lunak ini
memiliki sebuah halaman untuk penambahan database lampu. Halaman input
database memiliki tiga buah textbox yang harus diisi oleh user, tampilan halaman
dapat dilihat pada gambar 9.5.

Gambar 8.5 Halaman Input Data [49]

B. Pengujian Pencahayaan dengan Parameter Berbeda

Kebutuhan pencahayaan memiliki parameter yang berpengaruh besar dalam


penentuan kebutuhan pencahayaan pada ruangan. Faktor reflkesi memiliki pengaruh
yang besar dalam menentukan kebutuhan pencahayaan, faktor refleksi dipengaruhi
oleh warna dinding, langit-langit, dan juga faktor refleksi bidang kerja dan lantai
umumnya 0,1. Kegunaan ruangan pun memiliki pengaruh yang besar, setiap
pekerjaan memiliki kebutuhan pencahayaan yang berbeda.

86 BAB 8 | LISTRIK TENAGA SURYA


1. Pengujian Sistem 1

Data pengujian sebagai berikut :


Kegunaan ruangan : Ruang Kelas (Sekolah)
Merek lampu : Philips
Jumlah per titik : 1 Lampu per titik
Faktor refleksi : rp = 0,7; rw = 0,5; rm = 0,1
Ukuran ruang : Panjang = 10 m, Lebar = 6 m, Tinggi
=3m
Bidang kerja umumnya 0,8 m

Tabel 8.1 Kebutuhan Lampu dengan rp = 0,7; rw = 0,5; rm = 0,1


Merek dan Tipe Lampu Jumlah Titik Pembulatan
philips Master TL-D Super 70W 5.209635742 6
philips Master TL-D Xtra 70W 5.251990504 6
philips Master TL-D Xtreme 70W 5.295039607 6
philips Master TL-D ECO 63W 5.767811 6
philips Master TL-D Xtra 58W 6.21148877 7
philips Master TL-D Xtra Polar 58W 6.21148877 7
philips Master TL-D Reflex 58W 6.21148877 7
philips Master TL-D Super 58W 6.21148877 7
philips Master TL-D Xtra Secura 58W 6.333282667 7
philips Master TL-D Xtreme 58W 6.333282667 7
philips Master TL-D Secura 58W 6.45994832 7
philips Master TL-D HF Super 50W 6.45994832 7
philips Master TL-D ECO 51W 6.729112834 7
philips Master TL-D Reflex 36W 9.641713911 10
philips Master TL-D Super 36W 9.641713911 10
philips Master TL-D Xtra 36W 9.641713911 10
philips Master TL-D Xtra Polar 36W 9.641713911 10
philips Master TL-D Xtreme 36W 9.938382031 10
philips Master TL-D Secura 36W 10.09366925 11
philips Master TL-D HF Super 32W 10.09366925 11

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 8 87


philips Master TL-D Xtra Secura 36W 10.09366925 11
philips Master TL-D ECO 32W 10.76658053 11
philips Master TL-D Xtra 30W 13.45822567 14
philips Master TL-D Super 30W 13.45822567 14
philips Master TL-D Xtra Secura 30W 13.74457089 14
philips Master TL-D Super 23W 15.75597151 16
philips Master TL-D HF Super 16W 23.071244 24
philips Master TL-D Reflex 18W 23.92573452 24
philips Master TL-D Xtra 18W 23.92573452 24
philips Master TL-D Super 18W 23.92573452 24
philips Master TL-D Xtra Polar 18W 23.92573452 24
philips Master TL-D Xtreme 18W 23.92573452 24
philips Master TL-D Xtra Secura 18W 24.84595508 25
philips Master TL-D Secura 18W 24.84595508 25
philips Master TL-D ECO 16W 24.84595508 25
philips Master TL-D Super 15W 32.2997416 33

2. Pengujian Sistem 2
Data pengujian sebagai berikut :
Kegunaan ruangan : Ruang Kelas (Sekolah) Merek lampu : Philips
Jumlah per titik : 1 Lampu per titik
Faktor refleksi : rp = 0,3; rw = 0,1; rm = 0,1
Ukuran ruang : Panjang = 10 m, Lebar = 6 m, Tinggi
=3m Bidang kerja umumnya 0,8 m
Tabel 8.2 Kebutuhan Lampu dengan rp = 0,3; rw = 0,1; rm = 0,1
Merek dan Tipe Lampu Jumlah Titik Pembulatan
philips Master TL-D Super 70W 5.994437162 6
philips Master TL-D Xtra 70W 6.043172424 7
philips Master TL-D Xtreme 70W 6.092706624 7
philips Master TL-D ECO 63W 6.636698287 7
philips Master TL-D Xtra 58W 7.14721354 8
philips Master TL-D Xtra Polar 58W 7.14721354 8

88 BAB 8 | LISTRIK TENAGA SURYA


philips Master TL-D Reflex 58W 7.14721354 8
philips Master TL-D Super 58W 7.14721354 8
philips Master TL-D Xtra Secura 58W 7.287354982 8
philips Master TL-D Xtreme 58W 7.287354982 8
philips Master TL-D Secura 58W 7.433102081 8
philips Master TL-D HF Super 50W 7.433102081 8
philips Master TL-D ECO 51W 7.742814668 8
philips Master TL-D Reflex 36W 11.09418221 12
philips Master TL-D Super 36W 11.09418221 12
philips Master TL-D Xtra 36W 11.09418221 12
philips Master TL-D Xtra Polar 36W 11.09418221 12
philips Master TL-D Xtreme 36W 11.43554166 12
philips Master TL-D Secura 36W 11.614222 12
philips Master TL-D HF Super 32W 11.614222 12
philips Master TL-D Xtra Secura 36W 11.614222 12
philips Master TL-D ECO 32W 12.38850347 13
philips Master TL-D Xtra 30W 15.48562934 16
philips Master TL-D Super 30W 15.48562934 16
philips Master TL-D Xtra Secura 30W 15.81511081 16
philips Master TL-D Super 23W 18.12951727 19
philips Master TL-D HF Super 16W 26.54679315 27
philips Master TL-D Reflex 18W 27.53000771 28
philips Master TL-D Xtra 18W 27.53000771 28
philips Master TL-D Super 18W 27.53000771 28
philips Master TL-D Xtra Polar 18W 27.53000771 28
philips Master TL-D Xtreme 18W 27.53000771 28
philips Master TL-D Xtra Secura 18W 28.58885416 29
philips Master TL-D Secura 18W 28.58885416 29
philips Master TL-D ECO 16W 28.58885416 29
philips Master TL-D Super 15W 37.16551041 38

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 8 89


3. Pengujian Sistem 3
Data pengujian sebagai berikut :
Kegunaan ruangan : Ruang Ketik (Kantor)
Merek lampu : Philips
Jumlah per titik : 1 Lampu per titik
Faktor refleksi : rp = 0,7; rw = 0,5; rm = 0,1
Ukuran ruang : Panjang = 10 m, Lebar = 6 m, Tinggi
=3m
Bidang kerja umumnya 0,8 m

Tabel 8.3 Kebutuhan Lampu dengan rp = 0,7; rw = 0,5; rm = 0,1

Merek dan Tipe Lampu Jumlah Titik Pembulatan


philips Master TL-D Super 70W 10.41927148 11
philips Master TL-D Xtra 70W 10.50398101 11
philips Master TL-D Xtreme 70W 10.59007921 11
philips Master TL-D ECO 63W 11.535622 12
philips Master TL-D Xtra 58W 12.42297754 13
philips Master TL-D Xtra Polar 58W 12.42297754 13
philips Master TL-D Reflex 58W 12.42297754 13
philips Master TL-D Super 58W 12.42297754 13
philips Master TL-D Xtra Secura 58W 12.66656533 13
philips Master TL-D Xtreme 58W 12.66656533 13
philips Master TL-D Secura 58W 12.91989664 13
philips Master TL-D HF Super 50W 12.91989664 13
philips Master TL-D ECO 51W 13.45822567 14
philips Master TL-D Reflex 36W 19.28342782 20
philips Master TL-D Super 36W 19.28342782 20
philips Master TL-D Xtra 36W 19.28342782 20
philips Master TL-D Xtra Polar 36W 19.28342782 20
philips Master TL-D Xtreme 36W 19.87676406 20
philips Master TL-D Secura 36W 20.1873385 21
philips Master TL-D HF Super 32W 20.1873385 21

90 BAB 8 | LISTRIK TENAGA SURYA


philips Master TL-D Xtra Secura 36W 20.1873385 21
philips Master TL-D ECO 32W 21.53316107 22
philips Master TL-D Xtra 30W 26.91645134 27
philips Master TL-D Super 30W 26.91645134 27
philips Master TL-D Xtra Secura 30W 27.48914179 28
philips Master TL-D Super 23W 31.51194303 32
philips Master TL-D HF Super 16W 46.142488 47
philips Master TL-D Reflex 18W 47.85146904 48
philips Master TL-D Xtra 18W 47.85146904 48
philips Master TL-D Super 18W 47.85146904 48
philips Master TL-D Xtra Polar 18W 47.85146904 48
philips Master TL-D Xtreme 18W 47.85146904 48
philips Master TL-D Xtra Secura 18W 49.69191016 50
philips Master TL-D Secura 18W 49.69191016 50
philips Master TL-D ECO 16W 49.69191016 50
philips Master TL-D Super 15W 64.5994832 65

4. Pengujian Sistem 4
Data pengujian sebagai berikut :
Kegunaan ruangan : Ruang Ketik (Kantor)
Merek lampu : Philips
Jumlah per titik : 1 Lampu per titik
Faktor refleksi : rp = 0,3; rw = 0,1; rm = 0,1
Ukuran ruang : Panjang = 10 m, Lebar = 6 m, Tinggi
=3m
Bidang kerja umumnya 0,8 m

Tabel 8.4 Kebutuhan Lampu dengan rp = 0,3; rw = 0,1; rm = 0,1


Merek dan Tipe Lampu Jumlah Titik Pembulatan
philips Master TL-D Super 70W 11.98887432 12
philips Master TL-D Xtra 70W 12.08634485 13
philips Master TL-D Xtreme 70W 12.18541325 13

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 8 91


philips Master TL-D ECO 63W 13.27339657 14
philips Master TL-D Xtra 58W 14.29442708 15
philips Master TL-D Xtra Polar 58W 14.29442708 15
philips Master TL-D Reflex 58W 14.29442708 15
philips Master TL-D Super 58W 14.29442708 15
philips Master TL-D Xtra Secura 58W 14.57470996 15
philips Master TL-D Xtreme 58W 14.57470996 15
philips Master TL-D Secura 58W 14.86620416 15
philips Master TL-D HF Super 50W 14.86620416 15
philips Master TL-D ECO 51W 15.48562934 16
philips Master TL-D Reflex 36W 22.18836442 23
philips Master TL-D Super 36W 22.18836442 23
philips Master TL-D Xtra 36W 22.18836442 23
philips Master TL-D Xtra Polar 36W 22.18836442 23
philips Master TL-D Xtreme 36W 22.87108333 23
philips Master TL-D Secura 36W 23.228444 24
philips Master TL-D HF Super 32W 23.228444 24
philips Master TL-D Xtra Secura 36W 23.228444 24
philips Master TL-D ECO 32W 24.77700694 25
philips Master TL-D Xtra 30W 30.97125867 31
philips Master TL-D Super 30W 30.97125867 31
philips Master TL-D Xtra Secura 30W 31.63022162 32
philips Master TL-D Super 23W 36.25903454 37
philips Master TL-D HF Super 16W 53.09358629 54
philips Master TL-D Reflex 18W 55.06001542 56
philips Master TL-D Xtra 18W 55.06001542 56
philips Master TL-D Super 18W 55.06001542 56
philips Master TL-D Xtra Polar 18W 55.06001542 56
philips Master TL-D Xtreme 18W 55.06001542 56
philips Master TL-D Xtra Secura 18W 57.17770832 58

92 BAB 8 | LISTRIK TENAGA SURYA


philips Master TL-D Secura 18W 57.17770832 58
philips Master TL-D ECO 16W 57.17770832 58
philips Master TL-D Super 15W 74.33102081 75

C. Perbandingan Hasil Pengujian Program dan Manual

Pengujian ini bertujuan membandingkan kebutuhan pencahayaan yang


dihitung secara manual dengan hasil yang ditunjukan oleh sistem yang telah
dibangun. Seberapa besar tingkat akurasi dari perangkat lunak.
1. Pengujian Perhitungan Manual 1

Kegunaan ruangan : Ruang Kelas (Sekolah) = 250 Lux


Merek, Tipe lampu : Philips Master TL-D Super 36W = 3350 Lumen
Jumlah per titik : 1 Lampu per titik
Faktor refleksi : rp = 0,7; rw = 0,5; rm = 0,1
Ukuran ruang : Panjang = 10 m, Lebar = 6 m,
Tinggi = 3 m
Bidang kerja umumnya 0,8 m

Tentukan Indeks Bentuk Ruangan (k) :


𝑝∙𝑙 10∙6 60
𝑘 = ℎ(𝑝+𝑙) 𝑘 = 2,2(10+6) 𝑘 = 35,2 = 1,704

Tentukan Efisiensi Penerangan (ɳ), ditentukan menggunakan interpolasi :

k = 1,5 : ɳ = 0,56 k = 2 : ɳ = 0,61


1,704 − 1,5
ɳ = 0,56 + (0,61 − 0,56)
2 − 1,5
0,205
= 0,56 + (0,05)
0,5
= 0,56 + 0,408(0,05)
ɳ = 0,5804

Jadi titik lampu yang dibutuhkan dapat dicari dengan :


E = 250 Lux A = 60 m2
d = 0,8 ϕ armatur = 3350 Lumen
ɳ = 0,5804
sehingga :
𝐸. 𝐴 250. 60 15000
𝑛= = = = 9,6433
𝜙. ɳ. 𝑑 3350 . 0,5804 . 0,8 1555,472

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 8 93


2. Pengujian Perhitungan Manual 2

Kegunaan ruangan : Ruang Kelas (Sekolah) = 250 Lux


Merek, Tipe lampu : Philips Master TL-D Super 36W = 3350 Lumen
Jumlah per titik : 1 Lampu per titik
Faktor refleksi : rp = 0,3; rw = 0,1; rm = 0,1
Ukuran ruang : Panjang = 10 m, Lebar = 6 m,
Tinggi = 3 m
Bidang kerja umumnya 0,8 m

Tentukan Indeks Bentuk Ruangan (k) :


𝑝∙𝑙
𝑘=
ℎ(𝑝 + 𝑙)

10 ∙ 6
𝑘=
2,2(10 + 6)

60
𝑘= = 1,704
35,2

Tentukan Efisiensi Penerangan (ɳ), ditentukan menggunakan interpolasi :

k = 1,5 : ɳ = 0,48
k=2 : ɳ = 0,54
1,704 − 1,5
ɳ = 0,48 + (0,54 − 0,48)
2 − 1,5
0,205
= 0,48 + (0,06)
0,5
= 0,48 + 0,408(0,06)
ɳ = 0,5044

Jadi titik lampu yang dibutuhkan dapat dicari dengan : :


E = 250 Lux
A = 60 m2
d = 0,8
ϕ armatur = 3350 Lumen
ɳ = 0,5044

94 BAB 8 | LISTRIK TENAGA SURYA


sehingga :

𝐸. 𝐴 250. 60 15000
𝑛= = = = 11,0963
𝜙. ɳ. 𝑑 3350 . 0,5044 . 0,8 1351,792

3. Pengujian Perhitungan Manual 3

Kegunaan ruangan : Ruang Ketik (kantor) = 500 Lux


Merek, Tipe lampu : Philips Master TL-D Super 36W = 3350 Lumen
Jumlah per titik : 1 Lampu per titik
Faktor refleksi : rp = 0,7; rw = 0,5; rm = 0,1
Ukuran ruang : Panjang = 10 m, Lebar = 6 m, Tinggi
=3m
Bidang kerja umumnya 0,8 m

Tentukan Indeks Bentuk Ruangan (k) :

𝑝∙𝑙
𝑘=
ℎ(𝑝 + 𝑙)

10 ∙ 6
𝑘=
2,2(10 + 6)

60
𝑘= = 1,704
35,2

Tentukan Efisiensi Penerangan (ɳ), ditentukan menggunakan interpolasi :

k = 1,5 : ɳ = 0,56
k=2 : ɳ = 0,61
1,704 − 1,5
ɳ = 0,56 + (0,61 − 0,56)
2 − 1,5
0,205
= 0,56 + (0,05)
0,5
= 0,56 + 0,408(0,05)
ɳ = 0,5804

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 8 95


Jadi titik lampu yang dibutuhkan dapat dicari dengan : :
E = 500 Lux
A = 60 m2
d = 0,8
ϕ armatur = 3350 Lumen
ɳ = 0,5804
sehingga :

𝐸. 𝐴 500. 60 30000
𝑛= = = = 19,2867
𝜙. ɳ. 𝑑 3350 . 0,5804 . 0,8 1555,472

4. Pengujian Perhitungan Manual 4

Kegunaan ruangan : Ruang Ketik (kantor) = 500 Lux


Merek, Tipe lampu : Philips Master TL-D Super 36W = 3350 Lumen
Jumlah per titik : 1 Lampu per titik
Faktor refleksi : rp = 0,3; rw = 0,1; rm = 0,1
Ukuran ruang : Panjang = 10 m, Lebar = 6 m,
Tinggi = 3 m
Bidang kerja umumnya 0,8 m

Tentukan Indeks Bentuk Ruangan (k) :

𝑝∙𝑙
𝑘=
ℎ(𝑝 + 𝑙)

10 ∙ 6
𝑘=
2,2(10 + 6)

60
𝑘= = 1,704
35,2

Tentukan Efisiensi Penerangan (ɳ), ditentukan menggunakan interpolasi :

k = 1,5 : ɳ = 0,48

96 BAB 8 | LISTRIK TENAGA SURYA


k=2 : ɳ = 0,54

1,704 − 1,5
ɳ = 0,48 + (0,54 − 0,48)
2 − 1,5
0,205
= 0,48 + (0,06)
0,5
= 0,48 + 0,408(0,06)
ɳ = 0,5044

Jadi titik lampu yang dibutuhkan dapat dicari dengan : :


E = 500 Lux
A = 60 m2
d = 0,8
ϕ armatur = 3350 Lumen
ɳ = 0,5044

sehingga :

𝐸. 𝐴 500. 60 30000
𝑛= = = = 22,2091
𝜙. ɳ. 𝑑 3350 . 0,5044 . 0,8 1351,792

D. Analisis Hasil

Bagian ini menjabarkan pengujian-pengujian yang telah dilakukan, dan


membandingkan dengan perhitungan manual dengan parameter yang berbeda.
Pembahasan meliputi perbandingan hasil simulai perangkat lunak dengan parameter
berbeda dan perbandingan nilai yang didapat dari sistem dengan perhitungan
manual.
1. Analisis Hasil Sistem dengan Parameter Berbeda

Kebutuhan pencahayaan ruangan memiliki beberapa parameter yang


berpengaruh terhadap kebutuhan pencahayaan. Indeks bentuk ruangan, faktor
refleski ruangan, kegunaan ruangan, serta lumen dari lampu yang ingin digunakan.
Penguijan Sistem 1 sampai 4 membandingkan perbedaan kebutuhan pencahayaan
dengan parameter berbeda dengan data yang diambil dari perhitungan sistem yang
dibangun.
Faktor refleksi ruangan memiliki pengaruh yang besar terhadap
penghitungan kebutuhan ruangan. Hasil pengujian sistem 1 dan 2 memiliki data yang
hampir sama dengan pembeda faktor refleksi ruangan. Pada pengujian sistem 1

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 8 97


faktor refleksi langit-langit dan dinding berturut-turut 0,7; dan 0,5. Sedangkan pada
pengujian 2 faktor refleski langit-langit dan dinding berturut-turut 0,3; dan 0,1 . 0,7
pada refleksi langit-langit merepresentasikan bahwa langit-langit berwarna putih
atau cerah sedangkan 0,3 gelap, 0,5 pada refleksi dinding juga merepresentasikan
bahwa dinding berwarna putih atau cerah sedangkan 0,1 gelap.
Dapat dilihat dengan perubahan faktor refleksi kebutuhan titik lampu juga
berubah. Dapat dilihat pada tabel 8.1 dan tabel 8.2 terjadi perbedaan kebutuhan titik
lampu. Hal ini disebabkan oleh perbedaan penyerapan atau refleksi dan penyerapan
atau absorbsi cahaya oleh warna terang atau gelap.
Hasil pengujian pada tabel 8.1 dan 8.3 dapat dilihat bahwa perbedaan
kegunaan ruangan juga memiliki pengaruh yang besar dengan kebutuhan ruangan.
Pada pengujian 1 ruangan yang dipakai adalah kelas, sedangkan pengujian 3 adalah
ruang ketik kantor. Perbedaan jumlah titik yang besar dikarenakan perbedaan
kebutuhan lux ruangan. Jika diambil contoh penggunaan ruangan untuk gambar atau
ruangan perakitan mesin, maka perbedaan titik lampu akan sangat besar.
Dikarenakan ruang gambar atau ruang perkaritan membutuhkan ketelitian yang
tinggi dan fokus, sehingga ketika pencahayaan yang diberikan masih dibawah
standar yang ada, pengguna akan mengalami kelelahan mata.

2. Analisis Perbandingan Hasil Sistem dan Perhitungan Manual

Hasil pengujian manual 1 data yang digunakan sama dengan data pada
pengujian sistem 1, hanya pada manual tipe lampu yang diambila adalah Philips
Master TL-D Super 36W yang memiliki nilai lumen sebesar 3350 Lumen. Nilai tabel
4.1 dapat kita lihat dengan penggunaan lampu tipe Philips Master TL-D Super 36W,
titik lampu yang dibutuhkan adalah 9,641713911 dibulatkan menjadi 10 titik lampu,
sedangkan hasil dari perhitungan manual adalah 9,6433. Perbedaan sangat kecil
antara manual dan sistem diakibatkan oleh pembulatan perhitungan awal pada sistem
yang hanya 2 angka belakang koma. Sehingga hasil akhir pada program memiliki
nilai berbeda dengan perhitungan manual.
Pengujian manual 2 menggunakan data yang sama dengan pengujian sistem
2, dengan menggunakan tipe lampu yang sama dengan pengujian sebelumnya yaitu
Philips Master TL-D Super 36W. Hasil pengujian sistem didapat kebutuhan titik
lampu sebanyak 11,0941822 dibulatkan menjadi 12 titik lampu, sedangkan hasil dari
pengujian manual adalah 11,0963. Perbedaan juga disebabkan oleh pembulatan dari
sistem yang telah dibangun.
Pengujian manual 3 juga menggunakan data yang sama dengan pengujian
sistem 3 yang dapat dilihat pada tabel 4.3. Hasil yang didiapat oleh sistem adalah
19,28342782 dibulatkan menjadi 20 titik, sedangkan data manual adalah 19,2867.
Pengujian manual 4 dan pengujian sistem 4 menghasilkan data sistem sebesar
22,18836442 dibulatkan menjadi 23 titik, sedangkan hasil pada pengujian manual
sebesar 22,2091 dengan data yang sama dengan lampu Master TL-D Super 36W.

98 BAB 8 | LISTRIK TENAGA SURYA


PERTANYAAN

1. Sebutkan jenis-jenis data input untuk perhitungan !


2. Bagaimana menguji kebutuhan pencahayaan ?
3. Coba anda bandingkan hasil program dengan perhitungan manual !
4. Jelaskan hasil analisis terhadap kedua hasil tersebut !

SOAL LANJUTAN:

Carilah contoh studi kasus perencanaan PLTS untuk bangunan gedung perkuliahan
!

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 8 99


PERENCANAAN & IMPLEMENTASI PLTS DI BAB
GEDUNG LABORATORIUM 9

KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari bab 9 ini, mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan struktur gedung laboratorium teintegrasi
2. Mengenal model-model Konsumsi Energi Listrik Gedung Laboratorium
3. Merancang Komponen PLTS yang dibutuhkan
4. Menjelaskan cara pemasangan Panel Surya
5. Menguji system PLTS
6. Menganalisis biaya PLTS
7. Menganalisis kelayakan system PLTS

A. Profil Gedung Laboratorium

Gedung baru FT. Untirta berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman km.3 Cilegon
Banten. Gedung yang dibangun 2 lantai yang memiliki luas 375,8 m2 dengan tinggi
13,25 m dapat dilihat pada Gambar 9.1 dan untuk denahnya dapat dilihat di lampiran.

Gambar 9.1 Gedung Baru FT. Untirta [50]

100 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


Terdapat 9 ruang kelas, 6 toiletdengan 3 kelas dan 2 toilet setiap lantainya.
Berikut ini data ruangan pada Gedung baru FT. Untirta yang dapat dilihat pada Tabel
9.1 sebagai berikut.
Tabel 9.1 Ukuran Ruangan Gedung Baru FT.Untirta

Panjang Lebar Luas Jumlah


Ruang Ruangan
(m) (m) (m2)
Kelas 8,6 8,6 74 9
Toilet 4,3 3,3 14,2 6
Koridor Depan 34,8 2,2 76,6 3
Koridor Samping 8,6 1,2 10,32 6
Tangga 4,3 1,2 5,2 4

Terdapat dua atap pada gedung baru FT. Untirta dengan ukuran yang dapat
dilihat pada Gambar 9.2, Gambar 9.3 dan Gambar 9.4 sebagai berikut :

Gambar 9.2 Tampak Samping Atap Gedung Baru FT. Untirta [50]

Gambar 9.3 Sudut Kemiringan Atap Gedung Baru FT. Untirta [50]

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 101


Gambar 9.4 Tampak Depan Atap Gedung Baru FT. Untirta [50]

Pada Gambar 9.2, Gambar 9.3 dan Gambar 9.4 merupakan ukuran atap
Gedung baru FT. Untirta. Dapat diperhitungkan dengan panjang atap 8,7 m dan lebar
atap 11,6 m, maka luas atap gedung baru FT. Untirta sebesar 103,53 m2. Sehingga
total luas atap gedung adalah 207,06m2.
1. Radiasi Matahari, Temperatur dan Kecepatan Angin

Besarnya radiasi matahari, temperatur dan kecepatan angin di kawasan FT.


Untirta dapat dilihat pada Tabel 9.2 sebagai berikut :
Tabel 9.2 Radiasi dan Temperatur FT. Untirta

Radiasi Matahari
Bulan Temperatur
(kWh/m2/hari)
Januari 4,98 26,5
Februari 4,85 26,7
Maret 5,34 27,0
April 5,36 27,3
Mei 4,75 27,6
Juni 4,77 27,3
Juli 5,02 27,0
Agustus 5,71 26,6
September 6,05 27,3
Oktober 5,83 28,4
November 5,09 27,6
Desember 5,22 27,3
Rata-rata 5,24 27,2
Sumber : NASA 2015

102 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


Tabel 9.2 merupakan data rata-rata nilai radiasi matahari, temperatur dan
kecepatan angin kota Cilegon. Data iini bersumber dari NASA (National
Aeronautics and Space Administration), dengan suhu maksimum sebesar 28,4⁰C dan
suhu minimum sebesar 26,5⁰C. Radiasi matahari dengan rata-rata yaitu 4,76
kWh/m2/hari dengan radiasi matahari tertinggi mencapai 6,05 kWh/m2/hari terjadi
pada bulan September dan terendah terjadi pada bulan Mei 4,75 kWh/m2/hari.

2. Panel Surya

Panel surya yang digunakan adalah panel surya jenis polycristalline dengan
besar kapasitas yaitu 300 Wp dengan spesifikasi sebagai berikut :
Tabel 9.3 Spesifikasi Panel Surya 300 Wp

Spesifikasi Keterangan
Peak Power (Pmax) 300 W
Cell Efficiency 15,54 %
Max. power volt (Vmp) 35,8 V
Max. power current (Imp) 8,38 A
Open circuit volt (Voc) 44 V
Short circuit current (Isc) 9,05 A
Power tolerance 3%
Max system voltage 1000V
Dimensions 1950×990×50 mm
Weight 25 kg
Sumber : Rekasurya.com

Digunakan jenis panel ini karena untuk jenis polycrystalline cocok untuk
produksi masal di masa depan dan dapat menghasilkan listrik walaupun dalam
keadaan mendung. Digunakan 300 Wp karena memiliki nilai efisiensi yang tinggi
yaitu mencapai 15,54 %.

B. Konsumsi Energi Listrik pada Gedung Baru FT. Untirta

Konsumsi energi listrik yang disuplai PLTS adalah konsumsi energi listrik
penerangan pada gedung selama 8 jam. Konsumsi energi listrikpada penelitian ini
dilakukan dengan 2 kondisi, yaitu :
1. Kondisi 1 adalah konsumsi energi listrik penerangan sesuai perencanaan awal
pada gedung.
2. Kondisi 2 adalah konsumsi energi listrik penerangan dengan lampu LED.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 103


1. Konsumsi Energi Listrik PeneranganKondisi 1

Terdapat 9 lampu TL 2×36 Watt pada ruang kelas, 5 lampu downlight 20


Wattpada toilet dan lampu baret 22 Watt pada koridor dan tangga. Sistem PLTS yang
dirancang untuk memenuhi konsumsi energi setiap lantainya, maka sistem PLTS
yang dirancang akan dibagi menjadi 3 bagian. Besarnya konsumsi energi listrik
penerangan setiap lantaikondisi 1adalah sebagai berikut.
Tabel 9.4 Konsumsi Energi Listrik Penerangan Lantai DasarKondisi 1
Jumlah Penggunaan Daya
Ruang Jenis Lampu
Lampu (Jam) (Wh)
TL-D 2×36 W
Kelas 27 8 34.128
ballast 2×43 W

Toilet Downlight 20 W 10 8 1.600

Koridor Baret PLE 22 W 25 8 4.400

Total Daya (Wh/hari) 40.128

Tabel 9.5 Konsumsi Energi Listrik Penerangan Lantai 1 Kondisi 1


Jumlah Penggunaan Daya
Ruang Jenis Lampu
Lampu (Jam) (Wh)
TL-D 2×36 W
Kelas dengan ballast 27 8 34.128
2×43 W
Downlight 20
Toilet 10 8 1.600
W
Koridor Baret PLE 22 W 25 8 4.400
Tangga Baret PLE 22 W 2 8 352
Total Daya (Wh/hari) 40.480

Tabel 9.6 Konsumsi Energi Listrik Penerangan Lantai 2 Kondisi 1


Jumlah Penggunaan Daya
Ruang Jenis Lampu
Lampu (Jam) (Wh)
TL-D 2×36 W
Kelas dengan ballast 27 8 34.128
2×43 W

104 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


Toilet Downlight 20 W 10 8 1.600

Koridor Baret PLE 22 W 25 8 4.400


Tangga Baret PLE 22 W 2 8 352
Total Daya (Wh/hari) 40.480

Berdasarkan Tabel 9.4, Tabel 9.5 dan Tabel 9.6 total konsumsi energi listrik
penerangan kondisi 1 yaitu sebesar 121.1kWh/hari, dengan konsumsi energi listrik
per lantainya yaitu sebesar 40,48 kWh/hari.

2. Konsumsi Energi Listrik Penerangan Kondisi 2

Konsumsi energi listrik penerangan pada kondisi 2 merupakan konsumsi


energi listrik menggunakan jenis lampu LED. Jenis lampu LED yang digunakanpada
penelitian ini adalah lampu LED Tube T8 18 Watt karena memiliki nilai efisiensi
paling tinggi dari lampu LED Tube lainnya yaitu 100 lumen/watt yang dapat dilihat
pada Tabel 9.2. Spesifikasi lampu LED Tube T8 18 Watt dapat dilihat pada Tabel
9.7 sebagai berikut :
Tabel 9.7 Spesifikasi Lampu LED Tube T8 18 Watt

Spesifikasi Keterangan
Daya 18 Watt
Tegangan Input 85-265 VAC
Luminous Flux 1800 lm
Panjang 1200 mm
Life Time 45.000 jam
Sumber :cahaya-led.com

Perhitungan jumlah lampu pada kondisi 2 dapat digunakan persamaan sebagai


berikut.
a. Ruang kelas
Luas Ruangan (A) = 73,96 m2
Tingkat lux yang diperlukan ruangan (E) = 250 lux (sesuai Tabel 9.3)
Flux total atau jumlah lumen (F) = 1.800 lm (sesuai Tabel 9.4)
Faktor penggunaan dari tabel produk (UF) = 0,7
Faktor kehilangan cahaya (LLF) = 0,8

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 105


𝐸×𝐴 250×73,96 18490
𝑁 = 𝐹×𝑈𝐹×𝐿𝐿𝐹 = 3600×0,7×0,8 = = 9,17 ~ 9 𝐿𝑎𝑚𝑝𝑢
2016

b. Toilet
Luas Ruangan (A) = 14,19 m2
Tingkat lux yang diperlukan ruangan (E) = 100 lux (sesuai Tabel 9.3)
Flux total atau jumlah lumen (F) = 1.800 lm (sesuai Tabel 9.4)
Faktor penggunaan dari tabel produk (UF) = 0,7
Faktor kehilangan cahaya (LLF) = 0,7
𝐸×𝐴
𝑁 =
𝐹 × 𝑈𝐹 × 𝐿𝐿𝐹
100 × 14,19
=
1800 × 0,7 × 0,7

1419
= = 1,6 ~ 2 𝐿𝑎𝑚𝑝𝑢
882

c. Koridor Depan
Luas Ruangan (A) = 76,6 m2
Tingkat lux yang diperlukan ruangan (E) = 100 lux (sesuai Tabel 9.3)
Flux total atau jumlah lumen (F) = 1.800 lm (sesuai Tabel 9.4)
Faktor penggunaan dari tabel produk (UF) = 0,7
Faktor kehilangan cahaya (LLF) = 0,7

𝐸×𝐴
𝑁 =
𝐹 × 𝑈𝐹 × 𝐿𝐿𝐹
100 × 76,6
=
1800 × 0,7 × 0,7

7660
= = 8,68 ~ 9 𝐿𝑎𝑚𝑝𝑢
882

d. Koridor Samping
Luas Ruangan (A) = 10,32 m2
Tingkat lux yang diperlukan ruangan (E) = 100 lux (sesuai Tabel 9.3)
Flux total atau jumlah lumen (F) = 1.800 lm (sesuai Tabel 9.4)
Faktor penggunaan dari tabel produk (UF) = 0,7

106 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


Faktor kehilangan cahaya (LLF) = 0,7

𝐸×𝐴 100×10,32
𝑁 = =
𝐹×𝑈𝐹×𝐿𝐿𝐹 1800×0,7×0,7
1032
= = 1,2 ~ 2 𝐿𝑎𝑚𝑝𝑢
882

e. Tangga
Luas Ruangan (A) = 5,2 m2
Tingkat lux yang diperlukan ruangan (E) = 100 lux (sesuai Tabel 9.3)
Flux total atau jumlah lumen (F) = 1.800 lm (sesuai Tabel 9.4)
Faktor penggunaan dari tabel produk (UF) = 0,7
Faktor kehilangan cahaya (LLF) = 0,7

𝐸×𝐴
𝑁 =
𝐹 × 𝑈𝐹 × 𝐿𝐿𝐹
100 × 5,2
=
1800 × 0,7 × 0,7
520
= = 0,6 ~ 1 𝐿𝑎𝑚𝑝𝑢
882

Berdasarkan hasil perhitungan total jumlah lampu pada kondisi 2 yaitu


sebanyak 217 lampu dengan total lampu yang digunakan untuk kelas yaitu 162
lampu, toilet 6 lampu, koridor dan tangga 43 lampudengan jenis lampu yang
digunakan adalah lampu LED tube T8 18 Watt. Besarnya konsumsi energi listrik
penerangan kondisi 2 dapat dilihat pada Tabel 4.8, Tabel 9.9 dan Tabel 9.10 sebagai
berikut.
Tabel 9.8 Konsumsi Energi Listrik Penerangan Lantai DasarKondisi 2
Jumlah Penggunaan Daya
Ruang Jenis Lampu
Lampu (Jam) (Wh)
LED Tube T8
Kelas 27 8 7.776
2x18 W
Toilet LED Tube T8 18 W 4 8 576

Koridor LED Tube T8 18 W 13 8 1.872

Total Daya (Wh/hari) 10.224

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 107


Tabel 9.9 Konsumsi Energi Listrik Penerangan Lantai 1Kondisi 2
Jumlah Penggunaan Daya
Ruang Jenis Lampu
Lampu (Jam) (Wh)
LED Tube T8
Kelas 27 8 7.776
2x18 W
Toilet LED Tube T8 18 W 4 8 576
Koridor LED Tube T8 18 W 13 8 1.872
Tangga LED Tube T8 18 W 2 8 288
Total Daya (Wh/hari) 10.512

Tabel 9.10 Konsumsi Energi Listrik Penerangan Lantai 2Kondisi 2


Jumlah Penggunaan Daya
Ruang Jenis Lampu
Lampu (Jam) (Wh)
LED Tube T8
Kelas 27 8 7.776
2x18 W
Toilet LED Tube T8 18 W 4 8 576
Koridor LED Tube T8 18 W 13 8 1.872
Tangga LED Tube T8 18 W 2 8 288
Total Daya (Wh/hari) 10.512

Berdasarkan Tabel 9.8, Tabel 9.9 dan Tabel 9.10 total konsumsi energi listrik
penerangan kondisi 2 yaitu sebesar 31,25 Wh/hari. Dengan menggunakan sistem
penerangan pada kondisi 2 dapat menghemat konsumsi energi listrik sebesar
89,84kWh/hari atau sebesar 74%.

