SUHENDAR
LISTRIK TENAGA SURYA
DASAR – DASAR PERENCANAAN PEMBANGKIT
LISTRIK
TENAGA
SURYA
SUHENDAR
DASAR – DASAR PERENCANAAN PEMBANGKIT
Penulis : SUHENDAR
ISBN : 978-623-453-021-6
Editor : Dema Tesniyadi
Desain Sampul : Tim Desain Media Edukasi
Layout : Pitriyani
Penerbit:
Media Edukasi Indonesia (Anggota IKAPI)
Jalan Lingkar Caringin Cisoka Tangerang
Banten Kode Pos 15730
Email: indonesiamediaedukasi@gmail.com
WhatsApp Only: 087871944890
Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas hidayah dan kekuatan yang
diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ajar berjudul Dasar-
Dasar Perencanaan Pembangkitan Listrik Tenaga Surya. Tanpa karunia berupa
petunjuk, kekuatan, dan kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT, niscaya penulis
tidak akan mampu melakukan pengujian dan analisis untuk penelitian lebih lanjut
guna menyusun dan menuntaskan buku ini. Buku referensi ini lebih spesifik
bertujuan untuk melengkapi kebutuhan literatur pada beberapa matakuliah, yaitu
matakuliah Energi Baru Terbarukan, Perencanaan Instalasi Tenaga Listrik,
Pembangkit Tenaga Listrik, dan Manajemen Energi di Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) Banten. Buku ini
ditulis berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pengujian-pengujian di laboratorium.
Konsep dasar tentang energi surya, potensi dan pemanfaatannya yang disajikan
dalam buku ini akan memberikan pemahaman kepada para pengguna karena proses
analisisnya berbantu sistem komputasi menggunakan perangkat lunak HOMER dan
PvSyst. Materi ajar yang disampaikan dalam buku ini meliputi pengenalan tentang
energy surya, memahami konsep dasar perencanaan, penggunaan simulator HOMER
dan PvSyst, dan implementasi perhitungan menggunakan kedua perankat lunak
tersebut.
Para Mahasiswa dan Dosen dapat menggunakan buku ini sebagai
pelengkap referensi lain dalam beberapa matakuliah yang bersesuaian, sedangkan
bagi para pengguna umum atau praktisi dapat menggunakan buku ini sebagai bahan
untuk memperkaya pemahaman. Pendekatan yang digunakan dalam buku ini adalah
teoritis dan praktis. Pendekatan teoritis dikembangkan guna memberikan
pemahaman dasar kepada para pembaca tentang konsep energi surya dan
pemanfaatannya. Pendekatan teori yang menjelaskan tentang konsep dasar energy,
matahari, dan pemanfaatan energy surya sebagai pembangkit listrik, dibahas mulai
dari Bab 1 sampai dengan Bab 5. Desain perencanaan instalasi listrik dan kebutuhan
komponen lainnya disampaikan di dalam Bab 6. Sedangkan untuk memudahkan
melakukan analisis praktis dan simulasi, Bab 7 membekali para pembaca dengan
penggunaan perangkat simulator HOMER dan PvSyst. Sisa 4 bab terakhir lainnya,
membahas dan memberikan contoh implementasi potensi pemanfaatan energy surya
untuk pasokan listrik di gedung, laboratorium, serta di ruang terbuka dan perumahan
di wilayah Serang dan Cilegon Banten. Beberapa contoh implementasi ini
disampaikan dalam buku ini berdasarkan hasil-hasil penelitian dalam 4 tahun
terakhir yang telah dilakukan oleh penulis beserta tim yang melibatkan beberapa
orang dosen dan mahasiswa.
Penulis
KOMPETENSI DASAR
1. Energi Minyak
Panas bumi dapat dijadikan sebagai salah satu sumber energi alternatif untuk
pembangkit listrik. Kelebihan menggunakan energi panas bumi ini adalah dapat
selalu digunakan dan tidakakan pernah habis. Hal ini tentunya berbeda dengan
penggunaan energi yang bersumber dari minyak dan batu bara. Hanya saja karena
berbagai sebab, tidak banyak tempat yang dibangun untuk pembangkit jenis ini.
3. Energi Hidroelektrik
4. Energi Gelombang
5. Energi Angin
Sedikitnya terdapat 8 jenis sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan dan
dioptimalkan di Indonesia, seperti diuraikan pada sub bab berikut.
1. Biofuel
Biofuel atau bahan bakar hayati adalah sumber energi terbarukan berupa
bahan bakar (baik padat, cair, dan gas) yang dihasilkan dari bahan-bahan
organik.Sumber biofuel adalah tanaman yang memiliki kandungan gula tinggi
(seperti sorgum dan tebu) dan tanaman yang memiliki kandungan minyak nabati
tinggi (seperti jarak, ganggang, dan kelapa sawit).
3. Panas Bumi
Energi panas bumi atau geothermal adalah sumber energi terbarukan berupa
energi thermal (panas) yang dihasilkan dan disimpan di dalam bumi. Energi panas
bumi diyakini cukup ekonomis, berlimpah, berkelanjutan, dan ramah
lingkungan.Namun pemanfaatannya masih terkendala pada teknologi eksploitasi
yang hanya dapat menjangkau di sekitar lempeng tektonik. Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang dimiliki Indonesia antara lain: PLTP Sibayak di
Sumatera Utara, PLTP Salak (Jawa Barat), PLTP Dieng (Jawa Tengah), dan PLTP
Lahendong (Sulawesi Utara).
4. Air
Energi air adalah salah satu alternatif bahan bakar fosil yang paling umum.
Sumber energi ini didapatkan dengan memanfaatkan energi potensial dan energi
kinetik yang dimiliki air. Sat ini, sekitar 20% konsumsi listrik dunia dipenuhi dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Di Indonesia saja terdapat puluhan PLTA,
seperti: PLTA Singkarak (Sumatera Barat), PLTA Gajah Mungkur (Jawa Tengah),
PLTA Karangkates (Jawa Timur), PLTA Riam Kanan (Kalimantan Selatan), dan
PLTA Larona (Sulawesi Selatan).
5. Angin
Energi angin atau bayu adalah sumber energi terbarukan yang dihasilkan oleh
angin.Kincir angin digunakan untuk menangkap energi angin dan diubah menjadi
energi kinetik atau listrik.Pemanfaat energi angin menjadi listrik di Indonesia telah
dilakukan seperti pada Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTBayu) Samas di
Bantul, Yogyakarta.
6. Matahari
Energi matahari atau surya adalah energi terbarukan yang bersumber dari
radiasi sinar dan panas yang dipancarkan matahari. Pembankit Listrik Tenaga Surya
yang terdapat di Indonesia antara lain : PLTS Karangasem (Bali), PLTS Raijua,
PLTS Nule, dan PLTS Solor Barat (NTT).
Energi gelombang laut atau ombak adalah energi terbarukan yang bersumber
dari dari tekanan naik turunnya gelombang air laut. Indonesia sebagai negara maritim
yang terletak diantara dua samudera berpotensi tinggi memanfaatkan sumber energi
dari gelombang laut.Sayangnya sumber energi alternatif ini masih dalam taraf
pengembangan di Indonesia.
8. Pasang Surut
Energi pasang surut air laut adalah energi terbarukan yang bersumber dari
proses pasang surut air laut. Terdapat dua jenis sumber energi pasang surut air laut,
pertama adalah perbedaan tinggi rendah air laut saat pasang dan surut. Yang kedua
adalah arus pasang surut terutama pada selat-selat yang kecil.Layaknya energi
gelombang laut, Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam pemanfaatan energi
pasang surut air laut.Sayangnya, sumber energi ini belum termanfaatkan.
Sumber energi terbarukan ternyata belum dimanfaatkan secara optimal di
Indonesia. Sebanyak 90% energi di Indonesia masih menggunakan energi berbahan
fosil (batubara, minyak bumi, dan gas alam) dan sisanya, kurang dari 10%, yang
memanfaatkan sumber energi terbarukan. Sebuah ironi mengingat Indonesia
mempunyai potensi yang tinggi akan sumber energi terbarukan.Dari berbagai
sumber energi terbarukan yang tersedia, baru energi air yang banyak
dimanfaatkan.Jumlah pembangkit listrik bersumber dari energi panas bumi, angin,
dan matahari pun masih bisa dihitung dengan jari, dengan kapasitas energi yang
sangat kecil.Apalagi sumber energi yang berasal dari laut, meski pun potensinya
sangat besar, nyatanya belum satupun yang berhasil dikembangkan.
Energi surya disebut-sebut oleh banyak orang sebagai sumber energi utama
di masa depan, jadi mari kita melihat keuggulan dan kelemahan energi surya. Energi
surya memiliki keunggulan yang lebih banyak dibandingkan dengan kelemahannya,
tapi kelemahan ini masih merupakan batu sandungan utama untuk pemakaian energi
surya yang lebih luas. Pada saat ini pertama-tama kita akan membahas keunggulan
dari energi surya. Kita sudah mengetahui, bahwa energi surya merupakan sumber
energi terbarukan. Matahari hampir tak terbatas sebagai sumber energi, dan energi
surya tidak dapat habis, tidak seperti bahan bakar fosil yang akhirnya akan habis.
Setelah bahan bakar fosil habis, dunia akan memerlukan alternatif sumber energi
yang baik, dan energi surya jelas terlihat sebagai salah satu alternatif terbaik.
Energi surya merupakan sumber energi yang ramah lingkungan karena tidak
memancarkan emisi karbon berbahaya yang berkontribusi terhadap perubahan iklim
seperti pada bahan bakar fosil. Setiap watt energi yang dihasilkan dari matahari
SOAL LANJUTAN
KOMPETENSI DASAR
A. Potensi Matahari
Energi matahari telah dimanfaatkan oleh manusia sejak jutaan tahun yang
lalu, bahkan sejak matahari hadir di muka bumi ini. Matahari dimanfaatkan sebagai
penerang dan sumber panas dalam berbagai kehidupan manusia di bumi.
Gambar 2.2 Matahari Sebagai Sumber Panas Untuk Mengeringkan Cucian, Laut,
Dan Pertanian [13]
Energi fosil pun yang sangat populer penggunaanya saat ini, ternyata merupakan
energi matahari yang tersimpan pada fosil hewan dan tanaman yang telah membusuk
jutaan tahun yang lalu. Proses pembusukan ini terjadi dan berlangsung jutaan tahun
yang lalu sehingga menghasilkan minyak,batubara, gas alam, dan bahan tambang
lainnya yang digunakan saat ini.
Gambar 2.5 Bahan Tambang Yang Berasal Dari Fosil Hewan Dan Tumbuhan
[18]
Salah satu cara untuk memanen radiasi panas dan cahaya yang dipancarkan
matahari menjadi listrik adalah dengan memanfaatkan teknologi termal dan
teknologi sel surya atau sel photovoltaic. Teknologi termal biasanya digunakan
untuk mengeringkan hasil pertanian dan perikanan, memasak (kompor surya), dan
memanaskan air. Sedangkan sel surya merupakan alat untuk mengonversi cahaya
matahari menjadi energi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Dengan teknologi sel
surya (photovoltaic) energi surya diubah menjadi energi listrik yang bisa digunakan
untuk berbagai hal. Dengan potensinya yang sangat besar tersebut, energi surya
diyakini menjadi sumber energi utama di masa depan. Apalagi dengan beberapa
keunggulan energi surya seperti energi surya merupakan sumber yang hampir tak
terbatas dan ramah lingkungan. Yang hingga kini masih menjadi kendala adalah
Bagi Indonesia, energi surya menjadi salah satu alternatif energi terbaik.
Dengan potensinya yang besar akan mampu melepaskan Indonesia dari
ketergantungan terhadap sumber energi konvensional. Energi surya pun cocok
diterapkan pada daerah-daerah terpencil maupun pulau-pulau kecil di Indonesia.
Pemanfaatan energi surya menjadi salah satu sumber energi alternatif ini bisa
dilakukan dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) maupun
Solar Home System (SHS), yaitu pemanfaatan skala rumahan.
Beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia antara lain:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kabupaten Karangasem dan
Bangli, Bali dengan kapasitas masing-masing 1 MW
2. PLTS di pulau-pulau Nusa Tenggara Barat yang meliputi Pulau Gili Trawangan
berkapasitas 600 kWp, Pulau Gili Air (160 kWp), serta Pulau Gili Meno (60
kWp), dan di Pulau Medang, Sekotok, Moyo, Bajo Pulo, Maringkik, dan
Lantung dengan total kapasitas 900 kWp.
3. PLTS di Nusa Tenggara Timur yang meliputi PLTS Raijua (Kabupaten Sabu
Raijua) berkapasitas 150 kilo kWp, PLTS Nule (Kab. Alor) berkapasitas 250
kWp, PLTS Pura (Kab. Alor) berkapasitas 175 kWp, dan PLTS Solor Barat
(Kab. Flores Timur) berkapasitas 275 kWp.
Gambar 2.8 Pemanfaatan Energi Matahari Pada Sistem Arsitektur Tata Kota [9]
Gambar 2.10 Mobil Surya Seperti Nuna3 Berpacu Dari Darwin [22]
Gambar 2.11 Pesawat Tanpa Awak Helios UAV Tenaga Surya [22]
4. Termal Surya
D. Pemanasan Air
Sistem air panas surya menggunakan sinar matahari untuk memanaskan air.
Di daerah dengan lintang bujur geografis rendah (di bawah 40 derajat), 60% - 70%
air panas untuk keperluan rumah tangga dengan temperatur sampai dengan 60 °C
dapat diperoleh dengan menggunakan sistem pemanasan surya.[46] Jenis pemanas air
surya yang umum digunakan adalah kolektor buluh (44%) dan plat datar dengan kaca
(34%) untuk kebutuhan air panas rumah tangga; kolektor plastik tanpa kaca (21%)
digunakan untuk memanaskan kolam renang.
Sampai dengan tahun 2007, kapasitas total terpasang dari sistem air panas
surya adalah sekitar 154 GW. Tiongkok memimpin dalam hal ini dengan kapasitas
terpasang 70 GW sampai dengan tahun 2006 dan memiliki target jangka panjang 210
GW menjelang tahun 2020. Israel dan Siprus merupakan negara dengan tingkat
penggunaan sistem air panas surya per kapita tertinggi, dengan lebih dari 90% rumah
menggunakannya. Di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia, pemanasan kolam
renang adalah aplikasi utama air panas surya dengan kapasitas terpasang 18 GW
sampai dengan tahun 2005.
F. Pengolahan Air
Gambar 2.15 Pengolahan Air Limbah Tenaga Surya Berskala Kecil [30]
G. Panas Proses
H. Produksi Listrik
Gambar 2.17 Pemandangan Sistem Pembangkit Listrik Surya Ivanpah dari jalan
Yates Well, wilayah San Bernadino, California [32]
I. Fotovoltaik
Sel surya, atau sel fotovoltaik, adalah peralatan yang menggubah cahaya
menjadi aliran listrik dengan menggunakan efek fotovoltaik. Sel fotovoltaik pertama
dibuat oleh Charles Fritts pada tahun 1880an. Pada tahun 1931, seorang insinyur
Jerman, Dr. Bruno Lange, membuat sel fotovoltaik menggunakan perak selenida
ketimbang tembaga oksida. Walaupun sel selenium purwa rupa ini mengubah kurang
dari 1% cahaya yang masuk menjadi listrik, Ernst Werner von Siemens dan James
Clerk Maxwell melihat pentingnya penemuan ini. Dengan mengikuti kerja Russel
Ohl pada tahun 1940an, peneliti Gerald Pearson, Calvin Fuller, dan Daryl Chapin
membuat sel surya silikon pada tahun 1954. Biaya sel surya ini 286 dollar AS per
watt dan mencapai efisiensi 4,5 - 6 %. Menjelang tahun 2012, efisiensi yang tersedia
melebihi 20% dan efisiensi maksimum fotovoltaik penelitian melebihi 40%.
PERTANYAAN
SOAL LANJUTAN
KOMPETENSI DASAR
Radiasi adalah suatu bentuk energi yang dipancarkan oleh setiap benda yang
mempunyai suhu diatas nol mutlak, dan merupakan satu-satunya bentuk energi yang
dapat menjalar di dalam vakum angkasa luar. Karateristik atau ciri dasar radiasi
adalah panjang gelombang penjalarannya. Semua benda memancarkan radiasi
dengan berbagai panjang gelombang ini disebut spektrum elektromagnetik [25].
Energi radiasi yang dipancarkan oleh sinar matahri mempunyai besaran yang
tetap (konstan), tetapi karena perderan bumi mengelilingi matahari dalam bentuk
elips maka besaran konstan matahari bervariasi antar 1308 w/m2 dan 1398 w/m2
[12]. Radiasi matahri yang tersedia diluar atmosfer bumi atau sering disebut
konstanta matahari bervariasi sebesar 1353 w/m2 dikurangi intensitas oleh
penyerapan dan pemantulan oleh atmosfer sebelum mencapai permukaan bumi.
Ozon di atmosfer menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek (ultraviolet)
sedangkan karbondioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang
gelombang yang lebih panjang (infra merah). Selain pengurangan radiasi bumi yang
langsung oleh penyerapan tersebut, masih ada radiasi yang terpisah-pisah oleh
molekul-molekul gas, debu dan uap air dalam atmosfer sebelum mencapai bumi yang
disebut radiasi sebaran.
Menurut [8] ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan radiasi
matahari di bumi:
B. Sel Surya
Pada Gambar 3.2, ketika energi cahaya (hc) sedikit lebih besar di atas dari
pada energi band-gap maka elektron akan terbebas dari ikatan kovalennya. Jika
cahaya terlalu besar dari pada energi band-gap, maka energi lebih tersebut akan
diubah dalam bentuk panas pada sel surya. Adanya perbedaan muatan positif dan
negatif di daerah deplesi, menyebabkan medan listrik internal (E) dari sisi negatif
terbentuk dengan sendirinya dan mencoba menarik kembali hole ke semikonduktor
p dan elektron ke semikonduktor n. Medan listrik ini cenderung berlawanan dengan
perpindahan hole maupun elektron pada awal terjadinya daerah deplesi.
Adanya medan listrik mengakibatkan sambungan p-n berada pada titik
setimbang, yakni saat jumlah hole yang berpindah dari semikonduktor p ke n
dikompensasi dengan jumlah hole yang tertarik kembali kearah semikonduktor p
akibat medan listrik E. Medan listrik E tersebut akan mencegah seluruh elektron dan
hole berpindah dari semikonduktor yang satu ke semikonduktor yang lain.
Sambungan p-n inilah proses konversi cahaya menjadi listrik terjadi. Agar efisiensi
dari sel surya bisa tinggi maka cahaya yang berasal dari sinar matahari harus bisa
diserap sebanyak-banyaknya, kemudian memperkecil refleksi dan rekombinasi serta
memperbesar konduktivitas dari bahannya agar cahaya yang diserap dapat sebanyak-
banyaknya, maka absorber harus memiliki energi band-gap dengan range yang
lebar, sehingga memungkinkan untuk bisa menyerap sinar matahari yang
mempunyai energi bermacam-macam tersebut.
Pemanfaatan energi terbarukan diantaranya dengan tenaga radiasi matahari
dengan menggunanan sel surya sebagai pengkonversi energi radiasi matahari
menjadi energi listrik. Sel surya menerima penyinaran matahari dalam satu hari
sangat bervariasi. Hal ini dikarenakan sinar matahari memiliki intensitas yang besar
ketika siang hari dibandingkan dengan pagi hari [24]
Menurut [17] Sebuah Sel Surya dalam menghasilkan energi listrik (energi
sinar matahari menjadi photon) tidak tergantung pada besaran luas bidang Silikon,
dan secara konstan akan menghasilkan energi berkisar ± 0,5 volt sampai max. 600
mV, dengan kekuatan radias solar matahari 1000 W/m2 = ”1 Sun” akan
menghasilkan arus listrik (I) sekitar 30 mA/cm2 per sel surya.