C. Perancangan Komponen PLTS

1. Menghitung Energi Listrik yang Disuplai dari PLTS

Konsumsi energi listrik penerangan yang disuplai PLTS dijumlahkanasumsi


kerugian (losses) pada sistem sebesar 15%.Perancangan sistem PLTS yang
digunakan yaitu 1 sistem untuk satu lantai, sehingga pada penelitian ini perancangan
PLTS dibagi menjadi 3 sistem. Konsumsi energi yang disuplai PLTS untuk setiap
lantainya adalah sebagai berikut :

108 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


a. Kondisi 1
𝐸𝐿 = (15% × 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘) + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘
= (15% × 40.480 𝑊ℎ) + 40.480 𝑊ℎ
= 46.552 𝑊ℎ ~ 46,552 𝑘𝑊ℎ

b. Kondisi 2
𝐸𝐿 = (15% × 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖) + 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖
= (15% × 10.512 𝑊ℎ) + 10.512 𝑘𝑊ℎ
= 12.088,8 𝑊ℎ ~ 12,1 𝑘𝑊ℎ

2. Menentukan Sistem PLTS

PLTS yang akan dikembangkan pada penelitian ini direncanakan untuk


mensuplai seluruh kebutuhan energi listrik penerangan pada gedung baru FT.
Untirta. Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini sistem PLTS yang akan
dikembangkan adalah stand alone system. Sistem PLTS ini terdiri dari susunan
komponen seperti panel surya, charge controller, inverter dan baterai.

3. Menghitung Area Array (PV Area)

Luas area array diperhitungkan dengan mempergunakan persamaan (9.9)


sebagai berikut :

𝐸𝐿
𝑃𝑉 𝐴𝑟𝑒𝑎 =
𝐺𝑎𝑣 × 𝜂𝑝𝑣 × 𝑇𝐶𝐹 × 𝜂𝑜𝑢𝑡

Konsumsi energi listrik kondisi 1 per lantainya sebesar 46,552 kWh/hari dan
kondisi 2 per lantainya sebesar 12.1kWh/hari.Untuk nilai insolasi harian (GAV)
digunakan nilai insolasi rata-rata terendah seperti data pada Tabel 9.2, yaitu sebesar
4,75 kWh/m2. Pemilihan ini bertujuan agar pada saat insolasi harian matahari berada
pada nilai yang paling rendah maka PLTS tetap dapat memenuhi besar kapasitas
yang dibangkitkan.Effisiansi panel surya sebesar 15,54% mengacu pada efisiensi
panel surya jenis polycrystalline 300 Wp yang spesifikasinya dapat dilihat pada
Tabel 9.3.
Setiap kenaikan temperatur 1⁰C (dari 25⁰) pada panel surya, maka hal tersebut
akan mengakibatkan daya yang dihasilkan oleh panel surya akan berkurang sekitar
0,5%. Data temperatur maksimum untuk wilayah FT. Untirta sebesar 28,4⁰C.Data
temperatur memperlihatkan ada peningkatan suhu sebesar 3,4⁰C dari suhu standar
25⁰C yang diperlukan oleh panel surya.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 109


Besarnya daya yang berkurang pada saat temperatur mengalami kenaikan
3,4⁰C diperhitungkan dengan persamaan (2.6) sebagai berikut :
𝑃𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘 3,4 0
𝐶 = 0,5% / ⁰𝐶 × 300 × 3,4 ⁰𝐶

= 0,5% / ⁰𝐶 × 300 × 3,4 ⁰𝐶 = 5,1 𝑊𝑎𝑡𝑡

Untuk daya keluaran maksimum panel surya pada saat temperaturnya naik
menjadi 28,4⁰C, diperhitungkan dengan persamaan yaitu :

𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑖𝑘𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 28,4 0


𝐶
= 300 − 5,25

= 294,9 𝑊𝑎𝑡𝑡

Berdasarkan hasil perhitungan daya keluaran maksimum panel surya pada


saat temperaturnya naik menjadi 28,4⁰C, maka nilai TCF dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
294,75 W
𝑇𝐶𝐹 =
300 𝑊
= 0,983

Efisiensi out (ηout) ditentukan berdasarkan efisiensi komponen-komponen


yang melengkapi PLTS. Suatu PLTS yang dilengkapi dengan bateraidan inverter
maka besar ηoutditentukan yaitu sebesar 0,85×0,9 yaitu 0,765. Maka luas area sesuai
persamaan berikut.

a. Kondisi 1
46,552 kWh
𝑃𝑉 𝐴𝑟𝑒𝑎 =
kWh
4,75 × 0,1554 × 0,983 × 0,765
𝑚2

= 83,865 𝑚2

b. Kondisi 2
12,1 kWh
𝑃𝑉 𝐴𝑟𝑒𝑎 =
kWh
4,75 × 0,1554 × 0,9825 × 0,765
𝑚2
= 21,78 𝑚2

110 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


4. Daya yang Dibangkitkan

Dari perhitungan area array, maka besar daya yang dibangkitkan PLTS (Watt
peak) dapat dihitung dengan persamaan berikut.
a. Kondisi 1
𝑃𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑝𝑒𝑎𝑘 = 83,865 𝑚2 × 1000𝑊/𝑚2 × 0,1554
= 13.032,6 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑃𝑒𝑎𝑘

b. Kondisi 2
𝑃𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑝𝑒𝑎𝑘 = 21,8 𝑚2 × 1000𝑊/𝑚2 × 0,1554
= 3.384,6 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑃𝑒𝑎𝑘

5. Jumlah Panel Surya

Berdasarkan besar daya yang akan dibangkitkan, maka jumlah panel surya
yang diperlukan, diperhitungkan dengan persamaan berikut.
a. Kondisi 1

13.038
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 =
300
= 43,44 ~ 44 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎

PLTS yang akan dikembangkan akan dibagi menjadi 3 array dengan


masing-masing array sebanyak 15 panel surya sehingga jumlah keseluruhan
panel surya yang dibutuhkan adalah 45 panel surya untuk setiap lantainya.
P watt peak PLTS yang dikembangkan dengan jumlah panel surya
sebanyak 45 adalah sebesar :

𝑃𝑤𝑎𝑡𝑡 𝑝𝑒𝑎𝑘 = 𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙


= 300 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑥 45 = 13.500 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑃𝑒𝑎𝑘

Sehingga luas area array dengan daya yang dibangkitkan sebesar


13.500Watt peakadalah :
13.500 𝑊
𝑃𝑉 𝐴𝑟𝑒𝑎 = 2
= 86,87 𝑚2
1000𝑊/𝑚 𝑥0,1554

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 111


Dengan panel surya sebanyak 45 buah dibagi menjadi 3 array maka pada
masing-masing array akan terdiri dari 15 buah panel surya. Adapun rangkaian
panel surya yang terdiri dari 5 rangkaian (string) yang terhubung paralel dengan
1 rangkaian terdiri dari 3 panel yang terhubung seri.

Gambar 9.5 Perancangan Array PLTS Kondisi 1 [50]

Panel surya yang digunakan adalah panel surya dengan spesifikasi pada
Tabel 4.3 yaitu Vmp = 35,8V, Imp = 8,38A dan Pmp = 300W per panel. Dengan
spesifikasi tersebut maka besar VMPP, IMPP, PMPP pada array dapat
diperhitungkan sebagai berikut : VMPP array adalah 35,8 × 3 = 107,4 V, IMPP
array adalah 8,38 × 5 = 41,9A dan PMPP Array adalah 4.500,06 W (~4.600 W).

b. Kondisi 2
3.384,6
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 =
300
= 11,28 ~ 12 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎

Kebutuhan panel surya setiap lantainya pada kondisi 2 adalah sebanyak


12 panel surya, maka total kebutuhan panel surya pada kondisi 2 sebanyak 36
buah.
Pwatt peak yang akan dikembangkan dengan jumlah panel surya sebanyak
36 adalah sebesar :

𝑃𝑤𝑎𝑡𝑡 𝑝𝑒𝑎𝑘 = 𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙


= 300 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑥 36 = 10.800 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑃𝑒𝑎𝑘

112 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


Sehingga luas area array dengan daya yang dibangkitkan sebesar
10.800Watt peakadalah :

10.800 𝑊
𝑃𝑉 𝐴𝑟𝑒𝑎 = = 69,5 𝑚2
1000𝑊/𝑚2 𝑥0,1554

Adapun rangkaian panel surya yang terdiri dari 4 rangkaian (string) yang
terhubung paralel dengan 1 rangkaian terdiri dari 3 panel yang terhubung seri.

Gambar 9.6 Perancangan Array PLTS Kondisi 2 [50]


Panel surya yang digunakan sebagai acuan adalah panel surya dengan
spesifikasi pada Tabel 9.3 yaitu Vmp = 35,8V, Imp = 8,38A dan Pmp = 300W
per panel. Dengan dpesifikasi tersebut maka besar Vmp, Imp, Pmp pada array
dapat diperhitungkan sebagai berikut : Vmp array adalah 35,8 × 3 = 107,4 V,
Imp array adalah 8,38 × 4 = 33,52 A dan Pmp Array adalah 3.600,048 W (~
3.600 W).

6. Menghitung Kapasitas Charge Controller

Kapasitas arus yang mengalir pada charge controller dapat ditentukan dengan
mengetahui daya yang dibangkitkan oleh sistem PLTS yaitu pada kondisi 1 sebesar
4.800 Watt dan kondisi 2sebesar 3.600 Watt, dengan tegangan yang tersambung pada
baterai disesuaikan dengan kebutuhan daya yang dibangkitkan. Pada kondisi 1 untuk
daya yang dibangkitkan sebesar 4.800Watt tegangan yang diteruskan ke baterai
sebesar 60 V, dan kondisi 2 dengan daya yang dibangkitkan sebesar 3600 Watt
tegangan yang diteruskan ke baterai sebesar 60 V. Hal tersebut dilakukan
berdasarkan spesifikasi yang tercantum pada charge controller tipe Flex Max MPPT
pada Tabel 9.11 dan Tabel 9.12.Maka kapasitas arus yang mengalir pada charge
controller dapat diketahui dengan menngunakan persamaan berikut.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 113


a. Kondisi 1

4500
𝐼𝑚𝑎𝑥 = = 75 𝐴
60

b. Kondisi 2
3600
𝐼𝑚𝑎𝑥 = = 60 𝐴
60

Tabel 9.11 Spesifikasi Outback Flex Max MPPT 80A

PV Open Circuit Voltage


150 VDC
(VOC)
Maximum Output Current 80 A
12 VDC systems 1250 Watt
Maximum Solar Array /24 VDC systems 2500 Watt
STC Nameplate /48 VDC systems 4000 Watt
/60 VDC Systems 5000 Watt
Maximum Battery Voltage 12, 24, 36, 48, or 60 VDC
Sumber: Alibaba.com [50]

Tabel 9.12 Spesifikasi Outback Flex Max MPPT 60A

PV Open Circuit Voltage


150 VDC
(VOC)
Maximum Output Current 60 A
12 VDC systems 750 Watt
Maximum Solar Array /24 VDC systems 1500 Watt
STC Nameplate /48 VDC systems 3000 Watt
/60 VDC Systems 3750 Watt
Maximum Battery Voltage 12, 24, 36, 48, or 60 VDC
Sumber:Alibaba.com [50]

Berdasarkan perhitungan pada kondisi 1 membutuhkan 3 charge controller


80A untuk setiap lantainya dan kondisi 2 membutuhkan 1 charge controller 60A
setiap lantainya.

7. Kapasitas Inverter

114 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


Inverter berfungsi untuk merubah arus dan tegangan listrik DC (direct
current) yang dihasilkan PLTS menjadi arus dan tegangan listrik AC (alternating
current).Pada pemilihan inverter, diupayakan kapasitas kerjanya mendekati
kapasitas daya yang dilayani.Hal ini agar efisiensi kerja invertermenjadi maksimal.
a. Kondisi 1
Pada kondisi 1 untuk setiap lantainya dibagi menjadi 3 sistem array
dengan Pmpp sebesar 4800 Watt.Inverter yang digunakan adalah jenis pure sine
wave off grid.Berdasarkan besar kapasitasdaya yang harus dilayani maka dalam
penelitian ini dipilih inverter pure sine wave 5.000 Watt dengan input tegangan
sebesar 60V disesuaikan dengan keluaran dari charge controller yang
tersambung ke baterai. Spesifikasi inverter dapat dilihat pada Tabel 4.13 sebagai
berikut :
Tabel 9.13 Spesifikasi Inverter 5.000 Watt

Spesifikasi Keterangan
DC Voltage 12 - 72 V
Output Voltage 110V/220V/230V/240V
Continuous Power 5.000 W
Efficiency 90%
frequency 50/60 Hz
Dimension 460*235*95 mm
Sumber: Alibaba.com [50]

b. Kondisi 2
Pada kondisi 2 untuk setiap lantainya terdiri dari 1 sistem array dengan
PMPP sebesar 3.600 Watt.Inverter yang digunakan adalah jenis pure sine wave
off grid.Berdasarkan besar kapasitasdaya yang harus dilayani maka dalam
penelitian ini dipilih inverter pure sine wave 4.000 Watt dengan input tegangan
sebesar 60V disesuaikan dengan keluaran dari charge controller yang
tersambung ke baterai. Spesifikasi inverter dapat dilihat pada Tabel 9.14 sebagai
berikut :
Tabel 9.14 Spesifikasi Inverter 4.000 Watt
Spesifikasi Keterangan
DC Voltage 12 - 72 V
Output Voltage 110V/220V/230V/240V

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 115


Continuous Power 4.000 W
Efficiency 90%
frequency 50/60 Hz
Dimention 460*235*95 mm
Sumber: Alibaba.com [50]

Pada kondisi 1 digunakan inverter berkapasitas 5.000 Watt sebanyak 3 buah


untuk setiap lantainya dan pada kondisi 2 digunakan inverterdengan kapasitas 4.000
Watt sebanyak 1 buah untuk setiap lantainya.

8. Menghitung Kapasitas Baterai

Baterai yang digunakan adalah baterai PK250-12 dengan spesifikasi yang


dapat dilihat pada Tabel 9.15 sebagai berikut :

Spesifikasi Keterangan
Nominal Voltage 12 V
Rated Capacity 250 Ah
Height 220 mm
Length 520 mm
Width 268 mm
Weight 68,5 kg
Sumber : cahaya-led.com [50]

Besarnya kapasitas baterai yang diperlukan dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan yang diberikan), bahwa kapasitas baterai dipengaruhi oleh
pemakaian energi listrik (EL), %DOD yaitu sebesar 80%, tegangan sistem pada
baterai (Vs). Parameter lain yang mempengaruhi perhitungan kapasitas baterai yang
dibutuhkan adalah penentuan Autonomy Days yaitu keadaan baterai dapat menyuplai
beban secara menyeluruh ketika tidak ada energi yang masuk dari panel surya.
Penentuan Autonomy Days pada penelitian ini adalah sebesar 3 hari. AD ditentukan
berdasarkan tingkat curah hujan di kawasan FT. Untirta, bertujuan agar pada saat
insolasi harian matahari berada pada nilai yang paling rendah, maka baterai akan
tetap menjaga kestabilan daya yang dibangkitkan.
Apabila nilai EL, Vs, %DOD dan AD disubstitusikan pada persamaan yang
diberikan maka akan diperoleh kapasitas total baterai yang dibutuhkan adalah :
a. Kondisi 1

116 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


46,552
𝐴𝐻 = = 775,9 𝐴ℎ
60

Dengan besarnya deep of discharge (DOD) pada baterai 80% maka


kapasitas baterai yang dibutuhkan adalah :
775,9 × 3
𝐶𝑏 = = 2909,6 𝐴ℎ
0,8

Berdasarkan kebutuhan ampere hour dalam satu hari pada kondisi 1


yaitu 2909,6 Ah, baterai yang digunakan pada penelitian ini memiliki kapasitas
250Ah dengan tegangan nominal baterai 12V. Agar dapat memenuhi kebutuhan
2909,6 Ah/hari dan sesuai rating tegangan pada sistem 60 V maka jumlah
baterai yang diperlukan pada kondisi 1 adalah sebanyak 60 baterai setiap
lantainya. Adapun rangkaian baterai membentuk 12 rangkaian (string) yang
terhubung pararel dengan 1 rangkaian terdiri dari 5 baterai yang terhubung
secara seri. Maka total kebutuhan baterai yang digunakan adalah 180 baterai
dengan luas area baterai adalah 25,2 m2.

b. Kondisi 2
12,1 kWh
𝐴𝐻 = = 201,6 𝐴ℎ
60

Dengan besarnya deep of discharge (DOD) pada baterai 80% maka


kapasitas baterai yang dibutuhkan adalah :
201,6 × 3
𝐶𝑏 = = 756 𝐴ℎ
0,8

Berdasarkan kebutuhan ampere hour dalam satu hari pada kondisi 2yaitu
756 Ah, jumlah baterai yang diperlukan pada kondisi 2 adalah sebanyak 15
baterai setiap lantainya. Adapun rangkaian baterai membentuk 3 rangkaian
(string) yang terhubung pararel dengan 1 rangkaian terdiri dari 5 baterai yang
terhubung seri. Maka total kebutuhan baterai yang digunakan adalah 45 baterai
dengan luas area baterai adalah 6,3 m2.

Total kebutuhan komponen PLTS pada kondisi 1 dan kondisi 2 dapat dilihat
pada Tabel 9.15 sebagai berikut :

Tabel 9.15 Kebutuhan Komponen PLTS


Komponen PLTS Kebutuhan

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 117


Kondisi 1 Kondisi 2
Per Lantai Total Per Lantai Total
Panel Surya 45 135 12 36
Baterai 60 180 15 45
Charge controller 3 9 1 3
Inverter 3 9 1 3

D. Pemasangan Panel Surya

Pemasangan panel surya pada penelitian ini dengan mengoptimalkan atap


dari gedung baru FT. Untirta.Diketahui pada Gambar 9.2, Gambar 9.3 dan Gambar
9.4 atap gedung baru FT. Untirta memiliki luas 100,92 m2untuk satu atap dan sudut
atap gedung membentuk 15⁰dan menghadap kurang lebih -25⁰ dari barat dapat dilihat
pada Gambar 9.7. Gambar 4.8 adalah Ilustrasi pemasangan panel pada atap gedung
baru FT. Untirta sebagai berikut :

Gambar 9.7 Tampak Atas Denah Gedung Baru FT.Untirta [50]

Gambar 9.8 Ilustrasi Orientasi Panel Surya [37]

1. Pemasangan Panel Surya Kondisi 1

Jumlah panel surya pada kondisi 1 yaitu sebanyak 135 panel surya dengan
kebutuhan panel surya sebanyak 45 untuk setiap lantainya dan untuk setiap lantainya
membentuk 3 array dengan kebutuhan panel surya sebanyak 15 panel untuk setiap
array. Ilustrasi atap gedung baru FT. Untirtadapat dilihat pada Gambar 9.9 sebagai
berikut :

118 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


Gambar 9.9 Ilustrasi Tampak Atas Atap Gedung Baru FT. Untirta [50]

Pada Gambar 9.9 merupakan ilustrasi tampak atas atap gedung baru FT.
Untirta dengan ukuran panjang gedung (Pg) = 34,8 m dan lebar gedung (Lg) = 10,8
m. Terdapat 2 atap pada gedung baru FT. Untirta dengan ukuran yang sama yaitu
panjang atap (Pa) = 11,9 m dan lebar atap (La) = 8,4 m.

Gambar 9.10 Ilustrasi Tampak Atas Pemasangan Panel SuryaKondisi 1 [50]

Pada Gambar 9.10 merupakan ilustrasi pemasangan panel surya pada atap
gedung baru FT. Untirta, ketentuan pemasangan panel surya pada kondisi 1 yaitu
bagian yang berwarna biru merupakan susunan arraydari panel surya dengan ukuran
panel surya (ps) = 1,95×0,99 m, membentuk 3 rangkaian terhubung seri yaitu
panjang susunan array (Psa) = 5,93 m dan membentuk 5 rangkaian (string) terhubung
pararel yaitu lebar susunan array (Lsa) = 5,11 m. Susunan array panel surya dapat
dioptimalkan pada atap gedung baru FT. Untirta dengan celah panel surya (Cps) =
0,04 m.
2. Pemasangan Panel Surya Kondisi 2

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 119


Gambar 9.11 Ilustrasi Pemasangan Panel Surya Kondisi 2 Atap Gedung [50]

Jumlah panel surya pada kondisi 2 yaitu sebanyak 36 panel surya dengan
kebutuhan panel surya sebanyak 12 untuk setiap lantainya/array. Ilustrasi
pemasangan panel surya pada kondisi 2 dapat dilihat pada Gambar 4.11,bagian yang
berwarna biru merupakan susunan array panel surya dan yang berwarna kuning
adalah atap gedung, ketentuan pemasangan panel surya pada kondisi 2 yaitu dengan
panjang susunan array (Psa) = 5,93 m terdiri dari 3 rangkaian terhubung seri dan
lebar susunan array (Lsa) = 4,08 m terdiri dari 4 rangkaian (string) terhubung pararel.
Celah panel surya (Cps) sama dengan kondisi 1 yaitu 0,04 m. Dengan ketentuan
tersebut pemasangan panel surya pada kondisi 2 mampu dioptimalkan pada 1 atap
gedung baru FT. Untirta

E. Pengujian Sistem PLTS


1. Kondisi 1
Sistem PLTS yang disimulasikan menggunakan software PVsyst digunakan
untuk mengetahui diagram alir energi PLTS dan keandalan sistem yang dirancang.
Simulasi yang dilakukan berdasarkan parameter komponen PLTS.Berdasarkan
parameter simulasi tersebut, aliran energi yang didapat dari hasil simulasi kondisi 1
yang ditunjukan pada Gambar 9.12.

Energi Konversi
3000 1759182716991707186421112033188013911473
2000 13801277
kWh

1000
0

Bulan

Gambar 9.12 Grafik Energi Konversi per Lantai Kondisi 1 [50]

120 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


Pada Gambar 9.12 merupakan grafik aliran energi dalam setahun dengan total
aliran energi setiap lantai sebesar 20.402 kWh/tahun. Dengan Aliran tertinggi yaitu
terjadi pada bulan Agustus sebesar 2.111 kWh dan aliran terendah terjadi pada bulan
Februari yaitu sebesar 1.277 kWh.Performance ratio sebesar 57,7% dengansolar
fraction sebesar 100%. Grafik performance ratio dan solar fraction dapat dilihat
pada Gambar 9.13 sebagai berikut :

Gambar 9.13 Grafik Peformance Ratio dan Solar Fractionper Kondisi 1 [50]

Rugi-rugi yang terdapat pada hasil simulasi ini yaitu PV-array losses dan
system losses yang terjadi di baterai.PV-array losses di dapat sebesar 0,85
kWh/kWp/hari dan system losses sebesar 0,45 kWh/kWp/hari. Setelah ada rugi-rugi
maka energi yang dapat disuplaisebesar 3 kWh/kWp/hari.Hasil simulasi pada
penjelasan ini dapat dilihat pada Gambar 9.14.

Gambar 9.14 Grafik Normalized Energiper Lantai Kondisi 1 [50]

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 121


Tabel 9.16 Hasil Simulasi PVsysSistem PLTS per Lantai Kondisi 1

Pada Tabel 9.16 terdapat variabel hasil simulasi energi konversi, energi yang
tidak digunakan, energi suplai, beban dan solfrac.Variabel tersebut dianalisa untuk
menentukan kualitas dan keandalan sistem PLTS yang dirancang. Energi konversi
merupakan energi listrik yang tersedia hasil keluaran panel surya dengan besarnya
total energi konversi hasil simulasi dalam satu tahun per lantai sebesar 20.402 kWh.
Energi suplai merupakan energi siap salur untuk kebutuhan beban. Besarnya energi
suplai per lantai dalam satu tahun sebesar 14.755kWh dan mampu untuk memenuhi
kebutuhan beban sebesar 14.755kWh maka keandalan sistem yang dihasilkan
sebesar 100% disebut juga solfrac.

2. Kondisi 2

Aliran energi yang didapat dari hasil simulasi kondisi 2 yang ditunjukan pada
Gambar 9.15 sebagai berikut :

Energi Konversi
571.4554.8
600 488.8 493.6 499
464.9 450.7461.6
500
376.4348.7 372.6396.3
400
kWh

300
200
100
0

Bulan

Gambar 9.15 Grafik Energi Konversi per LantaiKondisi 2 [50]

122 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


Pada Gambar 9.15 merupakan grafik aliran energi dalam setahun dengan total
aliran energi sebesar 5478,6 kWh/tahun. Dengan Aliran tertinggi yaitu terjadi pada
bulan Agustus sebesar 571,4 kWh dan aliran terendah terjadi pada bulan Februari
yaitu sebesar 348,7 kWh. Performance ratio sebesar 56,1% dengan solar fraction
sebesar 100%. Grafik performance ratio dan solar fraction dapat dilihat pada Gambar
9.16 sebagai berikut :

Gambar 9.16 Peformance Ratio dan Solar FractionKondisi 2 [50]

Rugi-rugi yang terdapat pada hasil simulasi ini yaitu PV-array losses dan
system losses yang terjadi di baterai.PV-array losses di dapat sebesar 0,82
kWh/kWp/hari dan system losses sebesar 0,44 kWh/kWp/hari. Setelah ada rugi-rugi
maka energi yang dapat disuplaisebesar 2,92 kWh/kWp/hari. Hasil simulasi pada
penjelasan ini dapat dilihat pada Gambar 9.17.

Gambar 9.17 Grafik Normalized Energiper Lantai Kondisi 2 [50]

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 123


Tabel 9.17 Hasil Simulasi PVsyst Sistem PLTS per Lantai Kondisi 2

Pada Tabel 9.17 terdapat variabel hasil simulasi energi konversi, Energi yang
tidak digunakan, energi suplai, beban dan solfrac.Variabel tersebut dianalisa untuk
menentukan kualitas dan keandalan sistem PLTS yang dirancang. Energi konversi
merupakan energi listrik yang tersedia hasil keluaran panel surya dengan besarnya
total energi konversi hasil simulasi dalam satu tahun per lantai sebesar 5.478,6 kWh.
Energi suplai merupakan energi siap salur untuk kebutuhan beban. Besarnya energi
suplai per lantai dalam satu tahun sebesar 3836,9kWh dan mampu untuk memenuhi
kebutuhan beban sebesar 3.836,9 kWh maka keandalan sistem yang dihasilkan
sebesar 100% disebut juga solfrac.

F. Analisa Biaya PLTS


1. Menghitung Biaya Investasi PLTS

Biaya investasi awal untuk PLTS yang akan dikembangkan di gedung baru
FT. Untirta mencakup biaya-biaya seperti : biaya komponen PLTS, biaya rak
penyangga panel surya, biaya pengiriman serta biaya instalasi PLTS. Biaya untuk
komponen PLTS ini terdiri dari biaya untuk pembelian panel surya, inverter, baterai
dan charge controller. Biaya investasi PLTS pada gedung baru FT. Untirta dapat
dilihat pada Tabel 9.18 dan Tabel 9.19 sebagai berikut.
Tabel 9.18 Biaya Investasi PLTS kondisi 1
Harga Satuan Total Harga
Komponen Jumlah
(Rp) (Rp)
Panel Surya 135 3.105.000 419.175.000
Baterai 180 5.500.000 990.000.000
Inverter 9 5.548.000 49.932.000
Charge Controller 9 4.414.000 39726000

124 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


Rak Panel Tipe ZJ-08 15 534.700 8020500
Rak Panel Tipe ZJ-10 108 220.300 23.792.400
Rak Panel Tipe ZJ-06 24 248.200 5.956.800
Pengiriman 160.983.000
Biaya Instalasi 41.917.500
Total 1.739.503.200

Tabel 9.19 Biaya Investasi PLTS Kondisi 2


Harga Satuan Total Harga
Komponen Jumlah
(Rp) (Rp)
Panel Surya 36 3.105.000 111.780.000
Baterai 45 5.500.000 247.500.000
Inverter 3 4.612.000 13.836.000
Charge Controller 3 372.8000 11.184.000
Rak Panel Tipe ZJ-10 36 220.300 7.930.800
Pengiriman 41.231.700
Biaya Instalasi 11.178.000
Total 444.640.500

2. Menghitung Biaya Pemeliharaan dan Operasional

Biaya pemeliharaan dan operasional per tahun untuk PLTS umumnya


diperhitungkan sebesar 1-2% dari total biaya investasi awal. Berdasarkan acuan
tersebut maka pada penelitian ini, besar persentase untuk biaya pemeliharaan dan
operasional per tahun PLTS yang mencakup biaya untuk pekerjaan pembersihan
panel surya, biaya pemeliharaan dan pemeriksaan peralatan dan instalasi akan
ditetapkan sebesar 1% dari total biaya investasi awal. Penentuan persentase 1%
didasarkan bahwa negara Indonesia hanya mengalami dua musim, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau sehingga biaya pembersihan dan pemeliharaan panel
suryanya tidak sebesar pada negara yang mengalami empat musim dalam satu
tahun.Selain itu penentuan persentase ini juga didasarkan pada tingkat upah tenaga
kerja di Indonesia yang lebih murah dibandingkan dengan tingkat upah tenaga kerja
di negara maju. Adapun besar biaya pemeliharaan dan operasional (M) per tahun
untuk PLTS yang akan dikembangkan dapat dihitung dengan persamaan (9.16)
sebagai berikut :
a. Kondisi 1
𝑀 = 1% 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
= 0,01 𝑥 𝑅𝑝. 1.739.503.200 = 𝑅𝑝. 17.395.032

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 125


b. Kondisi 2
𝑀 = 1% 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
= 0,01 𝑥 𝑅𝑝. 444.640.500 = 𝑅𝑝. 4.446.405

3. Menghitung Biaya Siklus Hidup

Biaya siklus hidup (LCC) untuk PLTS yang akan dikembangkan di gedung
baru perkuliahan FT. Untirta, ditentukan oleh nilai sekarang dari biaya total sistem
PLTS yang terdiri dari biaya investasi awal (C), biaya jangka panjang untuk
pemeliharaan dan operasional (MPW) dan (RPW) biaya nilai sekarang untuk biaya
penggantian selama umur proyek. Sehingga biaya siklus hidup (LCC) PLTS pada
penelitian ini akan dihitung dengan persamaan (9.15) sebagai berikut :

𝐿𝐶𝐶 = 𝐶 + 𝑀𝑃𝑊 + 𝑅𝑃𝑊


PLTS yang akan dikembangkan pada penelitian ini, diasumsikan beroperasi
selama 20 tahun. Penetapan umur proyek ini mengacu kepada jaminan (garansi) yang
dikeluarkan oleh produsen panel surya.
Besarnya tingkat diskonto (i) yang dipergunakan untuk menghitung nilai
sekarang pada penelitian ini adalah sebesar 11%. Penentuan tingkat diskonto ini
mengacu kepada tingkat suku bunga kredit bank tahun 2015, yaitu rata-rata sebesar
10,83%.
Besar nilai sekarang (present value) untuk biaya pemeliharaan dan
operasional (MPW) PLTS selama umur proyek 20 tahun dengan tingkat diskonto 11%
dihitung dengan persamaan (9.17) sebagai berikut.
a. Kondisi 1

(1 + 𝑖)𝑛 − 1
𝑃 = 𝐴[ ]
𝑖(1 + 𝑖)𝑛
(1 + 0,11)20 − 1
𝑀𝑃𝑊 (𝐴 11%,25 ) = 17.395.032 [ ]
0,11(1 + 0,11)20
7,062
= 𝑅𝑝. 17.395.032 [ ]
0,887
= 𝑅𝑝. 17.395.032 × 7,96
= 𝑅𝑝. 138.464.455

b. Kondisi 2

126 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


(1 + 𝑖)𝑛 − 1
𝑃 = 𝐴[ ]
𝑖(1 + 𝑖)𝑛
20
(1 + 0,11) − 1
𝑀𝑃𝑊 (𝐴 11%,25 ) = 𝑅𝑝. 4.446.405 [ ]
0,11(1 + 0,11)20
7,062
= 𝑅𝑝. 4.446.405 [ ]
0,887
= 𝑅𝑝. 4.446.405 × 7,96
= 𝑅𝑝. 35.393.384

Berdasarkan biaya investasi awal (C), perhitungan MPWdan biaya


penggantian baterai, inverter, charge controller dan lampu LED (hanya untuk kondisi
2), maka biaya siklus hidup (LCC) untuk PLTS yang akan dikembangkan selama
umur proyek 20 pada kondisi 1 dan kondisi 2 dihitung dengan persamaan(9.15)
sebagai berikut.
a. Kondisi 1
𝐿𝐶𝐶 = 𝑅𝑝. 1.739.503.200 + 138.464.455 + 1.159.110.000
= 𝑅𝑝. 3.037.077.655

b. Kondisi 2
𝐿𝐶𝐶 = 𝑅𝑝. 444.640.500 + 35.393.384 + 294.888.000
= 𝑅𝑝. 774.921.884

4. Menghitung Biaya Energi PLTS

Perhitungan biaya energi (cost of energy) suatu PLTS ditentukan oleh biaya
siklus hidup (LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan kWh produksi tahunan
PLTS yang dikembangkan di gedung baru FT. Untirta.
Biaya energi (cost of energy) PLTS diperhitungkan dengan persamaan (9.19)
sebagai berikut :

𝐿𝐶𝐶 𝑥 𝐶𝑅𝐹
𝐶𝑂𝐸 =
𝐴 𝑘𝑊ℎ

Faktor pemulihan modal untuk mengkonversikan semua arus kas biaya siklus
hidup (LCC) menjadi serangkaian biaya tahunan, diperhitungkan dengan persamaan
(2.20) sebagai berikut :

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 127


𝑖(1 + 𝑖)𝑛
𝐶𝑅𝐹 =
(1 + 𝑖)𝑛 − 1
0,11(1 + 0,11)20
=
(1 + 0,11)20 − 1
0,887
= = 0,125
7,062

Sedangkan untuk kWh produksi tahunan PLTS diperhitungkan berdasarkan


persamaan (9.21) sebagai berikut :
a. Kondisi 1

𝐴𝑘𝑊ℎ = 𝑘𝑊ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 × 365


= 121.088,8 × 365 = 44.197,4 𝑘𝑊ℎ

b. Kondisi 1

𝐴𝑘𝑊ℎ = 𝑘𝑊ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 × 365


= 31.248 × 365 = 11.405,52 𝑘𝑊ℎ

Berdasarkan hasil LCC, CRF dan kWh produksi tahunan maka besar biaya
(COE) Untuk PLTS yang dikembangkan di gedung baru FT. Untirta adalah sebagai
berikut :
a. Kondisi 1
3.037.077.655 × 0,125
𝐶𝑂𝐸 =
44.197,4
379.634.707
=
44.197,4
= 𝑅𝑝. 8.589,5/𝑘𝑊ℎ ~ 𝑅𝑝. 8.600/𝑘𝑊ℎ

b. Kondisi 2
774.921.884 × 0,125
𝐶𝑂𝐸 =
11.405,52
96.865.235,5
=
11.405,52
= 𝑅𝑝. 8492,8/𝑘𝑊ℎ ~ 𝑅𝑝. 8.500/𝑘𝑊ℎ

128 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


G. Analisis Kelayakan Investasi PLTS

Kelayakan investasi PLTS yang akan dikembangkan di gedung baru FT.


Untirta ditentukan berdasarkan hasil perhitungan Net Present Value (NPV),
Profitability Index (PI) dan Discounted Payback Period (DPP).
Perhitungan NPV, PI dan DPP ditentukan oleh besar arus kas bersih (Net
Cash Flow), faktor diskonto (discount factor) dan nilai sekarang arus kas bersih
(Present Value Net Cash Flow). Arus kas bersih (NCF) dihasilkan dengan
mengurangi arus kas masuk dengan arus kas keluar.Sedangkan untuk nilai sekarang
arus kas bersih (PVNCF) dihasilkan dengan mengalikan arus kas bersih dengan
tingkat diskonto. Tabel 9.11 dan Tabel 9.12 menunjukkan hasil perhitungan arus kas
bersih, faktor diskonto dengan tingkat diskonto (i) sebesar 11% dan nilai sekarang
arus kas bersih.
Arus kas masuk tahunan PLTS yang akan dikembangkan di gedung baru FT.
Untirta dihasilkan dengan mengalikan kWh produksi tahunan PLTS dengan biaya
energi. Dengan kWh produksi tahunan PLTS kondisi 1 sebesar 44.197,4 kWh dan
biaya energi sebesar Rp. 8.600/kWh maka besar arus kas masuk tahunan adalah Rp.
380.097.640.Untuk arus kas keluar tahunan PLTS diperhitungkan sebesar
Rp.17.395.032 yang ditentukan berdasarkan biaya pemeliharaan dan operasional
tahunan PLTS.
Pada kondisi 2 dengan kWh produksi tahunan PLTS sebesar 11.405,52 kWh
dan biaya energi sebesar Rp. 8.500/kWh maka besar arus kas masuk tahunan adalah
Rp. 96.946.920.Untuk arus kas keluar tahunan PLTS diperhitungkan sebesar Rp.
4.446.405 yang ditentukan berdasarkan biaya pemeliharaan dan operasional tahunan
PLTS.
Faktor diskonto (DF) diperhitungkan dengan persamaan berikut.

Tabel 9.20 Perhitungan NCF, DF dan PVNCV dengan i = 11% Kondisi 1


Arus Arus Arus
Tahun Biaya Kas Kas Kas DF NCF PVNCF
Masuk Keluar Bersih
1739503
0 0 0 0
200
3800976 1739503 3627026 3267587 32675878
1 0.9009
40 2 08 80 0
3800976 1739503 3627026 2943694 62112821
2 0.8116
40 2 08 37 6
3800976 1739503 3627026 2652081 88633636
3 0.7312
40 2 08 47 3

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 129


3800976 1739503 3627026 2389122 11252485
4 0.6587
40 2 08 08 71
3800976 1739503 3627026 2152639 13405125
5 0.5935
40 2 08 98 69
3800976 1739503 3627026 1939008 15344133
6 0.5346
40 2 08 14 83
3800976 1739503 3627026 1747138 17091272
7 0.4817
40 2 08 46 29
3800976 1739503 3627026 1573766 18665038
8 0.4339
40 2 08 62 91
3800976 1739503 3627026 1417804 20082843
9 0.3909
40 2 08 49 40
3800976 1739503 3627026 1277438 21360281
10 0.3522
40 2 08 59 99
3800976 1739503 3627026 1150855 22511137
11 0.3173
40 2 08 38 37
3800976 1739503 3627026 1036604 23547741
12 0.2858
40 2 08 05 42
3800976 1739503 3627026 9339592 24481700
13 0.2575
40 2 08 1.6 63
3800976 1739503 3627026 8414700 25323170
14 0.232
40 2 08 5.1 69
3800976 1739503 3627026 7580484 26081219
15 0.209
40 2 08 5.1 14
3800976 1739503 3627026 6829690 26764188
16 0.1883
40 2 08 1.1 15
3800976 1739503 3627026 6151436 27379331
17 0.1696
40 2 08 2.3 77
3800976 1739503 3627026 5542095 27933541
18 0.1528
40 2 08 8.5 36
3800976 1739503 3627026 4994414 28432982
19 0.1377
40 2 08 9.1 85
3800976 1739503 3627026 4497512 28882734
20 0.124
40 2 08 3.4 08

130 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


Tabel 9.21 Perhitungan NCF, DF dan PVNCV dengan i = 11% Kondisi 2

Arus Arus
Arus Kas
Tahun Biaya Kas Kas DF NCF PVNCF
Keluar
Masuk Bersih

4446404
0 0 0 0
00
9694692 9250051 8333371 83333713
1 4446405 0.9009
0 5 4 .96
9694692 9250051 7507341 15840713
2 4446405 0.8116
0 5 8 1.9
9694692 9250051 6763637 22604350
3 4446405 0.7312
0 5 6.6 8.5
9694692 9250051 6093008 28697359
4 4446405 0.6587
0 5 9.2 7.7
9694692 9250051 5489905 34187265
5 4446405 0.5935
0 5 5.7 3.4
9694692 9250051 4945077 39132342
6 4446405 0.5346
0 5 5.3 8.7
9694692 9250051 4455749 43588092
7 4446405 0.4817
0 5 8.1 6.8
9694692 9250051 4013597 47601690
8 4446405 0.4339
0 5 3.5 0.2
9694692 9250051 3615845 51217535
9 4446405 0.3909
0 5 1.3 1.6
9694692 9250051 3257868 54475403
10 4446405 0.3522
0 5 1.4 2.9
9694692 9250051 2935041 57410444
11 4446405 0.3173
0 5 3.4 6.3
9694692 9250051 2643664 60054109
12 4446405 0.2858
0 5 7.2 3.5
9694692 9250051 2381888 62435997
13 4446405 0.2575
0 5 2.6 6.1
9694692 9250051 2146011 64582009
14 4446405 0.232
0 5 9.5 5.6

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 131


9694692 9250051 1933260 66515270
15 4446405 0.209
0 5 7.6 3.3
9694692 9250051 1741784 68257055
16 4446405 0.1883
0 5 7 0.2
9694692 9250051 1568808 69825863
17 4446405 0.1696
0 5 7.3 7.6
9694692 9250051 1413407 71239271
18 4446405 0.1528
0 5 8.7 6.3
9694692 9250051 1273732 72513003
19 4446405 0.1377
0 5 0.9 7.2
9694692 9250051 1147006 73660010
20 4446405 0.124
0 5 3.9 1

Berdasarkan hasil perhitungan arus kas bersih (NCF), faktor diskonto dan
nilai sekarang arus kas bersih (PVNCF), maka NPV, PI dan DPP untuk PLTS yang
akan dikembangkan dapat diperhitungkan.

1. Net Present Value (NPV)

Teknik Net Present Value (NPV) diperhitungkan dengan persamaan (9.22)


sebagai berikut :
𝑛 𝑁𝐶𝐹𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡
− 𝐼𝐼
𝑡=1 (1 + 𝑖)

a. Kondisi 1
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa total nilai sekarang arus kas bersih yang
merupakan hasil perkalian antara arus kas bersih dengan faktor diskontoadalah
sebesar Rp 2.888.273.408. Sehingga dengan biaya investasi awal (Initial
Investment) sebesar Rp. 1.739.503.200maka besar nilai NPV adalah :

𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝. 2.888.273.408 − 𝑅𝑝. 1.739.503.200


= 𝑅𝑝. 1.148.770.208
Hasil perhitungan NPV yang bernilai positif Rp. 1.148.770.208 (> 0),
menunjukkan bahwa investasi PLTS yang akan dikembangkan di gedung baru
perkuliahan FT. Untirta layak untuk dilaksanakan.

132 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


b. Kondisi 2
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa total nilai sekarang arus kas bersih yang
merupakan hasil perkalian antara arus kas bersih dengan faktor diskonto
𝑁𝐶𝐹
( ∑𝑛𝑡=1 (1+𝑖)𝑡𝑡 ) adalah sebesar Rp 736.600.101. Sehingga dengan biaya
investasi awal (Initial Investment) sebesar Rp.444.640.400maka besar nilai NPV
adalah :

𝑁𝑃𝑉 = 𝑅𝑝. 736.600.101 − 𝑅𝑝. 444.640.400


= 𝑅𝑝. 501.549.157

Hasil perhitungan NPV yang bernilai positif Rp. 291.959.701 (> 0),
menunjukkan bahwa investasi PLTS yang akan dikembangkan di gedung baru
perkuliahan FT. Untirta layak untuk dilaksanakan.

2. Profitability Index (PI)

Teknik Profitability Index diperhitungkan dengan persamaan (9.23) sebagai


berikut :
−𝑡
∑𝑛𝑡=1 𝑁𝐶𝐹𝑡 (1 + 𝑖)
𝑃𝐼 =
𝐼𝐼
a. Kondisi 1
Dengan total nilai sekarang arus kas bersih sebesar Rp.
2.888.273.408dan biaya investasi awal (Initial Investment) sebesar Rp.
1.739.503.200maka besar nilai PI adalah :
Rp. 2.888.273.408
𝑃𝐼 =
Rp. 1.739.503.200
= 1,66

Hasil perhitungan PI yang bernilai 1,66 (> 1), menunjukkan bahwa


investasi PLTS yang akan dikembangkan di gedung baru perkuliahan FT.
Untirta layak untuk dilaksanakan.

b. Kondisi 2
Dengan total nilai sekarang arus kas bersih sebesar Rp. 736.600.101 dan
biaya investasi awal (Initial Investment) sebesar Rp. 444.640.400, besar nilai PI
adalah:

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 133


Rp.736.600.101
𝑃𝐼 = Rp.444.640.400 = 1,65

Hasil perhitungan PI yang bernilai 1,65 (> 1), menunjukkan bahwa


investasi PLTS yang akan dikembangkan di gedung baru perkuliahan FT.
Untirta layak untuk dilaksanakan.

3. Discounted Payback Period (DPP)

DPP diperoleh dengan menghitung berapa tahun nilai sekarang arus kas
bersih kumulatif akan sama dengan nilai investasi awal.
a. Kondisi 1
Pada Tabel 9.20 menunjukkan tahun ke-7, nilai sekarang arus kas bersih
kumulatif mendekati nilai investasi awal dengan kekurangan sebesar Rp.
30.375.971yaitu dari Rp. 1.739.503.200– Rp 1.709.127.229.Dalam tahun ke-8,
nilai sekarang arus kas bersih adalah sebesar Rp. 157.376.662. Sehingga untuk
dapat menutupi kekurangan investasi awal sebesar Rp. 30.375.971 maka lama
waktu yang diperlukan adalah sekitar 3 bulan (Rp. 30.375.971 / Rp.
157.376.662= 0,19 dari 12 bulan).
Dihasilkannya DPP sekitar 7 tahun 3 bulan, menunjukkan bahwa
investasi PLTS kondisi 1 yang akan dikembangkan di gedung baru FT. Untirta
layak untuk dilaksanakan. Hal ini karena DPP yang dihasilkan memiliki nilai
yang lebih kecil dari periode umur proyek yang ditetapkan, yaitu selama 20
tahun.

b. Kondisi 2
Pada Tabel 9.21 menunjukkan tahun ke-6, nilai sekarang arus kas bersih
kumulatif mendekati nilai investasi awal dengan kekurangan sebesar Rp.
8.759.473 yaitu dari Rp. 444.640.400– Rp 435.880.927.Dalam tahun ke-7, nilai
sekarang arus kas bersih adalah sebesar Rp. 40.135.974. Sehingga untuk dapat
menutupi kekurangan investasi awal sebesar Rp. 8.759.473maka lama waktu
yang diperlukan adalah sekitar 3 bulan (Rp. 8.759.473/ Rp. 40.135.974 = 0,22
dari 12 bulan).
Dihasilkannya DPP sekitar 6 tahun 3 bulan, menunjukkan bahwa
investasi PLTS kondisi 2 yang akan dikembangkan di gedung baru FT. Untirta
layak untuk dilaksanakan. Hal ini karena DPP yang dihasilkan memiliki nilai
yang lebih kecil dari periode umur proyek yang ditetapkan, yaitu selama 20
tahun.
Hasil analisis kelayakan investasi dari ketiga teknik analisis,
menunjukkan bahwa investasi PLTS di gedung baru perkuliahan FT. Untirta
termasuk layak untuk dilaksanakan.

134 BAB 9 | LISTRIK TENAGA SURYA


PERTANYAAN

1. Jelaskan struktur gedung laboratorium teintegrasi !


2. Sebutkan model-model Konsumsi Energi Listrik Gedung Laboratorium !
3. Sebutkan beberapa komponen PLTS yang dibutuhkan !
4. Jelaskan cara pemasangan Panel Surya !
5. Bgaaimana cara menguji sistem PLTS ?
6. Bagaimana cara menganalisis biaya PLTS ?
7. Jelaskan cara menganalisis kelayakan sistem PLTS !

SOAL LANJUTAN

Carilah contoh studi kasus perencanaan PLTS untuk bangunan gedung perkuliahan
!

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 9 135


PERENCANAAN & IMPLEMENTASI PLTS DI THE BAB
ROYALE HOTEL CILEGON 10

KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari bab 10 ini, mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan potensi energy matahari di wilayah Cilegon
2. Mengenal sistem PLTS surya
3. Menghitung kapasitas PLTSenyebutkan cara pengujian PLTS
4. Menghitung aspek-aspek biaya PLTS

A. Potensi Energi Matahari

Energi matahari merupakan sumber energi utama dalam PLTS, nilai potensi
energi matahari ini diperoleh dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan
langsung di wilayah Cilegon dengan menggunakan alat luxmeter,dan termometer,
pengukuran ini dilakukan mulai dari jam 08.00 sampai 17.00 WIB sepanjang bulan
Oktober sampai dengan bulan Desember 2013 dengan pengambilan sample data rata-
rata selama 8 – 10 hari pada setiap bulannya, luxmeter digunakan untuk mengukur
radiasi matahari sedangkan termometer digunakan untuk mengukur temperatur.
Hasil pengukuran dan pengamatan energi radiasi matahari dan temperatur pada
ditunjukan tabel 10.1
Tabel 10.1 Hasil Pengukuran Radiasi Matahari dan Temperatur Di Cilegon

OKTOBER NOVEMBER DESEMBER


JAM E E E
T T T
Lux (w/m 0 Lux (w/m 0 Lux (w/m 0
C C C
2) 2) 2)
30600 241,7 29912, 236,3 25562, 201,9
08.00 29,31 29,77 28,17
,00 4 50 1 50 4
42111 332,6 42987, 339,6 33450, 264,2
09.00 30,46 31,09 29,42
,11 8 50 0 00 6
52811 417,2 54675, 431,9 38887, 307,2
10.00 31,31 31,91 30,31
,11 1 00 3 50 1

136 BAB 10 | LISTRIK TENAGA SURYA


68844 543,8 69462, 548,7 50737, 400,8
11.00 32,11 32,64 31,5
,44 7 50 5 50 3
81177 641,3 76225, 602,1 57900, 457,4
12.00 33,46 33,27 32,48
,78 0 00 8 00 1
71388 563,9 67087, 529,9 55725, 440,2
13.00 33,7 33,22 32,38
,89 7 50 9 00 3
54966 434,2 53487, 422,5 41487, 327,7
14.00 32,39 32,42 31,37
,67 4 50 5 50 5
38400 303,3 39625, 313,0 30900, 244,1
15.00 31,47 31,28 30,05
,00 6 00 4 00 1
26222 207,1 29075, 229,6 23862, 188,5
16.00 30,4 30,54 29,58
,22 6 00 9 50 1
17911 141,5 20950, 165,5 17987, 142,1
17.00 29,65 29,53 28,25
,11 0 00 1 50 0
TOT 48443 3827, 48348 3819, 32616 2576,
31,43 31,57 30,35
AL 3,33 02 7,50 55 3,33 69

Pengukuran dan pengamatan dilakukan di Kota Cilegon, nilai E merupakan


intensitas cahaya, nilai E diperoleh dengan cara merubah nilai hasil pengukuran
dengan luxmeter (Lux) diubah dari Lux menjadi w/m2. (1 lux = 0,0079 w/m2).
Dari tabel 10.1 hasil pengukuran dan pengamatan potensi energi matahari
terbesar terjadi dibulan Oktober dengan nilai potensi radiasi matahari sebesar
3827,02 w/m2 atau 3,827 kw/m2 dan terendah terjadi di bulan Desember dengan
nilai potensi radiasi matahari sebesar 2576,96 w/m2 atau 2,577 kw/m2 karena pada
bulan Desember tingkat curah hujan yang tinggi sehingga mempengaruhi intensitas
matahari yang jatuh ke bumi. Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan puncak
radiasi matahari terjadi pada jam 10 pagi sampai jam 2 siang hal ini disebabkan oleh
posisi matahari yang tepat berada diatas tepat. Sedangkan temperatur tertinggi
sebesar 33,7 0C dan terendah sebesar 28,17 0C
Nilai rata-rata radiasi matahari dan temperatur sepanjang bulan Oktober –
Desember 2013 ditujunkan pada tabel 10.2.
Tabel 10.2 Nilai rata-rata radiasi matahari selama bulan Oktober - Desember
Rata-rata
JAM
Lux E(w/m2) T(0C)
08.00 28691,67 226,66 29,08
09.00 39516,20 312,18 30,32

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 10 137


10.00 48791,20 385,45 31,18
11.00 63014,81 497,82 32,02
12.00 71767,59 566,96 33,07
13.00 64733,80 511,40 33,10
14.00 49980,56 394,85 32,06
15.00 36308,33 286,84 30,93
16.00 26386,57 208,45 30,17
17.00 18949,54 149,70 29,14
TOTAL 431361,39 3407,75 31,11

Hasil pengujian tabel 10.2 Rata-rata Nilai intensitas matahari terbesar terjadi
pada jam 12 siang sebesar 641,30 w/m2 dan terendah terjadi pada jam 5 sore sebesar
149,75 kW/m2. Nilai rata-rata radiasi matahari sepanjang bulan Oktober – Desember
2013 ditunjukan pada gambar 10.1

600.00
566.96
Energi Radiasi Matahari w/m2

500.00 497.82 511.40

400.00 385.45 394.85


300.00 312.18
286.84
226.66 208.45
200.00
149.70
100.00

0.00
08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
Waktu

Gambar 10.1 Grafik Rata-rata radiasi bulan Oktober – Desember 2013 [37]
Sedangkan nilai temperatur tertinggi sebesar 33,10 0C dan terendah sebesar
29,08 0C sepanjang bulan Oktober sampai dengan November 2013.

B. Menentukan Sistem PLTS

Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang akan dikembangkan di Hotel The


Royale Krakatau direncanakan untuk mensuplai energi listrik langsung tanpa
menggabungkan listrik yang sudah terpasang. Berdasarkan hal tersebut maka pada

138 BAB 10 | LISTRIK TENAGA SURYA


penelitian sistem PLTS yang akan dikembangkan adalah sistem PLTS stane
alone. Energi yang dihasilkan oleh PLTS akan langsung digunakan untuk mensuplai
sebagian beban untuk kebutuhan hotel. PLTS yang akan dikembangkan di
lingkungan hotel yaitu sistem PLTS stand alone. Sistem PLTS stand alone
ditunjukan gambar 10.2 berikut.

Gambar 10.2 Sistem PLTS Stand Alone [37]

1. Perhitungan Pembangkitan PLTS

a. Area Array (PV Area)


Hotel The Royale Krakatau memiliki Roof pada bagian atas bangunan
gedung yang memang disediakan khsusus untuk menempatkan panel surya.
Berdasarkan hasil pengkuran langsung luas PV area yang direncanakan
memiliki panjang 18 m dan lebar 10 m, Luas PV array yang tersedia di Hotel
The Royale Krakatau yaitu sebesar 180 m2. Gambar 10.3 menunjukan Roof yang
tersedia untuk penempatan panel surya yang telah di sediakan pihak hotel yang
berada tepat di atas bangunan gedung hotel The Royale Krakatau.

Gambar 10.3 Lokasi Roof Untuk Penempatan Panel Surya [37]

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 10 139


b. Menghitung Energi Listrik
Berdasarkan luas area energi pemakaian listrik perhari yang dihasilkan
dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.

EL = PVarea x Gav x ηpv x TCF x ηout

Dimana PVarea merupakan luas area PLTS yang sudah tersedia yang memiliki
luas sebesar 180 m2, ηpv merupakan efisiensi panel surya yang akan digunakan,
berdasarkan datasheet nilai efisiensi panel surya 180 wp yang akan
dikembangkan sebesar 14 %. Nilai radiasi matahari (Gav) diambil dari nilai rata-
rata tertinggi radiasi matahari yaitu pada bulan Oktober sebesar 3,827 kW/m2
Sedangkan ηout adalah efisiensi inverter pada sistem PLTS nilai efisiensi
inverter biasanya sebesar 0,9.
Untuk Temperature Correction Factor (TCF) seperti diketahui bahwa
setiap kenaikan temperatur 10C (dari temperatur standarnya) pada panel
surya, maka hal tersebut akan mengakibatkan daya yang dihasilkan oleh
panel surya akan berkurang sekitar 0,45% berdasarkan datasheet. Data
temperatur maksimum untuk wilayah Cilegon pada tabel 10.1 menunjukkan
bahwa dalam rentang waktu bulan Oktober – Desember 2013, temperatur
paling maksimum untuk wilayah Cilegon adalah sebesar 33,70 0C. Data
temperatur ini memperlihatkan bahwa ada peningkatan suhu sebesar 8,70
0
C dari suhu standar (25 0C) yang diperlukan oleh panel surya. Besarnya daya
yang berkurang pada saat temperatur di sekitar panel surya mengalami
kenaikan 8,70 0C dari temperatur standarnya, diperhitungkan dengan
mempergunakan sebagai berikut :
Psaat t naik 8,70 0C = 0,5% / 0C x PMPP x kenaikan
temperatur (0C)
= 0,5% / 0C x 180W x 8,70 0C = 7,83 w
Untuk daya keluaran maksimum panel surya pada saat temperaturnya naik
menjadi 33,70 0C, diperhitungkan dengan rumus :

PMPP saat naik menjadi t 0C = PMPP - Psaat t naik 0C


PMPP saat t = 33,70 0C = 180W – 7,83W = 172,17 W

Berdasarkan hasil perhitungan daya keluaran maksimum panel surya pada


saat temperaturnya naik menjadi 33,70 0C, maka nilai TCF dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :

Pmpp saat naik t 0c 172,17


TCF = = = 0,95
𝑃𝑚𝑝𝑝 180

140 BAB 10 | LISTRIK TENAGA SURYA


Apabila nilai PV area, Gav, ηpv, TCF dan ηout disubstitusikan
maka akan diperoleh bahwa :
EL = PVarea Gav x ηpv x TCF x ηout
= 180 x 3,827 x 0,145 x 0,95 x 0,9
= 82,45 kWh/hari

C. Kapasitas Komponen PLTS

1. Menghitung Kapasitas Inverter

Pemilihan inverter diupayakan kapasitas kerjanya mendekati kapasitas


daya yang dilayani. Hal ini agar efisiensi kerja inverter menjadi maksimal.
Perhitungan kapasitas inverter bertujuan agar suplai energi listrik hasil konversi
sesuai dengan kebutuhan beban listrik. Perhitungan kapasitas inverter berdasarkan
energi kWh yang didapat dari hasil perhitungan beban yang dapat dihasilkan sistem
PLTS sebesar 82,45 kWh/hari atau 3,43 kWh serta dihitung dengan menambahkan
faktor future margin, error margin dan capacity factor. Future margin merupakan
persentasi beban tambahan, margin ini ditambahkan sebagai antisipasi peningkatan
beban puncak sedangkan error margin adalah faktor error perhitungan yang
ditambahkan dan capacity factor adalah nilai efisiensi kerja inverter. Berdasarkan
hasil penelitian Zamroni (2012), future margin dan error margin yang digunakan
pada penelitian ini adalah sebesar 10% sedangkan capacity factor sebesar 90%, maka
untuk dapat memenuhi kebutuhan beban puncak, kapasitas minimum inverter yang
digunakan dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut.
3,43 𝑘𝑊×1,1×1,1
𝑃= = 4,66 𝑘𝑊
0,9

Berdasarkan rating minimum inverter yang dibutuhkan yaitu 4,66 kW serta


rating terdekat yang tersedia dipasaran, maka dipilih inverter 5 kW. Inverter 5kW
ini memiliki rated voltage input sebesar 360V berdasarkan hasil output baterai dan
panel surya, oleh karena itu sistem PLTS yang akan dikembangkan menggunakan
rating tegangan sistem sebesar 360V dengan output inverter 3 fasa.

2. Menghitung Kapasitas baterai

Pada penelitian ini, kapasitas baterai dihitung berdasarkan acuan supply


PLTS yang akan dikembangkan. Berdasarkan hasil perhitungan total PLTS yang
akan dikembangkan mampun menghasilkan daya sebesar 25,5 KW. Besarnya
kapasitas baterai yang diperlukan dapat disebagai berikut:
𝐸𝐿
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴ℎ𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖(𝐼) = × 𝐴𝐷
(%𝑀𝑎𝑥𝐷𝑂𝐷)𝑥 𝑇𝐶𝐹 𝑥𝑉𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 10 141


Dari persamaan diatas terlihat bahwa kapasitas baterai dipengaruhi oleh
tingkat kedalaman pengosongan maksimum (%Max DOD), tegangan baterai yang
digunakan pada sistem (Vbaterai) dan autonomy days (AD). Tegangan baterai yang
digunakan pada sistem (Vbaterai) yang digunakan pada sistem menyesuaikan rating
tegangan input inverter yaitu sebesar 360 V, energi listrik panel surya (EL),
persentasi DOD yang digunakan adalah 80%. Nilai DOD ini diperoleh berdasarkan
jenis baterai lead acid deep-cycle seperti yang diperlihatkan Tabel 10.3.

Tabel 10.3 Rough Comparison of Baterry Characteristics (Gilbert, 2004)


Max Efficiencies
Cycle Life Calender
Baterry DOD (%)
(cycles) Life (years)
(%) Ah Wh
Lead-acid, SLI 20 500 1-2 90 75
Lead-acid, golf cart 80 1000 3-5 90 75
Lead acid, deep-cycle 80 2000 7-10 90 75
Nickel-cadmium 100 1000-2000 10-15 70 60
Nickel-metal hydride 100 1000-2000 8-10 70 65

Baterai jenis lead acid deep-cycle dipilih karena memiliki efisiensi yang cukup besar
dan umur yang lama serta harga yang lebih murah dari jenis baterai nickel.
Parameter lain yang mempengaruhi perhitungan kapasitas baterai yang
dibutuhkan adalah penentuan AD (Autonomy Days) yaitu keadaan baterai dapat
menyuplai beban secara menyuluruh ketika tidak ada energi yang masuk dari panel
surya. Penentuan AD pada penelitian ini adalah sebesar 3 hari. AD ditentukan
berdasarkan tingkat curah hujan di Cilegon . Rata-rata tingkat curah hujan pada
musim hujan mencapai 15 hari/bulan sehingga dalam 1 minggu diasumsikan dapat
terjadi hujan 3 sampai 4 hari. Penentuan nilai AD ini bertujuan agar pada saat radiasi
harian matahari berada pada nilai yang paling rendah, maka baterai akan tetap
menjaga kestabilan daya yang dibangkitkan.
Nilai EL diambil berdasarkan perhitungan energi listrik yang dihasilkan
berdasarkan luas area yaitu sebesar 82,45 kW. Maka akan diperoleh kapasitas total
baterai yang dibutuhkan adalah sebesar sebesar:

𝐸𝐿
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝐴ℎ𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖(𝐼) = × 𝐴𝐷
(%𝑀𝑎𝑥𝐷𝑂𝐷)𝑥 𝑇𝐶𝐹 𝑥 𝑉𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖

82,45 𝑘𝑊/ℎ𝑎𝑟𝑖
= × 3 = 883,59 𝐴ℎ
(0,8)𝑥0,972𝑥(360)

142 BAB 10 | LISTRIK TENAGA SURYA


Berdasarkan kebutuhan Ampere Hour dalam satu hari dibutuhkan kapasitas
baterai yang besar dengan nilai arus dan tegangan nominal yang besar pula untuk
dapat memenuhi kebutuhan energi dalam satu hari. Baterai yang dipilih harus
mampu menyuplai tegangan sebesar 360 V sesuai dengan rating tegangan sistem
PLTS yang akan dikembangkan. Maka baterai yang dipilih pada penelitian ini
digunakan baterai memiliki kapasitas 236 Ah dengan tegangan nominal baterai
sebesar 12 V. Untuk dapat memenuhi 883,59 Ah dan rating tegangan sistem sebesar
360 V maka jumlah baterai yang dibutuhkan PLTS sebanyak 90 buah baterai.
Adapun rangkaian baterai membentuk 3 rangkaian (string) yang terhubung pararel
dengan 1 rangkaian terdiri dari 30 baterai yang terhubung secara seri.

3. Menghitung Daya yang Dibangkitkan PLTS (Watt peak)

Dari ketersediaan lahan untuk area array, maka besar daya yang
dibangkitkan PLTS (Watt peak) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
PWatt peak = area array x PSI x ηPV

Dengan area array yang tersedia pada bangunan gedung adalah sebesar 180
m , PSI (Peak Sun Insulation) sebesar 1000 w/m2 dan efisiensi panel surya adalah
2

sebesar 14,5%, maka :


P (Watt peak) = 180 x 1000 x 0,145
= 25.200 Watt Peak

Panel surya yang dipergunakan sebagai acuan adalah panel surya yang
terpasang pada PLTS Pulo Panjang. Panel surya ini memiliki spesifikasi PMPP
sebesar 180 W per panel. Sehingga berdasarkan spesifikasi tersebut maka
jumlah panel surya yang diperlukan untuk PLTS yang akan dikembangkan dapat
diperhitungkan sebagai berikut :
Pwatt peak
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎 =
Pmpp
25.200
=
180
= 140 panel surya

Panel surya yang dipergunakan yaitu panel surya acuan yang di gunakan di
PLTS Pulo Panjang yaitu PV LEN 180wp-24v dengan spesifikasi teknis Vmpp sebesar
35, 6 V dan Impp = 5,06. Adapun 140 panel surya tersebut akan dibentuk menjadi
rangkaian panel atau array yang disesuaikan dengan rating tegangan sistem sebesar
360V dan kapasitas pembangkitan. Agar rating tegangan sistem sebesar 360V dapat

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 10 143


terpenuhi maka pada 1 string rangkaian panel surya dibutuhkan panel surya yang
dipasang seri sebanyak:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔 = 360𝑉 ÷ 35,6𝑉


= 10,11 ~11

sehingga rangkaian string yang terbentuk sebanyak:


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔 = 140 ÷ 11 = 12,72~13
Jumlah panel surya yang digunakan berdasarkan hasil perhitungan pada rangkaian
seri dan paralalel menjadi sebanyak 143 buah, sehingga terjadi penambahan 3 panel
surya dari hitungan awal sebanyak 140 panel untuk memenuhi daya yang
dibutuhkan, dengan 13 rangkaian (string) yang terhubung paralel dengan 1 rangkaian
terdiri dari 11 panel yang terhubung secara seri. Banyaknya panel yang dirangkai
paralel akan menguatkan arus dan banyaknya panel yang terhubung seri akan
menguatkan tegangan sehingga besarnya energi yang dihasilkan oleh rangkaian
array tersebut menjadi:

𝑉𝑀𝑃𝑃 𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 = 35,6𝑉 × 11 = 391,6 𝑉 𝐼𝑀𝑃𝑃 𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 = 5,01 × 13 = 65,13𝐴


𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 = 391,6𝑉 × 65,13𝐴 = 25,5𝑘𝑊

Susunan panel surya dengan 11 rangkaian seri dan 13 paralel dengan hasil
25,5 kW telah memenuhi nilai minimum dari perhitungan awal panel surya sebesar
25,2 kW dan telah disesuaikan dengan rating tegangan yang telah ditentukan sebesar
360 V. Salah satu faktor yang dapat menentukan daya keluaran modul surya
adalah tingkat radiasi matahari yang diterima oleh modul. Hasil keluaran (output)
maksimum dari modul surya dapat ditentukan. Rating modul surya berdasarkan
kapasitas modul yang terpasang adalah 25,5 kW.

a. Nilai Pembangkitan Panel Surya Bulan Oktober 2013

Berikut ini akan dianalisa energi yang dihasilkan oleh modul surya
berdasarkan data radiasi matahari perjam selama 1 hari. Untuk menghitung
nilai output modul surya yang terpasang dapat menggunakan rumus berikut:
Eout = Ei x radiasi matahari x TCF
Nilai Ei merupakan nilai pembangkitan dari PLTS sedangkan radiasi
matahari. Sedangkan Temperature Correction Factor (TCF) seperti diketahui
bahwa setiap kenaikan temperatur 10C (dari temperatur standarnya) pada
panel surya, maka hal tersebut akan mengakibatkan daya yang dihasilkan
oleh panel surya akan berkurang sekitar 0,45% berdasarkan data sheet panel

144 BAB 10 | LISTRIK TENAGA SURYA


surya yang digunakan. diambil dari tabel 4.1 berdasarkan data yang diperoleh
dari Contoh Perhitungan :
Ei merupakan nilai pembangkitan Panel surya sebesar 25,5 kW. Radiasi
matahari diambil dari data tabel 4.1 sebesar 29,31. Sedangkan TCF dengan
temperatur sebesar 29,310C, terjadi kenaikan sebesar 4,310C diperhitungkan
dengan mempergunakan sebagai berikut :
Psaat t naik 4,31 0C = 0,45% / 0C x PMPP x kenaikan temperatur (0C)
= 0,45% / 0C x 180W x 4,31 0C = 3,491 W
Untuk daya keluaran maksimum panel surya pada saat temperaturnya naik
menjadi 25,81 0C, diperhitungkan dengan rumus :
PMPP saat naik menjadi t 0C = PMPP - Psaat t naik 0C
PMPP saat t = 29,31 0C = 180W – 3,491 W = 176,509 W
Berdasarkan hasil perhitungan daya keluaran maksimum panel surya pada
saat temperaturnya naik menjadi 31,57 0C, maka nilai TCF dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Pmpp saat naik t 0c 176,509
TCF =
𝑃𝑚𝑝𝑝
=
180
= 0,98
Maka dengan demikian energi output panel surya rata-rata perhari
sebesar:
Eout = 25,5 kW x 0,241 x 0,98 = 6,02 kW

Tabel 10.4 Nilai Energi output Panel Surya berdasarkan nilai rata-rata radiasi
matahari bulan Oktober 2013

Intensitas Matahari
JAM T Eout (kW)
(w/m2)
08.00 241,74 29,31 6,02
09.00 332,68 30,46 8,65
10.00 417,21 31,31 10,30
11.00 543,87 32,11 13,37
12.00 641,30 33,46 15,66
13.00 563,97 33,70 13,75
14.00 434,24 32,39 10,66
15.00 303,36 31,47 7,48
16.00 207,16 30,40 5,13
17.00 141,50 29,65 3,52
TOTAL 3827,02 31,43 94,54

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 10 145


Pada Tabel 10.4 menunjukan nilai Energi dari pembangkitan modul
sollar cell yang dibangkitkan berdasarkan nilai radiasi matahari perjam. Energi
yang dihasilkan PLTS terbesar terjadi pada jam 12.00 sebesar 15,66 kW
sedangkan energi terendah terjadi pada jam 17.00 dengan output sebesar 3,52
kW. dan total energi yang mampu dihasilkan oleh panel surya sebesar selama 1
hari penuh yaitu sebesar 95,54 kW. Energi output panel surya, gambar 10.5.