Pada gambar 3.3 grafik I-V Curve yang menggambarkan keadaan sebuah Sel
Surya beroperasi secara normal. Sel Surya akan menghasilkan energi maximum jika
nilai Vm dan Im juga maximum. Sedangkan Isc adalah arus listrik maximum pada
nilai tegangan = nol, Isc berbanding langsung dengan tersedianya sinar matahari.
Voc adalah tegangan maximum pada nila arus nol, Voc naik secara logaritma dengan
peningkatan sinar matahari, karakter ini yang memungkinkan Sel Surya untuk
mengisi aki.
Hasil pengukuran arus (I) dan tegangan (V) ini dapat digambarkan dalam
sebuah grafik yang disebut kurva I-V seperti ditunjukan pada Gambar 2.4. Kurva I-
V tersebut menunjukan hal-hal yang penting, yaitu:
1. Maksimum Power Point (Vmp dan Imp) pada kurva I-V adalah titik operasi
yang menunjukan daya maksimum yang dihasilkan oleh panel surya.
2. Open Circuit Voltage (Voc) adalah kapasitas tegangan maksimum yang dapat
dicapai pada saat tidak adanya arus.
3. Short Circuit Current (Isc) adalah maksimum arus keluaran dari panel sel surya
yang dapat dikeluarkan di bawah kondisi dengan tidak ada resistansi atau
hubung singkat.
PERTANYAAN
SOAL LANJUTAN
KOMPETENSI DASAR
1. Sel Surya
Sel surya tersusun dari dua lapisan semikonduktor dengan muatan yang
berbeda. Lapisan atas sel surya bermuatan negatif sedangkan lapisan bawahnya
bermuatan positif. Silikon adalah bahan semikonduktor yang paling umum
digunakan untuk sel surya. Ketika cahaya mengenai permukaan sel surya, beberapa
foton dari cahaya diserap oleh atom semikonduktor untuk membebaskan elektron
dari ikatan atomnya sehingga menjadi elektron yang bergerak bebas. Adanya
perpindahan elektron-elektron inilah yang menyebabkan terjadinya arus listrik.
Struktur dari sel surya ditunjukkan seperti Gambar 2.5 sebagai berikut :
Secara umum perkembangan sel surya dibagi menjadi beberapa jenis, antara
lain sebagai berikut:
a. Monokristal (Si)
Merupakan sel surya yang memiliki susunan kristal teratur. Dibuat dari
silikon kristal tunggal yang didapat dari peleburan silikon dalam bentuk bujur.
Monokristal dapat dibuat setebal 200 mikron, dengan nilai efisiensi sekitar
24%.Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat
yang cahaya mataharinya kurang, efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca
berawanatau mendung [5].
b. Polikristal (Si)
Merupakan sel surya yang memiliki susunan kristal acak. Dibuat dari
peleburan silikon dalam tungku keramik, kemudian pendinginan dilakukan
secara perlahan untuk mendapatkan bahan campuran silikon yang akan timbul
diatas lapisan silikon Sel surya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah
dibandingkan tipe monokristal (sekitar 18%), sehingga memiliki harga yang
cenderung lebih rendah [5].
c. Amorphous Silicon
Amorphous Silicon telah digunakan sebagai bahan sel surya photovoltaic
pada kalkulator.tipe panel dengan harga yang paling murah akan tetapi
efisiensinya paling rendah, yaitu antara 9-10,4% [6].
d. Sel surya silikon terpadu (Thin Film Cells)
Merupakan panel surya (dua lapisan) dengan struktur lapisan tipis
mikrokristal silicon dan amorphous dengan efisiensi modul hingga 8,5%
sehingga untuk luas permukaan yang diperlukan per watt daya yang dihasilkan
lebih besar daripada monokristal dan polikristal. Inovasi terbaru adalah thin film
triple junction PV dapat berfungsi sangat efisien dalam udara yang sangat
berawan dan dapat menghasilkan daya listrik sampai 45% [5].
Total pengeluaran listrik (Watt) dari sel surya adalah sama dengan tegangan
(V) operasi dikalikan dengan arus (I) operasi. Tegangan serta arus keluaran yang
dihasilkan ketika sel surya memperoleh penyinaran merupakan karakteristik yang
disajikan dalam bentuk kurva I-V pada Gambar 2.6. Kurva ini menunjukkan bahwa
pada saat arus dan tegangan berada pada titik kerja maksimal (Maximum Power
Point) maka akan menghasilkan daya keluaran maksimum (PMPP). Tegangan di
Maximum Power Point (MPP) VMPP, lebih kecil dari tegangan rangkaian terbuka
(Voc) dan arus saat MPP IMPP, adalah lebih rendah dari arus short circuit (Isc) [4].
Berikut karakteristik dari sel surya :
a. Short Circuit Current (Isc) : terjadi pada suatu titik dimana tegangannya adalah
nol, sehingga pada saat ini, daya keluaran adalah nol.
b. Open Circuit Voltage (Voc) : terjadi pada suatu titik dimana arusnya adalah nol,
sehingga pada saat ini pun daya keluaran adalah nol.
c. Maximum Power Point (MPP) : adalah titik daya output maksimum, yang sering
dinyatakan sebagai ”knee” dari kurva I-V.
Berdasarkan ketiga parameter tersebut, maka daya keluaran dari sel surya
dapat diperoleh dengan persamaan [8] :
Dengan:
Pout = daya keluaran sel surya (W)
Voc = tegangan open circuit (V)
Isc = arus short circuit (A)
FF = fill factor
𝑷𝒊𝒏 = 𝑮 × 𝑨 (4.3)
𝑷
𝜼 = 𝑷𝒐𝒖𝒕 (4.4)
𝒊𝒏
3. Panel Surya
Gambar 4.3 Hubungan Sel Surya, Panel Surya dan Array [4]
a. Temperatur
Sebuah panel surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperatur
yang diterimanya tetap normal pada temperatur 25⁰C. Kenaikan temperatur dari
temperatur normal pada panel surya akan melemahkan tegangan (Voc) yang
dihasilkan. Setiap kenaikan temperatur panel surya 1⁰C dari 25⁰C akan
mengakibatkan berkurang sekitar 0,5% daya yang dihasilkan. Untuk
menghitung besarnya daya yang berkurang pada saat temperature mengalami
kenaikan ⁰C dari temperatur standarnya, dipergunakan persamaan sebagai
berikut [10] :
𝑷𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒏𝒂𝒊𝒌 𝒕 ⁰
𝑪
= 𝟎, 𝟓% / ⁰𝑪 × 𝑷𝑴𝑷𝑷 × 𝒌𝒆𝒏𝒂𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒖𝒓( ⁰𝑪) (4.5)
Dengan:
Psaat t naiko C = daya pada saat temperatur naik oC dari
temperatur standar.
PMPP = daya keluaran maksimum panel surya.
Dengan:
PMPPsaat naik menjadi t ⁰C = keluaran maksimum panel surya saat
temperatur naik menjadi t⁰C dari temperatur standar.
Dengan:
EL = pemakaian energi (kWh/hari).
Gav = insolasi harian matahari rata-rata (kWh/m2/hari).
ηPV = efisiensi panel surya.
TCF =temperature correction factor.
𝜂𝑜𝑢𝑡 = efisiensi baterai × efisiensi inverter
Dengan :
PSI (Peak Solar Insolation) = 1000 W/m2.
𝑷𝒘𝒂𝒕𝒕 𝒑𝒆𝒂𝒌
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑷𝒂𝒏𝒆𝒍 𝑺𝒖𝒓𝒚𝒂 = (4.10)
𝑷𝑴𝑷𝑷
Dengan:
PWatt Peak = Daya yang dibangkitkan (Wp).
PMPP = Daya maksimum keluaran (output) panel surya (W).
Untuk memperoleh besar tegangan, arus dan daya yang sesuai dengan
kebutuhan, maka panel-panel surya tersebut harus dikombinasikan secara seri
dan paralel dengan aturan sebagai berikut :
1) Untuk memperoleh tegangan keluaran yang lebih besar dari tegangan
keluaran panel surya, maka dua buah (lebih) panel surya harus dihubungkan
secara seri.
2) Untuk memperoleh arus keluaran yang lebih besar dari arus keluaran panel
surya, maka dua buah (lebih) panel surya harus dihubungkan secara paralel.
3) Untuk memperoleh daya keluaran yang lebih besar dari daya keluaran panel
surya dengan tegangan yang konstan maka panel-panel surya harus
dihubungkan secara seri dan pararel.
4. Inverter
5. Baterai
𝑬𝒕
𝑨𝑯 = (4.11)
𝑽𝒔
𝑨𝑯 𝒙 𝑨𝑫
𝑪𝒃 = (4.12)
% 𝑫𝑶𝑫
Dengan:
Et = pemakaian energi listrik (Wh) Vs = tegangan sistem (V)
% DOD = presentasi nilai DOD maksimum yang dapat digunakan
TCF = faktor koreksi temperature AD = autonomy days
Berikut ini merupakan jenis baterai yang ada dipasaran Sumber (cahaya-led.com):
Tabel 4.2 Baterai
Baterai VLRA AGM Harga Satuan
12V 65Ah Rp. 1.500.000
12V 100Ah Rp. 2.000.000
12V 120Ah Rp. 2.450.000
12V 150Ah Rp. 2.750.000
12V 200Ah Rp. 4.350.000
12V 250Ah Rp. 5.500.000
6. Charge Controller
𝑷
𝑰𝒎𝒂𝒙 = 𝒎𝒂𝒌𝒔 (4.13)
𝑽𝒔
1. PLTS-Grid Connected
Gambar 4.8 Diagram Sistem PLTS Berdiri Sendiri dengan Baterai [4]
Pada Gambar 2.13 dapat dilihat daya DC yang dihasilkan oleh PV array
PLTS dikirim ke charger controller untuk melakukan charging ke baterai dan
melayani beban DC, charger controller juga mengatur overcharging atau kelebihan
pengisian karena baterai sudah penuh. Untuk memenuhi kebutuhan beban AC
digunakan baterai yang telah di charge oleh PV array, dan arus searah DC yang
berasal dari baterai telah dikonversi oleh inverter menjadi arus listrik bolak balik
(AC) sehingga dapat memenuhi kebutuhan beban AC.
Pada sistem PLTS, biaya siklus hidup (LCC) ditentukan oleh nilai sekarang
dari biaya total sistem PLTS yang terdiri dari biaya investasi awal, biaya jangka
panjang untuk pemeliharaan dan operasional. Biaya siklus hidup (LCC)
diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut[4]:
Dengan:
LCC = Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost).
C = Biaya investasi awal adalah biaya awal yang dikeluarkan untuk
pembelian komponen-komponen PLTS, biaya instalasi dan biaya
lainnya misalnya biaya untuk rak penyangga.
MPW = Biaya nilai sekarang untuk total biaya pemeliharaan dan operasional
selama n tahun atau selama umur proyek.
RPW = Biaya nilai sekarang untuk biaya penggantian yang harus dikeluarkan
selama umur proyek. Contohnya adalah biaya untuk penggantian baterai.
Dengan:
DF = Faktor diskonto.
i = Tingkat diskonto.
n = Periode dalam tahun (umur investasi).
Biaya energi merupakan perbandingan antara biaya total per tahun dari sistem
dengan energi yang dihasilkannya selama periode yang sama. Dilihat dari sisi
ekonomi, biaya energi PLTS berbeda dari biaya energi untuk pembangkit
konvensional. Hal ini karena biaya energi PLTS, dipengaruhi oleh biaya seperti [4]:
a. Biaya awal (biaya modal) yang tinggi;
b. Biaya pemeliharaan dan operasional rendah;
c. Biaya penggantian rendah (terutama hanya untuk baterai).
Perhitungan biaya energi suatu PLTS ditentukan oleh biaya siklus hidup
(LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan AkWh produksi tahunan PLTS.
Perhitungan biaya energi PLTS dihitung dengan persamaan sebagai berikut [4] :
𝑳𝑪𝑪×𝑪𝑹𝑭
𝑪𝑶𝑬 = (4.1)
𝑨𝒌𝑾𝒉
Dengan:
COE = Cost of Energy atau Biaya Energi (Rp/kWh).
CRF = Faktor pemulihan modal.
A kWh = Energi yang dibangkitkan tahunan (kWh/tahun).
D. Faktor Pemulihan Modal (Capital Recovery Factor)
Dengan:
𝑵𝑪𝑭𝒕
𝑵𝑷𝑽 = ∑𝒏
𝒕=𝟏 (𝟏+𝒊)𝒕 − 𝑰𝑰 (4.21)
𝒏 −𝒕
∑ 𝑵𝑪𝑭𝒕 (𝟏+𝒊)
𝑷𝑰 = 𝒕=𝟏 (4.22)
𝑰𝑰
Dengan:
NCFt = Net Cash Flow periode tahun ke-1 sampai tahun
ke-n.
II = Investasi awal (Initial Investment).
PERTANYAAN
KOMPETENSI DASAR
Pada sistem PLTS, biaya siklus hidup (LCC) ditentukan oleh nilai sekarang
dari biaya total sistem PLTS yang terdiri dari biaya investasi awal, biaya jangka
panjang untuk pemeliharaan dan operasional. Biaya siklus hidup (LCC)
diperhitungkan dengan persamaan sebagai berikut[47]:
Dengan:
LCC = Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost).
C = Biaya investasi awal adalah biaya awal yang dikeluarkan untuk
pembelian komponen-komponen PLTS, biaya instalasi dan biaya
lainnya misalnya biaya untuk rak penyangga.
MPW = Biaya nilai sekarang untuk total biaya pemeliharaan dan operasional
selama n tahun atau selama umur proyek.
RPW = Biaya nilai sekarang untuk biaya penggantian yang harus
dikeluarkan selama umur proyek. Contohnya adalah biaya untuk
penggantian baterai.
Dengan:
P = Nilai sekarang biaya tahunan selama umur proyek.
A = Biaya tahunan.
i = Tingkat diskonto.
n = Umur proyek.
2. Faktor Diskonto
Dengan:
DF = Faktor diskonto.
i = Tingkat diskonto.
n = Periode dalam tahun (umur investasi).
Biaya energi merupakan perbandingan antara biaya total per tahun dari sistem
dengan energi yang dihasilkannya selama periode yang sama. Dilihat dari sisi
ekonomi, biaya energi PLTS berbeda dari biaya energi untuk pembangkit
konvensional. Hal ini karena biaya energi PLTS, dipengaruhi oleh biaya seperti [47]:
Perhitungan biaya energi suatu PLTS ditentukan oleh biaya siklus hidup
(LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan AkWh produksi tahunan PLTS.
Perhitungan biaya energi PLTS dihitung dengan persamaan sebagai berikut [47] :
𝑳𝑪𝑪×𝑪𝑹𝑭
𝑪𝑶𝑬 = (5.5)
𝑨𝒌𝑾𝒉
Dengan:
COE = Cost of Energy atau Biaya Energi (Rp/kWh).
CRF = Faktor pemulihan modal.
A kWh = Energi yang dibangkitkan tahunan (kWh/tahun).
Dengan:
CRF = Faktor pemulihan modal.
i = Tingkat diskonto.
n = Periode dalam tahun (umur investasi).
𝑵𝑪𝑭𝒕
𝑵𝑷𝑽 = ∑𝒏
𝒕=𝟏 (𝟏+𝒊)𝒕 − 𝑰𝑰 (5.8)
𝒏 −𝒕
∑ 𝑵𝑪𝑭𝒕 (𝟏+𝒊)
𝑷𝑰 = 𝒕=𝟏 (5.9)
𝑰𝑰
Dengan:
NCFt = Net Cash Flow periode tahun ke-1 sampai tahun
ke-n.
II = Investasi awal (Initial Investment).
i = Tingkat diskonto.
n = Periode dalam tahun (umur investasi).
Keterangan:
Psaat t naik0C = Daya keluaran saat temperatur
naik 0C dari STC (Watt)
PMPP = Daya keluaran maksimum panel
surya (Watt)
Keterangan:
PMPP saat naik menjadi t0C = Daya keluaran maksimum panel surya saat
temperatur panel surya mengalami kenaikan t0C
Radiasi solar matahari di bumi dan berbagai lokasi bervariasi dan sangat
tergantung keadaan spketrum solar ke bumi.Insolation solar matahari berpengaruh
banyak terhadap arus dan sedikit terhadap tegangan (Mintorogo, 2000).
Keadaan atmosfer bumi seperti berawan, mendung, partikel debu udara, asap
uap air udara, kabut dan polusi sangat menentukan keluaran maksimum arus listrik
dari deretan modul surya [17].
D. Energi Listrik
Energi atau tenaga adalah kemampuan suatu benda untuk melakukan usaha
atau kerja.Menurut hukum kekekalan energi, energi tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan.Persamaan hukum kekekalan energi adalah sebagai berikut [38].
Ein = Eout (5.13)
Keterangan:
Energi hanya dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain.
Sebuah penghantar yang diberi beda potensial V, kuat arus I, dalam waktu t,
berdasarkan persamaan ketiga variabel tersebut merupakan bagian dari konsep usaha
atau energi listrik. Usaha yang dilakukan dalam satuan waktu disebut daya
(P).Persamaan daya listrik dapat ditulis sebagai berikut [32].
𝑷=𝑽𝒙𝑰 (5.13)
Keterangan :
P = Daya (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
Daya listrik merupakan bagian dari besarnya beda potensial, kuat arus,
hambatan dan waktu. Satuan daya adalah joule/sekon atau volt × ampere atau disebut
watt. Watt merupakan satuan Sistem Internasional dan joule merupakan satuan
Sistem Internasionalenergi listrik, tetapi dalam kehidupan sehari-hari energi listrik
biasa dinyatakan dalam satuan kWh (kilowatt-hour) [32], sehingga persamaannya
sebagai berikut [17].
𝑾 = 𝑷𝒕 (5.13)
Keterangan :
W = Energi (kWh)
t = Waktu (jam)
a. Panel surya 100 watt peak.Di Indonesia rata rata maksimum energi surya
yang dapat diserap oleh panel surya dan dikonversi menjadi energi listrik
rata-rata adalah 5 jam perhari (pkl. 9.00 s.d 14.00).
b. Jumlah kebutuhan panel surya : (3300 Watt Hour : 5 jam) : 100 Watt Peak
= 6,6 (7) unit panel surya 100 Watt Peak (sebaiknya 8 unit 100 Wp).
Ukuran (atau rating) untuk alat pengontrol arus masuk dan keluar dari aki
ditentukan dalam satuan Ampere.Untuk menghitung kebutuhan charge controller,
maka kita harus mengetahui dulu karakteristik dan spesifikasi dari panel surya,
biasanya pada bagian belakang panel surya terdapat spesifikasi teknis, misalnya :
a. Maximum power (Pmax) 100W.
b. Type cell monocrystalline.
c. Voltage at Pmax (Vmp) 17.4V Current at Pmax (Imp) 5.75A
d. Short circuit current (Isc) 6.33A
e. Open circuit voltage (Voc) 21.6VMaximum system voltage 1000V
Yang harus diperhatikan adalah angka Isc (short circuit current), nilainya dikalikan
dengan jumlah panel surya, hasilnya merupakan nilai berapa nilai minimal dari
charge controller yang dibutuhkan :
7 x 6,33 = 44,31 Ampere (sebaiknya gunakan 60A).
Biaya tersebut diatas belum termasuk biaya pemasangan, kabel dan lain-lain.
SOAL LANJUTAN
KOMPETENSI DASAR
Sebagaian besar dari cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak datang langsung
dari sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan. Karena besarnya
luminasi sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dari sumber cahaya
biasanya akan menyilaukan mata. Karena itu bahan-bahan armaturnya harus dipilih
demikian rupa sehingga sumber cahayanya terlindungi dan cahayanya terbagi tepat.
Berdasarkan pembagian flux cahayanya oleh sumber cahaya dan armatur
yang digunakan, dapat dibedakan sistem-sistem penerangan menjadi :
1. Armatur
Bentuk sumber cahaya dan armatur harus sedemikian rupa sehingga tidak
menyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab bayang-bayang ini diperlukan
untuk dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi bayang-bayang itu tidak
boleh terlalu tajam.