20
Energi Pemabngkitan

15 15.66
13.37 13.75
10 10.3 10.66
(kW)

8.65 7.48
5 6.02 5.13
3.52
0

Waktu

Gambar 10.5 Grafik output panel surya bulan Oktober 2013 [37]

b. Nilai Pembangkitan Panel Surya bulan November 2013


Berdasarkan hasil pengamatan langsung radiasi matahari rata-rata
selama bulan November 2013 nilai pembangkitan panel surya berdasarkan nilai
rata-rata radiasi matahari selama bulan November 2013 di tunjukan pada tabel
10.4.
Tabel 10.5 Nilai Energi output Panel Surya berdasarkan nilai rata-rata radiasi
matahari bulan November 2013

Radiasi Matahari
JAM T Eout (kW)
(w/m2)
08.00 236,31 29,77 5,88
09.00 339,60 31,09 8,39
10.00 431,93 31,91 10,62
11.00 548,75 32,46 13,47
12.00 602,18 33,27 14,27
13.00 529,99 33,22 12,95
14.00 422,55 32,42 10,78
15.00 313,04 31,28 7,72
16.00 229,69 30,54 5,69
17.00 165,51 29,53 4,12
TOTAL 3819,55 93,89

146 BAB 10 | LISTRIK TENAGA SURYA


Pada Tabel 10.4 menunjukan nilai Energi dari pembangkitan modul
panel surya yang dibangkitkan berdasarkan nilai radiasi matahari perjam. Energi
yang dihasilkan PLTS terbesar terjadi pada jam 12.00 sebesar 14,27 kW
sedangkan energi terendah terjadi pada jam 17.00 dengan output sebesar 4,12
kW. dan total energi yang mampu dihasilkan oleh panel surya sebesar selama 1
hari penuh yaitu sebesar 93,89 kW. Energi output panel surya digambarkan pada
gambar 10.6.
15
13.47 14.27 12.95
Energi Pembangkitan

10 10.62 10.78
PLTS (kW)

8.39 7.72
5 5.88 5.69
4.12

0
08.0009.0010.0011.0012.0013.0014.0015.0016.0017.00
Waktu

Gambar 10.6 Grafik output panel surya bulan November 2013 [37]

c. Nilai Pembangkitan Panel Surya bulan Desemeber 2013


Berdasarkan hasil pengamatan langsung radiasi matahari rata-rata
selama bulan November 2013 nilai pembangkitan panel surya berdasarkan nilai
rata-rata radiasi matahari selama bulan Desember 2013 di tunjukan pada tabel
10.6 :
Tabel 10.6 Nilai Energi output Panel Surya berdasarkan nilai rata-rata radiasi
matahari bulan Desember 2013

Radiasi Matahari Eout


JAM T
(w/m2) (kW)
08.00 226,66 28,17 5,68
09.00 312,18 29,42 7,78
10.00 385,45 30,31 9,57
11.00 497,82 31,50 12,27
12.00 566,96 32,48 13,92
13.00 511,40 32,38 12,56
14.00 394,85 31,37 9,75
15.00 286,84 30,05 7,12
16.00 208,45 29,58 5,19
17.00 149,70 28,25 3,75
TOTAL 3540,31 87,59

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 10 147


Pada Tabel 10.6 menunjukan nilai Energi dari pembangkitan modul
panel surya yang dibangkitkan berdasarkan nilai radiasi matahari perjam. Energi
yang dihasilkan PLTS terbesar terjadi pada jam 12.00 sebesar 13,92 kW
sedangkan energi terendah terjadi pada jam 17.00 dengan output sebesar 3,75
kW. dan total energi yang mampu dihasilkan oleh panel surya sebesar selama 1
hari penuh yaitu sebesar 87,59 kW. Energi output panel surya digambarkan pada
gambar 10.7.
15
13.92
Energi Pembangkitan

12.27 12.56
10
PLTS (kW)

9.57 9.75
7.78 7.12
5 5.68 5.19
3.75

0
08.0009.0010.0011.0012.0013.0014.0015.0016.0017.00
Waktu

Gambar 10.7 Grafik output panel surya bulan Desember 2013 [37]

Dari analisa pembangkitan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober


sampai dengan bulan Desember 2013 nilai pembangkitan yang terjadi pada
bulan desember lebih kecil dari pada bulan Oktober dan November hal ini
disebabkan oleh tingkat curah hujan yang terjadi pada bulan Desember lebih
besar dari pada bulan Oktober dan Desember sehingga mempengaruhi nilai
radiasi matahari yang diterima dibumi.

D. Pemasangan Panel Surya

Untuk mendapatkan energi yang maksimum maka orientasi pemasangan


rangkaian panel surya (array) ke arah matahari adalah hal yang penting untuk
diperhatikan. Letak geografis Hotel The Royale Krakatau yang berada pada posisi
60 Lintang Selatan dan 1060 Bujur Timur menunjukkan bahwa wilayah Cilegon
berada di belahan bumi Selatan. Berdasarkan hal tersebut, maka pemasangan panel
surya (array) untuk PLTS yang akan dikembangkan di The Royale Krakatau
diorientasikan mengarah ke Utara. Penentuan tilt angle yang rendah dapat membuat
panel surya tertutup dengan debu dan air menggenang saat curah hujan yang
berdampak pada berkurangnya energi output yang dihasilkan, sehingga disarankan
tilt angle minimal adalah 10o (Romasindah, 2008). Berdasarkan alasan teknis
tersebut serta hasil simulasi dan perhitungan, maka besar sudut elevasi panel pada
perancangan ini adalah 10°LU. Hal tersebut bertujuan agar hujan dan gaya gravitasi
dapat menjaga solar panel tetap bersih dan energi yang dihasilkan optimal.

148 BAB 10 | LISTRIK TENAGA SURYA


Sedangkan orientasi sudut azimuth panel pada penelitian ini menggunakan
hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian Hardiansyah (2012)
mengenai solar tracker didapatkan sudut azimuth optimal untuk studi kasus wilayah
Serang dan Cilegon sebesar -15o dari barat. Ilustrasi orientasi panel surya dapat
dilihat pada Gambar 10.8.

Gambar 10.8 Ilustrasi Orientasi Panel Surya [37]

Struktur rak penyangga dan sudut kemiringan adalah hal lain yang juga
harus diperhatikan dalam pemasangan panel surya (array), maka pada penelitian ini
struktur rak penyangga yang akan dipasang adalah rak penyangga dengan
struktur tetap (fixed racks). Untuk sudut kemiringan ditentukan sebesar 100.

E. Pengujian Sistem PLTS

Setelah menentukan sistem PLTS dan menentukan komponen-komponen


PLTS yang akan dikembangkan maka selanjutnya disimulasikan untuk mengetahui
aliran daya dan tingkat keandalan sistem PLTS yang akan d kembangkan. Pengujian
sistem PLTS yang akan dikembangkan di Hotel The Royale Krakatau menggunakan
software Pvsyst, Berdasarkan hasil simulasi menggunakan software Pvsyst
didapatkan hasil energi yang tersedia dalam waktu satu tahun sepanjang tahun 2010
- 2014 dapat dilihat pada tabel 10.7 dan tabel 10.8.
Tabel 10.7 Hasil simulasi menggunakan software Pvsyst pada tahun 2009 – 2010
Tahun 2009 Tahun 2010

Bulan Esupply Eload Emiss Esupply Eload Emiss


(MW) (MW) (MW) (MW) (MW) (MW)

Januari 2,259 2,552 0,293 2,522 2,552 0,000


Februari 1,541 2,305 0,764 1,820 2,305 0,485
Maret 1,823 2,552 0,728 2,026 2,552 0,526
April 1,512 2,470 0,957 2,359 2,470 0,110
Mei 1,904 2,552 0,648 2,328 2,552 0,224

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 10 149


Juni 1,528 2,470 0,941 2,267 2,470 0,203
Juli 2,008 2,552 0,544 2,408 2,552 0,144
Agustus 1,778 2,552 0,774 2,437 2,552 0,114
September 1,889 2,470 0,580 2,197 2,470 0,273
Oktober 2,232 2,552 0,320 2,552 2,552 0,000
Nopember 1,704 2,470 0,776 2,470 2,470 0,000
Desember 1,797 2,552 0,755 2,552 2,552 0,000
TOTAL 21,997 30,047 8,070 27,968 30,049 2,079

Tabel 10.8 Hasil simulasi menggunakan software Pvsyst padatahun 2011– 2012
Tahun 2011 Tahun 2012

Bulan Esupply Eload Emiss Esupply Eload Emiss


(MW) (MW) (MW) (MW) (MW) (MW)

Januari 2,439 2,552 0,112 2,552 2,552 0,000


Februari 2,305 2,305 0,000 2,305 2,305 0,000
Maret 2,370 2,552 0,182 2,348 2,552 0,204
April 2,470 2,470 0,000 2,470 2,470 0,000
Mei 2,449 2,552 0,103 2,276 2,552 0,276
Juni 2,470 2,470 0,000 2,459 2,470 0,011
Juli 2,398 2,552 0,154 2,245 2,552 0,306
Agustus 2,552 2,552 0,000 2,552 2,552 0,000
September 2,470 2,470 0,000 2,470 2,470 0,000
Oktober 2,447 2,552 0,105 2,552 2,552 0,227
Nopember 2,470 2,470 0,000 2,207 2,470 0,263
Desember 2,552 2,552 0,000 1,813 2,552 0,739
TOTAL 29,390 30,049 0,657 28,247 30,049 1,799

Tabel 10.7 dan tabel 10.8 merupakan hasil simulasi menggunakan software
Pvsyst, dari hasil simulasi terdapat tiga parameter yang dihasilkan, yang pertama
Esupply merupakan energi siap salur yang dapat langsung disalurkan ke beban energi
ini merupakan energi output dari sistem PLTS yang akan dikembangkan, energi
terbesar sepanjang tahun 2009 – 2012 terjadi pada tahun 2011 sebesar 29,290 MW
dan terendah pada tahun 2009 sebesar 21,997 MW. E Load merupakan energi beban
yang harus di suplai oleh sistem PLTS dan E baban jumlah kebutuhan total selama

150 BAB 10 | LISTRIK TENAGA SURYA


sebulan. sedangkan E miss merupakan kekurangan energi yang tidak dapat terpenuhi
oleh sistem PLTS yang akan dikembangkan, nilai Emiss sangat dipengaruhi oleh
radiasi matahari, semakin kecil radiasi matahari yang mampu di serap oleh PLTS
maka nilai Emiss akan semakin besar karena sistem PLTS tidak mampu memenuhi
suplai beban yang dibutuhkan karena kecilnya output PLTS.
Tabel 10.9 Hasil Simulasi software Pvsyst untuk nilai solar fraction

BULAN 2009 2010 2011 2012


Januari 0,885 1,000 0.956 1,000
Februari 0,669 0,790 1,000 1,000
Maret 0,715 0,794 0,929 0,920
April 0,612 0,955 1,000 1,000
Mei 0,746 0,912 0,960 0,892
Juni 0,619 0,918 1,000 0,996
Juli 0,787 0,943 0.940 0,880
Agustus 0,697 0,955 1,000 1,000
September 0,765 0,890 1,000 1,000
Oktober 0,875 1,000 0,959 1,000
Nopember 0,690 1,000 1,000 0,893
Desember 0,704 1,000 1,000 0,710
Rata-rata 0,731 0,931 0,978 0,940

Berdasarkan tabel 10.13 menunjukan hasil simulasi untuk nilai solar


fraction, solar fraction merupakan perbandingan antara energi siap salur dengan
energi beban, sepanjang tahun 2009 – 2012 nilai solfrac terendah terjadi pada tahun
2010 sebesar 0,731. Pada tahun 2009 energi suplai tidak mampu memenuhi
kebutuhan beban yang harus dipenuhi sehingga menyebabkan banyak kekurangan
energi dan dipengruhi juga oleh radiasi matahari yang mampu diserap pada tahun
2009 terendah diantara tahun-tahun lainnya. Sedangkan nilai solfrac tertinggi terjadi
pada tahun 2011 sebesar 0,978. Pada tahun 2012 tingkat penyerapan radiasi matahari
yang tinggi sehingga meningkatkan nilai output PLTS. Sepanjang tahun 2009 – 2012
tingkat rata-rata keandalan sistem PLTS atau solfrac sebesar 0,883.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 10 151


F. Analisis Aspek Biaya

Biaya investasi awal untuk PLTS yang akan dikembangkan di The Royale
Krakatau mencakup seperti biaya untuk komponen PLTS serta biaya instalasi PLTS.
Biaya untuk komponen PLTS ini terdiri dari biaya untuk pembelian panel surya,
baterai dan inverter. Tabel 10.10 menunjukkan besarnya biaya investasi awal untuk
PLTS yang akan dikembangkan di Hotel The Royale Krakatau.
Tabel 10.10 Biaya Investasi Awal
Harga Total
Komponen Jumlah Satuan Harga
($ USD) ($ USD)
Panel Surya LEN 180wp-24 143 550 78650
Inverter 5kW 1 770 770
Baterai 236AH 12v 90 581,3 52320
TOTAL 131740

Besarnya komposisi biaya panel surya pada biaya investasi menunjukkan


bahwa biaya ini sangat mempengaruhi besar kecilnya biaya investasi awal
PLTS. Karena panel surya yang akan dipergunakan pada PLTS ini termasuk
barang impor maka tentu saja biaya pembeliannya akan sangat dipengaruhi
oleh nilai mata uang Dollar ($) yang berlaku. Ini berarti total biaya investasi
awal untuk PLTS yang akan dikembangkan di hotel Royale Krakatau, yaitu sebesar
$USD 131740.

1. Menghitung Biaya Pemeliharaan dan Operasional

Biaya pemeliharaan dan operasional per tahun untuk PLTS umumnya


diperhitungkan sebesar 1 sampai 2% dari total biaya investasi awal (Santiari, 2011).
Berdasarkan acuan tersebut maka pada penelitian ini, besar persentasi untuk biaya
pemeliharaan dan operasional per tahun PLTS yang mencakup biaya untuk pekerjaan
pembersihan panel surya, biaya pemeliharaan dan pemeriksaan peralatan dan
instalasi akan ditetapkan sebesar 1% dari total biaya investasi awal. Penentuan
persentasi 1% didasarkan bahwa negara Indonesia hanya mengalami dua musim,
yaitu musim penghujan dan musim kemarau sehingga biaya pembersihan dan
pemeliharaan panel surya tidak sebesar pada negara yang mengalami empat musim
dalam satu tahun. Adapun besar biaya pemeliharaan dan operasional (M) per tahun
untuk PLTS yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:
M = 1% x Total Biaya Investasi = 1% x $USD 136875 = $ 1317,40

152 BAB 10 | LISTRIK TENAGA SURYA


2. Menghitung Biaya Siklus Hidup PLTS (Life Cycle Cost)

Biaya siklus hidup (LCC) pada sistem PLTS ditentukan oleh nilai sekarang
dari biaya total sistem PLTS yang terdiri dari biaya investasi awal (C), biaya jangka
panjang untuk pemeliharaan dan operasional (MPW), sehingga biaya siklus hidup
(LCC) PLTS dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

𝑳𝑪𝑪 = 𝑪 + 𝑴𝑷𝑾
PLTS yang akan dikembangkan pada penelitian ini, diasumsikan beroperasi
selama 25 tahun. Penetapan umur proyek ini mengacu kepada jaminan (garansi) yang
dikeluarkan oleh produsen panel surya. Besarnya tingkat diskonto (i) yang
dipergunakan untuk menghitung nilai sekarang pada penelitian ini adalah sebesar
10,04%. Penentuan tingkat diskonto ini mengacu kepada tingkat suku bunga kredit
bank pada tahun 2012 yaitu rata-rata sebesar 10,04% (BPS, 2014).
Besarnya nilai sekarang (present value) untuk biaya pemeliharaan dan
operasional (MPW) PLTS selama umur proyek 25 tahun dengan tingkat diskonto
10,04% dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

(1 + 𝑖)𝑛 − 1
𝑀𝑃𝑊 = 𝐴[ ]
𝑖(1 + 𝑖)𝑛
(1 + 0,1004)25 − 1
𝑀𝑃𝑊 = 1317.40 [ ]
0,1004(1 + 0,1004)25
9,934
𝑀𝑃𝑊 = 1317.40 [ ]
1,098
= $ 11.918,99

Berdasarkan biaya investasi awal (C), perhitungan MPW dan biaya


penggantian baterai dan inverter, maka biaya siklus hidup (LCC) untuk PLTS yang
akan dikembangkan selama umur proyek 25 tahun adalah sebagai berikut:

LCC = C + MPW
= $ 131.740 + $ 11.918,99 = $ 143.658,99

3. Menghitung Biaya Energi PLTS (cost of energy)

Perhitungan biaya energi (cost of energy) suatu PLTS ditentukan oleh biaya
siklus hidup (LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan kWh produksi tahunan.
Biaya energi (cost of energy) PLTS diperhitungkan dengan persamaan sebagai
berikut.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 10 153


𝐿𝐶𝐶 × 𝐶𝑅𝐹
𝐶𝑂𝐸 =
𝐴𝑘𝑊ℎ

Faktor pemulihan modal untuk mengkonversikan semua arus kas biaya


siklus hidup (LCC) menjadi serangkaian biaya tahunan, diperhitungkan dengan
persamaan sebagai berikut.
𝑖(1 + 𝑖)n
𝐶𝑅𝐹 =
(1 + 𝑖)n − 1
0,1004(1 + 0,1004)25
𝐶𝑅𝐹 =
(1 + 0,1004)25 − 1
1,098
𝐶𝑅𝐹 = = 0,110
9,934

kWh produksi tahunan PLTS diperoleh dari hasil simulasi selama 4 tahun
dengan rata-rata kWh produksi siap salur dalam satu tahun sebesar 26.547,25kWh.
Berdasarkan hasil perhitungan LCC, CRF dan kWh produksi tahunan maka besar
biaya energi (COE) untuk PLTS yang akan dikembangkan di lingkungan hotel
adalah sebagai berikut:
4. Perhitungan Pendapatan per-Tahun (CIF/Cash in Flow)

Jumlah pendapatan pertahun/CIF (Cash in Flow) dapat dihitung dari dan


selisih BPP (Biaya Pokok Penyediaan) dengan BP (Biaya Pembangkitan) atau
dengan kata lain KP (Keuntungan Penjualan). Dengan biaya pokok penyediaan atau
tarif tenaga listrik untuk bangunan komersil sebesar Rp.1312/kWh Atau $0,119 kurs
Rp. 11.000/$ (PLN, 2013). Dan kWhout berdasarkan rata-rata output tahunan dari
hasil simulasi. Perhitungan pendapatan per tahun dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut ini.
CIF = kWhout × KP CIF = kWhout × (TC − BPP)
CIF = 26.547,25 kWh × ($0,595 − $0,119)
CIF = $12.636,58/tahun

5. Perhitungan ROR (Rate or Return)

ROR menunjukan perbandingan laba tahunan terhadap investasi. Dengan


demikian merupakan cara sederhana untuk mengukur keberhasilan suatu investasi.
Bank Dunia menetapkan suatu proyek dianggap layak jika pempunyai ROR lebih
dari 8%. Kelemahan kriteria ini tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang.
ROR dapat diketahui dengan melakukan perhitungan seperti persamaan berikut ini.

154 BAB 10 | LISTRIK TENAGA SURYA


CIF
ROR = × 100%
Biaya Investasi
$ 12.636.58
= × 100%
$ 131740
= 9,59%

Berdasarkan data dari Bank Dunia yang menetapkan batas minimum harga ROR
sebesar 8,0% maka perencanaan studi potensi pembangkit listrik tenaga surya di
lingkungan hotel sebesar 9,59% di anggap layak karena melebihi batas minimun
ROR.
Pemanfaatan energi terbarukan diantaranya dengan memanfaatkan tenaga
radiasi matahari dengan menggunakan sel surya sebagai pengkonversi energi
matahari menjadi energi listrik yang kita kenal dengan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS). Indonesia merupakan negara yang terletak di garis
katulistiwa dengan dengan iklim tropisnya, sehingga potensi radiasi matahari di
wilayah Indonesia sangat besar dan pancaran radiasi matahari hampir terjadi
sepanjang tahun, Kota Cilegon berada di bagian ujung sebelah barat dari Pulau Jawa
yang terletak pada posisi 5º 52’ 24” – 6º 04’ 07” Lintang Selatan (LS) dan 105º 54’
05” – 106º 05’ 11” Bujur Timur (BT), Radiasi matahari untuk wilayah Cilegon
berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada pukul 08.00 sampai dengan pukul
17.00 pada bulan Oktober 2013 – Desember 2013 di ambi rata – rata 9 hari
perbulannya. Nilai radiasi matahari rata - rata sebesar 3407,75 W/m2 atau 3,407
kW/m2.
Sistem PLTS yang akan dikembangkan menggunakan sistem stand alone,
sistem stand alone merupakan sistem dimana energi suplai energi listrik
pembangkitan di supplai langsung ke beban AC dan dapat langsung digunakan oleh
beban. Luas area PLTS yang tersedia dilingkungan hotel seluas 180 m2, luas Lahan
ini yang terletak di atasa bangunan gedung akan digunakan untuk penempatan panel
surya, lokasi lahan yang tersedia yang sangat straegis karena terletak diatas bangunan
hotel. Dengan luas area sebesar 180 m2 mampu mengahasilkan pembangkitan panel
surya sebesar 25,5 kW dengan kapasitas panel surya sebesar 180 Wp, Sistem PLTS
yang akan dikembangkan untuk menghasilkan pembangkitan sebesar 25,5 kW
menggunakan panel surya sebanyak 143 buah, dengan susunan rangkaian seri panel
surya sebanyak 13 buah dan rangkaian paralel sebanyak 11 buah.
Pemasangan posisi panel surya dapat mempengaruhi nilai output dari sistem
PLTS, sehingga posisi pemasangan cukup berpengaruh terhadap output yang
dihasilkan, posisi penempatan ditentukan berdasarkan letak geografis lokasi sistem
PLTS yang akan dikembangkan. Pemasangan panel surya untuk hasil yang optimal
dipasang berdasarkan posisi sudut dan kemiringan, dengan nilai sudut kemiringan
sebesar 100 dan azimuth sebesar -15. Untuk pengoperasian PLTS yang mampu
menghasilkan energi pembangkitan sebesar 25,5 kW ditunjang oleh baterai dengan

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 10 155


kapasitas 230 Ah dan tegangan 12 V, baterai yang digunakan sebanyak 90 buah, 30
buah disusun secara seri dan 3 buah disusun secara paralel serta menggunakan
inverter 3 fasa dengan kapasitas sebesar 5 kW.
Sistem PLTS yang akan dikembangkan disimulasikan menggunakan
software Pvsyst. Software Pvsyst digunakan untuk mensimulasikan data penelitian
dan hasil perhitungan berdasarkan data yang ada, data simulasi digunakan
berdasarkan hasil perhitungan dan menggunakan data BMKG sepanjang tahun 2009
- 2012. Hasil pengujian menggunakan PVsyst menunjukkan besarnya energi suplai
yang dihasilkan panel surya sepanjang tahun 2009 – 2012 adalah sebesar 106,189
Mw dengan tingkat keandalan sistem atau solar fraction rata – rata sebesar 0,883.
Berdasarkan dari segi aspek biaya, pengembangan energi PLTS tergolong
tinggi, hal ini disebabkan masih tingginya harga komponen – komponen pendukung
PLTS, Besarnya investasi yang dibutuhkan untuk membangun PLTS yang akan
dikembangkan adalah sebesar $136785 dengan usia hidup PLTS 25 tahun. Biaya
energi per kWh PLTS yang dibutuhkan mencapai $0,626/kWh dan memiliki nilai
Rate Of Return (ROR) sebesar 9,59%.
Dengan potensi yang ada, dan berdasarkan hasil study potensi dari segi aspek
ekonomis dan aspek teknis mampu menyalurkan energi listrik dengan lahan yang
tersedia dilingkungan hotel sebesar 106,189 Mw sepanjang tahun 2009 – 2012,
berdasarkan hasil study potensi PLTS untuk hotel The Royale Krakatau, dapat
digunakan untuk energi pendukung kelistrikan dilingkungan hotel, dengan
kapasistas pembangkitan 25,5 kW dengan kapasitas inverter 5kW dapat digunakan
untuk kebutuhan penerangan yang dapat beroperasi selama 24 jam dengan asumsi
untuk lampu penerangan ruangan jenis neon dengan daya 40 watt mampu
menghasilkan 125 buah lampu.

PERTANYAAN

1. Jelaskan potensi energi matahari di wilayah Cilegon


2. Sebutkan beberapa sistem PLTS surya
3. Bagaimana cara menghitung kapasitas PLTS
4. Jelaskan cara pemasangan panel surya
5. Jelaskan beberapa aspek-aspek biaya PLTS

SOAL LANJUTAN

Carilah contoh studi kasus perencanaan PLTS untuk bangunan gedung perkuliahan
!

156 BAB 10 | LISTRIK TENAGA SURYA


LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 10 157
PERENCANAAN & IMPLEMENTASI PLTS DI BAB
GEDUNG PERKULIAHAN 11

KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari bab 11 ini, mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan potensi energi matahari di wilayah kampus FT Untirta
2. Menjelaskan tentang data system kelistrikan
3. Menghitung kapasitas PLTS
4. Menjelaskan cara pemasangan panel surya
5. Menghitung aspek-aspek biaya PLTS

A. Gambaran Umum Gedung Perkuliahan FT UNTIRTA

Fakultas Teknik (FT) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa berlokasi di Kota


Cilegon lebih tepatnya berada di Jl. Jendral Sudirman KM.3 Kota Cilegon Banten
(berjarak kurang lebih 130 KM dari Jakarta). FT Untirta berdiri di atas tanah seluas
± 4,5 hektare dan dalam waktu dekat ini akan menambah luas wilayahnya. Pada saat
ini Fakultas Teknik Untirta telah memiliki fasilitas yaitu berupa gedung aula, ruang
kuliahtiga lantai, ruang sekretariat, ruang dosen tetap, laboratorium, ruang
perpustakaan, ruang koperasi, Masjid Al-Muta’alimin, ruang komputer, ruang
workshop, ruang sidang sarjana, klinik, kantin mahasiswa, ruang himpunan
mahasiswa jurusan, sarana olahraga, dan sarana parkir yang cukup luas. Untuk denah
dan tata letak FT UNTIRTA ditunjukan pada Gambar 11.1.

Gambar 11.1 Denah FT UNTIRTA [51]

158 BAB 11 | LISTRIK TENAGA SURYA


1. Data Radiasi Matahari

Besarnya nilai radiasi matahari di Cilegon diperoleh dari NASA (National


Aeronautics and Space Administration). Data yang digunakan pada penelitian ini
adalahdata untuk wilayah Cilegon dan sekitarnya pada tahun 2015. Pemilihan
inididasarkan pada tingkat kestabilan dan kelengkapan data yang dimiliki.
Besarnyanilai rata-rata radiasi matahari, dan temperatur pada tahun 2015 di wilayah
Cilegon dan sekitarnya dapat dilihat pada Tabel 11.1.
Tabel 11.1 Radiasi Matahari dan Temperatur Cilegon

Radiasi Matahari Suhu


Bulan
(Kwh/m2/hari) (0C)
Januari 4,25 26,5
Februari 4,24 26,7
Maret 4,72 27
April 4,76 27,3
Mei 4,67 27,6
Juni 4,58 27,3
Juli 4,82 27
Agustus 5,21 26,5
September 5,5 27,9
Oktober 5,2 28,4
November 4,67 27,6
Desember 4,45 27,3
Rata-Rata 4,76 27,3
Sumber : NASA,2015 [51]

2. Data Kelistrikan FT UNTIRTA

Gedung Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sendiri


memiliki 2 Main Distribution Panel (MDP), 1 Panel Hubung Bagi (PHB), 1 Junction
Box (JB), dan 35 Sub Distribution Panel (SDP) yang berasal dari PT. Krakatau Daya
Listrik (KDL), dimana MDP A mensuplai listik untuk gedung bagian depan dan
MDP B mensuplai SDP lapangan dan PHB gedung perkuliahan. Sistem distribusi
yang digunakan pada gedung FT. UNTIRTA adalah sistem distribusi tipe radial,
karena mempunyai satu suplai listrik yaitu sumber tenaga listrik yang berasal dari
PT. Krakatau Daya Listrik (KDL) yang digunakan untuk mensuplai seluruh
kebutuhan tenaga listrik di gedung FT. UNTIRTA. Dalam hal ini sistem distribusi
listrik FT UNTIRTA dibagi kedalam dua panel utama yaitu MDP A dan MDP B.
Dimana MDP A digunakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik padaSDP
gedung depan antara lain Perpustakaan, Lantai 1A, ICT, Mesjid, Lab. Fisika Dasar,

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 11 159


Lab. Kimia AMC, Aula, Klinik dan Pos Jaga. Sedangkan untuk MDP B digunakan
untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik pada gedung perkuliahan antara lainMDP
B melalui panel hubung bagi (PHB) digunakan untuk mensuplai Lantai 1 B, Lab.
Manufaktur, Lab Metalurgi, Lab Mesin prestasi, Lab. Mesin-Mesin Listrik, Lab.
Kimia, Lantai 1 C, Lab. Sipro
Tabel 11.2 Pemakaian Energi Listrik Rata-Rata Harian FT UNTIRTA

Konsumsi Energi Rata-rata (kWH)


Waktu/Jam
(WIB) Hari Hari Hari Hari Hari
Rata-rata
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5
00.00 – 01.00 10 11 12 10 11 10.8
01.00 – 02.00 11 10 11 10 11 10.6
02.00 – 03.00 11 11 10 10 11 10.6
03.00 – 04.00 10 10 11 10 10 10.2
04.00 – 05.00 10 11 10 11 10 10.4
05.00 – 06.00 11 11 12 11 11 11.2
06.00 – 07.00 11 11 11 11 11 11
07.00 – 08.00 15 16 15 16 15 15.4
08.00 – 09.00 17 19 17 17 18 17.6
09.00 – 10.00 19 20 19 21 22 20.2
10.00 – 11.00 21 21 22 21 20 20.8
11.00 – 12.00 22 23 21 22 20 21.6
12.00 – 13.00 21 20 22 21 22 21.2
13.00 – 14.00 22 22 22 22 22 22
14.00 – 15.00 23 22 23 20 21 21.8
15.00 – 16.00 23 21 21 23 22 22
16.00 – 17.00 14 11 15 14 13 13.4
17.00 – 18.00 19 18 19 17 19 17
18.00 – 19.00 15 15 17 16 15 15.6
19.00 – 20.00 13 12 13 14 11 12.6
20.00 – 21.00 12 14 12 13 12 12.6
21.00 – 22.00 11 10 12 12 11 11.2
22.00 – 23.00 12 12 11 12 12 11.8
23.00 – 00.00 11 12 11 12 11 11.4
TOTAL 361 363 369 366 361 364

Dari hasil pendataan beban pada setiap SDP maka akan di dapat total beban
pada MDP baik pada MDP A dan MDP B, untuk gambar single linediagrammain
distribusi panelAdapat dilihat pada lampiran.Begitu juga, untuk MDP B yang tidak
langsung mensuplai ke SDP yang berada pada gedung perkuliahan melainkan
melalui PHB terlebih dahulu, juga gambar single line diagrammain distribusi panel

160 BAB 11 | LISTRIK TENAGA SURYA


B ,dan gambar pemetaan beban listrik FT UNTIRTA dapat dilihat pada lampiran.
Untuk penelitian ini di gunakan data pemakain energi listrik harian yang di peroleh
dengan caramelakukan pengamatan dan pengambilan data pemakaian energi
langsung melalui Kwh meter MDP FT UNTIRTA, dan di dapatlah data pemakaian
energi listrik rata-rata harian di FT UNTIRTA. Dimana menunjukkan bahwa
pemakaian energi listrik di FT UNTIRTA yaitu rata-rata sebesar 364 kWh per hari.
Tabel 4.1memperlihatkan data pemakaian energi listrik rata-rata di FT UNTIRTA.
Hasil pengukuran energi listrik menunjukan bahwa rata-rata pemakain energi
harian di FT UNTIRTA mencapai 364 kWhdalam rentang 24 jam, sehingga
kebutuhan daya harian nya sebesar 15,16 kW. Adapunjumlah konsumsi energi listrik
bulanan dan biaya operasional yang dikeluarkan untuk pembayaran konsumsi energi
listrik rutin setiap bulan nya dapat dilihat pada Tabel 11.3.

Tabel 11.3 Biaya Kosumsi Energi Listrik FT UNTIRTA 2015

Jumlah Pemakain Biaya


Bulan
(kWh) (Rp)
Januari 14.625 22.288.500
Februari 14.850 22.831.400
Maret 26.517 43.495.328
April 28.065 45.972,438
Mei 24.048 39.544.435
Juni 22.824 37.585.790
Juli 15.423 25.742.710
Agustus 21.387 35.209.302
September 26.529 43.514.531
Oktober 28.764 47.090.977
November 32.121 52.462.849
Desember 29.133 47.681.452
Jumlah 284.286 465.419.712
Rata-rata 23.690,5 38.784.976
Sumber: FT UNTIRTA, 2015 [51]

3. Luas Atap Gedung Perkuliahan FT UNTIRTA

Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan dimana luas atap dari gedung
perkuliahan FT UNTIRTA adalah 1886,79 m2, dengan perhitungan panjang (p) =
173,1m, lebar (l) = 9,3 m, overstack (kanopi) = 0,8 x 2 =1,6. Untuk menghitung
potensi pembangkitan PLTS di FT UNTIRTA digunakan Persamaan sebagai berikut.

𝑃𝑊𝑎𝑡𝑡𝑃𝑒𝑎𝑘 = 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐴𝑟𝑟𝑎𝑦 × PSI × ηPV

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 11 161


= 18158,4 × 1000 × 0,12

= 217.901 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑝𝑒𝑎𝑘 = 217,901 𝑘𝑊𝑝

Untuk Gambar layoutgedung perkuliahan FT UNTIRTA di tunjukn pada


Gambar 11.2.