Selain itu konstruksi armatur harus sedemikian rupa sehingga ada cukup ada
sirkulasi udara untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber cahaya.
Karena itu harus ada cukup banyak lubang di bagian bawah dan bagian atas armatur.
3. Intesistas Penerangan
Keterangan :
Φ = Flux cahaya diperlukan
E = Intensitas penerangan
A = Luas bidang kerja
Keterangan :
η = Efisiensi
Φg = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua
sumber cahaya yang ada dalam ruangan.
Φo = flux cahaya berguna yang mencapai bidang
kerja, langsung atau tak langsung setelah dipantulkan oleh dinding
atau langit-langit.
4. Efisiensi Penerangan
Dari persamaan (2.1) dan (2.2), didapat rumus cahaya sebagai berikut :
𝑬×𝑨𝒍𝒎
𝚽𝒐 = (6.3)
𝜼
Keterangan :
A = Luas Bidang kerja dalam m2;
E = Intensitas penerangan yang diperlukan di bidang
kerja.
5. Efisiensi Armatur
6. Faktor-faktor Refleksi
Keteragan :
P = Panjang ruangan dalam m;
L = Lebar ruangan dalam m;
h = Tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja,
dinyatakan dalam m.
Bidang kerja adalah suatu bidang khayalan umumnya 0,8 m di atas lantai.
Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi penerangannya
dapat ditentukan dengan interpolasi. Kalau misalnya k = 4,5 maka untuk η diambil
nilai tengah antara nilai-nilai untuk k = 4 dan k = 5.
Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai η untuk k = 5, sebab untuk k diatas
5, efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi.
Penerangan Penerangan
Sifat Pekerjaan
sangat baik baik
Kantor
Ruang gambar 2000 1000
Ruang kantor 1000 500
Ruang yang tidak digunakan terus menerus 250 150
Ruang sekolah
Ruang kelas 500 250
Ruang gambar 1000 500
Ruang untuk pelajaran jahit-menjahit 1000 500
Industri
Pekerjaan yang sangat halus (pembuatan jam
5000 2500
tangan, instrumen kecil, mengukir)
Pekerjaan halus (pekerjaan pemasangan halus,
2000 1000
penyetelan mesin bubut halus, kempa halus, poles)
Dengan:
N = Jumlah lampu
E = Tingkat lux yang diperlukan ruangan (sesuai tabel 2.1)
A = Luas ruangan (m2)
F = Flux total (lumen)
UF = Faktor penggunaan dari tabel produk (dianggap sebesar 0.7)
LLF = Faktor kehilangan cahaya
Misalnya:Pada industri kotor sebesar 0,6
Pada industri bersih sebesar 0,7
Pada kantor ber-AC sebesar 0,8
Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber cahaya yang
efisien energinya. Lampu LED memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan
dengan lampu jenis lain. Adapun kelebihan dari lampu dari lampu LED, yaitu
memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lampu lain, dimana
LED lebih hemat energi 80 % sampai 90 % dibandingkan lampu lain, memilki waktu
penggunaan yang lebih lama hingga mencapai 100 ribu jam, cahaya keluaran dari
LED bersifat dingin atau cool (tidak ada sinar UV atau energi panas) dan ramah
lingkungan sebab tidak mengandung merkuri sedangkan kekurangan dari lampu
lampu LED yaitu, suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan
elektrik pada LED, harga LED per lumen lebih tinggi dibandingkan dengan lampu
lain.
Daya
Jenis lampu Lumen Lumen/Watt
(Watt)
LED tube T88W 8 720 90
LED tube T818W 18 1800 100
LED tube T820W 20 1900 95
Sumber :cahaya-led.com
4. Lampu Downlight
Lampu down light bisa berfungsi sebagai penerangan utama atau sebagai
penerangan khusus pada titik-titik tertentu (spot light). Sedangkan untuk lampu down
light 1 watt menghasilkan 65 lumen, digunakan untuk penerangan utama, tentunya
dibutuhkan lampu yang cukup banyak sampai sudut sinar dari satu lampu bertemu
atau tumpang tindih dengan sudut sinar lampu lainnya. Dengan demikian tidak ada
area yang gelap karena tidak terkena sinar lampu. Lampu downlight memiliki umur
lampu 7 – 25.000 jam.
PERTANYAAN
SOAL LANJUTAN
KOMPETENSI DASAR
A. Homer Energy
1. KlikStart → All program → HOMER 2.68 BETA, maka akan tampil halaman
utama dari program HOMER 2.68 BETA seperti pada Gambar 3.1 berikut ini.
3. Setelah komponen dan sistem ditambahkan pada simulasi, maka diberikan nilai
parameter yang digunakan dengan cara double-click tab komponen yang
digunakan.
4.
Gambar 7.5 Bentuk dari Software Pvsyst Untuk Menentukan Project Design [50]
Gambar 7.6 Tampilan Untuk Membuat Project PLTS Pada Sofware Pvsyst [50]
Pada Gambar 7.5 yang harus dilakukan adalah memilih project design yang
akan dikembangkan yaitu grid-connected. Setelah memilih project
designSelanjutnyaakan keluar menu tampilan ditunjukkan pada Gambar 7.6. Pada
tampilan ini banyak menu yang harus di pilih, untuk simulasi pada sistem ini.
Langkah kedua mengisi radiasi matahari dan data geografis dari lokasi
penelitian dengan memilih menu site and meteo pada menu project. Data radiasi
matahari dan suhu di dapat dari data BMKG, untuk simulasi ini radiasi matahari
dihitung berdasarkan jumlah hari dalam tiap bulannya. Sebagai salah satu contoh
pada bulan Januari untuk radiasi matahari dilihat dari data BMKG bernilai 3,75
kWh/m2/Hari dikali dengan jumlah hari selama 31 hari pada bulan Januari maka
nilai radiasi matahari pada bulan Januari didapat sebesar 116,3 kWh/m2/Bulan.
Perhitungan tersebut hanya sampai bulan Oktober sajah karena untuk bulan
November dan Desember data Radiasi matahari didapat dari sofware pvsyst
berdasarkan prediksi NASSA. Selanjutnya untuk menginput data geographical
coordinates di input berdasarkan letak geografis kampus UNTIRTA yang berada
pada 6,12 Lintang Selatan (lattitude) dan 106,19 Bujur Timur. Tampilan untuk
langkah kedua dapat dilihat pada Gambar 7.8, Gambar 7.9 dan Gambar 7.10.
Gambar 7.8 adalah tampilan sebelum kita menginput data radiasi matahari
dan letak geografis dari lokasi penelitian, pada menu tersebut kita harus mengisi
country, site, meteofile yang sudah ada datanya. Selanjutnya untuk menginput data
Gambar 7.12 Tampilan Pada Menu System Simulasi untuk Gedung A [50]
KOMPETENSI DASAR
Bagian ini berisikan hasil yang telah diperoleh dari pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui tingkat akurasi dan perbandingan sistem yang telah dibangun
dengan hasil perhitungan kebutuhan pencahayaan secara manual. Pengujian yang
dilakukan pada penelitian meliputi perbandingan kebutuhan pencahayaan dengan
parameter yang berbeda-beda, dan perbandingan kebutuhan pencahayaan yang
dihitung oleh sistem dengan perhitungan manual.
Sebagai contoh perhitungan manual, diinginkan sebuah ruangan gambar
dengan panjang 8 m, lebar 5, dan tinggi 3,2, menggunakan jenis lampu Osram
Lumilux T5 HO 49W 2 lampu per armatur, dinding dan langit-langit berwarna cerah.
Dengan data yang telah disebutkan, kebutuhan titik pencahayaan untuk ruangan
tersebut dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.
Kegunaan ruangan : Ruang Gambar = 1000 Lux
Merek, Tipe lampu : Osram Lumilux T5 HO 49W = 4900 Lumen
Jumlah per titik : 2 Lampu per titik = 4900 x 2 = 9800 Lumen
Faktor refleksi : rp = 0,7; rw = 0,5; rm = 0,1
Ukuran ruang : Panjang = 8 m, Lebar = 5 m,
Tinggi =3,2 m
Bidang kerja umumnya 0,8 m
Gambar 8.2 Halaman Faktor Refleksi, Indeks Bentuk, dan Efisiensi [49]
Halaman terakhir menampilkan tabel yang berisi tipe lampu dan kebutuhan
titik lampu, pada tabel data titik lampu tertulis hasil perhitungan tanpa pembulatan,
jika ingin mengetahui nilai pembulatan user bisa memilih salah satu tipe lampu.
Pada halaman ini user juga dapat menyimpan tabel tersebut kedalam sebuah
file excel, tampilan halaman dapat dilihat pada gambar 9.4.
Jika user ingin menambahkan jenis atau tipe lampu baru, perangkat lunak ini
memiliki sebuah halaman untuk penambahan database lampu. Halaman input
database memiliki tiga buah textbox yang harus diisi oleh user, tampilan halaman
dapat dilihat pada gambar 9.5.
2. Pengujian Sistem 2
Data pengujian sebagai berikut :
Kegunaan ruangan : Ruang Kelas (Sekolah) Merek lampu : Philips
Jumlah per titik : 1 Lampu per titik
Faktor refleksi : rp = 0,3; rw = 0,1; rm = 0,1
Ukuran ruang : Panjang = 10 m, Lebar = 6 m, Tinggi
=3m Bidang kerja umumnya 0,8 m
Tabel 8.2 Kebutuhan Lampu dengan rp = 0,3; rw = 0,1; rm = 0,1
Merek dan Tipe Lampu Jumlah Titik Pembulatan
philips Master TL-D Super 70W 5.994437162 6
philips Master TL-D Xtra 70W 6.043172424 7
philips Master TL-D Xtreme 70W 6.092706624 7
philips Master TL-D ECO 63W 6.636698287 7
philips Master TL-D Xtra 58W 7.14721354 8
philips Master TL-D Xtra Polar 58W 7.14721354 8
4. Pengujian Sistem 4
Data pengujian sebagai berikut :
Kegunaan ruangan : Ruang Ketik (Kantor)
Merek lampu : Philips
Jumlah per titik : 1 Lampu per titik
Faktor refleksi : rp = 0,3; rw = 0,1; rm = 0,1
Ukuran ruang : Panjang = 10 m, Lebar = 6 m, Tinggi
=3m
Bidang kerja umumnya 0,8 m
10 ∙ 6
𝑘=
2,2(10 + 6)
60
𝑘= = 1,704
35,2
k = 1,5 : ɳ = 0,48
k=2 : ɳ = 0,54
1,704 − 1,5
ɳ = 0,48 + (0,54 − 0,48)
2 − 1,5
0,205
= 0,48 + (0,06)
0,5
= 0,48 + 0,408(0,06)
ɳ = 0,5044
𝐸. 𝐴 250. 60 15000
𝑛= = = = 11,0963
𝜙. ɳ. 𝑑 3350 . 0,5044 . 0,8 1351,792
𝑝∙𝑙
𝑘=
ℎ(𝑝 + 𝑙)
10 ∙ 6
𝑘=
2,2(10 + 6)
60
𝑘= = 1,704
35,2
k = 1,5 : ɳ = 0,56
k=2 : ɳ = 0,61
1,704 − 1,5
ɳ = 0,56 + (0,61 − 0,56)
2 − 1,5
0,205
= 0,56 + (0,05)
0,5
= 0,56 + 0,408(0,05)
ɳ = 0,5804
𝐸. 𝐴 500. 60 30000
𝑛= = = = 19,2867
𝜙. ɳ. 𝑑 3350 . 0,5804 . 0,8 1555,472
𝑝∙𝑙
𝑘=
ℎ(𝑝 + 𝑙)
10 ∙ 6
𝑘=
2,2(10 + 6)
60
𝑘= = 1,704
35,2
k = 1,5 : ɳ = 0,48
1,704 − 1,5
ɳ = 0,48 + (0,54 − 0,48)
2 − 1,5
0,205
= 0,48 + (0,06)
0,5
= 0,48 + 0,408(0,06)
ɳ = 0,5044
sehingga :
𝐸. 𝐴 500. 60 30000
𝑛= = = = 22,2091
𝜙. ɳ. 𝑑 3350 . 0,5044 . 0,8 1351,792
D. Analisis Hasil
Hasil pengujian manual 1 data yang digunakan sama dengan data pada
pengujian sistem 1, hanya pada manual tipe lampu yang diambila adalah Philips
Master TL-D Super 36W yang memiliki nilai lumen sebesar 3350 Lumen. Nilai tabel
4.1 dapat kita lihat dengan penggunaan lampu tipe Philips Master TL-D Super 36W,
titik lampu yang dibutuhkan adalah 9,641713911 dibulatkan menjadi 10 titik lampu,
sedangkan hasil dari perhitungan manual adalah 9,6433. Perbedaan sangat kecil
antara manual dan sistem diakibatkan oleh pembulatan perhitungan awal pada sistem
yang hanya 2 angka belakang koma. Sehingga hasil akhir pada program memiliki
nilai berbeda dengan perhitungan manual.
Pengujian manual 2 menggunakan data yang sama dengan pengujian sistem
2, dengan menggunakan tipe lampu yang sama dengan pengujian sebelumnya yaitu
Philips Master TL-D Super 36W. Hasil pengujian sistem didapat kebutuhan titik
lampu sebanyak 11,0941822 dibulatkan menjadi 12 titik lampu, sedangkan hasil dari
pengujian manual adalah 11,0963. Perbedaan juga disebabkan oleh pembulatan dari
sistem yang telah dibangun.
Pengujian manual 3 juga menggunakan data yang sama dengan pengujian
sistem 3 yang dapat dilihat pada tabel 4.3. Hasil yang didiapat oleh sistem adalah
19,28342782 dibulatkan menjadi 20 titik, sedangkan data manual adalah 19,2867.
Pengujian manual 4 dan pengujian sistem 4 menghasilkan data sistem sebesar
22,18836442 dibulatkan menjadi 23 titik, sedangkan hasil pada pengujian manual
sebesar 22,2091 dengan data yang sama dengan lampu Master TL-D Super 36W.
SOAL LANJUTAN:
Carilah contoh studi kasus perencanaan PLTS untuk bangunan gedung perkuliahan
!
KOMPETENSI DASAR
Gedung baru FT. Untirta berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman km.3 Cilegon
Banten. Gedung yang dibangun 2 lantai yang memiliki luas 375,8 m2 dengan tinggi
13,25 m dapat dilihat pada Gambar 9.1 dan untuk denahnya dapat dilihat di lampiran.
Terdapat dua atap pada gedung baru FT. Untirta dengan ukuran yang dapat
dilihat pada Gambar 9.2, Gambar 9.3 dan Gambar 9.4 sebagai berikut :
Gambar 9.2 Tampak Samping Atap Gedung Baru FT. Untirta [50]
Gambar 9.3 Sudut Kemiringan Atap Gedung Baru FT. Untirta [50]
Pada Gambar 9.2, Gambar 9.3 dan Gambar 9.4 merupakan ukuran atap
Gedung baru FT. Untirta. Dapat diperhitungkan dengan panjang atap 8,7 m dan lebar
atap 11,6 m, maka luas atap gedung baru FT. Untirta sebesar 103,53 m2. Sehingga
total luas atap gedung adalah 207,06m2.
1. Radiasi Matahari, Temperatur dan Kecepatan Angin
Radiasi Matahari
Bulan Temperatur
(kWh/m2/hari)
Januari 4,98 26,5
Februari 4,85 26,7
Maret 5,34 27,0
April 5,36 27,3
Mei 4,75 27,6
Juni 4,77 27,3
Juli 5,02 27,0
Agustus 5,71 26,6
September 6,05 27,3
Oktober 5,83 28,4
November 5,09 27,6
Desember 5,22 27,3
Rata-rata 5,24 27,2
Sumber : NASA 2015
2. Panel Surya
Panel surya yang digunakan adalah panel surya jenis polycristalline dengan
besar kapasitas yaitu 300 Wp dengan spesifikasi sebagai berikut :
Tabel 9.3 Spesifikasi Panel Surya 300 Wp
Spesifikasi Keterangan
Peak Power (Pmax) 300 W
Cell Efficiency 15,54 %
Max. power volt (Vmp) 35,8 V
Max. power current (Imp) 8,38 A
Open circuit volt (Voc) 44 V
Short circuit current (Isc) 9,05 A
Power tolerance 3%
Max system voltage 1000V
Dimensions 1950×990×50 mm
Weight 25 kg
Sumber : Rekasurya.com
Digunakan jenis panel ini karena untuk jenis polycrystalline cocok untuk
produksi masal di masa depan dan dapat menghasilkan listrik walaupun dalam
keadaan mendung. Digunakan 300 Wp karena memiliki nilai efisiensi yang tinggi
yaitu mencapai 15,54 %.
Konsumsi energi listrik yang disuplai PLTS adalah konsumsi energi listrik
penerangan pada gedung selama 8 jam. Konsumsi energi listrikpada penelitian ini
dilakukan dengan 2 kondisi, yaitu :
1. Kondisi 1 adalah konsumsi energi listrik penerangan sesuai perencanaan awal
pada gedung.
2. Kondisi 2 adalah konsumsi energi listrik penerangan dengan lampu LED.
Berdasarkan Tabel 9.4, Tabel 9.5 dan Tabel 9.6 total konsumsi energi listrik
penerangan kondisi 1 yaitu sebesar 121.1kWh/hari, dengan konsumsi energi listrik
per lantainya yaitu sebesar 40,48 kWh/hari.
Spesifikasi Keterangan
Daya 18 Watt
Tegangan Input 85-265 VAC
Luminous Flux 1800 lm
Panjang 1200 mm
Life Time 45.000 jam
Sumber :cahaya-led.com
b. Toilet
Luas Ruangan (A) = 14,19 m2
Tingkat lux yang diperlukan ruangan (E) = 100 lux (sesuai Tabel 9.3)
Flux total atau jumlah lumen (F) = 1.800 lm (sesuai Tabel 9.4)
Faktor penggunaan dari tabel produk (UF) = 0,7
Faktor kehilangan cahaya (LLF) = 0,7
𝐸×𝐴
𝑁 =
𝐹 × 𝑈𝐹 × 𝐿𝐿𝐹
100 × 14,19
=
1800 × 0,7 × 0,7
1419
= = 1,6 ~ 2 𝐿𝑎𝑚𝑝𝑢
882
c. Koridor Depan
Luas Ruangan (A) = 76,6 m2
Tingkat lux yang diperlukan ruangan (E) = 100 lux (sesuai Tabel 9.3)
Flux total atau jumlah lumen (F) = 1.800 lm (sesuai Tabel 9.4)
Faktor penggunaan dari tabel produk (UF) = 0,7
Faktor kehilangan cahaya (LLF) = 0,7
𝐸×𝐴
𝑁 =
𝐹 × 𝑈𝐹 × 𝐿𝐿𝐹
100 × 76,6
=
1800 × 0,7 × 0,7
7660
= = 8,68 ~ 9 𝐿𝑎𝑚𝑝𝑢
882
d. Koridor Samping
Luas Ruangan (A) = 10,32 m2
Tingkat lux yang diperlukan ruangan (E) = 100 lux (sesuai Tabel 9.3)
Flux total atau jumlah lumen (F) = 1.800 lm (sesuai Tabel 9.4)
Faktor penggunaan dari tabel produk (UF) = 0,7
𝐸×𝐴 100×10,32
𝑁 = =
𝐹×𝑈𝐹×𝐿𝐿𝐹 1800×0,7×0,7
1032
= = 1,2 ~ 2 𝐿𝑎𝑚𝑝𝑢
882
e. Tangga
Luas Ruangan (A) = 5,2 m2
Tingkat lux yang diperlukan ruangan (E) = 100 lux (sesuai Tabel 9.3)
Flux total atau jumlah lumen (F) = 1.800 lm (sesuai Tabel 9.4)
Faktor penggunaan dari tabel produk (UF) = 0,7
Faktor kehilangan cahaya (LLF) = 0,7
𝐸×𝐴
𝑁 =
𝐹 × 𝑈𝐹 × 𝐿𝐿𝐹
100 × 5,2
=
1800 × 0,7 × 0,7
520
= = 0,6 ~ 1 𝐿𝑎𝑚𝑝𝑢
882
Berdasarkan Tabel 9.8, Tabel 9.9 dan Tabel 9.10 total konsumsi energi listrik
penerangan kondisi 2 yaitu sebesar 31,25 Wh/hari. Dengan menggunakan sistem
penerangan pada kondisi 2 dapat menghemat konsumsi energi listrik sebesar
89,84kWh/hari atau sebesar 74%.
b. Kondisi 2
𝐸𝐿 = (15% × 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖) + 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖
= (15% × 10.512 𝑊ℎ) + 10.512 𝑘𝑊ℎ
= 12.088,8 𝑊ℎ ~ 12,1 𝑘𝑊ℎ
𝐸𝐿
𝑃𝑉 𝐴𝑟𝑒𝑎 =
𝐺𝑎𝑣 × 𝜂𝑝𝑣 × 𝑇𝐶𝐹 × 𝜂𝑜𝑢𝑡
Konsumsi energi listrik kondisi 1 per lantainya sebesar 46,552 kWh/hari dan
kondisi 2 per lantainya sebesar 12.1kWh/hari.Untuk nilai insolasi harian (GAV)
digunakan nilai insolasi rata-rata terendah seperti data pada Tabel 9.2, yaitu sebesar
4,75 kWh/m2. Pemilihan ini bertujuan agar pada saat insolasi harian matahari berada
pada nilai yang paling rendah maka PLTS tetap dapat memenuhi besar kapasitas
yang dibangkitkan.Effisiansi panel surya sebesar 15,54% mengacu pada efisiensi
panel surya jenis polycrystalline 300 Wp yang spesifikasinya dapat dilihat pada
Tabel 9.3.