Gambar 11.2 Gedung Perkuliahan FT UNTIRTA [51]

4. Hasil Perancangan

PLTS yang akan dikembangkan di FT UNTIRTA direncanakan untuk


mensuplai energi listrik dari pemakaian energi listrik rata-rata gedung perkuliahan
dalam rentang waktu 24 jam. Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini
sistem PLTS yang akan dikembangkan adalah sistem PLTS yang grid-connected
dengan suplai listrik PT.KDL, yang penggabungannya dilakukan pada sisi konsumen
(setelah kWh meter). Dalam merancang sebuah PLTS dimana pun tentu harus
melalui beberapa tahapan-tahapan penentuan parameter untuk PLTS itu sendiri.
Begitu pun dalam penelitian ini, dimana pada penelitian ini melalui beberapa tahapan
yaitu, di mulai dengan menghitung beban yang nantinya akan di suplai, menghitung
kapasitas dan nilai komponen-komponen pada PLTS, dan sudut peletakan panel
surya yang nantinya akan di pasang pada gedung perkuliahan FT UNTIRTA. Berikut
penjelasan lebih detail tentang perancangan PLTS gedung perkuliahan FT
UNTIRTA:
a. Menghitung Beban yang akan di suplai PLTS
Langkah awal yang harus di lakukan dalam merancang sebuah
pembangkit dalam hal ini PLTS yaitu menghitung beban pemakaian listrik yang
nantinya akan di suplai oleh PLTS itu sendiri. Selain itu, perhitungan beban ini
nantinya akan menjadi acuan atau pedoman dasar untuk penentuan kapasitas
komponen-komponen penyusun PLTS yang akan di jadikan penyuplai energi
listrik alternatif di Fakultas Teknik UNTIRTA. PLTS yang akan di rancang di
siapkan untuk mensuplai dan membantu mengurangi pemakaian energi listrik di
FT UNTIRTA. Hal ini berdasar pada hasil pengukuran dan pemantauan

162 BAB 11 | LISTRIK TENAGA SURYA


langsung pemakain energi listrik FT UNTIRTA pada Tabel 4.2 yang
menunjukan bahwa kebutuhan daya selama 24 jam yaitu 15,16kW, sedangkan
beban puncak pada FT UNTIRTA bernilai 15,37 kW atau yang tertinggi
berdasarkan hasil pengamatan yang telah Meghitung Kapasitas Komponen
PLTS.

b. Menghitung Kapasitas Inverter


Pada pemilihan inverter, diupayakan kapasitas kerjanya mendekati
kapasitas daya yang dilayani. Hal ini agar efisiensi kerja inverter menjadi
maksimal. Perhitungan kapasitas inverter berdasarkan beban puncak yang harus
disuplai serta dihitung dengan menambahkan faktor future margin, error margin
dan capacity factor. Future margin merupakan persentasi beban tambahan,
margin ini ditambahkan sebagai antisipasi peningkatan beban puncak sedangkan
error margin adalah faktor error perhitungan yang ditambahkan dan capacity
factor adalah nilai efisiensi kerja inverter. Future margin dan error margin yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 10% sedangkan capacity factor
sebesar 90% [17]. Pada Tabel 4.2 tentang beban harian di FT UNTIRTA,
didapatkan beban puncak bernilai 23 kW, maka untuk dapat memenuhi
kebutuhanbeban puncak, kapasitas minimum inverter yang digunakan dapat
dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut.

𝐸𝐿𝐵𝑃 × 𝐹𝑀 × 𝐸𝑀
𝑃=
𝐶𝐹

15,16 × 1,1 × 1,1


𝑃=
0,9

= 18,16kW

Berdasarkan rating minimum inverter yang dibutuhkan yaitu 18,16kW


serta rating terdekat yang tersedia dipasaran, maka dipilih inverter 20 kW.
Inverter memiliki rated voltage input sebesar 380V oleh karena itu sistem PLTS
yang akan dikembangkan menggunakan rating tegangan sistem sebesar 380 V.
Inverter Sandy Electonic tipe SDS-20 kW (SMC) dipergunakan sebagai acuan
pada pemilihan inverter untuk penelitian ini. Inverter SMC adalah salah satu
jenis inverter true sine wave yang umumnya dipergunakan untuk PLTS yang
hybrid dengan grid (jaringan listrik). Berdasarkan besarkapasitas daya yang
harus dilayani maka dalam penelitian ini akan dipilih inverter Sandy Electonic
tipe SDS-20 kW yang data tekniknya dapat dilihat pada Lampiran.

c. Menghitung kapasitas pembangkitan dan jumlah panel surya

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 11 163


Besarnya kapasitas pembangkitkan panel surya dapat dihitung
menggunakan persamaan (2.4) sebagai berikut:

𝑃24 = 𝐸𝐿 ÷ 𝑃𝐺𝐹

Daya yang dibangkitkan PLTS (Wp) disesuaikan dengan kebutuhan


beban yang akan disuplai serta dipengaruhi oleh faktor pembangkitan panel
surya (PGF). Faktor pembangkitan panel surya (PGF) dari hasil perhitungan
menggunakan persamaan (2.13) dengan nilai referensi CE (Collection
Efficiency) panel surya pada software HOMER sebesar 84% dan nilai rata-rata
intensitas matahari di Cilegon sebesar 4,76kWh/hari (NASA, 2015). Apabila
nilai CE dan rata- rata intensitas matahari di Cilegon disubtitusikan pada
persamaan diperoleh nilai PGF sebesar:

𝑃𝐺𝐹 = 𝐶𝐸 × 𝐴𝑣𝑟𝑔 𝑆𝑜𝑙𝑎𝑟

= 0,84 × 4,76 = 3,99 𝑘𝑊ℎ/ℎ𝑎𝑟𝑖

Berdasarkan nilai PGF sebesar 3,99kWh/hari dan pemakaian energi


listrik (EL) selama 24 jam sebesar 364kWh/hari maka kapasitas pembangkitkan
panel surya (Wp) sebesar:

𝑃24 = 𝐸𝐿 ÷ 𝑃𝐺𝐹

= 364 ÷ 3,99 = 91,22𝑘𝑊𝑃

Untuk panel surya yang dipergunakan sebagai acuan adalah panel surya
BP 3150S yang terpasang pada PLTS PLN di Nusa Penida[12]. Panel surya ini
memiliki spesifikasi panjang sebesar 1,593 m, lebar sebesar 0,79 m, luas panel
1,25 m2, daya keluaran maksimum panel surya (PMPP) sebesar 150W, tegangan
maksimum panel surya (VMPP) sebesar 34,5V dan arus keluaran maksimum
panel surya (IMPP) sebesar 4,35A per panel sehingga berdasarkan perbandingan
kapasitas pembangkitan dengan daya keluaran maksimum panel surya maka
jumlah panel surya yang diperlukan untuk dapat membangkitkan 91,2kWp
berdasarkan persamaan adalah sebanyak:
𝑃(𝑊𝑝) 91,22
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎 = =
𝑃𝑀𝑃𝑃 150𝑊

= 608 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎

164 BAB 11 | LISTRIK TENAGA SURYA


Adapun 608 panel surya tersebut akan dibentuk menjadi rangkaian
panelatau array yang disesuaikan dengan rating tegangan input inverter sebesar
620V dan kapasitas pembangkitan. Agar rating tegangan input inverter 620V
dapat terpenuhi maka pada 1 string rangkaian panel surya dibutuhkan panel
surya yang dipasang seri sebanyak:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔 = 620 ÷ 150

= 4,14 ~ 4
sehingga rangkaian string yang terbentuk sebanyak:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔 = 608 ÷ 4

= 152
Jumlah panel surya yang digunakan berdasarkan hasil perhitungan pada
rangkaian seri dan paralalel menjadi sebanyak 608 buah, dengan 61 rangkaian
(string) yang terhubung paralel dengan 1 rangkaian terdiri dari 10 panel yang
terhubung secara seri. Banyaknya panel yang dirangkai paralel akan
menguatkan arus dan banyaknya panel yang terhubung seri akan menguatkan
tegangan sehingga besarnya energi yang dihasilkan oleh rangkaian array
tersebut menjadi:

𝑉𝑀𝑃𝑃 𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 = 34,5 × 4 = 138 𝑉

𝐼𝑀𝑃𝑃 𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 = 4,35 × 152 = 661,2 𝐴

𝑃𝑀𝑃𝑃 𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 = 138 × 661,2 = 91,2 𝑘𝑊

d. Pemasangan Panel Surya


Secara perhitungan, besarnya tilt angle didasarkan pada dua orientasi,
yaitu orientasi sudut panel (utara-selatan) dan (timur-barat). Orientasi sudut
panel (utara-selatan) didasarkan pada perubahan posisi condong bumi terhadap
matahari yang disebut sudut elevasi panel sedangkan orientasi sudut panel
(timur-barat) didasarkan pada rotasi bumi, sudut orientasi ini disebut dengan
sudut azimuth panel.Perhitungan orientasi sudut elevasi panel dilakukan pada
tiga keadaan posisi condong bumi terhadap matahari (deklinasi) yaitu winter
soltice, equinox dan summer solstice. Besarnya deklinasi bervariasi, karena
poros bumi mempunyai kemiringan sudut sebesar 23.450 oleh karena itu
berkaitan denganbidang orbit bumi, deklinasi bervariasi antara ±23.450 dalam
waktu satu tahun [5]. Berdasarkan ketiga keadaan tersebut diperolehlah tilt
angle panelyang berorientasi terhadap utara-selatan.Saat winter solstice, kutub
selatan bumi condong menghadap matahari dengan sudut kemiringan 23,5°.
Karena kecondongan kutub bumi sama dengan garis lintang Cilegon (L=6oLS)

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 11 165


yaitu pada belahan bumi selatan maka nilaideklinasi () sebesar 23,5°.
Berdasarkan persamaan didapatlah nilai solar altitude () sebagai berikut:

𝛽𝑁 = 90 − 𝐿 +/−𝛿

𝛽𝑁 = 90 − 6𝑜 + 23,5𝑜

= 107,5𝑜 𝐿𝑈

Berdasarkan nilai solar altitude () yang diperoleh dan melalui persamaan


didapat nilai tilt angle sebagai berikut.

𝑇𝑖𝑙𝑡 = 900 − 𝛽𝑁

𝑇𝑖𝑙𝑡 = 900 − 107,5𝑜

= −17,5𝑜 𝐿𝑈

Vernal equinox dan autumnal equinox adalah keadaan saat kutub bumi
tidak condong menghadap matahari sehingga nilai deklinasi () sebesar 0°.
Berdasarkan persamaan didapatlah nilai solar altitude () sebagai berikut:

𝛽𝑁 = 90 − 𝐿 +/−𝛿
𝛽𝑁 = 90 − 6𝑜 + 0𝑜
= 84𝑜 𝐿𝑈

Berdasarkan nilai solar altitude () yang diperoleh dan melalui persamaan


didapatlah nilai tilt angle sebagai berikut.

𝑇𝑖𝑙𝑡 = 900 − 𝛽𝑁
𝑇𝑖𝑙𝑡 = 900 − 0𝑜
= 90𝑜 𝐿𝑈
Summer solstice merupakan keadaan saat kutub utara bumi condong
menghadap matahari dengan sudut kemiringan 23.5°. Karena kecondongan
kutub bumi tidak sama dengan latitude Cilegon (L=6OLS) yaitu pada belahan
bumi selatan maka nilai deklinasi () sebesar -23,5°. Berdasarkan persamaan
(2.1) didapatlah nilai solar altitude () sebesar:

𝛽𝑁 = 90 − 𝐿 +/−𝛿
𝛽𝑁 = 90 − 6𝑜 − 23,5𝑜
= 60,5𝑜 𝐿𝑈

166 BAB 11 | LISTRIK TENAGA SURYA


Berdasarkan nilai solar altitude () yang diperoleh dan melalui persamaan
didapatlah nilai tilt angle sebagai berikut.

𝑇𝑖𝑙𝑡 = 900 − 𝛽𝑁

𝑇𝑖𝑙𝑡 = 900 − 60,5𝑜

= 29,5𝑜 𝐿𝑈

Posisi geografis Cilegon terletak pada belahan bumi selatan, maka acuan
solar altitude pada kutub utara bumi dan tilt angle diorientasikan menghadap
utara (LU). Tabel 11.4 memperlihatkan besarnya declinasi, solaraltitude dan tilt
angle selama berdasarkan penelitian saat periode solice dan equinox.

Tabel 11.4 Declinasi, Altitude, dan Tilt Angledi Cilegon Selama Periode
Solice dan Equinox

Winter Equinox Summer


Solstice solstice
declinasi
altitude
tilt angle

Hasil perhitungan menunjukan bahwa solar altitude tahunan di Cilegon


bervariasi secara periodik mulai pada ketinggian 107,5° (acuan utara bumi) pada
saat winter solstice, lalu bergerak turun sampai 84° saat vernalequinox. Pada
saat summer solstice, solar altitude berada pada ketinggian 60,5° dan mulai
bergerak naik sampai 84° saat autumnal equinox dan proses ini kembali
berulang secara periodik. Besarnya sudut elevasi panel umumnya terletak
diantara tilt angle maksimum (saat winter solstice dan summer solstice). Sudut
elevasi panel dapat diperkirakan berdasarkan nilai rata-rata tilt angle pada saat
winter solstice dan summer solstice. Menggunakan persamaan diperolehlah fix
tilt angle untuk wilayah Cilegon sebesar:
𝑡𝑖𝑙𝑡 𝑎𝑛𝑔𝑙𝑒(𝑤𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑐𝑒) 𝑡𝑖𝑙𝑡 𝑎𝑛𝑔𝑙𝑒(𝑠𝑢𝑚𝑚𝑒𝑟 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑐𝑒)
𝑓𝑖𝑥 𝑡𝑖𝑙𝑡 𝑎𝑛𝑔𝑙𝑒 = +
2 2

−17,5𝑜 𝐿𝑈 29,5𝑜 𝐿𝑈
𝑓𝑖𝑥 𝑡𝑖𝑙𝑡 𝑎𝑛𝑔𝑙𝑒 = +
2 2
= 6𝑜 𝐿𝑈

Penentuan tilt angle yang rendah dapat membuat panel surya tertutup
dengan debu dan air menggenang saat curah hujan yang berdampak pada

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 11 167


berkurangnya energi output yang dihasilkan, sehingga disarankan tilt angle
minimal adalah 10O[11]. Berdasarkan alasan teknis tersebut serta hasil
perhitungan, maka besar sudut elevasi panel pada perancangan ini adalah
10°LU. Hal ini bertujuan agar hujan dan gaya gravitasi dapat menjaga solar
panel tetap bersih dan energi yang dihasilkan optimal. Sedangkan orientasi sudut
azimuth panel pada penelitian ini menggunakan hasil penelitian sebelumnya.
Solar tracker didapatkan sudut azimuth optimal untuk studi kasus wilayah
Serang dan Cilegon sebesar -15Odari barat[6]. Ilustrasi orientasi panel surya
dapat dilihat pada Gambar 11.2.

Gambar 11.3 Ilustrasi Orientasi Panel Surya [37]

Struktur rak penyangga dipasang menyesuaikan besarnya tilt angle


karena pada saat pemasangan rak penyangga dengan struktur tetap (fixed racks)
posisi rak tidak berubah-ubah, maka rak penyangga dipasang dengan sudut 10O
dan kemiringan -15O dari barat.Untuk menngetahui luas area yang di pakai yaitu
dengan mengalikan jumlah panel yang di gunakan dengan luas panel yang di
pakai sebagai berikut :
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 × 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎
= 608 × 1,25
= 760 𝑚2
Pemasangan panel surya pada penelitian ini dengan mengoptimalkan
atap dari gedung perkuliahan FT. Untirta. Diketahui pada Gambar 4.4
merupakan ilustrasi pemasangan panel surya pada gedung perkuliahan FT.
Untirta sudut atap gedung membentuk 10⁰dan menghadap kurang lebih -15⁰ dari
barat dapat dilihat pada Gambar 11.2. Gambar 11.4 adalah Ilustrasi pemasangan
panel pada atap gedung baru FT. Untirta sebagai berikut :

168 BAB 11 | LISTRIK TENAGA SURYA


Gambar 11.4 Ilustrasi Tampak Atas Pemasangan Panel Surya [51]

Gambar 11.5 Array PLTS yang dapat Dikembangkan di FT UNTIRTA [51]

Gambar 11.5 menjelaskan bahwa dengan panel surya sebanyak 608 buah maka
pada masing-masing fasa akan terdiri dari 152 buah panel surya. Adapun
rangkaian panel yang membentuk array untuk satu fasa adalah terdiri dari 4
rangkaian (string) yang terhubung pararel dengan 1 rangkaian terdiri dari 152
panel yang terhubung seri.

B. Simulasi PLTS

1. Pengujian Kontribusi Sistem PLTS

Simulasi dan optimasi dengan menggunakan software HOMER


menghasilkan beberapa konfigurasi yang berbeda sesuai dengan batasan minimum
kontribusi energi terbarukannya. Berikut merupakan hasil dari konfigurasi yang di
tampilkan pada tabel 4.5 sebagai berikut.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 11 169


Tabel 11.5 Data Hasil Simulasi PLTS FT UNTIRTA
Parameter PLTS (Tanpa Baterai)
Net Present Cost 401.137 U$D
Operating Cost 14.034 U$D/ Tahun
Cost Of Energy 0,359U$D/kWh
Kontribusi Energi 63%
Terbarukan
Initial Cost ($) 64.627 U$D
Waktu Operasi 4.380 Jam/Tahun
Total Energi Listrik 145.497 kWh/Tahun

Dari hasil simulasi diambil konfigurasi yang mewakili kombinasi PLTS yaitu
PLTS (tanpa baterai), dapat dilihat pada tabel di atas konfigurasi menghasilkan
poduksi listrik,waktu operasi,dan kontibusi energi terbarukan yang besarnya yaitu
145.497 kWh/Tahun, 4.380 jam/tahun, dan 45%. Pada Tabel 11.6 berikut dapat
dilihat kapasitas komponen dan kapasitas yang digunakan pada konfigurasi PLTS
FT UNTIRTA.
Tabel 11.6 Konfigurasi PLTS FT UNTIRTA
Komponen Kapasitas
PLTS
Photo VoltaiC (Wp) 150
Baterai (V) -
Inverter (Kw) 20

Simulasi sistem PLTS menghasilkankonfigurasi PLTS grid connected tanpa


baterai,dan software HOMER mensimulasikan sistem PLTS danmengurutkannya
dengan skala prioritas bertumpu pada NPC terendah. Dari hasil simulasi, diperoleh
nilai NPC terendah adalah sebagai berikut :
a. PLTS tanpa baterai sebesar adalah untuk U$D401.137
Kriteria yang ditetapkan penelitian ini untuk mendapatkan suatu sistem PLTS yang
optimum adalah :
a. Nilai NPC nya terendah
b. Memiliki dampak lingkungan yang sedikit (emisinya rendah)
Berdasarkan hasil simulasi dan kriteria di atas, konfigurasi yang memenuhi
syarat sebagai sistem PLTS optimum adalah sistem PLTS yang terdiri dari PV,
inverter, dan grid(PLTS tanpa baterai). Konfigurasi sistem PLTS optimum terdiri
dari:
a. Grid system 33 kW
b. PV kapasitas total 91,2kWp
c. Inverter kapasitas total 20 kW

170 BAB 11 | LISTRIK TENAGA SURYA


2. Produksi Listrik

Total produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTS yang di anggap optomum
yaitu PLTS tanpa baterai adalah 196967kWh/tahun dengan kontribusi PLTS sebesar
63% atau 124121kWh/tahun sedangkan kontribusi grid sebesar 37% atau
72846kWh/tahun, dan kelebihan listrik yang tidak terpakai pada sistem ini hampir
tidak ada yaitu 53546 kWh pertahun atau 27,2 %, hal ini terjadi karena listrik yang
diproduksi oleh PLTS selama satu tahun sesuai dengan beban yang ada. Pada
Gambar 4.6 merupakancontoh hasil simulasi kondisi suplai listrik pada tanggal 25
Oktober 2015, dapat dilihat PLTS beroperasi sepanjang 12 jam, pada jam 05.30
sampai dengan pukul 18.00 berhenti beroperasi, dan berdampingan oleh suplai listrik
dari PT.KDL. Keluaran daya maksimum PLTS adalah sebesar 65 kW terjadi pada
pukul 11.00 WIB. PLTS tidak beroperasi pada pukul 18.30 – 05.00 di karenakan
sumber energi nya yaitu cahaya matahari tidak ada.

Gambar 11.6 Kondisi beban harian – Daya keluaran PLTS [51]

Sedangkan pada Gambar 11.7 diatas menunjukkan hasil kontribusi


pembangkit. Kontribusi PLTS di tunjukan dengan warna kuning sebesar 63% dan
kontribusi grid yang di tunjukan dengan warna biru sebesar 37%.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 11 171


Gambar 11.7 Kontribusi PLTS [51]
3. Kelebihan Listrik yang Tidak Terpakai

Dengan beban harian yang tetap, kelebihan listrik yang tidak terpakai
memiliki Kelebihan listrik terbesar terjadi pada sistem PLTS yang terdiri dari Grid
– Inverter - PV sebesar 27,2 % atau 53546 kWh pertahun dengan total produksi
energi listrik sebesar 196997 kWh pertahun. Gambar 4.8contoh hasil menunjukan
kelebihan beban yang terjadipada tanggal 25 Oktober 2015 sistem PLTS FT
UNTIRTA.

Gambar 11.8 Kelebihan Beban yang Terjadi pada PLTS FT UNTIRTA [51]

C. Analisa Biaya Energi

Biaya energi PLTS berbeda dengan biaya energi untuk pembangkit


konvensional. Hal ini karena biaya energi PLTS dipengaruhi oleh biaya investasi
awal yang tinggi dengan biaya pemeliharaan dan operasional yang rendah. Analisis
biaya pada penelitian ini meliputi perhitungan biaya investasi, biaya pemeliharaan
dan operasional, biaya siklus hidup, biaya energi PLTS hingga analisis
kecenderungan kenaikan harga minyak dunia.

172 BAB 11 | LISTRIK TENAGA SURYA


1. Menghitung Biaya PLTS

Biaya investasi awal untuk PLTS yang akan dikembangkan di FT UNTIRTA


mencakup seperti biaya untuk komponen PLTS serta biaya instalasi PLTS. Biaya
untuk komponen PLTS ini terdiri dari biaya untuk pembelian panel surya, baterai
dan inverter. Tabel 4.7menunjukkan besarnya biaya investasi awal untuk PLTS yang
akan dikembangkan di FT UNTIRTA.
Tabel 11.7 Biaya Investasi PLTS
Komponen Jumlah Harga Total
Satuan Harga
(US$) (US$))
Panel 150 Wp 451 274.096
Inverter 20 Kw 1 4300 4.300
Baterai 0 0 0
Biaya Instalasi dan 27.409
Setting
Total Keseluruhan 305.805

Berdasarkan Tabel hasil perhitungan didapatkan biaya investasi awal PLTS


di FT UNTIRTA adalah sebesar US$ 305.805, dengan rincian 274.096 untuk Panel
surya, 4300 untuk inverter, dan 27.409 atau 10 % biaya panel surya untuk biaya
instalasi dan pemasangan [18], dan jika di konversikan kedalam mata uang Rupiah
dengan nilai kurs Rp 13.500/US$ maka sebesar Rp 4.128.367.500,00.

2. Menghitung Biaya Pemeliharaan dan Operasional

Biaya pemeliharaan dan operasional per tahun untuk PLTS umumnya


diperhitungkan sebesar 1 sampai 2% dari total biaya investasi awal [12]. Berdasarkan
acuan tersebut maka pada penelitian ini, besar persentasi untuk biaya pemeliharaan
dan operasional per tahun PLTS yang mencakup biaya untuk pekerjaan pembersihan
panel surya, biaya pemeliharaan dan pemeriksaan peralatan dan instalasi akan
ditetapkan sebesar 1% dari total biaya investasi awal [18]. Penentuan persentasi 1%
didasarkan bahwa negara Indonesia hanya mengalami dua musim, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau sehingga biaya pembersihan dan pemeliharaan panel
suryanya tidak sebesar pada negara yang mengalami empat musim dalam satu tahun.
Adapun besar biaya pemeliharaan dan operasional (M) per tahun untuk PLTS yang
akan dikembangkan adalah sebagai berikut:

𝑀 = 1% × 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

= 1% × 305.805 = 𝑈𝑆$ 3.058,05

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 11 173


Jika di ubah ke dalam Rupiah maka biaya nya sebesar :

= 𝑅𝑝 41.28.675

3. Menghitung Biaya Siklus Hidup PLTS (Life Cycle Cost)

Biaya siklus hidup (LCC) pada sistem PLTS ditentukan oleh nilai sekarang
dari biaya total sistem PLTS yang terdiri dari biaya investasi awal (C), biaya jangka
panjang untuk pemeliharaan dan operasional (MPW) serta biaya penggantian (RPW),
sehingga biaya siklus hidup (LCC) PLTS dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut.

𝑳𝑪𝑪 = 𝑪 + 𝑴𝑷𝑾 + 𝑹𝑷𝑾

PLTS yang akan dikembangkan pada penelitian ini, diasumsikan beroperasi


selama 25 tahun. Penetapan umur proyek ini mengacu kepada jaminan (garansi) yang
dikeluarkan oleh produsen panel surya. Besarnya tingkat diskonto (i) yang
dipergunakan untuk menghitung nilai sekarang pada penelitian ini adalah sebesar
11,45%. Penentuan tingkat diskonto ini mengacu kepada tingkat suku bunga kredit
bank pada tahun 2015 yaitu rata-rata sebesar 11,45% (BPS, 2015).
Besarnya nilai sekarang (present value) untuk biaya pemeliharaan dan
operasional (MPW) PLTS selama umur proyek 25 tahun dengan tingkat diskonto
11,45% dihitung dengan persamaan (2.10) sebagai berikut:
(1 + 𝑖)𝑛 − 1
𝑀𝑃𝑊 = 𝐴 [ ]
𝑖(1 + 𝑖)𝑛

(1 + 0,1145)25 − 1
= 3.058,05 [ ]
0,1145(1 + 0,1145)25

14,03
= 3.058,05 [ ]
1,72

= 𝑈𝑆$ 24.944

Jika di ubah ke dalam Rupiah maka biaya nya sebesar:

= 𝑅𝑝 336.744.000

174 BAB 11 | LISTRIK TENAGA SURYA


Berdasarkan biaya investasi awal (C), perhitungan MPW dan biaya
penggantian baterai dan inverter, maka biaya siklus hidup (LCC) untuk PLTS yang
akan dikembangkan selama umur proyek 25 tahun adalah sebagai berikut:

𝐿𝐶𝐶 = 𝐶 + 𝑀𝑃𝑊 + 𝑅𝑃𝑊

= 305.805 + 24.944 + 27.409

= 𝑈𝑆$ 358.158

Jika di ubah ke dalam Rupiah maka biaya nya sebesar = Rp 4.835.133.000.

4. Menghitung Biaya Energi PLTS

Perhitungan biaya energi (cost of energy) suatu PLTS ditentukan oleh biaya
siklus hidup (LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan kWh produksi tahunan. Biaya
energi (cost of energy) PLTS diperhitungkan dengan persamaan berikut.
𝐿𝐶𝐶 × 𝐶𝑅𝐹
𝐶𝑂𝐸 =
𝐴 𝑘𝑊ℎ

Faktor pemulihan modal untuk mengkonversikan semua arus kas biaya siklus hidup
(LCC) menjadi serangkaian biaya tahunan, diperhitungkan dengan persamaan berikut.
𝑖(1 + 𝑖)𝑛
𝐶𝑅𝐹 =
(1 + 𝑖)𝑛 − 1

0,1145(1 + 0,1145)25
=
(1 + 0,1145)25 − 1

1,72
= = 0,122
14,03

kWh produksi tahunan PLTS diperoleh dari hasil simulasi pada Tabel 4.8
dengan besar kWh produksi siap salur dalam satu tahun sebesar 196994kWh.
Berdasarkan hasil perhitungan LCC, CRF dan kWh produksi tahunan maka besar
biaya energi (COE) untuk PLTS yang akan dikembangkan di FT UNTIRTA adalah
sebagai berikut.
𝐿𝐶𝐶×𝐶𝑅𝐹 358.158 × 0,122
𝐶𝑂𝐸 = = = 𝑈𝑆$ 0,48/𝑘𝑊ℎ = 𝑅𝑝 6.480
𝐴 𝑘𝑊ℎ 91200

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 11 175


Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang akan dikembangkan
pada penelitian ini menggunakan sistem grid-connected, sistem ini merupakan
sistem dimana energi yang dihasilkan dari PLTS dapat langsung disuplai ke beban
AC setelah di konversi menggunakan grid tie inverter. Dengan total beban yang
disuplai PLTS adalah sebesar 364kWh/hari, untuk memenuhi kebutuhan energi
tersebut maka dipakai PLTS. Sistem PLTS terdiri terdiri dari satu array dengan
kapasitas panel surya 150Wp, dan 20kW inverter. Total panel surya yang digunakan
adalah sebanyak 608 panel dengan 4 panel surya dirangkai seri dan 152 rangkaian
string panel surya sehingga menghasilkan daya 196,994kWp.Hasil pengujian
menggunakan software HOMER, didapatkan nilai kontribusi optimal PLTS sebesar
63%.Peningkatan kontribusi ini dihasilkan dari pengurangan waktu operasi suplai
listrik dari PT. Krakatau Daya Listrik namun tetap menjaga keseimbangan suplai
energi.
Sistem PLTS ini akan tetap berhubungan dengan jaringan primer dengan
mengoptimalkan pemanfaatan energi PV untuk menghasilkan energi listrik
semaksimal mungkin.Pada siang hari, modul surya yang terpasang pada atap akan
mengkonversi sinar matahari menjadi energi listrik arus searah (DC). Selanjutnya
sebuah komponen yang disebut grid-inverter merubah listrik arus searah (DC) dari
PV menjadi listrik arus bolak-balik (AC) yang kemudian dapat digunakan untuk
mensuplai ke beban. Jadi pada siang hari, kebutuhan energi listrik berbagai peralatan
disuplai langsung oleh modul surya. Jika pada kondisi ini terdapat kelebihan energi
dari PV maka kelebihan energi ini dapat dijual ke PLN (tergantung kebijakan).Untuk
orientasi panel surya pada peneitian ini yaitu 10oLU dengansudut azimuth -15oagar
penyerapan energi matahari dapat maksimal. Berdasarkan hasil optimasi, waktu
operasi kerja PLTS dalam satu tahun adalah 4380 jam.Besarnya investasi yang
dibutuhkan untuk membangun PLTS di FT UNTIRTA adalah sebesarRp
4.128.367.500,00dengan usia hidup PLTS 25 tahun. Biaya energi per kWh PLTS
yang dibutuhkan mencapai Rp 6.480/kWh.

PERTANYAAN
1. Jelaskan potensi energi matahari di wilayah Cilegon !
2. Sebutkan beberapa sistem PLTS surya !
3. Bagaiaman cara menghitung kapasitas PLTS ?
4. Jelaskan cara pemasangan panel surya !
5. Jelaskan beberapa aspek-aspek biaya PLTS !

SOAL LANJUTAN

Carilah contoh studi kasus perencanaan PLTS untuk bangunan rumah (perumahan)
!

176 BAB 11 | LISTRIK TENAGA SURYA


LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 11 177
PERENCANAAN & IMPLEMENTASI PLTS DI DI BAB
KOMPLEK PERUMAHAN 12

KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari bab 12 ini, mahasiswa mampu:


1. Mengukur potensi energy matahari di wilayah Banten
2. Menjelaskan potensi ruang terbuka untuk pembangunan PLTS
3. Menghitung kebutuhan energi surya untuk komplek perumahan di kota
Cilegon
4. Menghitung kebutuhan energi surya untuk komplek perumahan di kota
Serang
5. Menghitung kebutuhan energi surya untuk komplek perumahan di kabupaten
Serang
6. Menjelaskan seberapa besar konstribusi PLTS sebagai pemasok listrik

A. Pengukuran Energi Matahari

Pengukuran energi matahari dilakukan pada empat lokasi di area terbuka


pada kawasan perumahan. Pengukuran tersebut untuk memperoleh data energi
konversi matahari pada panel surya. Energi konversi harian panel surya dihasilkan
dengan mengakumulasi daya hasil pengukuran yang dilakukan tiap jam dalam satu
hari. Pengukuran daya dilakukan dengan menghubungkan outputsolar cell dengan
beban resistive variable. Pembebanan tersebut untuk mengetahui daya
pembangkitan maksimum (Pmax) untuk tiap jam pengukuran sejak pukul 07.00
hingga 18.00. Hasil pengukuran dapat diamati pada tabel hasil pengukuran PMPP
terlampir.
Pada Gambar 12.1 terlihat grafik hasil pengukuran daya PMPP panel surya.

178 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


4.5 PMPP Pukul 07.00
4 Pukul 08.00
3.5 Pukul 09.00
3 Pukul 10.00
2.5 Pukul 11.00
Arus (A)

2 Pukul 12.00
1.5 Pukul 13.00
1 Pukul 14.00
Pukul 15.00
0.5
Pukul 16.00
0
Pukul 17.00
0 5 10 15 20 25
Pukul 18.00
Tegangan (V)

Gambar 12.1 Grafik Pengukuran PMPPvpada bulan Maret 2014 [48]

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh PMPP pada jam 07.00 sebesar 10,34 W, jam
08.00 sebesar 10,44 W, jam 09.00 sebesar 26,66 W, jam 10.00 sebesar 12,12 W, jam
11.00 sebesar 22,39 W, jam 12.00 sebesar 34,66 W, jam 13.00 sebesar 56,74 W, jam
14.00 sebesar 29,83 W, jam 15.00 sebesar 28,96 W, jam 16.00 sebesar 27,46 W, jam
17.00 sebesar 8,10 W, dan pada jam 18.00 sebesar 0,47 W.

Pada Gambar 12.2 terlihat grafik hasil pengukuran daya PMPP panel surya.

8 PMPP Pukul 07.00


7 Pukul 08.00
6 Pukul 09.00
Pukul 10.00
5
Arus (A)

Pukul 11.00
4 Pukul 12.00
3 Pukul 13.00
2 Pukul 14.00
Pukul 15.00
1
Pukul 16.00
0 Pukul 17.00
0 5 10 15 20 25 Pukul 18.00
Tegangan (V)

Gambar 12.2 Grafik Pengukuran PMPP pada bulan April 2014 [48]

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 179


Berdasarkan hasil pengujian diperoleh PMPP pada jam 07.00 sebesar 12,02 W, jam
08.00 sebesar 9,13 W, jam 09.00 sebesar 63,1 W, jam 10.00 sebesar 26,39 W, jam
11.00 sebesar 88,95 W, jam 12.00 sebesar 75,43 W, jam 13.00 sebesar 27,51 W, jam
14.00 sebesar 6,76 W, jam 15.00 sebesar 1,83 W, jam 16.00 sebesar 1,62 W, jam
17.00 sebesar 1,82 W, dan pada jam 18.00 sebesar 0,84 W.
Pada Gambar 12.3 terlihat grafik hasil pengukuran daya PMPP panel surya.

6 PMPP Pukul 07.00


Pukul 08.00
5
Pukul 09.00
4 Pukul 10.00
Arus (A)

Pukul 11.00
3
Pukul 12.00
2 Pukul 13.00
Pukul 14.00
1 Pukul 15.00
Pukul 16.00
0
0 5 10 15 20 25 Pukul 17.00
Tegangan (V) Pukul 18.00

Gambar 12.3 Grafik Pengukuran PMPP pada bulan Mei 2014 [48]

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh PMPP pada jam 07.00 sebesar 8,69 W,
jam 08.00 sebesar 38,93 W, jam 09.00 sebesar 55,05 W, jam 10.00 sebesar 16,41 W,
jam 11.00 sebesar 23,81 W, jam 12.00 sebesar 13,12 W, jam 13.00 sebesar 70,56 W,
jam 14.00 sebesar 65,51 W, jam 15.00 sebesar 47,32 W, jam 16.00 sebesar 20,96 W,
jam 17.00 sebesar 4,78 W, dan pada jam 18.00 sebesar 0,01 W.
Pengukuran daya keluaran panel surya yang dilakukan di area Serang Cilegon
selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret, April dan Mei menggunakan beban variable
resistive 1 Ohm hingga 100 Ohm diperoleh daya maksimum (PMPP) pada setiap jam
pengukuran dari jam 07.00 hingga 18.00.
Sistem PLTS yang akan dikembangkan merupakan PLTS dengan storage
(penyimapn energi). Sehingga diperlukan pengujian terhadap pengisian baterai
untuk mengetahui energi pengisian selama pengujian. Pengujian pengisian baterai
dilakukan dengan mengukur tegangan dan arus pada rangkaian pengujian. Sehingga
diperoleh energi dalam satu hari pengujian. Pengujian pengisian baterai pada bulan
Maret 2014 dapat diamati pada gambar 12.4 sebagai berikut.

180 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


600 539,49 558,48
500 371,57 447,38 459,56
401,59
278,77 362,49 358,25 377,06
400
Energi (kWh)

339,15
300 249,51
200
100
0

Gambar 12.4 Grafik Pengujian Pengisian Baterai pada Bulan Maret 2014 [48]

Pada gambar grafik 1.4 dapat diamati hasil pengujian pengisian baterai pada bulan
Maret 2014 dengan energi pengisian terbesar pada tanggal 27 Maret 2014 sebesar
558,48 kWh dan energi pengisian terkecil pada tanggal 1 Maret 2014 dengan energi
pengisian sebesar 249,51 kWh.
Pengujian pengisian baterai pada bulan April 2014 dapat diamati pada
gambar 12.5 sebagai berikut.

700 611,29
549,82 534,92 558,37 580,90
600
480,30 501,16 459,74 473,34 466,08
500
Energi (kWh)

400
300,46 273,50
300
200
100
0

Gambar 12.5 Grafik Pengujian Pengisian Baterai pada Bulan April 2014 [48]

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 181


Pada gambar grafik 12.5 dapat diamati hasil pengujian pengisian baterai pada bulan
April 2014 dengan energi pengisian terbesar pada tanggal 9 April 2014 sebesar
611,29 kWh dan energi pengisian terkecil pada tanggal 13 April 2014 dengan energi
pengisian sebesar 273,50 kWh.
Pengujian pengisian baterai pada bulan Mei 2014 dapat diamati pada gambar
12.6 sebagai berikut.

600 519,96
524,24
500 478,27 477,35 464,18
433,17
Energi (kWh)

400 344,33 343,16 341,41


324,81 305,13 293,64
300
200
100
0

Gambar 12.6 Grafik Pengujian Pengisian Baterai pada Bulan Mei 2014 [48]

Pada gambar grafik 12.6 dapat diamati hasil pengujian pengisian baterai pada
bulan April 2014 dengan energi pengisian terbesar pada tanggal 5 Mei 2014 sebesar
524,24 kWh dan energi pengisian terkecil pada tanggal 29 Mei 2014 dengan energi
pengisian sebesar 293,64 kWh.
Berdasarkan hasil pengujian pengisian baterai diperoleh rata-rata energi
pengisian baterai harian pada bulan Maret sebesar 395,28 kWh, pada bulan April
sebesar 482,49 kWh dan pada bulan Mei sebesar 404,14 kWh. Pengisian baterai
selama tiga bulan yaitu pada bulan Maret, April dan Mei tersebut dilakukan
denganmenghubungkan baterai dengan keluaran panel surya yang dikontrol dengan
Solar Charger Controller sejak pukul 07.00 hingga pukul 18.00. Penggunaan Solar
Charger Controller tersebut menjaga keluaran panel surya agar tetap optimal dalam
pengisian baterai. Selain itu sebagai pengaman sistem bila terjadi hubung singkat
selama pengujian. Pengukuran arus pengisian baterai dengan menggunakan
Amperemeter dan pengujian tegangan pengisian baterai dilakukan dengan
menggunakan Voltmeter. Hasil pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa total
energi pengisian pada bulan Maret sebesar 4743,31 kWh, total energi pengisian pada
bulan April sebesar 5789,88 kWh dan total energi pengisian pada bulan Mei sebesar
4849,65 kWh. Daya pengisian baterai sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya

182 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


matahari yang diterima panel surya sehingga akan mempengaruhi energi harian yang
disalurkan ke baterai. Variasi daya pengisian untuk jam yang sama sangat
dipengaruhi oleh tingkat tutupan awan selama pengujian. Daya keluaran PLTS
dipengaruhi temperatur pada panel surya. Adapun salah satu hasil pengujian yaitu
pada 19 April 2014 dapat diamati pada gambar grafik 12.7 sebagai berikut.

50
Temperatur (°C)

40
30
20
10
0

Waktu

Gambar 12.7 Grafik Pengukuran Temperatur pada bulan April 2014 [48]

Pengukuran temperatur permukaan panel surya dilakukan selama 3 bulan


yaitu pada bulan Maret, April dan Mei. Pengujian tersebut dilakukan dengan
menggunakan thermocoupledengan menempelkan ujung thermocouple pada
permukaan panel surya. Berdasarkan pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa
temperatur tertinggi pada permukaan panel surya selama bulan Maret adalah sebesar
48°C, temperatur tertinggi pada permukaan panel surya selama bulan April sebesar
62°C dan temperatur tertinggi pada permukaan panel surya selama bulan Mei sebesar
57°C.

B. Potensi Ruang Terbuka Area PLTS


Pada penelitian ini pemanfaatan lahan terbuka sebagai area PLTS harus
sesuai dengan ketentuan peraturan daerah yang berlaku. Berdasarkan Perda No. 3
Tahun 2013 tentang pengelolaan ruang terbuka hijau maka setiap kawasan
perumahan berkewajiban untuk menyediakan RTH privat minimal 10% (sepuluh
persen) dari luas kawasan perumahan dan melakukan penghijauan pada lokasi jalur
hijau sesuai dengan rencana tapak/site plan yang telah disahkan oleh Walikota atau
pejabat yang ditunjuk. Berdasarkan Peraturan tersebut maka pemanfaatan ruang
terbuka sebagai area pengembangan PLTS merupakan area lebih terhadap minimum
luas area terbuka hijau di kawasan perumahan. Pada penelitian ini luas potensi area
terbuka pengembangan PLTS pada kawasan perumahan merupakan data perumahan

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 183


berdasarkan data instansi terkait. Luas potensi area terbuka pengembangan PLTS di
kawasan perumahan kota Cilegon dapat diamati pada tabel 12.1 sebagai berikut.

Tabel 12.1 Luas Potensi Lahan Terbuka Pengembangan PLTS di Kawasan


Perumahan Kota Cilegon

Luas Ruang Total Luas Potensi Area


No. Perumahan Pengembang Terbuka* Area* Terbuka
(m2) (m2) PLTS (m2)
Taman
1 Cilegon Indah PT. Taman Cilegon Indah 61509,64 552357,70 6273,87
2 Metro Cilegon PT.Perdana Gapura Prima 59123,99 410163,90 18107,60
Pondok
3 Cilegon Indah PT. Argha Indah Pratama 93235,67 922502,75 985,395
Total 240989,30 2305024,35 25366,87
*) Sumber : Dinas Tata Kota Cilegon

Luas potensi area terbuka pengembangan PLTS di kawasan perumahan kota Serang
dapat diamati pada tabel 12.2 sebagai berikut.
Tabel 12.2 Luas Potensi Lahan Terbuka Pengembangan PLTS di Kawasan
Perumahan Kota Serang

Total Luas Potensi Lahan


Luas Ruang
No. Perumahan Pengembang Area * terbuka PLTS
Terbuka * (m2)
(m2) (m2)
1 Bumi PT. Hestha
Mutiara Buwana Pratita 39280,00 350000,00 4280,00
Serang
2 Highland PT. Pudji Papan
600000,00 2000000,00 400000,00
Park Kreasindo
Total 639280,00 2350000,00 404280,00
*) Sumber : Dinas Tata Kota Serang

Luas potensi area terbuka pengembangan PLTS di kawasan perumahan kabupaten


Serang dapat diamati pada tabel 12.3 sebagai berikut.

184 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Tabel 12.3 Luas Potensi Lahan Terbuka Pengembangan PLTS di Kawasan
Perumahan Kabupaten Serang

Luas
Total Luas Potensi Lahan
Ruang
No. Perumahan Pengembang Area* terbuka PLTS
Terbuka*
(m2) (m2)
(m2)
1 Puri Hijau Regency PT. Trinitas Buana Utama 68760,00 150000,00 53760,00
2 Griya Serdang Indah PT. Griya Serdang Indah 74700,00 150000,00 59700,00
3 Griya Permata Serang PT. Atap Mas Potensa 196149,00 481407,00 148008,30
4 Villa Permata Hijau PT. Hijau Teduh Lestari 61813,00 150000,00 46813,00
5 Sankyu PT. Sankyu Indonesia Int. 85320,00 200000,00 65320,00
6 PT. Plengkung Gading
Mata Raya 4873,88 10230,88 3850,79
Asri
7 PT. Sanggraha Mitra
Griya Cilegon 53740,00 128970,00 40843,00
Kersa
8 PT. Gunung Intan Abadi
Pesona Cilegon 157158,00 328658,00 124292,20
T.
9 Nusaraya Residence PT. Blutimindo 11620,50 29047,00 8715,80
10 Harjatani Heritage
PT. Megah Puspita Abadi 6771,00 16927,00 5078,30
Estate
11 Pejanten Mas Estate PT. Laksana Maju Jaya 57452,00 143630,00 43089,00
12 Bumi Baros Chasanah PT.Karya Cipta Nyata N. 41127,00 100000,00 31127,00
13 Bumi Waringin Asri PT. Adi Raka Selaras 19985,60 50058,60 14979,74
14 Bumi Cikande Indah PT. Griya Tradisi Utama 39200,00 99100,00 29290,00
2038028,4
Total 878669,98 6748677,13
8
*) Sumber : Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan Kabupaten Serang

Tabel 12.2, tabel 12.3 dan tabel 12.4 merupakan tabel potensi luas area ruang
terbuka yang dapat dikembangkan sebagai area pembangkit listrik tenaga surya pada
kawasan perumahan Serang Cilegon. Total luas area perumahan Kota Cilegon
2305024,35 m2 dengan luas area ruang terbuka 1022680 m2 tersebut dapat
dikembangkan sebagai lahan PLTS seluas 25366,87 m2. Total luas area perumahan
Kota Serang 2350000 m2 dengan area ruang terbuka 639280 m2 tersebut dapat
dikembangkan sebagai area PLTS seluas 404280 m2. Total luas area perumahan
Kabupaten Serang 2038028,48 m2 dengan area terbuka 878669,98 m2 tersebut dapat
dikembangkan sebagai area PLTS 6748677,13 m2.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 185


C. Sistem Kelistrikan Perumahan Serang Cilegon

Kelistrikan pada perumahan Serang Cilegon mempunyai kapasitas terpasang


yang beragam sesuai dengan perencanaan masing-masing pengembang perumahan.
Pemilik rumah juga diberikan keleluasaan untuk dapat menambah atau mengurangi
kapasitas listrik yang terpasang sesuai dengan tingkat kebutuhan. Meskipun
demikian, besarnya tarif pada seluruh rumah dikawasan perumahan Serang Cilegon
berada pada tarif R1 hingga R3 dengan kapasitas daya terpasang dari 450 VA hingga
23000 VA. Data rekening listrik rumah tangga yang digunakan merupakan beban
pemakaian listrik PLN APJ Banten Utara pada tahun 2013 untukkawasan perumahan
yang berpotensi pada pemanfaatan ruang terbuka sebagai PLTS.

D. Potensi Energi Matahari sebagai Pembangkit Listrik

1. Perhitungan KWh Produksi PLTS

Berdasarkan hasil pengukuran keluaran panel surya bahwa peningkatan


intensitas cahaya matahari berbanding lurus dengan peningkatan arus yang mengalir
ke beban sedangkan tegangan keluaran panel surya cenderung stabil pada kisaran 19
volt. Sehingga daya output panel surya sebanding dengan tingkat intensitas cahaya
matahari. Pengukuran daya maksimum keluaran (PMPP) panel surya dilakukan
dengan mengalikan tegangan dan arus dengan menggunakan beban resistif variabel.
Pada penelitian ini beban resistif yang digunakan yaitu antara 1 ohm hingga 100
ohm. Pengukuran ini menggunakan dua alat ukur yaitu Voltmeter dan Amperemeter
untuk mengukur tegangan pada terminal panel surya dan arus yang mengalir ke
beban. Adapun salah satu hasil pengukuran beban resistif pada tanggal 19 April
2014pukul 10.00 adalah sebagai berikut.
Berdasarkan tabel 12.4 didapatkan daya pengukuran maksimum pada beban
resistif sebesar 81,41 Watt pada beban 2Ω dengan tegangan 15,02 Volt dan arus 5,42
Ampere. Tegangan dan arus tersebut merupakan tegangan keluaran maksimum
(VMP) dan Arus keluaran maksimum (IMP).Berdasarkan hasil pengukuran pada pukul
10.00 April 2014 Tegangan open circuit (VOC) yang terukur 19,80 Volt dan arus
short circuit (ISC) 5,77 Ampere.

Tabel 12.4 Pengukuran Beban Resistif


R (Ω) V (V) I (A) P (W)
1 10,27 5,73 58,85
2 15,02 5,42 81,41
3 16,98 4,54 77,09
4 17,75 3,74 66,39
5 18,16 3,16 57,39
6 18,41 2,74 50,44
7 18,59 2,41 44,80

186 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


8 18,69 2,15 40,18
9 18,84 1,94 36,55
10 18,94 1,72 32,58
20 19,27 0,92 17,73
30 19,33 0,64 12,37
40 19,44 0,50 9,72
50 19,47 0,38 7,40
60 19,50 0,32 6,24
70 19,51 0,27 5,27
80 19,53 0,24 4,69
90 19,54 0,21 4,10
100 19,54 0,20 3,91

Berdasarkan tabel 12.4 dapat digambarkan pada grafik sebagai berikut.

Gambar 12.8 Kurva V-I dan V-W [48]

Dari hasil pengukuran tersebut maka perhitungan Fill Factor (FF) berdasarkan
persamaan 2.8 adalah sebagai berikut.
(𝑉MPP 𝑥 𝐼MPP)
𝐹𝐹 =
𝑉OC 𝑥 𝐼SC
(15,02 𝑥 5,42) 81,4084
= =
19,80 𝑥 5,77 114,246
= 0,71257
Dari hasil perhitungan tersebut maka daya keluaran panel surya diperhitungkan
berdasarkan persamaan 2.7 adalah sebagai berikut.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 187


𝑃out = 𝑉OC 𝑥 𝐼SC 𝑥 𝐹𝐹
= 19,80 𝑉 𝑥 5,77 𝐴 𝑥 0,71257 = 81,4083 𝑊𝑎𝑡𝑡
Intensitas cahaya matahari yang terukut pada Solar Power Meter sebesar 821 W/m2
dan luas permukaan panel 0,7936 m2. Sehingga efisiensi sesaat konversi
pembangkitan panel surya dapat diperhitungkan dengan persamaan 2.10 sebagai
berikut.
𝑃
ηsesaat = x 100%
𝐼𝑟 𝑥 𝐴
81,4083 𝑊
= x 100% = 12,49 %
821 W/m2𝑥 0,7936 m2

Berdasarkan perhitungan tersebut maka perbandingan efisiensi sesaat tiap jam


pengukuran tersebut dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 12.5 Efisiensi Sesaat Hasil Pengukuran
PMPP Panel PMPP tiap m2 Intensitas Radiasi
Waktu ηsesaat (%)
100Wp (W) (W/m2) Matahari (W/m2)
7:00 12,1676 15,3322 119 12,8842
8:00 47,5310 59,8929 387 15,4762
9:00 64,4422 81,2024 616 13,1822
10:00 81,4084 102,5811 821 12,4947
11:00 100,3165 126,4069 1048 12,0617
12:00 16,3108 20,5529 162 12,6870
13:00 10,2194 12,8773 113 11,3958
14:00 70,6215 88,9888 738 12,0581
15:00 59,4280 74,8841 622 12,0392
16:00 14,3754 18,1142 149 12,1572
17:00 8,1302 10,2447 84 12,1961
18:00 0,0128 0,0161 16 0,1008
Jumlah 485,1154 611,2845 4879

Efisiensi panel surya yang digunakan mempunyai efisiensi 12,61 % sehingga


besarnya efisiensi sesaat pengukuran untuk tiap jam berada pada kisaran 12,61 %
dengan faktor kesalahan pada ketepatan pengambilan data (human error),
shadingatau tutupan awan pada saat pengukuran yang mengurangi intensitas radiasi
matahari yang jatuh pada permukaan panel surya dan faktor temperatur panel surya
yang dipengaruhi oleh kecepatan angin maupun tutupan awan yang mengakibatkan
perubahan tegangan sehingga mengalami peningkatan maupun penurunan daya
keluaran panel surya. Adapun untuk mengamati daya keluaran tiap meter persegi
panel surya terhadap intensitas radiasi matahari saat pengujian pada 19 April 2014
dapat diamati pada grafik berikut.

188 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


1200
1000
Intensitas
Daya (W/m²)

800 Radiasi
600 Matahari
(W/m²)
400
PMPP tiap
200 m² (W/m²)
0

Waktu

Gambar 12.8 Grafik Perbandingan Daya Keluaran Panel Surya Tiap Meter Persegi
Terhadap Intensitas Radiasi Matahari [48]

Tabel 12.6 Pengukuran Energi Konversi Panel Surya pada Bulan Maret 2014

Energi Insolasi
Lokasi
Tanggal Konversi Matahari
Pengukuran
(Wh/Hari) (Wh/m2/hari)
1 Maret 2014 KS 268,15 2642
2 Maret 2014 KS 295,08 3285
3 Maret 2014 KS 581,38 6383
7 Maret 2014 Highland Park 373,27 4286
9 Maret 2014 Highland Park 371,55 3916
15 Maret 2014 Highland Park 423,88 4323
20 Maret 2014 BWA 524,52 5252
21 Maret 2014 BWA 392,29 3971
22 Maret 2014 BWA 478,72 4919
16 Maret 2014 Cikande 448,24 4739
23 Maret 2014 Cikande 466,15 4807
27 Maret 2014 Cikande 579,22 6044
Energi Rata-rata 396,44 4547,25

Pengukuran energi konversi dengan panel surya berkapasitas 100 Wp dengan


luas area permukaan panel surya 0,7936 m2yang dilakukan selama 3 bulan pada 4
titik lokasi pengukuran. Untuk setiap lokasi pengukuran dilakukan pengukuran
selama 3 hari dalam satu bulan. Adapun lokasi pengukuran yaitu di kawasan

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 189


perumahan Krakatau Steel (Kota Cilegon), di kawasan perumahan Highland Park
(Kota Serang), di kawasan perumahan Bumi Waringin Asri (Kabupaten Serang) dan
di kawasan perumahan Bumi Cikande Indah (Kabupaten Serang). Berdasarkan hasil
pengukuran diperoleh energi konversi panel surya pada bulan Maret dapat yang
dapat diamati pada tabel 12.6 berikut. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh
energi konversi panel surya pada bulan April dapat yang dapat diamati pada tabel
12.7 berikut.
Tabel 12.7 Pengukuran Energi Konversi Panel Surya pada Bulan April 2014

Energi Insolasi
Lokasi
Tanggal Konversi Matahari
Pengukuran
(Wh/Hari) (Wh/m2/hari)
9 April 2014 BWA 650,25 6574
10 April 2014 BWA 526,36 5681
11 April 2014 BWA 516,05 5325
13 April 2014 Cikande 288,08 3029
20 April 2014 Cikande 624,26 6477
21 April 2014 Cikande 509,53 4853
14 April 2014 Highland Park 475,59 5115
15 April 2014 Highland Park 582,49 6131
19 April 2014 Highland Park 484,96 4875
4 April 2014 KS 315,40 3127
5 April 2014 KS 573,53 5690
6 April 2014 KS 511,59 5183
Energi Rata-rata 504,84 5186,33

Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh energi konversi panel surya pada bulan Mei
dapat yang dapat diamati pada tabel 12.8 berikut. Berdasarkan data hasil pengukuran
tersebut maka besarnya energi rata-rata untuk tiap meter persegi luas panel surya
diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.

𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙


𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑔𝑖 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙
396,44
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑀𝑎𝑟𝑒𝑡 =
0,7936

= 499,546 Wh/m2/hari

504,31
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝐴𝑝𝑟𝑖𝑙 =
0,7936

190 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


= 635,470 Wh/m2/hari

423,47
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑀𝑒𝑖 =
0,7936

= 533,606 Wh/m2/hari

Tabel 12.8 Pengukuran Energi Konversi Panel Surya pada Bulan Mei 2014

Energi Insolasi
Lokasi
Tanggal Konversi Matahari
Pengukuran
(Wh/Hari) (Wh/m2/hari)
1 Mei 2014 KS 365,15 3711
17 Mei 2014 KS 313,53 3476
18 Mei 2014 KS 476,58 5266
5 Mei 2014 Highland Park 553,98 5650
9 Mei 2014 Highland Park 499,31 5292
10 Mei 2014 Highland Park 341,52 3731
15 Mei 2014 BWA 496,78 5526
29 Mei 2014 BWA 312,71 3230
31 Mei 2014 BWA 360,24 3809
3 Mei 2014 Cikande 432,32 4645
4 Mei 2014 Cikande 601,45 6299
11 Mei 2014 Cikande 328,08 3561
Energi Rata-rata 423,47 4516,33

Insolasi matahari rata-rata harian per meter persegi selama bulan Maret, April, dan
Mei diperoleh sebagai berikut.

4547,25 + 5186,33 + 4516


𝐸 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
= 4749,97 𝑊ℎ/m2/ℎ𝑎𝑟𝑖

2. Kapasitas Inverter

Perhitungan kapasitas inverter dilakukan untuk memperoleh kapasitas


inverter yang sesuai dengan kebutuhan pemakaian beban listrik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perhitungan kapasitas inverter pada kondisi beban yang akan disuplai
inverter meliputi faktor future margin, error margin dan capacity factor. Faktor
future margin pada penelitian ini merupakan presentasi beban tambahan yang
diperlukan untuk mengantisipasi peningkatan beban puncak, error margin

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 191


merupakan faktor kesalahan perhitungan yang ditambahan sedangkan capacity
factor merupakan nilai efisiensi kerja inverter dalam mengkonversi energi listrik.
Pada penelitian ini beban yang akan disuplai inverter (EL) merupakan perkalian
antara luas area (PV area), insolasi cahaya harian matahari(Gav), efisisiensi panel
surya, TFC dan efisiensi keluaran inverter. Faktor koreksi temperatur (TFC)
merupakan faktor koreksi temperatur yang mempengaruhi energi keluaran panel
surya terhadap temperatur standar panel surya. Setiap kenaikan temperatur 10C
terhadap temperatur standar (250C) pada panel surya, maka kenaikan tersebut akan
menyebabkan penurunan 0,5% pada daya keluaran panel surya. Hal tersebut akan
keningkatkan kebutuhan kapasitas baterai pada sistem.
Berdasarkan grafik pengukuran temperatur permukaan panel surya pada
gambar 4.40, gambar 4.41 dan gambar 4.42 hasil pengukuran diperoleh temperatur
maksimum panel surya mencapai 620C. Selisih kenaikan temperatur tersebut
terhadap temperatur standar panel surya yaitu sebesar 370C. Penurunan daya
keluaran panel surya terhadap kenaikan temperatur tersebut dengan persamaan 2.3
sebagai berikut.
𝑃saat suhu naik t0C = [(0,5%/0C) 𝑥 𝑃MPP 𝑥 𝑡0𝐶]
= [(0,5%/0C) 𝑥 100𝑊𝑝 𝑥 370C]
= 18,5 W
Selisih penurunan daya tersebut menyebabkan penurunan daya maksimum PMPP saat
kenaikan 370C yaitu persamaan 2.4 sebagai berikut.
PMPP saat suhu naik t0C = PMPP - Psaat suhu naik t0C
= 100 𝑊 − 18,5 W
= 81,5 𝑊
Berdasarkan hasil perhitungan penurunan daya maksimum PMPP saat kenaikan
370C dapat diperoleh besarnya nilai TFC dengan persamaan 2.5 sebagai berikut.
PMPP saat suhu naik t0C
𝑇𝐹𝐶 =
PMPP
81,5
= = 0,815
100

Beban energi yang akan disuplai inverter dipengaruhi oleh luas area panel surya,
insolasi matahari (Gav), efisiensi panel surya (ηpv), faktor koreksi temperatur, dan
efisiensi. Pada penelitian ini Insolasi harian matahari menggunakan insolasi rata-rata
harian terkecil pada saat pengukuran yaitu sebesar 4516,33 Wh/m2 atau 4,516
kWh/m2dan efisiensi kerja sebesar 90%. Sehingga beban yang akan disuplai inverter
diperoleh dengan persamaan (2.15) sebagai berikut.

192 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


𝐸𝐿 = 𝑃𝑉𝑎𝑟𝑒𝑎𝑥𝐺𝑎𝑣𝑥𝜂𝑝𝑣𝑥𝑇𝐶𝐹𝑥𝜂𝑜𝑢𝑡
= 6273,87 𝑥 4,516 𝑥 0,1261 𝑥 0,815 𝑥 0,9
= 2620,624 𝑘𝑊ℎ/ℎ𝑎𝑟𝑖

Kebutuhanbeban yang harus disuplai yaitu sebesar 2620,624kWh/hari tersebut


dijumlahkan dengan asumsi kerugian (losses) pada sistem, pada penelitian ini
menggunakan presentasi asumsi losses yang menggunakan peralatan baru menurut
(Custer, 2012) sebesar 15%. Kebutuhan beban yang disuplai PLTS dihitung dengan
persamaan sebagai berikut.

Et = Kebutuhan Energi Listrik + kerugian sistem


= Kebutuhan energi listrik + (15% x kebutuhan Energi Listrik)
= 2620,624 + (15% x 2620,624)
= 3013,718 kWh

Kapasitas minimum inverter sistem PLTS disesuaikandengan


kebutuhanbeban yang harus disuplai yaitu sebesar 3013,718 kWh/hari atau
125,572kWh dengan memperhitungkan future margin, error margin dan capacity
factor. Future margin merupakan presentasi peningkatan beban, hal ini
diperhitungkan untuk mengantisipasi peningkatan beban puncak, error margin
merupakan presentasi antisipasi ketidaksesuaian atau error antara hasil perhitungan
dengan kenyataan dan capacity faktor merupakan faktor kapasitas inverter. Pada
penelitian ini future margin sebesar 10%, error margin sebesar 10% dan capacity
factor 90%. Penetapan future margin tersebut didasarkan pada antisipasi
pertumbuhan beban dalam beberapa tahun kedepan. Penetapan error margin sebesar
10% didasarkan pada jenis beban di kawasan perumahan Serang Cilegon tidak
banyak bervariasi sehingga variasi beban puncak tidak terlalu besar. Capasity factor
ditetapkan agar inverter tidak terbebani pada 100% kapasitasnya namun juga tidak
beroperasi pada kapasitas rendah. Nilai 90% merupakan nilai optimum capacity
factor dari inverter.
Berdasarkan kebutuhan beban yang harus disuplai inverter maka kapasitas
minimum inverter diperoleh dari persamaan 2.16 sebagai berikut.

𝐸𝐿𝐵𝑃 × 𝐹𝑀 × 𝐸𝑀
𝑃 =
𝐶𝐹
125,572 𝑘𝑊 𝑥 1,1 𝑥 1,1
=
0,9
= 168,824 𝑘𝑊

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 193


Pemilihan inverter disesuaikan terhadap rating terdekat dari kapasitas
minimum inverter dengan kapasitas inverter yang tersedia dipasaran. Berdasarkan
perhitungan kapasitas minimum inverter dibutuhkan inverter berkapasitas W. Pada
penelitian ini menggunakan rating kapasitas inverter 30 kW dan tegangan sistem 360
Volt. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dipilih inverter dengan rating
kapasitas 30kW sebanyak 6inverter terhubung paralel dengan input nominal MPP
Voltage 360 volt. Beban yang disuplai PLTS, kapasitas minimum inverter dan
jumlah kebutuhan inverter untuk pengembangan PLTS di kawasan perumahan
Serang Cilegon dapat diamati pada tabel 12.9 sebagai berikut.

Tabel 12.9 Kapasitas Inverter


Kapasitas Jumlah
Beban yang
No. Perumahan Minimum Kebutuhan
disuplai (kW)
Inverter (kW) Inverter
Kota Cilegon
1 Taman Cilegon Indah 125,572 168,82 6
Perumahan Metro
2 362,424 487,26 17
Cilegon
3 Pondok Cilegon Indah 19,723 26,52 1
Kota Serang
4 Bumi Mutiara Serang 85,664 115,17 4
5 Highland Park 8006,003 10763,63 359
Kabupaten Serang
6 Puri Hijau Regency 1076,007 1446,63 49
7 Griya Serdang Indah 1194,896 1606,47 54
8 Griya Permata Serang 2962,387 3982,76 133
9 Villa Permata Hijau 936,963 1259,69 42
10 Sankyu 1307,380 1757,70 59
11 Mata Raya 77,074 103,62 4
12 Griya Cilegon 817,473 1099,05 37
13 Pesona Cilegon 2487,709 3344,59 112
14 Nusaraya Residence 1 174,447 234,53 8
Harjatani Heritage
15 101,642 136,65 5
Estate
16 Pejanten Mas Estate 862,427 1159,48 39
17 Bumi Baros Chasanah 586,240 837,60 28
18 Bumi Waringin Asri 299,820 403,09 14
19 Bumi Cikande Indah 623,007 788,17 27

194 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


3. Perhitungan Kapasitas Pembangkitan PLTS

Kapasitas pembangkitan PLTS diperoleh dengan mengalikan luas area array,


Peak Solar Insulation (PSI) adalah 1000W/m2 dan efisiensi panel surya yaitu sebesar
12,61% sesuai dengan panel surya yang digunakan pada pengukuran penelitian ini.
Besarnya daya pembangkitan PLTS dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
𝑃Watt peak = 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 𝑥 𝑃𝑆𝐼 𝑥 𝜂𝑝𝑣
= 6273,87𝑚² 𝑥1000W/m² 𝑥 12,61%
= 791135,007 𝑊𝑝 ~ 791,135 𝑘𝑊𝑝

4. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Panel Surya

Panel surya yang digunakan pada penelitian ini sesuai STC memiliki
spesifikasi PMPP sebesar 100W dengan arus keluaran maksimum (Imp) sebesar 5,84
A dan tegangan keluaran maksimum (Vmp) sebesar 17,1 volt. Berdasarkan spesifikasi
panel maka jumlah kebutuhan panel surya diperoleh dengan persamaan (2.12)
sebagai berikut.
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖𝑡𝑎𝑛 (𝑊𝑝)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎 =
Pмрр Panel

791135 𝑊𝑝
=
100 𝑊𝑝

= 7911,35~ 7912 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙

Jumlah pembulatan ke bawah tersebut agar luas area tidak mengurangi 10% luas
area ruang terbuka dikawasan perumahan Serang Cilegon. Sesuai dengan penelitian
(Safarudin, 2013) panel tersebut dibentuk menjadi rangkaian atau array yang
disesuaikan dengan rating tegangan sistem PLTS yaitu sebesar 360V dan kapasitas
pembangkitan sebesar Wp. Agar rating tegangan sistem sesuai dengan 360V maka
pada satu string rangkaian panel surya disusun seri dengan jumlah sebagai berikut.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑢𝑠𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑖 = 360𝑉 ÷ 17,1𝑉


= 21,05 ~ 22
Total panel surya pada sistem PLTS sebanyak 6469988 Panel tersebut dirangkai
sebanyak 22 dengan sususan seri sehingga jumlah string panel surya pada sistem
PLTS yang akan dikembangkan dihitung sebagai berikut.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 = 7912 ÷ 22


= 359,64 ~ 359

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 195


Hasil perhitungan jumlah string sebanyak 359 tersebut agar luas area
pengembangan PLTS tidak mengurangi 10% luas area ruang terbuka di kawasan
perumahan Serang Cilegon yang telah ditetapkan.Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut maka dibutuhkan sebanyak 359 string susunan panel surya dengan masing-
masing string terdiri atas 22 panel surya terhubung seri. Peningkatan jumlah panel
yang tersusun secara seri akan meningkatkan tegangan sedangkan peningkatan
jumlah panel yang tersusun secara paralel akan meningkatkan arus pada energi yang
dihasilkan pada rangkaian tersebut. Energi yang dihasilkan pada rangkaian panel
surya tersebut diperhitungkan sebagai berikut.

𝐼MPP 𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 = 5,84 𝑥 359 = 2096,56 𝐴


𝑉MPP 𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 = 17,1 𝑥 22 = 376,2 𝑉
𝑃MPP𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦 = 2096,56 𝐴 𝑥 376,2 𝑉 = 788725,87 𝑊 ~
788,73 kW

Kebutuhan jumlah panel surya pada pengembangan PLTS di kawasan perumahan


Serang Cilegon dapat diamati pada tabel 12.10 sebagai berikut.
Tabel 12.10 Kebutuhan Panel Surya
Jumlah Kebutuhan Panel
Perumahan Daya Susunan IMPP array VMPP PMPP array Jumlah
Pembangkitan array panel yang
Seri Paralel (A) (kWp)
(kWp) (V) digunakan
Kota Cilegon
Taman Cilegon Indah 791,135 22 359 2096,56 376,2 788,726 7898
Metro Cilegon 2283,368 22 1037 6056,08 376,2 2278,297 22814
Pondok Cilegon Indah 124,258 22 56 327,04 376,2 123,032 1232
Kota Serang
Bumi Mutiara Serang 539,708 22 245 1430,80 376,2 538,267 5390
Highland Park 50440,000 22 22927 133893,68 376,2 50370,802 504394
Kabupaten Serang
Puri Hijau Regency 6779,136 22 3081 17993,04 376,2 6768,982 67782
Griya Serdang Indah 7528,170 22 3421 19978,64 376,2 7515,964 75262
Griya Permata Serang 18663,847 22 8483 49540,72 376,2 18637,219 186626
Villa Permata Hijau 5903,119 22 2683 15668,72 376,2 5894,572 59026

196 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Sankyu 8236,852 22 3744 21864,96 376,2 8225,598 82368
Mata Raya 485,585 22 220 1284,80 376,2 483,342 4840
Griya Cilegon 5150,302 22 2341 13671,44 376,2 5143,196 51502
Pesona Cilegon 15673,246 22 7124 41604,16 376,2 15651,485 156728
Nusaraya Residence 1099,062 22 499 2914,16 376,2 1096,307 10978
Harjatani Heritage 640,374 22 291 1699,44 376,2 5894,572 6402
Estate
Pejanten Mas 5433,523 22 2469 14418,96 376,2 8225,598 54318
Bumi Baros Chasanah 3693,469 22 1678 9799,52 376,2 483,342 36916
Bumi Waringin Asri 1888,945 22 858 5010,72 376,2 5143,196 18876
Bumi Cikande Indah 3693,469 22 1678 9799,52 376,2 3686,579 36916
Jumlah 141637,285 1416162

5. Penentuan Orientasi Panel Surya

Penentuan sudut orientasi panel surya sangat mempengaruhi daya listrik yang
dibangkitkan suatu PLTS. Panel surya akan menghasilkan daya yang optimal saat
membentuk sudut tegak lurus atau 900 terhadap arah datangnya cahaya matahari.
Orientasi panel surya terdiri atas tilt angle dan azimuth angle. Pada penelitian ini tilt
angle dari panel surya menggunakan type fixed tilt angle sehingga diperlukan tilt
angle yang tepat agar pembangkitan listrik panel surya mencapai optimum dalam
tiap tahun. Penentuan tilt angle dilakukan dengan simulasi berbagai variasi sudut tilt
angle. Simulasi dilakukan dengan Solar Cell Module Lucas Nuelle Technical
Training System dengan parameter simulasi sebagai berikut:

a. Latitude simulasi merupakan lokasi pengukuran potensi energi matahari di


kawasan perumahan Serang Cilegon.
b. Tanggal Simulasi : 10 Januari 2014 sampai 10 Desember 2014

Tahapan simulasi yang dilakukan yaitu dengan memasukkan data parameter


untuk tiap tanggal simulasi dan latitude tiap lokasi pengukuran. Hasil simulasi
diperoleh sudut elevasi untuk setiap area pengukuran sebagai berikut. Berdasarkan
data tabel 12.11 bahwa tidak ada perbedaan sudut elevasi yang signifikan sehingga
titl angle pada panel surya tidak ada perbedaan untuk kawasan perumahan Serang
Cilegon. Untuk mengetahui tilt angle type fixed yang optimum untuk kawasan
perumahan Serang Cilegon dalam satu tahun terdapat pada tabel sebagai berikut
(Safarudin, 2013).