Setiap kenaikan temperatur 1⁰C (dari 25⁰) pada panel surya, maka hal tersebut
akan mengakibatkan daya yang dihasilkan oleh panel surya akan berkurang sekitar
0,5%. Data temperatur maksimum untuk wilayah FT. Untirta sebesar 28,4⁰C.Data
temperatur memperlihatkan ada peningkatan suhu sebesar 3,4⁰C dari suhu standar
25⁰C yang diperlukan oleh panel surya.
Untuk daya keluaran maksimum panel surya pada saat temperaturnya naik
menjadi 28,4⁰C, diperhitungkan dengan persamaan yaitu :
= 294,9 𝑊𝑎𝑡𝑡
a. Kondisi 1
46,552 kWh
𝑃𝑉 𝐴𝑟𝑒𝑎 =
kWh
4,75 × 0,1554 × 0,983 × 0,765
𝑚2
= 83,865 𝑚2
b. Kondisi 2
12,1 kWh
𝑃𝑉 𝐴𝑟𝑒𝑎 =
kWh
4,75 × 0,1554 × 0,9825 × 0,765
𝑚2
= 21,78 𝑚2
Dari perhitungan area array, maka besar daya yang dibangkitkan PLTS (Watt
peak) dapat dihitung dengan persamaan berikut.
a. Kondisi 1
𝑃𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑝𝑒𝑎𝑘 = 83,865 𝑚2 × 1000𝑊/𝑚2 × 0,1554
= 13.032,6 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑃𝑒𝑎𝑘
b. Kondisi 2
𝑃𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑝𝑒𝑎𝑘 = 21,8 𝑚2 × 1000𝑊/𝑚2 × 0,1554
= 3.384,6 𝑊𝑎𝑡𝑡 𝑃𝑒𝑎𝑘
Berdasarkan besar daya yang akan dibangkitkan, maka jumlah panel surya
yang diperlukan, diperhitungkan dengan persamaan berikut.
a. Kondisi 1
13.038
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 =
300
= 43,44 ~ 44 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎
Panel surya yang digunakan adalah panel surya dengan spesifikasi pada
Tabel 4.3 yaitu Vmp = 35,8V, Imp = 8,38A dan Pmp = 300W per panel. Dengan
spesifikasi tersebut maka besar VMPP, IMPP, PMPP pada array dapat
diperhitungkan sebagai berikut : VMPP array adalah 35,8 × 3 = 107,4 V, IMPP
array adalah 8,38 × 5 = 41,9A dan PMPP Array adalah 4.500,06 W (~4.600 W).
b. Kondisi 2
3.384,6
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 =
300
= 11,28 ~ 12 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎
10.800 𝑊
𝑃𝑉 𝐴𝑟𝑒𝑎 = = 69,5 𝑚2
1000𝑊/𝑚2 𝑥0,1554
Adapun rangkaian panel surya yang terdiri dari 4 rangkaian (string) yang
terhubung paralel dengan 1 rangkaian terdiri dari 3 panel yang terhubung seri.
Kapasitas arus yang mengalir pada charge controller dapat ditentukan dengan
mengetahui daya yang dibangkitkan oleh sistem PLTS yaitu pada kondisi 1 sebesar
4.800 Watt dan kondisi 2sebesar 3.600 Watt, dengan tegangan yang tersambung pada
baterai disesuaikan dengan kebutuhan daya yang dibangkitkan. Pada kondisi 1 untuk
daya yang dibangkitkan sebesar 4.800Watt tegangan yang diteruskan ke baterai
sebesar 60 V, dan kondisi 2 dengan daya yang dibangkitkan sebesar 3600 Watt
tegangan yang diteruskan ke baterai sebesar 60 V. Hal tersebut dilakukan
berdasarkan spesifikasi yang tercantum pada charge controller tipe Flex Max MPPT
pada Tabel 9.11 dan Tabel 9.12.Maka kapasitas arus yang mengalir pada charge
controller dapat diketahui dengan menngunakan persamaan berikut.
4500
𝐼𝑚𝑎𝑥 = = 75 𝐴
60
b. Kondisi 2
3600
𝐼𝑚𝑎𝑥 = = 60 𝐴
60
7. Kapasitas Inverter
Spesifikasi Keterangan
DC Voltage 12 - 72 V
Output Voltage 110V/220V/230V/240V
Continuous Power 5.000 W
Efficiency 90%
frequency 50/60 Hz
Dimension 460*235*95 mm
Sumber: Alibaba.com [50]
b. Kondisi 2
Pada kondisi 2 untuk setiap lantainya terdiri dari 1 sistem array dengan
PMPP sebesar 3.600 Watt.Inverter yang digunakan adalah jenis pure sine wave
off grid.Berdasarkan besar kapasitasdaya yang harus dilayani maka dalam
penelitian ini dipilih inverter pure sine wave 4.000 Watt dengan input tegangan
sebesar 60V disesuaikan dengan keluaran dari charge controller yang
tersambung ke baterai. Spesifikasi inverter dapat dilihat pada Tabel 9.14 sebagai
berikut :
Tabel 9.14 Spesifikasi Inverter 4.000 Watt
Spesifikasi Keterangan
DC Voltage 12 - 72 V
Output Voltage 110V/220V/230V/240V
Spesifikasi Keterangan
Nominal Voltage 12 V
Rated Capacity 250 Ah
Height 220 mm
Length 520 mm
Width 268 mm
Weight 68,5 kg
Sumber : cahaya-led.com [50]
b. Kondisi 2
12,1 kWh
𝐴𝐻 = = 201,6 𝐴ℎ
60
Berdasarkan kebutuhan ampere hour dalam satu hari pada kondisi 2yaitu
756 Ah, jumlah baterai yang diperlukan pada kondisi 2 adalah sebanyak 15
baterai setiap lantainya. Adapun rangkaian baterai membentuk 3 rangkaian
(string) yang terhubung pararel dengan 1 rangkaian terdiri dari 5 baterai yang
terhubung seri. Maka total kebutuhan baterai yang digunakan adalah 45 baterai
dengan luas area baterai adalah 6,3 m2.
Total kebutuhan komponen PLTS pada kondisi 1 dan kondisi 2 dapat dilihat
pada Tabel 9.15 sebagai berikut :
Jumlah panel surya pada kondisi 1 yaitu sebanyak 135 panel surya dengan
kebutuhan panel surya sebanyak 45 untuk setiap lantainya dan untuk setiap lantainya
membentuk 3 array dengan kebutuhan panel surya sebanyak 15 panel untuk setiap
array. Ilustrasi atap gedung baru FT. Untirtadapat dilihat pada Gambar 9.9 sebagai
berikut :
Pada Gambar 9.9 merupakan ilustrasi tampak atas atap gedung baru FT.
Untirta dengan ukuran panjang gedung (Pg) = 34,8 m dan lebar gedung (Lg) = 10,8
m. Terdapat 2 atap pada gedung baru FT. Untirta dengan ukuran yang sama yaitu
panjang atap (Pa) = 11,9 m dan lebar atap (La) = 8,4 m.
Pada Gambar 9.10 merupakan ilustrasi pemasangan panel surya pada atap
gedung baru FT. Untirta, ketentuan pemasangan panel surya pada kondisi 1 yaitu
bagian yang berwarna biru merupakan susunan arraydari panel surya dengan ukuran
panel surya (ps) = 1,95×0,99 m, membentuk 3 rangkaian terhubung seri yaitu
panjang susunan array (Psa) = 5,93 m dan membentuk 5 rangkaian (string) terhubung
pararel yaitu lebar susunan array (Lsa) = 5,11 m. Susunan array panel surya dapat
dioptimalkan pada atap gedung baru FT. Untirta dengan celah panel surya (Cps) =
0,04 m.
2. Pemasangan Panel Surya Kondisi 2
Jumlah panel surya pada kondisi 2 yaitu sebanyak 36 panel surya dengan
kebutuhan panel surya sebanyak 12 untuk setiap lantainya/array. Ilustrasi
pemasangan panel surya pada kondisi 2 dapat dilihat pada Gambar 4.11,bagian yang
berwarna biru merupakan susunan array panel surya dan yang berwarna kuning
adalah atap gedung, ketentuan pemasangan panel surya pada kondisi 2 yaitu dengan
panjang susunan array (Psa) = 5,93 m terdiri dari 3 rangkaian terhubung seri dan
lebar susunan array (Lsa) = 4,08 m terdiri dari 4 rangkaian (string) terhubung pararel.
Celah panel surya (Cps) sama dengan kondisi 1 yaitu 0,04 m. Dengan ketentuan
tersebut pemasangan panel surya pada kondisi 2 mampu dioptimalkan pada 1 atap
gedung baru FT. Untirta
Energi Konversi
3000 1759182716991707186421112033188013911473
2000 13801277
kWh
1000
0
Bulan
Gambar 9.13 Grafik Peformance Ratio dan Solar Fractionper Kondisi 1 [50]
Rugi-rugi yang terdapat pada hasil simulasi ini yaitu PV-array losses dan
system losses yang terjadi di baterai.PV-array losses di dapat sebesar 0,85
kWh/kWp/hari dan system losses sebesar 0,45 kWh/kWp/hari. Setelah ada rugi-rugi
maka energi yang dapat disuplaisebesar 3 kWh/kWp/hari.Hasil simulasi pada
penjelasan ini dapat dilihat pada Gambar 9.14.
Pada Tabel 9.16 terdapat variabel hasil simulasi energi konversi, energi yang
tidak digunakan, energi suplai, beban dan solfrac.Variabel tersebut dianalisa untuk
menentukan kualitas dan keandalan sistem PLTS yang dirancang. Energi konversi
merupakan energi listrik yang tersedia hasil keluaran panel surya dengan besarnya
total energi konversi hasil simulasi dalam satu tahun per lantai sebesar 20.402 kWh.
Energi suplai merupakan energi siap salur untuk kebutuhan beban. Besarnya energi
suplai per lantai dalam satu tahun sebesar 14.755kWh dan mampu untuk memenuhi
kebutuhan beban sebesar 14.755kWh maka keandalan sistem yang dihasilkan
sebesar 100% disebut juga solfrac.
2. Kondisi 2
Aliran energi yang didapat dari hasil simulasi kondisi 2 yang ditunjukan pada
Gambar 9.15 sebagai berikut :
Energi Konversi
571.4554.8
600 488.8 493.6 499
464.9 450.7461.6
500
376.4348.7 372.6396.3
400
kWh
300
200
100
0
Bulan
Rugi-rugi yang terdapat pada hasil simulasi ini yaitu PV-array losses dan
system losses yang terjadi di baterai.PV-array losses di dapat sebesar 0,82
kWh/kWp/hari dan system losses sebesar 0,44 kWh/kWp/hari. Setelah ada rugi-rugi
maka energi yang dapat disuplaisebesar 2,92 kWh/kWp/hari. Hasil simulasi pada
penjelasan ini dapat dilihat pada Gambar 9.17.
Pada Tabel 9.17 terdapat variabel hasil simulasi energi konversi, Energi yang
tidak digunakan, energi suplai, beban dan solfrac.Variabel tersebut dianalisa untuk
menentukan kualitas dan keandalan sistem PLTS yang dirancang. Energi konversi
merupakan energi listrik yang tersedia hasil keluaran panel surya dengan besarnya
total energi konversi hasil simulasi dalam satu tahun per lantai sebesar 5.478,6 kWh.
Energi suplai merupakan energi siap salur untuk kebutuhan beban. Besarnya energi
suplai per lantai dalam satu tahun sebesar 3836,9kWh dan mampu untuk memenuhi
kebutuhan beban sebesar 3.836,9 kWh maka keandalan sistem yang dihasilkan
sebesar 100% disebut juga solfrac.
Biaya investasi awal untuk PLTS yang akan dikembangkan di gedung baru
FT. Untirta mencakup biaya-biaya seperti : biaya komponen PLTS, biaya rak
penyangga panel surya, biaya pengiriman serta biaya instalasi PLTS. Biaya untuk
komponen PLTS ini terdiri dari biaya untuk pembelian panel surya, inverter, baterai
dan charge controller. Biaya investasi PLTS pada gedung baru FT. Untirta dapat
dilihat pada Tabel 9.18 dan Tabel 9.19 sebagai berikut.
Tabel 9.18 Biaya Investasi PLTS kondisi 1
Harga Satuan Total Harga
Komponen Jumlah
(Rp) (Rp)
Panel Surya 135 3.105.000 419.175.000
Baterai 180 5.500.000 990.000.000
Inverter 9 5.548.000 49.932.000
Charge Controller 9 4.414.000 39726000
Biaya siklus hidup (LCC) untuk PLTS yang akan dikembangkan di gedung
baru perkuliahan FT. Untirta, ditentukan oleh nilai sekarang dari biaya total sistem
PLTS yang terdiri dari biaya investasi awal (C), biaya jangka panjang untuk
pemeliharaan dan operasional (MPW) dan (RPW) biaya nilai sekarang untuk biaya
penggantian selama umur proyek. Sehingga biaya siklus hidup (LCC) PLTS pada
penelitian ini akan dihitung dengan persamaan (9.15) sebagai berikut :
(1 + 𝑖)𝑛 − 1
𝑃 = 𝐴[ ]
𝑖(1 + 𝑖)𝑛
(1 + 0,11)20 − 1
𝑀𝑃𝑊 (𝐴 11%,25 ) = 17.395.032 [ ]
0,11(1 + 0,11)20
7,062
= 𝑅𝑝. 17.395.032 [ ]
0,887
= 𝑅𝑝. 17.395.032 × 7,96
= 𝑅𝑝. 138.464.455
b. Kondisi 2
b. Kondisi 2
𝐿𝐶𝐶 = 𝑅𝑝. 444.640.500 + 35.393.384 + 294.888.000
= 𝑅𝑝. 774.921.884
Perhitungan biaya energi (cost of energy) suatu PLTS ditentukan oleh biaya
siklus hidup (LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan kWh produksi tahunan
PLTS yang dikembangkan di gedung baru FT. Untirta.
Biaya energi (cost of energy) PLTS diperhitungkan dengan persamaan (9.19)
sebagai berikut :
𝐿𝐶𝐶 𝑥 𝐶𝑅𝐹
𝐶𝑂𝐸 =
𝐴 𝑘𝑊ℎ
Faktor pemulihan modal untuk mengkonversikan semua arus kas biaya siklus
hidup (LCC) menjadi serangkaian biaya tahunan, diperhitungkan dengan persamaan
(2.20) sebagai berikut :
b. Kondisi 1
Berdasarkan hasil LCC, CRF dan kWh produksi tahunan maka besar biaya
(COE) Untuk PLTS yang dikembangkan di gedung baru FT. Untirta adalah sebagai
berikut :
a. Kondisi 1
3.037.077.655 × 0,125
𝐶𝑂𝐸 =
44.197,4
379.634.707
=
44.197,4
= 𝑅𝑝. 8.589,5/𝑘𝑊ℎ ~ 𝑅𝑝. 8.600/𝑘𝑊ℎ
b. Kondisi 2
774.921.884 × 0,125
𝐶𝑂𝐸 =
11.405,52
96.865.235,5
=
11.405,52
= 𝑅𝑝. 8492,8/𝑘𝑊ℎ ~ 𝑅𝑝. 8.500/𝑘𝑊ℎ
Arus Arus
Arus Kas
Tahun Biaya Kas Kas DF NCF PVNCF
Keluar
Masuk Bersih
4446404
0 0 0 0
00
9694692 9250051 8333371 83333713
1 4446405 0.9009
0 5 4 .96
9694692 9250051 7507341 15840713
2 4446405 0.8116
0 5 8 1.9
9694692 9250051 6763637 22604350
3 4446405 0.7312
0 5 6.6 8.5
9694692 9250051 6093008 28697359
4 4446405 0.6587
0 5 9.2 7.7
9694692 9250051 5489905 34187265
5 4446405 0.5935
0 5 5.7 3.4
9694692 9250051 4945077 39132342
6 4446405 0.5346
0 5 5.3 8.7
9694692 9250051 4455749 43588092
7 4446405 0.4817
0 5 8.1 6.8
9694692 9250051 4013597 47601690
8 4446405 0.4339
0 5 3.5 0.2
9694692 9250051 3615845 51217535
9 4446405 0.3909
0 5 1.3 1.6
9694692 9250051 3257868 54475403
10 4446405 0.3522
0 5 1.4 2.9
9694692 9250051 2935041 57410444
11 4446405 0.3173
0 5 3.4 6.3
9694692 9250051 2643664 60054109
12 4446405 0.2858
0 5 7.2 3.5
9694692 9250051 2381888 62435997
13 4446405 0.2575
0 5 2.6 6.1
9694692 9250051 2146011 64582009
14 4446405 0.232
0 5 9.5 5.6
Berdasarkan hasil perhitungan arus kas bersih (NCF), faktor diskonto dan
nilai sekarang arus kas bersih (PVNCF), maka NPV, PI dan DPP untuk PLTS yang
akan dikembangkan dapat diperhitungkan.
a. Kondisi 1
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa total nilai sekarang arus kas bersih yang
merupakan hasil perkalian antara arus kas bersih dengan faktor diskontoadalah
sebesar Rp 2.888.273.408. Sehingga dengan biaya investasi awal (Initial
Investment) sebesar Rp. 1.739.503.200maka besar nilai NPV adalah :
Hasil perhitungan NPV yang bernilai positif Rp. 291.959.701 (> 0),
menunjukkan bahwa investasi PLTS yang akan dikembangkan di gedung baru
perkuliahan FT. Untirta layak untuk dilaksanakan.
b. Kondisi 2
Dengan total nilai sekarang arus kas bersih sebesar Rp. 736.600.101 dan
biaya investasi awal (Initial Investment) sebesar Rp. 444.640.400, besar nilai PI
adalah:
DPP diperoleh dengan menghitung berapa tahun nilai sekarang arus kas
bersih kumulatif akan sama dengan nilai investasi awal.
a. Kondisi 1
Pada Tabel 9.20 menunjukkan tahun ke-7, nilai sekarang arus kas bersih
kumulatif mendekati nilai investasi awal dengan kekurangan sebesar Rp.