Tabel 12.11 Sudut Elevasi Simulasi Orientasi Panel Surya

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 197


Kawasan Perumahan
Bumi Waringin Highland Bumi Cikande
Krakatau Steel
Asri Park Indah
(Kota Cilegon)
Bulan (Kab. Serang) (Kota Serang) (Kab. Serang)
5059'49" LS
6003'56" LS 6008'10" LS 6012'55" LS
Elevasi Elevasi Elevasi Elevasi
Elevasi Elevasi Elevasi Elevasi
Panel Panel Panel Panel
0 0 0 0 0
Jan 62.45 60 62.01 60 61.96 600 61.92 0
600
0 0 0 0 0
Feb 69.76 70 69.32 70 69.27 700 69.23 0
700
Mar 79.730 800 79.290 800 79.240 800 79.20 800
0 0 0 0 0
Apr 88.24 90 88.68 90 88.73 900 88.77 0
900
Mei 78.30 800 78.740 800 78.790 800 78.830 800
0 0 0 0 0
Jun 72.6 70 73.04 70 73.09 700 73.13 0
700
Jul 73.420 700 73.800 700 73.910 700 73.950 700
0 0 0 0 0
Ags 80.48 80 80.92 80 80.97 800 81.0 0
800
0 0 0 0 0
Sep 88.51 90 88.07 90 88.02 900 87.98 0
900
Okt 76.880 800 76.440 800 76.390 800 76.350 800
0 0 0 0 0
Nov 66.71 70 66.27 70 66.22 700 66.18 0
700
Des 61.380 600 60.940 600 60.890 600 60.850 600

Tabel 12.12 Simulasi Daya yang Dihasilkan pada Variasi Posisi TiltAngle (W)
Sudut Daya yang Dihasilkan pada Variasi Posisi TiltAngle (W)
Bulan
Elevasi 0o
10o
20o 30o 40o 50o 60o 70o 80o 90o
Jan 60o 1,95 2,37 2,78 3,19 2,99 2,59 2,38 1,77 1,55 0,76
Feb 70o 2,35 2,78 3,19 2,99 2,59 2,19 1,96 1,36 1,13 0,36
Mar 80o 2,97 3,50 2,99 2,59 2,19 1,77 1,36 0,95 0,53 0,00
Apr 90o 3,38 3,15 2,60 2,19 1,77 1,36 0,94 0,53 0,30 0,00
Mei 80o 2,97 3,50 2,99 2,59 2,19 1,77 1,36 0,95 0,53 0,00
Juni 70o 2,35 2,78 3,19 2,99 2,59 2,19 1,96 1,36 1,13 0,36
Juli 70o 2,35 2,78 3,19 2,99 2,59 2,19 1,96 1,36 1,13 0,36
Agus 80o 2,97 3,50 2,99 2,59 2,19 1,77 1,36 0,95 0,53 0,00
Sept 90o 3,38 3,15 2,60 2,19 1,77 1,36 0,94 0,53 0,30 0,00
Okt 80o 2,97 3,50 2,99 2,59 2,19 1,77 1,36 0,95 0,53 0,00
Nop 70o 2,35 2,78 3,19 2,99 2,59 2,19 1,96 1,36 1,13 0,36
Des 60o 1,95 2,37 2,78 3,19 2,99 2,59 2,38 1,77 1,55 0,76
Total 31,94 36,16 35,48 33,08 28,64 23,74 19,92 13,84 10,34 2,96
Berdasarkan data tersebut diperoleh daya optimum panel surya type fixed berada
pada sudut 100. Sudut tersebut merupakan sudut minimal yang disarankan dengan
tujuan agar hujan dan gaya gravitasi dapat menjaga permukaan panel surya tetap
bersih sehingga energi yang dihasilkan tetap optimal.

198 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Berdasarkan hasil penelitian Hardiansyah (2012) dengan menggunakan solar
tracker diperoleh sudut azimuth optimum panel surya untuk Serang Cilegon sebesar
-150 dari barat. Adapun ilustrasi orientasi panel surya dapat diamati pada gambar
sebagai berikut.

Gambar 12.9 Orientasi Panel Surya [37]

6. Jumlah Kebutuhan Kapasitas Baterai

Perhitungan kebutuhan kapasitas baterai ditentukan besarnya beban yang


harus disuplai PLTS, faktor koreksi temperatur (TFC), tingkat kedalaman
pengosongan maksimum baterai (%Max DOD), tegangan baterai pada sistem
(Vbaterai) dan autonomy days (AD). Beban yang harus disuplai PLTS pada penelitian
ini yaitu beban listrik rumah tangga dikawasan perumahan Serang Cilegon. Adapun
kebutuhan kapasitas baterai dapat diamati pada tabel 12.13 sebagai berikut.
Tabel 12.13 Kebutuhan Kapasitas Baterai

Jumlah Kebutuhan Baterai


Kebutuhan Susunan
Perumahan Jumlah
Kapasitas
baterai
Baterai (Ah) Seri Paralel
Kota Cilegon
Taman Cilegon Indah 100603,66 60 88 5280
Metro Cilegon 64094,22 60 56 3360
Pondok Cilegon Indah 414453,35 60 359 21540
Kota Serang
Bumi Mutiara Serang 16929,43 60 15 900
Highland Park 31248,98 60 27 1620
Kabupaten Serang
Puri Hijau Regency 6913,54 60 6 240
Griya Serdang Indah 271393,46 60 235 9240
Griya Permata Serang 73207,94 60 64 2460
Villa Permata Hijau 24117,19 60 21 840
Sankyu 77645,78 60 68 2640

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 199


Mata Raya 6811,88 60 6 240
Griya Cilegon 50696,56 60 44 1740
Pesona Cilegon 46441,44 60 41 1560
Nusaraya Residence 6285,12 60 6 240
Harjatani Heritage Estate 54551,71 60 48 1860
Pejanten Mas 32541,67 60 29 1080
Bumi Baros Chasanah 6032,40 60 6 5940
Bumi Waringin Asri 56809,15 60 50 2820
Bumi Cikande Indah 44499,29 60 39 2340
Jumlah 1385276,77 72480

Adapun tabel 12.13 diperoleh berdasarkan perhitungan terhadap total beban energi
rata-rata harian di setiap kawasan perumahan. Pada perumahan Taman Cilegon
Indah dengan rata-rata beban energi 7871,23 kWh/hari. Sehingga besarnya nilai
kapasitas baterai diperoleh dengan persamaan berikut.
𝐸𝐿
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝐴ℎ𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖 (𝐼) = × 𝐴𝐷(2.13)
(%𝑀𝑎𝑥𝐷𝑂𝐷) × (𝑇𝐶𝐹) × 𝑉𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖

7871,2 𝑘𝑊ℎ/ℎ𝑎𝑟𝑖
= 𝑥3
(0,8)𝑥(0,815)𝑥(360)

= 100603,272 Ah

Kebutuhan kapasitas baterai 100603,272 Ah pada penelitian ini


menggunakan baterai dengan kapasitas 1156 Ah dengan tegangan 6 volt. Untuk
memenuhi tegangan 360V maka dibutuhkan 87,03 88string dengan setiap string
terdiri atas 60 baterai terangkai seri. Sehingga kebutuhan total baterai sistem PLTS
sebanyak 5280 unit.

E. PERHITUNGAN BIAYA PLTS

1. Perhitungan Biaya Investasi Awal PLTS

Biaya investasi awal yang harus dikeluarkan dalam pembuatan PLTS


meliputi biaya komponen utama PLTS maupun pendukung lainnya. Berdasarkan
penelitian (Safarudin, 2013) komponen utama PLTS antara lain modul panel surya,
Baterai dan Inverter.Berdasarkan sumber yang diperoleh dari salah satu supplier
yaitu CV. Prima Usaha Lancar diperoleh harga untuk panel surya sebesar US$ 119,
kemudian GoGreenSolar diperoleh harga untuk baterai 1156 Ahsebesar US$ 1455
dan Solar.e-aruhaz diperoleh harga untuk inverter 30 kW sebesar US$ 8010.Pada
penelitian ini biaya instalasi dan utiltitas sebesar US$ 5245 berdasarkan penelitian

200 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Safarudin, 2013. Adapun biaya investasi awal ditunjukkan pada tabel sebagai
berikut.

Tabel 12.14 Biaya Investasi Awal PLTS

Harga
Total Harga
No. Komponen Jumlah Satuan
($)
($)
1. Panel Surya 100Wp 7898 119 939862
2. Baterai 1156Ah 5280 1455 7682400
3. Inverter 30kW 6 8010 48060
4. Instalasi dan utilitas PLTS 5245 5245
Jumlah 8675567

2. Biaya Operasional dan Pemeliharaan PLTS

Biaya operasional maupun pemeliharaan PLTS merupakan biaya yang harus


dilalukan untuk keberlangsungan sistem PLTS. Besarnya biaya operasional dan
pemeliharaan per tahun suatu sistem PLTS biasanya berkisar 1 hingga 2 % dari biaya
investasi awal (Santiari, 2011; Safarudin, 2013). Pertimbangan 1% biaya operasional
dan pemeliharaan dari biaya investasi awal karena wilayah Indonesia yang berada
pada daerah khatulistiwa yang menyebabkan hanya dua musim saja yaitu musim
panas dan musim hujan sehingga perawatan PLTS yang dilakukan lebih mudah dari
pada perawatan daerah dengan empat musim setiap tahunnya. Besarnya Biaya
operasional dan pemeliharaan PLTS setiap tahunnya (M) adalah sebagai berikut.
(M) = 1% x Biaya Investasi Awal
= 1% x 8675567
= $ 86755,67

3. Biaya Siklus Hidup (Life Cycle Cost)

Pada sistem PLTS, biaya siklus hidup merupakan semua biaya yang harus
dikeluarkan untuk keberlangsungan suatu sistem PLTS yang ditentukan dengan nilai
sekarang dari total biaya sistem PLTS. Besarnya biaya siklus hidup pada erupakan
akumulasi dari biaya investasi awal (C), biaya jangka panjang operasional dan
pemeliharaan (Mpw) serta biaya pengantian komponen pada sistem PLTS. Biaya
jangka panjang operasional dan pemeliharaan (Mpw) dipengaruhi oleh jangka operasi
PLTS dan besarnya tingkat diskonto (i). Pada penelitian ini diasumsikan beroperasi
selama 25 tahun. Hal ini mengacu pada jaminan (warranty) yang dikeluarkan dari
produsen panel surya. Penentuan tingkat diskonto berdasarkan pada data Bank

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 201


Indonesia tingkat rata-rata suku bunga kredit investasi pada tahun 2012 sebesar
10,04%. Tingkat suku bunga tersebut sebagai acuan dalam analisa perhitungan biaya
siklus hidup (LCC) pada penelitian ini. Sehingga besarnya nilai sekarang untuk biaya
jangka panjang operasional dan pemeliharaan (Mpw) diperoleh dengan perhitungan
sebagai berikut.
(1 + 𝑖)n − 1
Mpw = 𝐴[ ]
𝑖(1 + 𝑖)n
(1 + 0,1004)25 − 1
= 86755,67 [ ] = $ 785068,91
0,1004(1 + 0,1004)25

Biaya siklus hidup dari PLTS yang akan dikembangkan di kawasan perumahan
Serang Cilegon berdasarkan biaya investasi awal (C) dan perhitungan Mpw dengan
persamaan 2.17 sebagai berikut.

𝐿𝐶𝐶 = 𝐶 + 𝑀𝑃𝑊 = 86755,67 + 785068,91 = $ 9460635,91

4. Biaya Energi PLTS

Biaya energi (Cost of Energy) suatu sistem PLTS dipengaruhi oleh biaya
siklus hidup (LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan kWh produksi tahunan.
Faktor pemulihan modal merupakan konversi semua arus kas biaya siklus hidup
(LCC) menjadi biaya tahunan. Faktor pemulihan modal CRF diperoleh dengan
persamaan 2.20 sebagai berikut.
𝑖(1 + 𝑖)n
𝐶𝑅𝐹 =
(1 + 𝑖)n − 1
0,1004(1 + 0,1004)25 1,0977
= = = 0,1105
(1 + 0,1004)25 − 1 9,934

kWh produksi tahunan pada sistem PLTS yang akan dikembangkan dikawasan
perumahan Taman Cilegon Indah diperoleh dari hasil simulasi yaitu 553658 kWh.
Berdasarkan hasil perhitunan LCC, CRF dan kWh produksi tahun sistem PLTS maka
diperoleh biaya energy (COE) dengan persamaan 2.21 sebagai berikut.

𝐿𝐶𝐶 × 𝐶𝑅𝐹
𝐶𝑂𝐸 =
𝐴 𝑘𝑊ℎ
9460635,91 × 0,1105
= 𝐶𝑂𝐸 = $ 1,888 /𝑘𝑊ℎ
553658

202 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Biaya awal investasi, Biaya Operasional dan Pemeliharaan setiap tahun (M),
Biaya Operasional dan pemeliharan jangka panjang (MPW), Biaya siklus Hidup
(LCC) dan biaya energi PLTSper kWh (COE) dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 12.15 Biaya Investasi PLTS di Kawasan Perumahan Serang Cilegon

Biaya PLTS
Perumahan Investasi M MPW LCC COE
Awal (US$) (US$) (US$) (US$) (US$/kWh)
Kota Cilegon
Taman Cilegon Indah 8675567 86755,67 785068,91 9460635,91 1,888

Metro Cilegon 7745081 77450,81 700867,42 8445948,42 0,592

Pondok Cilegon Indah 31500563 315005,63 2850547,14 34351110,14 41,965


Kota Serang
Bumi Mutiara Serang 1988195 19881,95 179915,6277 2168110,63 0,645

Highland Park 65871921 658719,21 5960878,089 71832799,09 0,235


Kabupaten Serang
Puri Hijau Regency 8987593 89875,93 813304,75 9800897,75 0,236

Griya Serdang Indah 29909463 299094,63 2706565,41 32616028,41 0,712

Griya Permata Serang 28866269 288662,69 2612164,75 31478433,75 0,278

Villa Permata Hijau 9199059 91990,59 832440,72 10031499,72 0,281

Sankyu 16216027 162160,27 1467419,78 17683446,78 0,353

Mata Raya 1137045 11370,45 102893,41 1239938,41 0,039

Griya Cilegon 10271553 102715,53 929492,78 11201045,78 0,118

Pesona Cilegon 23132297 231322,97 2093286,49 25225583,49 0,265

Nusaraya Residence 1899507 18995,07 171890,08 2071397,08 0,306

Harjatani Heritage 4997533 49975,33 452236,47 5449769,47 1,316

Pejanten Mas 9313177 93131,77 842767,48 10155944,48 0,307

Bumi Baros Chasanah 5423837 54238,37 490813,55 5914650,55 0,248

Bumi Waringin Asri 6728629 67286,29 608886,71 7337515,71 0,623

Bumi Cikande Indah 8019219 80192,19 725674,70 8744893,70 0,384

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 203


5. Net Present Value

Net present value (NPV) pada sistem PLTS yang akan dikembangkan dengan
suku bunga kredit bank 10,04% maka diperoleh dengan persamaan 2.22 sebagai
berikut.
𝑛 NCFt
𝑁𝑃𝑉 = ∑
𝑡=1 (1+i)
t

NCFt merupakan perkalian antara kWh produksi tahunan sistem PLTS dan biaya
energi. Sehingga NCFt adalah sebagai berikut.
𝑁𝐶𝐹𝑡 = (𝐴 𝑘𝑊ℎ 𝑥 𝐶𝑂𝐸) − 𝑀
= (553658 𝑥 1,888) − 86755,67 = $ 958644,598

Berdasarkan perhitungan NCFt maka NPV pengembangan sistem PLTS adalah


sebagai berikut.
1
𝑁𝑃𝑉 = 958644,598 𝑥 = $ 871178,297
(1 + 0,1004)1

6. Alur Kas

Perhitungan pendapatan dan biaya pengeluaran pada alur kas diproyeksikan


selama 25 tahun sesuai dengan life time dari sistem PLTS yang dikembangkan
dengan faktor diskonto sebesar 10,04%. Adapun perhitungan alur kas pada sistem
PLTS dengan memakai baterai dapat diamati pada tabel sebagai berikut.

Tabel 12.16 Perhitungan Alur Kas Sistem PLTS Perumahan Taman Cilegon Indah

Taman Cilegon Indah


Investasi Arus Kas Arus Kas Arus Kas Discount Present Kumulatif
Tahun Awal masuk Keluar Bersih Factor Value NCF PVNCF
(US$) (US$) (US$) (US$) (US$) (US$) (US$)
0 8675567 1

1 1045400,27 86755,67 958644,60 0,909 871178,30 871178,297

2 1045400,27 86755,67 958644,60 0,826 791692,38 1662870,679

3 1045400,27 86755,67 958644,60 0,750 719458,73 2382329,405

4 1045400,27 86755,67 958644,60 0,682 653815,64 3036145,041

204 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


5 1045400,27 86755,67 958644,60 0,620 594161,79 3630306,833

6 1045400,27 86755,67 958644,60 0,563 539950,74 4170257,571

7 1045400,27 86755,67 958644,60 0,512 490685,88 4660943,447

8 1045400,27 86755,67 958644,60 0,465 445915,92 5106859,365

9 1045400,27 86755,67 958644,60 0,423 405230,75 5512090,115

10 1045400,27 86755,67 958644,60 0,384 368257,68 5880347,795

11 1045400,27 86755,67 958644,60 0,349 334658,01 6215005,810

12 1045400,27 86755,67 958644,60 0,317 304123,97 6519129,778

13 1045400,27 86755,67 958644,60 0,288 276375,83 6795505,613

14 1045400,27 86755,67 958644,60 0,262 251159,43 7046665,041

15 1045400,27 86755,67 958644,60 0,238 228243,76 7274908,796

16 1045400,27 86755,67 958644,60 0,216 207418,90 7482327,693


17 1045400,27 86755,67 958644,60 0,197 188494,09 7670821,784
18 1045400,27 86755,67 958644,60 0,179 171295,98 7842117,759
19 1045400,27 86755,67 958644,60 0,162 155667,01 7997784,767
20 1045400,27 86755,67 958644,60 0,148 141464,02 8139248,787
21 1045400,27 86755,67 958644,60 0,134 128556,91 8267805,693
22 1045400,27 86755,67 958644,60 0,122 116827,43 8384633,125
23 1045400,27 86755,67 958644,60 0,111 106168,15 8490801,275
24 1045400,27 86755,67 958644,60 0,101 96481,42 8587282,691
25 1045400,27 86755,67 958644,60 0,091 87678,49 8674961,186
26 1045400,27 86755,67 958644,60 0,083 79678,75 8754639,935

7. Discounted Payback Period (DPP)

Perhitungan Discounted Payback Period (DPP) diperoleh dengan


menghitung periode nilai sekarang arus kas bersih kumulatif (Kumulatif PVNCF)
dalam tahun akan sama dengan nilai investasi awal. Pada tabel 12.16 menunjukkan
bahwa pada tahun ke-25, Kumulatif PVNCF mendekati nilai investasi awal dengan
kekurangan sebesar US$ 605,814. Selisih Kumulatif PVNCF tahun ke-25 dan tahun
ke-26 adalah sebesar US$ 79678,749. Untuk dapat menutupi kekurangan tersebut

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 205


maka diperhitungkan dengan 605,814/79678,749 = 0,076 dari 12 bulan maka
diperlukan sekitar 1 bulan. DPP dengan jangka waktu 25 tahun 1 bulan
menunjukkan bahwa investasi yang akan dikembangkan di kawasan perumahan
Serang Cilegon tidak layak untuk dilaksanakan. Hal ini disebabkan waktu DPP lebih
besar dari periode umur proyek yang ditetapkan selama 25 tahun.

F. Kontribusi PLTS

Pemanfaatan energi terbarukan pada jaringan kelistrikan memiliki dampak


positif diantaranya penurunan emisi gas buang yang mencemari udara, mengurangi
limbah produksi pembangkit listrik konvensional dan meningkatkan rasio elektrifitas
pada jaringan. Kontribusi PLTS pada kawasan perumahan Serang Cilegon yang akan
dikembangkan merupakan hasil simulasi yang dilakukan pada software PvSyst. Hasil
simulasi software PvSyst yaitu diperoleh energi konversi dan energi suplai setiap
bulan selama satu tahun. Energi konversi merupakan energi keluaran diperoleh panel
surya yang diteruskan ke inverter. Energi suplai merupakan energi keluaran inverter
dan baterai yang siap didistribusikan ke beban. Beban energi merupakan beban
energi yang harus disalurkan PLTS.Data beban energi yang disuplai PLTS
merupakan data pemakaian energi listrik PLN di kawasan perumahan Serang
Cilegon. Sebagai salah satu parameter simulasi maka data insolasi matahari yang
digunakan adalah data BMKG pada tahun 2012.Kontribusi PLTS di kawasan
perumahan Serang Cilegon dapat diamati sebagai berikut.

1. Kota Cilegon

Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di


kawasan perumahan Taman Cilegon Indah dapat diamati pada tabel berikut.

Tabel 12.17 Hasil Simulasi PvSyst Taman Cilegon Indah

Beban
Energi Konversi Energi Suplai Kekurangan
Bulan Energi*
(kWh) (kWh) Energi (kWh)
(kWh)
Januari 59182 54433 203468 257901
Februari 47166 43374 208485 251859
Maret 49847 45831 192860 238691
April 53129 48847 208866 257713
Mei 49725 45708 222466 268174
Juni 52320 48109 218110 266219

206 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Juli 52122 47923 215218 263141
Agustus 53013 48723 150733 199456
September 54291 49925 152151 202076
Oktober 47993 44146 175049 219195
November 46409 42675 189277 231952
Desember 37007 33964 182658 216622
Total 602203 553658 2319341 2872999
*) Sumber PLN APJ Banten Utara 2013 [48]

Pada Tabel 12.17 di atas energi suplai per tahun PLTS sebesar 553658 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan kebutuhan beban per tahun sebesar 2872999
kWh. Sehingga terjadi kekurangan energi sebesar 2319341 kWh atau hanya dapat
memenuhi kebutuhan beban listrik 19,27%. Namun apabila disuplai berdasarkan
kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata 1516,87 kWh/hari maka
diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.18 Beban Listrik Rumah Tangga Taman Cilegon Indah
(PLN APJ Banten Utara, 2013)

Daya
Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
450 R1 71 368813 1010,45
900 R1 193 570710 1563,59
1300 R1 246 913615 2503,05
2200 R1 146 697235 1910,23
3500 R2 17 149115 408,53
4400 R2 11 66461 182,08
5500 R2 1 5126 14,04
6600 R3 3 33831 92,69
10,600 R3 4 68093 186,56

1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 506,42 kWh.
2. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 900watt 97,01% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 900watt
sebanyak 187 rumah.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 60,6% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 1300 watt
sebanyak 149 rumah.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 207


4. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 79,41% dari total kebutuhan
energi memenuhi 100% dengan kapasitas daya 2200 watt sebanyak 115 rumah.
5. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 3500watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 1108,34 kWh.
6. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 4400watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 1334,79kWh.
7. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 5500watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 1502,83 kWh.
8. Rumah dengan kapasitas daya 6600watt 100% dapat terpenuhi dan sistem PLTS
mempunyai kelebihan energi 1424,18 kWh.
9. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 10600watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 1330,31 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikanlistrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Taman Cilegon Indah
bertarif golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 66buah, bertarif
golongan 900VA sejumlah 44buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44buah,
bertarif golongan 2200VA sejumlah 66buah, bertarif golongan 3500VA sejumlah
88buah, bertarif golongan 4400VA sejumlah 66buah, bertarif golongan 5500VA
sejumlah 66buah, bertarif golongan 6600VA sejumlah 110buah.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Taman Cilegon Indah dihasilkan energi konversi
pada bulan Maret sebesar 51683 kWh, pada bulan April sebesar 51808 kWh dan
pada bulan Mei sebesar 51672 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret
sebesar 47530 kWh, pada bulan April sebesar 47631 kWh dan pada bulan Mei
sebesar 47488 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase
kemampuan energi suplai terhadap energi kebutuhan beban pada bulan Maret
19,91%, pada bulan April 18,48% dan pada bulan Mei 17,71%.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Taman Cilegon Indah dihasilkan energi konversi
pada bulan Maret sebesar 51683 kWh, pada bulan April sebesar 51808 kWh dan
pada bulan Mei sebesar 51672 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret
sebesar 47530 kWh, pada bulan April sebesar 47631 kWh dan pada bulan Mei
sebesar 47488 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase
kemampuan energi suplai terhadap energi kebutuhan beban pada bulan Maret
19,91%, pada bulan April 18,48% dan pada bulan Mei 17,71%.
Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di kawasan
perumahan Metro Cilegon dapat diamati pada tabel 12.19 sebagai berikut.
Tabel 12.19 Hasil Simulasi PvSyst Metro Cilegon

208 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Energi Energi Kekurangan
Beban Energi*
Bulan Konversi Suplai Energi
(kWh)
(kWh) (kWh) (kWh)
Januari 168370 154860 0 150759
Februari 134553 123734 35148 158882
Maret 142200 130742 10176 140918
April 151207 139022 9030 148052
Mei 141750 130301 34799 165100
Juni 148965 136975 22773 159748
Juli 148446 136489 19802 156291
Agustus 150850 138646 4900 143546
September 154491 142066 0 140795
Oktober 136928 125954 27856 153810
November 132358 121713 40254 161967
Desember 105762 97076 53433 150509
Total 1715881 1577579 252798 1830377
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013 [48]

Pada Tabel 12.19 di atas total energi suplai PLTS sebesar 1577579 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 1830377 kWh.
Kekurangan energi suplai tahunan sebesar 252798 kWh atau hanya dapat memenuhi
kebutuhan beban listrik sebesar 86,19%. Namun apabila disuplai berdasarkan
kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata 4322,13 kWh/hari maka
diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.20 Beban Listrik Rumah Tangga Cilegon (PLN APJ Banten, 2013)

Daya
Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
450 R1 2 5057 13,85
900 R1 166 512481 1404,06
1300 R1 253 873516 2393,19
2200 R1 59 317444 869,71
3500 R2 12 72521 198,69
4400 R2 5 49358 135,23

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 209


1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 4308,28 kWh.
2. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 2918,07 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 1928,94 kWh.
4. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 3452,42 kWh.
5. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 3500watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 4123,44 kWh.
6. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 4400watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 4186,9 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga untuk
setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap beban
rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Metro Cilegon bertarif
golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 44 buah, bertarif golongan
900VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah, bertarif
golongan 2200VA sejumlah 66 buah, bertarif golongan 3500VA sejumlah 66
buahdan bertarif golongan4400VA sejumlah 110 buah.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Metro Cilegon dihasilkan energi konversi pada
bulan Maret sebesar 147348 kWh, pada bulan April sebesar 147480 kWh dan pada
bulan Mei sebesar 147075 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret
sebesar 135506 kWh, pada bulan April sebesar 135590 kWh dan pada bulan Mei
sebesar 135169 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase
kemampuan energi suplai terhadap energi kebutuhan beban pada bulan Maret
96,16%, pada bulan April 91,58% dan pada bulan Mei 81,87%.
Selanjutnya kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit
listrik di kawasan perumahan Pondok Cilegon Indahuntuk mensuplai kebutuhan
beban listrik rumah tangga dalam satu tahun disimulasikan dengan software PvSyst
yang dapat diamati pada tabel 12.21 sebagai berikut.

Tabel 12.21 Hasil Simulasi PvSyst Pondok Cilegon Indah

Energi Energi Kekurangan


Beban Energi*
Bulan Konversi Suplai Energi
(kWh)
(kWh) (kWh) (kWh)
Januari 9719 8940 961529 970469
Februari 7673 7056 982887 989943
Maret 8113 7459 926490 933949
April 8715 8013 992484 1000497

210 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Mei 8111 7455 1026846 1034301
Juni 8570 7880 1007158 1015038
Juli 8528 7841 1015493 1023334
Agustus 8706 8001 928434 936435
September 8909 8193 933437 941630
Oktober 7807 7180 967679 974859
November 7551 6943 1034406 1041349
Desember 5985 5491 968498 973989
Total 98387 90452 11745341 11835793
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013 [48]

Pada Tabel 12.21 di atas total energi suplai PLTS sebesar 90452 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 11835793kWh.
Kekurangan energi suplai tahunan sebesar 11745341kWh atau hanya dapat
memenuhi kebutuhan beban listrik sebesar 0,76%. Namun apabila disuplai
berdasarkan kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata 247,81 kWh/hari
maka diperoleh sebagai berikut.

Tabel 12.22 Beban listrik rumah tangga Pondok Cilegon Indah (PLN APJ
Banten Utara, 2013)
Daya Beban rata-
Golongan Jumlah Beban per
Terpasang rata per hari
Tarif Pelanggan tahun (kWh)
(watt) (kWh)
450 R1 206 328357 899,61
900 R1 1570 3984661 10916,88
1300 R1 1081 3648890 9996,96
2200 R1 600 2691469 7373,89
3500 R2 51 346389 949,01
4400 R2 59 469877 1287,33
5500 R2 2 20906 57,28
6600 R3 14 157402 431,24
7,700 R3 2 52202 143,02
10,600 R3 6 87765 240,45
13200 R3 1 6336 17,36
23000 R3 1 41539 113,81

1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 27,55% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 450watt
sebanyak 56 rumah.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 211


2. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 900watt 2,27% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 900watt
sebanyak 35 rumah.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 2,48% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 1300watt
sebanyak 26 rumah.
4. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 3,36% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 2200watt
sebanyak 20 rumah.
5. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 3500watt 26,11% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 3500watt
sebanyak 13 rumah
6. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 4400watt 19,25% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 4400watt
sebanyak 11 rumah
7. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 5500watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 190,53 kWh.
8. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 6600watt 57,46% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 6600watt
sebanyak 8 rumah
9. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 7700watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 104,79 kWh.
10. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 10600watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 7,36 kWh.
11. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 13200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 230,45 kWh.
12. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 23000watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 134 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Pondok Cilegon Indah
bertarif golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif
golongan 900VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah,
bertarif golongan 2200VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 3500VA sejumlah
66 buah, bertarif golongan 4400VA sejumlah 88 buah, bertarif golongan 5500VA
sejumlah 110 buah, bertarif golongan 6600VA sejumlah 110 buah, bertarif golongan
7700VA sejumlah 264 buah, bertarif golongan 10600VA sejumlah 154 buah, bertarif
golongan 13200VA sejumlah 66 buah dan bertarif golongan 23000VA sejumlah 396
buah.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Pondok Cilegon Indah dihasilkan energi
konversi pada bulan Maret sebesar 8419 kWh, pada bulan April sebesar 8493 kWh
dan pada bulan Mei sebesar 8476 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan

212 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Maret sebesar 7742 kWh, pada bulan April sebesar 7808 kWh dan pada bulan Mei
sebesar 7789 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase kemampuan
energi suplai terhadap energi kebutuhan beban pada bulan Maret 0,83%, pada bulan
April 0,78% dan pada bulan Mei 0,75%.

2. Kota Serang
Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di
kawasan perumahan Bumi Mutiara Serang dapat diamati pada tabel 4.23 sebagai
berikut.
Tabel 12.23 Hasil Simulasi PvSyst Bumi Mutiara Serang

Energi Konversi Energi Suplai Kekurangan Beban Energi*


Bulan
(kWh) (kWh) Energi (kWh) (kWh)
Januari 39650 36468 5517 41985
Februari 31704 29155 7654 36809
Maret 33507 30807 4342 35149
April 35612 32742 10512 43254
Mei 33394 30697 14078 44775
Juni 35085 32261 12352 44613
Juli 34967 32150 10442 42592
Agustus 35527 32653 1880 34533
September 36384 33458 0 33410
Oktober 32265 29679 13358 43037
November 31185 28677 14050 42727
Desember 24931 22884 17696 40580
Total 404211 371632 111832 483464
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013
Pada Tabel 12.23 di atas total energi suplai PLTS sebesar 371632 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 483464 kWh.
Kekurangan energi suplai tahunan sebesar 111832 kWh atau hanya dapat memenuhi
kebutuhan beban listrik sebesar 76,87%. Namun apabila disuplai berdasarkan
kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata 1018,17 kWh/hari maka
diperoleh sebagai berikut.

Tabel 12.24 Beban Listrik Rumah Tangga Bumi Mutiara Serang (PLN APJ Banten
Utara, 2013)
Daya
Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
900 R1 228 429915 1177,85
1300 R1 22 47063 128,94
2200 R1 2 6486 17,77

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 213


1. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 900watt 86,44% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 90watt
sebanyak 197 rumah
2. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 889,23 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 1000,4 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Bumi Mutiara Serang
bertarif golongan 900VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif
golongan 1300VA sejumlah 22 buah dan bertarif golongan 2200VA sejumlah 44
buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan dari 22 disebabkan untuk
memenuhi tegangan sistem masukan inverter. Kebutuhan panel surya tersebut juga
tingkat pemakaian energi.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari dan temperatur
panel surya berdasarkan hasil pengukuran untuk perumahan Bumi Mutiara Serang
dihasilkan energi konversi pada bulan Maret sebesar 34715 kWh, pada bulan April
sebesar 34735 kWh dan pada bulan Mei sebesar 34640 kWh. Energi suplai yang
dihasilkan pada bulan Maret sebesar 31925 kWh, pada bulan April sebesar 31935
kWh dan pada bulan Mei sebesar 31836 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut
maka presentase kemampuan energi suplai terhadap energi kebutuhan beban pada
bulan Maret 90,82%, pada bulan April 73,83% dan pada bulan Mei 71,1%.
Selanjutnya kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit
listrik di kawasan perumahan Highland Parkyang merupakan salah satu lokasi
pengujian potensi energi matahari sebagai pembangkit listrik disimulasikan dengan
software pvsyst untuk mensuplai beban energi rumah tangga dalam satu tahun yang
dapat diamati pada tabel 12.25 sebagai berikut.