30.375.971yaitu dari Rp. 1.739.503.200– Rp 1.709.127.229.Dalam tahun ke-8,
nilai sekarang arus kas bersih adalah sebesar Rp. 157.376.662. Sehingga untuk
dapat menutupi kekurangan investasi awal sebesar Rp. 30.375.971 maka lama
waktu yang diperlukan adalah sekitar 3 bulan (Rp. 30.375.971 / Rp.
157.376.662= 0,19 dari 12 bulan).
Dihasilkannya DPP sekitar 7 tahun 3 bulan, menunjukkan bahwa
investasi PLTS kondisi 1 yang akan dikembangkan di gedung baru FT. Untirta
layak untuk dilaksanakan. Hal ini karena DPP yang dihasilkan memiliki nilai
yang lebih kecil dari periode umur proyek yang ditetapkan, yaitu selama 20
tahun.
b. Kondisi 2
Pada Tabel 9.21 menunjukkan tahun ke-6, nilai sekarang arus kas bersih
kumulatif mendekati nilai investasi awal dengan kekurangan sebesar Rp.
8.759.473 yaitu dari Rp. 444.640.400– Rp 435.880.927.Dalam tahun ke-7, nilai
sekarang arus kas bersih adalah sebesar Rp. 40.135.974. Sehingga untuk dapat
menutupi kekurangan investasi awal sebesar Rp. 8.759.473maka lama waktu
yang diperlukan adalah sekitar 3 bulan (Rp. 8.759.473/ Rp. 40.135.974 = 0,22
dari 12 bulan).
Dihasilkannya DPP sekitar 6 tahun 3 bulan, menunjukkan bahwa
investasi PLTS kondisi 2 yang akan dikembangkan di gedung baru FT. Untirta
layak untuk dilaksanakan. Hal ini karena DPP yang dihasilkan memiliki nilai
yang lebih kecil dari periode umur proyek yang ditetapkan, yaitu selama 20
tahun.
Hasil analisis kelayakan investasi dari ketiga teknik analisis,
menunjukkan bahwa investasi PLTS di gedung baru perkuliahan FT. Untirta
termasuk layak untuk dilaksanakan.
SOAL LANJUTAN
Carilah contoh studi kasus perencanaan PLTS untuk bangunan gedung perkuliahan
!
KOMPETENSI DASAR
Energi matahari merupakan sumber energi utama dalam PLTS, nilai potensi
energi matahari ini diperoleh dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan
langsung di wilayah Cilegon dengan menggunakan alat luxmeter,dan termometer,
pengukuran ini dilakukan mulai dari jam 08.00 sampai 17.00 WIB sepanjang bulan
Oktober sampai dengan bulan Desember 2013 dengan pengambilan sample data rata-
rata selama 8 – 10 hari pada setiap bulannya, luxmeter digunakan untuk mengukur
radiasi matahari sedangkan termometer digunakan untuk mengukur temperatur.
Hasil pengukuran dan pengamatan energi radiasi matahari dan temperatur pada
ditunjukan tabel 10.1
Tabel 10.1 Hasil Pengukuran Radiasi Matahari dan Temperatur Di Cilegon
Hasil pengujian tabel 10.2 Rata-rata Nilai intensitas matahari terbesar terjadi
pada jam 12 siang sebesar 641,30 w/m2 dan terendah terjadi pada jam 5 sore sebesar
149,75 kW/m2. Nilai rata-rata radiasi matahari sepanjang bulan Oktober – Desember
2013 ditunjukan pada gambar 10.1
600.00
566.96
Energi Radiasi Matahari w/m2
0.00
08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
Waktu
Gambar 10.1 Grafik Rata-rata radiasi bulan Oktober – Desember 2013 [37]
Sedangkan nilai temperatur tertinggi sebesar 33,10 0C dan terendah sebesar
29,08 0C sepanjang bulan Oktober sampai dengan November 2013.
Dimana PVarea merupakan luas area PLTS yang sudah tersedia yang memiliki
luas sebesar 180 m2, ηpv merupakan efisiensi panel surya yang akan digunakan,
berdasarkan datasheet nilai efisiensi panel surya 180 wp yang akan
dikembangkan sebesar 14 %. Nilai radiasi matahari (Gav) diambil dari nilai rata-
rata tertinggi radiasi matahari yaitu pada bulan Oktober sebesar 3,827 kW/m2
Sedangkan ηout adalah efisiensi inverter pada sistem PLTS nilai efisiensi
inverter biasanya sebesar 0,9.
Untuk Temperature Correction Factor (TCF) seperti diketahui bahwa
setiap kenaikan temperatur 10C (dari temperatur standarnya) pada panel
surya, maka hal tersebut akan mengakibatkan daya yang dihasilkan oleh
panel surya akan berkurang sekitar 0,45% berdasarkan datasheet. Data
temperatur maksimum untuk wilayah Cilegon pada tabel 10.1 menunjukkan
bahwa dalam rentang waktu bulan Oktober – Desember 2013, temperatur
paling maksimum untuk wilayah Cilegon adalah sebesar 33,70 0C. Data
temperatur ini memperlihatkan bahwa ada peningkatan suhu sebesar 8,70
0
C dari suhu standar (25 0C) yang diperlukan oleh panel surya. Besarnya daya
yang berkurang pada saat temperatur di sekitar panel surya mengalami
kenaikan 8,70 0C dari temperatur standarnya, diperhitungkan dengan
mempergunakan sebagai berikut :
Psaat t naik 8,70 0C = 0,5% / 0C x PMPP x kenaikan
temperatur (0C)
= 0,5% / 0C x 180W x 8,70 0C = 7,83 w
Untuk daya keluaran maksimum panel surya pada saat temperaturnya naik
menjadi 33,70 0C, diperhitungkan dengan rumus :
Baterai jenis lead acid deep-cycle dipilih karena memiliki efisiensi yang cukup besar
dan umur yang lama serta harga yang lebih murah dari jenis baterai nickel.
Parameter lain yang mempengaruhi perhitungan kapasitas baterai yang
dibutuhkan adalah penentuan AD (Autonomy Days) yaitu keadaan baterai dapat
menyuplai beban secara menyuluruh ketika tidak ada energi yang masuk dari panel
surya. Penentuan AD pada penelitian ini adalah sebesar 3 hari. AD ditentukan
berdasarkan tingkat curah hujan di Cilegon . Rata-rata tingkat curah hujan pada
musim hujan mencapai 15 hari/bulan sehingga dalam 1 minggu diasumsikan dapat
terjadi hujan 3 sampai 4 hari. Penentuan nilai AD ini bertujuan agar pada saat radiasi
harian matahari berada pada nilai yang paling rendah, maka baterai akan tetap
menjaga kestabilan daya yang dibangkitkan.
Nilai EL diambil berdasarkan perhitungan energi listrik yang dihasilkan
berdasarkan luas area yaitu sebesar 82,45 kW. Maka akan diperoleh kapasitas total
baterai yang dibutuhkan adalah sebesar sebesar:
𝐸𝐿
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝐴ℎ𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖(𝐼) = × 𝐴𝐷
(%𝑀𝑎𝑥𝐷𝑂𝐷)𝑥 𝑇𝐶𝐹 𝑥 𝑉𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖
82,45 𝑘𝑊/ℎ𝑎𝑟𝑖
= × 3 = 883,59 𝐴ℎ
(0,8)𝑥0,972𝑥(360)
Dari ketersediaan lahan untuk area array, maka besar daya yang
dibangkitkan PLTS (Watt peak) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
PWatt peak = area array x PSI x ηPV
Dengan area array yang tersedia pada bangunan gedung adalah sebesar 180
m , PSI (Peak Sun Insulation) sebesar 1000 w/m2 dan efisiensi panel surya adalah
2
Panel surya yang dipergunakan sebagai acuan adalah panel surya yang
terpasang pada PLTS Pulo Panjang. Panel surya ini memiliki spesifikasi PMPP
sebesar 180 W per panel. Sehingga berdasarkan spesifikasi tersebut maka
jumlah panel surya yang diperlukan untuk PLTS yang akan dikembangkan dapat
diperhitungkan sebagai berikut :
Pwatt peak
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎 =
Pmpp
25.200
=
180
= 140 panel surya
Panel surya yang dipergunakan yaitu panel surya acuan yang di gunakan di
PLTS Pulo Panjang yaitu PV LEN 180wp-24v dengan spesifikasi teknis Vmpp sebesar
35, 6 V dan Impp = 5,06. Adapun 140 panel surya tersebut akan dibentuk menjadi
rangkaian panel atau array yang disesuaikan dengan rating tegangan sistem sebesar
360V dan kapasitas pembangkitan. Agar rating tegangan sistem sebesar 360V dapat
Susunan panel surya dengan 11 rangkaian seri dan 13 paralel dengan hasil
25,5 kW telah memenuhi nilai minimum dari perhitungan awal panel surya sebesar
25,2 kW dan telah disesuaikan dengan rating tegangan yang telah ditentukan sebesar
360 V. Salah satu faktor yang dapat menentukan daya keluaran modul surya
adalah tingkat radiasi matahari yang diterima oleh modul. Hasil keluaran (output)
maksimum dari modul surya dapat ditentukan. Rating modul surya berdasarkan
kapasitas modul yang terpasang adalah 25,5 kW.
Berikut ini akan dianalisa energi yang dihasilkan oleh modul surya
berdasarkan data radiasi matahari perjam selama 1 hari. Untuk menghitung
nilai output modul surya yang terpasang dapat menggunakan rumus berikut:
Eout = Ei x radiasi matahari x TCF
Nilai Ei merupakan nilai pembangkitan dari PLTS sedangkan radiasi
matahari. Sedangkan Temperature Correction Factor (TCF) seperti diketahui
bahwa setiap kenaikan temperatur 10C (dari temperatur standarnya) pada
panel surya, maka hal tersebut akan mengakibatkan daya yang dihasilkan
oleh panel surya akan berkurang sekitar 0,45% berdasarkan data sheet panel
Tabel 10.4 Nilai Energi output Panel Surya berdasarkan nilai rata-rata radiasi
matahari bulan Oktober 2013
Intensitas Matahari
JAM T Eout (kW)
(w/m2)
08.00 241,74 29,31 6,02
09.00 332,68 30,46 8,65
10.00 417,21 31,31 10,30
11.00 543,87 32,11 13,37
12.00 641,30 33,46 15,66
13.00 563,97 33,70 13,75
14.00 434,24 32,39 10,66
15.00 303,36 31,47 7,48
16.00 207,16 30,40 5,13
17.00 141,50 29,65 3,52
TOTAL 3827,02 31,43 94,54
20
Energi Pemabngkitan
15 15.66
13.37 13.75
10 10.3 10.66
(kW)
8.65 7.48
5 6.02 5.13
3.52
0
Waktu
Gambar 10.5 Grafik output panel surya bulan Oktober 2013 [37]
Radiasi Matahari
JAM T Eout (kW)
(w/m2)
08.00 236,31 29,77 5,88
09.00 339,60 31,09 8,39
10.00 431,93 31,91 10,62
11.00 548,75 32,46 13,47
12.00 602,18 33,27 14,27
13.00 529,99 33,22 12,95
14.00 422,55 32,42 10,78
15.00 313,04 31,28 7,72
16.00 229,69 30,54 5,69
17.00 165,51 29,53 4,12
TOTAL 3819,55 93,89
10 10.62 10.78
PLTS (kW)
8.39 7.72
5 5.88 5.69
4.12
0
08.0009.0010.0011.0012.0013.0014.0015.0016.0017.00
Waktu
Gambar 10.6 Grafik output panel surya bulan November 2013 [37]
12.27 12.56
10
PLTS (kW)
9.57 9.75
7.78 7.12
5 5.68 5.19
3.75
0
08.0009.0010.0011.0012.0013.0014.0015.0016.0017.00
Waktu
Gambar 10.7 Grafik output panel surya bulan Desember 2013 [37]
Struktur rak penyangga dan sudut kemiringan adalah hal lain yang juga
harus diperhatikan dalam pemasangan panel surya (array), maka pada penelitian ini
struktur rak penyangga yang akan dipasang adalah rak penyangga dengan
struktur tetap (fixed racks). Untuk sudut kemiringan ditentukan sebesar 100.
Tabel 10.8 Hasil simulasi menggunakan software Pvsyst padatahun 2011– 2012
Tahun 2011 Tahun 2012
Tabel 10.7 dan tabel 10.8 merupakan hasil simulasi menggunakan software
Pvsyst, dari hasil simulasi terdapat tiga parameter yang dihasilkan, yang pertama
Esupply merupakan energi siap salur yang dapat langsung disalurkan ke beban energi
ini merupakan energi output dari sistem PLTS yang akan dikembangkan, energi
terbesar sepanjang tahun 2009 – 2012 terjadi pada tahun 2011 sebesar 29,290 MW
dan terendah pada tahun 2009 sebesar 21,997 MW. E Load merupakan energi beban
yang harus di suplai oleh sistem PLTS dan E baban jumlah kebutuhan total selama
Biaya investasi awal untuk PLTS yang akan dikembangkan di The Royale
Krakatau mencakup seperti biaya untuk komponen PLTS serta biaya instalasi PLTS.
Biaya untuk komponen PLTS ini terdiri dari biaya untuk pembelian panel surya,
baterai dan inverter. Tabel 10.10 menunjukkan besarnya biaya investasi awal untuk
PLTS yang akan dikembangkan di Hotel The Royale Krakatau.
Tabel 10.10 Biaya Investasi Awal
Harga Total
Komponen Jumlah Satuan Harga
($ USD) ($ USD)
Panel Surya LEN 180wp-24 143 550 78650
Inverter 5kW 1 770 770
Baterai 236AH 12v 90 581,3 52320
TOTAL 131740
Biaya siklus hidup (LCC) pada sistem PLTS ditentukan oleh nilai sekarang
dari biaya total sistem PLTS yang terdiri dari biaya investasi awal (C), biaya jangka
panjang untuk pemeliharaan dan operasional (MPW), sehingga biaya siklus hidup
(LCC) PLTS dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
𝑳𝑪𝑪 = 𝑪 + 𝑴𝑷𝑾
PLTS yang akan dikembangkan pada penelitian ini, diasumsikan beroperasi
selama 25 tahun. Penetapan umur proyek ini mengacu kepada jaminan (garansi) yang
dikeluarkan oleh produsen panel surya. Besarnya tingkat diskonto (i) yang
dipergunakan untuk menghitung nilai sekarang pada penelitian ini adalah sebesar
10,04%. Penentuan tingkat diskonto ini mengacu kepada tingkat suku bunga kredit
bank pada tahun 2012 yaitu rata-rata sebesar 10,04% (BPS, 2014).
Besarnya nilai sekarang (present value) untuk biaya pemeliharaan dan
operasional (MPW) PLTS selama umur proyek 25 tahun dengan tingkat diskonto
10,04% dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
(1 + 𝑖)𝑛 − 1
𝑀𝑃𝑊 = 𝐴[ ]
𝑖(1 + 𝑖)𝑛
(1 + 0,1004)25 − 1
𝑀𝑃𝑊 = 1317.40 [ ]
0,1004(1 + 0,1004)25
9,934
𝑀𝑃𝑊 = 1317.40 [ ]
1,098
= $ 11.918,99
LCC = C + MPW
= $ 131.740 + $ 11.918,99 = $ 143.658,99
Perhitungan biaya energi (cost of energy) suatu PLTS ditentukan oleh biaya
siklus hidup (LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan kWh produksi tahunan.
Biaya energi (cost of energy) PLTS diperhitungkan dengan persamaan sebagai
berikut.
kWh produksi tahunan PLTS diperoleh dari hasil simulasi selama 4 tahun
dengan rata-rata kWh produksi siap salur dalam satu tahun sebesar 26.547,25kWh.
Berdasarkan hasil perhitungan LCC, CRF dan kWh produksi tahunan maka besar
biaya energi (COE) untuk PLTS yang akan dikembangkan di lingkungan hotel
adalah sebagai berikut:
4. Perhitungan Pendapatan per-Tahun (CIF/Cash in Flow)
Berdasarkan data dari Bank Dunia yang menetapkan batas minimum harga ROR
sebesar 8,0% maka perencanaan studi potensi pembangkit listrik tenaga surya di
lingkungan hotel sebesar 9,59% di anggap layak karena melebihi batas minimun
ROR.
Pemanfaatan energi terbarukan diantaranya dengan memanfaatkan tenaga
radiasi matahari dengan menggunakan sel surya sebagai pengkonversi energi
matahari menjadi energi listrik yang kita kenal dengan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS). Indonesia merupakan negara yang terletak di garis
katulistiwa dengan dengan iklim tropisnya, sehingga potensi radiasi matahari di
wilayah Indonesia sangat besar dan pancaran radiasi matahari hampir terjadi
sepanjang tahun, Kota Cilegon berada di bagian ujung sebelah barat dari Pulau Jawa
yang terletak pada posisi 5º 52’ 24” – 6º 04’ 07” Lintang Selatan (LS) dan 105º 54’
05” – 106º 05’ 11” Bujur Timur (BT), Radiasi matahari untuk wilayah Cilegon
berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada pukul 08.00 sampai dengan pukul
17.00 pada bulan Oktober 2013 – Desember 2013 di ambi rata – rata 9 hari
perbulannya. Nilai radiasi matahari rata - rata sebesar 3407,75 W/m2 atau 3,407
kW/m2.
Sistem PLTS yang akan dikembangkan menggunakan sistem stand alone,
sistem stand alone merupakan sistem dimana energi suplai energi listrik
pembangkitan di supplai langsung ke beban AC dan dapat langsung digunakan oleh
beban. Luas area PLTS yang tersedia dilingkungan hotel seluas 180 m2, luas Lahan
ini yang terletak di atasa bangunan gedung akan digunakan untuk penempatan panel
surya, lokasi lahan yang tersedia yang sangat straegis karena terletak diatas bangunan
hotel. Dengan luas area sebesar 180 m2 mampu mengahasilkan pembangkitan panel
surya sebesar 25,5 kW dengan kapasitas panel surya sebesar 180 Wp, Sistem PLTS
yang akan dikembangkan untuk menghasilkan pembangkitan sebesar 25,5 kW
menggunakan panel surya sebanyak 143 buah, dengan susunan rangkaian seri panel
surya sebanyak 13 buah dan rangkaian paralel sebanyak 11 buah.
Pemasangan posisi panel surya dapat mempengaruhi nilai output dari sistem
PLTS, sehingga posisi pemasangan cukup berpengaruh terhadap output yang
dihasilkan, posisi penempatan ditentukan berdasarkan letak geografis lokasi sistem
PLTS yang akan dikembangkan. Pemasangan panel surya untuk hasil yang optimal
dipasang berdasarkan posisi sudut dan kemiringan, dengan nilai sudut kemiringan
sebesar 100 dan azimuth sebesar -15. Untuk pengoperasian PLTS yang mampu
menghasilkan energi pembangkitan sebesar 25,5 kW ditunjang oleh baterai dengan
PERTANYAAN
SOAL LANJUTAN
Carilah contoh studi kasus perencanaan PLTS untuk bangunan gedung perkuliahan
!
KOMPETENSI DASAR
Dari hasil pendataan beban pada setiap SDP maka akan di dapat total beban
pada MDP baik pada MDP A dan MDP B, untuk gambar single linediagrammain
distribusi panelAdapat dilihat pada lampiran.Begitu juga, untuk MDP B yang tidak
langsung mensuplai ke SDP yang berada pada gedung perkuliahan melainkan
melalui PHB terlebih dahulu, juga gambar single line diagrammain distribusi panel
Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan dimana luas atap dari gedung
perkuliahan FT UNTIRTA adalah 1886,79 m2, dengan perhitungan panjang (p) =
173,1m, lebar (l) = 9,3 m, overstack (kanopi) = 0,8 x 2 =1,6. Untuk menghitung
potensi pembangkitan PLTS di FT UNTIRTA digunakan Persamaan sebagai berikut.
4. Hasil Perancangan
𝐸𝐿𝐵𝑃 × 𝐹𝑀 × 𝐸𝑀
𝑃=
𝐶𝐹
= 18,16kW
𝑃24 = 𝐸𝐿 ÷ 𝑃𝐺𝐹
𝑃24 = 𝐸𝐿 ÷ 𝑃𝐺𝐹
Untuk panel surya yang dipergunakan sebagai acuan adalah panel surya
BP 3150S yang terpasang pada PLTS PLN di Nusa Penida[12]. Panel surya ini
memiliki spesifikasi panjang sebesar 1,593 m, lebar sebesar 0,79 m, luas panel
1,25 m2, daya keluaran maksimum panel surya (PMPP) sebesar 150W, tegangan
maksimum panel surya (VMPP) sebesar 34,5V dan arus keluaran maksimum
panel surya (IMPP) sebesar 4,35A per panel sehingga berdasarkan perbandingan
kapasitas pembangkitan dengan daya keluaran maksimum panel surya maka
jumlah panel surya yang diperlukan untuk dapat membangkitkan 91,2kWp
berdasarkan persamaan adalah sebanyak:
𝑃(𝑊𝑝) 91,22
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎 = =
𝑃𝑀𝑃𝑃 150𝑊
= 4,14 ~ 4
sehingga rangkaian string yang terbentuk sebanyak:
= 152
Jumlah panel surya yang digunakan berdasarkan hasil perhitungan pada
rangkaian seri dan paralalel menjadi sebanyak 608 buah, dengan 61 rangkaian
(string) yang terhubung paralel dengan 1 rangkaian terdiri dari 10 panel yang
terhubung secara seri. Banyaknya panel yang dirangkai paralel akan
menguatkan arus dan banyaknya panel yang terhubung seri akan menguatkan
tegangan sehingga besarnya energi yang dihasilkan oleh rangkaian array
tersebut menjadi:
𝛽𝑁 = 90 − 𝐿 +/−𝛿
𝛽𝑁 = 90 − 6𝑜 + 23,5𝑜
= 107,5𝑜 𝐿𝑈
𝑇𝑖𝑙𝑡 = 900 − 𝛽𝑁
= −17,5𝑜 𝐿𝑈
Vernal equinox dan autumnal equinox adalah keadaan saat kutub bumi
tidak condong menghadap matahari sehingga nilai deklinasi () sebesar 0°.
Berdasarkan persamaan didapatlah nilai solar altitude () sebagai berikut:
𝛽𝑁 = 90 − 𝐿 +/−𝛿
𝛽𝑁 = 90 − 6𝑜 + 0𝑜
= 84𝑜 𝐿𝑈
𝑇𝑖𝑙𝑡 = 900 − 𝛽𝑁
𝑇𝑖𝑙𝑡 = 900 − 0𝑜
= 90𝑜 𝐿𝑈
Summer solstice merupakan keadaan saat kutub utara bumi condong
menghadap matahari dengan sudut kemiringan 23.5°. Karena kecondongan
kutub bumi tidak sama dengan latitude Cilegon (L=6OLS) yaitu pada belahan
bumi selatan maka nilai deklinasi () sebesar -23,5°. Berdasarkan persamaan
(2.1) didapatlah nilai solar altitude () sebesar:
𝛽𝑁 = 90 − 𝐿 +/−𝛿
𝛽𝑁 = 90 − 6𝑜 − 23,5𝑜
= 60,5𝑜 𝐿𝑈
𝑇𝑖𝑙𝑡 = 900 − 𝛽𝑁
= 29,5𝑜 𝐿𝑈
Posisi geografis Cilegon terletak pada belahan bumi selatan, maka acuan
solar altitude pada kutub utara bumi dan tilt angle diorientasikan menghadap
utara (LU). Tabel 11.4 memperlihatkan besarnya declinasi, solaraltitude dan tilt
angle selama berdasarkan penelitian saat periode solice dan equinox.
Tabel 11.4 Declinasi, Altitude, dan Tilt Angledi Cilegon Selama Periode
Solice dan Equinox
−17,5𝑜 𝐿𝑈 29,5𝑜 𝐿𝑈
𝑓𝑖𝑥 𝑡𝑖𝑙𝑡 𝑎𝑛𝑔𝑙𝑒 = +
2 2
= 6𝑜 𝐿𝑈
Penentuan tilt angle yang rendah dapat membuat panel surya tertutup
dengan debu dan air menggenang saat curah hujan yang berdampak pada
Gambar 11.5 menjelaskan bahwa dengan panel surya sebanyak 608 buah maka
pada masing-masing fasa akan terdiri dari 152 buah panel surya. Adapun
rangkaian panel yang membentuk array untuk satu fasa adalah terdiri dari 4
rangkaian (string) yang terhubung pararel dengan 1 rangkaian terdiri dari 152
panel yang terhubung seri.
B. Simulasi PLTS
Dari hasil simulasi diambil konfigurasi yang mewakili kombinasi PLTS yaitu
PLTS (tanpa baterai), dapat dilihat pada tabel di atas konfigurasi menghasilkan
poduksi listrik,waktu operasi,dan kontibusi energi terbarukan yang besarnya yaitu
145.497 kWh/Tahun, 4.380 jam/tahun, dan 45%. Pada Tabel 11.6 berikut dapat
dilihat kapasitas komponen dan kapasitas yang digunakan pada konfigurasi PLTS
FT UNTIRTA.
Tabel 11.6 Konfigurasi PLTS FT UNTIRTA
Komponen Kapasitas
PLTS
Photo VoltaiC (Wp) 150
Baterai (V) -
Inverter (Kw) 20
Total produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTS yang di anggap optomum
yaitu PLTS tanpa baterai adalah 196967kWh/tahun dengan kontribusi PLTS sebesar
63% atau 124121kWh/tahun sedangkan kontribusi grid sebesar 37% atau
72846kWh/tahun, dan kelebihan listrik yang tidak terpakai pada sistem ini hampir
tidak ada yaitu 53546 kWh pertahun atau 27,2 %, hal ini terjadi karena listrik yang
diproduksi oleh PLTS selama satu tahun sesuai dengan beban yang ada. Pada
Gambar 4.6 merupakancontoh hasil simulasi kondisi suplai listrik pada tanggal 25
Oktober 2015, dapat dilihat PLTS beroperasi sepanjang 12 jam, pada jam 05.30
sampai dengan pukul 18.00 berhenti beroperasi, dan berdampingan oleh suplai listrik
dari PT.KDL. Keluaran daya maksimum PLTS adalah sebesar 65 kW terjadi pada
pukul 11.00 WIB. PLTS tidak beroperasi pada pukul 18.30 – 05.00 di karenakan
sumber energi nya yaitu cahaya matahari tidak ada.
Dengan beban harian yang tetap, kelebihan listrik yang tidak terpakai
memiliki Kelebihan listrik terbesar terjadi pada sistem PLTS yang terdiri dari Grid
– Inverter - PV sebesar 27,2 % atau 53546 kWh pertahun dengan total produksi
energi listrik sebesar 196997 kWh pertahun. Gambar 4.8contoh hasil menunjukan
kelebihan beban yang terjadipada tanggal 25 Oktober 2015 sistem PLTS FT
UNTIRTA.
Gambar 11.8 Kelebihan Beban yang Terjadi pada PLTS FT UNTIRTA [51]
= 𝑅𝑝 41.28.675
Biaya siklus hidup (LCC) pada sistem PLTS ditentukan oleh nilai sekarang
dari biaya total sistem PLTS yang terdiri dari biaya investasi awal (C), biaya jangka
panjang untuk pemeliharaan dan operasional (MPW) serta biaya penggantian (RPW),
sehingga biaya siklus hidup (LCC) PLTS dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut.
(1 + 0,1145)25 − 1
= 3.058,05 [ ]
0,1145(1 + 0,1145)25
14,03
= 3.058,05 [ ]
1,72
= 𝑈𝑆$ 24.944
= 𝑅𝑝 336.744.000
= 𝑈𝑆$ 358.158
Perhitungan biaya energi (cost of energy) suatu PLTS ditentukan oleh biaya
siklus hidup (LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan kWh produksi tahunan. Biaya
energi (cost of energy) PLTS diperhitungkan dengan persamaan berikut.
𝐿𝐶𝐶 × 𝐶𝑅𝐹
𝐶𝑂𝐸 =
𝐴 𝑘𝑊ℎ
Faktor pemulihan modal untuk mengkonversikan semua arus kas biaya siklus hidup
(LCC) menjadi serangkaian biaya tahunan, diperhitungkan dengan persamaan berikut.
𝑖(1 + 𝑖)𝑛
𝐶𝑅𝐹 =
(1 + 𝑖)𝑛 − 1
0,1145(1 + 0,1145)25
=
(1 + 0,1145)25 − 1
1,72
= = 0,122
14,03
kWh produksi tahunan PLTS diperoleh dari hasil simulasi pada Tabel 4.8
dengan besar kWh produksi siap salur dalam satu tahun sebesar 196994kWh.
Berdasarkan hasil perhitungan LCC, CRF dan kWh produksi tahunan maka besar
biaya energi (COE) untuk PLTS yang akan dikembangkan di FT UNTIRTA adalah
sebagai berikut.
𝐿𝐶𝐶×𝐶𝑅𝐹 358.158 × 0,122
𝐶𝑂𝐸 = = = 𝑈𝑆$ 0,48/𝑘𝑊ℎ = 𝑅𝑝 6.480
𝐴 𝑘𝑊ℎ 91200
PERTANYAAN
1. Jelaskan potensi energi matahari di wilayah Cilegon !
2. Sebutkan beberapa sistem PLTS surya !
3. Bagaiaman cara menghitung kapasitas PLTS ?
4. Jelaskan cara pemasangan panel surya !
5. Jelaskan beberapa aspek-aspek biaya PLTS !
SOAL LANJUTAN
Carilah contoh studi kasus perencanaan PLTS untuk bangunan rumah (perumahan)
!
KOMPETENSI DASAR
2 Pukul 12.00
1.5 Pukul 13.00
1 Pukul 14.00
Pukul 15.00
0.5
Pukul 16.00
0
Pukul 17.00
0 5 10 15 20 25
Pukul 18.00
Tegangan (V)
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh PMPP pada jam 07.00 sebesar 10,34 W, jam
08.00 sebesar 10,44 W, jam 09.00 sebesar 26,66 W, jam 10.00 sebesar 12,12 W, jam
11.00 sebesar 22,39 W, jam 12.00 sebesar 34,66 W, jam 13.00 sebesar 56,74 W, jam
14.00 sebesar 29,83 W, jam 15.00 sebesar 28,96 W, jam 16.00 sebesar 27,46 W, jam
17.00 sebesar 8,10 W, dan pada jam 18.00 sebesar 0,47 W.
Pada Gambar 12.2 terlihat grafik hasil pengukuran daya PMPP panel surya.
Pukul 11.00
4 Pukul 12.00
3 Pukul 13.00
2 Pukul 14.00
Pukul 15.00
1
Pukul 16.00
0 Pukul 17.00
0 5 10 15 20 25 Pukul 18.00
Tegangan (V)
Gambar 12.2 Grafik Pengukuran PMPP pada bulan April 2014 [48]
Pukul 11.00
3
Pukul 12.00
2 Pukul 13.00
Pukul 14.00
1 Pukul 15.00
Pukul 16.00
0
0 5 10 15 20 25 Pukul 17.00
Tegangan (V) Pukul 18.00
Gambar 12.3 Grafik Pengukuran PMPP pada bulan Mei 2014 [48]
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh PMPP pada jam 07.00 sebesar 8,69 W,
jam 08.00 sebesar 38,93 W, jam 09.00 sebesar 55,05 W, jam 10.00 sebesar 16,41 W,
jam 11.00 sebesar 23,81 W, jam 12.00 sebesar 13,12 W, jam 13.00 sebesar 70,56 W,
jam 14.00 sebesar 65,51 W, jam 15.00 sebesar 47,32 W, jam 16.00 sebesar 20,96 W,
jam 17.00 sebesar 4,78 W, dan pada jam 18.00 sebesar 0,01 W.
Pengukuran daya keluaran panel surya yang dilakukan di area Serang Cilegon
selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret, April dan Mei menggunakan beban variable
resistive 1 Ohm hingga 100 Ohm diperoleh daya maksimum (PMPP) pada setiap jam
pengukuran dari jam 07.00 hingga 18.00.
Sistem PLTS yang akan dikembangkan merupakan PLTS dengan storage
(penyimapn energi). Sehingga diperlukan pengujian terhadap pengisian baterai
untuk mengetahui energi pengisian selama pengujian. Pengujian pengisian baterai
dilakukan dengan mengukur tegangan dan arus pada rangkaian pengujian. Sehingga
diperoleh energi dalam satu hari pengujian. Pengujian pengisian baterai pada bulan
Maret 2014 dapat diamati pada gambar 12.4 sebagai berikut.
339,15
300 249,51
200
100
0
Gambar 12.4 Grafik Pengujian Pengisian Baterai pada Bulan Maret 2014 [48]
Pada gambar grafik 1.4 dapat diamati hasil pengujian pengisian baterai pada bulan
Maret 2014 dengan energi pengisian terbesar pada tanggal 27 Maret 2014 sebesar
558,48 kWh dan energi pengisian terkecil pada tanggal 1 Maret 2014 dengan energi
pengisian sebesar 249,51 kWh.
Pengujian pengisian baterai pada bulan April 2014 dapat diamati pada
gambar 12.5 sebagai berikut.
700 611,29
549,82 534,92 558,37 580,90
600
480,30 501,16 459,74 473,34 466,08
500
Energi (kWh)
400
300,46 273,50
300
200
100
0
Gambar 12.5 Grafik Pengujian Pengisian Baterai pada Bulan April 2014 [48]
600 519,96
524,24
500 478,27 477,35 464,18
433,17
Energi (kWh)
Gambar 12.6 Grafik Pengujian Pengisian Baterai pada Bulan Mei 2014 [48]
Pada gambar grafik 12.6 dapat diamati hasil pengujian pengisian baterai pada
bulan April 2014 dengan energi pengisian terbesar pada tanggal 5 Mei 2014 sebesar
524,24 kWh dan energi pengisian terkecil pada tanggal 29 Mei 2014 dengan energi
pengisian sebesar 293,64 kWh.
Berdasarkan hasil pengujian pengisian baterai diperoleh rata-rata energi
pengisian baterai harian pada bulan Maret sebesar 395,28 kWh, pada bulan April
sebesar 482,49 kWh dan pada bulan Mei sebesar 404,14 kWh. Pengisian baterai
selama tiga bulan yaitu pada bulan Maret, April dan Mei tersebut dilakukan
denganmenghubungkan baterai dengan keluaran panel surya yang dikontrol dengan
Solar Charger Controller sejak pukul 07.00 hingga pukul 18.00. Penggunaan Solar
Charger Controller tersebut menjaga keluaran panel surya agar tetap optimal dalam
pengisian baterai. Selain itu sebagai pengaman sistem bila terjadi hubung singkat
selama pengujian. Pengukuran arus pengisian baterai dengan menggunakan
Amperemeter dan pengujian tegangan pengisian baterai dilakukan dengan
menggunakan Voltmeter. Hasil pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa total
energi pengisian pada bulan Maret sebesar 4743,31 kWh, total energi pengisian pada
bulan April sebesar 5789,88 kWh dan total energi pengisian pada bulan Mei sebesar
4849,65 kWh. Daya pengisian baterai sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya
50
Temperatur (°C)
40
30
20
10
0
Waktu
Gambar 12.7 Grafik Pengukuran Temperatur pada bulan April 2014 [48]
Luas potensi area terbuka pengembangan PLTS di kawasan perumahan kota Serang
dapat diamati pada tabel 12.2 sebagai berikut.
Tabel 12.2 Luas Potensi Lahan Terbuka Pengembangan PLTS di Kawasan
Perumahan Kota Serang
Luas
Total Luas Potensi Lahan
Ruang
No. Perumahan Pengembang Area* terbuka PLTS
Terbuka*
(m2) (m2)
(m2)
1 Puri Hijau Regency PT. Trinitas Buana Utama 68760,00 150000,00 53760,00
2 Griya Serdang Indah PT. Griya Serdang Indah 74700,00 150000,00 59700,00
3 Griya Permata Serang PT. Atap Mas Potensa 196149,00 481407,00 148008,30
4 Villa Permata Hijau PT. Hijau Teduh Lestari 61813,00 150000,00 46813,00
5 Sankyu PT. Sankyu Indonesia Int. 85320,00 200000,00 65320,00
6 PT. Plengkung Gading
Mata Raya 4873,88 10230,88 3850,79
Asri
7 PT. Sanggraha Mitra
Griya Cilegon 53740,00 128970,00 40843,00
Kersa
8 PT. Gunung Intan Abadi
Pesona Cilegon 157158,00 328658,00 124292,20
T.
9 Nusaraya Residence PT. Blutimindo 11620,50 29047,00 8715,80
10 Harjatani Heritage
PT. Megah Puspita Abadi 6771,00 16927,00 5078,30
Estate
11 Pejanten Mas Estate PT. Laksana Maju Jaya 57452,00 143630,00 43089,00
12 Bumi Baros Chasanah PT.Karya Cipta Nyata N. 41127,00 100000,00 31127,00
13 Bumi Waringin Asri PT. Adi Raka Selaras 19985,60 50058,60 14979,74
14 Bumi Cikande Indah PT. Griya Tradisi Utama 39200,00 99100,00 29290,00
2038028,4
Total 878669,98 6748677,13
8
*) Sumber : Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan Kabupaten Serang
Tabel 12.2, tabel 12.3 dan tabel 12.4 merupakan tabel potensi luas area ruang
terbuka yang dapat dikembangkan sebagai area pembangkit listrik tenaga surya pada
kawasan perumahan Serang Cilegon. Total luas area perumahan Kota Cilegon
2305024,35 m2 dengan luas area ruang terbuka 1022680 m2 tersebut dapat
dikembangkan sebagai lahan PLTS seluas 25366,87 m2. Total luas area perumahan
Kota Serang 2350000 m2 dengan area ruang terbuka 639280 m2 tersebut dapat
dikembangkan sebagai area PLTS seluas 404280 m2. Total luas area perumahan
Kabupaten Serang 2038028,48 m2 dengan area terbuka 878669,98 m2 tersebut dapat
dikembangkan sebagai area PLTS 6748677,13 m2.
Dari hasil pengukuran tersebut maka perhitungan Fill Factor (FF) berdasarkan
persamaan 2.8 adalah sebagai berikut.
(𝑉MPP 𝑥 𝐼MPP)
𝐹𝐹 =
𝑉OC 𝑥 𝐼SC
(15,02 𝑥 5,42) 81,4084
= =
19,80 𝑥 5,77 114,246
= 0,71257
Dari hasil perhitungan tersebut maka daya keluaran panel surya diperhitungkan
berdasarkan persamaan 2.7 adalah sebagai berikut.