Tabel 12.25 Hasil Simulasi PvSyst Highland Park


Beban
Energi Konversi Energi Suplai Kekurangan
Bulan Energi*
(kWh) (kWh) Energi (kWh)
(kWh)
Januari 3587858 3299970 0 104765
Februari 2884270 2652351 0 98485
Maret 3051575 2805657 0 103774
April 3227016 2967035 0 108120
Mei 3034224 2789184 0 121160
Juni 3180233 2924236 0 117122
Juli 3173837 2918247 0 119990

214 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Agustus 3218042 2957816 0 107459
September 3295689 3030600 0 110941
Oktober 2938343 2702969 0 116147
November 2837362 2609382 0 118747
Desember 2279256 2092601 0 108731
Total 36707706 33750047 0 1335441
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013

Pada Tabel 12.25 di atas total energi suplai PLTS sebesar 33750047 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 1335441 kWh.
Kebutuhan energi listrik dapat terpenuhi dan memiliki kelebihan energi suplai
tahunan sebesar 32414606kWh. Namun apabila disuplai berdasarkan kategori daya
terpasang dengan energi suplai rata-rata 92465,9 kWh/hari maka diperoleh berikut.

Tabel 12.26 Beban Listrik Rumah Tangga Highland Park


(PLN APJ Banten Utara, 2013)

Daya Terpasang Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata per


(watt) Tarif Pelanggan tahun (kWh) hari (kWh)
450 R1 20 27088 74,21
900 R1 307 572296 1567,93
1300 R1 137 421981 1156,11
2200 R1 52 255054 698,78
3500 R2 4 33375 91,44
4400 R2 3 25647 70,27

1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 92391,69 kWh.
2. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 90897 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 91309,79 kWh.
4. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 91767,12 kWh.
5. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 3500watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 92374,46 kWh.
6. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 4400watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 92395,63 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Highland Park bertarif

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 215


golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif golongan
900VA sejumlah 22 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah, dan bertarif
golongan 2200VA sejumlah 66 buah, bertarif golongan 3500VA sejumlah 88 buah,
dan bertarif golongan 4400VA sejumlah 88 buah. Kebutuhan panel surya merupakan
kelipatan dari 22 untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Highland Park dihasilkan energi konversi pada
bulan Maret sebesar 3157316 kWh, pada bulan April sebesar 3147679 kWh dan pada
bulan Mei sebesar 3140417 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret
sebesar 2903581 kWh, pada bulan April sebesar 2893947 kWh dan pada bulan Mei
sebesar 2886283 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase
kebutuhan beban terhadap energi suplai pada bulan Maret 3,57%, pada bulan April
3,74% dan pada bulan Mei 4,2%.

3. Kabupaten Serang
Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di
Kabupaten Serang yaitu di kawasan perumahan Puri Hijau Regency dapat diamati
pada tabel 12.27 sebagai berikut. Pada Tabel 12.27 di atas total energi suplai PLTS
sebesar 4586608 kWh. Energi tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan
beban sebesar 197434 kWh. Energi suplai mampu memenuhi kebutuhan energi
listrik dan mempunyai kelebihan energi sebesar 4389174 kWh. Namun apabila
disuplai berdasarkan kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata 12566
kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.27 Hasil Simulasi PvSyst Puri Hijau Regency

Energi Konversi Energi Suplai Kekurangan Beban Energi*


Bulan
(kWh) (kWh) Energi (kWh) (kWh)

Januari 488259 449080 0 16230


Februari 391766 360264 0 16730
Maret 414239 380859 0 15638
April 438916 403552 0 16117
Mei 412266 378970 0 17104
Juni 432500 397686 0 17202
Juli 431393 396652 0 17050
Agustus 437730 402328 0 15477
September 448313 412255 0 15492
Oktober 398911 366952 0 16809
November 385330 354360 0 17626
Desember 308977 283651 0 15959
Total 4988602 4586608 0 197434
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013

216 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Tabel 12.28 Beban Listrik Rumah Tangga Puri Hijau Regency
(PLN APJ Banten Utara, 2013)
Daya
Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
900 R1 53 171184 469,00
1300 R1 2 9292 25,46
2200 R1 2 16958 46,46

1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 12097 kWh.
2. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 12540,54 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 12519,54 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Puri Hijau Regency
bertarif golongan 900VA membutuhkan panel surya sejumlah 44 buah, bertarif
golongan 1300VA sejumlah 44 buah dan bertarif golongan 2200VA sejumlah 88
buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan dari 22 disebabkan untuk
memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Puri Hijau Regency dihasilkan energi konversi
pada bulan Maret sebesar 428852 kWh, pada bulan April sebesar 428102 kWh dan
pada bulan Mei sebesar 427032 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan
Maret sebesar 394387 kWh, pada bulan April sebesar 393591 kWh dan pada bulan
Mei sebesar 392470 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase
kebutuhan beban terhadap energi suplai pada bulan Maret 3,97%, pada bulan April
4,09% dan pada bulan Mei 4,36%.
Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di
kawasan perumahan Griya Serdang Indah disimulasikan dengan software PvSyst
untuk mensuplai beban energi rumah tangga dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 12.29 Hasil Simulasi PvSyst Griya Serdang Indah
Energi Konversi Energi Suplai Kekurangan Beban Energi*
Bulan
(kWh) (kWh) Energi (kWh) (kWh)
Januari 538862 495623 0 318184
Februari 432767 397969 0 334510
Maret 457718 420833 0 302004

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 217


April 484528 445491 0 322763
Mei 455331 418557 0 347306
Juni 477466 439033 0 334923
Juli 476371 438008 0 336889
Agustus 483192 444116 0 314341
September 494863 455060 0 312776
Oktober 440758 405449 0 323158
November 425685 391477 0 346506
Desember 341632 313642 2349 315991
Total 5509174 5065257 0 3909351
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013 [48]
Pada Tabel 12.29, total energi suplai PLTS sebesar 5065257 kWh. Energi tersebut
disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 3909351 kWh. Total
energi suplai tahunan mempunyai kelebihan 1155906 kWh, namun terdapat
kekurangan energi pada bulan Desember sebesar 2349 kWh. Apabila energi suplai
disalurkan berdasarkan kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata
13877,4 kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.30 Beban Listrik Rumah Tangga Griya Serdang Indah
(PLN APJ Banten Utara, 2013)
Daya
Golongan Jumlah Beban rata-rata Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan per tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
450 R1 31 61246 167,80
900 R1 485 1340921 3673,76
1300 R1 405 1460327 4000,90
2200 R1 178 903243 2474,64
3500 R2 11 54613 149,62
4400 R2 6 54823 150,20
6600 R3 1 34178 93,63
1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 13709,6 kWh.
2. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 10203,64 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 9876,5 kWh.
4. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 11402,76 kWh.
5. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 3500watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 13727,78 kWh.
6. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 4400watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 13727,2 kWh.

218 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


7. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 6600watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 13783,77 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Griya Serdang Indah
bertarif golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif
golongan 900VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah,
bertarif golongan 2200VA sejumlah 66 buah, bertarif golongan 3500VA sejumlah
66 buah, bertarif golongan 4400VA sejumlah 88 buah dan bertarif golongan 4400VA
sejumlah 330 buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan dari 22 disebabkan
untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Griya Serdang Indah dihasilkan energi konversi
pada bulan Maret sebesar 473731 kWh, pada bulan April sebesar 472594kWh dan
pada bulan Mei sebesar 471459 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan
Maret sebesar 435659 kWh, pada bulan April sebesar 434498 kWh dan pada bulan
Mei sebesar 433305 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase
kebutuhan beban terhadap energi suplai pada bulan Maret 69,32%, pada bulan April
74,28% dan pada bulan Mei 80,15%.
Selanjutnya kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit
listrik di kawasan perumahan Griya Permata Serang disimulasikan dengan software
PvSyst untuk mensuplai beban energi rumah tangga dapat diamati pada tabel 12.31
sebagai berikut.
Tabel 12.31 Hasil Simulasi PvSyst Griya Permata Serang
Beban
Energi Konversi Energi Suplai Kekurangan
Bulan Energi*
(kWh) (kWh) Energi (kWh)
(kWh)
Januari 1328889 1222259 0 172412
Februari 1068123 982237 0 160668
Maret 1130020 1038955 0 154245
April 1195183 1098893 0 174993
Mei 1123684 1032936 0 191560
Juni 1177840 1083028 0 185472
Juli 1175418 1080761 0 185713
Agustus 1191862 1095482 0 169839
September 1220625 1122445 0 164430
Oktober 1088102 1000940 0 183586
November 1050734 966306 0 187510
Desember 843930 774813 0 174439
Total 13594409 12499054 0 2104867
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 219


Pada Tabel 12.31 di atas total energi suplai PLTS sebesar 12499054 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan 2104867 kWh. Total energi
suplai tahunan mempunyai kelebihan 10394187 kWh. Apabila energi suplai rata-rata
34243,98 kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.

Tabel 12.32 Beban Listrik Rumah Tangga Griya Permata Serang (PLN APJ
Banten Utara, 2013)

Daya
Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
900 R1 537 1428769 3914,44
1300 R1 168 565432 1549,13
2200 R1 18 96442 264,22
3500 R2 1 14224 38,97
1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 30329,54 kWh.
2. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 32694,85 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 22979,76 kWh.
4. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 3500watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 34205,01 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Griya Permata Serang
bertarif golongan 900VA membutuhkan panel surya sejumlah 44 buah, bertarif
golongan 1300VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 2200VA sejumlah 66 buah
dan bertarif golongan 2200VA sejumlah 154 buah. Kebutuhan panel surya
merupakan kelipatan dari 22 untuk memenuhi tegangan nominal inverter.

Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan


hasil pengukuran untuk perumahan Griya Permata Serang dihasilkan energi konversi
pada bulan Maret sebesar 1169239 kWh, pada bulan April sebesar 41165789 kWh
dan pada bulan Mei sebesar 1163086 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan
Maret sebesar 1075274 kWh, pada bulan April sebesar 1071816 kWh dan pada bulan
Mei sebesar 1068964 kWh. Berdasarkan simulasi tersebut maka presentase
kebutuhan beban terhadap energi suplai bulan Maret 14,34%, April 16,33% dan Mei
17,92%.

Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di kawasan


perumahan Villa Permata Hijau disimulasikan dengan software PvSyst untuk

220 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


mensuplai beban energi rumah tangga dapat diamati pada tabel 12.33 sebagai
berikut.
Tabel 12.33 Hasil Simulasi PvSyst Villa Permata Hijau
Energi Energi
Kekurangan Beban Energi*
Bulan Konversi Suplai
Energi (kWh) (kWh)
(kWh) (kWh)
Januari 419771 386089 0 64059
Februari 337464 310329 0 64832
Maret 357043 328270 0 62835
April 377557 347140 0 63937
Mei 355007 326337 0 63944
Juni 372085 342133 0 63626
Juli 371340 341436 0 62918
Agustus 376507 346061 0 58782
September 385591 354576 0 60930
Oktober 343794 316254 0 64634
November 331977 305303 0 67708
Desember 266686 244847 0 61365
Total 4294821 3948774 0 759570
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013

Pada Tabel 12.33 di atas total energi suplai PLTS sebesar 3948774 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 759570 kWh.
Total energi suplai tahunan mempunyai kelebihan 3189204 kWh. Apabila energi
suplai disalurkan berdasarkan kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata
10818,6 kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.

Tabel 12.34 Beban Listrik Rumah Tangga Villa Permata Hijau


(PLN APJ Banten Utara, 2013)
Daya
Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
900 R1 14 53092 145,46
1300 R1 131 420517 1152,10
2200 R1 42 215120 589,37
3500 R2 9 61059 167,28
4400 R2 1 9782 26,80

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 221


1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 10673,14 kWh.
2. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 9666,5 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 10229,23 kWh.
4. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 3500watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 10651,32 kWh.
5. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 4400watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 10791,8 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Villa Permata Hijau
bertarif golongan 900VA membutuhkan panel surya sejumlah 44 buah, bertarif
golongan 1300VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 2200VA sejumlah 66 buah,
bertarif golongan 3500VA sejumlah 66 buah dan bertarif golongan 4400VA
sejumlah 88 buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan dari 22 disebabkan
untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Villa Permata Hijau dihasilkan energi konversi
pada bulan Maret sebesar 369411 kWh, pada bulan April sebesar 368275 kWh dan
pada bulan Mei sebesar 367427 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada Maret
sebesar 339724 kWh dan April sebesar 338589 kWh dan pada bulan Mei sebesar
337693 kWh. Berdasarkan hasil simulasi maka presentase kebutuhan beban terhadap
energi suplai pada Maret 18,5%, April 18,88% dan Mei 18,94%.
Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di kawasan
perumahan Sankyu disimulasikan dapat diamati pada tabel 12.35 sebagai berikut.
Tabel 12.35 Hasil Simulasi PvSyst Sankyu
Energi
Energi Suplai Kekurangan Beban Energi*
Bulan Konversi
(kWh) Energi (kWh) (kWh)
(kWh)
Januari 588943 541686 0 184520
Februari 473085 435043 0 174534
Maret 500391 460068 0 171583
April 529591 486924 0 184930
Mei 497734 457536 0 198115
Juni 521878 479870 0 194664
Juli 520712 478778 0 195294
Agustus 528126 485417 0 181899
September 540880 497375 0 174553

222 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Oktober 481846 443246 0 188580
November 465350 427955 0 188557
Desember 373538 342936 0 180148
Total 6022074 5536834 0 2217377
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013

Pada Tabel 12.35 di atas total energi suplai PLTS sebesar 5536834 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan 2217377 kWh. Total energi
suplai tahunan mempunyai kelebihan 3319457 kWh. Apabila energi suplai rata-rata
15169,4 kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.36 Beban Listrik Rumah Tangga Sankyu (PLN APJ Banten Utara, 2013)
Daya Beban rata-
Golongan Jumlah Beban rata-rata
Terpasang rata per tahun
Tarif Pelanggan per hari
(watt) (kWh)
450 R1 2 3668 10,05
900 R1 643 1567782 4295,29
1300 R1 176 556384 1524,34
2200 R1 18 73519 201,42
3500 R2 1 5452 14,94
4400 R2 1 10572 28,96

1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 15159,35 kWh.
2. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 10874,11 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 13645,06 kWh.
4. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 14967,98 kWh.
5. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 3500watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 15154,46 kWh.
6. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 4400watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 15140,44 kWh.
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Sankyu bertarif golongan
450VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif golongan 900VA
sejumlah 44 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan
2200VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 3500VA sejumlah 66 buah dan bertarif
golongan 4400VA sejumlah 110 buah.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 223


Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Sankyu dihasilkan energi konversi pada bulan
Maret sebesar 517865 kWh, pada bulan April sebesar 516550 kWh dan pada bulan
Mei sebesar 515321 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret sebesar
476246 kWh, pada bulan April sebesar 474911 kWh dan pada bulan Mei sebesar
473617 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase kebutuhan beban
terhadap energi suplai pada bulan Maret 36,03%, pada bulan April 38,94% dan pada
bulan Mei 41,83%. Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit
listrik di kawasan perumahan Mata Raya diamati pada tabel berikut.
Tabel 12.37 Hasil Simulasi PvSyst Mata Raya

Energi Konversi Energi Suplai Kekurangan Beban Energi*


Bulan
(kWh) (kWh) Energi (kWh) (kWh)

Januari 38725 35618 0 15856


Februari 30484 28035 0 14347
Maret 32229 29633 0 14688
April 34704 31905 0 16355
Mei 32249 29643 0 17459
Juni 34110 31365 0 16907
Juli 33942 31205 0 16540
Agustus 34679 31870 0 15487
Septembe
35475 32622 0 15163
r
Oktober 31008 28519 0 17221
November 29997 27580 0 17807
Desember 23743 21779 0 16701
Total 391344 359775 0 194531
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013
Pada Tabel 12.37 di atas total energi suplai PLTS sebesar 359775 kWh.
Energi tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 194531
kWh. Total energi suplai tahunan mempunyai kelebihan 165244 kWh. Apabila
energi suplai disalurkan berdasarkan kategori daya terpasang dengan energi suplai
rata-rata 985,685 kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.38 Beban Listrik Rumah Tangga Mata Raya
(PLN APJ Banten Utara, 2013)
Daya Beban rata-
Golongan Jumlah Beban per
Terpasang rata per hari
Tarif Pelanggan tahun (kWh)
(watt) (kWh)
900 R1 87 185231 507,48
1300 R1 8 9300 25,48

224 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 478,21 kWh.
2. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 960,21 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Mata Raya bertarif
golongan 900VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah dan bertarif golongan
1300VA sejumlah 22 buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan dari 22
disebabkan untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Mata Raya dihasilkan energi konversi pada bulan
Maret sebesar 33454 kWh, pada bulan April sebesar 33820 kWh dan pada bulan Mei
sebesar 33751 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret sebesar 30766
kWh, pada bulan April sebesar 31092 kWh dan pada bulan Mei sebesar 31014 kWh.
Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase kebutuhan beban terhadap
energi suplai pada bulan Maret 47,74%, pada bulan April 52,6% dan Mei 56,29%.
Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di kawasan
perumahan Griya Cilegon disimulasikan dengan software PvSyst untuk mensuplai
beban energi rumah tangga dapat diamati pada tabel 12.39 sebagai berikut.
Tabel 12.39 Hasil Simulasi PvSyst Griya Cilegon

Energi Energi Beban


Kekurangan
Bulan Konversi Suplai Energi*
Energi (kWh)
(kWh) (kWh) (kWh)
Januari 369130 339511 0 117270
Februari 296406 272572 0 121156
Maret 313480 288219 0 113586
April 331895 305155 0 123018
Mei 311868 286681 0 127791
Juni 327054 300729 0 125904
Juli 326290 300013 0 125106
Agustus 330982 304215 0 114838
September 338978 311713 0 110152
Oktober 301867 277684 0 120524
November 291552 268122 0 124916
Desember 233949 214780 0 123511
Total 3773453 3469394 0 1447772

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 225


Pada Tabel 12.39 di atas total energi suplai PLTS sebesar 3469394 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 1447772 kWh.
Total energi suplai tahunan mempunyai kelebihan 2021622 kWh. Apabila energi
suplai disalurkan berdasarkan kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata
9505,19 kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.

Tabel 12.40 Beban Listrik Rumah Tangga Griya Cilegon


(PLN APJ Banten Utara, 2013)
Daya Beban rata-
Golongan Jumlah Beban per
Terpasang rata per hari
Tarif Pelanggan tahun (kWh)
(watt) (kWh)
450 R1 1 783 2,15
900 R1 397 1006356 2757,14
1300 R1 91 349031 956,25
2200 R1 18 91602 250,96

1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 9503,04 kWh.
2. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 6748,05 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 8548,94 kWh.
4. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 9254,23 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Griya Cilegon bertarif
golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif golongan
900VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah dan bertarif
golongan 2200VA sejumlah 66 buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan
dari 22 disebabkan untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Mata Raya dihasilkan energi konversi pada bulan
Maret sebesar 324463 kWh, pada bulan April sebesar 323719 kWh dan pada bulan
Mei sebesar 322936 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret sebesar
298387 kWh, pada bulan April sebesar 297624 kWh dan pada bulan Mei sebesar
296801 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase kebutuhan beban
terhadap energi suplai pada bulan Maret 38,07%, April 41,33% dan Mei 43,06%.

226 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di kawasan
perumahan Pesona Cilegon disimulasikan dengan software PvSyst untuk mensuplai
beban energi rumah tangga dapat diamati pada tabel 12.41 sebagai berikut.
Tabel 12.41 Hasil Simulasi PvSyst Pesona Cilegon

Energi Energi Beban


Kekurangan
Bulan Konversi Suplai Energi*
Energi (kWh)
(kWh) (kWh) (kWh)
Januari 1118490 1028742 0 53578
Februari 898709 826445 0 54589
Maret 950679 874068 0 50646
April 1005854 924817 0 56011
Mei 945501 869141 0 57311
Juni 991229 911440 0 57844
Juli 989095 909442 0 55878
Agustus 1003065 921949 0 51719
September 1027280 944652 0 53139
Oktober 915435 842102 0 58510
November 884045 813008 0 60536
Desember 709821 651678 0 56535
Total 11439204 10517486 0 666296
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013

Pada Tabel 12.41 di atas total energi suplai PLTS sebesar 10517486 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban 666296 kWh. Total
energi suplai tahunan mempunyai kelebihan 9851190 kWh. Apabila energi suplai
rata-rata 28815 kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.

Tabel 12.42 Beban Listrik Rumah Tangga Pesona Cilegon


Daya Beban rata-
Golongan Jumlah Beban rata-
Terpasang rata per tahun
Tarif Pelanggan rata per hari
(watt) (kWh)
450 R1 1 399 1,09
900 R1 206 489943 1342,31
1300 R1 34 132176 362,13
2200 R1 6 28395 77,79
4400 R2 1 12215 33,47
6600 R3 1 3168 8,65

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 227


1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 28813,91 kWh.
2. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 27472,69 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 28452,87 kWh.
4. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 28737,21 kWh.
5. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 4400watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 28781,53 kWh.
6. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 6600watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 28806,35 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Pesona Cilegon bertarif
golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif golongan
900VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah, bertarif
golongan 2200VA sejumlah 66 buah, bertarif golongan 4400VA sejumlah 132 buah
dan bertarif golongan 6600VA sejumlah 44 buah. Kebutuhan panel surya merupakan
kelipatan dari 22 disebabkan untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan hasil
pengukuran untuk perumahan Pesona Cilegon dihasilkan energi konversi pada bulan
Maret sebesar 983786 kWh, pada bulan April sebesar 981099 kWh dan pada bulan
Mei sebesar 978794 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret sebesar
904724 kWh, pada bulan April sebesar 902013 kWh dan pada bulan Mei sebesar
899584 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase kebutuhan beban
terhadap energi suplai pada bulan Maret 5,6%, pada bulan April 6,21% dan pada
bulan Mei 6,37%. Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit
listrik di kawasan perumahan Nusa Raya disimulasikan dengan software PvSyst
untuk mensuplai beban energi rumah tangga dapat diamati pada tabel 12.43 sebagai
berikut.
Tabel 12.43 Hasil Simulasi PvSyst Nusa Raya

Energi Beban
Energi Suplai Kekurangan
Bulan Konversi Energi*
(kWh) Energi (kWh)
(kWh) (kWh)
Januari 79590 73203 0 14711
Februari 63798 58668 0 15172
Maret 67441 62006 0 14586
April 71529 65766 0 15712
Mei 67151 61727 0 16270
Juni 70477 64805 0 15118

228 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


Juli 70279 64619 0 15990
Agustus 71340 65570 0 13316
September 73066 67189 0 13565
Oktober 64946 59742 0 14529
November 62746 57702 0 16124
Desember 50267 46145 0 14395
Total 812629 747141 0 179488
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013

Pada Tabel 12.43 di atas total energi suplai PLTS sebesar 747141 kWh.
Energi tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 179488
kWh. Total energi suplai tahunan mempunyai kelebihan 567653 kWh. Apabila
energi suplai disalurkan berdasarkan kategori daya terpasang dengan energi suplai
rata-rata 2046,96 kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.44 Beban Listrik Rumah Tangga Nusa Raya (PLN APJ Banten, 2013)
Daya
Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
1300 R1 42 135878 372,27
2200 R1 9 43610 119,48

1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 1674,69 kWh.
2. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 1927,48 kWh.

Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Nusa Raya bertarif
golongan 1300VA membutuhkan panel surya sejumlah 44 buah dan bertarif
golongan 2200VA sejumlah 66 buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan
dari 22 disebabkan untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Nusa Raya dihasilkan energi konversi pada bulan
Maret sebesar 69837 kWh, pada bulan April sebesar 69767 kWh dan pada bulan Mei
sebesar 69584 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret sebesar 64224
kWh, pada bulan April sebesar 64143 kWh dan pada bulan Mei sebesar 63952 kWh.
Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase kebutuhan beban terhadap
energi suplai pada bulan Maret 22,71%, pada bulan April 24,5% dan pada bulan Mei
25,44%.

LISTRIK TENAGA SURYA | BAB 12 229


PERTANYAAN

1. Jelaskan potensi energi matahari di wilayah Cilegon


2. Sebutkan beberapa sistem PLTS surya
3. Bagaoaman cara menghitung kapasitas PLTS
4. Jelaskan cara pemasangan panel surya
5. Jelaskan beberapa aspek-aspek biaya PLTS

230 BAB 12 | LISTRIK TENAGA SURYA


DAFTAR PUSTAKA

[1] Astuti. (2010). Optimasi Pembangkitan Energi Listrik Hibrida Surya-Angin


Diesel di Desa Pulo Panjang Banten Menggunakan Algoritma Genetik.Tugas
Akhir Jurusan Teknik Elektro Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

[2] Solar.e-aruhaz.com/en/Kaco_Powador_30.0_TL3_-_30000W_inverter. Situs


ini diakses pada 20 Januari 2015

[3] http://cdn.slashgear.com/. Situs ini diakses pada 18 Juli 2015

[4] http://www.gogreensolar.com/products/rolls-surrette-6-ks-25ps-6v-1-156ah-
deep-cycle-battery. Situs ini diakses pada 22 Januari 2015

[5] Fischbach, J. (2008). Interactive Lucas Nuele Labsoft Renewable Energy


Sources-Design and Operating of Photovoltaic Systems Course number
SO2800-3A Version 1.0. German : Lucas Nuele GmbH.

[6] Ali, Imron Saparudin.(2013). Studi Pemanfaatan Energi Matahari Di Pulau


Panjang Sebagai Pembangkit Listrik Alternatif. Jurusan Teknik Elektro
Universitas Sultan ageng Tirtayasa.

[7] Bien, E.K. dan Wibowo, Wahyu. (2008). Perancangan Sistem Hibrid
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dengan Jala-jala Listrik PLN Untuk
Rumah Perkotaan. Jurusan Teknik Elektro Universitas Trisakti.

[8] Dewi, Eko Ardianni. (2007). Optimalisasi Rangkaian Panel Surya Dengan
Menggunakan Baterai Pb-Acid sebagai Sistem Penyimpanan Energi Surya.
Fakultas MIPA Universitas Negeri Surakarta.

[9] Dwistya A, N. (2010). Aplikasi Sel Surya Sebagai Energi Terbarukan


Pembangkit Listrik Pada Solar Home System. Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran.

[10] Effendi, Asnal (2011). Pembangkit Listrik Sel Surya Pada Daerah Perdesaan.
Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung.

[11] Gilbert, M. Masters. (2004). Renewable and Efficient Electric Power Systems
Chapter 7 and Chapter 9. Stanford University: A Jhon Wiley & Sons Inc

[12] Hardiansyah. (2012). Perancangan Dual Axis Solar Tracker. Tugas Akhir
Jurusan Teknik Elektro Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

LISTRIK TENAGA SURYA | DAFTAR PUSTAKA 231


[13] Herlina. (2009). Analisis Dampak Lingkungan dan Biaya Pembangkitan
Listrik Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida di Pulau Sebesi Lampung Selatan.
Tesis Teknik Elektro Universitas Indonesia.

[14] I, Nengah Jati (2011). Studi Pemanfaatan PLTS Hibrid Dengan PLN Di Vila
Adleson Ubud. Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana.

[15] Preiser, Klaus.(2003) Photovoltaic System 17, 753-797

[16] Rosmasindah, Karlina (2008). Optimasi Kinerja Panel Surya Melalui


Pengaturan Panel Sebagai Sun Shading Untuk Menekan Biaya Listrik
Bangunan. Tesis Departemen Arsitekrut Bidang Kekhususan Teknologi
Bangunan Fakultas Teknik Universitas Indonesia

[17] Mintorogo, D. (2000). Strategi Aplikasi Sel Surya (Photovoltaic Cells) pada
Perumahan dan Bangunan Komersial. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya.

[18] Putu, Rusdi Ariawan. (2010). Sel Surya dan Karakteristiknya. Jurusan Teknik
Elektro Universitas Udayana.

[19] S. Kumara, N. (2010). Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah
Tangga Urban dan Ketersediaanya di Indonesia. Jurusan Teknik Elektro
Universitas Udayana,.

[10] Santiari, I Dewa A. S. (2011). Studi Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga


Surya Sebagai Catu Daya Tambahan Pada Industri Perhotelan Di Nusa
Lembongan Bali. Tesis Jurusan Teknik Elektro Universitas Udayana.

[21] Santhiarsa, Nitya dan Bagus, Wijaya Kusuma. (2005). Kajian Energi Surya
Untuk Pembangkit Tenaga Listrik. Jurusan Teknik Mesin Universitas
Udayana.

[22] Schaefer, J.C. (1990). Review Of Photovoltaic Power Plant Performance And
Economics. Electric Power Research Institute.

[23] Shrestha G.B. dan Goel L. (1998). A Study On Optimal Sizing Of Stand-Alone
Photovoltaic Stations. IEEE Transactions on Energy Conversion, Vol. 13/4.

[24] Suriadi dan Syukri M. (2010). Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) Terpadu Menggunakan Sofware PVSYST pada Komplek Perumahan
di Banda Aceh. Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 9, No. 2.

[25] Tamamadin, M. (2008). Kajian Daerah Potensi Pembangkit Listrik Tenaga


Surya (Studi Kasus di Wilayah Jawa Timur). Tugas Akhir Jurusan

232 DAFTAR PUSTAKA | LISTRIK TENAGA SURYA


Meteorologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi
Bandung.

[26] Setiawan. E dan Van Harten. P, 1986, “Instalasi Listrik Arus Kuat 2”, PT.
Binacipta, Bandung.

[27] Adityawan, Eki. (2010). Studi karakteristik Pencatuan solar cell terhadap
Kapasitas Sistem Penyimpanan Energi Baterai. Tugas Akhir Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

[28] Aghaei et al. (2013). Design of a Cost-Efficient Solar Energy Based Electrical
Power Generation System for a Remote Island - Pulau Perhentian Besar in
Malaysia. IEEE 7th International Power Engineering and Optimization
Conference (PEOCO 2013), Langkawi, Malaysia 3-4 June 2013.

[29] Bien, dkk. (2008). Perancangan Sistem Hibrid Pembangkit Listrik Tenaga
Surya dengan Jala-Jala. Jetri, Volume 8, Nomor 1, Agustus 2008, Halaman
37-56, ISSN 1412-0372

[30] Custer, Johny dan Lianda, Jefri. (2012). Analisa Pemanfaatan Energi Surya
sebagai Sumber Energi pada Perumahan kategori R1 900 VA di Pulau
Bengkalis. Prosiding Seminar Nasional Industri dan Teknologi, 26 Desember
2012 Hal. 17-22.

[31] Foster, R., Ghassemi, M., Cota, A. (2010). Solar Energy Renewable Energy
and The Environment. Boca Raton FL, CRC Press

[32] Gilbert, M. Masters. (2004). Renewable and Efficient Electric Power Systems
Chapter 7 and Chapter 9. Stanford University: A Jhon Wiley & Sons Inc

[33] Gogreensolar. “Data Harga Baterai”. Tersedia dari :


http://www.gogreensolar.com/products/rolls-surrette-6-ks-25ps-6v-1156ah-
deep-cycle-battery.[URLdikunjungi pada 20 Desember 2014]

[34] J, Pactricia, Hanna. (2012). Analisis keekonomian Kompleks Perumahan


Berbasis Energi Sel Surya (Studi Kasus Perumahan Cyber Orchid Town
House). Tugas Akhir Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia

[35] Kale, Geeta Laxmanrao dan Shinde, N.N. (2011). Implementation Of


Prototype Device Off Grid Charge Controller Suitable For Wind Solar
Hybrid System. International Journal of Mechanical & Industrial Engineering,
Volume-1

[36] Kitzinger, Mazmur. “Data Harga Inverter”. Tersedia dari : Solar.e-


aruhaz.com/en/Kaco_Powador_30.0_TL3_-_30000W_inverter. [URL
dikunjungi pada 20 Desember 2014]

LISTRIK TENAGA SURYA | DAFTAR PUSTAKA 233


[37] Permana, Suhendar, Alimuddin (2014). Studi Potensi Pembangkit Listrik
Tenaga Surya sebagai Energi Pendukung pada Sistem Kelistrikan di Hotel
The Royal Krakatau Cilegon. Skripsi Jurusan Teknik Elektro Fakultas teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

[38] Radosavljevic, Jasmina and Dordevic, Amelija. (2001). Defining of The


Intensity of Solar Radiation On Horizontal and Oblique Surfaces On Earth.
Working and Living Environmental Protection Vol. 2, No. 1.

[39] Riyadi, Slamet. (2011). Panel Surya sebagai Energi Alternatif. Universitas
Katolik Soegijapranata: Semarang

[40] S, Satwiko. (2012). Uji Karakteristik Sel Surya Pada Sistem 24 Volt Dc
Sebagai Catudaya Pada Sistem Pembangkit Tenaga Hybrid. Prosiding
Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY.

[41] Strzalka, et al. (2009). Potential of Roof Top PV-systems for Supplying
Electricity in Residential Area Scharnhauser Park. Journal IEEE
Developments in Renewable Energy Technology ( ICDRET) 2009.

[42] Wibawa, Unggul dan Darmawan, Andi. (2008). Penerapan Sistem


Photovoltaik sebagai Suplai Daya Listrik Beban Pertamanan. Jurnal EECCIS
Vol. II, No. 1

[43] Zamroni. (2012). Kajian Sistem Penyediaan Energi Listrik Hybrid Sel PV -
Diesel di Pulau Sebira Kepulauan Seribu. Jurnal sarjana Institut Teknologi
Bandung bidang teknik Elektro dan Informatika Volume 1, Number 1, April

[44] Kunaifi. (2010). Program Homer Untuk Studi Kelayakan Pembangkit Listrik
Hibrida Di Propinsi Riau. Seminar Nasional Informatika 2010 UPN.

[45] S. Kumara, N. (2010). Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah
Tangga Urban dan Ketersediaanya di Indonesia. Jurusan Teknik Elektro
Universitas Udayana,.

[46] Sulasno, Ir. (1990). Pusat Pembangkit Tenaga Listrik. SW, Semarang

[47] Kirmani ,Sheeraz.(2010).Techno Economic Feasibility Analysis of aStand-


Alone PV System to Electrify a Rural Area Household in India. IEEE
Transactions on Energy Conversion, Vol. 2, No. 10.

[48] Raharjo, Budi, Suhendar, Alimmudin. (2015). Studi Potensi Lahan Dan Area
Perumahan Untuk Implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Di
Wilayah Serang Dan Cilegon Banten. Skripsi Jurusan Teknik Elektro
Fakultas teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

234 DAFTAR PUSTAKA | LISTRIK TENAGA SURYA


[49] Fauzan Azima, Suhendar, Anggoro S Pramudyo. (2013). Perancangan
Perangkat Lunak Perencanaan Pencahayaan Buatan Pada Ruangan. Skripsi
Jurusan Teknik Elektro Fakultas teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

[50] Yudi, Suhendar, Herudin. (2015). Perencanaan Instalasi Listrik Penerangan


Pada Gedung Baru Ft. Untirta Memanfaatkan Energi Surya Sebagai Sumber
Energi Listrik. Skripsi Teknik Elektro Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

[51] Restu, Suhendar, Herudin. (2016). Studi Penerapan PLTS pada Atap Gedung
Fakultas Teknik UNTIRTA. Skripsi Jurusan Teknik Elektro Fakultas teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

LISTRIK TENAGA SURYA | DAFTAR PUSTAKA 235

Anda mungkin juga menyukai