800 Radiasi
600 Matahari
(W/m²)
400
PMPP tiap
200 m² (W/m²)
0
Waktu
Gambar 12.8 Grafik Perbandingan Daya Keluaran Panel Surya Tiap Meter Persegi
Terhadap Intensitas Radiasi Matahari [48]
Tabel 12.6 Pengukuran Energi Konversi Panel Surya pada Bulan Maret 2014
Energi Insolasi
Lokasi
Tanggal Konversi Matahari
Pengukuran
(Wh/Hari) (Wh/m2/hari)
1 Maret 2014 KS 268,15 2642
2 Maret 2014 KS 295,08 3285
3 Maret 2014 KS 581,38 6383
7 Maret 2014 Highland Park 373,27 4286
9 Maret 2014 Highland Park 371,55 3916
15 Maret 2014 Highland Park 423,88 4323
20 Maret 2014 BWA 524,52 5252
21 Maret 2014 BWA 392,29 3971
22 Maret 2014 BWA 478,72 4919
16 Maret 2014 Cikande 448,24 4739
23 Maret 2014 Cikande 466,15 4807
27 Maret 2014 Cikande 579,22 6044
Energi Rata-rata 396,44 4547,25
Energi Insolasi
Lokasi
Tanggal Konversi Matahari
Pengukuran
(Wh/Hari) (Wh/m2/hari)
9 April 2014 BWA 650,25 6574
10 April 2014 BWA 526,36 5681
11 April 2014 BWA 516,05 5325
13 April 2014 Cikande 288,08 3029
20 April 2014 Cikande 624,26 6477
21 April 2014 Cikande 509,53 4853
14 April 2014 Highland Park 475,59 5115
15 April 2014 Highland Park 582,49 6131
19 April 2014 Highland Park 484,96 4875
4 April 2014 KS 315,40 3127
5 April 2014 KS 573,53 5690
6 April 2014 KS 511,59 5183
Energi Rata-rata 504,84 5186,33
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh energi konversi panel surya pada bulan Mei
dapat yang dapat diamati pada tabel 12.8 berikut. Berdasarkan data hasil pengukuran
tersebut maka besarnya energi rata-rata untuk tiap meter persegi luas panel surya
diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
= 499,546 Wh/m2/hari
504,31
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝐴𝑝𝑟𝑖𝑙 =
0,7936
423,47
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑀𝑒𝑖 =
0,7936
= 533,606 Wh/m2/hari
Tabel 12.8 Pengukuran Energi Konversi Panel Surya pada Bulan Mei 2014
Energi Insolasi
Lokasi
Tanggal Konversi Matahari
Pengukuran
(Wh/Hari) (Wh/m2/hari)
1 Mei 2014 KS 365,15 3711
17 Mei 2014 KS 313,53 3476
18 Mei 2014 KS 476,58 5266
5 Mei 2014 Highland Park 553,98 5650
9 Mei 2014 Highland Park 499,31 5292
10 Mei 2014 Highland Park 341,52 3731
15 Mei 2014 BWA 496,78 5526
29 Mei 2014 BWA 312,71 3230
31 Mei 2014 BWA 360,24 3809
3 Mei 2014 Cikande 432,32 4645
4 Mei 2014 Cikande 601,45 6299
11 Mei 2014 Cikande 328,08 3561
Energi Rata-rata 423,47 4516,33
Insolasi matahari rata-rata harian per meter persegi selama bulan Maret, April, dan
Mei diperoleh sebagai berikut.
2. Kapasitas Inverter
Beban energi yang akan disuplai inverter dipengaruhi oleh luas area panel surya,
insolasi matahari (Gav), efisiensi panel surya (ηpv), faktor koreksi temperatur, dan
efisiensi. Pada penelitian ini Insolasi harian matahari menggunakan insolasi rata-rata
harian terkecil pada saat pengukuran yaitu sebesar 4516,33 Wh/m2 atau 4,516
kWh/m2dan efisiensi kerja sebesar 90%. Sehingga beban yang akan disuplai inverter
diperoleh dengan persamaan (2.15) sebagai berikut.
𝐸𝐿𝐵𝑃 × 𝐹𝑀 × 𝐸𝑀
𝑃 =
𝐶𝐹
125,572 𝑘𝑊 𝑥 1,1 𝑥 1,1
=
0,9
= 168,824 𝑘𝑊
Panel surya yang digunakan pada penelitian ini sesuai STC memiliki
spesifikasi PMPP sebesar 100W dengan arus keluaran maksimum (Imp) sebesar 5,84
A dan tegangan keluaran maksimum (Vmp) sebesar 17,1 volt. Berdasarkan spesifikasi
panel maka jumlah kebutuhan panel surya diperoleh dengan persamaan (2.12)
sebagai berikut.
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖𝑡𝑎𝑛 (𝑊𝑝)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑆𝑢𝑟𝑦𝑎 =
Pмрр Panel
791135 𝑊𝑝
=
100 𝑊𝑝
Jumlah pembulatan ke bawah tersebut agar luas area tidak mengurangi 10% luas
area ruang terbuka dikawasan perumahan Serang Cilegon. Sesuai dengan penelitian
(Safarudin, 2013) panel tersebut dibentuk menjadi rangkaian atau array yang
disesuaikan dengan rating tegangan sistem PLTS yaitu sebesar 360V dan kapasitas
pembangkitan sebesar Wp. Agar rating tegangan sistem sesuai dengan 360V maka
pada satu string rangkaian panel surya disusun seri dengan jumlah sebagai berikut.
Penentuan sudut orientasi panel surya sangat mempengaruhi daya listrik yang
dibangkitkan suatu PLTS. Panel surya akan menghasilkan daya yang optimal saat
membentuk sudut tegak lurus atau 900 terhadap arah datangnya cahaya matahari.
Orientasi panel surya terdiri atas tilt angle dan azimuth angle. Pada penelitian ini tilt
angle dari panel surya menggunakan type fixed tilt angle sehingga diperlukan tilt
angle yang tepat agar pembangkitan listrik panel surya mencapai optimum dalam
tiap tahun. Penentuan tilt angle dilakukan dengan simulasi berbagai variasi sudut tilt
angle. Simulasi dilakukan dengan Solar Cell Module Lucas Nuelle Technical
Training System dengan parameter simulasi sebagai berikut:
Tabel 12.12 Simulasi Daya yang Dihasilkan pada Variasi Posisi TiltAngle (W)
Sudut Daya yang Dihasilkan pada Variasi Posisi TiltAngle (W)
Bulan
Elevasi 0o
10o
20o 30o 40o 50o 60o 70o 80o 90o
Jan 60o 1,95 2,37 2,78 3,19 2,99 2,59 2,38 1,77 1,55 0,76
Feb 70o 2,35 2,78 3,19 2,99 2,59 2,19 1,96 1,36 1,13 0,36
Mar 80o 2,97 3,50 2,99 2,59 2,19 1,77 1,36 0,95 0,53 0,00
Apr 90o 3,38 3,15 2,60 2,19 1,77 1,36 0,94 0,53 0,30 0,00
Mei 80o 2,97 3,50 2,99 2,59 2,19 1,77 1,36 0,95 0,53 0,00
Juni 70o 2,35 2,78 3,19 2,99 2,59 2,19 1,96 1,36 1,13 0,36
Juli 70o 2,35 2,78 3,19 2,99 2,59 2,19 1,96 1,36 1,13 0,36
Agus 80o 2,97 3,50 2,99 2,59 2,19 1,77 1,36 0,95 0,53 0,00
Sept 90o 3,38 3,15 2,60 2,19 1,77 1,36 0,94 0,53 0,30 0,00
Okt 80o 2,97 3,50 2,99 2,59 2,19 1,77 1,36 0,95 0,53 0,00
Nop 70o 2,35 2,78 3,19 2,99 2,59 2,19 1,96 1,36 1,13 0,36
Des 60o 1,95 2,37 2,78 3,19 2,99 2,59 2,38 1,77 1,55 0,76
Total 31,94 36,16 35,48 33,08 28,64 23,74 19,92 13,84 10,34 2,96
Berdasarkan data tersebut diperoleh daya optimum panel surya type fixed berada
pada sudut 100. Sudut tersebut merupakan sudut minimal yang disarankan dengan
tujuan agar hujan dan gaya gravitasi dapat menjaga permukaan panel surya tetap
bersih sehingga energi yang dihasilkan tetap optimal.
Adapun tabel 12.13 diperoleh berdasarkan perhitungan terhadap total beban energi
rata-rata harian di setiap kawasan perumahan. Pada perumahan Taman Cilegon
Indah dengan rata-rata beban energi 7871,23 kWh/hari. Sehingga besarnya nilai
kapasitas baterai diperoleh dengan persamaan berikut.
𝐸𝐿
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝐴ℎ𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖 (𝐼) = × 𝐴𝐷(2.13)
(%𝑀𝑎𝑥𝐷𝑂𝐷) × (𝑇𝐶𝐹) × 𝑉𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖
7871,2 𝑘𝑊ℎ/ℎ𝑎𝑟𝑖
= 𝑥3
(0,8)𝑥(0,815)𝑥(360)
= 100603,272 Ah
Harga
Total Harga
No. Komponen Jumlah Satuan
($)
($)
1. Panel Surya 100Wp 7898 119 939862
2. Baterai 1156Ah 5280 1455 7682400
3. Inverter 30kW 6 8010 48060
4. Instalasi dan utilitas PLTS 5245 5245
Jumlah 8675567
Pada sistem PLTS, biaya siklus hidup merupakan semua biaya yang harus
dikeluarkan untuk keberlangsungan suatu sistem PLTS yang ditentukan dengan nilai
sekarang dari total biaya sistem PLTS. Besarnya biaya siklus hidup pada erupakan
akumulasi dari biaya investasi awal (C), biaya jangka panjang operasional dan
pemeliharaan (Mpw) serta biaya pengantian komponen pada sistem PLTS. Biaya
jangka panjang operasional dan pemeliharaan (Mpw) dipengaruhi oleh jangka operasi
PLTS dan besarnya tingkat diskonto (i). Pada penelitian ini diasumsikan beroperasi
selama 25 tahun. Hal ini mengacu pada jaminan (warranty) yang dikeluarkan dari
produsen panel surya. Penentuan tingkat diskonto berdasarkan pada data Bank
Biaya siklus hidup dari PLTS yang akan dikembangkan di kawasan perumahan
Serang Cilegon berdasarkan biaya investasi awal (C) dan perhitungan Mpw dengan
persamaan 2.17 sebagai berikut.
Biaya energi (Cost of Energy) suatu sistem PLTS dipengaruhi oleh biaya
siklus hidup (LCC), faktor pemulihan modal (CRF) dan kWh produksi tahunan.
Faktor pemulihan modal merupakan konversi semua arus kas biaya siklus hidup
(LCC) menjadi biaya tahunan. Faktor pemulihan modal CRF diperoleh dengan
persamaan 2.20 sebagai berikut.
𝑖(1 + 𝑖)n
𝐶𝑅𝐹 =
(1 + 𝑖)n − 1
0,1004(1 + 0,1004)25 1,0977
= = = 0,1105
(1 + 0,1004)25 − 1 9,934
kWh produksi tahunan pada sistem PLTS yang akan dikembangkan dikawasan
perumahan Taman Cilegon Indah diperoleh dari hasil simulasi yaitu 553658 kWh.
Berdasarkan hasil perhitunan LCC, CRF dan kWh produksi tahun sistem PLTS maka
diperoleh biaya energy (COE) dengan persamaan 2.21 sebagai berikut.
𝐿𝐶𝐶 × 𝐶𝑅𝐹
𝐶𝑂𝐸 =
𝐴 𝑘𝑊ℎ
9460635,91 × 0,1105
= 𝐶𝑂𝐸 = $ 1,888 /𝑘𝑊ℎ
553658
Biaya PLTS
Perumahan Investasi M MPW LCC COE
Awal (US$) (US$) (US$) (US$) (US$/kWh)
Kota Cilegon
Taman Cilegon Indah 8675567 86755,67 785068,91 9460635,91 1,888
Net present value (NPV) pada sistem PLTS yang akan dikembangkan dengan
suku bunga kredit bank 10,04% maka diperoleh dengan persamaan 2.22 sebagai
berikut.
𝑛 NCFt
𝑁𝑃𝑉 = ∑
𝑡=1 (1+i)
t
NCFt merupakan perkalian antara kWh produksi tahunan sistem PLTS dan biaya
energi. Sehingga NCFt adalah sebagai berikut.
𝑁𝐶𝐹𝑡 = (𝐴 𝑘𝑊ℎ 𝑥 𝐶𝑂𝐸) − 𝑀
= (553658 𝑥 1,888) − 86755,67 = $ 958644,598
6. Alur Kas
Tabel 12.16 Perhitungan Alur Kas Sistem PLTS Perumahan Taman Cilegon Indah
F. Kontribusi PLTS
1. Kota Cilegon
Beban
Energi Konversi Energi Suplai Kekurangan
Bulan Energi*
(kWh) (kWh) Energi (kWh)
(kWh)
Januari 59182 54433 203468 257901
Februari 47166 43374 208485 251859
Maret 49847 45831 192860 238691
April 53129 48847 208866 257713
Mei 49725 45708 222466 268174
Juni 52320 48109 218110 266219
Pada Tabel 12.17 di atas energi suplai per tahun PLTS sebesar 553658 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan kebutuhan beban per tahun sebesar 2872999
kWh. Sehingga terjadi kekurangan energi sebesar 2319341 kWh atau hanya dapat
memenuhi kebutuhan beban listrik 19,27%. Namun apabila disuplai berdasarkan
kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata 1516,87 kWh/hari maka
diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.18 Beban Listrik Rumah Tangga Taman Cilegon Indah
(PLN APJ Banten Utara, 2013)
Daya
Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
450 R1 71 368813 1010,45
900 R1 193 570710 1563,59
1300 R1 246 913615 2503,05
2200 R1 146 697235 1910,23
3500 R2 17 149115 408,53
4400 R2 11 66461 182,08
5500 R2 1 5126 14,04
6600 R3 3 33831 92,69
10,600 R3 4 68093 186,56
1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 506,42 kWh.
2. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 900watt 97,01% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 900watt
sebanyak 187 rumah.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 60,6% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 1300 watt
sebanyak 149 rumah.
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikanlistrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Taman Cilegon Indah
bertarif golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 66buah, bertarif
golongan 900VA sejumlah 44buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44buah,
bertarif golongan 2200VA sejumlah 66buah, bertarif golongan 3500VA sejumlah
88buah, bertarif golongan 4400VA sejumlah 66buah, bertarif golongan 5500VA
sejumlah 66buah, bertarif golongan 6600VA sejumlah 110buah.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Taman Cilegon Indah dihasilkan energi konversi
pada bulan Maret sebesar 51683 kWh, pada bulan April sebesar 51808 kWh dan
pada bulan Mei sebesar 51672 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret
sebesar 47530 kWh, pada bulan April sebesar 47631 kWh dan pada bulan Mei
sebesar 47488 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase
kemampuan energi suplai terhadap energi kebutuhan beban pada bulan Maret
19,91%, pada bulan April 18,48% dan pada bulan Mei 17,71%.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Taman Cilegon Indah dihasilkan energi konversi
pada bulan Maret sebesar 51683 kWh, pada bulan April sebesar 51808 kWh dan
pada bulan Mei sebesar 51672 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret
sebesar 47530 kWh, pada bulan April sebesar 47631 kWh dan pada bulan Mei
sebesar 47488 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase
kemampuan energi suplai terhadap energi kebutuhan beban pada bulan Maret
19,91%, pada bulan April 18,48% dan pada bulan Mei 17,71%.
Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di kawasan
perumahan Metro Cilegon dapat diamati pada tabel 12.19 sebagai berikut.
Tabel 12.19 Hasil Simulasi PvSyst Metro Cilegon
Pada Tabel 12.19 di atas total energi suplai PLTS sebesar 1577579 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 1830377 kWh.
Kekurangan energi suplai tahunan sebesar 252798 kWh atau hanya dapat memenuhi
kebutuhan beban listrik sebesar 86,19%. Namun apabila disuplai berdasarkan
kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata 4322,13 kWh/hari maka
diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.20 Beban Listrik Rumah Tangga Cilegon (PLN APJ Banten, 2013)
Daya
Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
450 R1 2 5057 13,85
900 R1 166 512481 1404,06
1300 R1 253 873516 2393,19
2200 R1 59 317444 869,71
3500 R2 12 72521 198,69
4400 R2 5 49358 135,23
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga untuk
setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap beban
rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Metro Cilegon bertarif
golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 44 buah, bertarif golongan
900VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah, bertarif
golongan 2200VA sejumlah 66 buah, bertarif golongan 3500VA sejumlah 66
buahdan bertarif golongan4400VA sejumlah 110 buah.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Metro Cilegon dihasilkan energi konversi pada
bulan Maret sebesar 147348 kWh, pada bulan April sebesar 147480 kWh dan pada
bulan Mei sebesar 147075 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret
sebesar 135506 kWh, pada bulan April sebesar 135590 kWh dan pada bulan Mei
sebesar 135169 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase
kemampuan energi suplai terhadap energi kebutuhan beban pada bulan Maret
96,16%, pada bulan April 91,58% dan pada bulan Mei 81,87%.
Selanjutnya kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit
listrik di kawasan perumahan Pondok Cilegon Indahuntuk mensuplai kebutuhan
beban listrik rumah tangga dalam satu tahun disimulasikan dengan software PvSyst
yang dapat diamati pada tabel 12.21 sebagai berikut.
Pada Tabel 12.21 di atas total energi suplai PLTS sebesar 90452 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 11835793kWh.
Kekurangan energi suplai tahunan sebesar 11745341kWh atau hanya dapat
memenuhi kebutuhan beban listrik sebesar 0,76%. Namun apabila disuplai
berdasarkan kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata 247,81 kWh/hari
maka diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.22 Beban listrik rumah tangga Pondok Cilegon Indah (PLN APJ
Banten Utara, 2013)
Daya Beban rata-
Golongan Jumlah Beban per
Terpasang rata per hari
Tarif Pelanggan tahun (kWh)
(watt) (kWh)
450 R1 206 328357 899,61
900 R1 1570 3984661 10916,88
1300 R1 1081 3648890 9996,96
2200 R1 600 2691469 7373,89
3500 R2 51 346389 949,01
4400 R2 59 469877 1287,33
5500 R2 2 20906 57,28
6600 R3 14 157402 431,24
7,700 R3 2 52202 143,02
10,600 R3 6 87765 240,45
13200 R3 1 6336 17,36
23000 R3 1 41539 113,81
1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 27,55% dari total kebutuhan
energi atau mampu memenuhi 100% dengan kapasitas daya terpasang 450watt
sebanyak 56 rumah.
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Pondok Cilegon Indah
bertarif golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif
golongan 900VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah,
bertarif golongan 2200VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 3500VA sejumlah
66 buah, bertarif golongan 4400VA sejumlah 88 buah, bertarif golongan 5500VA
sejumlah 110 buah, bertarif golongan 6600VA sejumlah 110 buah, bertarif golongan
7700VA sejumlah 264 buah, bertarif golongan 10600VA sejumlah 154 buah, bertarif
golongan 13200VA sejumlah 66 buah dan bertarif golongan 23000VA sejumlah 396
buah.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Pondok Cilegon Indah dihasilkan energi
konversi pada bulan Maret sebesar 8419 kWh, pada bulan April sebesar 8493 kWh
dan pada bulan Mei sebesar 8476 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan
2. Kota Serang
Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di
kawasan perumahan Bumi Mutiara Serang dapat diamati pada tabel 4.23 sebagai
berikut.
Tabel 12.23 Hasil Simulasi PvSyst Bumi Mutiara Serang
Tabel 12.24 Beban Listrik Rumah Tangga Bumi Mutiara Serang (PLN APJ Banten
Utara, 2013)
Daya
Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
900 R1 228 429915 1177,85
1300 R1 22 47063 128,94
2200 R1 2 6486 17,77
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Bumi Mutiara Serang
bertarif golongan 900VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif
golongan 1300VA sejumlah 22 buah dan bertarif golongan 2200VA sejumlah 44
buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan dari 22 disebabkan untuk
memenuhi tegangan sistem masukan inverter. Kebutuhan panel surya tersebut juga
tingkat pemakaian energi.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari dan temperatur
panel surya berdasarkan hasil pengukuran untuk perumahan Bumi Mutiara Serang
dihasilkan energi konversi pada bulan Maret sebesar 34715 kWh, pada bulan April
sebesar 34735 kWh dan pada bulan Mei sebesar 34640 kWh. Energi suplai yang
dihasilkan pada bulan Maret sebesar 31925 kWh, pada bulan April sebesar 31935
kWh dan pada bulan Mei sebesar 31836 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut
maka presentase kemampuan energi suplai terhadap energi kebutuhan beban pada
bulan Maret 90,82%, pada bulan April 73,83% dan pada bulan Mei 71,1%.
Selanjutnya kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit
listrik di kawasan perumahan Highland Parkyang merupakan salah satu lokasi
pengujian potensi energi matahari sebagai pembangkit listrik disimulasikan dengan
software pvsyst untuk mensuplai beban energi rumah tangga dalam satu tahun yang
dapat diamati pada tabel 12.25 sebagai berikut.
Pada Tabel 12.25 di atas total energi suplai PLTS sebesar 33750047 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 1335441 kWh.
Kebutuhan energi listrik dapat terpenuhi dan memiliki kelebihan energi suplai
tahunan sebesar 32414606kWh. Namun apabila disuplai berdasarkan kategori daya
terpasang dengan energi suplai rata-rata 92465,9 kWh/hari maka diperoleh berikut.
1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 92391,69 kWh.
2. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 90897 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 91309,79 kWh.
4. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 91767,12 kWh.
5. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 3500watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 92374,46 kWh.
6. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 4400watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 92395,63 kWh.
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Highland Park bertarif
3. Kabupaten Serang
Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di
Kabupaten Serang yaitu di kawasan perumahan Puri Hijau Regency dapat diamati
pada tabel 12.27 sebagai berikut. Pada Tabel 12.27 di atas total energi suplai PLTS
sebesar 4586608 kWh. Energi tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan
beban sebesar 197434 kWh. Energi suplai mampu memenuhi kebutuhan energi
listrik dan mempunyai kelebihan energi sebesar 4389174 kWh. Namun apabila
disuplai berdasarkan kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata 12566
kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.27 Hasil Simulasi PvSyst Puri Hijau Regency
1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 12097 kWh.
2. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 12540,54 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 12519,54 kWh.
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Puri Hijau Regency
bertarif golongan 900VA membutuhkan panel surya sejumlah 44 buah, bertarif
golongan 1300VA sejumlah 44 buah dan bertarif golongan 2200VA sejumlah 88
buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan dari 22 disebabkan untuk
memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Puri Hijau Regency dihasilkan energi konversi
pada bulan Maret sebesar 428852 kWh, pada bulan April sebesar 428102 kWh dan
pada bulan Mei sebesar 427032 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan
Maret sebesar 394387 kWh, pada bulan April sebesar 393591 kWh dan pada bulan
Mei sebesar 392470 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase
kebutuhan beban terhadap energi suplai pada bulan Maret 3,97%, pada bulan April
4,09% dan pada bulan Mei 4,36%.
Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di
kawasan perumahan Griya Serdang Indah disimulasikan dengan software PvSyst
untuk mensuplai beban energi rumah tangga dapat diamati pada tabel berikut.
Tabel 12.29 Hasil Simulasi PvSyst Griya Serdang Indah
Energi Konversi Energi Suplai Kekurangan Beban Energi*
Bulan
(kWh) (kWh) Energi (kWh) (kWh)
Januari 538862 495623 0 318184
Februari 432767 397969 0 334510
Maret 457718 420833 0 302004
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Griya Serdang Indah
bertarif golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif
golongan 900VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah,
bertarif golongan 2200VA sejumlah 66 buah, bertarif golongan 3500VA sejumlah
66 buah, bertarif golongan 4400VA sejumlah 88 buah dan bertarif golongan 4400VA
sejumlah 330 buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan dari 22 disebabkan
untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Griya Serdang Indah dihasilkan energi konversi
pada bulan Maret sebesar 473731 kWh, pada bulan April sebesar 472594kWh dan
pada bulan Mei sebesar 471459 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan
Maret sebesar 435659 kWh, pada bulan April sebesar 434498 kWh dan pada bulan
Mei sebesar 433305 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase
kebutuhan beban terhadap energi suplai pada bulan Maret 69,32%, pada bulan April
74,28% dan pada bulan Mei 80,15%.
Selanjutnya kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit
listrik di kawasan perumahan Griya Permata Serang disimulasikan dengan software
PvSyst untuk mensuplai beban energi rumah tangga dapat diamati pada tabel 12.31
sebagai berikut.
Tabel 12.31 Hasil Simulasi PvSyst Griya Permata Serang
Beban
Energi Konversi Energi Suplai Kekurangan
Bulan Energi*
(kWh) (kWh) Energi (kWh)
(kWh)
Januari 1328889 1222259 0 172412
Februari 1068123 982237 0 160668
Maret 1130020 1038955 0 154245
April 1195183 1098893 0 174993
Mei 1123684 1032936 0 191560
Juni 1177840 1083028 0 185472
Juli 1175418 1080761 0 185713
Agustus 1191862 1095482 0 169839
September 1220625 1122445 0 164430
Oktober 1088102 1000940 0 183586
November 1050734 966306 0 187510
Desember 843930 774813 0 174439
Total 13594409 12499054 0 2104867
*) Sumber : PLN APJ Banten Utara 2013
Tabel 12.32 Beban Listrik Rumah Tangga Griya Permata Serang (PLN APJ
Banten Utara, 2013)
Daya
Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
900 R1 537 1428769 3914,44
1300 R1 168 565432 1549,13
2200 R1 18 96442 264,22
3500 R2 1 14224 38,97
1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 30329,54 kWh.
2. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 32694,85 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 22979,76 kWh.
4. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 3500watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 34205,01 kWh.
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Griya Permata Serang
bertarif golongan 900VA membutuhkan panel surya sejumlah 44 buah, bertarif
golongan 1300VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 2200VA sejumlah 66 buah
dan bertarif golongan 2200VA sejumlah 154 buah. Kebutuhan panel surya
merupakan kelipatan dari 22 untuk memenuhi tegangan nominal inverter.
Pada Tabel 12.33 di atas total energi suplai PLTS sebesar 3948774 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 759570 kWh.
Total energi suplai tahunan mempunyai kelebihan 3189204 kWh. Apabila energi
suplai disalurkan berdasarkan kategori daya terpasang dengan energi suplai rata-rata
10818,6 kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Villa Permata Hijau
bertarif golongan 900VA membutuhkan panel surya sejumlah 44 buah, bertarif
golongan 1300VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 2200VA sejumlah 66 buah,
bertarif golongan 3500VA sejumlah 66 buah dan bertarif golongan 4400VA
sejumlah 88 buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan dari 22 disebabkan
untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Villa Permata Hijau dihasilkan energi konversi
pada bulan Maret sebesar 369411 kWh, pada bulan April sebesar 368275 kWh dan
pada bulan Mei sebesar 367427 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada Maret
sebesar 339724 kWh dan April sebesar 338589 kWh dan pada bulan Mei sebesar
337693 kWh. Berdasarkan hasil simulasi maka presentase kebutuhan beban terhadap
energi suplai pada Maret 18,5%, April 18,88% dan Mei 18,94%.
Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di kawasan
perumahan Sankyu disimulasikan dapat diamati pada tabel 12.35 sebagai berikut.
Tabel 12.35 Hasil Simulasi PvSyst Sankyu
Energi
Energi Suplai Kekurangan Beban Energi*
Bulan Konversi
(kWh) Energi (kWh) (kWh)
(kWh)
Januari 588943 541686 0 184520
Februari 473085 435043 0 174534
Maret 500391 460068 0 171583
April 529591 486924 0 184930
Mei 497734 457536 0 198115
Juni 521878 479870 0 194664
Juli 520712 478778 0 195294
Agustus 528126 485417 0 181899
September 540880 497375 0 174553
Pada Tabel 12.35 di atas total energi suplai PLTS sebesar 5536834 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan 2217377 kWh. Total energi
suplai tahunan mempunyai kelebihan 3319457 kWh. Apabila energi suplai rata-rata
15169,4 kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.36 Beban Listrik Rumah Tangga Sankyu (PLN APJ Banten Utara, 2013)
Daya Beban rata-
Golongan Jumlah Beban rata-rata
Terpasang rata per tahun
Tarif Pelanggan per hari
(watt) (kWh)
450 R1 2 3668 10,05
900 R1 643 1567782 4295,29
1300 R1 176 556384 1524,34
2200 R1 18 73519 201,42
3500 R2 1 5452 14,94
4400 R2 1 10572 28,96
1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 15159,35 kWh.
2. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 10874,11 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 13645,06 kWh.
4. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 14967,98 kWh.
5. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 3500watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 15154,46 kWh.
6. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 4400watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 15140,44 kWh.
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Sankyu bertarif golongan
450VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif golongan 900VA
sejumlah 44 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan
2200VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 3500VA sejumlah 66 buah dan bertarif
golongan 4400VA sejumlah 110 buah.
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Mata Raya bertarif
golongan 900VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah dan bertarif golongan
1300VA sejumlah 22 buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan dari 22
disebabkan untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Mata Raya dihasilkan energi konversi pada bulan
Maret sebesar 33454 kWh, pada bulan April sebesar 33820 kWh dan pada bulan Mei
sebesar 33751 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret sebesar 30766
kWh, pada bulan April sebesar 31092 kWh dan pada bulan Mei sebesar 31014 kWh.
Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase kebutuhan beban terhadap
energi suplai pada bulan Maret 47,74%, pada bulan April 52,6% dan Mei 56,29%.
Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit listrik di kawasan
perumahan Griya Cilegon disimulasikan dengan software PvSyst untuk mensuplai
beban energi rumah tangga dapat diamati pada tabel 12.39 sebagai berikut.
Tabel 12.39 Hasil Simulasi PvSyst Griya Cilegon
1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 450watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 9503,04 kWh.
2. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 900watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 6748,05 kWh.
3. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 8548,94 kWh.
4. Rumah dengan kapasitas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 9254,23 kWh.
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Griya Cilegon bertarif
golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif golongan
900VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah dan bertarif
golongan 2200VA sejumlah 66 buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan
dari 22 disebabkan untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Mata Raya dihasilkan energi konversi pada bulan
Maret sebesar 324463 kWh, pada bulan April sebesar 323719 kWh dan pada bulan
Mei sebesar 322936 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret sebesar
298387 kWh, pada bulan April sebesar 297624 kWh dan pada bulan Mei sebesar
296801 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase kebutuhan beban
terhadap energi suplai pada bulan Maret 38,07%, April 41,33% dan Mei 43,06%.
Pada Tabel 12.41 di atas total energi suplai PLTS sebesar 10517486 kWh. Energi
tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban 666296 kWh. Total
energi suplai tahunan mempunyai kelebihan 9851190 kWh. Apabila energi suplai
rata-rata 28815 kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Pesona Cilegon bertarif
golongan 450VA membutuhkan panel surya sejumlah 22 buah, bertarif golongan
900VA sejumlah 44 buah, bertarif golongan 1300VA sejumlah 44 buah, bertarif
golongan 2200VA sejumlah 66 buah, bertarif golongan 4400VA sejumlah 132 buah
dan bertarif golongan 6600VA sejumlah 44 buah. Kebutuhan panel surya merupakan
kelipatan dari 22 disebabkan untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan hasil
pengukuran untuk perumahan Pesona Cilegon dihasilkan energi konversi pada bulan
Maret sebesar 983786 kWh, pada bulan April sebesar 981099 kWh dan pada bulan
Mei sebesar 978794 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret sebesar
904724 kWh, pada bulan April sebesar 902013 kWh dan pada bulan Mei sebesar
899584 kWh. Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase kebutuhan beban
terhadap energi suplai pada bulan Maret 5,6%, pada bulan April 6,21% dan pada
bulan Mei 6,37%. Kontribusi pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit
listrik di kawasan perumahan Nusa Raya disimulasikan dengan software PvSyst
untuk mensuplai beban energi rumah tangga dapat diamati pada tabel 12.43 sebagai
berikut.
Tabel 12.43 Hasil Simulasi PvSyst Nusa Raya
Energi Beban
Energi Suplai Kekurangan
Bulan Konversi Energi*
(kWh) Energi (kWh)
(kWh) (kWh)
Januari 79590 73203 0 14711
Februari 63798 58668 0 15172
Maret 67441 62006 0 14586
April 71529 65766 0 15712
Mei 67151 61727 0 16270
Juni 70477 64805 0 15118
Pada Tabel 12.43 di atas total energi suplai PLTS sebesar 747141 kWh.
Energi tersebut disalurkan ke beban dengan total kebutuhan beban sebesar 179488
kWh. Total energi suplai tahunan mempunyai kelebihan 567653 kWh. Apabila
energi suplai disalurkan berdasarkan kategori daya terpasang dengan energi suplai
rata-rata 2046,96 kWh/hari maka diperoleh sebagai berikut.
Tabel 12.44 Beban Listrik Rumah Tangga Nusa Raya (PLN APJ Banten, 2013)
Daya
Golongan Jumlah Beban per Beban rata-rata
Terpasang
Tarif Pelanggan tahun (kWh) per hari (kWh)
(watt)
1300 R1 42 135878 372,27
2200 R1 9 43610 119,48
1. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 1300watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 1674,69 kWh.
2. Rumah dengan kapasiatas daya terpasang 2200watt 100% dapat terpenuhi dan
sistem PLTS mempunyai kelebihan energi 1927,48 kWh.
Berdasarkan asumsi total beban listrik rata-rata harian beban rumah tangga
untuk setiap golongan tarif listrik maka untuk menggantikan listrik PLN terhadap
beban rata-rata setiap rumah tangga di kawasan perumahan Nusa Raya bertarif
golongan 1300VA membutuhkan panel surya sejumlah 44 buah dan bertarif
golongan 2200VA sejumlah 66 buah. Kebutuhan panel surya merupakan kelipatan
dari 22 disebabkan untuk memenuhi tegangan nominal masukan inverter.
Simulasi PvSyst dengan menggunakan data radiasi matahari berdasarkan
hasil pengukuran untuk perumahan Nusa Raya dihasilkan energi konversi pada bulan
Maret sebesar 69837 kWh, pada bulan April sebesar 69767 kWh dan pada bulan Mei
sebesar 69584 kWh. Energi suplai yang dihasilkan pada bulan Maret sebesar 64224
kWh, pada bulan April sebesar 64143 kWh dan pada bulan Mei sebesar 63952 kWh.
Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka presentase kebutuhan beban terhadap
energi suplai pada bulan Maret 22,71%, pada bulan April 24,5% dan pada bulan Mei
25,44%.
[4] http://www.gogreensolar.com/products/rolls-surrette-6-ks-25ps-6v-1-156ah-
deep-cycle-battery. Situs ini diakses pada 22 Januari 2015
[7] Bien, E.K. dan Wibowo, Wahyu. (2008). Perancangan Sistem Hibrid
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dengan Jala-jala Listrik PLN Untuk
Rumah Perkotaan. Jurusan Teknik Elektro Universitas Trisakti.
[8] Dewi, Eko Ardianni. (2007). Optimalisasi Rangkaian Panel Surya Dengan
Menggunakan Baterai Pb-Acid sebagai Sistem Penyimpanan Energi Surya.
Fakultas MIPA Universitas Negeri Surakarta.
[10] Effendi, Asnal (2011). Pembangkit Listrik Sel Surya Pada Daerah Perdesaan.
Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung.
[11] Gilbert, M. Masters. (2004). Renewable and Efficient Electric Power Systems
Chapter 7 and Chapter 9. Stanford University: A Jhon Wiley & Sons Inc
[12] Hardiansyah. (2012). Perancangan Dual Axis Solar Tracker. Tugas Akhir
Jurusan Teknik Elektro Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
[14] I, Nengah Jati (2011). Studi Pemanfaatan PLTS Hibrid Dengan PLN Di Vila
Adleson Ubud. Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana.
[17] Mintorogo, D. (2000). Strategi Aplikasi Sel Surya (Photovoltaic Cells) pada
Perumahan dan Bangunan Komersial. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya.
[18] Putu, Rusdi Ariawan. (2010). Sel Surya dan Karakteristiknya. Jurusan Teknik
Elektro Universitas Udayana.
[19] S. Kumara, N. (2010). Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah
Tangga Urban dan Ketersediaanya di Indonesia. Jurusan Teknik Elektro
Universitas Udayana,.
[21] Santhiarsa, Nitya dan Bagus, Wijaya Kusuma. (2005). Kajian Energi Surya
Untuk Pembangkit Tenaga Listrik. Jurusan Teknik Mesin Universitas
Udayana.
[22] Schaefer, J.C. (1990). Review Of Photovoltaic Power Plant Performance And
Economics. Electric Power Research Institute.
[23] Shrestha G.B. dan Goel L. (1998). A Study On Optimal Sizing Of Stand-Alone
Photovoltaic Stations. IEEE Transactions on Energy Conversion, Vol. 13/4.
[24] Suriadi dan Syukri M. (2010). Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) Terpadu Menggunakan Sofware PVSYST pada Komplek Perumahan
di Banda Aceh. Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 9, No. 2.
[26] Setiawan. E dan Van Harten. P, 1986, “Instalasi Listrik Arus Kuat 2”, PT.
Binacipta, Bandung.
[27] Adityawan, Eki. (2010). Studi karakteristik Pencatuan solar cell terhadap
Kapasitas Sistem Penyimpanan Energi Baterai. Tugas Akhir Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia
[28] Aghaei et al. (2013). Design of a Cost-Efficient Solar Energy Based Electrical
Power Generation System for a Remote Island - Pulau Perhentian Besar in
Malaysia. IEEE 7th International Power Engineering and Optimization
Conference (PEOCO 2013), Langkawi, Malaysia 3-4 June 2013.
[29] Bien, dkk. (2008). Perancangan Sistem Hibrid Pembangkit Listrik Tenaga
Surya dengan Jala-Jala. Jetri, Volume 8, Nomor 1, Agustus 2008, Halaman
37-56, ISSN 1412-0372
[30] Custer, Johny dan Lianda, Jefri. (2012). Analisa Pemanfaatan Energi Surya
sebagai Sumber Energi pada Perumahan kategori R1 900 VA di Pulau
Bengkalis. Prosiding Seminar Nasional Industri dan Teknologi, 26 Desember
2012 Hal. 17-22.
[31] Foster, R., Ghassemi, M., Cota, A. (2010). Solar Energy Renewable Energy
and The Environment. Boca Raton FL, CRC Press
[32] Gilbert, M. Masters. (2004). Renewable and Efficient Electric Power Systems
Chapter 7 and Chapter 9. Stanford University: A Jhon Wiley & Sons Inc
[39] Riyadi, Slamet. (2011). Panel Surya sebagai Energi Alternatif. Universitas
Katolik Soegijapranata: Semarang
[40] S, Satwiko. (2012). Uji Karakteristik Sel Surya Pada Sistem 24 Volt Dc
Sebagai Catudaya Pada Sistem Pembangkit Tenaga Hybrid. Prosiding
Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY.
[41] Strzalka, et al. (2009). Potential of Roof Top PV-systems for Supplying
Electricity in Residential Area Scharnhauser Park. Journal IEEE
Developments in Renewable Energy Technology ( ICDRET) 2009.
[43] Zamroni. (2012). Kajian Sistem Penyediaan Energi Listrik Hybrid Sel PV -
Diesel di Pulau Sebira Kepulauan Seribu. Jurnal sarjana Institut Teknologi
Bandung bidang teknik Elektro dan Informatika Volume 1, Number 1, April
[44] Kunaifi. (2010). Program Homer Untuk Studi Kelayakan Pembangkit Listrik
Hibrida Di Propinsi Riau. Seminar Nasional Informatika 2010 UPN.
[45] S. Kumara, N. (2010). Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah
Tangga Urban dan Ketersediaanya di Indonesia. Jurusan Teknik Elektro
Universitas Udayana,.
[46] Sulasno, Ir. (1990). Pusat Pembangkit Tenaga Listrik. SW, Semarang
[48] Raharjo, Budi, Suhendar, Alimmudin. (2015). Studi Potensi Lahan Dan Area
Perumahan Untuk Implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Di
Wilayah Serang Dan Cilegon Banten. Skripsi Jurusan Teknik Elektro
Fakultas teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
[51] Restu, Suhendar, Herudin. (2016). Studi Penerapan PLTS pada Atap Gedung
Fakultas Teknik UNTIRTA. Skripsi Jurusan Teknik Elektro Fakultas teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.